T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toksikologi adalah pemahaman-pemahaman mengenai effek-effek bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dalam toksikologi, kita mengenal berbagai macam unsur, yakni : agent yang berupa bahan-bahan kimia ataupun bahan-bahan Fisika yang mampu menghasilkan respon, system biologis yang dapat bekerjasama dengan agent untuk menghasilkan respon, dan juga responnya sendiri yang menjadi perusak ke system biologi. Dalam tulisan ini akan dibicarakan mengenai bentuk-bentuk effek-effek yang tidak diinginkan yang bila terjadi dalam toksikologi. ANEKA WARNA dari EFFEK-EFFEK yang tidak diinginkan : Keragaman dari effek-effek yang tidak diinginkan dari bahan-bahan kimia adalah cukup lebar. Beberapa diantaranya bersifat merusak dan lain-lainnya bersifat tidak merusak. Sebagai contoh, dalam pengobatan, masing-masing obat menghasilkan sejumlah effek-effek, tetapi hanya satu dari effek-effek ini yang dipakai dalam pengobatan, sedangkan effek-effek yang lain dikenal sebagai effek yang tidak diinginkan atau effek-effek samping. Begitupun, beberapa dari effek-effek samping ini dapat dipergunakan dalam pengobatan dengan diindikasi yang lain. Sebagai contoh, mulut kering adalah satu effek samping dari atropin bila digunakan untuk mengurangi sekresi lambung dalam pengobatan ulkus peptikum, tetapi merupakan effek yang diinginkan bila digunakan untuk pengobatan sebelum anestesi. Beberapa effek samping dari obat-obat tidak pernah diinginkan tetapi merusak kekesehatan manusia. Ini dikenal sebagai effek-effek yang merugikan, effek yang merusak atau effek toksis dari obat. REAKSI-REAKSI ALLERGI : Reaksi Allergi adalah satu reaksi yang merugikan kesatu zat kimia, yang dihasilkan dari perentanan sebelumnya ke zat kimia tersebut atau zat yang mirip strukturnya. Istilah HYPERSENSITIVITY sudah sering digunakan untuk menerangkan keadaan allergi ini tetapi sebaiknya ditolak sebab istilah itu lebih tepat digunakan untuk menerangkan respon dari sasaran-sasaran pada akhir yang lebih rendah dari frekwensi distribusi dalam satu kwantum kurva dosis respon. Jadi, reaksi allergi atau reaksi sensitisasi (bukan reaksi hypersensitisasi) akan digunakan untuk menerangkan suatu keadaan dimana satu pemaparan sebelumnya dari zat kimia dibutuhkan untuk menghasilkan effek toksis melalui suatu anti bodi (Loomis 1974, Goldstein dkk, 1974). Suatu reaksi allergi biasanya tidak menunjukkan satu kurva dosis respon bentuk sigmoid sebagaimana terdapat untuk kebanyakan respon-respon toksis digitized by USU digital library 1

