BAB II PROFIL SANITASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL SANITASI"

Transkripsi

1 BAB II PROFIL SANITASI 2.1 GAMBARAN WILAYAH KABUPATEN PESISIR SELATAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Pesisir Selatan secara geografis terletak antara garis ,6 Lintang Selatan dan Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari daratan dengan luas ± 5.749,89 km² (membujur dari utara ke selatan dengan panjang garis pantai mencapai ± 234 km) dan perairan (laut) dengan luas ± 84,312 km². Kabupaten Pesisir Selatan memiliki 47 pulau dan dialiri 27 sungai.kabupaten Peisisir Selatan beriklim tropis dengan intensitas hujan yang cukup tinggi.letak wilayah Pesisir Selatan adalah: Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Padang; Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mukomuko (Provinsi Bengkulu); Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kabupaten Kerinci (Provinsi Jambi); Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Dengan letak tersebut menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan sebagai gerbang masuk wilayah Selatan Provinsi Sumatera Barat yang perlu didukung oleh prasarana, baik transportasi darat dan laut yang memadai, seperti jalan nasional Padang Bengkulu dan pelabuhan Panasahan Carocok Painan. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 1

2 Tabel 2.1. Luas Administratrasi dan Luas Wilayah Terbangun Saat Ini No Nama Kecamatan/Nagari Jumlah Kabupaten Pesisir Selatan Kelurahan (Ha) Administrasi (%) thd total Administrasi Luas Wilayah (Ha) Terbangun (%) thd total Administrasi 1 Silaut , ,1 2 Lunang , ,8 3 Basa Ampek Balai Tapan , ,5 4 Ranah Ampek Hul Tapan , ,0 5 Pancung Soal , ,7 6 Air Pura , ,1 7 Lingo Sari Baganti , ,1 8 Ranah Pesisir , ,1 9 Lengayang , ,3 10 Sutera , ,1 11 Batang Kapas , ,6 12 IV Jurai , ,3 13 Bayang , ,1 14 IV Nagari Bayang Utara , ,1 15 Koto Xi Tarusan , ,1 Sumber : Kecamatan Dalam Angka Kabupaten Pesisir Selatan 2014 TOTAL , ,0 Dari tabel 2.1 tersebut, diketahui bahwa Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Lengayang dengan luas ( Ha) dan Kecamatan Ranah Pesisir kecamatan terkluas kedua dengan luas ( Ha) serta Kecamatan Lunang dengan luas ( Ha), Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Bayang dengan luas (7.750 Ha) dan Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan luas ( Ha). Dilihat dari persentase luas terbangun pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kecamatan Lunang merupakan Kecamatan yang memiliki porsentase area terbangun paling tinggi yaitu 2,8% atau sama dengan Ha. Untuk kecamtan yang memiliki area terbangun paling rendah adalah Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 0.1% atau setara dengan 337 Ha dari luas administrasi yang ada. Dilihat dari jumlah nagari, Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang terbanyak yaitu, mempunyai 23 (dua puluh tiga) nagari. Kecamatan IV Jurai merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua dengan jumlah nagari sebanyak 20 (dua puluh) nagari, sedangkan Kecamatan IV Bayang Utara merupakan kecamatan yang memiliki nagari paling sedikit yaitu 6 (enam) Nagari Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 2

3 B. Kondisi Topografi Kondisi topografi wilayah memiliki keberagaman kemiringan lereng berkisar antara 0-40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi : 1) Kemiringan 0 2% yang merupakan kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas Ha (31,59%). 2) Kemiringan 2 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas Ha (0,89%). 3) Kemiringan 15 25% yang merupakan kemiringan Landai terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas Ha (4,27%). 4) Kemiringan 25 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas Ha (10,34%). 5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas Ha (52,91%). Tabel 2.2. Luas Dan Persebaran Kelas Lereng NO NAMA KECAMATAN 0 2 % Sumber : Pesisir Selatan Dalam Angka, Tahun % KELAS KELERENGAN % % JUMLAH 1. Koto XI Tarusan Bayang IV Nagari Bayang Utara IV Jurai Batang Kapas Sutera Lengayang Ranah Pesisir Linggo Sari Baganti Pancung Soal Basa IV Balai Tapan Lunang Silaut > 40 % TOTAL (Ha) Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 3

4 Berdasarkan peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah, diketahui bahwa sebagian besar wilayah termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang mencapai luas Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0 2 % dengan luas Ha (31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2 15% dengan luas Ha (0,89%) terdapat di Kecamatan Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 25% dengan luas Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 40% dengan luas Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan. Untuk lebih jelasnya mengenai kelas kelerengan dan topografi (kelerengan) dapat dilihat pada peta 2.1 dan 2.2 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 4

5 Gambar 2.1. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 5

6 Gambar 2.2. Peta Topografi Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 6

7 C. KONDISI GEOHIDROLOGI Kondisi Geohidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan sungai yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografi terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di daerah ini hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan dan kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M3/dt (tahun 2008) dengan luas 6.232,02 km2. Selain dari sungai sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah cukup memedai yaitu 9.420,44 juta M3. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel 2.3 Sungai yang Mengalir Ke Pantai Barat Sumatera di bawah ini. Tabel 2.3. Sungai-Sungai Yang Mengalir Kepantai Barat Sumatera NO NAMA SUNGAI KECAMATAN YANG DILALUI PANJANG SUNGAI (KM) LUAS DAS (KM2) DEBIT RATA- RATA (M3/DT) 1 Batang Lunang Lunang Silaut 1087,5 3,907 2 Batang Tapan Basa Iv Balai Tapan 93,70 711,12 2,55 3 Batang Inderapura Pancung Soal, Basa IV Balai, Linggo Sari Baganti 2, ,315 4 Batang Air Haji Linggo Sari Baganti 45,85 367,37 1,319 5 Batang Pelangai Ranah Pesisir 51,11 498,86 1,792 6 Batang Kambang Lengayang 45,75 457,14 1,642 7 Batang Surantih Sutera 45,69 297,1 1,067 8 Batang Kapas Batang Kapas 37,12 449,67 1,620 9 Batang Lumpo Iv Jurai 32,71 120,53 0, Batang Bayang Bayang 43,86 396,17 1, Batang Tarusan Koto Xi Tarusan 52,47 508,34 1, Batang Salido IVJurai 18,16 85,1 0, Batang Painan IV Jurai 13,61 23,36 0, Batang Amping Parak Sutera 17,41 110,47 0, Batang Lakitan Lengayang 29,18 117,78 0, Batang Punggasan Linggo Sari Baganti 20,84 142,07 0, Batang Bantaian Linggo Sari Baganti 16,06 103,38 0, Batang Sindang Lunang Silaut 43,47 239,17 0, Batang Silaut Lunang Silaut 56,43 516,89 1,857 JUMLAH 663, ,02 29,696 Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 7

8 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Batang Inderapura merupakan Sungai terpanjang dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan luas Daerah Aliran Sungai km2 serta debit aliran sebesar 7,315 M3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan Pancung soal, Basa IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang aliran sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 serta debit aliran sebesar 0,084 M3/dt. Menurut hidrologi permukaan, sistem pengaliran terbuka sungai dan anak sungai tersebut dimanfaatkan juga untuk mengaliri sawah penduduk dan keperluan irigasi yang dialirkan melalui bendungan. Sungai yang mengalir di Pesisir Selatan sumber airnya berasal dari Solok Selatan, Kawasan Suaka Alam dan Taman Kerinci Seblat, sebagian besar dari mata air yang cukup membentuk spring belt pada kaki perbukitan. Pemanfaatan air sungai tersebut digunakan sebagai sumber air bersih dan PDAM. D. Kependudukan Dalam perencanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang penting, karena tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk/masyarakat. Peyebarannya, jumlah, kepadatan dan pola penduduk merupakan faktor pembentuk suatu kegiatan dan pembentuk karakteristik suatu wilayah. Pertumbuhan suatu wilayah banyak dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan kegiatan sosial ekonominya. Keberadaan penduduk harus direncanakan, baik pola persebaran maupun jumlah kepadatannya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah. Selain itu, hal yang lebih penting adalah masalah kualitas penduduk. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki untuk pembangunan daerah. Jumlah Penduduk Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka (KDA) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan sekitar jiwa. Pada tahun 2015 dengan asumsi rata-rata pertumbuhan penduduk 0.044% jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan diperkirakan berjumlah jiwa dimana jiwa mendiami wilayah yang dikategorikan perkotaan dan jiwa berada di daerah perdesaan. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 8

9 Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Kabupaten Pesisir Selatan saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun No Jumlah Penduduk (Orang) Nama Kecamatan/Nagari Data Awal Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Tahun Tahun SILAUT LUNANG BASA AMPEK BALAI TAPAN RANAH AMPEK HULU TAPAN PANCUNG SOAL AIR PURA LINGO SARI BAGANTI RANAH PESISIR LENGAYANG SUTERA BATANG KAPAS IV JURAI BAYANG IV NAGARI BAYANG UTARA KOTO XI TARUSAN TOTAL Sumber : Kecamatan Dalam Angka (KDA) Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 9

10 Tabel 2.5. Jumlah Kepala Keluarga Kabupaten Pesisir Selatan saat ini dan Proyeksi untuk 5 Tahun Jumlah Kepala Keluarga (KK) No Nama Kecamatan/Nagari Data Awal Wilayah Perkotaan Wilayah Perdesaan Total Tahun Tahun Tahun SILAUT LUNANG BASA AMPEK BALAI TAPAN RANAH AMPEK HUL TAPAN PANCUNG SOAL AIR PURA LINGO SARI BAGANTI RANAH PESISIR LENGAYANG SUTERA BATANG KAPAS IV JURAI BAYANG IV NAGARI BAYANG UTARA KOTO XI TARUSAN TOTAL Sumber : Kecamatan Dalam Angka (KDA) Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 10

11 Pada tabel 2.5 dapat diketahui jumlah penduduk wilayah perkotaan pedesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang perkecamatan, dimana jumlah penduduk perkotaan saat ini (Tahun 2015) yang terbesar ada di Kecamatan IV Jurai yaitu Jiwa dan yang terkecil ada di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu jiwa, jumlah penduduk perdesaan terbesar ada di Kecamatan Lengayang yaitu jiwa dan yang terkecil ada di Kecamatan Ranah IV Hulu Tapan yaitu 635 jiwa, sedangkan untuk Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Bayang, Kecamatan Basa IV Balai Tapan dan Kecamatan Pancung Soal merupakan wilayah yang dianggap sebagai nagari perkotaan. Dilihat secara total dari jumlah penduduk yang terbesar di Kabupaten Pesisir Selatan adalah Kecamatan Lengayang yaitu jiwa dan terkecil adalah Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dengan jumlah penduduk yaitu Jiwa pada Tabel 2.6 dapat dilihat jumlah keluarga wilayah perkotaan dan perdesaan saat ini dan proyeksi 5 Tahun mendatang perkecamatan, dimana jumlah keluarga perkotaan saat ini (tahun 2015) yang terbesar ada di Kecamatan IV Jurai yaitu Kepala Keluarga (KK) dan terkecil ada di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara yaitu 644 KK, dan jumlah keluarga perdesaan terbesar ada di Kecamatan Lengayang yaitu KK dan terkecil berada di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan IV Jurai, Kecamatan Bayang, Kecamatan Basa IV Balai Tapan dan Kecamatan Pancung Soal yaitu 0 KK hal ini terjadi dikarenakan seluruh nagari di 4 Kecamatan tersebut diatas merupakan wilayah yang dianggap sebagai nagari perkotaan. Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data Kecamatan Dalam Angka Tahun 2014 dan proyeksi pertumbuhan penduduk Kabupaten Pesisir Selatan rata-rata mengalami kenaikan sebesar 0.10% Tiap Tahunnya, untuk lebih jelasnya melihat tingkat pertumbuhan penduduk di masing-masing kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut : Tabel 2.6. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk Saat Ini dan Proyeksi 5 Tahun No Nama Kecamatan/Nagari Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (org/ha) Tahun Tahun SILAUT 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 56,77 59,28 61,90 64,63 67,48 2 LUNANG 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 103,77 206,77 215,87 225,37 235,28 3 BASA AMPEK BALAI TAPAN 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 197,10 43,90 45,84 47,87 49,98 4 RANAH AMPEK HUL TAPAN 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 118,27 49,19 51,36 53,63 56,00 5 PANCUNG SOAL 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 185,05 51,30 53,57 55,94 58,41 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 11

12 No Nama Kecamatan/Nagari Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (org/ha) Tahun Tahun AIR PURA 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 189,26 46,84 48,91 51,07 53,33 7 LINGO SARI BAGANTI 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 200,62 66,71 69,65 72,73 75,95 8 RANAH PESISIR 0,42 0,42 0,42 0,42 0,42 12,86 24,01 25,07 26,18 27,34 9 LENGAYANG 1,82 0,38 0,38 0,38 0,38 158,52 196,66 205,31 214,35 223,78 10 SUTERA 0,51 0,51 0,51 0,51 0,51 184,05 53,24 55,59 58,05 60,61 11 BATANG KAPAS 0,38 0,38 0,38 0,38 0,38 191,64 42,37 44,24 46,20 48,24 12 IV JURAI 0,84 0,84 0,84 0,84 0,84 195,40 108,35 113,13 118,12 123,33 13 BAYANG 0,72 0,72 0,72 0,72 0,72 192,77 239,61 250,15 261,16 272,65 14 IV NAGARI BAYANG UTARA 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 194,25 205,19 214,22 223,65 233,49 15 KOTO XI TARUSAN 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 198,29 198,19 206,91 216,02 225,52 Total 0,61 0,51 0,51 0,51 0, , , , , ,39 Sumber : Analisa POKJA Sanitasi Kab. Pessel 2015 Dilihat Dari Tabel diatas distribusi atau tingkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkirakan akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksisting. Di mana jumlah konsentrasi penduduk akan relatif terkonsentrasi pada pusat-pusat aktivitas ekonomi dengan kelengkapan sarana dan infrastruktur yang pada umumnya terletak di kawasan perkotaan (ibukota kecamatan, kabupaten). Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari. Oleh karena itu, perkembangan wilayah kota kabupaten dan kecamatan di masa yang akan datang perlu diantisipasi karena dinamika akan terus berlanjut. Hal ini didasari dengan tingkat daya dukung sumberdaya alam dan lingkungan yang terbatas di mana pada kondisi tertentu terjadi penipisan SDA (Nature Resource Deplation) dan penurunan kualitas lingkungan (environmental degradation). Di samping itu juga untuk menghindari kemungkinan terjadinya disparitas perkembangan antar wilayah secara horisontal dan perilaku sosial ekonomi sebagai faktor pengikutnya. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan sistem pendistribusian penduduk ke semua wilayah secara merata dengan penyediaan dan kelengkapan faktor pengikat (sarana dan prasarana pendukung aktivitas sosial ekonomi termasuk infrastruktur yang lebih baik), sehingga penduduk tidak lagi terkonsentrasi pada wilayah terpadat, terutama pada daerah perkotaan. Selain itu pembangunan usaha ekonomi potensial yang berbasis pada kemampuan dan nilai potensi wilayah yang dapat dikembangkan, sehingga tingkat kesejahteraan penduduk meningkat. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 12

