BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tandelilin (2010: 26) menjelaskan bahwa pasar modal adalah pasar untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tandelilin (2010: 26) menjelaskan bahwa pasar modal adalah pasar untuk"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Tandelilin (2010: 26) menjelaskan bahwa pasar modal adalah pasar untuk memperjualbelikan saham yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Menurut Sartono (2008: 21), pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Undang Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 dalam Sartono (2008: 22) juga menjelaskan bahwa pasar modal adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki kesamaan dengan jenis pasar lainnya seperti pasar uang, pasar komoditas, ataupun pasar berjangka. Jika pembeli lebih banyak daripada penjual, maka harga akan menjadi tinggi, sedangkan ketika pembeli lebih sedikit daripada penjual, maka harga akan turun. Begitu juga dengan aktivitas yang dilakukan di pasar modal. Kegiatan yang dilakukan sama dengan jenis pasar lain, hanya saja yang membedakan adalah instrumen dari masing-masing jenis pasar tersebut. Pasar modal memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka

2 9 panjang untuk investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan, dan sarana produksi lainnya (Sartono, 2008: 21). Pasar modal juga bukan hanya dimanfaatkan secara individual sebagai investasi pribadi, namun pasar modal dipandang sebagai sarana yang efektif dalam kegiatan menghimpun dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan yang disalurkan kepada sektorsektor produktif. Instrumen pasar modal disebut dengan efek atau surat berharga. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek sebagai surat berharga, yaitu seperti surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek (Tandelilin, 2010: 30). Samsul (2006: 45) menjelaskan bahwa saham merupakan tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder). Saham terdiri dari dua jenis yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham preferen memiliki keistimewaan lebih dibandingkan dengan saham biasa, karena saham preferen memiliki hak lebih dahulu dalam pembagian laba dan saham yang memiliki hak kumulatif. Sedangkan saham biasa dibagikan labanya setelah saham preferen terpenuhi. 2.1 Investasi Pengertian Investasi Tandelilin (2010: 2) menyatakan bahwa investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang. Investasi bukan hanya

3 10 dilakukan di bagian pendanaan, namun waktu yang diluangkan untuk membaca adalah contoh investasi untuk masa depan yang lebih baik. Begitu juga dengan sumber daya lainnya yang diinvestasikan. Komitmen investor (pelaku investasi) dalam investasi menunjukkan adanya harapan dari investor untuk mendapatkan imbal hasil dimasa yang akan datang dalam jangka panjang. Sedangkan Jogiyanto (2003: 5) menyatakan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu. Pandangan terhadap investasi bukanlah hanya mengenai pengorbanan satu unit konsumsi saat ini untuk keuntungan dimasa yang akan datang. Pengorbanan harus disertai dengan produksi yang efisien dengan tujuan untuk menghasilkan imbal hasil lebih dari yang telah diinvestasikan saat ini tersebut. Investasi dalam penelitian ini yaitu investasi saham sektor finansial berupa saham yang dilakukan di pasar modal. Komitmen atas dana yang diinvestasikan mempunyai harapan keuntungan yang diperoleh dari selisih harga jual dan beli saham dan pembagian dividen diakhir tahun. Investasi saham tergolong investasi jangka panjang. Pelaku investasi (investor) dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Investor individu Investor individu terdiri dari individu-individu yang secara perseorangan melakukan penanaman saham. 2. Investor institusional Investor institusional dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memiliki kelebihan dana.

4 Tujuan Investasi Menurut Tandelilin (2010: 8), secara umum tujuan investasi adalah dalam rangka memenuhi kesejahteraan investor. Kesejahteraan yang dirasakan investor dalam kegiatan investasi merupakan kesejahteraan moneter. Kesejahteraan moneter terbentuk karena adanya imbal hasil dari aset yang telah diinvestasikan dimasa yang akan datang. Imbal hasil yang positif didapatkan oleh investor ketika investasinya mengalami keuntungan. Tujuan investasi lainnya yaitu (Tandelilin, 2010: 8): 1. Kehidupan yang layak dimasa depan Awal mula investasi adalah kelebihan dana dari investor. Kelebihan dana ini berasal dari dana pribadi dan dana pinjaman. Kelebihan ini kemudian diinvestasikan untuk keuntungan dimasa yang akan datang. 2. Mengurangi tekanan inflasi Berinvestasi dalam kepemilikan perusahaan atau objek lain berdampak kepada penghindaran diri investor dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. 3. Dorongan untuk menghemat pajak. Pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang usaha tertentu mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat Proses Investasi Pemahaman mengenai proses investasi, harus diawali dari pemahaman mengenai konsep dasar investasi. Dasar keputusan investasi adalah pemahaman hubungan return dan risiko. Return (tingkat pengembalian) yang diperhitungkan investor

5 12 terdiri dari expected return (return ekspektasi) dan actual return (return realisasi). Return ekspektasi merupakan harapan dari tingkat pengembalian dimasa yang akan datang, sedangkan return realisasi merupakan tingkat pengembalian yang telah diterima oleh investor. Nilai return realisasi yang lebih rendah dari return ekspektasi menunjukkan adanya risiko investasi. Nilai risiko searah dengan nilai return ekspektasi artinya semakin besar nilai return ekspektasi maka semakin besar risiko yang akan dihadapi. Proses dalam melalukan investasi, antara lain (Tandelilin, 2010: 12): 1. Penentuan tujuan investasi Setiap investor memiliki tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan invetasi. Investor yang menginginkan return yang tinggi akan lebih memilih saham karena mudah diperjualbelikan. Sedangkan investor yang tidak menginginkan risiko yang tinggi maka tidak akan memilih saham. 2. Penentuan kebijakan investasi Penentuan kebijakan investasi meliputi 2 (dua) hal yaitu penentuan alokasi aset dan batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi. Penentuan alokasi aset menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset. Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung. 3. Pemilihan strategi investasi Pemilihan strategi harus sesuai dengan dua tahapan sebelumnya. Ada 2 (dua) strategi portofolio yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi penggunaan informasi yang tersedia dan

6 13 teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang baik. Sedangkan strategi portofolio pasif adalah semua informasi yang ada akan diserap dan diterapkan pada harga saham. 4. Pemilihan aset Setelah menentukan strategi portofolio yang dipilih, langkah selanjutnya yaitu pemilihan aset. Tujuan pada tahapan ini yaitu untuk mengetahui kombinasi portofolio yang efisien. 5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Tahapan ini merupakan tahapan terakhir. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio dilakukan untuk mengetahui pengukuran dan perbandingan portofolio yang dipilih kemudian dibandingkan dengan portofolio lain Tipe-Tipe Investasi Jogiyanto (2003: 7) menjelaskan bahwa ada 2 (dua) tipe investasi ke dalam aktiva keuangan yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. 1. Investasi langsung Investasi langsung dapat diartikan sebagai investasi yang dilakukan dengan membeli aktiva keuangan baik yang dapat diperjualbelikan atau tidak dapat diperjualbelikan. Aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan biasanya didapatkan di pasar uang, pasar modal, atau pasar turunan. Aktiva keuangan di pasar uang hanya memiliki jangka waktu yang pendek seperti T-bill, sedangkan aktiva yang dijual di pasar modal memiliki jangka waktu yang panjang seperti saham. Aktiva keuangan yang tidak dapat diperjualbelikan biasanya berasal dari bank komersial seperti tabungan atau sertifikat deposito.