2 Begitupun, karena respon allergi adalah satu respon yang tidak diinginkan, yang terbalik, dan yang merugikan, dia akan dipandang sebagai satu respon toksis. TOKSISITAS didefinisikan sebagai satu kemampuan yang melekat pada satu zat kimia untuk membuat pengaruh yang merugikan pada organisme-organisme hidup. Reaksi-reaksi sensitisasi sering berat dan beberapa dari padanya bersifat fatal. Supaya satu zat kimia menghasilkan satu reaksi allergi, zat kimia itu atau hasil metabolismenya haruslah bertindak sebagai satu HAPTEN dan bergabung dengan satu protein dalam (= endogeneous) untuk membentuk satu ANTIGEN. Antigen ini kemudian mampu mendatangkan pembentukan antibodi-antibodi dan biasanya dibutuhkan sedikitnya-dikitnya 1 atau 2 minggu untuk sintesa antibody dalam jumlah yang cukup. Pemaparan pertama dari satu binatang kezat akan menghasilkan satu interaksi antigen antibody yang mewujudkan reaksi allergi tertentu. Banyak perwujudan allergi. Mereka melibatkan bermacam-macam system organ-organ dan kisaran dalam kehebatannya, mulai dari kerusakan yang sedikit sampai ke anafilaktik shok yang mematikan. Pola dari respon-respon berbeda-beda dalam bermacam-macam spesies. Pada manusia, keterlibatan kulit (dermatitis, urticaria) dan mata (conjunctivitis) sangat sering terjadi, sedangkan pada guinea pig sering terjadi penyempitan bronchiolus yang mengarah ke asphyxia. REAKSI-REAKSI IDIOSINKRASI : Reaksi idiosinkrasi adalah satu reaktifitas yang abnormal yang ditentukan secara genetic terhadap satu zat kimia (GoldStein dkk 1974 Levin 1978). Respon yang diamati secara kwalitatif adalah serupa dengan yang diamati dalam semua individu-individu, tetapi bisa mengambil bentuk kerentanan yang sangat ke dosis-dosis rendah atau sangat tidak rentan ke dosis tinggi dari zat kimia tersebut. Satu contoh dari satu reaksi idiosyncrasy adalah patien-patien yang menunjukan relaksasi otot dan apnea yang diperpanjang, beberapa jam sesudah satu dosis standard dari suksinil cholin. Suksinil koline biasanya menghasilkan satu relaksatie otot skeletal hanya dalam satu jangka waktu yang pendek dikarenakan pemecahan metaboliknya yang sangat cepat oleh pseudo kolin esterase dari plasma. Patien-patien yang menunjukkan raksi idiosinkrasi ini mempunyai satu pseudo kolin esterase yang atipikal. Penelaahan terhadap keluarga telah menunjukkan bahwa kehadiran kolin esterase atipikal adalah satu tanda khas yang ditentukan secara genetic. Serupa, disana ada sekelompok penduduk yang secara abnormal rentan terhadap nitrit-nitrit dan zat kimia lain yang menghasilkan Met Hb. Patien-patien ini memiliki kekurangan dalam NADH Met Hb Reduktase, yang didasarkan kesuatu allele resessif autosom. TOKSISITAS SEGERA dan YANG TERTUNDA : Effek-effek Toksikologi yang segera dapat didefinisikan sebagai effek-effek yang berkembang secara cepat sesudah pemberian tunggal satu zat, sedangkan effek-effek tetunda adalah effek-effek yang terjadi sesudah selang beberapa waktu. Effek-effek karsinogenik dari zat-zat kimia biasanya mempunyai satu masa latent yang panjang sering tahun. Sebagai contoh : kanker vagina dan uterus yang dihasilkan diletilstill bestrol pada wanita muda didasarkan ke pemaparan in utero ke dietil stillbestero yang dipakai ibu-ibu mereka untuk mencegah keguguran. Juga, peracunan urat-urat syaraf yang tertunda dilihat sesudah beberapa agentagent antikoline esterase organo fosfat digitized by USU digital library 2

