T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST. DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST. DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 T O X I C O L O G Y SELECTIVE TOXICITY DAN TEST DR. MANSUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toxicology adalah pemahaman-pemahaman mengenai effek-effek bahan kimia yang merugikan bagi organisme. Dari definisi tersebut, jelas terdapat unsur-unsur bahan kimia dan organisme, dimana didalam kedua unsur-unsur ini terdapat istilah-istilah toksisitas dan animal test-test. Tulisan ini bermaskud membicarakan mengenai selective toxicity dan animal toxicity tetst. SELECTIVE TOXICITY : Selective Toxicity berarti bahwa satu zat kimia menghasilkan kerusakan kesuatu macam bahan hidup tanpa membahayakan beberapa macam yang lain, meskipun sebelumnya keduanya mungkin erat hubungannya. Bahan kehidupan yang dirusak dikenal sebagai UN ECONOMIC FORM, DAN BAHAN kehidupan yang terlindungi disebut Economic Form. Mereka boleh jadi dihubungkan satu ke yang lain sebagai parasit dan host atau mereka boleh jadi dua jaringan-jaringan dalam satu organisme. Keragaman biologis ini mengganggu kemampuan ahli toksikologi untuk meramalkan effek toksis dari satu bahan kimia dalam satu spesies (manusia) dari percobaanpercobaan yang diselenggarakan dalam spesies-spesies lain (binatang laboratorium). Begitupun, kemungkinan untuk mengembangkan satu agent yang merupakan lethal untuk satu spesies yang tidak diinginkan dan kurang berbahaya untuk spesiesspesies lainnya. Dalam pertanian misalny, disana ada jamur, serangga, dan bahkan tumbuhtumbuhan yang bersaing hidup yang merusak panen dan dengan demikian diperlakukan pestisida-perstisida pemilih. Juga peternakan hewan dan obat-obatan manusia memerlukan agent-agent yang secara selektif toksis terhadap bentuk unekonomiktetapi tidak menghasilkan kerusakan kebentuk ekonomik dari bahan kehidupan. Obat-obatan dan agent kimia lain yang digunakan untuk tujuan keracunan yang dapat memilih adalah pemilih satu dari 2 sebab-sebab. I. Zat kimia itu sama-sama beracun untuk kedua cell-cell unekonomik tetapi terutama menumpuk di cell-cell unekonomik. II. Dia bereaksi secara khusus dengan : a. secara sitologik b. satu gambaran yang secara biokimia hilang dari dalam host. (atau tidak memainkan satu bagian yang penting). (ALBERT, 1965, 1973). Kemampuan memilih itu didasarkan kepada perbedaan-perbedaan penyebaran yang biasanya meruapkan hasil-hasil dari perbedaan-perbedaan dalam penyerapan; bio transformasi atau pengeluaran zat-zat beracun. Sifat racun yang dapat memilih dari satu semprotan insektisida boleh jadi sebagian disebabkan satu luas permukaan per satuan berat yang lebih besar, yang 2002 digitized by USU digital library 1

2 menyebabkan serangga itu menyerap satu dosis yang berbanding lurus lebih besar dari mamalia yang disemprot. Daya guna dari Yodium Radioaktif pada pengobatan hyperthyrodism adalah didasarkan ke kemampuan memilih dari kelenjar gondok untuk menimbun yodium. Satu sebab utama mengapa zat kimia jadi racun untuk suatu bentuk ada perbedaanperbedaan dalam penumpukan senyawa-senyawa asal yang beracun dalam berbagai jaringan yang didasarkan kepada biotransformasi zat kimia tersebut ke produk akhir yang bertindak sebagai racun. Demikianlah CC1 4 adalah bersifat racun ke liver dikarenakan liver memiliki kekuatan yang besar untuk merobah secara biologis CC1 4 ke TRICHLOR METHYL radikal bebas. Meskipun telah ditetapkan alasan bahwa sifat racun pemilih adalah didasarkan ke perbedaan-perbedaan dalam penumpukan zat kimia itu dalam sel ekonomik dan unekonomik, tidak berarti bahwa organ sasaran untuk keracunan itu merupakan organ yang menumpuk zat kimia tersebut ketingkat yang tinggi. Sebagai contoh, insektisida hidro karbon yang dichlorinasikan seperti DDT, mencapai konsentrasi yang tinggi di gudang-gudang lemak dari tubuh tetpai disana tidak menghasilkan effek-effek keracunan yang dikenal. Sifat racun yang pemilih didasarkan ke perbedaan-perbedaan dalam sitologi perbandingan ditunjukkan oleh perbandingan dari sel-sel binatang dan tumbuhtumbuhan berbeda dari hewan dalam beberapa hal yakni : 1. tidak adanya satu system, satu system aliran darah dan otot 2. adanya satu mekanisme FOTO SINTETIS dan dinding-dinding cell. Kenyataan bahwa bakteri meiliki dinding-dinding cell dan manusia tidak telah dugunakan dalam mengembangkan agent-agent chemoterapeutik yang bersifat racun pemilih, seperti Penicillin dan Cephalosporin-cephalosporin, yang membunuh bakteri tetapi tetapi secara relatif tidak menjadi racun untuk cell-cell mammalia. Sifat racun yang pemilih ini juga dapat meruapakan satu hasil dari satu perbedaan dalam biokimia dari dua bentuk cel-cel. Untuk contoh : bakteri tidak menyerap Asam Folat, tetapi membuatnya dari p.amino acid (PABA), asam glutamat, dan pteridine, sedangkan mammalia tidak dapat membuat asam Folat tetapi menyerap dari makanan mereka. Dengan demikian, obat-obat sulfonamida secara memilih adalah racun ke bakteri sebab sulfonamida-sulfonamida yang mirip PABA dalam muatan dan ukuran-ukuran, menentang penggabungan PABA kealam molekul asam FOLAT, satu rekasi yang tidak terjadi pada manusia. DESCRIPTIVE ANIMAL TOXICITY TEST (= DATT) Dua asas-asas utama yang mendasari semua DATT : Yang pertama adalah : bahwa effek-effek yang dihasilkan oleh senyawa dalam binatang-binatang laboratorium, bila dikwalifikasi secara tepat, dapat merupakan hal yang dapat diterapkan ke manusia. Alasan yang kuat ini mendasari semua percobaan-percobaan biologi dan obatobatan. Atas dasar dari dosis persatuan luas permukaan tubuh, effek racun pada manusia biasanya dalam kisaran yang sama sebagaimana yang ada dalam binatang percobaan. Atas dasar satu berat badan, manusia biasanya lebih mudah terkena dari binatang percobaan, mungkin oleh satu faktor sekitar 10. Dengan satu pengetahuan mengenai perbedaan kwantitatif ini, faktor-faktor keselamatan yang tepat dapat diterapkan untuk dosis-dosis yang relatif aman untuk manusia digitized by USU digital library 2

