PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA"

Transkripsi

1 PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28

2 PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28

3 ABSTRACT KUKUH GALIH WASKITA. Applying of Biosecurity and Hygiene in the Poultry Collecting Facilities in West Jakarta. Under direction by DENNY WIDAYA LUKMAN and CHAERUL BASRI. Poultry collecting facilities (PCFs) has an important role in distribution chain of poultry in Indonesia. From the veterinary public health s point of view, PCFs is critical point in the distribution chain of poultry since the PCFs could be a source of distribution and transmission of pathogenic agents which are significant in zoonoses and food safety. This study is aimed to observe the application of biosecurity and hygiene in PCFs in West Jakarta assessed by using checklist which is developed from checklist of veterinary establishment number (Nomor Kontrol Veteriner/NKV) and some literatures. The elements of biosecurity and hygiene which are assessed include building and facilities, practices on management, isolation, poultry movement control, sanitation, environmental cleanliness, and personal hygiene. The results showed that the biosecurity and hygiene practices in the PCFs in West Jakarta categorized as moderate and poor were 41.9% and 58.1%, consecutively. The most critical evidences of biosecurity and hygiene practices included no poultry health inspection on poultry arrived at PCFs (1%). The most seriously evidences involved no isolation cages (87.1%). The most major evidences comprised no disinfection on personnel who enter and exit the PCFs (1%), no disinfection on vehicles which enter and exit the PCFs (1%), personnel do not use personal protection equipment (PPE) (96.8%), location of PCFs in residence and flood area (8.6%), and no hand washing facilities (77.4%). This condition should be highly considered related to public and environmental health. Keywords: biosecurity, hygiene, poultry collecting facilities.

4 ABSTRAK KUKUH GALIH WASKITA. Penerapan Biosekuriti dan Higiene di Tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat. Di bawah bimbingan DENNY WIDAYA LUKMAN dan CHAERUL BASRI. Tempat penampungan unggas (TPnU) memiliki peranan penting dalam mata rantai distribusi unggas di Indonesia. Dari aspek kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet), TPnU merupakan titik kritis dalam mata rantai penyediaan unggas karena TPnU dapat menjadi sumber penyebaran agen patogen terkait zoonosis dan keamanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan gambaran penerapan biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat yang dinilai dengan checklist yang telah dikembangkan atau modifikasi dari Nomor Kontrol Veteriner (NKV) dan beberapa pustaka. Penelitian dilakukan dengan metode observasi lapang. Jumlah TPnU yang dinilai sebanyak 1 di 5 kecamatan, yang merupakan semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Komponen biosekuriti dan higiene TPnU yang dinilai meliputi bangunan dan fasilitas, praktek-praktek yang terkait dengan manajemen pemeliharaan, isolasi, pengendalian lalu lintas unggas, sanitasi, kebersihan lingkungan dan higiene personal. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat dikategorikan sedang (41.9%) dan buruk (58.1%). Penyimpangan kritis yang paling banyak ditemukan adalah tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU (1%). Penyimpangan serius yang banyak ditemukan adalah tidak mempunyai kandang isolasi (87.1%). Sedangkan penyimpangan mayor yang banyak ditemukan adalah tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (1%), tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (1%), pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan alat pelindung diri (APD) minimal (96.8%), lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir (8.6%), serta tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun (77.4%). Hal ini perlu mendapat perhatian terkait kesehatan masyarakat dan lingkungan. Kata kunci: biosekuriti, higiene, tempat penampungan unggas.

5 Judul : Penerapan Biosekuriti dan Higiene di Tempat Penampungan Unggas di Jakarta Barat Nama : Kukuh Galih Waskita NRP : B41485 Disetujui Dr. drh. Denny Widaya Lukman, MSi Ketua drh. Chaerul Basri Anggota Diketahui, Dr. Nastiti Kusumorini Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Tanggal Lulus :...

6 PRAKATA Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas semua nikmat yang telah diberikan kepada penulis dalam menjalani hidup hingga penulis bisa menyelesaikan studi dan skripsi dengan baik di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB). Judul skripsi yang diambil adalah Penerapan Biosekuriti dan Higiene di Tempat Penampungan Unggas (TPnU) di Jakarta Barat. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1 Bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si selaku pembimbing pertama yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, dan nasehat yang membangun serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2 Bapak drh. Chaerul Basri selaku pembimbing kedua yang telah sabar dalam membimbing dan mengarahkan dalam penulisan ini. Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat dan Bapak Herbet yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam pengambilan data di lapangan. 4 Ibu Dr. drh. A. Winny Sanjaya, MS selaku dosen penilai dan Bapak drh. Trioso Purnawarman, M.Si selaku dosen penguji. 5 Bapak drh. Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, PhD sebagai dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan nasehat dan memotivasi penulis dalam menjalankan studi di FKH IPB serta menjadi orang tua penulis dalam menyelesaikan studi. 6 Ibu Nastiti Kusumorini, PhD selaku Wakil Dekan FKH IPB. 7 Keluarga tercinta (Bapak, Mama, Mbak Titis, Nisa, dan Ajeng) atas cinta, kasih sayang, kelembutan, dan perhatian serta pengorbanannya kepada penulis. 8 Keluarga di Lamongan, keluarga di Solo, keluarga di Magelang, keluarga di Jakarta, serta keluarga besar di Jayapura dan Sorong Papua. 9 Helmayeni Chandra yang telah banyak berkorban dan memberikan semangat serta kasih sayang di setiap waktunya kepada penulis. 1 Teman-teman seperjuangan di ORENZ Family, My Chick, Asteroidea, HMI, BEM Pembaharuan, BEM Harmoni, dan UKM Futsal IPB.

7 11 Teman-teman di Ikatan Mahasiswa Papua dan Asrama Mahasiswa Papua yang mempunyai satu tujuan membangun Papua. Semoga tulisan ini bermanfaat. Bogor, Agustus 28 Kukuh Galih Waskita

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jayapura pada tanggal 22 Januari Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putra pasangan Bapak Ir. Partono Hardi Sudarmo dan Ibu Khusnul Hidayah Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1998 di SD Al-Ihsan Jayapura dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMPN 5 Jayapura hingga lulus pada tahun 21. Pendidikan SMU diselesaikan pada tahun 24 di SMUN 1 Jayapura. Pada tahun yang sama penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa. Semasa menjadi mahasiswa FKH IPB, penulis pernah aktif dalam kegiatan eksternal dan internal kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat FKH IPB, HMI Cabang Bogor, dan organisasi kemahasiswaan sebagai wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FKH IPB periode 26-27, dan sebagai ketua umum UKM Futsal IPB periode

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii ix x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang. 1 Tujuan 2 TINJAUAN PUSTAKA... Tempat Penampungan Unggas... Biosekuriti. Good Practices dan Biosekuriti di TPnU 5 Sistem Pengawasan dengan Menggunakan Checklist... 8 BAHAN DAN METODE... 1 Tempat dan Waktu Penelitian... 1 Alat dan Bahan Penelitian... 1 Metode Penelitian... 1 HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi dan Titik Koordinat Tempat Penampungan Unggas Penilaian Biosekuriti dan Higiene Aspek Bangunan dan Fasilitas Aspek Manajemen Pemeliharaan... 2 Aspek Isolasi Aspek Pengendalian Lalu Lintas Aspek Sanitasi... Aspek Higiene... 5 Pembahasan Umum... 9 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

10 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah dan kegiatan tempat penampungan unggas di Jakarta Barat Kategori TPnU berdasarkan praktek biosekuriti dan higiene di Jakarta Barat.. 14 Penyimpangan yang bersifat kritis, serius, dan mayor pada TPnU di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada bangunan dan fasilitas TPnU di Jakarta Barat Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU yang diamati di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada manajemen pemeliharaan TPnU di Jakarta Barat Kondisi manajemen pemeliharaan unggas di TPnU yang diamati di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada isolasi TPnU di Jakarta Barat Praktek isolasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada kontrol lalu lintas TPnU di Jakarta Barat Pengendalian lalu lintas TPnU yang diamati di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada sanitasitpnu di Jakarta Barat... 1 Kondisi sanitasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada higiene TPnU di Jakarta Barat Kondisi higiene di TPnU yang diamati di Jakarta Barat Disinfektan yang digunakan dalam peternakan unggas... 4 viii

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Lokasi dan titik koordinat TPnU yang diamati di Jakarta Barat... 1 ix

12 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Checklist biosekuriti dan higiene untuk tempat penampungan unggas yang digunakan dalam penelitian Lokasi dan Koordinat TPnU... 5 Hasil Penilaian TPnU di Jakarta Barat 51 4 Dokumentasi TPnU di Jakarta Barat.. 52 x

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan akan kecukupan protein hewani dalam diet sehari-hari merupakan kebutuhan mutlak. Tubuh membutuhkan protein-protein untuk metabolisme dan regenerasi sel-selnya. Protein hewani harus terpenuhi dalam jumlah yang sesuai kebutuhan tubuh dan harus aman untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, untuk menjamin produk-produk pangan asal hewan ini aman, sehat, utuh, dan halal dalam rangka mewujudkan kesehatan dan ketentraman batin masyarakat, maka setiap unit usaha pangan asal hewan wajib memenuhi persyaratan teknis higiene sanitasi pangan asal hewan tersebut (Azhar 26). Produk unggas seperti daging dan telur merupakan pangan asal hewan yang menduduki peringkat teratas dalam hal konsumsinya di Indonesia. Hal ini disebabkan populasinya yang tinggi, harganya relatif terjangkau, gizinya yang tinggi, serta mudah dan berbagai macam cara pengolahannya. Upaya menjaga keamanan pangan asal hewan harus dilakukan mulai dari peternakan sampai dikonsumsi, yang dikenal dengan konsep safe from farm to table. Berbagai penyakit unggas merupakan ancaman yang sangat serius bagi dunia perunggasan dan manusia karena beberapa diantaranya bersifat zoonosis. Salah satu contoh zoonosis yang saat ini menjadi masalah di dunia dan Indonesia khususnya adalah avian influenza (AI). Indonesia saat ini merupakan negara dengan kasus kematian manusia akibat AI tertinggi. Menurut data dari Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (KOMNAS FBPI), sampai awal september 28 terdapat 17 kasus avian influenza (AI) atau flu burung pada manusia di Indonesia dengan jumlah kematian mencapai 112 orang (case fatality rate %). Merebaknya penyakit AI di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, menjadikan TPnU sangat penting dalam sumber penyebaran virus AI, baik antar unggas maupun dari unggas ke manusia dan lingkungan. Selain virus AI, penyakit yang dapat dibawa unggas dan menular ke manusia antara lain salmonelosis, tuberkulosis, klamidiosis, dan Newcastle disease (ND) (Purchase 1995). Tempat penampungan unggas (TPnU) merupakan tempat dikumpulkannya unggas dari berbagai daerah sebelum dipotong atau dijual ke pasar. Di tempat ini kontak tidak hanya terjadi pada unggas yang dikumpulkan, tetapi juga terjadi antara unggas dan manusia. Unggas yang masuk ke TPnU dapat membawa

14 2 berbagai agen penyakit, sehingga TPnU dinilai sebagai tempat yang sangat potensial untuk penyebaran penyakit asal unggas dan dikategorikan sebagai titik kritis dalam mata rantai penyediaan unggas. Pentingnya prosedur biosekuriti telah digarisbawahi sebagai tahap awal untuk mencegah berbagai penyakit unggas yang mematikan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu rangkaian program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat perunggasan seperti peternakan, tempat penampungan unggas (TPnU), dan rumah potong unggas. Agar penerapan biosekuriti dan higiene dapat terus dipelihara dan ditingkatkan, maka perlu dikembangkan dan dilaksanakan sistem pengawasan atau penilaian atau audit yang konsisten. Penilaian atau audit terhadap biosekuriti dan higiene dapat dijadikan alat pengukur efektivitas tindakan biosekuriti dan higiene terhadap pengendalian penyakit, serta bagi pemerintah dapat dijadikan acuan bagi program pembinaan dan pengawasan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilaksanakan studi yang menilai praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat yang menggunakan cheklist. Checklist merujuk kepada butir-butir penilaian Nomor Kontrol Veteriner (NKV), pustaka, dan pendapat para pakar. Hasil penilaian dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk berdasarkan jumlah penyimpangan yang ada. Tujuan Tujuan dari penelitian dan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan kategori praktek biosekuriti dan higiene di TPnU di Jakarta Barat.