3 Yang sangat terkenal dari senyawa-senyawa itu yang menghasilkan effek neuro toksis dari bentuk ini adalah TOCP (= Tri Ortho Cresyl Phosphate). Effeknya tidak teramati sampai sedikitnya beberapa hari sesudah pemaparan kesenyawa-kesenyawa toksis ini. Dipihak lain orang dapat menjumpai beberapa zat seperti barbiturat kerja singkat, yang menghasilkan effek toksis yang segera atas tiap-tiap satu rangkaian pemaparan-pemaparan tetapi gagal untuk menghasilkan effek yang tertunda. EFFEK-EFFEK TOKSIK yang REVERSIBEL DAN IRREVERSIBLE : Semua effek-effek FARMAKOLOGI dari obat-obatan adalah reversible, sedangkan beberapa effek-effek TOKSIK adalah reversible dan lainnya adalah irreversible. Jika satu zat kimia menghasilkan luka pathologis ke suatu jaringan kemampuan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang rusak akan sangat menentukan apakah effek itu reversible atau irreversible. Jadi, untuk suatu jaringan seperti liver, yang mempunyai satu kemampuan yang besar untuk membangun kembali, kebanyakan kerusakan-kerusakan adalah reversible, sementara kerusakan pada CNS adalah sangat irreversible, karena sel-sel CNS yang berdifferensiasi tidak dapat membelah dan digantikan. EFFEK karsinogenik dari zat-zat kimia adalah juga effek toksis yang irreversible. KERACUNAN LOKAL & SISTEMIK : Perbedaan yang lain diantara bentuk-bentuk dari effek-effek pada umumnya dibuat atas tempat kerjanya. EFFEKLOKAL merupakan effek yang terjadi pada tempat persinggungan pertama diantara system biologis dan toksikan. Contoh-contoh dari effek local ditinjukkan oleh penelanan bahan-bahan yang dapat membakar atau menghirup bahan-bahan yang menganggu (Irritant material) lebih maju dari effek local adalah EFFEK local adalah EFFEK SISTEMIK yang membutuhkan penyerapan dan penyeberan dari zat-zat toksis ketempat yang jauh dari tempat masuknya dimana effek-effek toksis akan dihasilkan. Kebanyakan zat-zat kecuali yang sangat reakstif, akan menghasilkan effek stemik, untuk beberapa bahan-bahan. Kedua effek bisa ditemukan. Sebagai contoh, T.E.L (=Tetra Ethyl Lead) menghasilkan effek-effek pada kulit pada tempat penyerapan dan kemudian diangkut secara sistemik untuk menghasilkan effek-effeknya yang khusus pada CNS dan system-sistem lain. Jika effek lokalnya nyata, sebagaimana dengan luka bakar yang bersangkutan oleh asam, disana boleh juga ada effek sistemik yang tidak langsung, dalam contoh ini, kerusakan ginjal meskipun zat itu tidak mencapai ginjal. Kebanyakan zat-zat kimia yang menghasilkan keracunan sistemik tidak menyebabkan satu derjat keracunan yang sama dalam semua organ-organ tetapi biasanya menghasilkan keracunan yang besar ke satu dua organ saja. Organ ini dikenal sebagai organ-organ sasaran dari keracunan zat kimia tersebut. Organ sasaran itu sering bukanlah tempat berkumpulnya bahan-bahan kimia tadi. Sebagai contoh, Timah hitam dikumpulkan dalam tulang tetapi keracunannya dalam jaringan-jaringan lemak. Serupa, DDt dikumpulkan dalam jaringan lemak tetapi tidak menghasilkan effek toksis disana. Organ sasaran dari keracunan yang sering terlibat dalam keracunan sistemik adalah CNS. Meskipun dengan beberapa persenyawaan-persenyawaan yang memiliki satu effek yang menonjol ditempat lain, kerusakan ke CNS, khususnya ke otak, dapat ditunjukkan oleh penggunaan cara-cara yang sensitive dan sesuai digitized by USU digital library 3

4 Selanjutnya system yang sering terlibat keracunan sistemik adalah system sirkulasi, system darah dan hemo poietik, organ-organ visceral seperti liver, ginjal, paru-paru dan kulit. Otot dan tulang merupakan organ-organ sasaran yang sangat kurang sering untuk effek-effek toksis. Dengan zat-zat yang memiliki satu effek local yang menonjol, kekerapan jarigan bereaksi sangat tergantung atas tempat masuknya (kulit, tractus gastro intestina, atau Tractus Respiratorius). INTER AKSI ZAT-ZAT KIMIA : Dalam penaksiran respon-respon yang beraneka ragam, mudah dicapainya jumlah toksikan-toksikan yang cukup besar, menciptakan kebutuhan yang bertambah untuk dipertimbangkan yakni mengenai inter aksi dari toksikan-toksikan. Interaksi-interaksi dapat terjadi dalam cara-cara yang berbeda-beda. Zat-zat dapat saling mempengaruhi satu sama lain secara kimia, yang biasanya mengakibatkan satu penurunan respon, menghasilkan perobahan dalam kecepatan penyerapan, perubahan-perubahan derja-derjat pengikatan protein, dan perobahan dari kecepatan metabolisme atau eksrkresi dari satu kedua toksikan-toksikan yang saling berinter aksi. Sebagai tambahan ke bentuk interaksi yang sudah diketahui, respon organisme itu ke kombinasi toksikan-toksikan boleh jadi dinaikkan atau diturunkan dikarenakan perobahan respon-respon toksikologik pada tempat reseptor. Pengaruh dari dua zat-zat kimia yang diberikan serentak akan menghasilkan satu respon yang boleh jadi penjumlahan sederhana dari respon masing-masing atau bisa jadi lebih besar atau lebih kecil dari yang diharapkan oleh penjumlahan responrespon mereka masing-masing. Pemahaman mengenai interaksi-interaksi ini sering mengarah kesatu pengertian yang lebih baik mengenai mekanisme kerja dari zat-zat kimia yang terlibat. Sejumlah istilah-istilah telah digunakan untuk menjelaskan interaksi-interaksi secara farmakologi dan secara toksikologi. - ADDITIVE EFFECT : adalah dimana effek dari 2 zat kimia yang digabungkan sama dengan effek masing-masing agent. Contoh : = 5 Misalnya : bila 2 insektisida fosfat organic diberikan bersama-sama penghambatan kolin esterase biasanya additif. - SYNERGISTIC EFFECT : adalah satu keadaan dimana effek yang digabungkan dari zat-zat kimia adalah jauh lebih besar dari jumlah effek masing-masing agent ketika diberikan sendirian (2 + 3 = 20) Untuk contoh : Karbon tetra klorida dan etanol adalah agent-agent hepato toksik, tetapi mereka bersama-sama menimbulkan kerusakan liver lebih banyak dari pada jumlah masing-masing effek mereka ke liver. POTENSIASI : keadaan dimana satu zat yang tidak memiliki satu effek toksis dalam satu organ/system tertentu, tetapi ketika ditambahkan ke zat kimia lain dia membuat yang belakangan jauh lebih toksis (0+2=10). Misalnya : Isopropanol bukan hepato toksik, ketika isopropanol ditambahkan ke CC1 4, hepato toksisity dari CC1 4 menjadi jauh lebih besar dari ketika dia tidak diberikan dengan iso propanol. ANTAGONISM : Adalah Keadaan Dimana 2 Zat Kimia, ketika diberikan bersama-sama, saling mengganggu kerja satu sama lain atau mengganggu satau satu zat kimia mengganggu kerja zat kimia lain. (Contoh: 4+6=8; 4+(- 4)=0; 4+0=1) digitized by USU digital library 4