3 Semua zat-zat kimia yang karsinogen yang diketahui, mungkin dengan pengecualian dari arsen,. Adalah karsinogenik untuk bebrapa jenis (spesies) tetapi bukan dalam semua binatang-binatang laboratorium. Jadi perbedaan-perbedaan dalam spesies ini tampil didasarkan kepada perbedaanperbedaan dalam biotransformasi dari procarsinogen ke carcinogen aktif. AZAZ UTAMA yang KEDUA : adalah pemaparan dari binatang percobaan ke agentagent racun dalam dosis yang besar (tinggi) adalah satu metoda yang diperlukan dan tepat untuk menemukan bahaya-bahaya yang mungkin pada manusia. Azas ini didasarkan keatas pengertian DOSIS kwantal RESPONSE bahkan kejadian dari satu effek dalam satu populasi adalah lebihbesar ketika dosis atau pemaparan bertambah. Pertimbangan-pertimbangan praktis memerlukan bentuk rancangan dari systemsistem percobaan bahwa jumlah binatang-binatang yang diperlukan dalam percobaan-percobaan bahan-bahan beracun adalah selalu kecil dibanding dengan ukuran dari populasi manusia yang sama-sama ada dalam bahaya. Untuk memperoleh hasil-hasil yang benar secara statistik dari kelompok-kelompok kecil binatang-binatang, diperlukan penggunaan dosis-dosis yang relatif besar sedemikian hingga effek itu akan terjadi cukup sering-sering untuk ditemukan. Untuk contoh, satu kejadian dari satu effek racun yang serius, seperti kanker, serendah 0,01% akan menampilkan penduduk dalam satu populasi 200 juta dan tidak akan diterima dipertimbangkan tinggi. Untuk menemukan kejadian serendah demikian dalam percobaan binatang-binatang secara langsung akan memerlukan sedikit-dikitnya sekitar ekor binatangbinatang. Untuk alasan ini, kita tidak mempunyai pilihan kecuali memberikan dosis besar kepada kelompok-kelompok yang relatif kecil dan kemudian menggunakan alasanalasan toksikologis dalam meramalkan kemungkinan-kemungkinan hasil-hasil untuk mengira-mengira bahaya pada dosis-dosis rendah. TEST RACUN YANG PERTAMA DIKERJAKAN atas satu zat kimia baru adalah penentuan LD50 melalui dua jalan pemebrian (biasanya oral dan intra vena), orang menentukan jalan pemaparan yang diinginkan dalam beberapa spesies. Spesies yang sangat sering digunakan adalah tikus kecil, tikus besar, kelinci dan anjing. Dalam tikus kecil dan tikus besar, LD 50 biasanya ditentukan seperti dijelaskan sebelumnya tetapi dalam spesies besar hanya satu per-kira-kiraan mengenai LD 50 yang bisa diperoleh melalui penaikan dosis sampai effek-effek keracunan yang serius dari zat kimia itu ditunjukkan. Jumlah binatang yang mati dalam satu jangka waktu 7 atau 14 hari sesudah satu dosis tunggal ditabulasikan. Dalam tambahan ke mortality, pemeriksaan berjangka dari binatang-binatang percobaan harus dihubungkan ke tanda-tanda keracunan, lethargi, perubahan perilaku, morbidity. Kemampuan zat-zat kimia untuk merangsang kulit dan mata sesudah satu perangsangan akut biasanya ditentukan dalam kelinci. Untuk test perangsangan kulit, kelinci-kelinci dipersiapkan dengan membuang bulubulunya diatas satu bagian dari punggung-punggung mereka dengan alat pemotong listerik. Bahan kimia diterapkan kekulit dibawah tambalan yang ditutup dan biasanya dijaga dalam hubungan ini untuk salah satu dari satu jangka waktu 4 atau 12 jam. Tingkat perangsangan kulit diberi ANGKA untuk Eritema, pembentukan Oedema dan kerja korrosif (yang merusak). Pengamatan-pengamatan perangsangan kulit ini diulangi pada bebrapa waktu sela sesudah tambalan yang ditutupkan disingkirkan digitized by USU digital library 3