7 14 2. Investasi tidak langsung Investasi tidak langsung merupakan investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi yaitu perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual jasa tersebut ke publik dan menggunakan data yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolio. 2.3 Analisis Saham Francis (1991) dalam Kodrat dan Indonanjaya (2010: 271) mengemukakan terdapat dua tipe dasar dalam menganalisis saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai analisis teknikal dan analisis fundamental antara lain: 1. Analisis teknikal Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume perdagangan, dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal menggunakan data pasar dari saham untuk menentukan nilai dari saham. Tujuan analisis teknikal yaitu untuk mengetahui pergerakan saham dari satu waktu ke waktu yang lainnya. 2. Analisis fundamental Analisis fundamental mempraktikkan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut (Martalena dan Malinda, 2011: 47). Tujuan utama analisis fundamental yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

8 15 pergerakan saham, baik faktor internal atau eksternal. Gambar 2.1 menjelaskan alur dalam analisis fundamental untuk mengetahui harga saham dimasa yang akan datang (Martalena dan Malinda, 2011: 47). Penilaian Analisis fundamental 1. Manfaat yang dirasakan dalam bentuk dividen maupun laba 2. Risiko investasi akan memengaruhi tingkat keuntungan yang layak Analisis ekonomi, bisnis, dan perusahaan Gunakan model valuasi dividen atau model PER Sumber: Martalena dan Malinda (2011: 47) Gambar 2.1 Alus Analisis Fundamental Tiga analisis yang digunakan dalam analisis fundamental yaitu (Martalena dan Malinda, 2011: 48): a. Analisis ekonomi Perkiraan akan gejala-gejala perekonomian dimasa yang akan datang dilakukan untuk memperkirakan gerakan pasar dan berapa lama perubahan tersebut akan terjadi. Beberapa hal yang tergolong dalam analisis ekonomi yaitu tingkat inflasi. Tingkat inflasi mempunyai pengaruh terhadap pasar modal, karena kebijakan moneter mempunyai dampak penting bagi perekonomian maupun harga saham. Begitu juga dengan indeks harga saham gabungan (IHSG). IHSG akan mengalami penurunan ketika tingkat suku bunga deposito meningkat, karena masyarakat akan lebih memilih berinvestasii ke bank dibandingkan dengan berinvestasi ke pasar modal.

9 16 b. Analisis industri Para analis industri mengelompokkan industri menjadi tiga di dalam analisis industri, yaitu: 1) Growth industry yaitu industri yang pertumbuhan laba jauh di atas ratarata industri. 2) Defensive industry yaitu industri yang tidak banyak terpengaruh oleh kondisi perekonomian. 3) Cyclical industry yaitu industri yang sangat peka terhadap perubahan ekonomi. Ada beberapa aspek kualitatif dalam analisis industri yaitu: 1) Kinerja historis yang dilihat dari pertumbuhan laba dan penjualan serta perubahan harga. 2) Persaingan yang bisa berasal dari pesaing baru, meningkatnya bargaining power konsumen, persaingan antarsesama, dan produk substitusi. 3) Kebijakan pemerintah bisa berpengaruh langsung terhadap industri tersebut. 4) Perubahan struktural bisa terjadi ketika permintaan akan kualitas yang lebih baik. c. Analisis perusahaan Analisis perusahaan dilihat dari variabel-variabel yang memengaruhi nilai instrinsik saham. Analisis ini bisa dilakukan dengan dividen discount model (PV) atau multiplier Price Earning Ratio (PER). Sudut pandang PER lebih mencakup mengenai investor meskipun pihak manajemen juga membutuhkan terhadap rasio ini. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak

10 17 menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih baik (Hanafi dan Halim, 2014: 83). Multiplier PER atau rasio (R) menjelaskan perputaran laba per lembar saham (earning per share). Multiplier PER dapat dihitung dengan dua cara, yaitu (Samsul, 2006: 167): 1) R teoritis Setiap investor mengharapkan tingkat return yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan investor memiliki taksiran risiko berbeda atas suatu investasi yang sama. R merupakan kebalikan dari return. Rumus PER yaitu: P = E x R...(2.1) P E R = Price atau harga saham = Earning per share atau laba per lembar saham = Rasio Rumus R teoritis yaitu: P = E k...(2.2) Nilai k adalah cost of capital atau minimum rate of return atau return ekspektasi. Untuk mendapatkan nilai k, investor dapat melakukan dua cara (1) intuitif, yaitu berdasarkan pengalaman dan keberanian, dan (2) rasional, yaitu menggunakan perhitungan secara ilmiah, misalnya CAPM. 2) R aktual R aktual dapat dihitung apabila terdapat dua unsur yang sudah diketahui yaitu harga aktual dan laba per saham aktual. Oleh karena itu rumus R aktual yaitu: R = Paktual Eaktual...(2.3)

11 Return dan Risiko Saham Individu Return Saham Individu Return merupakan tingkat pengembalian atas objek yang telah diinvestasikan. Menurut Samsul (2006: 291), return saham adalah pendapatan yang dinyatakan dalam persentase dari modal awal investasi. Sumber return terdiri dari dua komponen antara lain (Tandelilin, 2010: 102): a. Capital gain atau Capital loss Capital gain merupakan selisih untung dari harga investasi sekarang dikurangi dengan harga investasi periode sebelumnya. Capital loss adalah selisih rugi dari harga investasi sekarang dikurangi dengan harga investasi periode sebelumnya. b. Yield Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Dalam investasi saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang investor peroleh. Menurut Jogiyanto (2003: 109) ada dua jenis return, yaitu: 1. Actual return (return realisasi) Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return realisasi digunakan dalam penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa yang akan datang. Formula umum yang digunakan untuk menghitung return yaitu (rumus 2.4):

12 19 Return total = Capital gain (loss) + Yield...(2.4) Capital gain atau Capital loss = (P t P t 1 ) P t 1...(2.5) Keterangan: P t = Harga atau nilai pada periode t P t-1 = Harga atau nilai pada periode sebelumnya (t- 1 ) Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan capital gain atau loss dalam menghitung return saham (rumus 2.5). 2. Expected return (return ekspektasi) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa mendatang dan bersifat belum terjadi. Return ekspektasi dapat dihitung dengan cara: E(R i ) = ƩRti n (2.6) Keterangan: R ti n = Jumlah return saham i untuk tahun t = Jumlah periode Selain return saham, ada juga return pasar. Return pasar didapatkan dari indeks harga saham gabungan (IHSG). Perhitungan return pasar antara lain: R m(t) = (IHSG t IHSG t 1 ) IHSG t 1...(2.7) Keterangan: IHSG t IHSG t-1 = IHSG pada periode t = IHSG pada periode sebelumnya (t-1)