5 Effek antagonis dari zat-zat kimia sering jadi effek-effek yang diinginkan dalam toksikologi dan menjadi dasar dari beberapa ANTIDOTUM- ANTODOTUM. Ada 4 (empat) bentuk-bentuk dasar dari antagonisme : 1. fungtional antagonism 2. chemical antagonism 3. dispotitional antagonism 4. reseptor antagonism FUNGTIONAL ANTAGONIMS : adalah apabila 2 (dua) zat kimia saling mengimbangi satu sama lain dengan menghasilkan effek-effek yang berlawanan, diatas fungsi fisiologis yang sama. Keuntungan yang diambil dari asas-asas ini dalam hal tekanan darah yang dapat turun nyata pada keracunan yang berat dengan barbiturat, dan dia dapat dilawan oleh pemebrian satu agent vaso pressor secra intravena seperti nor epinephrine atau metaraminol. Serupa, beberapa zat-zat kimia, bila diberikan pada tingkat dosis toksis, menimbulkan kejang-kejang, dan kejang-kejang ini dapat diatasi dengan pemberian anti kejang seperti barbiturat-barbiturat kerja pendek (contoh : Amobarbital). CHEMICAL ANTAGONISM atau INAKTIFASI : Adalah satu reaksi diantara dua zat kimia untuk menghasilkan satu produk yang kurang toksis. Sebagai contoh, DIMERCAPROL (BAL) membuat senyawa chelat dengan bermacammacam logam seperti As, Hg, dan Pb yang menurunkan keracunan mereka. Penggunaan-penggunaan antitoksin-antitoksin untuk mengatasi bermacam-macam toksin merupakan contoh lain dari chemical antagonism. Penggunaan dari protein yang Bmnya rendah dan basa kuat PROTAMIN SULFAT untuk membentuk komplek yang stabil dengan HEPARIN akan meniadakan aktifitas anti koagulannya contoh lainnya. DISPOTITIONAL ANTAGONISM : Adalah keadaan dimana penempatan, berupa penyerapan, metabolisme, penyebaran atau pengeluaran dari zat kimia, dirubah sehingga mengurangi senyawasenyawa yang mencapai organ-organ sasaran atau lamanya pada organ-organ sasaran menjadi berkurang. Jadi, pencegahan penyerapan satu toksikan oleh IPECAC atau CHARCOAL dan perubahan ekskresi dari satu zat kimia dengan pemberian satu diuretic osmosis atau dengan merubah Ph urine merupakan contoh-contoh dari dispotitional antagonism. Jika senyawa induk merupakan yang bertanggung jawab untuk daya carun dari zat kimia (seperti insektisida organo fosfat PARAXON) dan hasil metabolismenya adalah kurang toksis dari senyawa-senyawa induknya, maka dengan menaikan biotransformasi senyawa-senyawa melalui suatu penggerak enzim mikrosom (seperti FENOBABITAL) akan menurunkan daya racunnya. Begitupun, jika daya racun zat-zat kimia itu jadi besar dikarenakan hasil-hasil metabolismenya (seperti dalam organo fosfat PARATHION), maka penghambatan biotransformasinya oleh suatu penghambat aktifitas enzim mikrosom (SKF 525 atau piperonyl butoxide) akan menurunkan daya racunnya. RECEPTOR ANTAGONISM : Adalah apabila dua zat kimia yang berikatan ke reseptor yang sama menghasilkan pengurangan dari suatu EFFEK ketika diberikan bersama-sama dari 2002 digitized by USU digital library 5