13 Angka Kemiskinan per KK Untuk menghitung tingkat kesejahteraan, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan program yang disebut sebagai Pendataan Keluarga setiap setahun sekali yang dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dasar kependudukan dan keluarga dalam rangka program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Data kemiskinan dilakukan lewat pentahapan keluarga sejahtera yang dibagi menjadi lima tahap, yaitu: Keluarga Pra Sejahtera (sangat miskin), Keluarga Sejahtera I (miskin), Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, Keluarga Sejahtera III plus. Sekitar 56% keluarga di Indonesia masih berada dalam tingkat Pra Sejahtera dan Sejahtera I. Mereka belum tergolong miskin, tetapi baru bisa memenuhi kebutuhan fisik minimal. Pada kondisi tersebut, mereka mudah sekali jatuh menjadi miskin. Dalam Program Pembangunan Keluarga Sejahtera BKKBN, Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I lebih tepat disebut sebagai Keluarga Tertinggal, karena yang disebut sebagai Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum mampu untuk berobat disarana kesehatan modern. Pada hakekatnya indikator pendataan Keluarga Sejahtera menggunakan perumusan konsep "Keluarga Sejahtera" yang lebih luas daripada sekedar definisi kemakmuran atau kebahagiaan. Undang-Undang No. 10 tahun 1992 menyebutkan bahwa Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota, serta antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Kriteria yang ditetapkan BPS (Badan Pusat Statistik) tentang garis kemiskinan ialah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan makan kalori perhari perkapita. Masalah kemiskinan dan pengangguran merupakan salah satu faktor penghambat pembangunan pada suatu daerah. Dengan adanya penduduk miskin pada suatu wilayah, akan berdampak pada adanya penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ; angka kemiskinan yang relatif tinggi yakni KK atau 8.45% pada tahun Data ini sebenarnya telah menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 13

14 tahun Walupun demikian Kabupaten Pesisir Selatan masih harus bekerja keras karena angka tersebut masih berada diatas rata-rata kemiskinan propinsi dan nasional. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 2.7. Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pesisir Selatan Tahun No Indikator Tahun Tingkat Kemiskinan (%) 9,75 8,69 8,59 8,45*) Sumber :BPS Kab. Pesisir Selatan Ket: *) Angka Sementara Tabel 2.8. Jumlah Penduduk Miskin Per KK No Nama Kecamatan/Nagari Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 SILAUT LUNANG BASA AMPEK BALAI TAPAN RANAH AMPEK HUL TAPAN PANCUNG SOAL AIR PURA LINGO SARI BAGANTI RANAH PESISIR LENGAYANG SUTERA BATANG KAPAS IV JURAI BAYANG IV NAGARI BAYANG UTARA KOTO XI TARUSAN Total KK Miskin Kab. Pesisir Selatan Sumber : Dokumen SLHD Kab. Pessel E. Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Pesisir Selatan periode tahun merupakan pedoman perencanaan pembangunan di Kabupaten Pesisir Selatan untuk periode yang berhubungan dengan ruang. RTRW Kabupaten Pesisir Selatan telah disahkan dengan Nomor Perda : 07 Tahun 2011 Tentang RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 14

15 Rencana pemanfaatan ruang bertujuan mengidentifikasi pemanfaatan ruang yang menggambarkan ukuran, fungsi dan karakteristik kegiatan alam dan manusia, serta mengantisipasi perubahan/perkembangan bentuk-bentuk pemanfaatan ruang tersebut. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Pesisir Selatan yang berhubungan sarana dan prasarana (berkaitan dengan pembangunan sanitasi) adalah sebagai berikut: - Pembangunan prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang berimbang serta mitigasi bencana. Sedangkan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Pesisir Selatan yang berhubungan sarana dan prasarana (berkaitan dengan pembangunan sanitasi) adalah sebagai berikut: - Membangun utilitas dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman; Rencana pengembangan pusat kegiatan meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Untuk Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan oleh provinsi di sebut PKWp. Sedangkan untuk Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditentukan oleh Kabupaten. Tabel 2.9. NO FUNGSI KOTA Kriteria Fungsi Kota Kabupaten KRITERIA 1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul Wilayah Promosi (PKWp) kedua kegiatan ekspor-impor Kawasan perkotaan yang sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala propinsi atau beberapa kabupaten/ kota Kawasan perkotaan yang berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala propinsi atau beberapa kabupaten/kota Dipromosikan oleh pemerintah propinsi 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) 3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) 4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan;dan/atau Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa;dan/atau Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa;dan/atau Diusulkan oleh pemerintah kabupaten/kota Berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala kecamatan atau beberapa desa;dan/atau Diusulkan oleh pemerintah kecamatan Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 15

16 Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Pesisir Selatan Sumber : RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Periode Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 16

17 Gambar 2.4. Peta Daerah Perkotaan Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 17

18 2.2 KEMAJUAN PELAKSANAAN SSK Kemajuan pelaksanaan SSK Kabupaten Pesisir Selatan diukur dengan cara mereview Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan yang telah disusun pada Tahun 2011 serta Memorandum Program Sanitasi yang disusun Tahun Status implementasi SSK untuk 3 (Tiga) subsektor utama yaitu 1) Air Limbah Domestik, 2) Persampahan, 3) Drainase. A. Subsektor Air Limbah Domestik Implementasi SSK pada subsektor air limbah domestik dapat diketahui kemajuannya sesuai dengan Tabel 2.11 berikut ; Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 18

19 Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Sektor Air Limbah Domestik Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun 2014 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini A. Teknis 1. Meningkatkan kualitas lingkungan dan permukiman dan perumahan kaitannya dengan penyediaan fasilitas air limbah yang memadai 1. Tersedianya perencanaan pengelolaan air limbah domestik rumah tangga skala kecamatan pada akhir Meningkatkan cakupan kepemilikan jamban keluarga dengan penggunaan tangki septik dari 31,5% menjadi 65% pada tahun Meningkatnya jumlah cakupanlayanan pengelolaan air limbah secara komunal dari 11 (sebelas) unit menjadi 51 (lima puluh satu) unit di wilayah padat kumuh miskin perkotaan di akhir Tahun Terbangunnya IPLT Basa Ampek Balati Tahun Rehab IPLT Bukit Penyambungan Tahun dan Belum adanya dokumen perencanaan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pesisir Selatan 2. Jumlah rumah tangga yang memiliki jamban pribadi sebesar 47,51% dimana hanya 31,5% yang mempergunakan tangki septik untuk penyaluran pembuangan limbah tinja ( dari 31,5% hanya 18% yang pernah melakukan penyedotan tangki septik mereka) 3. Baru ada satu IPLT untuk melayani sebagian kawasan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan (Pasar Baru, Sago, Salido, Painan) Telah tersedianya dokumen perencanaan air limbah di Kabupaten Pesisir Selatan Belum adanya penambahan pembangunan IPLT sampai dengan tahun 2014 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 19

20 B. Kelembagaan dan Perundangan 1. Menyediakan Perda Pengolahan dan Pelayanan Air Limbah domestik C. Keuangan 6. Terbangun dan berfungsinya IPLT untuk skala Kabupaten pada akhir tahun yang direncanakan berlokasi di Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Pancung Soal, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, dan Kecamatan Lunang Silaut. 7. Tersedianya lahan IPLT di Kecamatan Lengayang pada Tahun Peningkatan cakupan pelayanan limbah cair rumah tangga dari 47,51% di tahun 2010 menjadi 75% pada Tahun Tersedianya Saluran Pembangunan Air Limbah (SPAL) skala kecamatan tahun Peningkatan pengawasan terhadap penanganan limbah cair industri rumah tangga agar tetap memenuhi baku mutu lingkungan 1. Tersedianya Perda Tentang Pegelolaan dan Pelayanan air limbah domestik pada Tahun Sampai dengan Tahun 2015 belum ada peraturan perundangan yang secara kusus mengatur tentang pelayanan dan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 20

21 1. Meningkatkan pendanaan sektor air limbah domesik baik dari sumber dana yang berasal dari APBD Kaupaten, APBD Provinsi dan APBN 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan pelaku swasta dalam pengelolaan air limbah domestik 1. Meningkatkan porsi pendanaan sektor air limbah domestik dari sumber mata anggaran APBD Kabupaten sebesar 0,5% ( dari 0,7% menjadi 1,3% ) 2. Mendorong pihak swasta dalam pendanaan sektor air limbah domestik dari pembiayaan lainnya (melalui CSR) 1. Sumber : Buku Putih Sanitasi & SSK Pessel 2011 serta data sekunder 2014 B. Pengelolaan Persampahan Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK untuk sektor Persampahan Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun 2014 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini A. Teknis Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Pesisir Selatan melalui peningkatan kuantitas dan kualitas pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan untuk seluruh kecamatan mendekati Standar Pelayanan Minimum (SPM) 1. Tersedianya dokumen perencanaan layanan pengelolaan persampahan pada akhir tahun 2012 (Master Plan Persampahan) 2. Meningkatnya efektivitas layanan pengelolaan persampahan dari 15% menjadi 50% pada Tahun 2016 Belum adanya dokumen perencanaan ( Master Plan ) skala kabupaten di Kabupaten Pesisir Selatan Baru ada satu TPA ( Gungung Bungkuk ), dimana hanya bisa melayani sebagian kawasan yang ada Kabupaten Pesisir Selatan Sudah adanya masterplan persampahan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 21

22 B. Kelembagaan dan Perundangan 1. Menyediakan Perda Pengolahan dan Pelayanan Persampahan C. Keuangan 3. Mengurangi timbulan sampah Post Collection hingga 98 m3/hari menjadi 85,26 m3/hari pada tahun 2015 untuk wilayah perkotaan 4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah dengan sytem 3R ( Reduse, Reuse, Recycle ) pada setiap kecamatan di luar area pelayanan persampahan 5. Tersedianya prasarana dan sarana pengolahan persampahan terpadu skala kabupaten 1. Tersedianya Perda Tentang Pegelolaan dan Pelayanan persampahn pada Tahun 2011 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 22

23 C. Drainase Perkotaan Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Sektor Drainase Perkotaan Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun 2014 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini A. Teknis 1. Meningkatkan Lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Pesisir Selatan melalui penyediaan sarana dan prasarana drainase perkotaan B. Kelembagaan dan Perundangan 1. Meningkatkan tupoksi antara lembaga regulator dan operator 1. Tersedianya dokumen perencanaan sistem drainse kabupaten yang terintegrasi pada akhir tahun 2012 ( Master plan drainase ) 2. Berkurangnya luas genangan di Kabupaten Pesisir Selatan dari 118,85 Ha menjadi 70,5 Ha pada akhir tahun Tersedianya tupoksi lembaga yang berperan sebagai operator dan regulator pada tahun 2012 Genangan yang terjadi dikawasan permukiman penduduk Kabupaten Pesisir Selatan dengan kategori antara 1 s/d 3 jam adalah 26%, Setengah atau lebih dari satu hari mencapai 31,2% (data EHRA) Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 23

24 D. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Sektor Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun Strategi Sanitasi Kabupaten Tahun 2014 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini A. Teknis 1. Terwujudnya Kabupaten Pesisir Selatan yang sehat dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 1. Meningkatkan pengetahuan PHBS sejak pendidikan usia dini sampai dengan pendidikan tingkat menengah tahun Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat sampai tahun 2016 di Kabupaten Pesisir Selatan 3. Meningkatkan peran media dalam promosi PHBS sampai dengan Tahun Menciptakan sektor swasta dalam promosi PHBS sampai dengan Tahun Meningkatkan peran organisasi pemuda dalam kemasyarakatan dalam mendukung gerakan PHBS di masyarakat Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 24

25 2.3 PROFIL SANITASI SAAT INI A. Air Limbah Domestik 1. SISTEM DAN INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN DAN PELAYANAN Pengelolaan limbah cair domestik yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan lebih pada pemanfaatan sistem setempat (on site system) antara lain Black Water dan Grey Water yang kemudian dibuang ke sungai, lahan, kosong septik tank yang kemudian dibuang ke drainase lingkungan. Adapun data jumlah rumah tangga yang mempunyai fasilitas pembuangan limbah cair domestik maupun limbah tinja dapat dilihat pada Tabel 2... Sementara itu septik tank yang ada sebagian besar tidak ditata dengan dasar yang kedap air. Kondisi ini dikhawatirkan akan mencemari/merembes ke tanah sekitar. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja dibangun pada tahun 2007, IPLT ini berada di Gunung Bungkuk Kenagarian Lumpo dengan kapasitas m3, IPLT ini masih berfungsi tapi dalam kondisi terawat. Armada truk tinja ada 1 buah, pengadaan tahun 2006, masing-masing armada melayani 2-3 rit per hari. Pengelolaan IPLT dan truk tinja ini berada di Dinas PU Kab. Pesisir Selatan. Daerah pelayanannya meliputi : Kota Painan, Salido, Sago, dan Kecamatan Bayang dengan tingkat pelayanan untuk ketiga kecamatan tersebut sebesar 6o%. Pelayanan air limbah yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum mencakup Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang terdir dari 15 Kecamatan, namun pelayanan ini tergantung dari permintaan yang membutuhkan jasa penyedotan Kakus. Sampai TA 2009 ini dari 15 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan baru 8 Kecamatan yang pernah dilakukan penyedotan tinja, hal ini disebabkan 7 Kecamatan lokasinya jauh dari sarana IPLT dan masyarakat masih sanggup membokar tinja septic tanknya sendiri Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Pesisir Selatan masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 25

26 Tabel Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat ini Kabupaten Pesisir Selatan Sanitasi Tidak Layak Sanitasi Layak Sistem Onsite Sistem Offsite Nama Kecamatan/Nagari Skala Rumah Tangga Sistem Berbasis Komunal Skala Kawasan/Terpusat No Kabupaten Pesisir Selatan BABS (KK) Cubluk ***, Jamban Tidak Aman** Cubluk aman/jamban keluarga dgn tangki septik aman MCK/Jamban Bersama MCK Komunal**** Tangki Septik Komunal l > 10 KK IPAL Komunal Sambungan Rumah Yang Berfungsi Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa Kota Desa 1 SILAUT LUNANG BASA AMPEK BALAI TAPAN RANAH AMPEK HUL TAPAN PANCUNG SOAL AIR PURA LINGO SARI BAGANTI RANAH PESISIR LENGAYANG SUTERA BATANG KAPAS IV JURAI BAYANG IV NAGARI BAYANG UTARA KOTO XI TARUSAN TOTAL Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 26