15 TINJAUAN PUSTAKA Tempat Penampungan Unggas (TPnU) Tempat penampungan unggas (TPnU) adalah suatu tempat yang memperoleh ijin dari otoritas pemerintah daerah sebagai tempat mengumpulkan dan menampung sementara unggas yang diperuntukkan sebelum proses pemotongan atau distribusi lebih lanjut (Anonim 28). Biosekuriti Menurut rekomendasi FAO, biosekuriti meliputi manajemen terhadap risiko biologis secara komperehensif untuk mewjudkan keamanan pangan, melindungi kesehatan hewan, manusia dan tanaman, melindungi lingkungan serta berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan (Tuovinen 24). Tindakan biosekuriti dalam bidang pertanian bertujuan untuk (1) melindungi sistem pertanian dan semua sistem yang terkait, (2) melindungi kepercayaan konsumen terhadap produk pertanian, serta () melindungi lingkungan dan meningkatkan produksi yang berkelanjutan (Tuovinen 24). Dalam bidang peternakan, biosekuriti adalah praktek yang dirancang untuk mencegah masuknya penyakit ke dalam suatu peternakan (Jeffrey 1997; Carey, Jeffrey, Prochaska 28). Hutchinson (28) mendefinisikan biosekuriti dalam peternakan unggas sebagai serangkaian tahapan manajemen yang diambil untuk melindungi masuknya agen infeksius ke dalam suatu kelompok atau flok ternak hewan. Biosekuriti dapat digambarkan sebagai satu perangkat program kerja dan prosedur yang akan mencegah atau membatasi hidup dan menyebarnya hama dan jasad renik berbahaya di berbagai tempat perunggasan seperti peternakan, tempat penampungan unggas (TPnU), dan rumah pemotongan unggas. Implementasi biosekuriti akan menghalangi bergeraknya agen yang menyebar dengan cepat yang berbahaya dari unggas ke berbagai fasilitas yang terdapat disekitarnya dan peka terhadap agen tersebut (Grimes dan Jackson 21). Secara praktek di perunggasan, biosekuriti merupakan semua praktekpraktek manajemen yang diberlakukan untuk mencegah penyakit pada unggas dan organisme penyebab penyakit zoonosa yang akan masuk ke kelompok unggas. Biosekuriti merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya sistem produksi suatu peternakan unggas, khususnya dalam mengurangi risiko

16 4 dan konsekuensi dari masuknya penyakit baik infeksius maupun non-infeksius (Payne 2). Aspek biosekuriti dalam peternakan unggas yang perlu diperhatikan adalah lokasi dan disain, pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan dan kendaraan, pengendalian kesehatan unggas, pencegahan kontaminasi fasilitas dengan pembersihan dan disinfeksi, serta pengendalian vektor (Carey et al. 28). Biosekuriti mencakup pemeriksaan dan pengujian hewan yang datang karantina/isolasi hewan yang masuk, serta pemantauan dan evaluasi. Penerapan biosekuriti sangat dibutuhkan dalam program keamanan pangan di tingkat peternakan untuk menjamin mutu dan kesehatan hewan, memenuhi keinginan konsumen serta memberikan keuntungan pada peternakan tersebut. Selain itu biosekuriti menjamin hewan lebih sehat (Hutchinson 28). Sumber penyakit pada peternakan adalah orang, pegawai, dokter hewan, sopir; unggas yang baru masuk; peralatan yang tercemar atau masih mengandung agen penyakit; vektor seperti rodensia, burung liar, insekta, burung air (Carey et al. 28). Secara umum, biosekuriti meliputi tiga komponen utama yaitu isolasi, pengendalian lalu lintas, dan sanitasi (Jeffrey 1997). Selanjutnya FAO (2) menyatakan bahwa tindakan biosekuriti meliputi pemantauan (monitoring), survailans, isolasi, pembatasan lalu lintas, eliminasi, eradikasi, dan pencegahan. Isolasi. Isolasi merupakan pengurungan atau pengandangan hewan dalam satu lingkungan terkendali atau dapat diartikan dengan penyediaan pagar pemisah, kandang, atau sangkar untuk menjaga hewan tidak lepas atau keluar, serta mencegah masuknya hewan lain ke dalam lingkungan tersebut. Pada peternakan unggas, isolasi dapat dipraktekkan dengan manajemen all-in/ all-out yaitu penyediaan jeda waktu antara satu pemeliharaan suatu flok dengan flok yang berikutnya. Pada waktu jeda tersebut dilakukan pembersihan dan disinfeksi pada fasilitas dalam peternakan untuk memutus siklus penyakit. Pengendalian Lalu Lintas. Pengendalian dan pengawasan diterapkan terhadap lalu lintas ke dan dari peternakan, serta di dalam peternakan itu sendiri. Pengendalian lalu lintas diterapkan pada manusia, unggas, hewan lain, bahan, dan peralatan. Pengendalian ini dapat mencakup penyemprotan desinfektan terhadap peralatan dan kendaraan yang akan masuk ke dalam peternakan atau kandang, tidak terjadinya pinjam-meminjam peralatan antar peternakan, melarang masuk orang yang tidak berkepentingan ke dalam kandang, serta

17 5 melakukan penyemprotan terhadap sopir, penjual, atau petugas lainnya dan mengganti pakaian ganti dengan pakaian khusus. Sanitasi. Sanitasi meliputi pembersihan dan disinfeksi, bahan-bahan, dan peralatan yang masuk ke dalam peternakan dan di dalam peternakan. Pemantauan dan survalilans. Pemantauan bertujuan untuk mendeteksi perubahan prevalensi penyakit dalam suatu populasi. Perubahan tersebut memberikan peringatan yang harus ditindak-lanjuti dengan tindakan spesifik untuk menghentikan peningkatan kasus penyakit. Pemantauan sebaiknya dilaksanakan setiap hari oleh pemilik peternakan. Keterlibatan dokter hewan sangat diperlukan bila terjadi kecurigaan dalam kesehatan hewan. Pemantauan dapat diterapkan pada tingkat negara dan internasional. Isolasi, eliminasi dan eradikasi. isolasi terhadap hewan atau kelompok hewan sakit, desa, provinsi, dan negara harus dilaksanakan secepat mungkin Jika terjadi suatu kasus penyakit untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut. Hewan yang sakit harus segera diisolasi, selanjutnya hewan tersebut dapat diobati, atau dibunuh, tergantung dari diagnosa. Eliminasi penyakit merupakan pembunuhan hewan-hewan sakit atau semua hewan pada suatu peternakan. Pembunuhan hewan tersebut dilakukan secara manusiawi atau memperhatikan kesejahteraan hewan. Istilah eradikasi mirip dengan eliminasi namun lebih difokuskan pada pengendalian penyakit yang lebih besar seperti provinsi, negara, atau benua. Good Practices dan Biosekuriti di TPnU Pelaksanaan biosekuriti adalah langkah utama dalam pengendalian infeksi penyakit dan eliminasi patogenitas, sehingga dapat meningkatkan efesiensi produksi, murah biaya, dan menurunkan risiko bagi peternak dan keluarga (Buhman et al. 27). Menurut buku pedoman penataan pasar unggas, rantai distribusi unggas dan produk unggas yang diterbitkan oleh Komnas FBPI (28), lokasi TPnU sebaiknya berada minimum lima (5) meter dari pemukiman penduduk atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, lokasi juga tidak rawan banjir dan sumber air tidak tercemar limbah industri. Disain dan tata letak tempat harus memenuhi persyaratan yaitu penampungan dibuat untuk melindungi unggas dari sinar matahari langsung dan hujan selama dalam penampungan. TPnU dibatasi dengan pagar tembok

18 6 dengan tinggi minimal 1.5 meter. Pintu masuk dan keluar untuk unggas dan manusia harus dibedakan dan memiliki ventilasi udara yang cukup baik. Selain itu, TPnU juga harus memiliki sistem drainase yang baik. Agar semua kegiatan dapat terkoordinasi dengan baik maka bangunan dapat dibagi dalam beberapa area yaitu area kandang, area pembersihan, area pencucian dan desinfeksi, area tempat penurunan unggas (unloading), area penampungan dan penanganan limbah, area disposal, dan area administrasi/ perkantoran. Agar pengangkutan unggas berjalan dengan lancar maka haruslah disediakan fasilitas jalan yang cukup memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU. Untuk kandang, terdapat dua macam kandang yaitu kandang untuk penampungan unggas sehat dan kandang penampungan unggas sakit (kandang isolasi). Dua macam kandang tersebut merupakan bagian dari bangunan TPnU yang dipisahkan dengan sekat-sekat semi-permanen atau permanen dan dapat juga berupa keranjang-keranjang yang digunakan untuk menampung unggas yang diletakkan di dalam ruangan khusus di TPnU. Lantai kandang atau ruangan tempat meletakkan keranjang sebagai pengganti kandang berlantai semen dan dirancang supaya mudah dibersihkan dan disinfeksi. Kandang baterai harus dilengkapi dengan alas untuk menampung kotoran unggas dan memiliki ventilasi udara yang cukup. Sementara itu tempat pakan dan minum selama proses penampungan yang terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Area pembersihan, pencucian dan disinfeksi peralatan dan kendaraan harus berlantai semen dan dilengkapi dengan air bersih yang mencukupi dan sistem drainase yang baik. Area tempat penurunan unggas (unloading) memiliki akses yang mudah menuju kandang penampungan unggas, harus berlantai semen sehingga mudah dibersihkan. Area penanganan limbah terbagi menjadi dua area penampungan, yaitu area untuk limbah padat dan limbah cair yang dilengkapi fasilitas septic tank. Area disposal merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dengan bangunan lainnya di dalam penampungan. Area ini dilengkapi dengan fasilitas disposal yang dapat berupa drum atau bak penampungan yang dilengkapi dengan penutup atau fasilitas sederhana lain yang dapat difungsikan untuk aktifitas disposal. Selain itu, harus tersedia pula fasilitas disposal untuk penanganan unggas mati dan fasilitas pengolahan limbah padat dan cair.

19 7 Area administrasi/perkantoran merupakan area khusus yang difungsikan untuk melakukan kegiatan administrasi atau pencatatan. Tersedianya air bersih sebagai sarana dan prasarana pencucian, pembersihan dan disinfeksi haruslah dalam kapasitas yang mencukupi untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan di TPnU. Tersedianya sarana yang mencukupi untuk melakukan proses pencucian, pembersihan dan didisinfeksi yang meliputi bak disinfeksi kendaraan dan orang, desinfektan, sabun dan deterjen, sapu, sikat, sprayer, dan sarana pencucian tangan. Keranjang unggas yang digunakan di TPnU terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi (kawat atau plastik, tidak boleh terbuat dari bambu atau kayu). Alas keranjang untuk menampung kotoran unggas didalamnya terbuat dari bahan plastik, karet, atau seng sehingga mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Fasilitas standar untuk personal yang menangani unggas berupa alat perlindungan diri (APD) meliputi baju kerja yang diganti setiap hari, sepatu bot, dan masker. Peralatan-peralatan yang disediakan meliputi keranjang unggas, tempat makan dan minum, sprayer, sikat, sapu dan bak disinfeksi. Beberapa prosedur operasional yang harus dilakukan di TPnU mencakup tindakan biosekuriti, higiene dan sanitasi, serta tatalaksana. Untuk biosekuriti, setiap kendaraan pengangkutan unggas yang masuk dan keluar TPnU wajib didisinfeksi. Setiap unggas yang datang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas dan mendapat pemeriksaan kesehatan oleh petugas di bawah pengawasan dokter hewan berwenang. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang. Jika ada spesies unggas yang berbeda, unggas tersebut harus ditempatkan di kandang yang berbeda, tidak disatukan dengan spesies lain. Selain itu, unggas yang sakit harus dipisahkan di dalam kandang isolasi untuk diobservasi lebih lanjut. Unggas yang baru datang tidak langsung dicampur dengan unggas yang lama atau sudah ada. Batas waktu maksimal penampungan unggas adalah 48 jam. Sebelum unggas dikeluarkan dari tempat penampungan, harus dipastikan bahwa unggasunggas tersebut dalam keadaan sehat dan jika ada unggas mati haruslah