13 20 Return ekspektasi pasar dapat dihitung dengan cara: E(R m ) = Keterangan: ƩRm (i) n (2.8) R mi n = Return pasar i untuk tahun t = Jumlah periode Risiko Saham Selain memperhatikan return, seorang investor harus mengetahui risiko yang dihadapinya. Risiko merupakan ketidaksesuaian antara return realisasi dan return ekspektasi. Return ekspektasi yang lebih tinggi dari return realisasi menimbulkan risiko. Semakin tinggi return ekspektasi maka semakin besar risiko yang akan dihadapi investor. Menurut Horne dan Wachowics (1992) dalam Jogiyanto (2003: 1), risiko merupakan variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Metode yang banyak digunakan dalam pengukuran risiko yaitu standar deviasi. Standar deviasi mengukur absolut penyimpangan nilai-nilai yang sudah terjadi dengan nilai yang diharapkan. Nilai harapan yang digunakan dalam rumus standar deviasi adalah nilai harapan berdasarkan rata-rata historis atau tren atau random walk atau berdasarkan probabilitas (Jogiyanto, 2003: 131). Sebelum menghitung standar deviasi, lebih dahulu menghitung varian saham dengan cara: σ²ᵢ = Ʃ [R t(i) - E(R i )] 2 / n-1...(2.9) Keterangan: E(R i ) = Return ekspektasi saham i R t(i) n = Return saham i = Jumlah periode

14 21 Standar Deviasi = σ²ᵢ (2.10) Tandelilin (2010: 103) menjelaskan bahwa risiko yang dihadapi oleh investor dan memengaruhi nilai investasi bersumber dari: a. Risiko suku bunga Perubahan suku bunga akan memengaruhi harga saham secara terbalik (cateris paribus). Pengaruh ini terjadi ketika suku bunga meningkat maka akan banyak investor yang beralih dari saham ke deposito dikarenakan return investasi terkait suku bunga juga akan meningkat dan berlaku kebalikannya. b. Risiko pasar Fluktuasi pasar ditunjukkan oleh berubahnya indeks saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak faktor seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, maupun perubahan politik. c. Risiko inflasi Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli rupiah yang telah diinvestasikan. Jika inflasi meningkat, investor banyak menuntut tambahan premium inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang dialami. d. Risiko bisnis Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu industri disebut risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi yang bergerak pada industri tekstil, maka akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik industri tekstil itu sendiri. e. Risiko finansial Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modal perusahaan. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko finansial yang akan dihadapi.

15 22 f. Risiko likuiditas Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu saham yang diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat suatu saham diperdagangkan, semakin likuid saham tersebut. g. Risiko nilai tukar mata uang Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. h. Risiko negara Risiko negara dapat dikatakan risiko politik karena sangat berkaitan dengan kondisi politik suatu negara. Selain macam-macam risiko yang disebutkan di atas, Tandelilin (2010: 104) juga menjelaskan bahwa di dalam berinvestasi dapat dipisahkan dua jenis risiko antara lain: a. Risiko sistematis Risiko sistematis dikenal juga risiko pasar. Risiko ini merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan, karena perubahan pasar akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. b. Risiko tidak sistematis Risiko ini berkaitan dengan perubahan kondisi mikro perusahaan penerbit saham. Risiko ini dapat dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi aset dalam suatu portofolio.

16 23 Selain risiko yang diatasi, sikap investor dalam menghadapi risiko juga dapat berbeda-beda. Sikap tersebut antara lain (Mardiyanto, 2009: 167): 1) Risk averter (penghindar risiko) Penghindar risiko adalah sikap investor yang menghindari risiko dan bersedia menerima tambahan risiko jika imbal hasilnya bertambah. 2) Risk neutral (indeferen risiko) Indeferen risiko adalah sikap investor yang netral terhadap risiko dan bersedia menerima tambahan risiko tanpa imbal hasilnya bertambah. 3) Risk seeker (pemburu risiko) Pemburu risiko adalah sikap investor yang menyukai risiko dan bersedia menerima tambahan risiko sekalipun imbal hasilnya berkurang. 2.5 Kovarian Saham Tandelilin (2010: 118) menjelaskan bahwa kovarians adalah ukuran absolut yang menunjukkan sejauh mana dua variabel mempunyai kecenderungan untuk bergerak secara bersama-sama. Dalam konteks manajemen portofolio, kovarians menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas mempunyai kecenderungan bergerak bersama-sama. Hal ini berarti kovarian menunjukkan hubungan antar dua saham yang dapat bergerak searah ataupun berlawanan. Basyaib (2007: 50) menjelaskan kovarian antara x i dan y i diperoleh dengan menggunakan rumus 2.11, yaitu: S xy = 1 n n xi x (yi y) i=1...(2.11)

17 24 Ghozali (2007) dalam Azizah dkk (2014: 861) secara matematis menuliskan rumus kovarian saham, yaitu: S (A,B) = n t=1[ RAT E RA RBT E RB ] n (2.12) Keterangan: R AT = Return saham A pada tahun t E(R A ) = Return ekspektasi saham A R BT = Return saham B pada tahun t E(R B ) = Return ekspektasi saham B n = Jumlah observasi Kovarians bisa berbentuk angka positif, negatif, ataupun nol (Tandelilin, 2010: 118). Kovarians positif berarti kecenderungan dua sekuritas bergerak ke arah yang sama, kovarian negatif berarti return dua buah sekuritas cenderung bergerak ke arah yang berkebalikan, sedangkan kovarians nol mengindikasikan pergerakan dua buah sekuritas bersifat independen satu dan lainnya (Tandelilin, 2010: 118). 2.6 Teori Portofolio Portofolio saham merupakan gabungan dari beberapa saham yang bertujuan untuk meningkatkan return dan mengurangi risiko investasi. Tujuan portofolio sesuai dengan keinginan para investor, karena investor menginginkan return yang maksimal dengan risiko yang minimal. Teori portofolio yang paling dikenal adalah teori portofolio Markowitz. Menurut J. Fred Weston dan Thoman E. Copeland (1992) dalam Aziz, dkk (2015: 366), teori portofolio merupakan teori modern mengenai pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian, tujuannya

18 25 adalah untuk memilih kombinasi yang optimal dari saham-saham yang dimiliki (portofolio efisien), dalam arti memberikan hasil tertinggi yang mungkin diharapkan bagi setiap tingkat risiko atau ringkat risiko terendah bagi setiap hasil yang diharapkan Konsep Dasar Portofolio Tandelilin (2010: 156) menjelaskan bahwa terdapat konsep dasar untuk memahami portofolio optimal, antara lain sebagai berikut: 1. Portofolio efisien dan portofolio optimal Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin memaksimalkan return harapan dengan tingkat risiko tertentu. Karakteristik portofolio seperti ini disebut portofolio yang efisien. Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio efisien. Tentunya portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return maupun terhadap risiko yang bersedia ditanggungnya. 2. Fungsi utilitas dan kurva indeferen Fungsi utilitas adalah fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Dalam konteks manajemen portofolio, fungsi utilitas adalah preferensi seorang investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing risiko dan tingkat return harapan. Fungsi utilitas digambarkan dalam grafik kurva indeferen. Kurva indeferen mencakup kumpulan portofolio dengan kombinasi return harapan dan risiko masingmasing yang memberikan utilitas yang sama bagi investor.