27 Gambar 2.5. Diagram Sistim Sanitasi Sektor Air Limbah DIAGRAM SISTEM SANITASI SEKTOR AIR LIMBAH Produk Imput User Interface Pengumpulan & Penampungan/Penolahan Awal Pengakutan/Pengaliran (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Jamban Pribadi 65,53% BLACK WATER TINJA URIN Jamban Bersama 0,31% 17,17% Tangki Septik 1 Unit Truk tinja AIR PEMBERSIH IPLT AIR PENGGELONTOR 48,35% CUBLUK KEBUN Tidak Punya Jamban 32,38% Belum ada SPAL DRAINASE GREY WATER AIR CUCIAN DARI DAPUR AIR UNTUK MANDI Belum ada SPAL AIR CUCI PAKAIAN SUNGAI Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 27

28 2. KELEMBAGAAN DAN PERATURAN KONDISI KELEMBAGAAN Instansi Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan yang menangani dan terkait dalam pengelolaan limbah cair antara lain : Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan serta Kantor Lingkungan Hidup dalam bidang Penanggulangan dan Pengendalian Pencemaran. A. Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan Tugas dan Kewenangan Dinas Pekerjaan Umum Bidang kebersihan dan Pertamanan berada pada posisi seksi pengolahan limbah. Adapun tugas dan kewenangan seksi pengolahan limbah dalam hal ini adalah: Perencanaan Teknis pembangunan serta peningkatan layanan bidang limbah cair. Penyediaan dan pendistribusian layanan limbah cair. Meningkatkan cakupan pelayanan dan kualitas pengelolaan limbah cair. Mengembangkan kelembagaan dan peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan Limbah cair. Memberdayakan masyarakat dalam penanganan limbah cair dan mendorong pengelolaan limbah cair berbasis masyarakat. Supervisi. Monitoring dan Evaluasi. Untuk lebih jelasnya mengenai posisi dari seksi penanggulangan dan pencemaran di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada gambar 2.5 B. Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Sedangkan tugas dan kewenangan Kantor Lingkungan Hidup dalam pengelolaan limbah berada pada posisi seksi penanggulangan dan pengendalian pencemaran, adapun tugas serta wewenang dari seksi penanggulangan dan pengendalian pencemaran dalam hal ini adalah : Pengkoordinasian pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan Pembinaan teknis perencanaan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan. Mengeluarkan Ijin Pembuangan Limbah cair. Untuk lebih jelasnya mengenai posisi dari seksi penanggulangan dan pencemaran di Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan dapat dilihat pada gambar 2.6 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 28

29 Gambar 2.6. Kepala Bid. Bina Teknik Eselon III.b Kepala Seksi Perencanaan Teknis Bid. Bina Marga Eselon IV.a Kepala Seksi Perencanaan Teknis Bid. Bina Marga Eselon IV.a Kepala Seksi Pengujian Mutu dan Laboratorium Eselon IV.a Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan Kepala Bid. Bina Marga Eselon III.b Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan Eselon IV.a Kepala Seksi pembangunan dan Pemeliharaan Jalan Eselon IV.a Kepala Dinas Pekerjaan Umum Eselon. II.b Kepala Bid. Cipta Karya Eselon III.b Kepala Seksi Tata Ruang Eselon IV.a Kepala Penataan Bangunan dan Lingkungan Kepala Seksi Perumahan dan Permukiman Eselon IV.a Kepala Bid. Kebersihan dan pertaman Eselon III.b Kepala Seksi Kebersihan Eselon IV.a Kepala Seksi Pertamanan Eselon IV.a Sekretaris Eselon II.a Kepala Seksi Pengolahan Limbah Eselon IV.a Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Eselon IV.a Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan Eselon IV.a Kepala Sub Keuangan Eselon IV.a Gambar 2.7. Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pesisir Selatan KEPALA KANTOR LH Drs. Khairul Efendi Nip Sub Bagian Tata Usaha Zulkarnaini, S.Sos, MM Jabatan Fungsional Staf Bagian Tata Usaha 1. Riwendra Permana 2. Maries 3. Tuti Susanti 4. Roni Efendi 5. Purwadita Utami 6. Zulpadri Seksi Kasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Seksi Pengendalian dan Penanggulangan Pencemaran Seksi Pembangunan dan Pengawasan Staf AMDAL 1. Nofendri, S. SI 2. Vino Aryandani Staf Pengendalian Pencemaran 1. Meri Zelni, ST 2. Monarizal, ST 3. Rina Gusma Devita, ST 4. Fitria Asli. AMD Staf Pengawasan 1. Dewi Sartika, S.SI 2. Yuliharce, ST 3. Ridhatul Aulia, S.St Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 29

30 UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN Berikut ini peraturan-peraturan lingkungan dan peraturan daerah yang berlaku terkait pengelolaan air limbah. Peraturan Perundangan Republik Indonesia : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air. 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1 995 Tentang Program Kali Bersih. 9. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 269/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 10. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 337/1996 tentang Petunjuk Tata Laksana UKL dan UPL Departemen Pekerjaan Umum. 11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 296/1996 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan UKL dan UPL Proyek Bidang Pekerjaan Umum. 12. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 13. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. 14. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik. 15. Petunjuk Teknis Nomor KDT Ped I Judul Pedoman Teknis Penyehatan Perumahan. 16. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I Judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Instalasi Pengolahan Air Sistem Berpindah-pindah (Mobile) Kapasitas 0.5 Liter/detik. 17. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pan I Judul Panduan dan Petunjuk Praktis Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 30

31 Pengelolaan Drainase Perkotaan. 18. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet D Judul Petunjuk Teknis Tata Cara Pengoperasian dan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus. 19. Petunjuk Teknis Nomor KDT Man P Judul Manual Teknis MCK. 20. Petunjuk Tenis Nomor KDT Pet B judul Petunjuk Tenis Pembuatan Sumur Resapan. 21. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 06 Tahun 2006 tentang Retribusi Penyedotan Kakus. 22. Peraturan Bupati Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Rincian Biaya Penyedotan Kakus. Sedangkan untuk baku mutu yang dipergunakan dalam pengelolaan air limbah sesuai Tabel 2... berikut ini Tabel Baku Mutu Kualitas Air Limbah No. Parameter Satuan Kadar Maksimum 1 ph BOD mg/l TSS mg/l Minyak dan Lemak mg/l 10 Sumber : KepMen LH No. 112 Tahun 2003 B. PERSAMPAHAN 1. SISTEM DAN INFRASTRUKTUR PENGELOLAAN DAN PELAYANAN Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan suatu kota adalah pengelolaan persampahan di kota tersebut. Pengelolaan persampahan yang tidak terprogram akan menyebabkan penanganan sampah yang tidak tuntas, sehingga ada sampah yang tidak terangkut yang menyebabkan kebersihan dan keindahan kota tidak tercapai. Dalam setiap Pemerintah Kota, sampah dari rumah tangga dikumpulkan baik yang menggunakan gerobak sampah maupun yang langsung masuk truk sampah. Sampah yang dikumpulkan melalui gerobak dan truk-truk kecil kemudian dibawa ke suatu tempat pengumpulan atau peralihan yang disebut Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau Trans Depo. Di TPS dilakukan pemindahan, biasanya secara manual ke dalam truk yang lebih besar untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sedangkan Trans Depo pemindahannya dapat dilakukan langsung dari gerobak ke truk melalui ramp. Umumnya jumlah truk dan biaya tidak mencukupi kebutuhan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 31

32 untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua wilayah disetiap Pemerintah Kota/Kabupaten. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Diagram Sistem Persampahan sebagai Berikut : Gambar 2.8. Diagram Sistim Sanitasi Sektor Persampahan DIAGRAM SISTEM SANITASI SEKTOR PERSAMPAHAN Produk Imput User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara (TPS) Pengakutan Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/ Pengolahan Akhir Kompos Skala Rumah Tangga 15,70 % 5,23 % Sampah Organik Gerobak/Becak Motor 7 Unit Contaiane 9 Unit PEMULUNG Taman/Fasum Sampah Anorganik Daur Ulang Skala Rumah Tangga TPS Pasangan Beton/kayu 42 Unit Dump Truck 5 Unit 13,05 % 66 % 1. Timbulan Sampah Timbulan sampah adalah merupakan hasil dari aktivitas masyarakat dengan banyaknya sampah yang dihasilkan per orang perhari dalam satuan volume maupun berat dan pada tempat- tempat pelayanan umum atau tempat komersial lainnya, dimana timbulan sampah dari sumbernya disini digolangkan dengan dua jenis yaitu : Sampah Domestik yaitu sampah yang dihasilkan dari aktifitas rumah tangga. Sampah Non Domestik yaitu sampah yang dihasilkan dari tempat-tempat pelayanan umum seperti dari pasar, perkantoran, jalan raya dan aktivitas komersil lainnya. Analisis dari timbulan sampah kabupaten Pesisir Selatan bertitik tolak dari jumlah 2 liter / orang / hari untuk penduduk yang dikatogorikan sampah Domestik sedangkan untuk sampah Non Domestik adalah 25 % dari sampah Domestik. Jadi timbulan Domestik dan Non Domestik adalah 2,5 liter / orang / hari atau 0,36 kg / orang / hari. Dalam hal ini untuk perhitungan timbulan sampah di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dipisahkan berdasarkan sampah yang berasal dari kawasan perkotaan dan kawasan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 32

33 perdesaat. Daftar Perkiraan Timbulan Sampah Perhari Pada Wilayah Kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.16 berikut ini: Tabel Timbulan Sampah per Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan Jumlah Penduduk (Th. 2014) Perkiraan Volume Timbulan Sampah No Nama Kecamatan/Nagari Kabupaten Pesisir Selatan Wilayah Perdesaan Wilayah perkotaan Total Wilayah Perdesaan Wilayah perkotaan Total (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%) (M3/Hr) (%) (M3/Hr) (%) (M3/Hr) 1 SILAUT ,77 15,32 0,86 7,43 2,63 22,75 2 LUNANG ,07 17,88 2,00 17,30 4,07 35,18 3 BASA AMPEK BALAI TAPAN ,18 27,49 3,18 27,49 4 RANAH AMPEK HUL TAPAN ,11 0,95 3,23 27,97 3,34 28,92 5 PANCUNG SOAL ,92 51,22 5,92 51,22 6 AIR PURA ,71 14,81 1,31 11,29 3,02 26,10 7 LINGO SARI BAGANTI ,62 48,58 3,06 26,49 8,68 75,07 8 RANAH PESISIR ,58 31,00 2,54 22,00 6,13 53,00 9 LENGAYANG ,39 72,52 7,44 64,30 15,82 136,83 10 SUTERA ,68 40,51 5,36 46,38 10,05 86,89 11 BATANG KAPAS ,54 30,65 2,82 24,39 6,36 55,04 12 IV JURAI ,82 93,59 10,82 93,59 13 BAYANG ,91 77,06 8,91 77,06 14 IV NAGARI BAYANG UTARA ,84 7,24 0,65 5,61 1,49 12,86 15 KOTO XI TARUSAN ,32 54,67 3,26 28,18 9,58 82,86 Sumber : TOTAL ,64 334,15 61,36 530,72 100,00 864,86 Daerah pelayanan persampahan yang dikelola oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan adalah ibu kota Kabupaten yaitu Kota Painan Salido Sago, Ibu Kecamatan Bayang yaitu Pasar Baru dan Pasar Batang Kuok di Kecamatan Batang Kapas. Dimana permasalahan persampahan yang timbul pada umumnya adalah pada daerah perkotaan atau kawasan padat. 2. Daerah Pelayanan Persampahan Kabupaten Pesisir Selatan Pada saat ini pelayanan yang dilakukan oleh Bidang Kebersihan Dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum baru mencakupi daerah pelayanan yaitu: a. Kecamatan IV Jurai Kota Painan Salido (Ibukota Kabupaten) yang terdiri dari, seperti dapat dilihat pada tabel 2.17 Kenagarian Lumpo - Pasar Lumpo Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 33

34 Tabel Daerah Pelayanan Kota Painan Salido (Ibu Kota Kabupaten) No Kenagarian Kampung 1 Painan Painan Utara Bukit Putus Rawang Luas Wilayah ( Km² ) Jumlah Penduduk ( jiwa ) Jmlh KK 8, Painan Selatan Painan Painan Selatan Carocok Painan Sungai Nipah 3 Painan Timur Painan Painan Timur Kampung Tangah 32, , Bungo Pasang Salido Bungo Pasang I 8, Bungo Pasang II Bungo Pasang III 5 Salido Laban Salido 11, Balai Lamo Salido Kampung Luar Koto Salido Pasar Salido 6 Sago Salido Karang Sago 9, Kp. Baru Sago Sianik Sago Jumlah 139, Sumber : Dokumen Master plan persampahan Pessel b. Kecamatan Bayang Kenagarian Pasar Baru Pasar Pasar Baru c. Kecamatan Batang Kapas Pasar Batang Kuok 3. Timbulan Sampah Daerah Pelayanan Pengelolaan Pelayanan Persampahan pada saat ini yang dikelola Bidang Kebersihan Dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan adalah Ibu Kota Kabupaten yang merupakan wilayah kecamatan IV Jurai dan wilayah terdekat yaitu Kecamatan Bayang (Kenagarian Pasar Baru dan Pasar Pasar Baru) dan Kecamatan Batang Kapas (Pasar Kuok). Timbulan sampah pada daerah pelayanan dengan dasar analisa diatas yang bertitik tolak pada jumlah penduduk daerah pelayanan dan asumsi timbulan sampah yaitu Sampah Domestik 2 l/org/hari dan Sampah Non Domestik 25 % dari Sampah Domestik. Dimana daerah pelayanan terletak pada tiga kecamatan, maka timbulan sampah pada tiga kecamatan yang dilayani seperti Tabel 2.18 dibawah ini. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 34