6 pada penjumlahan dari effek-effek mereka secara terpisah (missal: 4+6=8) atau ketika satu zat kimia melawan effek zat kimia kedua (missal: 0+4=1) ANTAGONIS-ANTAGONIS RECEPTOR sering diistilahkan sebagai BLOCKER-BLOCKER. Pengertian ini dipergunakan keuntungannya dalam pengobatan keracunan di klinik. Antagonis rceptor NALOXON dipergunakan untuk pengobatan penekatan pernafasan yang ditimbulkan oleh MORFIN dan Narkotin-narkotin lain yang menyerupai morfin. Pengobatan keracunan insektisida organo fosfat dengan ATROPINE adalah satu contoh yang bukan mengenai anti dotum bersaing dengan racun ke receptor, tetapi lebih merupakan blocking receptor yang bertanggung jawab untuk effek toksis yang didasarkan ke kelebihan asetil koline yang dihasilkan oleh peracunan asetil koline esterase oleh fosfat organic. KESIMPULAN : Dari uraian yang telah disajikan, nyata untuk kita bahwa : 1. Pemaparan merupakan salah satu unsur yang penting bagi timbulnya effekeffek toksis dari suatu agent, dan ini bisa difahami melalui pemeriksaan tingkatan agent dalam darah. 2. Sebagai akibat pemaparan suatu agent ke system biologis bisa terjadi bwermacam-macam bentuk effek-effek yang tidak diinginkan yang sebagiannya merusak tetapi yang lain tidak merusak digitized by USU digital library 6

7 KEPUSTAKAAN 1. JhonDoull,MD,Ph.D : TOXICOLOGY : The Basic Science of Poisons, Second Edition. Mac millan Publishing Co, Inc, New York B.G.KATZUNG : FARMAKOLOGI DASAR DAN KLINIK lih bahasa : dr.binawat H.K.dkk: EGC LLOYD N FERGUSON : TEXT BOOK of ORGANIC CHEMISTRY oward University 2 nd Edition. 4. Dr.SUMA MUR,MSc: KESELAMATAN KERJA DAN PENCEGAHAN KECELAKAAN T.GUNUNG AGUNG digitized by USU digital library 7

T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI. Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI. Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan : Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup

Lebih terperinci

T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN. DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN. DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan : Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang

Lebih terperinci

TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan

Lebih terperinci

EFEK DAN MEKANISME TOKSIK

EFEK DAN MEKANISME TOKSIK EFEK DAN MEKANISME TOKSIK Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Pengertian yang mendalam mengenai ciri-cirinya berguna untuk menilai bahayanya bagi kesehatan,

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

PENGANTAR FARMAKOLOGI

PENGANTAR FARMAKOLOGI PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG

Lebih terperinci

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi dr H M Bakhriansyah, M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses kimia, terutama terikat pada molekul

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi Keperawatan

Pengantar Farmakologi Keperawatan Pengantar Farmakologi Keperawatan dr H M Bakhriansyah, M.Kes.,., M.Med.Ed Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM Farmakologi Substansi yang berinteraksi dengan suatu sistem yang hidup melalui proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI

BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengantar Toksikologi 1 BAB 1 PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan definisi toksikologi industri dan istilah-istilah yang berkaitan dengan toksikologi 2. Menjelaskan tujuan toksikologi

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pendahuluan Interaksi Obat : Hubungan/ikatan obat dengan senyawa/bahan lain Diantara berbagai

Lebih terperinci

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Interaksi manusia dan lingkungan Bahan kimia baru dibuat Limbah dibuang Kualitas lingkungan? Meningkatkan kesejahteraan manusia? Toksikologi lingkungan Pengaruh racun