20 8 dimusnahkan menggunakan fasilitas disposal. Penanganan limbah padat dan cair sebelum dikeluarkan dari lingkungan penampungan dan pengosongan kandang satu hari dalam satu minggu juga perlu dilakukan. Penerapan higiene dan sanitasi, dapat dilakukan dengan membersihkan dan mendisinfeksi tempat penampungan, mencuci dan mendisinfeksi peralatan pakan dan minum, serta peralatan perlindungan diri setiap harinya. Keranjang berisi unggas diturunkan dari kendaraan pengangkut satu persatu dengan memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan. Kemudian unggas dikeluarkan dari keranjang satu per satu dan dimasukkan ke dalam kandang penampungan dengan memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan. Jumlah unggas yang masuk dan keluar wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap sebulan sekali kepada dokter hewan yang berwenang. Selama di tempat penampungan, unggas diberikan makan dan minum (ad libitum). Segala kegiatan penampungan termasuk proses pemasukan dan pengeluaran unggas kecuali pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pekerja penampungan unggas. Program pengendalian hama termasuk mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya ke lingkungan TPnU harus dilakukan. Hal yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah higiene personal. Setiap pekerja dan petugas penampungan diwajibkan berperilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan dan menggunakan disinfektan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penampungan unggas, serta menggunakan alat pelindung diri (baju khusus di penampungan unggas, sepatu bot, dan masker) selama melakukan kegiatan penampungan unggas. Dalam pengendalian hama, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi sumber hama atau vektor yang berpotensi sebagai pembawa agen penyakit infeksi, serta pencegahan bersarangnya hama tersebut di tempat penampungan. Sistem Pengawasan dengan Menggunakan Checklist Dalam pengawasan penerapan biosekuri dan higiene ada beberapa sistem pengawasan, salah satunya adalah pengawasan, penilaian (assessment) atau audit yang menggunakan checklist. Checklist penilaian atau audit adalah daftar kriteria penilaian yang disusun untuk menunjang suatu proses penilaian atau audit yang berguna untuk mengingatkan penilai atau auditor akan aspek-aspek

21 9 yang perlu dinilai atau diaudit. Dari informasi awal yang terkumpul melalui penggunaan checklist audit ini, auditor dapat mengarahkan perhatiannya secara lebih mendalam pada aspek-aspek manajemen mutu yang dipandang signifikan yang telah terindikasi dalam checklist audit (Susilo 2). Kegunaan penggunaan checklist dalam penilaian atau audit memiliki beberapa keuntungan seperti: a Menjamin pendekatan penilaian atau audit yang konsisten. b Dapat bertindak sebagai pengingat dalam proses penilaian atau audit. c Dapat digunakan sebagai dasar informasi untuk proses penilaian atau audit lebih lanjut. d Membantu narasumber untuk menyampaikan informasinya. Sedangkan kerugian penggunaan checklist audit antara lain: a Penggunaan checklist dapat terlihat seolah-olah mengintimidasi narasumber. b Fokus dari checklist kurang mendalam sehingga tidak mendapatkan apa yang diharapkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang spesifik. c Dapat juga menjadi pembatas untuk penilai atau auditor dalam proses penilaian atau audit. d Terkadang penilai atau auditor menjadi sangat tergantung terhadap checklist. Kelebihan dan kerugian dari penggunaan checklist ini tergantung banyak faktor. Penilai atau auditor sebaiknya menggunakan nilai kegunaan checklist sebagai alat bantu dalam proses penilaian atau audit, dan menyadari kegunaanya hanya sebagai alat bantu fungsional (ISO dan IAF 24).

22 1 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, yang bertempat di lima kecamatan di Jakarta Barat, yaitu Cengkareng, Grogol Petambutan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora, yang berlangsung dari bulan Mei sampai Juli 28. Alat dan Bahan Alat yang digunakan berupa alat tulis untuk mencatat data-data hasil observasi di lapangan, kamera untuk mengambil gambar-gambar di lapangan sebagai penunjang data observasi, alat pencatat titik koordinat dan lokasi (global positioning system/gps). Bahan penelitian yang digunakan mencakup checklist untuk penilaian (assessment) biosekuriti dan higiene TPnU, program SPSS 1. digunakan untuk mengolah data. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan, penilaian biosekuriti, dan higiene, serta analisis data. 1 Persiapan Perizinan. Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan rangkaian koordinasi dengan Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat untuk memperoleh izin dan kelengkapan administrasi lainnya demi kelancaran dalam melakukan studi. Penentuan TPnU. TPnU yang menjadi tempat penelitian yaitu semua TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Pengembangan checklist penilaian biosekuriti dan higiene. Checklist penilaian biosekuriti dan higiene secara garis besar didasari pada checklist Nomor Kontrol Veteriner (NKV), dilengkapi dengan pustaka terkait biosekuriti dikembangkan, dan pendapat pakar. Penilaian dalam checklist menggunakan kalimat negatif dan penyimpangannya dikategorikan menjadi kritis, serius, mayor, dan minor. Penetapan kategori penyimpangan didasarkan pada estimasi risiko.

23 Simpulan yang diambil dari penilaian setiap TPnU dikategorikan menjadi baik, sedang, dan buruk. Selanjutnya, checklist diverifikasi Penilaian Biosekuriti dan Higiene Penilaian biosekuriti dilakukan dengan checklist yaitu dengan cara pengamatan tempat penampungan unggas dan melakukan wawancara kepada pemilik atau penanggung jawab TPnU untuk menunjang kelengkapan informasi. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan program SPSS 1. untuk memberikan gambaran umum tingkat biosekuriti dan higiene pada TPnU.

24 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Tempat Penampungan Unggas (TPnU) dan Titik Koordinat Tempat penampungan unggas (TPnU) yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 1 dari 41 TPnU yang terdaftar di Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. Hal ini disebabkan karena TPnU tidak beroperasi, 1 TPnU sedang direnovasi, dan 6 TPnU memiliki kegiatan utama memotong sehingga dikategorikan sebagai tempat pemotongan unggas atau rumah pemotongan unggas skala kecil (RPU SK). TPnU yang berada di wilayah Jakarta Barat tersebar dalam beberapa kecamatan. Ada lima dari delapan kecamatan yang terdapat TPnU di daerah tersebut. TPnU terbanyak berlokasi di Kecamatan Tambora (16 TPnU). Jumlah TPnU di empat kecamatan lainnya adalah Kecamatan Cengkareng (5 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk (4 TPnU), Grogol Petamburan ( TPnU), dan Kecamatan Kalideres ( TPnU). Kegiatan di ke-1 TPnU tersebut adalah penampung unggas (14 TPnU) di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk), serta penampungan unggas dan pemotongan unggas (17 TPnU di Kecamatan Cengkareng dan Tambora). Jumlah dan lokasi TPnU di Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah dan kegiatan tempat penampungan unggas di Jakarta Barat No Kecamatan n Menampung Jumlah Menampung dan memotong 1 Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres 4 Kebon Jeruk Tambora 16 1 Total Umumnya jarak antar TPnU pada setiap kecamatan berjauhan, tetapi jarak antar TPnU di Kecamatan Tambora sangat berdekatan. Lokasi dan koordinat TPnU yang diukur berdasarkan hasil penggunaan global positioning system (GPS) dapat dilihat pada Gambar 1.

25 1. Gambar 1 Lokasi dan titik koordinat TPnU yang diamati di Jakarta Barat

26 14 Penilaian Biosekuriti dan Higiene Hasil pengamatan penerapan biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat menunjukkan bahwa sebagian besar TPnU berkategori sedang (41.9%) berkategori buruk (58.1%). Tidak ada satupun TPnU yang diamati memiliki nilai baik. Umumnya TPnU yang menerapkan biosekuriti dan higiene dengan kategori sedang berada di Kecamatan Grogol Petamburan (1%), Kalideres (1%), Kebon jeruk (75.%), dan Cengkareng (6.%). Penerapan biosekuriti dan higiene dengan kategori buruk umumnya ditemukan pada TPnU di Kecamatan Tambora (9.8%). Hasil penilaian biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Biosekuriti dan higiene sebagai program pencegahan dan pengendalian terhadap penyakit di TPnU diterapkan atas dasar prinsip pencegahan masuknya, berkembang, dan menyebarnya agen patogen di TPnU. Jika unit usaha unggas tidak menerapkan biosekuriti dengan baik, maka bila unggas terinfeksi oleh agen patogen yang bersifat zoonotik maka akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat (Jeffrey 1997). Tabel 2 Kategori TPnU berdasarkan praktek biosekuriti dan higiene di Jakarta Barat Jumlah No Kecamatan N Baik Sedang Buruk n % n % n % 1 Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 4 Kebon Jeruk Tambora Total Penyimpangan berdasarkan kategori serius, kritis, dan mayor pada TPnU yang diamati di Jakarta Barat dapat dilihat pada Tabel. Rincian dari setiap aspek yang dinilai dijelaskan pada sub-bab berikutnya.

27 15 Tabel Penyimpangan yang bersifat kritis, serius, dan mayor pada TPnU di Jakarta Barat Kategori Jenis penyimpangan % Kritis Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU 1 Tidak dilakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) 61. Tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit/mati dengan yang sehat 5.5 Tidak membuang kotoran kandang (manur, feses) secara rutin 2. Setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi Surat Keterangan Kesehaan Hewan (SKKH) 16.1 Serius Tidak mempunyai kandang isolasi 87.1 Tidak menerapkan sistem first in first out (FIFO) 71. Pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 67.7 Bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak mudah dibersihkan 64.5 Tidak dilakukan pemisahan ayam baru datang dan ayam lama 48.4 Tidak menggunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi 5.5 Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan 16.1 Lama penampungan unggas lebih dari 2 hari 12.9 Mayor Dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas setiap penangkutan ke TPnU Tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TpnU 1 Tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU 1 Pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan alat pelindung diri (APD) minimal 96.8 Lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir 8.6 Tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun 77.4 Dinding terbuat dari bahan tidak mudah dibersihkan 74.2 Unggas mati tidak segera dibakar atau dikubur 58.1 Lingkungan TPnU tidak memiliki pagar (tidak dapat dilalui unggas misalnya tembok, seng, asbes, atau pagar yang terbuat dari bambu dengan jarak antar bambu 1 cm dan tinggi 2 m) dan terkontrol 54.8 Tidak terdapat WC/toilet 51.6 Tidak terdapat sumber air bersih dan mencukupi 41.9 Tidak mempunyai ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik 5.5 Tempat pakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan 5.5 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan 2. Tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

28 16 Aspek Bangunan dan Fasilitas Bangunan dan fasilitas merupakan faktor penting dalam menunjang pelaksaan biosekuriti dan higiene, serta tata laksana di TPnU. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek bangunan dan fasilitas, Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek bangunan dan fasilitas dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Kalideres, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 4). Tabel 4 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada bangunan dan fasilitas TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kondisi bangunan dan fasilitas Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Cengkareng Grogol Petamburan 7 11 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Penilaian aspek bangunan dan fasilitas meliputi 17 butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 serius, 1 mayor, dan 6 minor. Semua TPnU yang diamati dalam studi ini tidak dilengkapi fasilitas disinfeksi untuk keluar-masuk kendaraan dan orang, serta tidak memiliki fasilitas unloading unggas. Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat diilhat pada Tabel 5. Lokasi TPnU yang berada tidak jauh atau dekat dari pemukiman dan industri serta rawan banjir paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dan Grogol Petamburan dengan persentase penyimpangannya adalah 1% (16 dari 16 TPnU dan dari TPnU), sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 4% ( dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Kalideres adalah 66.7% (2 dari TPnU) dan di Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU). Penyimpangan pada lokasi ini termasuk kategori penyimpangan mayor.