35 Tabel Cakupan Akses dan sistem layanan Persampahan Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan No Nama Kecamatan Wilayah perdesaan 3R Wilayah perkotaan Total Volume sampah yg terangkut ke TPA Wilayah Perkotaan Total (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) (%) (M3) 1 SILAUT LUNANG BASA AMPEK BALAI TAPAN RANAH AMPEK HUL TAPAN PANCUNG SOAL AIR PURA LINGO SARI BAGANTI RANAH PESISIR LENGAYANG SUTERA BATANG KAPAS - - 0,50 2,00 0,50 2,00 1,75 3,89 2,25 5,89 12 IV JURAI - - 1,27 5,04 1,27 5,04 7,23 16,10 8,49 21,14 13 BAYANG IV NAGARI BAYANG UTARA KOTO XI TARUSAN 0,49 1, ,49 1, ,49 1,09 0,49 1,09 1,77 7,04 2,26 8,13 8,97 19,99 11,23 28,12 0,0 4. Sistem Operasional Pelayanan Persampahan Dalam penanganan pelayanan Kebersihan / Persampahan Kabupaten Pesisir Selatan umumnya dan Kota Painan Salido khususnya, pada operasional di lapangan yang dibagi menurut jenis pekerjaan dan setiap jenis pekerjaan diawasi oleh petugas pengawas yang ditunjuk Bidang Kebersihan Dan Pertamanan. Jenis pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut : a) Penyapu Jalan b) Pemotongan rumput pada bahu jalan dan taman c) Pembersihan drainase d) Pengumpulan/pemindahan e) Pewadahan sampah f) Pengelolaan sampah pasar pada kecamatan g) Pengangkutan Faktor yang mempengaruhi kinerja operasi pengangkutan adalah Jarak titik akhir pengumpulan terhadap TPA; Model kendaraan angkut dan kondisi fisiknya; Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 35

36 Kondisi jalan baik kepadatan arus lalu lintas maupun kualitas jalan yang dilaluinya. Pengangkutan sampah dalam rangka pelayanan kebersihan Kabupaten Pesisir Selatan umumnya dan Kota Painan Salido khususnya, adalah tahap membawa sampah dari lokasi baik dari sumbernya sendiri atau dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan bak kontainer untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir yaitu untuk Kota Painan Salido Sago, Pasar Lumpo dan Pasar Baru adalah TPA Sampah Gunung Bungkuk, sampah Pasar Kuok di bawa ke TPA Batang Kapas yaitu di Taluk Kasai. Operasional pengangkutan sampah pada Bidang Kebersihan Dan Pertamanan saat ini dengan sarana yang ada yaitu dump truk dan amrol truk dalam pelaksanaan di lapangan dapat dirinci adalah sebagai berikut : A. Dump Truk Operasional pengangkutan sampah dengan armada dump truk, daerah pelayanan dibagi dengan empat area dan satu untuk pasar Painan seperti uraian di bawah ini : Area A dengan wilayahnya : Jalan dua jalur Painan, Jalan Darwis (sebagian Painan Utara dan sebagian Painan Selatan), Koto Salido Area B dengan wilayahnya : Painan Selatan dan sebagian Painan Utara Area C Sebagian Painan Utara dan sebagian Painan Timur Area D Kampung Luar, Sago, dan Pasar Baru Pasar Painan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 36

37 Gambar 2.9. Peta Rute Dump Truk Sampah Kab. Pesisir Selatan (Layanan Persampahan) AREA D SAGO AREA A SALIDO AREA C PAINAN PASAR PAINAN AREA B Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 37

38 Operasional pengumpulan sampah di daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan mobil sampah maka sistem pemindahan atau pengumpulan sampah menggunakan becak motor ataupun gerobak sampah dengan sistem individual tidak langsung. Pola Pengumpulan Individual Tidak Langsung adalah cara pengumpulan sampah dari masing-masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan (TPS) menggunakan gerobak dan becak sampah untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Bentuk skema pengangkutan sampah pola individual tidak langsung yang saat ini diterapkan di Kabupaten Pesisir Selatan, dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar Sistem Pengangkutan Dengan Gerobak dan Becak Motor Becak motor Gerobak TPA Sampah RT TPS Dump Truk Setelah pemindahan atau pengumpulan sampah ke transfer depo (TPS) kemudian sampah diangkut oleh Dump Truck adapun system yang digunakan dalam pengangkutan sampah adalah pola sistem individual langsung. Pola Pengumpulan Individual Langsung adalah cara pengumpulan sampah dari rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa proses pemindahan. Bentuk skema pengangkutan sampah pola individual langsung dapat dilihat pada gambar berikut. TPS Gambar Sistim Pengangkutan Dump Truck Sampah RT TPA Bin/Tong Sampah Dump Truk Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 38

39 B. Amrol truk Armada ini untuk pengangkutan bak kontainer yang berfungsi untuk tempat penampungan sampah sementara dan memindahkan sampahnya ke TPA. Penempatan bak bak kontainer adalah pada wilayah pemukiman yang tidak dilalui oleh dump truk, tempat wisata dan pasar, lokasi bak kontainer adalah : Perumahan Painan Timur GOR Ilyas Yakup Rawang Objek wisata Carocok Pasar Sago Pasar Lumpo Pasar- Pasar baru Pasar Kuok Batang Kapas Waktu pengangkutannya dalam hal ini disesuaikan dengan kondisi lapangan apabila bak kontainer sudah penuh dilakukan pembuangan ke TPA. Sistem Pengangkutan Sampah menggunakan Armroll Truck yaitu Sistem Container Yang Diangkut, kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi container pertama untuk mengambil/mengangkut sampah langsung ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong kembali ke lokasi pertama tadi untuk menurunkan kontainer tersebut, dan kemudian menuju ke lokasi kedua untuk mengambil kontainer yang berisi untuk diangkut ke TPA dan selanjutnya mengembalikan kontainer kosong tersebut ketempat semula. Demikian seterusnya sampai pada shift terakhir. Gambar Sistim Kontainer Yang Diangkut Berisi Kosong Berisi Kosong Berisi Kosong TPA Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 39

40 Gambar Alur Pengangkutan Bak Kontainer Pasar Baru Pasar Sago I Pasar Sago II Rawang TPA S GUNUNG F O O L Amrol Truk I Amrol Truk II Carocok Painan Timur TPA Bt Kapas Pasar Bt Kapas I Pasar Bt Kapas II Ketrangan : Dari Fool amrool kosong Kembali ke fool amrool kosong Membuang ke TPA Mengambilkan bak kontainer Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 40

41 Gambar Peta Penempatan Bak Kontainer Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 41

42 h) Pemilahan Sampah Dalam rangka pengurangan sampah dari sumbernya yang mana nantinya akan menjadi beban dari TPA maka pemilahan sampah seharusnya dioptimalkan, tapi pada saat ini pemilahan masih dilakukan secara individu baik dari pemulung maupun dari pekerja kebersihan sendiri. Sampah sampah yang dipilah yaitu sampah yang ada nilai ekonomisnya seperti : Karton / kertas Plastik Metal / logam i) Pengolahan Sampah Pengolahan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi sampah dengan cara merubah bentuk sehingga nantinya bisa menjadi bermanfaat atau mempunyai nilai ekonomis. Sampah yang dihasilkan terdiri dari dua jenis yaitu : Sampah organik yaitu sampah yang mudah membusuk terdiri dari bekas makanan, sisa sayuran, sisa buah buahan, daun daunan dan rumput (sampah basah). Sampah anorganik yaitu sampah kering yang sukar membusuk seperti kertas atau kardus, kaca atau gelas, plastik, besi dan logam lainnya. Bidang Kebersihan Dan Pertamanan pada saat ini telah berupaya melakukan Pengolahan sampah antara lain adalah : Pengomposan Pengomposan adalah sistim pengolahan sampah organik (pupuk organik). Dalam hal ini memang dibutuhkan partisipasi masyarakat agar pengolahan sampah dapat optimal mulai pemilahan di sumbernya dan pengomposan secara individu maupun secara komunal. Pemerintah Daerah melalui perangkatnya baik Dinas atau Kantor yang terkait umumnya, Bidang Kebersihan dan Pertamanan khususnya selalu berupaya untuk meningkatkan baik sarana dan prasarana maupun sumber daya aparatur serta kelompok masyarakat melalui pelatihan, sosialisasi atau desiminasi serta himbauan dalam hal pengolahan sampah (pengomposan). Tinjauan terhadap praktek-praktek pengomposan yang dilakukan di berbagai kota di Indonesia, menyimpulkan bahwa pengomposan akan lebih efektif dan efisien Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 42

43 jika dilakukan dengan pola kemitraan bersama masyarakat atau swasta. Dan tentunya hal yang perlu diperhatikan adalah mekanisme kemitraan itu sendiri. Sering terjadi masyarakat diajak mengomposkan sampah, akan tetapi tidak dikembangkan mekanisme insentifnya, sehingga sering terjadi masyarakat merasa berat dengan biaya operasi pengomposan tersebut. Dalam aspek teknologi pengomposan, banyak alternatif yang sudah dikembangkan dan bahkan teruji di Indonesia. Teknologi pengomposan sudah tersedia dari teknologi sederhana hingga teknologi canggih. Pemilihan teknologi akan ditentukan oleh pelaku pengomposan itu sendiri. Pengomposan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kiranya cukup menggunakan metode sederhana, sedangkan untuk pelaku swasta untuk meningkatkan efisiensi, selayaknya perlu dipakai teknologi tinggi, seperti biodegester. Pada saat ini Bidang kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai beberapa titik lokasi pengomposan yaitu : Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) sebanyak dua unit: Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Gunung Bungkuk Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Sago Rumah kompos skala lingkungan 4 unit : Painan Timur Jalan Darwis, Salido Sago Komposter Animasi 4 unit : Sago Rawang Painan Carocok Painan Taman lapangan tenis Painan Pemanfaatan sarana ini memang belum optimal sebagaimana yang diharapkan. Kegiatan pengomposan yang dilakukan dengan baik secara rutin maupun berkala yaitu pada lokasi TPST Gunung Bungkuk, TPST Sago dan Komposter Animasi. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 43

44 Pencacahan Plastik Pencacahan plastik yaitu upaya untuk merubah sampah plastik menjadi ukuran yang kecil sehingga mempermudah pengangkutan dan meningkatkan nilai ekonomisnya. Pada saat ini Bidang Kebersihan dan Pertamanan memiliki dua lokasi pencacahan plastik yaitu TPST Sago dan TPST Gunung Bungkuk. Lokasi pencacahan plastik yang beroperasi secara rutin saat ini adalah pada lokasi Gunung Bungkuk yang dikelola oleh Unit Usaha Bersama dari Koperasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan. Tabel Data Potensi Sampah Plastik per Kecamatan Yang Ditampung Pengumpul Setiap Bulan No Kecamatan Volume (kg) Pengumpul Keterangan 1. Koto IX Tarusan orang 2. Bayang orang 3. Bayang Utara orang 4. IV Jurai orang 5. Batang Kapas orang 6. Sutera orang 7. Lengayang orang 8. Ranah Pesisir orang 9. Linggo Sari Baganti orang 10. Pancung Soal orang 11. Basa IV Balai Tapan orang 12. Lunang Silaut orang Jumlah orang Sumber : Hasil survei Bidang Kebersihan Dan Pertamanan, Pemadatan Dan Penimbunan TPA Sampah Gunung Bungkuk Lokasi TPA Sampah Kota Painan Salido dan sekitarnya berada di Gunung Bungkuk Lumpo dengan luas 1 hektar. Sebelum tahun 1997 telah dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir sampah yang operasionalnya adalah dengan Sistim Open Dumping. Pada tahun 1997 beroperasional dengan Sistim Controlled Landfill, setelah melengkapi sarana dan fasilitas yaitu : Kolam lindi Saluran pipa gas metan Sumur pantau Rumah Jaga Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 44

45 Tanggul loading dan jalan operasional Pembangunan tembok penahan di batas lahan TPA Sampah Dalam operasionalnya lahan TPA Sampah Gunung Bungkuk karena luas lahan yang terbatas dengan pemakaian yang sudah sukup lama (19 tahun) sehingga pelaksanaan pengolahan kurang optimal sebagai mana yang diharapkan. Saat ini sudah direncanakan untuk pengembangan lahan TPA Sampah Gunung Bungkuk minimal 5 hektar, masih dalam proses pembebasan tanah. Sampah yang masuk setiap harinya ke TPA Sampah Gunung Bungkuk yang dihantar dengan armada dump truk dan amrol truk yaitu dari Kota Painan Salido dan Sago berkisar rata rata 68,50 M³/hari dan dari Pasar Baru (Kecamatan Bayang) berkisar 7 M³/hari. Pada saat ini lahan dibagi dengan 3 zona dengan pemakaian zona secara bergilir. Bidang Kebersihan Dan Pertamanan menempatkan satu orang pengawas enam orang pekerja dan tiga orang operator alat berat. Dalam rangka untuk dapat mengurangi sampah dan memanfaatkan lahan secara maksimal dengan proses pengolahan dilaksanakan adalah : Penerimaan sampah TPA Sampah Gunung Bungkuk menampung sampah dari wilayah pelayanan yaitu Kota Painan Salido Sago, Kenagarian Pasar baru, Pasar Pasar Baru dan Pasar Lumpo dengan armada pengangkutan yaitu dump truk dan amrol truk, dengan penerimaan sampah rata rata setiap harinya yaitu 75,50 M³. Setiap penerimaan sampah di TPA juga terjadi pemilahan yang dilakukan secara individu baik oleh pemulung maupun pekerja kebersihan sampah yang dipilah yaitu yang ada nilai ekonomisnya. Perataan dan pemadatan Pekerjaan ini dilakukan secara rutin setiap sampah yang masuk dengan penempatan pada zona yang telah ditentukan diratakan dan dipadatkan dengan memamfaatkan alat berat excavator. Penimbunan Pekerjaan ini diakukan secara berkala dan disesuaikan dengan dana yang tersdia, sampah ditimbun secara berlapis berkisar dari 4,5 m sampai dengan 5 m setelah dipadatkan dilakukan penimbunan dengan tanah timbun dengan ketebalan berkisar 20 cm, pelaksanaannya setiap tiga bulan. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 45

46 Penghijauan Dalam rangka perlindungan dan pematangan lahan TPA dilakuan penghijauan dengan pohon pelindung yaitu pohon ketaping, mahoni dan pohon lainnya. 5. Data Sarana dan Prasarana Kebersihan Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan pengelolaan kebersihan Kota Painan khususnya Pesisir Selatan umumnya, bidang Kebersihan dan Pertamanan pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan memiliki sarana dan prasarana dapat dilihat pada rekap tabel sebagai berikut : Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan di Kabupaten Pesisir Selatan N o Jenis Prasarana/Sarana 1 Pengumpulan Setempat 2 Satuan Jml/Lu as total terpak ai Kapasitas / daya tampung* M3 Ritasi/H ari - Gerobak unit 1 0,5 2 1 Bai k Kondisi Rusa k ringa n - Becak/Becak Motor unit Kendaraan Pick Up unit 3 Tempat Penampungan Sementara (TPS) Bak sampah - (beton/kayu/fiber) unit Container unit Transfer Stasiun unit - 3. Pengangkutan SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit - Dump Truck unit Arm Roll Truck unit Compactor Truck unit 3 4 Pengolahan Sampah 5 - Sistem 3R (Rumah Kompos) unit Incinerator unit TPA/TPA Regional Konstruksi:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka Operasional:lahan urug saniter/lahan urug terkendali/ penimbunan terbuka - Luas total TPA yg terpakai Ha 85% - Luas sel Landfill Ha - Daya tampung TPA 6 Alat Berat (M3/ha ri) - Bulldozer unit 1 A5KXL 1 - Whell/truck loader unit 1 JCB.5 Th Rusa k Bera t Keterangan ** Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 46