19 26 3. Aset berisiko dan aset bebas risiko Investor dapat memilih aset yang akan diinvestasikan ke dalam berbagai aset, baik aset berisiko atau aset bebas risiko. Pilihan yang diambil investor sesuai dengan keberanian dari investor masing-masing. Investor yang menghindari risiko akan berinvestasi pada aset yang bebas risiko. Aset bebas risiko adalah aset yang return realisasinya sudah memiliki kepastian dimasa yang akan datang. Contoh aset bebas risiko adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI), jika investor membeli SBI jangka 3 bulan dengan return 15%, maka pada tanggal jatuh tempo, return yang didapatkan adalah 15%. Aset berisiko adalah asetaset yang memiliki tingkat return realisasi dimasa depan masih mengandung ketidakpastian. Contoh aset berisiko adalah saham Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan return maksimal bagi investor dengan tingkat return tertentu, atau portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada portofolio efisien (Tandelilin, 2010: 160). Ketika seorang investor dihadapkan pada kondisi return yang sama namun investasi saham A memiliki risiko lebih kecil daripada risiko saham B, maka investor akan memilih saham A. Adapun saham C memiliki return yang tinggi dibanding A dan B, begitupun dengan risiko saham C, maka investor akan lebih memilih saham A atau saham B. Pilihanpilihan saham (A, B, dan C) merupakan portofolio efisien. Setelah menemukan berbagai macam portofolio efisien, investor akan memilih satu portofolio yang

20 27 paling baik di antara portofolio efisien yang dinamakan portofolio optimal. Portofolio optimal merupakan portofolio pilihan investor yang telah memenuhi karakteristik yang diinginkan oleh investor yaitu portofolio yang telah memiliki return maksimal dengan risiko yang minimal dibanding dengan portofolio lainnya Konsep Return dan Risiko Portofolio Estimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung return ekspektasi dan risiko suatu kumpulan aset individual yang dikombinasikan dalam suatu portofolio aset (Tandelilin, 2010: 119). Return ekspektasi dapat dihitung menggunakan rata-rata tertimbang dari return ekspektasi saham dan pembobotan nilai portofolio. Sedangkan risiko portofolio bukan hanya menjumlahkan seluruh risiko aset individual, namun memperhatikan komponen risiko akibat keterkaitan antar aset. Rumus untuk menghitung return portofolio antara lain (Widyandari dkk, 2012: 297): E(R p ) = W t ibl μ bl...(2.13) Keterangan: W (i)bl t μ bl = Transpose pembobotan portofolio saham ke i = Kelebihan return ekspektasi dari saham ke i Sedangkan risiko portofolio dapat dirumuskan menjadi (Widyandari dkk, 2012: 298): σ 2 p= W bl t SW bl...(2.14)

21 28 Keterangan: W bl t S = Transpose matriks pembobotan saham = Matriks kovarian Risiko portofolio juga dapat dihitung dengan rumus (Bodie et al, 2014: 967): Var (R p ) = W 2 x Var(R x ) + W 2 y Var(R y ) + 2W 2 xw 2 y Cov(R x,r y )...(2.15) Keterangan: W 2 x Var(R x ) W 2 y Var(R y ) = Pembobotan saham x = Risiko saham x = Pembobotan saham y = Risiko saham y Cov(R x,r y ) = Kovarian x dan y 2.7 Saham Indeks IDX30 Indeks IDX30 adalah indeks yang terdiri dari 30 saham yang konstituennya dipilih dari konstituen Indeks LQ45. Saham-saham pilihan dari Indeks LQ45 karena Indeks LQ45 dapat menggambarkan kinerja saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar. Jumlah saham yang terdiri dari 30 saham ini memudahkan dalam acuan memilih portofolio. Dasar pertimbangan pemilihan indeks IDX30 adalah faktor kuantitatif yang terkait dengan nilai, frekuensi, dan hari transaksi serta kapitalisasi pasar. Selain itu, Bursa Efek Indonesia juga mempertimbangkan informasi kelangsungan usaha, laporan keuangan, dan pertimbangan lain ( diakses pada 10 September 2015).

22 Model Black-Litterman Gambaran Model Black-Litterman Model Black-Litterman diperkenalkan pertama kali oleh Fisher Black dan Litterman tahun 1990 (Idzorek, 2005: 2). Idzorek (2005: 1) menyatakan bahwa model pengalokasian aset yang dibuat oleh Fisher Black dan Robbert Litterman merupakan metode pembangunan portofolio canggih yang mengatasi masalah yang tidak berdasarkan pada intusi, portofolio yang terkonsentrasi sangat tinggi, masukan sensitivitas, dan maksimalisasi perkiraan kesalahan. Widyandari dkk (2012: 298) menyatakan bahwa model Black-Litterman digunakan untuk mengatasi masalah yang dijumpai investor dalam menerapkan teori portofolio modern, dimulai dengan asumsi bahwa keseimbangan alokasi aset harus sebanding dengan nilai kapitalisasi pasar dari aset yang tersedia, dan kemudian dimodifikasi dengan memperhitungkan views (yaitu intuisi atau pandangan dari investor tentang dugaan banyaknya pengembalian aset yang akan didapatkan) dari investor. Black dan Litterman (1992) dalam Da dan Jagannathan (2005: 1) menjelaskan sebuah cara untuk menggabungkan pandangan investor ke dalam harga aset. Model Black-Litterman merupakan gabungan dari equilibirium return CAPM dan pandangan investor untuk menghasilkan opini baru sehingga menghasilkan return ekspektasi yang baru. Penambahan sumber yang berasal dari pandangan investor ini diberikan karena seharusnya pandangan investor juga diperhatikan dalam memilih pilihan saham yang akan diinvestasikannya. Model Black-Litterman mengajukan sebuah pendekatan dengan data sebelumnya, pertimbangan

23 30 keseimbangan, dan pandangan pribadi dari manajer portofolio tentang masa depan yang terdekat (Bodie et al, 2014: 966). Sumber: Idzorek (2005: 16) Gambar 2.2 Gambaran Model Black-Litterman Nilai koefisien risiko yang tidak disukai (risk aversion coefficient), matriks kovarian, dan pembobotan kapitalisasi pasar merupakan komponen untuk mendapatkan implied equilibirium return vector. Nilai-nilai tersebut merupakan sumber pertama dalam model Black Litterman. Sumber kedua yaitu pandangan investor dan ketidakpastian pandangan investor. Setelah disatukan maka muncul persamaan dalam menentukan return ekspektasi yang baru. Koch (2003: 15) menjelaskan bahwa persamaan yang digunakan untuk mengukur return ekspektasi dengan model Black-Litterman, yaitu: E[r] = [(τs) -1 +P t Ω -1 P] -1 [(τs) -1 π+p t Ω -1 Q] (2.16)