29 17 Tabel 5 Kondisi bangunan dan fasilitas TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Kategori penyimpangan 1 Lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Mayor Total Cengkareng Lingkungan TPnU tidak memiliki pagar dan terkendali Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Mayor Tambora Total Cengkareng Dinding terbuat dari bahan tidak mudah dibersihkan Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Mayor Tambora Total Cengkareng Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Mayor Tambora Total Cengkareng Tidak terdapat sumber air bersih dan mencukupi Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Mayor Tambora Total Tidak mempunyai ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Mayor Total

30 18 No Aspek yang dinilai Kecamatan N 7 Tidak mempunyai tempat pengolahan limbah (insinerator atau yang lainnya) Penyimpangan Baik n % n % Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Kategori penyimpangan Minor Total Cengkareng Tidak terdapat WC/toilet Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Mayor Tambora Total Tidak terdapat tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Minor Total Cengkareng Bangunan kandang dan kantor (administrasi) tidak terpisah Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Minor Mayor Total Tempat pakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Mayor Total

31 19 No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Cengkareng Tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Tidak dilengkapi fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Kategori penyimpangan Mayor Minor Total Cengkareng Tidak memiliki daerah khusus unloading Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total Tidak memiliki tempat khusus membersihkan dan disinfeksi peralatan dan kendaraan Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Minor Total Bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak mudah dibersihkan Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Serius Total TPnU yang tidak memiliki pagar paling banyak terdapat di kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Grogol persentase penyimpangannya.% (1 dari TPnU), sedangkan di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk lingkungan TPnU-nya sudah memiliki pagar (persentase penyimpangannya %). Penyimpangan tidak dimilikinya pagar termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang paling banyak menggunakan bahan pembuat dinding yang tidak mudah dibersihkan (bambu dan tembok dengan lapisan semen kasar)

32 2 terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 1% (5 dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini pada TPnU di Kecamatan Tambora sebesar 87.5% (14 dari 16 TPnU), di Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU). Di Kecamatan Grogol Petamburan, seluruh TPnU yang ada menggunakan dinding yang bahannya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (tembok dengan lapisan porselin dan semen halus) dengan persentase %. Penyimpangan terhadap TPnU yang dindingnya tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang paling banyak menggunakan lantai dari bahan yang tidak mudah dibersihkan adalah di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 6% ( dari 5 TPnU). Penyimpangan ini pada TPnU di Kecamatan Tambora sebesar 7.5% (6 dari 16 TPnU), Kalideres.% (1 dari TPnU) dan di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kebon Jeruk lantai TPnU sudah terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan tidak menggunakan lantai yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang tidak memiliki sumber air bersih dan mencukupi hanya terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 81.% (1 dari 16 TPnU). Sementara itu, semua TPnU di Kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk memiliki sumber air bersih dan mencukupi sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan ketidak-tersediaannya sumber air bersih dan mencukupi termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang tidak memiliki ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 6% ( dari 5 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kebon Jeruk persentase penyimpangannya sebesar 5% (2 dari 4 TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres masing-masing.% (1 dari TPnU). Kecamatan Tambora merupakan kecamatan dengan penyimpangan yang paling sedikit dengan persentase 25% (4 dari 16 TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik termasuk kategori penyimpangan mayor.

33 21 TPnU yang tidak mempunyai tempat pengolahan limbah (incenerator atau yang lainnya) paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% ( dari TPnU, dari TPnU, dan 16 dari 16 TPnU). Sementara itu Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya sebesar 8% (4 dari 5 TPnU). Kecamatan dengan penyimpangan ini yang paling sedikit adalah Kebon Jeruk dengan persentase penyimpangan 75% ( dari 4 TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya tempat pengolahan limbah termasuk kategori penyimpangan minor. Hampir semua TPnU di Kecamatan Tambora tidak memiliki WC/toilet dengan persentase penyimpangan 9% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Grogol Petamburan adalah.% (1 dari TPnU). Semua TPnU di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk sudah memiliki WC/toilet, sehingga persentase penyimpangannya %. Penyimpangan tidak terdapatnya WC/toilet di TPnU termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang tidak memiliki tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% (16 dari 16 TPnU). Untuk Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya adalah 8% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU), sedangkan TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara), sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan penilaian terhadap tidak terdapatnya tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) termasuk kategori penyimpangan minor. TPnU yang memiliki bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang tidak terpisah paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 9.8% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kalideres persentase penyimpangan ini sebesar 66.7% (2 dari TPnU) dan Kecamatan Cengkareng 4% (2 dari 5 TPnU). TPnU yang sudah memiliki bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang terpisah terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kebon Jeruk, sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan penilaian bangunan kandang dan kantor (administrasi) yang tidak terpisah termasuk kategori penyimpangan minor.

34 22 TPnU yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan seperti sabun paling banyak dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kebon Jeruk persentase penyimpangan TPnU yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan adalah 75% ( dari 4 TPnU), Kecamatan Cengkareng 6% ( dari 5 TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres.% (1 dari TPnU). Penyimpangan tidak terdapatnya fasilitas cuci tangan seperti sabun termasuk kategori penyimpangan mayor. Tempat pakan pada TPnU yang tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 8% (4 dari 5 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Kalideres persentase penyimpangannya sebesar 66.7% (2 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Tambora 18.8% ( dari 16 TPnU). Semua TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki tempat pakan yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, sehingga persentase penyimpangannya %. Penyimpangan tidak terbuatnya tempat pakan yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan ini termasuk kategori penyimpangan mayor. TPnU yang tempat minumnya tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 2% (1 dari 5 TPnU) dan di Kecamatan Tambora 12.5% (2 dari 16 TPnU). TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk sudah memiliki tempat minum yang bahannya terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan untuk tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan mayor. Semua TPnU di Jakarta Barat tidak dilengkapi dengan fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang sehingga persentase penyimpangan di lima kecamatan tersebut adalah 1%. Penyimpangan tidak dilengkapinya TPnU dengan fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang termasuk kategori penyimpangan minor. Seluruh TPnU yang diamati di lima kecamatan di Jakarta Barat tidak memiliki daerah khusus untuk unloading (persentase penyimpangan 1%). Penyimpangan tidak memiliki daerah khusus untuk unloading termasuk kategori penyimpangan minor.

35 2 TPnU yang tidak memiliki tempat khusus untuk membersihkan dan disinfeksi peralatan dan kendaraan paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora dengan persentase penyimpangan 1%. Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Grogol Petamburan sebesar 66.7% (2 dari TPnU). Penyimpangan TPnU yang tidak memiliki tempat khusus untuk membersihkan dan mendesinfeksi peralatan dan kendaraan termasuk kategori penyimpangan minor Penilaian terakhir terhadap aspek bangunan dan fasilitas adalah pada bahan keranjang pengangkut unggas. TPnU yang bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 81.% (1 dari 16 TPnU). Untuk Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangan ini sebesar 8% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari TPnU), dan Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU). Semua TPnU yang diamati di Kecamatan Grogol Petamburan sudah memiliki bahan keranjang pengangkut unggas yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (persentase penyimpangnannya %). Penyimpangan tidak terbuatnya keranjang pengangkut unggas dari bahan yang mudah dibersihkan termasuk kategori penyimpangan serius. Aspek Manajemen Pemeliharaan Manajemen pemeliharaan yang dinilai difokuskan pada kesehatan hewan dan pengendalian penyakit. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek manajemen pemeliharaan, Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah (%). Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 6). Penilaian aspek manajemen pemeliharaan meliputi enam butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis, serius, dan 2 minor. Semua TPnU yang diamati dalam studi ini tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru dating di TPnU. Semua TPnU di semua kecamatan menjalankan pemisahan antar spesies pada kandang dan melakukan penyemprotan di sekitar TPnU. Penyimpangan di TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 7.

36 24 Tabel 6 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada manajemen pemeliharaan TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kondisi bangunan dan fasilitas Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres 2 Kebon Jeruk Tambora Total Tabel 7 Kondisi manajemen pemeliharaan unggas di TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Cengkareng Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Cengkareng Tidak menerapkan sistem first in first out Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Cengkareng Lama Grogol Petamburan , penampungan Kalideres 1 unggas lebih dari 2 hari Kebon Jeruk Tambora Total Tidak dilkukan pemisahan antar spesies pada kandang Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Kategori penyimpangan Kritis Serius Serius Serius Total 1 1 1

37 25 No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Kategori penyimpangan Cengkareng Tidak melakukan penggantian pakan dan minum setiap hari Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total Cengkareng Tidak melakukan penyemprotan di sekitar TPnU Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total Semua TPnU yang diamati di lima kecamatan di Jakarta Barat tidak menjalankan pemeriksaan kesehatan hewan terhadap ayam-ayam yang datang di TPnU (penyimpangan 1%). Hal ini membawa risiko terbawanya agen penyakit ke dalam TPnU. Penyimpangan tidak melakukan pemeriksaan kesehatan hewan terhadap ayam-ayam yang datang termasuk kategori penyimpangan kritis. TPnU yang tidak menerapkan sistem first in first out paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase 8% (4 dari 5 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Tambora sebesar 75% (12 dari 16 TPnU), di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kecamatan Kalideres masingmasing.% (2 dari TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU). Penyimpangan terhadap tidak diterapkannya sistem first in first out termasuk kategori penyimpangan serius. TPnU yang menampung unggasnya lebih dari dua hari paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan dengan persentase penyimpangan.% (1 dari TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan di Kecamatan Tambora sebesar 18.8% ( dari 16 TPnU). TPnU di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk menampung unggasnya tidak lebih dari dua hari. Penyimpangan lama penampungan unggas yang lebih dari 2 hari termasuk kategori penyimpangan serius. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat sudah melakukan pemisahan antar spesies pada kandang (persentase penyimpangannya %).

38 26 Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan antar spesies pada kandang termasuk kategori penyimpangan serius. TPnU yang tidak melakukan penggantian pakan dan minum unggas setiap harinya paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 1% (5 dari 5 TPnU). Sementara itu, penyimpangan ini di Kecamatan Tambora sebesar 68.8% (11 dari 16 TPnU), di Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU), sedangkan TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres selalu melakukan penggantian pakan dan minum setiap harinya (persentase penyimpangan %). Penyimpangan tidak dilakukannya penggantian pakan dan minum setiap hari oleh TPnU termasuk kategori penyimpangan minor. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat sudah melakukan penyemprotan di sekitar TPnU (persentase penyimpangan %). Penyimpangan tidak dilakukannya penyemprotan di sekitar TPnU dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan minor. Aspek Praktek Isolasi Praktek isolasi yang dinilai difokuskan pada pencegahan masuk dan penyebaran agen patogen ke dalam dan di dalam TPnU. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek praktek isolasi, TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan memiliki penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Kebon Jeruk, Kalideres, Cengkareng, dan Tambora (Tabel 8). Tabel 8 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada isolasi TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Kondisi Cengkareng 7 isolasi Grogol Petamburan 1 2 Kalideres 1 5 Kebon Jeruk 1 Tambora 5 26 Total 11 4

39 27 Penilaian aspek praktek isolasi meliputi tiga butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis dan 2 serius. TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Praktek isolasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Cengkareng Tidak mempunyai kandang isolasi Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Tidak dilakukan pemisahan ayam baru Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres datang dan Kebon Jeruk ayam lama Tambora Total Tidak Cengkareng melakukan pemisahan Grogol Petamburan antara unggas Kalideres yang sakit/mati Kebon Jeruk dengan yang Tambora sehat Total Kategori penyimpangan Serius Serius Kritis TPnU yang tidak mempunyai kandang isolasi paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Tambora dengan persentase penyimpangnnya sebesar 1% (5 dari 5 TPnU, dari TPnU, dan 16 dari 16 TPnU). Penyimpangan ini di Kecamatan Kebon Jeruk sebesar 5% (2 dari 4 TPnU), sedangkan di Kecamatan Grogol Petamburan persentase penyimpangannya.% (1 dari TPnU). Penyimpangan tidak adanya kandang isolasi dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius. TPnU yang tidak melakukan pemisahan antara ayam yang baru datang dengan ayam yang lama paling banyak terdapat di Kecamatan Kalideres dengan persentase penyimpangan 66.7% (2 dari TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Tambora persentase penyimpangannya adalah 62.5% (1 dari 16 TPnU), Cengkareng 4% (2 dari 5 TPnU), Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU), dan Grogol

40 28 Petamburan % (semua TPnU sudah melakukan pemisahan ayam yang baru datang dengan ayam yang lama). Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan terdapa ayam yang baru datang dengan ayam yang lama dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius. TPnU yang tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit dengan unggas yang mati paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng dengan persentase penyimpangan 6% ( dari 5 TPnU). Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres adalah.% (1 dari TPnU), di Kecamatan Tambora 1.% (5 dari 16 TPnU), dan di Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU). Penyimpangan tidak dilakukannya pemisahan unggas yang sakit dengan unggas yang mati dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan kritis. Aspek Pengendalian Lalu Lintas Pengendalian lalu lintas yang dinilai difokuskan pada transportasi unggas, pembatasan akses masuk ke TPnU, pengendalian di pintu masuk TPnU terhadap unggas, kendaraan, dan manusia. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek pengendalian lalu lintas, Kecamatan Kalideres memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Cengkareng, dan Kecamatan Tambora (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada kontrol lalu lintas TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kondisi kontrol lalu lintas Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Cengkareng Grogol Petamburan 6 1 Kalideres 6 7 Kebon Jeruk Tambora Total