47 N o Jenis Prasarana/Sarana Satuan Jml/Lu as total terpak ai - Excavator / backhoe unit 1 - Truk tanah unit Kapasitas / daya tampung* M3 313D/WPKD 089 Ritasi/H ari Bai k Kondisi Rusa k ringa n Rusa k Bera t 1 Keterangan ** 7 IPL : Sistem kolam/aerasi/.. Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): - Efluen di Inlet - Efluen di Outlet IPL : Instalasi Pengolahan Lindi Daya tampung TPA : * m3/tahun * Beri keterangan mengenai umur dan lembaga * pengelola 1) Alat Pengangkut Sampah a. Dump Truk Dalam pelaksanaan Rutinitas kebersihan, Bidang Kebersihan memiliki Armada Angkutan Sampah berupa Dump Truk untuk untuk mengangkut sampah dari area timbulan sampah yaitu lokasi perumahan, perkantoran, pasar dan tempat-tempat fasilitas umum lainnya baik diambil dari tempat penampungan semetara (TPS) maupun dengan dor to dor untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan jumlah 5 (lima ) unit dengan keadaan / kondisi sebagaimana diuraikan dalam table dibawah ini : Tabel Data Dump Truk No Nama/Jenis Alat Merk/Type Asal Alat Th.Pengadaan Kondsi Keterangan 1 Dump Truk BA.9634.JA 2 Dump Truk BA.9636.JA 3 Damp Truk BA.9600.GD 4 Dump Truk BA.9601.GD Isuzu J Isuzu J B Isuzu ELF W Isuzu ELF W PLP TK I 1994 Sedang PLP TK I 1994 Sedang ADB 2000 Sedang ADB 2000 Sedang 5 Dump Truk BA.9602.GF 6 DumpTruk BA.9603 GF 7 DumpTruk BA.9604 GF Mitsubishi 4D34T- D79173 APBDTKII 2008 Baik Toyota Dyna APBD Kab. Mutasi Impenaris Toyota Dyna APBD Kab. Mutasi Impenaris Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 47

48 8 DumpTruk BA.9601 GF 9 DumpTruk BA.9605 GF Sumber: Toyota Dyna APBD Kab. Mutasi Impenaris Toyota Dyna APBD Kab. Mutasi Impenaris Gambar Dump Truk Sampah Kabupaten Pesisir Selatan b. Amrol Truk Untuk pengangkutan sampah yang ditempatkan pada bak-bak kontiner di titik-titik tertentu dibawa dengan Amrol Truk ke lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Jumlah armada ini sebanyak 3 (tiga) unit dengan perincian sebagaimana diuraikan dalam tabel berikut ini : Tabel Data Amrol Truk No Nama/Jenis Alat Merk/Type Asal Alat Tahun Pengadaan Kondisi 1 Amrol Truk Isuzu Bison PLP TK I 1994 Rusak Berat BA.9637 P Keterangan 2 Amrol Truk BA.9602 GD 3 Amrol Truk BA.9603.GD Isuzu ELF W Isuzu ELF W ADB 2000 Baik ADB 2000 Baik Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2012 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 48

49 Gambar Amrol Truk Kabupaten Pesisir Selatan c. Becak Motor Sampah Disamping armada Dump Truk Sampah,Bidang Kebersihan juga memiliki armada pengangkutan sampah berupa Becak Motor sampa. Armada ini digunakan pada lokasi-lokasi yang tidak dilalui oleh Dump Truk atau pada saat saat tertentu. Jumlah Armada Becak Motor Sampah ini sebanyak : 5 (lima) unit dengan perincian sebagaimana dalam tabel dibawah ini : Tabel Data Becak / Motor Sampah No Nama/Jenis Alat Merk Asal Alat Tahun. Kondisi Keterangan Pengadaan 1 Becak Motor Kaisar Hibah PLN 2006 Sedang Butuh Pemeliharaan 2 Becak Motor BA.7894.GD Beijing APBD TK II 2007 Butuh Pemeliharaan 3 Becak Motor BA GD Beijing DAK. LH 2007 Butuh Pemeliharaan 4 Becak Motor BA GD Beijing DAK. LH 2007 Butuh Pemeliharaan 5 Becak Motor Beijing PKP PLP TK I 2007 BA JS 6 Motor Sampah Suzuki Spin DAK. LH 2011 Baik BA.2848 G 7 Motor Sampah Suzuki Spin DAK. LH 2011 Baik BA.2848 G 8 Becak Motor Kaisar DAK. LH 2012 Baik BA.2916 G 9 Becak Motor BA.2916 G Kaisar DAK. LH 2012 Baik Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 49

50 Gambar Becak Motor Sampah Kabupaten Pesisir Selatan d. Gerobak Sampah Gerobak Sampah iniditempatkan pada lokasi-lokasi tertentu seperti pasar - pasar dan terminal, digunakan untuksaana pengumpulan sampah dan kemudian dipindahkan kea dump atruk atau bak kontainer dengan perincian adalah sebaai berikut Tabel Data Gerobak Sampah No Nama/Jenis Alat Jumlah Asal Alat Th. Pengadaan Kondisi Keterangan 1 Gerobak Sampah 6. Unit APBD TK II 2005 Rusak (Tarik) Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2014 e. Becak Sampah (Becak Dayung) Becak sampah adalah sebagai alat pengumpul sampah dan penempatannya pada lokasi-lokasi tertentu seperti pasardan lokasi lainnya, dengan perincian seperti table dibawah ini Tabel Data Becak Sampah (Becak Dayung) No Nama/Jenis alat Jumlah Asal Alat Tahun. Pengadaan 1 Becak Sampah (Becak Dayung) 2 Becak Sampah (Becak Dayung) Kondisi 1 (Unit) APBD TK II 2005 Sedang 3 (Unit) PLP TK I 2000 Rusak Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2014 Keterangan 2) Sarana Penampungan Sementara Sampah ( TPS) /TPA S a) Tempat Penampungan Sementara (TPS) Tempat Penampungan Sementara (TPS) ini merupakan suatu wadah sebagai penampung sampah sementara sebelum diangkut/sibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dimana tempat penampungan sementara ini terdiri dari : Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 50

51 - Tempat Penampungan Sementara (TPS) permanen ini terbuat dari pasangan batu bata cor beton dan ditutup dengan besi plat, penempatannya tersebar dalam kota Painan-Salido-Sago khususnya dan Pesisir Selatan pada umumnya. - Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang merupakan bin-bin sampah terbuat dari piber dan kaki terbuat dari pipa besi, penempatannya tersebar pada yempat-tempat fasilitas umum dan perkantoran - Tempat Penampungan Sementara (tong sampah) terbuat dari drom bekas yang dipotong dua diberi kaki dan pegangan, penempatannya tersebar dilokasi-lokasi fasilitas umum. - Tempat Penampungan Sementara (tong sampah) terbuat dari kayu dan penempatannya pada lokasi-lokasi pertokoan dan fasilitas umum lainnya. Tabel Data TPS Permanen No Nama/Jenis Bahan Asal Tahun. Jumlah Kondisi Keterangan Sarana Pengadaan 1 TPS permanen Pasangan APBD unit - bata dan TK II beton 2 TPS permanen Pasangan APBD unit Baik bata dan TK II cor beton 3 TPS permanen Pasangan APBD unit Baik bata dan TK II cor beton Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2014 Gambar Tempat Penampungan Sementara (TPS ) Permanen Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 51

52 Gambar Bik Sampah / Tong Sampah b) Bak Kontainer Bak kontainer ini berfungsi tempat pengumpulan sampah, baik yang ditempatkan masyarakat maupun petugas kebersihan sendiri dan penempatan bak kontainer adalah pada titik tertentu seperti pemukiman masyarakat, pasar serta tempat fasilitas umum lainnya. Bak Kontainer ini ada dua jenis yaitu ada yang tertutup dan ada yang terbuka, dengan keadaan/kondisi terinci dalam tabel berikut ini. Tabel Data Bak Kontainer No Nama/Jenis Sarana 1 Bak Kontainer Terbuka Bahan Asal Tahun. Besi APBD TK II pengadaan Jumlah Kondisi Keterangan unit Rusak sedang 2 Bak Kontainer Terbuka Besi APBD TK II unit Rusak ringan 3 Bak Kontainer Terbuka Besi APBD TK II unit Baik 4 Bak Kontainer Tertutup Besi APBD TK II unit Baik 5 Bak Kontainer Terbuka Besi APBD TK II 4 unit Baik 6 Bak Kontainer Terbuka DAK 4 unit Baik Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2012 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 52

53 Gambar Bak Kontainer c) Rumah Pencacah Sampah/Rumah kompos Rumah tempat pencacah sampah dan rumah kompos ada dua lokasi dengan data dan fasilitasnya seperti dalam tabel berikut ini. Tabel Rumah Pencacah Sampah / Rumah Kompos Nama/Fasilitas Sarana Lokasi Luas/Unit Asal Th. pengadaan 1 Rumah Kompos Sago Mesin Pencacah Plastik Mesin Pencacah Sampah Bak Kompos 2 Rumah Kompos Gunung Bungkuk Mesin Pencacah Plastik Mesin Pencacah Sampah Mesin Penyaring Genset 3 Rumah Kompos berskala lingkungan Sago Gunung Bungkuk Perumahan Painan Timur Jl. Darwis Kota Salido Pasar Sago 4 Kompoter Aminasi Selter Painan Timur Carocok Painan RTH Lapangan Tenis Komplek Kantor DPU Kab 160 m 1 unit 1 unit 7,5 m 160 m 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 5 Komposter bin Plastik Tersebar 110 unit Sumber: Bagian Kebersihan dan Pertamanan Dinas PU Kab. Pessel, 2012 PLP TK I PLP TK I PLP TK I APBD TK II DAK LH DAK LH DAK LH DAK LH APBD TK II APBD TK II APBD TK II Kondisi Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 2011 Baik 2011 Baik Ket. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 53

54 Gambar Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPSA ) Gambar Rumah Kompos Berskala Lingkungan Gambar Komposter Aminasi / Komposter Tong 2. KELEMBAGAAN DAN PERATURAN Pada awalnya pelayanan kebersihan Kota Painan sebagai ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Pesisir Selatan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Dati II Pesisir Selatan dibawah tanggung jawab Seksi Penyehatan. Kemudian dengan perkembangan dan berbagai perubahan dari penempatan tugas dan fungsi kebersihan Kabupaten Tingkat II Pesisir Selatan sebagai mana uraian dibawah ini, yaitu : Pada tahun 1997, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Tingkat II Pesisir Selatan (Peraturan Daerah Nomor: 31 Tahun 1997); Pada tahun 2001, Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yang membawahi Sub Dinas Kebersihan dan Pertamanan (Peraturan Daerah Nomor: 03 Tahun 2001); Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 54

55 Pada tahun 2003, Kantor Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten Pesisir Selatan (Peraturan Daerah Nomor: 23 Tahun 2003); Pada tahun 2008, Dinas Perdagangan Pasar dan Kebersihan yang membawahi Bidang Kebersihan dan Pertamanan (Peraturan Daerah Nomor: 03 Tahun 2008); Pada tahun 2011 sampai sekarang yaitu Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan yang membawahi Bidang Kebersihan dan Pertamanan (Peraturan Daerah Nomor: 03 Tahun 2010); Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 tentang pembentukan SOTK Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan, dimana pengelolaan kebersihan / persampahan merupakan tugas dan fungsi yang dikelola pada Dinas Pekerjaan Umum yang membawahi Bidang Kebersihan Dan Pertamanan, dimana bidang Kebersihan Dan Pertamanan terdiri dari tiga seksi yaitu : Seksi Kebersihan Seksi Pertamanan Seksi Pengolahan Limbah Pada masing masing Seksi mempunyai Staf Kantor/Tenaga Administrasi, Kordinator Pengawas, Pengawas Lapangan dan Petugas/Pekerja Lapangan sebagai mana Struktur dibawah ini: Gambar Struktur Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Seltan BIDANG KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Eselon III B SEKSI KEBERSIHAN Eselon IV A SEKSI PERTAMANAN Eselon IV A Eselon IV A Eselon II B Staf Kantor/Tenaga Administrasi Kordinator Pengawas Staf Kantor/Tenaga Administrasi Kordinator Pengawas Staf Kantor/Tenaga Administrasi Kordinator Pengawas Pengawas Lapangan Petugas/Pekerja Pengawas Lapangan Petugas/Pekerja Pengawas Lapangan Petugas/Pekerja Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 55

56 Pada pelaksanaan di lapangan dari daerah pelayanan kebersihan dalam Kota Painan Salido Sago dan wilayah lainnya di masing masing seksi dibantu oleh kordinator pengawas yang mengkordinir pekerjaan yang dibawah tanggung jawab seksinya, di bagi lagi beberapa bagian baik berupa area atau pun jenis pekerjaan dan masing masing pekerjaan diawasi seorang Pengawas Lapangan. Tabel Jumlah Personil Bidang Kebersihan dan Pertamanan No Penugasan Pendidikan Terlatih S1/S2 (org) D III (org) SMU/SMP/SD (org) (org) 1 Pejabat Struktural Staf Kantor Petugas Lapangan (tmsuk pek.kebersihan) Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan, 2014 Tabel Daftar Penugasan Petugas Masing-Masing Seksi No Penugasan Kebersihan Pertamanan Pengolahan Limbah Jumlah Orang Penugasan Jumlah Orang Penugasan 1 Kordinator 1 Kordinator 1 Kordinator 1 2 Pengawas Lapangan 7 Pengawas Pengawas 2 Lapangan Lapangan 1 3 Penyapuan Jalan 31 Operator Mesin Operator alat 8 Potong Rumput berat 3 4 Pembersihan Drainase 14 Sopir 1 Sopir mobil tinja 1 5 Petugas Kebersihan Pasar 11 Petugas Taman 14 Pek. Mobil tinja 2 6 Pengangkutan 12 Petugas IPLT 6 7 Sopir 8 Petugas TPA.S Gunung Bungkuk 6 8 Operator Motor Sampah 5 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan, 2014 Jumlah Orang Permasalahan dan pengelolaan sampah tidak hanya merupakan persoalan yang bersifat teknis, tetapi juga menyangkut persoalan yang bersifat sosial kemasyarakatan sehingga tidak mungkin persoalan pengelolaan persampahan dapat diselesaikan sendiri oleh Bidang Kebersihan dan Pertamanan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan sendiri. Oleh karena itu keterkaitan antar lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan sangat penting agar terjadi sinergi kelembagaan dalam pengelolaan sampah. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 56