4 Untuk menentukan derjat perangsangan mata ke bahan kimia. Agent itu diteteskan kedalam satu mata dari masing-masing kelinci percobaan. Mata-mata dari kelinci-kelinci itu kemudian diperiksa pada berbagai waktu-waktu sesudah penerapan. Kemudian ditentukan sifat keracunan bahan kimia sesudah pemaparan SUBKRONIS. Pemaparan subkronis dapat berlangsung untuk jangka-jangka waktu berbeda, tetapi 90 hari merupakan lamanya test yang biasa. Pemahaman subkronis biasanya diselenggarakan dalam dua spesies (tikus dan anjing) melalui jalan pemaparan yang diinginkan. Sedikit-dikitnya tiga dosis diperkerjakan (satu dosis tinggi yang menghasilkan effek keracunan dan dosis perantara), menggunakan 15 tikus dari masing-masing sex per dosis dan 4 anjing-anjing untuk maing-masing sex perdosis. - Pengamatan-pengamatan yang dilakukan atas binatang-binatang meliputi : * mortality * perubahan-perubahan berat badan * konsumsi makanan * hematologi * pengukuran-pengukuran kimia klinik - Pengukuran-pengukuran hematology biasanya dibuat meliputi : * konsentrasi Hb * Differential Count * haematocriet * Clotting Time * jumlah Eritrosit * Prothrombin time * perhitungan leukosit - Penentuan kimia klinik biasanya dibuat meliputi : * glucose * alkaline fosfatase * nitrogen * creatinin * glutamic Piruvic * bilirubin * transaminase * trigliserida-trigliserida * kolesterol Pada akhir percobaan, keadaan makro dan mikroskopik dari oragan-organ dan jaringan-jaringan (sekitar 15 ke 20) dan berat dari berbgai organ-organ (sekitar 12) dicatat dn dinilai. Pemahaman-pemahaman keracunan Subkronis tidak hanya mencirikan Hubungan DOSIS RSPONSE dari satu zat yang dicoba mengikuti pemberian yang berulang tetapi juga menyediakan data untuk satu ramalan yang layak dari dosis yang tepat untuk pemahaman-pemahaman pemaparan subkronik. Sesudah penelaahan-penelahaan Akut dan Subkronik disempurnakan atas satu agent dan sesudah beberapa penelahaan-penelahaan khusus yang boleh jadi diinginkan didasari ke sifat racun yang diketahui dari golongan agent-agent (dan agent itu berupa satu obat), perusahan dapat mengarsipkan satu IND (Investigation New Drug), ke FDA, dan jika disetujui, percobaan klinik dapat dimulai. Pada saat yyang sama bahwa FASE I. Fase II dan fase III percobaan-percobaan tengah dilaksanakan, pemaparan kronis binatang-binatang ke persenyawaan yang dicoba dapat diselenggarakan dalam binatang-binatang laboratorium sebagaimana juga test-tes khusus tambahan. Pemaparan Jangka Panjang atau Kronis : penelaahannya dikerjakan serupa kepenelaahan sub kronis kecuali jangka waktu lebih lama. Panjang pemaparan adalah agak tergantung atas jangka-jangka agent adalah satu obat yang direncanakan untuk digunakan untuk jangka-jangka waktu yang pendek, seperti agent-agent anti mikroba, satu pemaparan kronis selama 6 bulan boleh jadi cukup, sedangkan jika agent itu additif makanan 2002 digitized by USU digital library 4