Lebih terperinci

Pengantar Farmakologi

Pengantar Farmakologi Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik

Lebih terperinci

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA OBAT. Pengertian

PRINSIP KERJA OBAT. Pengertian PRINSIP KERJA OBAT Kerja obat? Pengertian Perubahan kondisi yang mengakibatkan timbulnya efek (respon) Efek obat? Perubahan fungsi, struktur atau proses sebagai akibat kerja obat Efek Efek utama Efek yang

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik

Lebih terperinci

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN

BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN BIOTRANSFORMASI TOKSIKAN BIOTRANSFORMASI (METABOLISME) TOKSIKAN / XENOBIOTIK PROSES ENZIMATIS METABOLIT Adalah perubahan xenobiotika menjadi Metabolit melalui proses enzimatis Beberapa penting untuk kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Variabel Hama 1. Mortalitas Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai fase dan konsentrasi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas hama

Lebih terperinci

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA

PATOGENESIS PENYAKIT ASMA PATOGENESIS PENYAKIT ASMA Pendekatan terapi yang rasional terhadap penyakit asma adalah tergantung dari pengetahuan mengenai patogenesis penyakit asma Asma adalah penyakit yang diperantarai oleh ikatan

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA

BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA BAHAN KIMIA BERBAHAYA ALDI KURNIA TAMA 1417031006 Tabel Bahan Kimia Berbahaya No Nama Bahan Kimia Simbol Keterangan 1 Natrium Peroxide Oksidasi Korosif 2 Acrylamide 3 Sodium Hidroxide Korosif 4 Napthalene

Lebih terperinci

Toksikologi Lingkungan - Efek

Toksikologi Lingkungan - Efek Toksikologi Lingkungan - Efek Efek xenobiotik Elemen Sel Sistem ensim Transpor Oksigen RNA/DNA Efek pada elemen sel Dapat dimulai dari POE: kulit, selaput lendir hidung, tenggorokan, dst Efek: Ringan:

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkurangnya lahan sebagai tempat merumputnya sapi, maka banyak peternak mencari alternatif lain termasuk melepas ternak sapinya di tempat pembuangan sampah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly,

I. PENDAHULUAN. dunia telah memanfaatkan tumbuhan obat untuk memelihara kesehatan (Dorly, I. PENDAHULUAN Tumbuhan telah digunakan manusia sebagai obat sepanjang sejarah peradaban manusia. Penggunaan tumbuh-tumbuhan dalam penyembuhan suatu penyakit merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat

Lebih terperinci

EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes

EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes EFEK TOKSIK XENOBIOTIK Nasruddin Syam, SKM, M.Kes Tujuan Istruksional Umum : Dapat Menjelaskan Efek Toksik Xenobiotik Pokok Bahasan ; Efek Toksik Xenobiotik Sub. Pokok bahasan ; 1. Prinsip Umum Efek Tokdik

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST. DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST. DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toxicology adalah pemahaman-pemahaman mengenai effek-effek bahan kimia yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup suatu organisme. Setiap obat pada dasarnya merupakan racun, tergantung dosis dan cara pemberian, karena dosis

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum

11/9/2011 TOKSIKOLOGI. Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50 TOKSIKOMETRIK TOKSIKOMETRIK Toksikologi erat hubungannya dengan penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpaparnya mahluk hidup. Sifat spesifik dan efek suatu paparan

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM Annisa Sekar 1210221051 PEMBIMBING : dr.daris H.SP, An PETIDIN Merupakan obat agonis opioid sintetik yang menyerupai morfin yang dapat mengaktifkan reseptor,

Lebih terperinci

Soal Toksikologi Lingkungan

Soal Toksikologi Lingkungan Soal Toksikologi Lingkungan (Dampak bahan toksik bagi kesehatan) Kelompok : Pestisida Nama anggota : - Elsa Suyetriana 10101001047 - Herma Brawijaya 10111001047 - Afri Yanti Sirait 10111001048 - Tri Ardiana

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium Kimia Medisinal Proses absorpsi dan distribusi obat Absorpsi Distribusi m.b. m.b.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem

BAB I PENDAHULUAN. Asam format yang terakumulasi inilah yang menyebabkan toksik. 2. Manifestasi klinis yang paling umum yaitu pada organ mata, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Metanol adalah senyawa alkohol paling sederhana yang didalam tubuh akan di metabolisme menjadi formaldehida kemudian menjadi asam format. 1 Asam format yang terakumulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian dan perkebunan. Laporan dari Food Agriculture