57 Perlu adanya lembaga kemasyarakatan sebagai mitra dari lembaga pemerintah yang mengelola sampah pada tingkata masyarakat, sehingga dapat memaksimalkan fungsi dan peran dari partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah. C. Drainase Perkoataan 1. LOKASI GENANGAN DAN PERKIRAAN LUAS GENANGAN (Sesuai definisi SPM) Di Kabupaten Pesisir Selatan saluran drainase pada umumnya menyatu dengan sistim pembuangan air limbah rumah tangga dan industri dengan keadaannya berupa saluran terbuka dan ada yang saluran tertutup. Di Kabupaten Pesisir Selatan pada umumnya drainase masih bersifat alami dengan kondisi yang sangat buruk. Permasalahan yang timbul untuk sistim drainase alami ini bisa jadi genangan akibat penyumbatan saluran drainase oleh sampah-sampah yang bertumpukan di dalam saluran drainase tersebut. Gambar Diagram Sistim Sanitasi Sektor Drainase Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Diagram Sistem Sanitasi Sektor Drainase Lingkungan User Interface Penampungan Awal Pengangkutan Pengolahan Akhir Air Atap Bangunan Talang Ruang Publik Air Cucian Dari Dapur Air Untuk Mandi Air Tanah Air Cuci Pakaian Pengelolaan drainase di Kabupaten Pesisir Selatan ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pesisir Selatan. Jaringan drainase tersier yang digunakan terbagi menjadi drainase kota dan drainase Kecamatan dimana Wilayah cakupan skala kota yang terdapat di Kota Painan Salido Sago sepanjang m, dan drainase tersier skala Kecamatan sepanjang 483 m baru terdapat di Kecamatan Bayang dan Kambang. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 57

58 Drainase Skala Kecamatan yaitu drainase yang terdapat pada permukiman masyarakat pada umumnya kondisi drainase yang ada kurang berfungsi dan sistim pengaliran terputus-putus menyebabkan air limpasan hujan tidak teralirkan sesungai dan kelaut fungsi drainase tersebut hanya untuk mengalirkan air limpasan air hujan. Sedangkan permasalahan pada saluran drainase yaitu pendangkalan sedimen tanah dan sampah sehingga air tidak mengalir sampai saluran drainase primer. Drainase tersier yang digunakan adalah drainase sistim terbuka pada permukiman masyarakat di Kecamatan, sedangkan pada drainase tersier perkotaan ada yang menggunakan drainase terbuka dan tertutup dimana pada drainase perkotaan sering di tutup dengan beton untuk mengurangi bau yang ditimbulkan dari genangan air. Untuk bangunan pelengkap drainase skala Kota dan skala Kecamatan masih belum ada karena masih menggunakan sistim drainase yang sederhana yang sifatnya hanya untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukiman/perumahan yang berasal dari limpasan air hujan dan air limbah rumah tangga. Jaringan drainase sekunder menggunakan sistim saluran terbuka dan tertutup, dimana panjang drainase sekunder sepanjang 3.626,95 m dengan Wilayah cakupan skala Kota Painan Salido Sago sepanjang 2.586,95 m (Sago Salido 410 m) dan (Painan 2.176,95 m) serta skala Kecamatan sepanjang m (Pasar Baru, Koto Berapak, Kapuh). Permasalahan saluran adalah kondisi kurang terawat baik drainase kota maupun drainase Kecamatan, banyak yang telah ditanami rumput, penumpukan sedimen tanah dan sampah, serta kebanyakan drainase yang ada banyak yang terputus-putus dan tidak mengalir. Sedangkan frekuensi pemeliharaan drainase sekunder yang dilakukan pada tahun 2006 merupakan pemeliharaan drainase kota sepanjang ± 1985 m dan drainase tersier sepanjang 500 m, dan pemeliharaan drainase kota pada Tahun 2010 tersebar. jenis pemeliharaan yaitu memperbaiki saluran drainase yang rusak (pecah) dan tertutup sedimen pasir serta sampah. Jaringan drainase primer yang menggunakan drainase terbuka dengan wilayah cakupan skala kota terdapat di Painan (belakang UHA sepanjang 20 m) dan di Sago yaitu drainase Air Beralih. Permasalahan pada saluran yang ada yaitu berupa penumpukan sampah dan tumbuhan enceng gondok serta rumput seperti terdapat di drainase Air Beralih Sago. Sedangkan di painan (belakang UHA) kendala berupa pendangkalan dan ditumbuhi rumput serta air yang mengalir tidak lancar. Panjang drainase primer adalah 335 m yang terdapat di kota Painan dan sepanjang 315 m di Sago serta di Air Beralih sepanjang 20 m. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 58

59 Secara keseluruhan saluran drainase belum memiliki desain dan konstruksi jaringan drainase yang diperkeras, jaringan drainase masih sederhana dan bersifat konvensional, kecuali pada jalur jalan arteri sudah menggunakan perkerasan, tertutup dan dimanfaatkan untuk berjalan kaki. Sedangkan untuk drainase jalan lokal sudah terdapat jaringan yang diperkeras, tetapi masih terbuka dengan kedalaman kurang lebih 50 cm. Untuk sistem drainase yang lain masih secara alami ditumbuhi semak belukar dan terputus. Hal ini belum menunjukkan jaringan drainase secara terpadu, dimana dimensinya pun hanya merupakan pendekatan perkiraan, tidak diperhitungkan dan didesain sesuai dengan standar baku. Pada kondisi tertentu masih banyak rumah yang tidak memiliki drainase, limpahan air hujan dan limbah rumah tangga di alirkan ditanah-tanah kosong yang berada di belakang rumah. Berdasarkan data dari Dinas Pekerjaan Umum, ketinggian genangan 0,25-1 m dengan lama genangan 1-1,5 jam dengan frekuensi 3 kali/tahun. Genangan juga sering terjadi pada saat curah hujan cukup tinggi pada beberapa wilayah bisa mencapai ketinggian 1 meter, dan lamanya bisa mencapai 2 hari. Hal ini terjadi karena pendangkalan sungai sehingga wilayah hilir berpotensi terjadinya genangan dan banjir. Luas wilayah genangan di Kabupaten Pesisir Selatan bisa mencapai 118,85 Ha. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.22 dibawah ini. Tabel Lokasi Potensi Genangan Resiko Bahaya Banjir Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 No Lokasi Genangan Total Area Genangan (Ha) Korban Mengungsi 1 Koto XI Tarusan Bayang IV Nagari Bayang Utara IV Jurai Batang Kapas Sutera Ranah Pesisir Pancung Soal Sumber: Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pesisir Selatan, 2010 Bahaya banjir yang terjadi pada daerah ini memiliki sebaran spasial umumnya di daerah dataran aluvial. Daerah ini pada umumnya memiliki potensi rawan banjir sedang yaitu Lunang Silaut dengan luas 640,62 km dimana tinggi genangan mencapai lebih dari 1 meter dan lama genangan 2 hari. Daerah rawan banjir rendah yaitu Kecamatan Lengayang dengan luasan 505,96 km genangan terjadi akibat Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 59

60 pendangkalan sungai. Genangan-genangan tersebut umumnya terjadi secara rutin setiap tahun. Rencana Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan sendiri pada tahap pertama akan melakukan upaya normalisasi sungai-sungai, serta Kecamatan lain yang memiliki potensi sedang dan rendah yang tersebar secara merata. Adapun sebaran spasial secara administrasi yang memiliki bahaya banjir dapat dilihat pada Tabel 3.23 Sebaran Spasial Secara Administrasi Tingkat Bahaya Banjir Kabupaten Pesisir Selatan. Tabel Sebaran Spasial Secara Administrasi Tingkat Bahaya Banjir No Kecamatan Tingkat Bahaya Banjir Total Rendah Sedang (Km²) Luas % Luas % 1 Koto XI Tarusan 373,46 87,74 52,17 12,26 425,63 2 Bayang 67,96 87,69 9,54 12,31 77,50 3 IV Nagari Bayu 219,88 87,69 30,86 12,31 250,74 4 IV Jurai 338,46 90,55 35,34 9,45 373,80 5 Batang Kapas 324,04 90,24 35,03 9,76 359,07 6 Sutera 343,42 77,06 102,23 22,94 445,65 7 Lengayang 505,96 85,67 84,64 14,33 590,60 8 Ranah Pesisir 493,96 87,52 70,43 12,48 564,39 9 Linggo Sari Baganti 256,15 81,21 59,26 18,79 315,41 10 Pancung Soal 413,47 55,87 326,63 44,13 740,10 11 BAB Tapan 410,76 60,63 266,74 39,37 677,50 12 Lunang Silaut 288,88 31,08 640,62 68,92 929,50 Total 4036,39 70, ,50 29, ,89 Sumber: Analisis Data Laporan mitigasi bencana Kabupaten Pesisir Selatan, 2014 Untuk Lahan yang berpotensi mengalami genangan, dapat dilihat pada gambar 2.23 berikut ini: Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 60

61 Gambar Peta Potensi Genangan di Kawasan Kabupaten Peisir Selatan 2. SISTEM DAN INFRASTRUKTUR IDENTIFIKASI KAWASAN GENANGAN EKSISTING a) Kecamatan Sutera Kawasan Nagari Surantih merupakan nagari dengan luas terbesar di Kecamatan Sutera dan merupakan kawasan yang paling banyak jumlah penduduknya dibandingkan nagari lainnya. Kawasan ini merupakan salah satu pusat kegiatan perdagangan dan jasa yang terletak di pusat kota. Lokasi kawasan ini terletak di sebelah Barat dan batas sebelah Utara Nagari Taratak. Kawasan ini direncanakan berkembang menjadi kawasan perdagangan dan jasa. Kawasan ini pula dicanangkan sebagai kawasan Pusat lingkungan yaitu sebagai pusat pelayanan ekonomi, sosial dan administrasi lingkungan kota, yang mana kawasan ini dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dan menyentuh langsung kebutuhan sehari-hari penduduk. Penjelasan mengenai dimensi dan keadaan saluran eksisting dapat dilihat pada Tabel 2... Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 61

62 Tabel Saluran Eksisting Drainase Kecamatan Sutera No Nama Jalan/Lokasi Saluran Kecamatan Sutera Zona 1 Nagari Surantih Panjang (M) Luas Catchment Area (Ha) Konstruksi Saluran Permanen/Pasangan Saluran Tanah 1 - D3 - D ,9 Permanen - V 2 - D2 - D ,03 Permanen - V 3 - E2 - E ,3 Permanen - V 4 - F2 - F ,3 Permanen - V TOTAL ,53 - Baik (M) Kondisi Sedang (M) Rusak (M) Zona 2 KOTOBARU 5 - A1 - A Permanen - V 6 - B1 - B Permanen - V TIMBULUN 7 - C2 - C ,6 Permanen - V SURANTIAH 8 - D1 - D ,6 Permanen - V 9 - E2 - E ,1 Permanen - V 10 - D2 - E ,4 Permanen TOTAL ,3 SURANTIAH 11 - F1 - F ,76 Permanen F3 - F Permanen F4 - F ,9 Permanen - V 14 - F2 - F5 82 1,3 Permanen - V ALAI 15 - J3 - J ,8 Permanen J2- J ,2 Permanen - TOTAL ,96 SEI SIRAH 17 - H1 - H ,4 Permanen H3 - H4 44 8,3 Permanen - V TOTAL ,70 AMPIANG PARAK 19 - G2 - G ,2 Permanen - V TOTAL ,20 AMPIANG PARAK 20 - K2 - K ,6 Permanen - V Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 62

63 No Nama Jalan/Lokasi Saluran Panjang (M) Luas Catchment Area (Ha) Konstruksi Saluran Permanen/Pasangan Saluran Tanah Baik (M) Kondisi Sedang (M) Rusak (M) Kecamatan Sutera TOTAL ,60 AMPIANG PARAK 21 - I1 - I ,8 Permanen - V TOTAL 258 2,80 Zona 3 UJUNG AIR 22 - A2 - A Tanah - V 23 - A3 - A Tanah - V 24 - A4 - A Tanah - V 25 - B2 - B Tanah - V ,00 TOTAL b) Kecamatan Lengayang Kawasan ini merupakan salah satu nagari di Kecamatan Lengayang yang merupakan kawasan yang memiliki luas wilayah terbesar kedua setelah Nagari Kambang Timur. Daerah ini merupakan daerah pertanian yang cukup besar di Kecamatan Lengayang, secara umum kawasan ini belum memiliki sistem drainase. Penjelasan mengenai dimensi dan keadaan saluran eksisting dapat dilihat pada Tabel 2... Tabel Saluran Eksisting Drainase Kecamatan Lengayang No Nama Jalan/Lokasi Saluran Panjang (M) Luas Catchment Area Konstruksi Saluran Permanen/Pasangan Saluran Tanah Baik (M) Kondisi Sedang (M) Rusak (M) Kecamatan Sutera ZONA II KAMBANG UTARA 1 - C3 - C ,00 Permanen V 2 - B4 - F ,44 Tanah V V 3 - D3 - D ,00 Tanah V V 4 - D2- E ,46 Permanen V 5 - E3- E ,79 Permanen V 6 - E2- E ,17 Permanen V 7 - F1 - F ,20 Permanen V 8 - F3 - F ,16 Permanen V Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 63

64 9 - F5 - F ,80 Permanen V 10 - F7 - F ,96 Tanah V V 11 - G6 - G ,87 Tanah V V 12 - G4- G ,48 Tanah V V 13 - H2- H ,60 Tanah V V 14 - I2- I ,12 Tanah V V 15 - J3- J ,58 Permanen V 16 - J2 - J ,81 Permanen V 17 - K3 - L ,00 Permanen V 18 - L2 - L ,36 Permanen V 19 - M2 - M ,77 Tanah V V 20 - N2 - N ,10 Tanah V V 21 - P2 - P ,55 Tanah V V TOTAL ,22 ZONA III KOTORAYA 22 - S2- S ,64 Tanah V V 23 - T2- T ,39 Tanah V V 24 - V2 - V1 71 8,92 Tanah V V 25 - W2 - W ,11 Tanah V V TOTAL ,06 3. Persoalan Genangan dan Dampak Persoalan genangan air ini menimbulkan dampak negatif yang tidak bisa diabaikan karena menyangkut kerugian dan penderitaan yang bersifat non fisik maupun fisik, sebagai contoh adalah dampak genangan air terhadap sarana infrastruktur kota, sebagian besar ruas-ruas jalan yang tergenang air mengalami kerusakan parah, sehingga mengganggu aktivitas lalu lintas di ruas jalan tersebut. Dari segi kesehatan jelas genangan air ini memberi pengaruh negatif yang besar pula, seperti : penyakit gatal-gatal, genangan air sebagai tempat bersarangnya nyamuk yang bisa menyebabkan penyakit malaria ataupun demam berdarah. Persoalan genangan dan dampak untuk daerah Kecamatan Sutera dan Kecamatan Lengayang disajikan pada Tabel sebagai berikut Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 64