5 dan akan digunakan manusia dalam satu waktu yang lebih lama, jadi diperlukan satu penelaahan kronis sampai 1,5 2 tahun. Pemahaman pemaparan kronis sering digunakan untuk menentukan kekuatan karsinogenik dari bahan-bahan kimia. Pemahaman ini biasanya diselenggarakan dalam tikus-tikus dan tikus kecil dan meluas melalui masa hidup rata-rata dari spesies itu. Jadi, untuk masa pemaparan tikus adalah 2 tahun. Untuk menjamin bahwa 30 tikustikus perdosis selamat 2 tahun pemaparan untuk studi dlam penelaahan itu sering dimulai dengan 60 tikus per dosis per seks. - Kedua pemeriksaan patologis makro dan mikro dilaksanakan, tidak hanya atas binatang-binatang yang selamat dari pemaparan kronis tetapi juga atas yang mati sebelumnya. Kekuatan Terato Genik dari zat-zat kimia adalah juga ditentukan dengan binatangbinatang laboratorium. Teratologi didefinisikan sebagai pemahaman kelainan-kelainan bentuk yang dipengaruhi selama perkembangan dari pembuahaan sampai lahir. Studi-studi mengenai teratogenik biasanya diselenggarakan dalam tikus dan kelinci dengan 2 dosis-dosis dari bahan-bahan kimia yang dicoba (keduanya tidak menghasilkan keracunan pada ibu. Teratogen-teratogen adalah sangat effektif bila diberikan selama trimester I, jangka waktu dari organogenesis. Dengan demikian, binatang-binatang biasanya dipaparkan pada hari ke6 sampai ke 15 dan bayi-bayi dikeluarkan melalui bedah Caesar mendahului kewaktu kelahiran yang diperkirakan. Uterus diperiksa untuk jumlah implantasi-implantasi dan bayi yang mati dan yang hidup dan hidup dihitung, ditimbang dan diperiksa secara garis besar. Beberapa foetus-foetus diperiksa secara histologis dan lain-lain diperjelas dan diwarnai untuk kelainan-kelainan kerangka. Karena teratogen-teratogen dapat menghasilkan perubahan-perubahanperubahan fungsi sebagaimana perubahan-perubahan morfologis, perubahanperubahan fungsional dalam keturunan, seperti perubahan-perubahan perilaku, kadang-kadang diterima pada berbagai waktu-waktu sesudah kelahiran binatang-binatang itu. Studi-studi Keracunan Pada Pembuahan dan Reproduksi dalam tikus-tikus pada tingkat-tingkat dosis serupa ke yang dipergunakan untuk pemahamanpemamahan teratology. Dalam satu pemahaman reproduksi yang khusus, induk laki-laki diberi agent untuk hari dan yang betina untuk 14 hari sebelum kawin. Persentage dari binatang-binatang yang menjadi hamil ditentukan ditambah jumlah yang lahir mati dan keturunan hidup berat mereka, pertumbuhan, keselamatan, dan keadaan umum dari keturunan selama 3 minggu pertama kehidupan. Keracunan-keracunan Perinatal Dan Postnatal dari agent-agent juga sering diperiksa. Test ini diselenggarakan melalui pemberian agent percobaan ke tikus dari hari ke 15 kehamilan keseluruhan kelahiran, dan menyusun dan penentuan effeknya atas kecepatan kelahiran, keselamatan dan pertumbuhan dari keturunan. Penelitian Mengenai Kekuatan Mutagenik dari zat kimia tengah semakin penting. Mutagenesis adalah kemampuan zat-zat kimia untuk menimbulkan perubahan-perubahan dalam bahan-bahan genetis dalam inti sel dalam caracara yang dapat ditularkan selama pembelahan sel digitized by USU digital library 5