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL

FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL Tugas Anestesi FARMAKOLOGI ANESTESI LOKAL disusun oleh ASTRI NURFIDAYANTI 110.2004.036 FK UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 14 FEBRUARI-19 MARET 2011 DEPARTEMEN ANESTESI DAN REANIMASI RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengertian Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Bahan toksik atau racun adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pembangunan Indonesia yang dewasa ini sedang berkembang diwarnai dengan pertambahan penduduk dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Sumberdaya perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan masalah kesehatan, bersifat endemis dan timbul disepanjang tahun. Bahaya penyakit ini walau banyak terjadi pada anak-anak, terdapat

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum

TOKSIKOLOGI BEBERAPA ISTILAH. Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik. Alfi Yasmina. Sola dosis facit venenum TOKSIKOLOGI Alfi Yasmina BEBERAPA ISTILAH Toksikologi Toksisitas Toksin / racun Dosis toksik Sola dosis facit venenum 1 KLASIFIKASI Berdasarkan cara: Self-poisoning Attempted poisoning Accidental poisoning

Lebih terperinci

Prinsip Toksikologi: Studi tentang Keracunan

Prinsip Toksikologi: Studi tentang Keracunan Prinsip Toksikologi: Studi tentang Keracunan Ref. Elizabeth Casarez Department of Pharmacology and Toxicology University of Arizona 1 Mempelajari efek toksin pada organisme hidup Efek ada perubahan dari

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 1. Rhodamin-B termasuk bahan kimia yang bersifat... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2 Korosif Beracun Karsingenik Radioaktif Rhodamin B termasuk bahan kimia yang bersifat

Lebih terperinci

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll Manfaat Terapi Ozon Sebagai Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer untuk berbagai penyakit. Penyakit yang banyak diderita seperti diabetes, kanker, stroke, dll. Keterangan Rinci tentang manfaat

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, banyak penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang, bahkan seumur hidup, dengan obat dosis tinggi yang dapat menimbulkan berbagai efek samping.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dapat terpapar logam berat di lingkungan kehidupannya seharihari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup tinggi, kontaminasi dalam makanan, air, dan

Lebih terperinci

ENERGI. Universitas Gadjah Mada

ENERGI. Universitas Gadjah Mada ENERGI Energi Bahan Pangan Energi adalah kapasitas untuk mengerjakan sesuatu untuk mengerjakan sesuatu kegiatan dan dalam hal ini energi mengalami transformasi menjadi jenis energi yang sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu

BAB I PENDAHULUAN. berkisar antara 36-37ºC. Jadi seseorang yang mengalami demam, suhu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan.

Lebih terperinci

Bagian Pertama PENDAHULUAN UMUM

Bagian Pertama PENDAHULUAN UMUM Bagian Pertama PENDAHULUAN UMUM Bioanalisis merupakan salah satu ilmu terapan yang bermanfaat dan memberikan dukungan yang cukup besar terhadap kemajuan berbagai aspek ilmu yang lain, diantaranya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disimpan sebagai cadangan di dalam tubuh. Proses biologis di dalam tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sangat vital bagi kehidupan karena air adalah komponen utama cairan tubuh. Seseorang dapat bertahan hidup selama 8 minggu tanpa makan, tetapi tanpa air hanya dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak

I. PENDAHULUAN. serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu sumber daya alam yang berfungsi serbaguna bagi kehidupan mahluk hidup (Yani, 2010). Air sungai saat ini banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT

HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT UBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES ABSORPSI, DISTRIBUSI DAN EKSKRESI OBAT Oleh: Siswandono Laboratorium

Lebih terperinci

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ STRUKTUR TUBUH MANUSIA SEL (UNSUR DASAR JARINGAN TUBUH YANG TERDIRI ATAS INTI SEL/ NUCLEUS DAN PROTOPLASMA) JARINGAN (KUMPULAN SEL KHUSUS DENGAN BENTUK & FUNGSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya juga sangat bervariasi.