41 29 Penilaian aspek pengendalian meliputi 11 butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 kritis, serius, 2 mayor, dan 5 minor. Semua TPnU yang diamati di semua kecamatan tidak membatasi akses masuk ke TPnU, tidak melakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke TPnU, serta tidak melaksanakan pengawasan keluar masuk kendaraan, personal, dan peralatan di TPnU (persentase penyimpangan 1%). TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Pengendalian lalu lintas TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % 1 Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Kategori penyimpangan Serius 2 Setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi SKKH Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Kritis Total Dalam satu Cengkareng kali transportasi Grogol Petamburan 1 mengangkut tidak satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Serius Cengkareng Tidak ada pembatasan akses masuk ke TPnU Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total Tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Mayor

42 TPnU Total No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Tidak Cengkareng dilakukan disinfeksi Grogol Petamburan 1 kendaraan 6 Kalideres 1 pada saat keluar masuk Kebon Jeruk ke komplek Tambora TPnU Total tidak terdapat pengawasan untuk keluar masuk kendaraan, personal, dan peralatan Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Komplek TPnU mempunyai gerbang lebih dari 1 sebagai tempat masuk Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Kendaraan yang digunakan tidak hanya mengangkut unggas Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Tidak menggunakan Cengkareng keranjang Grogol Petamburan 1 penampung 1 Kalideres 1 untuk mengangkut Kebon Jeruk ayam saat Tambora transportasi Total Tidak tersedia fasilitas jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Kategori penyimpangan Mayor Minor Minor Minor Serius Minor

43 1 Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan hanya ditemukan pada TPnU di Kecamatan Tambora (persentase penyimpangan 1.%), sedangkan TPnU pada keempat kecamatan lain mendapat unggas yang ditransportasi berasal dari satu peternakan dalam satu kali transportasi (persentase penyimpangan. Penyimpangan terhadap unggas dalam satu kali transportasi tidak bersal dari satu peternakan dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius. TPnU yang setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi dengan SKKH paling banyak terdapat di Kecamatan Kebon Jeruk dengan persentase penyimpangan 25% (2 dari 4 TPnU). Sementara itu, di Kecamatan Cengkareng persentase penyimpangannya adalah 2% (1 dari 5 TPnU) dan Kecamatan Tambora 2% ( dari 16 TPnU). Di Kecamatan Grogol Petamburan dan Kalideres setiap penerimaan unggas selalu dilengkapi oleh SKKH (persentase penyimpangannya adalah %). Penyimpangan tidak dilengkapinya penerimaan unggas dengan SKKH dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan serius. TPnU yang dalam satu kali transportasi mengangkut lebih dari satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU hanya dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 18.8% ( dari 16 TPnU). Penyimpangan dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU termasuk ke dalam kategori penyimpangan serius. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat tidak melakukan pembatasan akses masuk ke TPnU (persentase penyimpangannya 1%). Penyimpangan tidak ada pembatasan akses masuk ke TPnU termasuk ke dalam kategori penyimpangan minor. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat tidak melakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (persentase penyimpangannya 1%). Penyimpangan tidak dilakukannya disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan mayor. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) tidak melakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (persentase penyimpangannya

44 2 1%). Penyimpangan tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan mayor. Semua TPnU di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) tidak melakukan pengawasan untuk keluar masuk kendaraan, personal dan peralatan.sehingga persentase penyimpangannya adalah 1%. Todak terdapatnya pengawasan untuk keluar masuk kendaraan personel dan peralatan termasuk dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang mempunyai gerbang pintu masuk lebih dari satu sebagai tempat masuk paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangannya sebesar 9.8% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Grogol Petamburan persentase adalah.% (1 dari TPnU). Di Kecamatan Cengkareng, Kalideres, dan Kebon Jeruk hanya punya satu tempat masuk (persentase penyimpangannya adalah %). Penyimpangan TPnU yang mempunyai gerbang lebih dari satu sebagai tempat masuk dapat dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang menggunakan kendaraan yang digunakan tidak hanya mengangkut unggas paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangannya sebesar 9.8% (15 dari 16 TPnU). Sementara itu untuk Kecamatan Grogol Petamburan persentase penyimpangannya adalah.% (1 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Cengkareng 2% (1 dari 5 TPnU). Di Kecamatan Kalideres kendaraan yang digunakan hanya untuk mengangkut jenis unggas saja (persentase penyimpangannya %). Penyimpangan kendaraan yang digunakan tidak hanya mengangkut unggas termasuk dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang tidak menggunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangannya sebesar 68.8% (11 dari 16 TPnU). Untuk Kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, dan Kebon Jeruk sudah menggunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi (persentase penyimpangannya %). Penyimpangan tidak digunakannya keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi termasuk dalam kategori penyimpangan serius.

45 TPnU yang tidak menyediakan fasilitas jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU paling banyak terdapat di Kecamatan Grogol Petamburan dengan persentase penyimpangannya 66.7% (2 dari TPnU). Semnetara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Kalideres sebesar.% (1 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Cengkareng 2% (1 dari 5 TPnU). TPnU yang diamati di Kecamatan Tambora sudah menyediakan fasilitas jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU (persentase penyimpangannya %). Penyimpangan tidak tersedianya jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU termasuk dalam kategori penyimpangan minor. Aspek Sanitasi Sanitasi yang dinilai difokuskan pada pengendalian agen penyakit di lingkungan melalui pembersihan dan disinfeksi, serta penanganan kotoran. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek sanitasi, Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Kalideres, Kecamatan Cengkareng, Kecamatan Kebon Jeruk, dan Tambora (Tabel 12). Tabel 12 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada sanitasi TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kondisi sanitasi Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Cengkareng 2 7 Grogol Petamburan 1 1 Kalideres 1 4 Kebon Jeruk 2 Tambora Total 29 4 Penilaian aspek pengendalian meliputi empat butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 2 kritis dan 2 minor. TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 1.

46 4 Tabel 1 Kondisi sanitasi di TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Kategori penyimpangan Cengkareng Lingkungan sekitar TPnU kotor Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Minor Tambora Total Tidak melakukan pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara rutin (tiap hari) Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Minor Total Tidak dilakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Kritis Total Tidak membuang kotoran kandang (manur, feses, dsb) secara rutin Cengkareng Grogol Petamburan 1 Kalideres Kebon Jeruk Tambora Kritis Total TPnU yang lingkungan sekitarnya kotor paling banyak dijumpai di Kecamatan Tambora dengan persentase 1% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Cengkareng terdapat sebesar 8% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU), dan Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU). Penyimpangan terkait lingkungan sekitar TPnU yang kotor termasuk dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang tidak melakukan pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara rutin (tiap hari) paling banyak terdapat di Kecamatan Kalideres dengan persentase penyimpangan 66.7% (2 dari TPnU). Sementara itu persentase penyimpangan ini di Kecamatan Tambora, Cengkareng, dan Kebon Jeruk masing-masing sebesar 62.5% (1 dari 16 TPnU), 6% ( dari 5 TPnU), dan

47 5 25% (1 dari 4 TPnU). Penyimpangan tidak dilakukannya pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara rutin dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang tidak melakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan) paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 9.8% (15 dari 16 TPnU). Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Kebon Jeruk adalah 5% (2 dari 4 TPnU), Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU), dan Kecamatan Cengkareng 2% (1 dari 5 TPnU), sedangkan TPnU yang diamati di Kecamatan Kalideres sudah melakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan tidak dilakukannya istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) termasuk kategori penyimpangan kritis. TPnU yang tidak membuang kotoran kandang (manur, feses) secara rutin paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 4.8% (7 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Kalideres adalah.% (1 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 25% (1 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Cengkareng 2% (1 dari 5 TPnU), sedangkan TPnU yang diamati di Kecamatan Grogol Petamburan sudah membuang kotoran kandang secara rutin (persentase penyimpangannya %). Penyimpangan tidak membuang kotoran kandang secara rutin ini dimasukkan dalam kategoripenyimpangan kritis. Aspek Higiene Aspek higiene yang dinilai dititik-beratkan pada praktek higiene personal, penangan limbah, dan proses disposal. Berdasarkan kategori penyimpangan pada aspek higiene, Kecamatan Kalideres memiliki TPnU dengan kategori penyimpangan yang paling rendah. Selanjutnya kategori penyimpangan dari yang terendah sampai tertinggi pada aspek ini dijumpai di Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Cengkareng, dan Tambora (Tabel 14).

48 Tabel 14 Jumlah penyimpangan berdasarkan kategori pada higiene TPnU di Jakarta Barat Aspek yang dinilai Kondisi higiene Kecamatan Kategori penyimpangan Kritis Serius Mayor Minor Cengkareng Grogol Petamburan 1 8 Kalideres 5 8 Kebon Jeruk Tambora Total Penilaian aspek pencegahan meliputi 7 butir penilaian dengan kategori penyimpangan terdiri dari 1 serius, 2 mayor, dan 4 minor. Semua TPnU di yang diamati di semua kecamatan tidak memiliki larangan makan, minum, dan merokok selama bekerja, serta mengalirkan langsung limbah cair dari TPnU ke selokan umum. TPnU berdasarkan hasil penilaian dengan checklist dapat dilihat pada Tabel 15. Pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan alat pelindung diri (APD) minimal paling banyak terdapat di Kecamatan Cengkareng, Kecamatan Kalideres, Kecamatan Kebon Jeruk, dan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% (5 dari 5 TPnU, dari TPnU, 4 dari 4 TPnU, dan 16 dari 16 TPnU). Sedangkan persentase penyimpangan untuk TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan adalah 66.7% (2 dari TPnU). Penyimpangan terkait pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan APD minimal dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan mayor. Kebersihan pekerja yang kontak dengan unggas yang tidak terjaga dengan baik paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase 1% (16 dari16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Kalideres adalah 66.7% (2 dari TPnU), Kecamatan Cengkareng 6% ( dari 5 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 5% (1 dari 2 TPnU), dan Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU). Penyimpangan terhadap kebersihan pekerja yang kontak dengan unggas tidak terjaga dengan baik dikategorikan ke dalam penyimpangan minor.

49 7 Tabel 15 Kondisi higiene di TPnU yang diamati di Jakarta Barat No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % 1 Pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan APD minimal Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Total Kategori penyimpangan Mayor 2 Kebersihan pekerja yang kontak dengan unggas tidak terjaga dengan baik Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk Tambora Minor Total Pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Cengkareng Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Tambora Serius Total Tidak ada Cengkareng larangan untuk melakukan Grogol Petamburan 1 makan, minum, 4 Kalideres 1 merokok selama bekerja Kebon Jeruk di lokasi Tambora kandang Total Minor Cengkareng Limbah padat tidak ditangani dengan baik Grogol Petamburan Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total Cengkareng Limbah cair langsung dialirkan ke selokan umum Grogol Petamburan 1 Kalideres 1 Kebon Jeruk Minor Tambora Total 1 1 1

50 8 No Aspek yang dinilai Kecamatan N Penyimpangan Baik n % n % Cengkareng Unggas mati tidak segera dibakar atau dikubur Grogol Petamburan Kalideres Kebon Jeruk ,7 5 Tambora Total Kategori penyimpangan Mayor TPnU yang pekerjanya tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangan 1% (16 da 16 TPnU). Persentase penyimpangan ini di Kecamatan Kebon Jeruk adalah 5% (2 dari 4 TPnU), Kecamatan Cengkareng 4% (2 dari 5 TPnU), dan Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU). Pekerja pada TPnU di Kecamatan Kalideres sudah mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sehingga persentase penyimpangannya adalah %. Penyimpangan terkait pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dimasukkan dalam kategori penyimpangan serius. TPnU yang tidak menetapkan larangan untuk melakukan makan, minum, merokok selama bekerja di lokasi kandang terdapat di semua TPnU yang ada di lima kecamatan (Cengkareng, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, dan Tambora) di Jakarta Barat (persentase penyimpangannya 1%). Penyimpangan idak adanya larangan untuk melakukan makan, minum, merokok selama bekerja di lokasi kandang dikategorikan penyimpangan minor. TPnU yang limbah padatnya tidak ditangani dengan baik paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase 1% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu persentase penyimpangan ini di Kecamatan Cengkareng adalah 6% ( dari 5 TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU), sedangkan untuk Kecamatan Kalideres persentase penyimpangannya adalah % karena limbah padatnya sudah ditangani dengan baik. Limbah padat yang tidak ditangani dengan baik termasuk dalam kategori penyimpangan minor. TPnU yang limbah cairnya langsung dialirkan ke selokan umum terdapat pada semua TPnU di Jakarta Barat (persentase penyimpangan 1%). Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umum termasuk dalam kategori penyimpangan minor.