6 Jika mutasi ada dalam bahan-bahan genetic pada saat pembuahan didalam telur dan sperma, gabungan bahan genetic yang tengah dihasilkan tidak hidup terus dan kematian bisa terjadi pada tahap-tahap awal dari pembelahan cel embryo. Kemungkinan lain mutasi dalam bahan genetis tidak bisa mempengaruhi embriogenesis yang mula-mula tetapi bisa menghasilkan kematian foetus pada satu periode perkembangan yang belakangan yang mengakibatkan abortus. Kelainan congenital bisa juga hasil dari mutasi-mutasi Karena kejadian awal dari karsinogenesis kimia difikirkan berupa satu peristiwa mutagenik, test-test mutagenik sering digunakan untuk menyaring kekuatan karsinogen-karsinogen. Beberapa tata cara in vitro dan inviro telah ditemukan in vitro dan inviro telah ditemukan untuk menguji zat-zat kimia untuk kekuatannya menimbulkan mutasi-mutasi. Karena beberapa mutasi-mutasi dapat dilihat dengan mikrodkop sinar, analisa sitogenik dari hapusan sum-sum tulang sesudah binatang-binatang dipaparkan ke agent-agent yang diuji digunakan sebagai satu test mutagenesis Karena kebanyakan mutasi-mutasi tidak cocok dengan perkembangan normal kekuatan mutagenik dari satu zat kimia dapat juga diukur melalui Test Lethal yang menonjol. - Test ini biasanya dilaksanakan pada binatang-binatang pengerat - Yang jantan dipaparkan kesenyawa yang dicoba untuk 3 bulan dan kemudian dikawinkan dengan dua ekor betina yang tidak di treatmen - Betinanya dikorbankan sebelum masanya (= Term) dan julah embrio-embrio yang hidup dan jumlah carporalutea dihitung. Test mutagenik yang mendapat perhatian luas pada saat sekarang ini adalah test mutasi yang kebalikan yang ditentukan AMES dan kawan-kawan Reverse Mutation Test = test mutasi yang kebalikan : - Test ini menggunakan satu strain mutant SALMONELLA Typhimurium yang kekurangan Code untuk enzym Fosfo Ribosil ATP snthetase, yang dibutuhkan untuk sintesis Histidine. Jadi strain ini tidak sanggup dalam satu medium yang kekurangan histidine, kecuali satu mutasi terbalik terjadi. - Karena beberapa zat-zat kimia bukan mutagenik atau karsinogenik kecuali mereka dirobah secara biologis ke satu produk yang beracun oleh secara biologis ke satu produk yang beracun oleh retikulum endoplasma (mikrosommikrosom), mikrosom-mikrosom liver tikus biasanya ditambahkan ke medium yang berisi strain mutant dan mutasi terbalik itu kemudian diukur jumahnya oleh pertumbuhan strain tersebut satu medium yang kekurangan Histidine. Kebanyakan dari test-test yang diterangkan diatas akan dimasukkan dalam satu laporan standard mengenai Testing racun karena test-test ini diperlukan oleh perwakilan pengatur yang sesuai. Test-test tambahan juga dapat dibutuhkan atau dimasukkan dalam laporan pengujian untuk menyediakan informasi yang berhubungan kesatu lintasan khusus (penghirupan) atau kesatu effek khusus (perilaku). Test racun Inhalasi Pada Binatang : - biasanya dilakukan dalam satu ruangan yang diberi gas yang mengalir (mengalir) melebihi dari ruangan-ruangan yang statis untuk mencegah terjadinya masalah-masalah dengan penyulit gas yang dihembuskan dan partikel-partikel digitized by USU digital library 6

7 - Penelaahan demikian biasanya memerlukan pengetahun khusus dan metodologi analisa bergantung atas apakah agent-agent yang akan diuji berupa satu gas, uao atau aerosol; tambahan-tambahan informasi atas caracara, pengertian, dan masalah yang menyertai dengan toksikologi inhalasi. Lamanya pemaparan untuk keracunan inhalasi dan test-tes keracunan secara perilaku dapat berupa Akut, Sub Kronik Dan Kronik, tetapi pemahamanpemahaman Akut lebih biasa dengan toksikologi inhalasi dan pemahamanpemahaman Kronik adalah lebih biasa dengan Toksikologi Perilaku. Bentuk-bentuk khusus yang lain dalam test-tes keracunan secara binatang termasuk immuno toksikologi, toksiko kinetik (penyerapan, distribusi, metabolisme, dan ekskresi), perkembangan anti dotum yang cocok, dan aturan pengobatan untuk keracunan, perkembangan tehnik analisa untuk menemukan sisa-sisa agent yang ditest didalam jaringan dan bahan-bahan biologis lain. KESIMPULAN : 1. Telah diuraikan secara garis besar mengenai Selective Toksikologi dan Animal test untuk keracunan. 2. Demi kemajuan perlu kiranya lebih didalami mengenai masalah ini digitized by USU digital library 7

8 KEPUSTAKAAAN 1. John Doull,MD,PhD : Toxicology : The basic Science of Poison Second Edition. Mc Millan Publisihing Co, Inc New York, B.G.katzung : Farmakologi Dasar dan Klinik Alih bahasa : dr.binawati H.K.dkk: EGC Lloyd N Ferguson : Text Book of Organic Chemistry Howard University 2 nd Edition 4. Dr. Suma Mur,MSc : Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan PT. Gunung Agung 2002 digitized by USU digital library 8

T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI. Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI. Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O K S I K O L O G I KEAMANAN, UNSUR DAN BIDANG-BIDANG TOKSIKOLOGI Dr. Mansyur, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan : Toksikologi merupakan ilmu yang sangat luas yang mencakup

Lebih terperinci

T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN. DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN. DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O K S I K O L O G I AGENT-AGENT TOKSIS & PEMAPARAN DR. MANYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Pendahuluan : Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang

Lebih terperinci

TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara TOXICOLOGY PREDICTIVE TOXICOLOGY MEMBRAN CELL DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan

Lebih terperinci

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir.