Lebih terperinci

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( ) AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan (121411048) Widya Fiqra (121411061) Yulia Endah Permata (121411062) Pengertian Reaksi Terhadap Zat Lain AlCl₃ Kegunaan dan Manfaat MSDS Proses Pembuatan KARAKTERISTIK

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1 1. Urutan organ pernapasan yang benar dari dalam ke luar adalah... paru-paru, tenggororkan mulut paru-paru kerongkongan, hidung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. MEROKOK 1. Pengertian Merokok adalah suatu bahaya untuk jantung kita. Asap rokok mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam sel darah merah. Merokok dapat

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) 1. Tujuan percobaan Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah : a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan. b. Untuk

Lebih terperinci

Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas

Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas Mengendalikan Gulma pada Tanaman Padi secara Tuntas RAMBASAN 400 SL merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang diformulasi dalam bentuk larutan yang mudah larut dalam air dan dapat ditranslokasikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] -

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] - BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B adalah pewarna sintetik penghasil warna merah. Bentuk Rhodamine B adalah kris tal dengan warna merah, cokelat, atau hijau. Rumus Empirisnya adalah

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5 1. Zat berikut yang merangsang berkembangnya sel kanker adalah... Alkohol Formalin Rhodamin-B Kunci Jawaban : D Rhodamin-B

Lebih terperinci

Kesetimbangan asam basa tubuh

Kesetimbangan asam basa tubuh Kesetimbangan asam basa tubuh dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Departemen Biokimia, Biologi Molekuler dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ph normal darah Dipertahankan oleh sistem pernafasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal merupakan organ ekskresi utama pada manusia. Ginjal mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan tubuh. Ginjal memiliki fungsi yaitu mempertahankan keseimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA

DAFTAR LAMPIRAN SISTEM HARMONISASI GLOBAL KLASIFIKASI DAN LABEL PADA BAHAN KIMIA 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/M-IND/PER/4/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 87/M-IND/PER/9/2009 TENTANG SISTEM HARMONISASI GLOBAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini

BAB I PENDAHULUAN. berkhasiat obat ini adalah Kersen. Di beberapa daerah, seperti di Jakarta, buah ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ribuan jenis tumbuhan yang diduga berkhasiat obat, sejak lama secara turun-temurun dimanfaatkan oleh masyarakat. Salah satu dari tumbuhan berkhasiat obat ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran terhadap lingkungan hidup akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian pemerintah, khususnya pihak akademisi, terutama terhadap kehadiran polutan beracun

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) 1. Nama Mata kuliah (MK) : Farmakologi I 2. Kode/SKS : 2 SKS 3. Prasarat : Fisiologi dan Patofisiologi 4. Status MK (wajib/pilihan) : Wajib 5. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak sekali faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak sekali faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara berkembang seperti Indonesia banyak sekali faktor-faktor pencetus penyebab terjadinya penyakit, penyebab utamanya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian untuk mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup pasien. Tetapi masih sering

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbal merupakan salah satu logam berat yang bersifat racun bagi manusia, dapat ditemukan pada semua lingkungan sekitar kita, dan merupakan logam berat yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan salah satu unsur atau zat yang sangat penting setelah air. Seluruh makhluk hidup membutuhkan udara sebagai oksigen demi kelangsungan hidupnya di muka

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada 1

Universitas Gadjah Mada 1 IV. TOKSIKOKINETIK Sebelurn kita bicarakan tentang toksikokinetika terlebih dahulu perlu dikaji nasib atau kisah perjalanan za kimia beracun ( misalnya obat, pestisida, zat tambahan makanan ) di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri tekstil selain menghasilkan suatu produk juga menghasilkan produk sampingan berupa air limbah, yang sering kali mencemari lingkungan terutama perairan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt

HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT. JULAEHA, M.P.H., Apt HUBUNGAN STRUKTUR AKTIVITAS SENYAWA STIMULAN SISTEM SARAF PUSAT JULAEHA, M.P.H., Apt FISIONEUROLOGI OBAT SSP Obat SSP menekan / menstimulasi seluruh atau bagian tertentu dari SSP. Jika terdapat penekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

Pengantar Toksikologi Forensik. I M. A. Gelgel Wirasuta

Pengantar Toksikologi Forensik. I M. A. Gelgel Wirasuta Pengantar Toksikologi Forensik I M. A. Gelgel Wirasuta LMIS (1979) berdasarkan aplikasinya toksikologi dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yakni: Farmakologi Immunologi Biologi Patologi Kimia Toksikologi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk melihat onset, durasi, kematian dan tahapan anestesi Acepromazine (ACP). Selanjutnya, hasil penelitian dengan menggunakan ACP yang diberikan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan yang termasuk dalam lemak, baik yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun dari

Lebih terperinci

PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya

PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya 2013 Manusia dikenakan paparan berbagai xenobiotik (bahan kimia) terus. xenobiotik adalah senyawa hadir dalam lingkungan

Lebih terperinci