51 9 TPnU yang penanganan unggas mati tidak segera dibakar atau dikubur paling banyak terdapat di Kecamatan Tambora dengan persentase penyimpangannya adalah 1% (16 dari 16 TPnU). Sementara itu, persentase penyimpangan ini di Kecamatan Cengkareng adalah 8% (4 dari 5 TPnU), Kecamatan Kalideres 66.7% (2 dari TPnU), Kecamatan Kebon Jeruk 5% (2 dari 4 TPnU), dan Kecamatan Grogol Petamburan.% (1 dari TPnU), Penanganan unggas mati yang tidak segera dibakar atau dikubur termasuk dalam kategori penyimpangan mayor. Pembahasan Umum Penyimpangan kritis diberikan kepada keadaan dan kegiatan yang memiliki estimasi risiko sangat tinggi terhadap terjadinya penyebaran atau pencemaran silang agen patogen. Sedangkan penyimpangan serius diberikan kepada keadaan dan kegiatan yang memiliki estimasi risiko tinggi dan mayor diberikan jika memiliki estimasi risiko sedang serta minor diberikan jika memiliki estimasi resiko yang rendah. Manajemen biosekuriti yang baik di TPnU yaitu dengan tersedianya bangunan yang layak sehingga kecukupan sinar matahari terpenuhi. Selain itu, bangunan harus dilengkapi dengan ventilasi yang baik. Aspek penunjang lainnya yaitu air dan pakan yang berkualitas, penggunaan obat-obatan yang sesuai ketika diperlukan, pemisahan unggas-unggas yang sakit atau mati dengan yang sehat, pengelolaan kotoran unggas yang baik, menjaga agar tidak terdapat tumpukan sampah, serta melakukan pengosongan kandang bagi TPnU (Hanson 28). Komponen lain dalam penerapan program biosekuriti yang baik adalah membuat bagunan utama mampu mencegah masuknya binatang pengerat, insekta, burung-burung liar, dan binatang lainnya. Bangunan juga harus terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan didisinfeksi, serta mampu membatasi masuknya pengunjung yang tidak berkepentingan. Selanjutnya, para pekerja menggunakan alat pelindung diri minimal, seperti sarung tangan, sepatu bot, masker. Kendaraan yang masuk dan keluar lingkungan TPnU harus didisinfeksi. Pembersihan dan disinfeksi yang konsisten diterapkan pada semua peralatan yang digunakan oleh semua pekerja. Pengawasan lalu lintas diterapkan secara ketat terhadap orang atau tamu yang keluar masuk lingkungan TPnU. Unggas yang datang dari peternakan harus dijamin bebas penyakit, serta kontak

52 4 langsung antara unggas yang berada di TPnU dengan unggas lain yang berpotensi sebagai sumber penyakit harus dihindari (Hanson 28). Menurut buku pedoman penataan pasar unggas, rantai distribusi unggas dan produk unggas yang diterbitkan oleh Komnas FBPI (28), lokasi TPnU sebaiknya berada minimum lima (5) meter dari pemukiman penduduk atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu, lokasi juga tidak rawan banjir dan sumber air tidak tercemar limbah industri. Disain dan tata letak tempat harus memenuhi persyaratan yaitu penampungan dibuat untuk melindungi unggas dari sinar matahari langsung dan hujan selama dalam penampungan. TPnU dibatasi dengan pagar tembok dengan tinggi minimal 1.5 meter. Pintu masuk dan keluar untuk unggas dan manusia harus dibedakan dan memiliki ventilasi udara yang cukup baik. Selain itu, TPnU juga harus memiliki sistem drainase yang baik. Agar semua kegiatan dapat terkoordinasi dengan baik maka bangunan dapat dibagi dalam beberapa area yaitu area kandang, area pembersihan, area pencucian dan desinfeksi, area tempat penurunan unggas (unloading), area penampungan dan penanganan limbah, area disposal, dan area administrasi/ perkantoran. Agar pengangkutan unggas berjalan dengan lancar maka haruslah disediakan fasilitas jalan yang cukup memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU. Terdapat dua macam kandang yaitu untuk panampungan unggas yang sehat dan kandang penampungan yang sakit (kandang isolasi). Kandangkandang tersebut merupakan bagian dari bangunan TPnU yang dipisahkan. Lantai dan dinding kandang dirancang agar mudah dibersihkan dan didisinfeksi atau kandang yang dirancang untuk menggantikan fungsi kandang berlantai semen dirancang agar dapat mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Kandang pengganti tersebut harus dilengkapi dengan alas untuk menampung kotoran unggas. Bangunan kandang juga harus dilengkapi dengan ventilasi udara agar udara di dalam bangunan kandang mudah mengalami pertukaran dengan udara segar dari luar. Sementara itu tempat pakan dan minum yang berada di tempat penampungan terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi. Area administrasi/perkantoran merupakan area khusus yang difungsikan untuk melakukan kegiatan administrasi atau pencatatan. Area ini sebaiknya terpisah dari bangunan utama kandang sehingga tidak menggangu aktifitas pencatatan administrasi dan memperkecil terjadinya kontaminasi silang.

53 41 Dalam penanganan limbah, dilakukan penampungan limbah sementarayang terbagi dalam dua macam penampungan yaitu penampungan untuk limbah padat dan penampungan untuk limbah cair yang dilengkapi fasilitas septic tank. Untuk penanganan limbah padat dapat juga dilakukan pemusnahan dengan cara dibakar di tempat khusus pembakaran (incinerator). Pada area pembersihan, pencucian dan disinfeksi peralatan dan kendaraan, lantai harus terbuat dari bahan semen agar mudah dibersihkan. Area tersebut juga harus dilengkapi dengan air bersih yang mencukupi dan sistem drainase yang baik. akses yang mudah dari tempat penurunan sementara (unloading) menuju kandang penampungan unggas dan harus berlantai semen sehingga mudah dibersihkan. Sarana yang mencukupi untuk melakukan proses pencucian, pembersihan dan didisinfeksi. Sarana tersebut diantaranya meliputi bak disinfeksi kendaraan dan orang, desinfektan, sabun dan deterjen, sapu, sikat, sprayer, dan sarana pencucian tangan. Untuk mengangkut dan menampung sementara unggas di TPnU, digunakan keranjang unggas yang terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan dan didisinfeksi (kawat atau plastik), sedangkan bahan-bahan yang bukan terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan (bambu atau kayu) tidak boleh digunakan di TPnU. Sedangkan fasilitas standar untuk personal yang menangani dan kontak dengan unggas berupa alat perlindungan diri (APD) meliputi baju kerja yang diganti setiap hari, sepatu bot, dan masker. Untuk biosekuriti, setiap kendaraan pengangkutan unggas yang masuk dan keluar TPnU wajib didisinfeksi. Setiap unggas yang datang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas dan mendapat pemeriksaan kesehatan oleh petugas di bawah pengawasan dokter hewan berwenang. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang. Jika ada spesies unggas yang berbeda, unggas tersebut harus ditempatkan di kandang yang berbeda, tidak disatukan dengan spesies lain. Selain itu, unggas yang sakit harus dipisahkan di dalam kandang isolasi untuk diobservasi lebih lanjut. Unggas yang baru datang tidak langsung dicampur dengan unggas yang lama atau sudah ada.

54 42 Batas waktu maksimal penampungan unggas adalah 48 jam. Sebelum unggas dikeluarkan dari tempat penampungan, harus dipastikan bahwa unggasunggas tersebut dalam keadaan sehat dan jika ada unggas mati haruslah dimusnahkan menggunakan fasilitas disposal. Penanganan limbah padat dan cair sebelum dikeluarkan dari lingkungan penampungan dan pengosongan kandang satu hari dalam satu minggu juga perlu dilakukan. Keranjang berisi ungas diturunkan dari kendaraan pengangkut satu persatu, kemudian unggas dikeluarkan dari keranjang satu per satu dan dimasukkan ke dalam kandang penampungan dengan memperhatikan kaidah kesejahteraan hewan. Jumlah unggas yang masuk dan keluar wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap sebulan sekali kepada dokter hewan yang berwenang. Selama di tempat penampungan, unggas diberikan makan dan minum (ad libitum). Segala kegiatan penampungan termasuk proses pemasukan dan pengeluaran unggas kecuali pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh pekerja penampungan unggas. Program pengendalian hama termasuk mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya ke lingkungan TPnU harus dilakukan. Hal yang tak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah higiene personal. Setiap pekerja dan petugas penampungan diwajibkan berperilaku hidup bersih dan sehat, mencuci tangan dan menggunakan disinfektan sebelum dan sesudah melakukan kegiatan penampungan unggas, serta menggunakan alat pelindung diri (baju khusus di penampungan unggas, sepatu bot, dan masker) selama melakukan kegiatan penampungan unggas. Tindakan sanitasi dan higiene yang diterapkan untuk peternakan unggas yang utama adalah pembersihan dan disinfeksi fasilitas, peralatan, lantai dan kendaraan, yang ditujukan untuk menghilangkan atau memusnahkan agen patogen pada sumber serta mencegah masuknya kembali agen patogen tersebut (Wolfgang 28). Penerapan higiene dan sanitasi, juga harus memperhatikan peralatan perlindungan diri setiap harinya. Disinfeksi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan atau memusnahkan jasad renik secara kimiawi atau fisik dengan menggunakan disinfektan yang merupakan bahan kimia untuk menghilangkan atau memusnahkan jasad renik. Usaha-usaha disinfeksi yang dilakukan seperti penyemprotan disinfektan terhadap kendaraan yang mengangkut unggas dan orang sebelum masuk

55 4 kompleks penampungan, serta adanya bak disinfeksi kendaraan dan orang sebelum masuk kompleks TPnU. TPnU juga sebaiknya tersedia sabun, detergen, sapu, sikat, sprayer, dan sarana pencucian tangan untuk melakukan pembersihan dan disinfeksi. Disinfektan yang dapat digunakan dalam peternakan atau unit usaha peternakan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Disinfektan yang digunakan dalam peternakan unggas (Wolfgang 28) Zat Kimia Bakteri Gram + Bakteri Gram - Cendawan Klorheksidin Beberapa Beberapa Beberapa Formaldehid dan aldehid Klorin dan kloramin Virus Hampir semua ph optimal Luas Aktivitas pada bahan organik Baik Luas Baik Beberapa Asam Iodofor Beberapa Asam Natrium hidroksida Amonium kuartener Amat Buruk Sedang - Buruk Digunak an untuk Alat, fasilitas, bak rendam, sepatu bot Alat, fasilitas, bak rendam, sepatu bot Alat yang sudah bersih Alat yang sudah bersih Basa Buruk Fasilitas ++ + Beberapa Beberapa Basa Sedang Fenol Beberapa Beberapa Asam Baik + cukup baik; ++ baik; +++ sangat baik Alat yang sudah bersih Alat, fasilitas, bak rendam, sepatu bot

56 44 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1 Penilaian biosekuriti dan higiene pada TPnU di Jakarta Barat menunjukkan bahwa sebagian besar TPnU berkategori sedang (41.9%) dan lainnya berkategori buruk (58.1%). 2 Penyimpangan kritis yang paling banyak ditemukan adalah tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TPnU (1%). Penyimpangan serius yang umum ditemukan adalah tidak mempunyai kandang isolasi (87.1%). 4 Penyimpangan mayor yang banyak ditemukan adalah tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (1%), tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU (1%), pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan alat pelindung diri (APD) minimal (96.8%), lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir (8.6%), serta tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun (77.4%). 5 Secara umum TPnU di Kecamatan Grogol Petamburan menerapkan biosekuriti dan higiene cukup baik, sedangkan TPnU di Kecamatan Tambora belum menerapkan biosekuriti dan higiene dengan baik. 6 Penyimpangan pada aspek bangunan dan fasilitas serta aspek praktek isolasi dan aspek sanitasi, Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan jumlah penyimpangan yang paling rendah, sedangkan Kecamatan Tambora memiliki jumlah penyimpangan tertinggi. 7 Penyimpangan pada aspek pengendalian lalu lintas dan aspek higiene, Kecamatan Kalideres memiliki TPnU dengan jumlah penyimpangan yang paling rendah, sedangkan Kecamatan Tambora memiliki jumlah penyimpangan tertinggi. 8 Penyimpangan pada aspek manajemen pemeliharaan, Kecamatan Kalideres dan Kecamatan Grogol Petamburan memiliki TPnU dengan jumlah penyimpangan yang paling rendah (%), sedangkan Kecamatan Tambora memiliki jumlah penyimpangan tertinggi.

57 45 Saran 1 Perlunya pembinaan dan pengawasan dalam penerapan biosekuriti dan higiene oleh Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat. 2 Perlunya sosialisasi yang dapat menyadarkan pelaku usaha TPnU tentang pentingnya penerapan biosekuriti dan higiene dalam usaha pencegahan penyebaran penyakit. Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat perlu melakukan perencanaan dan implementasi relokasi yang baik terhadap TPnU yang dapat menimbulkan dampak langsung terhadap kesehatan dan ketentraman masyarakat, serta kesehatan dan kelestarian lingkungan.

58 46 DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 28. Pedoman Penataan Pasar Unggas, Rantai Distribusi Unggas dan Produk Unggas. Jakarta: Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza. Azhar M. 26. Buku Pedoman Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Jakarta; Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Buhman M, Dewell, Griffin D. 27. Biosecurity basics for cattle operations and good management practices (GMP) for controlling infectious diseases. The Board of Regents of the University of Nebraska on behalf of the University of Nebraska-Lincoln Extension. epublic/pages/publicationd.jsp?publicationi=4 [ 4 Juli 28]. Carey JB, Jeffrey JS, Prochaska JF. 28. Poultry facility biosecurity. Texas Agricultural Extension Service. [4 Juli 28]. [Ditkesmavet] Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner. 26. Buku Pedoman Nomor Kontrol Veteriner Unit Usaha Pangan Asal Hewan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian RI. Grimes T, Jackson C. 21. Code of practice for biosecurity in the egg industry. Barton Australia; Rural Industries Research and Development Corporation. Biosecurity%2Code%2of%2Practice.pdf [4 Juli 28]. Hanson JG. 28. Biosecurity for the Poultry Industry. [4 Juli 28]. Hutchinson et al. 28. Biosecurity fundamentals. College of Agriculture Science Cooperative Extension, Veterinary Science Information, Pennsylvania State University. pdf/biosecurity/biosecurityirs.pdf [4 Juli 28] Jeffrey JS Biosecurity for poultry flocks. Poultry Fact Sheet No 26. file://localhost/f:/folder%2tinpus/biosecurity%2for%2poultr Y%2FLOCKS.htm [28 Juli 28]. Payne JB, Kroger EC, dan Watkins SE. 22. Evaluation of litter treatments on Salmonella recovery from poultry litter. J. Appl. Poult. Res. 11(): Purchase HG Transmission of avian pathogen. Di dalam: Shane SM et al., editor. Biosecurity in the Poultry Industry. Kennet Square: American Association of Avian Pathologists. Susilo W. 2. Audit Mutu Internal. Jakarta: Vorqistatama Binamega. Wolfgang DR. 28. Biosecurity a practical approach. College of Agriculture Science Cooperative Extension, Veterinary Science Information, Pennsylvania State University. pdf/biosecurity/biosecurityirs.pdf [4 Juli 28].

59 LAMPIRAN 47

60 48 Lampiran 1 Checklist biosekuriti dan higiene untuk tempat penampungan unggas yang digunakan dalam penelitian Checklist Audit Biosekuriti dan Higiene untuk Tempat Penampungan Unggas (TPnU) Kode: Tanggal: Enumerator: Nama Pemilik/Penanggung Jawab: Alamat: Nomor telp: Ketentuan Pengisian Isilah kolom dengan cara melingkari jika dinilai terdapat penyimpangan sesuai dengan aspek yang dinilai. Bila pernyataan pada aspek penerapan biosekuriti tidak sesuai dengan kondisi/situasi yang ada berikan ( ) pada kolom OK. No Aspek Penerapan Biosekuriti dan Higiene Minor Mayor Serius Kritis OK Keterangan I Bangunan dan Fasilitas TPnU 1 Lokasi TPnU berada tidak jauh dari pemukiman atau industri serta rawan banjir 2 Lingkungan TPnU tidak memiliki pagar ( tidak dapat dilalui unggas misalnya tembok, seng, asbes, atau pagar yang terbuat dari bambu dengan jarak antar bambu 1 cm dan tinggi 2 m ) dan terkontrol Dinding terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan 4 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan 5 Tidak terdapat sumber air bersih dan mencukupi 6 Tidak mempunyai ventilasi udara yang cukup dan sistem drainase yang baik 7 Tidak mempunyai tempat pengolahan limbah (insinerator atau yang lainnya) 8 Tidak terdapat WC/Toilet 9 Tidak terdapat tempat sampah yang memadai dan tertutup (pembuangan limbah sementara) 1 Bangunan kandang dan kantor (administrasi) tidak terpisah 11 Tidak terdapat fasilitas cuci tangan seperti sabun 12 Tempat pakan tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan 1 Tempat minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

61 49 Aspek Penerapan Biosekuriti No dan Higiene 14 Tidak dilengkapi fasilitas disinfeksi untuk keluar masuk kendaraan dan orang 15 Tidak memiliki daerah khusus unloading 16 Tidak memiliki tempat khusus untuk membersihkan dan disinfeksi peralatan dan kendaraan 17 Bahan keranjang pengangkut unggas yang digunakan tidak mudah dibersihkan II Manajemen Pemeliharaan 1 Tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan ayam yang baru masuk TpnU 2 Tidak menerapkan sistem first in first out Lama penampungan unggas lebih dari 2 hari 4 Tidak dilakukan pemisahan antar spesies pada kandang 5 Tidak melakukan penggantian pakan dan minum setiap hari 6 Tidak melakukan penyemprotan disekitar lingkungan TpnU III 1 Isolasi Tidak mempunyai kandang isolasi 2 Tidak dilakukan pemisahan ayam baru datang dan ayam lama Tidak melakukan pemisahan antara unggas yang sakit/mati dengan yang sehat IV Kontrol Lalu-lintas ke TpnU 1 Unggas dalam satu kali transportasi tidak berasal satu peternakan 2 Setiap penerimaan unggas tidak dilengkapi dengan SKKH Dalam satu kali transportasi mengangkut tidak satu spesies unggas setiap pengangkutan ke TPnU 4 Tidak ada pembatasan akses masuk ke TpnU 5 Tidak dilakukan disinfeksi personal pada saat keluar masuk ke komplek TPnU 6 Tidak dilakukan disinfeksi kendaraan pada saat keluar masuk ke komplek TPnU 7 Tidak terdapat pengawasan untuk keluar masuk kendaraan, personel dan peralatan 8 Komplek TPnU mempunyai gerbang lebih dari 1 sebagai tempat masuk 9 Kendaraan yang digunakan tidak hanya mengangkut unggas 1 Tidak menggunakan keranjang penampung untuk mengangkut ayam saat transportasi 11 Tidak tersedia fasilitas jalan yang memadai bagi kendaraan pengangkut menuju TPnU Minor Mayor Serius Kritis OK Keterangan

62 5 No V 1 Aspek Penerapan Biosekuriti dan Higiene Sanitasi Lingkungan sekitar TPnU kotor 2 Tidak melakukan pembersihan dan disinfeksi lingkungan secara rutin (tiap hari) Tidak dilakukan istirahat kandang (minimal 1 bulan sekali) 4 Tidak membuang kotoran kandang (manur, feses, dsb) secara rutin Minor Mayor Serius Kritis OK Keterangan VI Higiene 1 Pekerja yang berhubungan langsung dengan unggas tidak memakai peralatan APD minimal 2 Kebersihan pekerja yang kontak dengan unggas tidak terjaga dengan baik Pekerja tidak mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 4 Tidak ada larangan untuk melakukan makan, minum, merokok selama bekerja di lokasi kandang 5 Limbah padat tidak ditangani dengan baik 6 Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umum 7 Unggas mati tidak segera dibakar atau dikubur Total jumlah aspek yang dinilai Keterangan: Minor : Jika penyimpangan tidak berpengaruh langsung terhadap produk dan mempunyai resiko relatif kecil. Mayor : Jika penyimpangan tidak berpengaruh langsung terhadap produk dan mempunyai resiko relatif besar. Serius : Jika penyimpangan berpengaruh langsung terhadap produk dan mempunyai resiko relatif kecil. Kritis : Jika penyimpangan berpengaruh langsung terhadap produk dan mempunyai resiko relatif besar. Penilaian Checklist Biosekuriti dan Higiene 1 Jumlah Penyimpangan 1 Minor... penyimpangan 2 Mayor... penyimpangan Serius.. penyimpangan 4 Kritis... penyimpangan 2 Tingkat Biosekuriti dan Higiene TPnU Jumlah Penyimpangan Tingkat Minor Mayor Serius Kritis Baik Sedang Buruk NA NA 1 5

63 51 Lampiran 2 Lokasi dan Koordinat TPnU No Lintang Bujur Elevasi (m) Kecamatan Nama Pemilik 1 S E Cengkareng Anggit 2 S E Cengkareng H. Koyan S E Cengkareng Sutomo 4 S E Cengkareng Midarto 5 S E Cengkareng H. Usman 6 S E Petamburan H. Moslem 7 S E Petamburan Waras 8 S E Petamburan Purwanto 9 S E Kalideres Basuni 1 S E Kalideres Syarif 11 S E Kalideres Rusli 12 S E Kebon Jeruk Wijaya 1 S E Kebon Jeruk Antonius S 14 S E Kebon Jeruk Sumarno 15 S E Kebon Jeruk H. Amin M 16 S E Tambora Casmita 17 S E Tambora Kukuh 18 S 6 8. E Tambora Haryono 19 S E Tambora H. Nurjani 2 S E Tambora H. Baharudin 21 S E Tambora H. Husein 22 S E Tambora H. Muslim 2 S E Tambora Burhanudin 24 S E Tambora Alex/Acep 25 S E Tambora Solihin 26 S E Tambora Suko 27 S E Tambora Udin 28 S E Tambora Risto 29 S E Tambora H. Darsono S E Tambora Daryono 1 S E Tambora Hanafi

64 52 Lampiran Hasil Penilaian TPnU di Jakarta Barat No Kode Kecamatan Nama Pemilik Jumlah Penyimpangan Minor Mayor Serius Kritis Kategori 1 A1 Cengkareng Anggit Sedang 2 A2 Cengkareng Koyan Sedang A Cengkareng Sutomo Buruk 4 C1 Kalideres Basuni Sedang 5 C2 Kalideres Syarif Sedang 6 C Kalideres Rusli Sedang 7 A4 Cengkareng Midarto Sedang 8 A5 Cengkareng H. Usman Buruk 9 D1 Kebon Jeruk Wijaya A Sedang 1 B1 Grogol Petamburan Moslem Sedang 11 B2 Grogol Petamburan Waras Sedang 12 D2 Kebon Jeruk Antonius S Buruk 1 E1 Tambora Casmita Buruk 14 E2 Tambora Kukuh Buruk 15 E Tambora Haryono Buruk 16 E4 Tambora Nurjani Buruk 17 E5 Tambora Baharudin Buruk 18 E6 Tambora Husein Buruk 19 E7 Tambora Muslim Sedang 2 E8 Tambora Burhanudin Buruk 21 E9 Tambora Acep S Buruk 22 E1 Tambora Solihin Buruk 2 E11 Tambora Suko Buruk 24 E12 Tambora Udin Buruk 25 E1 Tambora Risto Buruk 26 E14 Tambora Darsono 16 1 Buruk 27 E15 Tambora Daryono Buruk 28 E16 Tambora Hanafi Buruk 29 D Kebon Jeruk Sumarno Sedang B Grogol Petamburan Purwanto Sedang 1 D4 Kebon Jeruk Amin M Sedang

65 5 Lampiran 4 Dokum mentasi TPn nu di Jakarta Barat T Tidak ada pemisahan p unggas u yan ng sakit K Kotoran kan ndang yang g tidak diberrsihkan

66 54 Limbah TPnU yang dibuang di jalan depan TPnU Kegiatan pemotongan di TPnU: karkas ayam dan jeroan yang diletakkan di lantai

67 55 Pembuangan limbah TPnU di samping kandang Keranjang pengangkut unggas yang terbuat dari bambu

68 56 Ruang administrrasi dalam kandang k penampungan n Limb bah TPnU yang y tidak ditangani d de engan baik

69 57 Kera anjang peng gangkut aya am dari plastik dalam keadaan k sa angat kotor Kegia atan pemoto ongan di TP PnU: sepatu u bot yang mengenai m kkarkas ayam m

70 58 Pemind dahan ayam m yang baru u datang: langsung dile empar ke da alam kandang Pe enumpukan limbah TPnU di pingg gir sungai

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT PENAMPUNGAN UNGGAS DI JAKARTA BARAT KUKUH GALIH WASKITA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI TEMPAT

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA

PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK BAWANTA WIDYA SUTA. 2007.