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir. Uji Pra-Klinik Uji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai. Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menelitinya lebih jauh adalah Coriolus versicolor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jamur telah menjadi bahan pengobatan tradisional di daerah oriental, seperti Jepang, Cina, Korea, dan daerah Asia lainnya sejak berabad-abad lalu, (Ooi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati UJI TOKSISITAS Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Sebelum percobaan toksisitas dilakukan sebaiknya telah ada data mengenai identifikasi, sifat obat dan rencana penggunaannya Pengujian toksisitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 033 tahun 2012 tentang Bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis makanan yang terdapat di masyarakat tidak jarang mengandung bahan kimia berbahaya serta tidak layak makan, penggunaan bahan kimia berbahaya yang marak digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan bahan pemanis di dalam bahan makanan dan minuman sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu. Bahan pemanis alami yang sangat umum digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat,

BAB I PENDAHULUAN. imunologi sel. Sel hati (hepatosit) mempunyai kemampuan regenerasi yang cepat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati merupakan organ yang sangat penting dalam pengaturan homeostasis tubuh meliputi metabolisme, biotransformasi, sintesis, penyimpanan dan imunologi sel. Sel hati

Lebih terperinci

UJI MUTAGEN (AMES TEST)

UJI MUTAGEN (AMES TEST) UJI MUTAGEN (AMES TEST) Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Pendahuluan Lingkungan di sekitar kita banyak mengandung senyawa karsinogen (cancer-causing agents) misalnya sinar UV, polutan industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini bahan kimia tak lagi menjadi bahan asing yang beredar di masyarakat luas dalam bentuk bahan kimia mentah ataupun dalam bentuk obat-obatan. Zat pewarna makanan

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Oleh : Katharina Oginawati 1) dan Toro Adriantoro 2) 1) Institut Teknologi Bandung 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Laboratorium Kualitas Lingkungan PP 101

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara maju maupun di Negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara maju maupun di Negara berkembang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunan Microwave oven semakin meningkat dari tahun ke tahun tidak hanya di Negara maju maupun di Negara berkembang. Microwave oven adalah oven yang menggunakan bantuan

Lebih terperinci

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50 TOKSIKOMETRIK TOKSIKOMETRIK Toksikologi erat hubungannya dengan penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek toksik sehubungan dengan terpaparnya mahluk hidup. Sifat spesifik dan efek suatu paparan

Lebih terperinci

PENGANTAR TOKSIKOLOGI INDUSTRI Pengertian Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari pengaruh merugikan suatu zat/bahan kimia pada organisme hidup atau ilmu tentang racun. Bahan toksik atau racun adalah

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, dengan berat 1.200-1.500 gram. Pada orang dewasa ± 1/50 dari berat badannya sedangkan pada bayi ± 1/18 dari berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN. DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara T O K S I K O L O G Y EFFEK-EFFEK YANG TIDAK DIINGINKAN DR. MANSYUR, DAKK Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN : Toksikologi adalah pemahaman-pemahaman mengenai effek-effek bahan

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN PENDAHULUAN TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Interaksi manusia dan lingkungan Bahan kimia baru dibuat Limbah dibuang Kualitas lingkungan? Meningkatkan kesejahteraan manusia? Toksikologi lingkungan Pengaruh racun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki iklim tropis dan merupakan tempat yang baik untuk perkembangan nyamuk. Dampak dari kondisi tersebut adalah tingginya prevalensi penyakit yang ditularkan

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50)

UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) UJI TOKSISITAS AKUT (LD50) 1. Tujuan percobaan Adapun tujuan yang diharapkan dalam praktikum ini adalah : a. Untuk mengetahui dosis suatu obat yang menimbulkan kematian 50% dari hewan percobaan. b. Untuk

Lebih terperinci

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment Ringkasan Uji Toksisitas Akut Toksisitas: umum-khusus, tunggalberulang, akut (beda) Minimum LD, No ED LD 50 potensi toksisitas (kelas) Konversi, kapasitas maksimum Aplikasi & makna uji toksisitas akut

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM Peredaran bahan kimia semakin hari semakin pesat, hal ini disamping memberikan manfaat yang besar juga dapat menimbulkan masalah yang tak kalah besar terhadap manusia terutama

Lebih terperinci

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN

MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN MEWASPADAI CEMARAN AFLATOKSIN PADA PANGAN Kapang dapat menghasilkan metabolit beracun yang disebut mikotoksin. Mikotoksin terutama dihasilkan oleh kapang saprofit yang tumbuh pada bahan pangan atau pakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Rodensia merupakan salah satu hewan yang tergolong sangat banyak spesiesnya. Terdapat lebih dari 2700 spesies rodensia di dunia Menurut Aplin et al. (2003), 42% dari semua spesies

Lebih terperinci

SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH

SW PENGARUH EKSTRAK RIMPANG TEMU PUTIH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia setelah Brazilia dengan ribuan spesies tumbuhan yang tersebar di hutan tropika (Agoes, 2009). Berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan bahkan menyebabkan kematian. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rhodamine B sebagai racun 2.1.1 Definisi Racun Racun ialah zat yang bekerja dalam tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis tertentu dapat menyebabkan gangguan kesehatan

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR* Intisari EFEK TOKSISITS SUBKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT BTNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR* Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sri.adi@unpad.ac.id Intisari

Lebih terperinci

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah

Lebih terperinci

Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan

Annual Report 2013 Program Pengkajian dan Penerapan TeknologiLingkungan KARAKTERISASI EKSTRAK DAN FRAKSI AKTIF KELUWAK (PANGIUM EDULE REINW) SEBAGAI PEMBASMI KUTU RAMBUT PENGGANTI LINDANANALISIS POTENSI DAMPAK LINGKUNGAN, PRODUKSI DAN PEMANFAATANNYA Amita I. Sitomurni Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak sekali radiasi. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu

I. PENDAHULUAN. banyak sekali radiasi. Radiasi dalam istilah fisika, pada dasarnya adalah suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah radiasi sering dianggap menyeramkan, sesuatu yang membahayakan, mengganggu kesehatan, bahkan keselamatan. Padahal di sekitar kita ternyata banyak sekali radiasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan tersebut yang secara

Lebih terperinci

: FERTERRA 0.4 GR Insektisida

: FERTERRA 0.4 GR Insektisida Lembar Data Keselamatan ini mengikuti persyaratan peraturan perundangan Republik Indonesia dan mungkin tidak sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan di negara lain. 1. IDENTITAS BAHAN DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam. glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Monosodium glutamate (MSG) adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/9 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Lumogen F Red 305 Penggunaan: pewarna untuk industri plastik Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah

I. PENDAHULUAN. perhatian adalah buah luwingan (Ficus hispida L.f.). Kesamaan genus buah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan terhadap penyakit ringan atau berat dapat dilakukan menggunakan obat sintetis ataupun obat yang berasal dari bahan alam. Namun demikian, beberapa pihak terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL (low density lipoprotein), HDL (high density lipoprotein), total kolesterol dan trigliserida.

Lebih terperinci

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Keterangan: A = Agen (Agent) P = Pejamu (Host) L = Lingkungan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan suatu organ respiratorik yang memiliki area permukaan alveolus seluas 40 m 2 untuk pertukaran udara antara O 2 dengan CO 2. 1 Kelainan yang terjadi pada

Lebih terperinci

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari

EFEK TOKSISITAS SUBKRONIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR. Intisari EFEK TOKSISITS SUKRONIK EKSTRK ETNOL KULIT TNG SINTOK PD TIKUS PUTIH GLUR WISTR Sri di Sumiwi, nas Subarnas, Rizki Indriyani, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, e-mail: sumiwi@yahoo.co.id Intisari

Lebih terperinci

Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jl. HARSONO R.M. No. 3 JAKARTA

Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Jl. HARSONO R.M. No. 3 JAKARTA LAMPIRAN X PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011 FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN BAHAN TEKNIS PESTISIDA Kepada Yth. MENTERI PERTANIAN u.p.direktorat JENDERAL

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hepar merupakan organ terbesar dengan berat 1,2 1,8 kg atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa, menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen, dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, masyarakat Indonesia mulai memanfaatkan berbagai tanaman sebagai ramuan obat seperti zaman dahulu yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Munculnya kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk : Alpha-Cypermethrin 100 g/l Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang : Ken-Fas 100 EC Nama Kimia : (S)-α-cyano-3-phenoxy

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I.

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA R.I. NO.KEP. 187/MEN/1999 TENTANG PENGENDALIAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DI TEMPAT KERJA MENTERI TENAGA KERJA R.I. Menimbang a. bahwa kegiatan industri yang mengolah, menyimpan,

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan

URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan URAIAN MATERI 1. Kultur sel tunggal Sejalan dengan kemajuan teknologi DNA, ilmuwan telah mengembangkan dan menyempurnakan metode untuk melakukan kloning pada organisme multiseluler melalui kultur sel tunggal.

Lebih terperinci

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap perubahan/kondisi lingkungan yang dengan sifatnya tersebut dapat

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH

UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH UJI TOKSISITAS SUB KRONIS DARI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata.l) TERHADAP HATI DAN GINJAL PADA MENCIT PUTIH SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh: MUTIA HARISSA No. BP 0811013150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/9 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Eupolen PE Blue 69-2005 Penggunaan: pewarna untuk industri plastik Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer yang digunakan berupa pengamatan histologis sediaan hati yang meliputi persentase hepatosit normal, pembengkakan hepatosit, hidropik, dan nekrosis

Lebih terperinci

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa

DiGregorio, 1990). Hal ini dapat terjadi ketika enzim hati yang mengkatalisis reaksi konjugasi normal mengalami kejenuhan dan menyebabkan senyawa BAB 1 PENDAHULUAN Dewasa ini, pengembangan obat obat baru terus dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan potensi obat obatan yang ada. Adanya kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang demikian pesatnya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] -

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. - carboxyphenyl) diethylamino xanthenylidene] - BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rhodamine B Rhodamine B adalah pewarna sintetik penghasil warna merah. Bentuk Rhodamine B adalah kris tal dengan warna merah, cokelat, atau hijau. Rumus Empirisnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pasti membutuhkan makanan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berbagai jenis makanan dikonsumsi agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh akan karbohidrat, protein,

Lebih terperinci

LEMBAR DATA KESELAMATAN

LEMBAR DATA KESELAMATAN LEMBAR DATA KESELAMATAN BAGIAN 1 IDENTIFIKASI PRODUK KIMIA DAN PERUSAHAAN Nama Produk Pengidentifikasi Produk / Nama Dagang Nama Kimia : Lambda-cyhalothrin 25 g/l : Taekwando 25 EC : (S)-α-cyano-3-phenoxybenzyl