65 Tabel Persoalan Genangan dan Dampak Di Kecamatan Sutera No Daerah/Lokasi Genangan Penyebab Genangan Daerah Aliran Sungai Kuantitas Genangan Luas (Ha) Tinggi (Cm) Lama (Jam) Frekuensi Kejadian (per tahun) Kerugian/ Kerusakan Yang Timbul Perkiraan Penduduk Yang Menderita KECAMATAN SUTERA ZONA I I Nagari Surantih - Kp. Rawang - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Surantih 3,550 < hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ±300 jiwa - Kp. Lansano - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Surantih 1, hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 500 jiwa - Kp. Koto Taratak, Pasar Taratak - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Surantih 1, hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 500 jiwa ZONA II Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 65

66 No Daerah/Lokasi Genangan Penyebab Genangan Daerah Aliran Sungai Kuantitas Genangan Luas (Ha) Tinggi (Cm) Lama (Jam) Frekuensi Kejadian (per tahun) Kerugian/ Kerusakan Yang Timbul Perkiraan Penduduk Yang Menderita KECAMATAN SUTERA - Kp. Koto Baru, Timbulun - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Surantih 1, hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 300 jiwa II Nagari Amping Parak - Kp. Surantih - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 1, ,3 7 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 50 jiwa - Kp. Sei Sirah - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 1, ,5 8 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 100 jiwa - Kp. Alai - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 1, ,3 7 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 80 jiwa Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 66

67 No Daerah/Lokasi Genangan Penyebab Genangan Daerah Aliran Sungai Kuantitas Genangan Luas (Ha) Tinggi (Cm) Lama (Jam) Frekuensi Kejadian (per tahun) Kerugian/ Kerusakan Yang Timbul Perkiraan Penduduk Yang Menderita KECAMATAN SUTERA - Kp. Ampiang Parak - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 1, ,2 5 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 200 jiwa ZONA III - Kp. Padang Tae - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 2, hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 300 jiwa - Kp. Ujung Air - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Ampiang Parak 2, ,3 5 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 200 jiwa Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 67

68 Tabel Persoalan Genangan dan Dampak di Kecamatan Lengayang No Daerah/Lokasi Genangan Penyebab Genangan Daerah Aliran Sungai Kuantitas Genangan Luas (Ha) Tinggi (Cm) Lama (Jam) Frekuensi Kejadian (per tahun) Kerugian/ Kerusakan Yang Timbul Perkiraan Penduduk Yang Menderita KECAMATAN LENGAYANG ZONA I I Nagari Kambang Utara - Kp. Kambang Harapan, Kp. Padang Panjang - Belum ada saluran drainase yang terintegrasi dengan daerah aliran sungai Batang Kambang 2,869 < hari - Mengganggu kegiatan perekonomian dan kegiatan pendidikan ± jiwa - Kp. Padang Rubiah, Pasa Gompang - Belum ada saluran drainase yang terintegrasi dengan daerah aliran sungai Batang Kambang 2, ,2 7 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 200 jiwa ZONA II II Nagari Kambang Barat Kp. Kalodan, Kp. Tebing Tinggi, Kp. Tarok Gadang, Pasar Muko-Muko dan Air Janiah - Belum ada saluran drainase yang terintegrasi dengan daerah aliran sungai - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Kambang 1, ,4 5 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 100 jiwa III Nagari Lakitan Utara Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 68

69 No Daerah/Lokasi Genangan Penyebab Genangan Daerah Aliran Sungai Kuantitas Genangan Luas (Ha) Tinggi (Cm) Lama (Jam) Frekuensi Kejadian (per tahun) Kerugian/ Kerusakan Yang Timbul Perkiraan Penduduk Yang Menderita KECAMATAN LENGAYANG - Kp. Pasar Kambang, Kp. Padang Marapalam, dan Padang Cupak - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Lakita 3, ,5 8 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± jiwa ZONA III - Belum ada saluran drainase yang terintegrasi dengan daerah aliran sungai - Kp. Koto Raya - Saluran drainase yang ada kondisinya tidak layak dikarenakan pada beberapa titik saluran tidak terkoneksi sehingga air tidak dapat mengalir Batang Lakitan 1, ,2 7 hari - Mengganggu kegiatan perekonomian ± 200 jiwa Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 69

70 4. KELEMBAGAAN DAN PERATURAN Pengelolaan drainase di Kabupaten Pesisir Selatan saat ini masih bertumpu pada peran Pemerintah Kota, dalam hal ini adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten Pesisir Selatan, meski pada beberapa wilayah tertentu peran masyarakat sudah mulai muncul. Berbagai usaha telah ditempuh oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk peningkatan pengelolaan drainase perkotaan. Usaha-usaha ini perlu diikuti dengan suatu keseragaman persepsi dan pola pikir yang berkaitan dengan prosedur pengelolaan drainase kota agar lebih efektif. Salah satu aspek pengelolaan drainase kota adalah institusi atau kelembagaan yang memegang peranan penting. Melalui aspek ini aktivitas pengelolaan drainase kota diatur sedemikian rupa sehingga tujuan akhir yang telah ditentukan dapat dicapai. Beberapa landasan hukum, Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Daerah (Perda), terkait dengan kebutuhan dibentuknya pengelolaan drainase Kabupaten Pesisir Selatan didasarkan atas perundang-undangan dan peraturan yang berlaku, seperti : 1. Undang-undang No. 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Kecil dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah jo. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1970 tentang Pelaksanaan Pemerintah Kotamadya Solok dan Kotamadya Payakumbuh ; 2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman 3. Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peranserta Masyarakat dalam Penataan Ruang; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 70

71 8. Peraturan Menteri PU Nomor 20/PRT/M/2007 tentang pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; Peraturan Menteri PU Nomor 11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Subtansi Dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota beserta Rencana Rincinya. KEWENANGAN PENGELOLAAN DRAINASE Dinas Pekerjaan Umum berdasarkan tupoksi diharapkan berperan sebagai regulator teknis di bidang drainase dan operator layanan drainase. Peran regulator ini dijalankan oleh Dinas Cipta Karya sebagai lembaga, sementara peran operator dijalankan oleh Seksi Perumahan dan Pemukiman. Pelaksanaan peran sebagai operator ini dijalankan melalui tugas: 1. Penyusunan rencana pengembangan drainase permukiman, perumahan dan non permukiman. 2. Pengawasan terhadap efektivitas kelancaran saluran drainase. 3. Pelaksanaan bimbingan teknis dan fasilitasi peningkatan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan, perawatan, pemeliharaan drainase, got, riol serta sungai. 4. Pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat tentang pemanfaatan sungai dan drainase. 5. Pelaksanaan evaluasi dan analisis pelaksanaan peran serta masyarakat dalam pemanfaatan, perawatan dan pemeliharaan drainase, got, rioling serta sungai. Sementara itu peran Dinas Cipta Karya dalam pengelolaan drainase bersifat terbatas pada fungsi pengendalian desain teknis drainase, dan izin bangunan yang dapat menjadi instrumen untuk menjaga fungsi drainase. Adapun keterlibatan masyarakat dalam hal pengelolaan drainase lingkungan secara benar baru dilakukan oleh masyarakat dalam jumlah yang terbatas. Bahkan pada beberapa wilayah nampak adanya tindakan masyarakat yang menutup saluran drainase sehingga mematikan fungsi drainase sebagai saluran pematusan. Hal ini terjadi karena kepedulian masyarakat Kabupaten Pesisir Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 71

72 Selatan untuk mengelola drainase lingkungan secara benar saat ini belum tumbuh secara kuat. Hingga saat ini peran swasta dalam hal pengelolaan drainase lingkungan belum ada. Keterbatasan pemahaman serta kepedulian disinyalir merupakan faktor yang menjadi penyebab rendahnya keterlibatan atau peran serta swasta dalam pengelolaan sektor ini. Keberadaan sektor swasta di Kabupaten Pesisir Selatan sesungguhnya dapat dimanfaatkan secara positif dalam rangka mengisi keterbatasan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota, dan masyarakat dalam membangun sistem sanitasi yang baik. Kerjasama ini dapat dilakukan dalam bentuk pelaksanaan pembangunan atau pengelolaan potensi Kabupaten Pesisir Selatan agar memungkinkan terbangunnya sistem sanitasi yang baik. Kerjasama ini dapat dilakukan sepanjang prinsip kerjasama yang seimbang terpenuhi. Oleh karena itu mekanisme yang mengatur tentang kerjasama antara Pemkot dan pihak swasta dapat menjadi peluang awal yang dibuka oleh Pemkot untuk menarik keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Pesisir Selatan. Gambar berikut menunjukkan kewenangan pengelolaan sistem drainase perkotaan di Kabupaten Pesisir Selatan. Tabel 7.1 menampilkan kewenangan dari instansi pengelola drainase. Tabel Kewenangan Pengelola Drainase No. Lembaga Drainase Makro Drainase Mikro Non RE/BTN Real Estate/BTN 1. Pemerintah Pusat Pengarahan dan bimbingan Pengarahan dan bimbingan Pengarahan dan bimbingan 2. Pemerintah Pengarahan dan Pemantauan Pemantauan Propinsi bimbingan 3. Pemerintah Kabupaten/ Kota 4. Swasta/BUMN/ BUMD/ Koperasi - Survey - Investigasi-Desain - Pembebasan tanah - Pengawas - Pelaksanaan - Operasi - Pemeliharaan Pengguna - Survey - Investigasi-Desain - Pembebasan tanah - Pengawas - Pelaksanaan - Operasi - Pemeliharaan - Pengguna - Operasi dan Pemeliharaan 5. Masyarakat Pengguna - Pengguna - Operasi dan Pemeliharaan - Bimbingan perencanaan - Pemantauan - Operasi - Pemeliharaan - Survey - Investigasi- Desain - Pembebasan tanah - Pengawas - Operasi - Pemeliharaan - Pengguna - Operasi dan Pemeliharaan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 72

73 INSTITUSI PENGELOLA DRAINASE KABUPATEN PESISIR SELATAN Pengelolaan drainase didasari prinsip dasar sistem drainase perkotaan agar dapat dikelola dengan baik, yang antara lain berkisar pada aspek: 1. Teknis pengelolaan Teknis pengelolaan dianggap dapat mendukung program ini bilamana terdapat sistem inspeksi, dokumentasi, program pemeliharaan maupun operasi yang memadai, sehingga sistem drainase dapat mencapai fungsi yang maksimal karena cukup pemeliharaannya. 2. Kelembagaan Kelembagaan yang kuat akan menempatkan tugas dan wewenang pada proporsi yang tepat, sehingga dalam hal ini dapat dihindari tumpang tindih tanggung jawab dan wewenang. Keuangan yang mencukupi merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan sistem yang beroperasi dengan balk. 3. Penyuluhan masyarakat (Sosialisai) Merupakan salah satu aspek yang dapat mendukung sepenuhnya terhadap beberapa hal. Salah satu diantarannya adalah upaya untuk memperkenalkan retribusi drainase kepada penduduk sebagai langkah untuk membiayai segi operasi dan pengelolaan sistem drainase perkotaan. Disamping itu, terdapat banyak hal lagi, yang perlu dipromosikan kepada penduduk, seperti misalnya peil banjir perkotaan, drainase berwawasan lingkungan, kawasan hijau peresap air hujan, dan lain sebagainya. 4. Perundang-undangan Merupakan bagian yang sama pentingnya dengan penyuluhan, hanya bedanya ialah diberikan sangsi agar masyarakat memiliki rasa takut bilamana melanggarnya. Sedangkan pada penyuluhan masyarakat diajak untuk berperan serta tanpa adanya sangsi apapun. Perundang-undangan menjadi penting karena banyak upaya yang mau tidak mau harus diatur lewat perundangan, seperti misalnya kejadian untuk tidak bermukim dibantaran sungai, atau saluran drainase yang ada kaitannya dengan perundangan, pertanahan, perkotaan. Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 73

74 STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari: 1. Kepala Dinas; 2. Sekretaris, membawahkan: a. Sub Bagian Umum dan Perlengkapan; b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Kepegawaian 3. Bidang Kendali Program, membawahkan: a. Seksi Perencanaan dan Penyusunan Program; b. Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan; 4. Bidang Pengairan, membawahkan: a. Seksi Peningkatan Jaringan Pengairan; b. Seksi Pemeliharaan Jaringan Pengairan; 5. Bidang Cipta Karya, membawahkan: a. Seksi Perumahan dan Pemukiman; b. Seksi Tata Bangunan; 6. Bidang Bina Marga, membawahkan: a. Seksi Peningkatan Pembangunan Sarana Jalan dan Jembatan; b. Seksi Pemeliharaan Sarana Jalan dan Jembatan. 7. Kelompok Jabatan Fungsional 2.4 AREA BERISIKO DAN PERMASALAHAN MENDESAK SANITASI A. Area Beresiko dan Permasalahan Air Limbah Domestik Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi air limbah domestic dengan menggabungkan hasil Indeks resiko sanitasi (EHRA) Tahun 2011, persepsi SKPD dan data sekunder. Proporsi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan untuk menentukan area beresiko air limbah domestic sebagai berikut : Data Sekunder 50% Study EHRA 10% Persepsi SKPD 40% Untuk lebih jelasnya area beresiko sanitasi sub sektor air limbah disajikan dalam bentuk gambar 2.25 dan tabel 2... Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 74