24 31 Nilai E(R bl ) merupakan distribusi posterior dari kombinasi vektor return. Distribusi return kombinasi yang baru sebagai distribusi posterior berdistribusi multivariate normal, sehingga dapat dibentuk kembali menjadi persamaan (Widyandari, dkk, 2012: 298): μ bl = π + (SP t ) (τ -1 Ω + P t SP) -1 (Q-Pπ)...(2.17) Keterangan: τ S Ω Π P Q = Parameter = Matriks kovarian = Ketidakpastian pandangan investor = Implied equilibirium return CAPM = Link matrix. = Pandangan investor Nilai μ bl merupakan perhitungan kelebihan return ekspektasi (expected excess return) model Black-Litterman yang didasarkan pada tingkat kepercayaan diri investor akan pandangan yang diberikan sebesar 100%. Keyakinan 100% ini didapatkan karena adanya sumber informasi tambahan untuk pandangan portofolio yang menyebabkan kepercayaan diri investor dalam pandangan (Idzorek, 2005: 21). Komponen pembentuk kelebihan return ekspektasi model Black-Litterman antara lain: S (kovarian matriks) digambarkan dengan matriks n x n, P (link matrix) digambarkan dengan matriks k x n. Q (pandangan investor) digambarkan dengan vektor k x 1, Ω (ketidakpastian pandangan investor) digambarkan dengan matriks k x k, dan Π (Implied Equilibirium return CAPM) digambarkan dengan matriks vektor n x 1.

25 Sumber Model Black-Litterman 1. Equilibirium Return CAPM A. Capital Asset Pricing Model (CAPM) Capital Asset Pricing Model (CAPM) pertama kali dikembangkan secara terpisah oleh Sharpe (1964), Linter (1965), dan Mossin (1969). CAPM merupakan suatu model yang bisa menunjukkan hubungan tingkat return yang diharapkan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Jogiyanto (2003: 340) menjelaskan bahwa dalam CAPM terdapat asumsi-asumsi, antara lain sebagai berikut: 1) Semua investor mempunyai cakrawala waktu satu periode yang sama. Investor memaksimumkan kekayaannya dengan memaksimumkan utiliti harapan dalam satu periode yang sama. 2) Semua investor melakukan pengambilan keputusan investasi berdasarkan pertimbangan nilai return ekspektasi dan deviasi standar return portofolio. 3) Semua investor mempunyai harapan yang seragam terhadap faktorfaktor input yang digunakan untuk keputusan portofolio. 4) Semua investor dapat meminjamkan sejumlah dana atau meminjam sejumlah dana dengan jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga bebas risiko. 5) Penjualan pendek diizinkan. 6) Semua aktiva dapat dipecah-pecah menjadi bagian yang lebih kecil dengan tidak terbatas.

26 33 7) Semua aktiva dapat dipasarkan secara likuid sempurna. 8) Tidak ada biaya transaksi. 9) Tidak terjadi inflasi. 10) Tidak ada pajak pendapatan pribadi 11) Investor adalah penerima harga. 12) Pasar modal dalam kondisi ekuilibrium B. Komponen Capital Asset Pricing Model (CAPM) Secara umum persamaan CAPM yaitu (Jogiyanto, 2003: 358): R i = R f + β i. [E(Rm) - R f ]..... (2.18) Keterangan: R i R f β i = Return saham = Return bebas risiko = Beta/Risiko saham E(R M ) = Expected return pasar Komponen dalam CAPM meliputi: a) Return saham Return saham merupakan tingkat pengembalian dari saham yang diinvestasikan. Return didapatkan dari data historis saham perusahaan yang tersedia di Perhitungan return saham dilihat dari harga saham saat ini dikurangi harga saham sebelumya dan dibagi dengan harga saham sebelumnya seperti dijelaskan pada rumus 2.5.

27 34 b) Beta saham Beta menggambarkan risiko yang tidak dapat didiversifikasi. Pengukuran beta dilakukan dengan data historis berupa return saham dan return pasar. Pengukuran beta sangat penting karena beta dapat digunakan untuk menganalisis suatu saham atau portofolio. Jogiyanto (2003: 274) merumuskan perhitungan beta dengan: βᵢ = n t=1 Rᵢt E Rᵢ. Rmt E Rm n t=1 Rmt E Rm ².....(2.19) Keterangan: R it E(R i ) R mt E(R m ) = Return saham i waktu t = Return ekspektasi saham i = Return pasar waktu t = Return ekspektasi pasar Atau dengan rumus: βᵢ = σim σ²m (2.20) Keterangan: βᵢ σᵢμ σ 2 Μ = Beta saham = Kovarian return pasar = varian pasar Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu saham atau portofolio terhadap risiko pasar. Tandelilin (2003: 266) menjelaskan bahwa beta bisa bernilai 1 menunjukkan risiko sistematik suatu saham atau portofolio sama dengan risiko pasar berarti jika return pasar

28 35 bergerak naik atau turun, return saham atau portofolio juga bergerak naik atau turun sama besarnya mengikuti return pasar. c) Return bebas risisko Return bebas risiko merupakan return yang sudah memiliki kejelasan dimasa yang akan datang. Return bebas risiko berupa Sertifikat Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia ( Return bebas risiko dihitung dengan mencari rata-rata tingkat suku bunga per tahun, kemudian hasilnya diambil rata-rata per bulan dan dibagi 100 (Ramli, 2010: 1094) d) Return pasar Return pasar didapatkan dari indeks harga saham gabungan yang terpublikasi di Perhitungan return pasar dapat dilihat pada rumus 2.7. C. CAPM dalam perhitungan Model Black-Litterman Perhitungan model Black-Litterman yang menggunakan perhitungan CAPM antara lain: a) Implied equilibirium return CAPM Nilai implied equilibirium return CAPM dapat dilihat dari persamaan (Idzorek, 2005: 3): Π = λsw mkt (2.21) Keterangan: λ S = Risk aversion coefficient = Kovarian matriks

29 36 W mkt =Market capitalization weight b) Matriks kovarian Matriks kovarian yang merupakan hubungan antara dua saham dapat dilakukan menggunakan rumus Nilai diagonal dalam matriks kovarian merupakan nilai varian atau risiko masing-masing saham. 2. Pandangan Investor Model Black-Litterman memberikan pandangan yang diekspresikan dalam pandangan absolut dan pandangan relatif. Pandangan absolut merupakan harapan pengembalian untuk aset individu, sedangkan pandangan relatif merupakan harapan pengembalian untuk sejumlah aset yang berkaitan (Koch, 2003: 17). Pandangan investor merupakan salah satu yang memengaruhi investor dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Contoh pandangan absolut dan pandangan relatif yaitu: a) Perusahaan A akan mengalami peningkatan sebesar 2% (pandangan absolut). b) Perusahan B akan menghasilkan peningkatan 2% dibandingkan dengan perusahaan C (pandangan relatif). Pandangan investor dilihat dari estimasi harga saham menggunakan multiplier PER (R). Multiplier PER menunjukkan berapa kali laba per lembar saham modal dapat dikembalikan. Perhitungan R menggunakan R aktual seperti rumus (2.3). Setelah ditemukan nila R, peneliti menghitung perkiraan pandangan ke dalam ukuran persentase. Hasil perhitungan PER akan dijadikan bahan perhitungan untuk pandangan investor (Q), link matrix (P), dan