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN OBAT BARU

PENGEMBANGAN OBAT BARU PENGEMBANGAN OBAT BARU Pengembangan dan penemuan obat baru diperlukan untuk menjawab tantangan pelayanan kesehatan, baik untuk tujuan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Obat modern dikembangkan

Lebih terperinci

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum

Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT. Macam Uji Toksisitas. Beda antara jenis uji toksisitas umum Uji Toksisitas UJI TOKSISITAS AKUT Merupakan uji keamanan pra-klinis Untuk penapisan spektrum efek toksik Hewan roden dan non-roden Dripa Sjabana, dr., M.Kes. Mata kuliah Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/8 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Irgalite Orange K 2925 Penggunaan: komponen pewarna Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor, Ciputra

Lebih terperinci

Conceptual Site Model Dasar pengukuran

Conceptual Site Model Dasar pengukuran Paparan PENGUKURAN PAPARAN Kontak antara organisme dengan agent kimia, fisika atau agent hidup Pengalaman yang didapat organisme akibat terkena/kontak dengan suatu agent potensial yang berasal dari lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan mengembalikan fungsi mastikasi, estetis, fonasi, dan perlindungan jaringan pendukung gigi secara ideal. Implan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Warna merupakan salah satu kriteria dasar untuk menentukan kualitas makanan antara lain; warna dapat memberi petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan. Oleh karena

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai

TINJAUAN PUSTAKA. manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat

I. PENDAHULUAN. khususnya di area persawahan hingga saat ini semakin meningkat, dan dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Penggunaan pestisida pada usaha pertanian khususnya

Lebih terperinci

UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1)

UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1) PA PS H 1000 µg/ml MODULE : UJI TOKSISITAS KUANTITATIF (Part 1) EKOTOKSIKOLOGI PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012 Industrial Waste, Pesticide Toxin Substance Toxicity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak rosmarini (MR) banyak digunakan sebagai bahan baku sediaan farmasi topikal, khususnya digunakan sebagai tonik untuk perawatan rambut rontok, kulit kepala berminyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan bermotor (Chandra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2003). Penggunaan pestisida dalam mengatasi organisme pengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pestisida telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian dan perkebunan. Laporan dari Food Agriculture

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/9 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Orasol Red 365 Penggunaan: Pewarna untuk penggunaan industri Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia, termasuk Bahan Tambahan Pangan

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Wiwik Yulia Tristiningrum M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) pada struktur mikroanatomi hepar dan kadar glutamat piruvat transaminase (gpt) serum tikus putih (Rattus norvegicus L.) setelah pemberian karbon tetraklorida

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi buruk merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih ada di Indonesia. Sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan kebiasaan yang dapat merusak kesehatan dan sudah dibuktikan oleh berbagai penelitian mengenai hubungannya dengan berbagai macam penyakit seperti kanker

Lebih terperinci

PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya

PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya PENGARUH Agen KIMIA Dan MEKANISME perubahan sel Serta penyakit Yang ditimbulkannya 2013 Manusia dikenakan paparan berbagai xenobiotik (bahan kimia) terus. xenobiotik adalah senyawa hadir dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki berbagai masalah kesehatan antara lain masih banyak dijumpai penyakit-penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang

Lebih terperinci

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA Penjelasan gambar Zat aktif + pencampur Pestisida Sebagian besar pestisida digunakan di pertanian,perkebunan tetapi bisa digunakan di rumah tangga Kegunaan : - Mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan perkembangan teknologi sangat mempengaruhi gaya hidup masyarakat, salah satu dampak negatifnya ialah munculnya berbagai penyakit degeneratif seperti Diabetes

Lebih terperinci

FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS

FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS FARMAKOLOGI PRAKTIKUM IV MENENTUKAN LD 50 (LETHAL DOSE) SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 : 1. Naniek Dwi Okvitasari (201310410311106) 2. Chotijah Verial Virdaus (201310410311129)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, pengujian dan pengembangan serta penemuan obat-obatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemanfaatan obat tradisional di Indonesia saat ini sudah cukup luas. Pengobatan tradisional terus dikembangkan dan dipelihara sebagai warisan budaya bangsa yang

Lebih terperinci

Lembaran Data Keselamatan Bahan

Lembaran Data Keselamatan Bahan Lembaran Data Keselamatan Bahan Halaman: 1/9 1. Zat/bahan olahan dan nama perusahaan Efka PL 5520 Penggunaan: softener Perusahaan: PT BASF Indonesia DBS Bank Tower, 27th Floor, Ciputra World 1 Jakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Ketertarikan Tikus Sawah terhadap Rodentisida dan Umpan (Choice Test) Konsumsi Tikus Sawah terhadap Empat Formulasi Rodentisida Bromadiolon Tikus sawah yang mempunyai habitat

Lebih terperinci