Lebih terperinci

KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI)

KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) FAJRIN ARITS TUMUHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PRAKATA. Semoga pedoman ini dapat berperan secara signifikan dalam upaya menekan penyebaran virus avian influenza. Amin.

PRAKATA. Semoga pedoman ini dapat berperan secara signifikan dalam upaya menekan penyebaran virus avian influenza. Amin. PRAKATA P uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Pedoman Penataan Pasar Unggas, Rantai Distribusi Unggas dan Produk Unggas yang sudah diharapkan oleh kita semua. Pedoman ini merupakan

Lebih terperinci

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis

Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Produksi Daging Unggas yang Sehat dan Higienis Pasar merupakan tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Secara umum berdasarkan kelas mutu pelayanan terbagi menjadi

Lebih terperinci

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta Laporan Akhir Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam () di DKI Jakarta 2008 Kerjasama : Wageningen International Departemen Pertanian Republik Indonesia

Lebih terperinci

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS SKALA KECIL DI JAKARTA BARAT ANASTASIA NARANI

PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS SKALA KECIL DI JAKARTA BARAT ANASTASIA NARANI PENERAPAN BIOSEKURITI DAN HIGIENE DI RUMAH PEMOTONGAN UNGGAS SKALA KECIL DI JAKARTA BARAT ANASTASIA NARANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 2 Menimbang : BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN MASYARAKAT BUPATI CIREBON a. bahwa

Lebih terperinci

PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN

PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT PENJUALAN UNGGAS HIDUP DI KOTA BOGOR BAMA OKTIONUS ISLAHUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENERAPAN KESEJAHTERAAN HEWAN PADA TEMPAT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian ini disajikan dalam 3 bagian yang diharapkan dapat memenuhi tujuan dan hipotesis penelitian yaitu : (1) distribusi sampel penelitian untuk mengetahui jumlah

Lebih terperinci

KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B

KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B04104062 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK ALI YATMIKO. Kondisi Biosekuriti Peternakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Broiler Ayam pembibit adalah ayam penghasil telur tetas fertil yang digunakan untuk ditetaskan menjadi DOC (Suprijatna dkk., 2005). Ayam pembibit menghasilkan

Lebih terperinci

KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI)

KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) KONDISI BIOSEKURITI PADA TEMPAT PENJUALAN BEBEK HIDUP DI PASAR TRADISIONAL DKI JAKARTA DAN RISIKONYA TERHADAP PENYEBARAN AVIAN INFLUENZA (AI) FAJRIN ARITS TUMUHA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan

TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan TINJAUAN PUSTAKA Instalasi Karantina Hewan Instalasi karantina hewan (IKH) adalah bangunan berikut peralatan, lahan dan sarana pendukung lainnya yang diperlukan sebagai tempat pelaksanaan tindakan karantina

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN AVIAN INFLUENZA (AI)/ FLU BURUNG DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD /L/12/2008 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN Nomor : 499/Kpts/PD.670.210/L/12/2008 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN TEKNIS INSTALASI KARANTINA HEWAN UNTUK DAY OLD CHICK (DOC) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung atau avian influenza adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A, yang ditularkan oleh unggas seperti ayam, kalkun, dan itik (Soejoedono

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternakan. Kesehatan. Veteriner. Hewan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5356) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT

DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT DETEKSI Staphylococcus aureus DALAM SUSU SEGAR SEBAGAI PARAMETER KEBERSIHAN PROSES PEMERAHAN NANANG SYAIFUL HIDAYAT FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NANANG SYAIFUL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA

EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA EVALUASI PELAKSANAAN GOOD SLAUGHTERING PRACTICES DAN STANDARD SANITATION OPERATING PROCEDURE DI RUMAH PEMOTONGAN HEWAN KELAS C SKRIPSI DIANASTHA DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP Baru Sireum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor 19 No. Kuesioner : Enumerator : Tanggal : Waktu : PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii i PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2 No.1866, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Hewan. Penyakit. Pemberantasan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

Lebih terperinci

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)**

PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** PERANAN NOMOR KONTROL VETERINER (NKV) SEBAGAI PERSYARATAN DASAR UNTUK PRODUKSI PANGAN HEWANI YANG AMAN, SEHAT, UTUH DAN HALAL (ASUH)** Oleh : Dr.drh. I Wayan Suardana, MSi* *Dosen Bagan Kesmavet Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan di Indonesia. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan peternakan yang melaksanakan biosekuriti sangat ketat (high level

Lebih terperinci

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESEHATAN. Hewan. Peternakan. Alat. Mesin. Penggunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 72) PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN 5 A. Latar Belakang LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/Permentan/OT.140/2/2014 TANGGAL: 24 Februari 2014 PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN Burung

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik

Keberadaan mikroorganisme patogen pada makanan umumnya tidak menyebabkan perubahan fisik Prerequisite Program #7 Pencegahan Kontaminasi Silang Pencegahan, pengendalian, deteksi kontaminasi; kontaminasi mikrobiologik, fisik, dan kimiawi Bahaya biologis: cacing, protozos, bakteri, cendawan/fungi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB XV PENGENDALIAN MUTU SELAMA PROSES KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa penyakit flu burung merupakan salah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tempat Penjualan Daging Ayam Sampel daging ayam yang diteliti diperoleh dari pasar-pasar di Kota Tangerang Selatan. Selama pengambilan kuisioner terdapat 24 pedagang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini

Biosecurity. Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama. Perspektif Saat Ini Biosecurity Biosecurity: Pandangan Baru Terhadap Konsep Lama Perspektif Saat Ini Beberapa tahun yang lalu istilah biosecurity masih jarang digunakan kecuali di kalangan tertentu saja Kejadian-kejadian

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS 1. Dosen melakukan rapat koordinasi dengan asisten terkait dengan rencana pelaksanaan praktikum Industri Ternak Unggas minimal 1 bulan sebelum

Lebih terperinci

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang)

Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) Gambaran Pelaksanaan Rumah Pemotongan Hewan Babi (Studi Kasus di Rumah Pemotongan Hewan Kota Semarang) *) **) Michelia Rambu Lawu *), Sri Yuliawati **), Lintang Dian Saraswati **) Mahasiswa Bagian Peminatan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI

ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI ANALISIS NILAI TAMBAH PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA JAKARTA SELATAN SKRIPSI HESTI INDRAWASIH PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA

TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TATA CARA

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA (AI) DI RW02 KELURAHAN PANUNGGANGAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANUNGGANGAN KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN GOOD FARMING PRACTICE UNTUK MELESTARIKAN PLASMA NUTFAH ITIK LOKAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK (Studi Kasus di Kelompok Ternak Itik Kebersamaan

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Avian Influenza di Provinsi Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Avian Influenza di Provinsi Lampung HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Avian Influenza di Provinsi Lampung Provinsi Lampung merupakan satu diantara provinsi di Indonesia yang sampai dengan sekarang merupakan wilayah dengan kasus AI tinggi (Farnsworth

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI

LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 519/MENKES/SK/VI/2008 YANG TELAH DIMODIFIKASI LEMBAR PENILAIAN PASAR SETONOBETEK SESUAI KEPMENKES RI NO. 9/MENKES/SK/VI/ YANG TELAH DIMODIFIKASI NO. a. b. - VARIABEL UPAYA BANGUNAN PASAR Penataan ruang dagang Tempat penjualan bahan pangan dan makanan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009 KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 29 1 OUTLINE 1. PENDAHULUAN 2. DAMPAK WABAH AI 3. PERMASALAHAN 4. KEBIJAKAN UMUM 4.1. STRATEGI PENGENDALIAN

Lebih terperinci

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA

GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA GAMBARAN SEL DARAH PUTIH (LEUKOSIT) DOMBA LOKAL (Ovis aries) YANG DIIMMUNISASI DENGAN EKSTRAK CAPLAK Rhipicephalus sanguineus SUTRISNO EKI PUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI PERANCANGAN FASILITAS FISIK USAHA TERNAK PUYUH SKALA KOMERSIAL DI KECAMATAN RANCA BUNGUR, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh AHMAD SUHAELY F14103065 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Direktorat Produksi 2010 Pendahuluan Dalam rangka menghadapi era globalisasi, maka produk perikanan

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI

MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.006.01 MENERAPKAN HIGIENE SANITASI BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/Permentan/OT.140/2/2014 TENTANG PEDOMAN BUDI DAYA AYAM PEDAGING DAN AYAM PETELUR YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.130, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543) PERATURAN

Lebih terperinci

KAP MENGENAI BIOSEKURITI PADA INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) DOC BBKP SOEKARNO HATTA

KAP MENGENAI BIOSEKURITI PADA INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) DOC BBKP SOEKARNO HATTA LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner untuk manajer IKH DOC BBKP Soekarno Hatta KAP MENGENAI BIOSEKURITI PADA INSTALASI KARANTINA HEWAN (IKH) DOC BBKP SOEKARNO HATTA No. kuisioner : Enumerator : Waktu : Mulai

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN)

KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) KEAMANAN PANGAN PRODUK PETERNAKAN DITINJAU DARI ASPEK PASCA PANEN: PERMASALAHAN DAN SOLUSI (ULASAN) TANTAN R. WIRADARYA Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Pangan produk peternakan yang

Lebih terperinci

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab : Sub Lampiran 1 FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA Nama dan alamat fasilitas yang diperiksa Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT Pemilik Fasilitas (Perusahaan atau Perorangan)

Lebih terperinci

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI Lampiran 1. LEMBAR KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI A. IDENTITAS INFORMAN Nama :. Alamat : Usia :.Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Pendidikan terakhir : Unit Kerja : Masa kerja

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.04.12.2207 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG PEMOTONGAN HEWAN RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR SERTA SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KABUPATEN BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN NILAI ph POSTMORTEM DAGING SAPI YANG DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN RESTRAINING BOX ROHIMAN ALIYANA HERMANSYAH

PERUBAHAN NILAI ph POSTMORTEM DAGING SAPI YANG DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN RESTRAINING BOX ROHIMAN ALIYANA HERMANSYAH PERUBAHAN NILAI ph POSTMORTEM DAGING SAPI YANG DIPOTONG DENGAN MENGGUNAKAN RESTRAINING BOX ROHIMAN ALIYANA HERMANSYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRACT ROHIMAN ALIYANA HERMANSYAH.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat negara kita baru mulai bangkit dari krisis, baik krisis ekonomi, hukum dan kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 381/Kpts/OT.140/10/2005 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI KONTROL VETERINER UNIT USAHA PANGAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

Analisa Mikroorganisme

Analisa Mikroorganisme 19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu burung merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas bagi masyarakat karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku. Penerapan sanitasi dan higiene diruang penerimaan lebih dititik beratkan pada penggunaan alat dan bahan sanitasi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembibitan Ayam Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler konsumsi yang memiliki produksi unggul. Bibit- bibit yang bisa dikembangkan di Indonesia

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU UTARA

GUBERNUR MALUKU UTARA PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA NOMOR : 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LALU LINTAS, PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS DI WILAYAH PROPINSI MALUKU UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

2 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran No.1018, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Pembibitan. Itik Lokal. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Rumah Pemotongan Hewan (RPH) merupakan bangunan atau kompleks bangunan yang dibuat menurut bagan tertentu di suatu kota yang digunakan sebagai tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dan sedang berusaha mencapai pembangunan sesuai dengan yang telah digariskan dalam propenas. Pembangunan yang dilaksakan pada hakekatnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/Permentan/OT.140/7/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN ITIK LOKAL YANG BAIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Regulasi sanitasi Industri Pangan

Regulasi sanitasi Industri Pangan Regulasi sanitasi Industri Pangan Nur Hidayat Regulasi Undang Undang No. 7 Tahun 1996 Tentang : Pangan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang: Keamanan, Mutu Dan Gizi Pangan

Lebih terperinci

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK

IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG Latar Belakang DI JAWA BARAT oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Highly Pathogenic Avian influenza(hpai) adalah satu

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO,

Lebih terperinci