75 Gambar Peta Area Beresiko Air Limbah Domestik Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 75

76 Tabel Permasalahan mendesak air limbah domestic I. SUB SEKTOR AIR LIMBAH DOMESTIK a). b). Aspek pengembangan sarana dan prasarana Pengumpulan dan penampungan/pengolahan awal Jumlah kepemilikan akses jamban pribadi di Kabupaten Pesisir Selatan 65,53% ; akses jamban ke MCK/WC umum sebanyak 0,31% sisanya 32,38% masyarakat tidak mempunyai akses jamban (BABS) CHART kepemilikan jamban Keterangan : Jumlah Pendudk Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 : 442,687 Jiwa Kesimpulan : Kepemilikan jamban pribadi & MCK/WC Umum = 65,53% atau setara dengan 290,093 Jiwa Yang tidak memiliki jaman pribadi & MCK/WC umum (BABS) =32,38% atau setara dengan 143,342 Jiwa Tempat penyaluran akhir tinja rumah tangga : Berdasarkan studi EHRA 2015 : sebanyak 17,17% menyalurkan limbah tinja ke tangki septik, 48,35% menyalurkan ke cubluk dan sisanya 34,47% disalurkan ketempat lain (Saluran terbuka, sungai, laut dll) CHART penyaluran akhir tinja (Black Water) c). Pengangkutan/pengaliran Baru ada 1 Unit truk penyedotan tinja milik pemda, pembuangan tinja ke IPLT, sungai atau ke tanah Praktek pengurasan tangki septik 20% d).\ Pengolahan akhir terpusat Sudah adanya IPLT yang melayani 3 Kecamatan bagian Utara Kabupaten Pesisir Selatan e). Daur ulang/pembuangan akhir Belum dilakukannya daur ulang f). Dokumen Perencanaan Master plan yang ada baru untuk wilayah utara Kabupaten Pesisir Selatan (Perlu adanya Master Plan air limbah skala Kabupaten) g). Pendanaan Alokasi Dana APBD untuk sektor air limbah domestik masih relatif kecil dan belum menjadi perioritas penganggaran oleh para pengambil kebijakan Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan swasta h). Kelembagaan dan peraturan undang-undang Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan dan pelayanan air limbah i). Peran Masyarakat dan dunia usaha/swasta Aspek Komunikasi Kurangnya kesadaran masyarakat akan pengolahan limbah domestik (limbah cair yang berasal dari rumah tangga) Kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam pengolahan limbah domestik (alokasi dana swasta belum diarahkan ke sektor pengolahan air limbah domestik) Masih kurangnya partisipasi/kesadaran masyarakat dalam perawatan sarana MCK yang ada Masih kurangnya kegiatan komunikasi terkait pengelolaan air limbah domestik sehingga sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan tidak mengalirkan limbahnya dengan baik Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 76

77 B. Area Beresiko dan Permasalahan Persampahan Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi persampahan dengan menggabungkan indek resiko persampahan (studi EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proposi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan untuk menentukan area beresiko sektor persampahan adalah sebagai berikut Data Sekunder : 20% Studi EHRA : 40% Persepsi SKPD : 40% Untuk lebih jelasnya area beresiko Sanitasi Sektor Persampahan disajikan dalam bentuk Peta 2.27 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 77

78 Gambar Peta Area Beresiko Persampahan Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 78

79 Tabel Permasalahan Mendesak Persampahan II. SUB SEKTOR PERSAMPAHAN Aspek pengembangan sarana dan prasarana Tingkat Pengolahan Sampah rumah tangga adalah sebagai berikut: a), User Interface Tingkat layanan penanganan sampah rumah tangga : Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 2,7% Dikumpulkan dibuang ke TPS 20,93% Dikola oleh masyarakat 66% (Dengan cara dibakar) Tidak di dilayani dan tidak dikelola oleh masyarakat 13,05% CHART penangan persampahan CHART yang melakukan pemilahan sampah dari sumbernya b). Pengumpulan setempat Sampai dengan Tahun 2014 (Data Prasjal Tarkim) telah tersedia 9 Unit Gerobak sampah, Bentor sampah 3 Unit c). Penampungan sementara (TPS) Baru ada 52 Unit ( 9 Container, 42 Bak sampah) TPS di 3 Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan d). Pengangkuran ke TPAS Sarana pengangkutan sampah dari TPS ke TPAS baru tersedia 5 Unit Dump Truk, 3 Unit Armroll Truk (umur pemakaiannya sudah tidak layak pakai) e). (semi) pengolahan akhir terpusat Belum adanya unit pemilahan sebelum dilakukan pengelolaan sampah di TPAS f). Daur ulang/pembuangan akhir TPAS Gunungung Bungkuk yang melayani 3 Kecatan bagian Utara Kabupaten Pesisir Selatan sudah mendekati masa operasi TPAS Gunung Bungkuk di operasikan dengan sytem control lanfill Dari 1 Ha (5 Ha yang disaratkan) total luas TPAS Gunung Bungkuk 90%nya sudah penuh dan hanya menyisakan 10% g). Dokumen perencanaan Master plan yang ada baru untuk wilayah utara Kabupaten Pesisir Selatan (Perlu adanya Master Plan Persampahan skala Kabupaten) h). Kapasitas pengelolaan sampah Masih kurangnya sarana dan prasarana (TPSS) Jangkauan pelayanan sampah baru bisa melayani 3 Kecamatan yang ada di Bagian Utara Kabupaten Pesisir Selatan Belum maksimalnya pelaksanaan 3R i). Kelembagaan Belum optimalnya kapasitas kelembagaan dalam penanganan persampahan di Kabupaten Pesisir Selatan j). Pendanaan Alokasi Dana APBD untuk sektor persampahan masih relatif kecil dan belum menjadi perioritas penganggaran oleh para pengambil kebijakan Belum optimalnya penggalian potensi pendanaan dari masyarakat dan swasta k). Peran serta masyarakat Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan 3R l). Peraturan perundangan dan penegakan hukum Belum adanya peraturan daerah mengenai pengelolaan dan pelayanan air limbah Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 79

80 C. Area Berisiko Dan Permasalahan Drainase Lingkungan Dari hasil perhitungan pada instrumen profil sanitasi diperoleh area beresiko sanitasi Drainase Lingkungan dengan menggabungkan indek resiko drainase lingkungan (studi EHRA), persepsi SKPD dan data sekunder. Proposi yang disepakati oleh Pokja Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan untuk menentukan area beresiko sektor Drainase Lingkungan adalah sebagai berikut Data Sekunder : 20% Studi EHRA : 40% Persepsi SKPD : 40% Untuk lebih jelasnya area beresiko Sanitasi Sektor drainase lingkungan disajikan dalam bentuk Gambar 2.28 Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 80

81 Gambar Peta Area Beresiko Drainase Lingkungan Kabupaten Pesisir Selatan Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Bab II - 81

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT Jl. H. Agus Salim Telp. 21000-21313 Fax.21414-22169 Disiapkan oleh: POKJA SANITASI KABUPATEN PESISIR SELATAN Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Program dan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, baik

Lebih terperinci

Menimbang. Mengingat. a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003

Menimbang. Mengingat. a. bahwa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 4 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI PESISIR SELATAN BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1

L-3. Kerangka Kerja Logis TABEL KKL. Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 L-3 Kerangka Kerja Logis TABEL KKL Pemutakhiran SSK Kabupaten Batang L3-1 TABEL KKL SUBSEKTOR KEGIATAN AIR LIMBAH IPLT masih dalam proses optimalisasi BABs masih 34,36% Cakupan layanan sarana prasarana

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu Subsektor Permasalahan Mendesak Rumusan Tujuan Rumusan Sasaran dan Air Limbah Domestik 1 Pencemaran air tanah dan sungai Meningkatkan kinerja SKPD terkait memiliki

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan

Lebih terperinci

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah

Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Lampiran A. Kerangka Kerja Logis Air Limbah Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi Program Kegiatan 1. Meningkatnya pembangunan Tersedianya Tersedianya Penyusunan Masterplan Penyusunan Masterplan

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Tuban merupakan ibukota Kabupaten Tuban. Apabila dilihat dari posisi Kota Tuban yang berada di jalan arteri primer yang menghubungkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI BAB 2 PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah 2.1.1. Kondisi Administratif Posisi geografis Kota Metro secara administratif terbagi dalam 5 (lima) wilayah kecamatan dan 22 (dua puluh dua) kelurahan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN Bagian ini memuat daftar program dan kegiatan yang menjadi prioritas sanitasi Tahun 0 06 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran dari masing-masing

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis

Tabel 5.1 Visi, Misi dan Kebijakan Strategis Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan Visi Misi Kebijakan Strategis Tercapainya Lingkungan Bersih dan Sehat Melalui Pembangunan Sanitasi yang Partisipatif di Kabupaten Pesisir Selatan 2015 Untuk mencapai misi dan visi Sanitasi Kabupaten Pesisir Selatan yang telah ditetapkan,

Lebih terperinci

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi

1.2 Telah Terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten Lombok Barat Adanya KSM sebagai pengelola IPAL Komunal yang ada di 6 lokasi Lampiran 2: Hasil analisis SWOT Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isu-isu yang diidentifikasi (teknis dan non-teknis) untuk sektor Air Limbah di Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Strategi percepatan pembangunan sanitasi berfungsi untuk mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PADANG SIDEMPUAN SUMATERA UTARA KOTA PADANG SIDEMPUAN ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Padang Sidempuan merupakan salah satu kota sedang yang terletak di Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT LAMPIRANLAMPIRAN Lampiran : Hasil analisis SWOT o Tabel Skor untuk menentukan isu strategis dari isuisu yang diidentifikasi (teknis dan nonteknis) Subsektor Air Limbah Sub Sektor : AIR LIMBAH No. Faktor

Lebih terperinci

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah

Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Bab 3: Profil Sanitasi Wilayah Tabel 3.1: Rekapitulasi Kondisi fasilitas sanitasi di sekolah/pesantren (tingkat sekolah: SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK) (toilet dan tempat cuci tangan) Jumlah Jumlah Jml Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

3.1 TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK TABEL 3.1 TUJUAN, SASARAN DAN TAHAPAN PENCAPAIAN PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK Bab ini merupakan strategi sanitasi kota tahun 2013 2017 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran/target serta strategi sub sektor persampahan, drainase, air limbah serta aspek PHBS. Penjelasan masingmasing

Lebih terperinci

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah

3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pengelolaan pembangunan air limbah domestik Kota Tangerang yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah akses 100% terlayani (universal akses)

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN

PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT BUPATI PESISIR SELATAN KEPUTUSAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 550/368/Kpts/BPT-PS/2015 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI DAN PEJABAT PENGELOLA INFORMASI

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT ANALISIS SWOT Air Limbah Domestik A. Analisa SWOT O lingkungan mendukung agresif stabil w lemah selektif berputar Besar-besaran kuat s * (-39 : -24) ceruk terpusat lingkungan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA RANTAU PRAPAT SUMATERA UTARA KOTA RANTAU PRAPAT ADMINISTRASI Profil Wilayah Luas wilayah Kota Rantau Prapat menurut Data Sarana dan Prasarana Kota adalah seluas 17.679 Ha.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KISARAN SUMATERA UTARA KOTA KISARAN ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari Kecamatan Kisaran dan merupakan bagian dari kabupaten Asahan

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015

KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 KERANGKA KERJA LOGIS KABUPATEN TANAH DATAR 2015 No PERMASALAHAN MENDESAK ISU-ISU STRATEGIS TUJUAN SASARAN INDIKATOR STRATEGI INDIKASI PROGRAM INDIKASI KEGIATAN A SEKTOR AIR LIMBAH A TEKNIS/AKSES 1 Belum

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Tujuan, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Tujuan : Meningkatkan lingkungan yang sehat dan bersih di Kabupaten Wajo melalui pengelolaan air limbah

Lebih terperinci

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi

Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 45 Memorandum Program Sanitasi Kabupaten Sukabumi Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Peningkatan akses layanan air limbah rumah tangga menjadi 85 90 % pada akhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Percepatan Pembangunan Sanitasi 18 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari penyusunan Sanitasi Kabupaten Pinrang yang memaparkan mengenai tujuan, sasaran dan strategi

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Program prioritas sanitasi disusun berdasarkan kesesuaian prioritas penanganan sanitasi sebagaimana terdapat pada dokumen perencanaan daerah di bidang infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain:

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara. lain: BAB I PENDAHULUAN Program dan dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai kelembagaan terkait, juga merupakan

Lebih terperinci

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI Bab III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 30,5 % menjadi

Lebih terperinci

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan dan pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi kota. Kabupaten Pesisir Barat merumuskan strategi layanan sanitas didasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2010 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BULELENG BALI KOTA BULELENG ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Buleleng merupakan bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Buleleng. Batas-batas administratif kota Buleleng

Lebih terperinci

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 213 Bab 2: Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1 Visi Misi Sanitasi Terwujudnya Kabupaten Kayong Utara yang sehat melalui pembangunan infrastruktur dasar sanitasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5 BAB STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI 5. Strategi Monitoring dan Evaluasi Didalam Pelaksanaan Perencanaan Strategi Sanitasi kabupaten Pokja AMPL menetapkan kegiatan monitoring dan evaluasi sebagai salah

Lebih terperinci

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI

ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI Strategi layanan sanitasi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA KOTA KENDARI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Kendari merupakan bagian dari wilayah administrasi dari propinsi Sulawesi Tenggara. Batas-batas administratif

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada strategi percepatan pembangunan sanitasi ini akan menjelaskan pernyataan tujuan, sasaran, dan strategi yang ingin dicapai dalam pengembangan sanitasi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari Strategi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta trategi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SUMATERA UTARA KOTA ADMINISTRASI Profil Kota Kota Percut Sei Tuan merupakan ibukota Kecamatan (IKK) dari kecamatan Percut Sei Tuan yang merupakan bagian dari kabupaten Deli

Lebih terperinci

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT A. Sub Sektor Air Limbah Domestik Tabel Kerangka Kerja Logis (KKL) Sektor Air Limbah Domestik Permasalahan Mendesak Tujuan Sasaran Strategi (SWOT) Indikasi Program Indikasi

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA DESKRIPSI PROGRAM UTAMA PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Bab III Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam menentukan visi dan misi sanitasi kabupaten Takalar, mengacu kepada visi dan misi kabupaten yang terdapat dalam RPJMD. Dengan adanya kesamaan persepsi dalam

Lebih terperinci

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1

BAB 5: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 5.1 AREA BERESIKO SANITASI. Hal 5-1 BAB 5: Hal 5-5. AREA BERESIKO SANITASI Penetapan area beresiko sanitasi di Kota Banjarbaru didapatkan dari kompilasi hasil skoring terhadap data sekunder sanitasi, hasil studi EHRA dan persepsi SKPD terkait

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI 6.1. Strategi Monitoring dan Evaluasi Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat perlu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Strategi Sanitasi Kota

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi

BAB IV. Strategi Pengembangan Sanitasi BAB IV Strategi Pengembangan Sanitasi Program pengembangan sanitasi untuk jangka pendek dan menengah untuk sektor air limbah domestik, persampahan dan drainase di Kabupaten Aceh Jaya merupakan rencana

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang berbeda dan lain-lain. Perbedaan dari latar belakang etnis yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Variasi bahasa sangat beragam ditemukan dalam masyarakat. Ketika seseorang berinteraksi akan tampak perbedaan satu dengan lainnya. Perbedaan tersebut biasa dilihat

Lebih terperinci