30 37 ketidakpastian investor (Ω). Pandangan investor diasumsikan dengan persen (%). Link matrix diasumsikan dengan nilai 0 yang artinya tidak memiliki pandangan investor, -1 yang artinya pandangan investor bernilai negatif atau pengalami penurunan atau tidak ada peningkatan dibandingkan dengan perusahaan lain, dan bernilai 1 jika pandangan investor bernilai positif atau mengalami peningkatan atau lebih meningkat dibandingkan dengan perusahaan lain. Sedangkan ketidakpastian pandangan investor merupakan hasil kali dari kovarian matriks dan link matrix Kelebihan dan Kekurangan Model Black-Litterman Model Black-Litterman tidak pernah lepas dari dua sumber yang membentuk model tersebut. Pandangan investor dan equilibirium return CAPM menjadi sumber dalam model tersebut. Setiap model pengukuran portofolio tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari model Black-Litterman yaitu memasukkan pandangan investor yang dalam hal ini investor tentunya memiliki pandangan sendiri ketika akan melakukan investasi, bukan hanya melihat data historis saja. Harapan dari keikutsertaan pandangan investor dalam menentukan return ekspektasi yaitu keuntungan yang lebih tinggi. Kelebihan Black-Litterman juga yaitu dapat menutupi beberapa permasalahan yang dihadapi ketika menggunakan model mean variance (Subekti, 2009: 4). Namun, tidak semua masalah terselesaikan dengan model Black-Litterman. Terdapat permasalahan dari mean variance yang masih belum bisa ditangani.

31 Pengukuran Kinerja Portofolio Pengukuran kinerja portofolio dapat dilakukan dengan cara (Manurung, 2007: 123) (Husnan, 2001: ): 1. Indeks Treynor Treynor mengasumsikan bahwa portofolio sangat diversifikasi. Oleh karena itu, indeks Treynor menyatakan series kinerja portofolio dihitung dari hasil bersih portofolio dengan tingkat bunga bebas risiko per unit risiko pasar portofolio dan diberi simbol T p. Rumus indeks Treynor yaitu (rumus 2.22): T p = Rp Rf...(2.22) βp R p = Rerata return portofolio R f = Rerata return bebas risiko β p = Beta portofolio Indeks Treynor merupakan suatu rasio kompensasi terhadap risiko, namun dalam indeks ini risiko bukan diukur dari total risiko namun dari risiko sistematis atau beta. Periode yang dipergunakan dalam indeks Treynor membutuhkan periode yang panjang, karena periode yang pendek memberikan hasil yang tidak wajar. Nilai ukuran Treynor akan dipilih yang tertinggi. 2. Indeks Sharpe Indeks Sharpe menggunakan konsep dari garis pasar modal dimana Sharpe menyatakan series kinerja portofolio dihitung dari hasil bersih portofolio dengan tingkat bunga bebas risiko per unit risiko pasar portofolio. Rumus indeks Sharpe yaitu:

32 39 Sp = Rp Rf...(2.23) σp R p = Rerata return portofolio R f = Rerata return bebas risiko σ p = Standar deviasi portofolio Indeks Sharpe merupakan rasio kompensasi terhadap total risiko. Jika portofolio sangat terdiversifikasi maka total risiko hampir sama dengan risiko sistematik. Ukuran Sharpe yang paling tinggi itulah portofolio yang memiliki kinerja terbaik. 3. Indeks Jensen Indeks Jensen merupakan sebuah ukuran absolut yang mengestimasi tingkat pengembalian konstan selama periode investasi dimana diperoleh tingkat pengembalian di atas (di bawah) buy-hold strategy dengan risiko sistematik yang sama. Rumus indeks Jensen yaitu: αp = R p -[R f + β p (R m - R f )]...(2.24) Keterangan: R p = Return portofolio R f = Return bebas risiko β p = Beta portofolio R m = Return pasar Penelitian ini menggunakan indeks Sharpe dalam pengukuran kinerja portofolio. Nilai indeks Sharpe tertinggi merupakan portofolio optimal. Peneliti memilih indeks Sharpe karena portofolio tidak lepas dari return dan risiko. Indeks Sharpe adalah indeks yang membahas total risiko.

33 Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diteliti berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas akan dilakukan pada return saham individu. Ketika return saham berdistribusi normal maka saham tersebut dapat dijadikan pilihan untuk pembentukan portofolio optimal. Uji normalitas yang akan digunakan yaitu uji Kolmogronov-Smirnov, dengan kriteria pengujian yaitu (Priyatno, 2012: 57): 1) Signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal. 2) Signifikansi < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Selain uji Kolmogronov-Smirnov, uji normalitas juga dilakukan dengan menggunakan Q-Q plot grafik. Q-Q plot grafik menunjukkan arah penyebaran return saham indiidu. Ketika return saham individu menyebar disekitar garis diagonal dan berkumpul, maka saham tersebut berdistribusi normal Uji Independensi (Uji t) Uji independensi atau uji t digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara dua sampel yang berbeda (tidak berhubungan) (Trihendradi, 2005: 34). Uji ini digunakan untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai uji independensi (uji t) didapatkan dari hasil uji regresi variabel independen dan variabel dependen. Kriteria signifikansi dalam uji independensi (uji t) yaitu nilai p-value < 0,05. Jika p-value di atas 0,05 maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan namun apabila nilai p-value kurang dari 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan antar variabel.

34 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang menguji portofolio saham menggunakan model Black-Litterman, antara lain sebagai berikut: 1. Subekti (2008), membahas tentang kombinasi equilibirium return CAPM dengan pandangan investor yang ditelusuri dengan pendekatan Bayes. Penelitian ini juga akan membandingkan secara singkat antara model Black- Litterman dengan model Mean-Variance. Penelitian ini juga menjelaskan asumsi investor yang memiliki keraguan dan asumsi investor yang tidak memiliki keraguan. Hasil dari penelitian ini yaitu model Black-Litterman menghasilkan kinerja yang lebih baik dan menguntungkan bagi seorang investor karena keterlibatan opini investor dalam memutuskan bobot dari asetaset dalam portofolio yang tidak terabaikan. Penelitian tersebut menghasilkan susunan portofolio yang berisikan empat saham dari indeks pasar S&P500 dan diperoleh return yang terbaik berasal dari pembobotan dengan model Black- Litterman dibandingkan dengan model Mean Variance. 2. Widyandari, Subanti, dan Sutrima (2012) melakukan penelitian yang menjelaskan tentang bagaimana pengukuran portofolio optimal menggunakan pendekatan Bayes yang ditunjukkan dengan urutan-urutan dalam melakukan penelitian, mulai dari uji normalitas return saham hingga terbentuk portofolio saham indeks LQ-45. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan berupa pembobotan dengan model Black-Litterman memberikan hasil portofolio yang lebih optimal dengan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan pembobotan melalui perhitungan data historis saja.

35 42 3. Prahutama dan Sugito (2015) melakukan penelitian dengan mengukur portofolio model Black-Litterman yang merupakan kombinasi dari equilibirium return CAPM dan pandangan investor sehingga membentuk opini yang baru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyusunan pembobotan portofolio menggunakan pembobotan model Black-Litterman tidak selalu memberikan indeks kerja yang lebih tinggi daripada penyusunan portofolio tanpa pembobotan Black-Litterman. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Judul Hasil 1 Subekti Aplikasi Model Black Membentuk (2008) Litterman dengan Pendekatan Bayes (Studi Kasus: Portofolio dengan 4 Saham dari S&P500) Mean Variance. 2 Widyandari, Subanti, Optimalisasi dan Sutrima Portofolio Saham pada (2012) Indeks LQ-45 dengan 3 Prahutama dan Sugito (2015) Sumber: jurnal Pendekatan Bayes melalui Model Black- Litterman Estimasi Portofolio Menggunakan Model Black-Litterman pada Data Harga Saham di Jakarta Islamic Indeks Periode susunan portofolio 4 saham S&P500 dan pembobotan dengan model Black-Litterman lebih baik dibandingkan dengan model Pembobotan portofolio dengan model Black-Litterman lebih baik dibandingkan dengan pembobotan menggunakan data historis saja. Penyusunan pembobotan portofolio menggunakan pembobotan model Black- Litterman tidak selalu memberikan indeks kerja yang lebih tinggi daripada penyusunan portofolio tanpa pembobotan Black-Litterman. Hasil penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan membuat peneliti tertarik untuk melakukan pengukuran portofolio dengan model Black-Litterman seperti penelitian terdahulu di atas. Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu samasama mengukur portofolio optimal menggunakan model Black-Litterman.

36 43 Sedangkan perbedaan antara peneliti dengan penelitian terdahulu adalah indeks saham yang berbeda, jumlah saham perusahaan yang diteliti, tahun penelitian, dan pendekatan dalam pengukuran portofolio optimal Kerangka Pemikiran Investasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan dimasa depan. Investasi dapat dilakukan di sektor aset riil maupun finansial. Perbedaan di kedua sektor ini adalah nilai return yang didapatkan. Return pada sektor finansial lebih tinggi dibandingkan dengan sektor riil. Contoh investasi finansial adalah saham. Pergerakan harga saham cenderung cepat dan terus meningkat. Jika tahun 2015 mampu membeli saham dengan harga Rp per lembar saham, maka 2 tahun ke depan nilai tersebut dapat menjadi Rp atau lebih per lembar saham. Return pada investasi saham juga mencakup 2 (dua) komponen yaitu capital gain atau capital loss dan yield. Capital gain atau loss didapatkan saat jual beli berlangsung, sedangkan yield pada waktu-waktu tertentu atau lebih dikenal dengan dividen. Return dan risiko seperti dua sisi mata uang logam. Return dan risiko tidak dapat dipisahkan. Semakin tinggi return maka semakin besar pula risiko yang akan dihadapi investor. Risiko merupakan penyimpangan dari harapan. Risiko dapat diartikan sebagai ketidaksesuaian anatara return realisasi dan return ekspektasi. Ketika return realisasi lebih kecil dari return ekspektasi, maka muncul risiko. Kondisi return dan risiko yang selalu berjalan seiringan membuat investor harus memiliki strategi khusus untuk mengurangi risiko yang dihadapi.

37 44 Investor dapat melakukan strategi diversifikasi saham untuk mengurangi risiko investasi. Diversifikasi merupakan penganekaragaman aset. Diversifikasi saham dilakukan dengan membagi aset yang dinvestasikan ke berbagai saham. Tujuannya adalah ketika saham yang satu mengalami kerugian maka investor tidak mengalami kerugian yang berarti karena masih terdapat saham-saham lain yang menghasilkan keuntungan. Diversifikasi aset yang diinvestasikan menghasilkan suatu portofolio. Portofolio merupakan gabungan dari beberapa aset. Terbentuknya portofolio-portofolio atas suatu saham dapat membantu investor dalam mencapai return yang maksimal dengan risiko yang minimal. Beberapa pilihan portofolio saham dinamakan portofolio efisien, sedangkan pilihan yang paling tepat dalam portofolio efisien dinamakan portofolio optimal. Portofolio yang baik adalah portofolio optimal karena terdiri dari saham-saham yang terbaik yang termasuk dalam portofolio efisien. Perkembangan model pengukuran portofoliopun terus dilakukan. Model Black- Litterman yang dikeluarkan oleh Fisher Black dan Robbert Litterman pada tahun 90an, merupakan model baru yang mengkombinasikan equilibiriun return CAPM dan pandangan investor untuk menghasilkan return yang baru. Komponen penting dalam model Black-Litterman adalah equilibiriun return CAPM dan pandangan investor. Capital Aset Pricing Model (CAPM) merupakan model keseimbangan yang menghubungkan hubungan return dan risiko. Komponen dalam CAPM yaitu return saham, return pasar, return bebas risiko, dan beta. CAPM hanya menggunakan data historis saja. Pandangan investor yang juga mendukung pembentukan return ekspektasi baru dalam model Black-Litterman adalah komponen yang membedakan model Black-Litterman dengan model lain.

38 45 Hasil dari perhitungan dengan model Black-Litterman adalah terbentuknya portofolio optimal. Portofolio optimal berisi saham-saham yang memiliki tingkat pengembalian yang maksimal dengan risiko yang minimal. Portofolio optimal kemudian dijadikan bahan untuk pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Investor dapat melihat pembobotan yang telah dihasilkan sehingga mampu memilih saham terbaik untuk berinvestasi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pikir yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar 2.3. Investasi Saham Return Risiko Strategi Investasi Model Black-Litterman Equilibirium Return CAPM Pandangan Investor Pembobotan Portofolio Efisien Pengukuran kinerja Portofolio Portofolio Optimal Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Adapun penelitian mengenai CAPM salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dewi Irawati (2010) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Metode CAPM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan untuk mengubah satu unit konsumsi dimasa sekarang yang akan menghasilkan lebih dari satu unit konsumsi dimasa yang akan datang. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika penulisan dalam pembuatan laporan tugas akhir. 1.1 Latar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Investasi Menurut Sharpe et.al (1997:1) : Investasi dalam pengertian luas, berarti pengorbanan dollar sekarang. Dua berbeda atribut biasanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-trem financial assets (Sartono, 2008). Salah satu kegiatan pasar modal seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal banyak dan cepat mendapatkan keuntungan. Tandelilin (2010: 2)

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal banyak dan cepat mendapatkan keuntungan. Tandelilin (2010: 2) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendapatkan keuntungan dalam berinvestasi karena berinvestasi membutuhkan modal banyak dan cepat mendapatkan keuntungan. Tandelilin (2010: 2) menjelaskan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam pasar modal saat ini kian menarik banyak investor untuk melakukan investasi. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor.

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi tersebut ada suatu keuntungan (return) yang diinginkan oleh investor. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu penanaman modal secara langsung ataupun tidak langsung, jangka pendek maupun jangka panjang, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA

INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA INVESTASI PADA PASAR MODAL DAN RISIKONYA Mursidah Nurfadillah STIE Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT Invesment basically aim to get the advantage, but in itself invesment do not be quit of the happening

Lebih terperinci

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals dan Sektor Trade, Service, and Investment) Nama : Golden Jr. Aliakur NIM :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang besar dan risiko yang kecil dalam usahanya tersebut. Banyak strategi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

ESTIMASI PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK- LITTERMAN PADA DATA HARGA SAHAM DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE

ESTIMASI PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK- LITTERMAN PADA DATA HARGA SAHAM DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE ESTIMASI PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK- LITTERMAN PADA DATA HARGA SAHAM DI JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE 009-0 Alan Prahutama, Sugito, Jurusan Statistika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Konsumsi Kebutuhan Inflasi Apa sih alasan berinvestasi Peningkatan Nilai Kekayaan Keinginan Ketidakpastian masa depan Penanaman uang dengan harapan : 1. Mendapat hasil, dan 2.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

BAB II LANDASAN TEORI. penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh 12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan tersebut (Rodoni, 1996). Investasi pada hakikatnya meruapakan penempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat

BAB I PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah kesejahteraan secara finansial. Di dalam investasi terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Tujuan investasi adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan

I. PENDAHULUAN. investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan. mengharapkan return (tingkat pengembalian) berupa capital gain, dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kegiatan yang sangat menarik bagi seorang investor. Para investor yang menginvestasikan dananya, pasti akan mengharapkan return

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini banyak orang tertarik untuk melakukan investasi. Mereka berharap dengan melakukan investasi dapat memperoleh keuntungan di waktu mendatang. Sesuai

Lebih terperinci

PENDEKATAN ALTERNATIF LEAST DISCRIMINANT PADA MODEL BLACK-LITTERMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI

PENDEKATAN ALTERNATIF LEAST DISCRIMINANT PADA MODEL BLACK-LITTERMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PENDEKATAN ALTERNATIF LEAST DISCRIMINANT PADA MODEL BLACK-LITTERMAN TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Investasi merupakan kegiatan yang membawa konsekuensi untung dan rugi. Hal yang mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan tertentu. Investasi memiliki 2 bentuk yaitu investasi pada real asset produktif seperti

Lebih terperinci

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Risiko Investasi Pada Saham, pernah dilakukan oleh Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan Properti yang

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemodelan matematika terbentuk untuk menyelesaikan suatu permasalahan di kehidupan nyata yang dapat diselesaikan dengan pendekatan matematis. Salah satu konsep yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

Dua model keseimbangan:

Dua model keseimbangan: Dua model keseimbangan: 3/40 Capital Asset Pricing Model (CAPM) Arbitrage Pricing Theory (APT) CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) CAPM adalah model hubungan antara tingkat return harapan dari suatu aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis semakin tinggi. Semakin banyak perusahaan baru yang muncul untuk bersaing dengan perusahaan lama. Tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA. korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Portofolio Harry Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950- an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

Rita Indah Mustikowati, SE, MM

Rita Indah Mustikowati, SE, MM Rita Indah Mustikowati, SE, MM TINGKAT PENGEMBALIAN Tingkat pengembalian disebut juga return Return berarti keuntungan atau tingkat pengembalian yang diharapkan Pengembalian investasi adalah dalam bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

PENDAHULUAN. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada. saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Namun dalam dunia yang sebenarnya

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN (Studi Kasus Saham-Saham yang Termasuk dalam Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Definisi Manajemen Keuangan Husnan (1996) menyatakan bahwa manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian. 1.1 Latar Belakang Saham merupakan surat berharga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak cara, salah satunya dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industriindustri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ).

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara serta menunjang ekonomi suatu negara ( Parmono, 2001 ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal atau bursa efek merupakan suatu obyek penelitian yang menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan bahwa pasar modal memiliki daya tarik. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakpastian kondisi penghasilan dan kebutuhan akan konsumsi di masa datang merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh banyak orang. Salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam

Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan preferensi investor dalam memilih portofolio optimal. Ada tiga konsep dasar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk sarana mendapatkan dana dalam jumlah besar dari masyarakat pemodal (investor), baik dari dalam

Lebih terperinci

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN

CAKUPAN PEMBAHASAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN MATERI 6 MODEL-MODEL KESEIMBANGAN Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. CAKUPAN PEMBAHASAN Overview CAPM (Capital Asset Pricing Model) Portofolio pasar Garis pasar modal Garis pasar sekuritas Estimasi Beta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, membuat para pengusaha untuk mengantisipasi dalam mengolah dana perusahaannya. Tidak jarang para pengusaha memilih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal merupakan tempat 23 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UU No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pengertian pasar modal adalah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal

I. PENDAHULUAN. dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan pengeluaran modal saat ini, untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu dua tahun atau lebih secara bertahap. Secara umum investasi dikenal sebagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pengolahan data. Dalam pengolahan data menggunakan program Microsoft Excel 57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengolahan Data Dengan data historis yang telah tersedia pada instrumen investasi saham LQ 45 dan deposito dalam periode tahun 2013 sampai dengan 2015 kemudian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana tersebut ke sektor-sektor yang produktif. memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan tempat terjadinya transaksi aset keuangan jangka panjang. Pasar modal mempunyai peran penting dalam menggali dana dari masyarakat. Selain itu,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI

ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan 12190 Telp (021) 515 0 515 ext.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi keuntungan masa depan, dengan demikian maka pengertian investasi dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Menanamkan uang sekarang, berarti uang tersebut seharusnya dapat dikonsumsi namun karena kegiatan investasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1. Abstract

KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1. Abstract KEUNIKAN MODEL BLACK LITTERMAN DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO 1 Retno Subekti 2 Abstract Teori pembentukan portofolio diawali oleh Markowitz dengan mean-variancenya di tahun 50an. Selanjutnya bermunculan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Pasar Modal merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tertarik untuk melakukan investasi. Instrumen dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tertarik untuk melakukan investasi. Instrumen dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan investasi di Indonesia saat ini semakin pesat. Semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan investasi. Instrumen dalam melakukan kegiatan berinvestasi

Lebih terperinci

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Wai dan Patrick, dalam Panji dan Puji (2001) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: 1. Definisi yang luas:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir 66 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang selama beberapa tahun terakhir yang tidak stabil disebabkan oleh beberapa hal yaitu krisis ekonomi, naik turunnya harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan yang signifikan ditunjukkan dengan kapitalisasi pasar modal mencapai Rp 5.071 triliun (Oktober

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi obyek penelitian, desain penelitian, variabel dan skala pengukuran, metode pengumpulan data, jenis data, dan metode

Lebih terperinci

PENILAIAN SURAT BERHARGA

PENILAIAN SURAT BERHARGA PENILAIAN SURAT BERHARGA ROSANNA WULANDARI, SE,MM PENILAIAN SURAT BERHARGA Surat Berharga Apabila perusahaan mempunyai kelebihan dana, maka manajer keuangan harus mengusahakan agar kelebihan dana tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Mustain (2007) dengan judul analisis pembentukan portofolio saham optimal penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui saham apa saja yang dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari dunia bisnis. Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci