ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI"

Transkripsi

1 ANALISIS EKONOMI, KEUANGAN PERUSAHAAN & INVESTASI MANAJEMEN INVESTASI Didukung Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan Telp (021) ext. 8102,

2 DAFTAR ISI MANAJEMEN INVESTASI... 1 PENGANTAR... 1 I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN)... 1 I.1. Pengertian... 1 I.2. Komponen tingkat pengembalian... 1 I.3. Pengukuran... 2 I.4. Rate of Return dan Inflasi... 4 I.5. Expected Return dan Required Return... 5 I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham... 6 II. RISIKO... 7 II.1. Pengertian... 7 II.2. Pengukuran... 7 II.3. Risiko Keuangan... 8 II.4. Risiko Operasional... 9 II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI III. PORTOFOLIO III.1. Pengertian III.2. Nilai Return Ekspektasi III.3. Risiko Portofolio Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham Jenis-jenis Investasi Materi Pelatihan WPPE Edisi 2016 i

3 MANAJEMEN INVESTASI Learning Objectives: Diharapkan peserta dapat memahami kaidah (pedoman) pengelolaan investasi berdasarkan ekspektasi hasil yang diharapkan, beserta risikonya. PENGANTAR Dalam mengambil keputusan investasi, seorang investor akan mempertimbangkan dua faktor penting yaitu besarnya tingkat pengembalian (return) serta risiko (risk) pada saat keuntungan yang diharapkan mungkin tidak terjadi. Risk Return Tradeoff adalah suatu prinsip pengelolaan investasi dimana kenaikan potential return akan diikuti oleh kenaikan risk. Menunjukkan hubungan dari besarnya risiko yang diambil terhadap kemungkinan besarnya tingkat pengembalian yang akan didapat dari investasi tersebut. Biasa disebut juga risk reward, atau risk-return spectrum. Pilihannya adalah; risiko yang minimal cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang rendah, dan risiko yang tinggi cenderung menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Di bawah ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk). I. TINGKAT PENGEMBALIAN (RETURN) I.1. Pengertian Adalah keuntungan (atau kerugian) yang diperoleh investor atas dana yang diinvestasikan. Dapat berupa Realized Return dan Expected Return. Realized Return adalah tingkat pengembalian yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis. Realized Return menjadi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan Expected Return untuk mengukur risiko di masa yang akan datang. Expected Return adalah tingkat pengembalian yang diharapkan untuk diperoleh di masa depan. Berbeda dengan Realized Return yang sifatnya sudah terjadi, Expected Return ini sifatnya belum terjadi. I.2. Komponen tingkat pengembalian Sumber-sumber tingkat pengembalian atas investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Yield pada investasi obligasi atau deposito didapat dari kupon obligasi atau bunga deposito. Sedangkan yield Materi Pelatihan WPPE Edisi

4 pada investasi saham didapat dari dividen. Biasa dinyatakan dalam bentuk persentase atas periode tahunan. Capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (saham atau obligasi). Berdasarkan komponen-komponen diatas, tingkat pengembalian suatu investasi hasil dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; Total Return = Yield + Capital Gain (loss) Total Return = Yield + Price Change I.3. Pengukuran Pengukuran Realized Return (RR) untuk Single Period Penghitungan Realized Return (RR) untuk Single Period dapat digunakan untuk membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau dari sekuritas yang berbeda. Untuk menghitung RR dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut; TR = CF t + P E P B P B TR adalah Total Return CF t adalah cash flow yang diterima selama jangka waktu tertentu P B adalah harga sekuritas pada awal periode P E adalah harga sekuritas di akhir periode Pada dasarnya, total return dapat bernilai positif dan juga negatif. Ketika mengakumulasi atau memajemukan, total return yang negatif akan menjadi masalah. Namun, return realisasi dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut, karena nilai dari return realisasi selalu bernilai positif. RR = CF t + P E P B = 1 + TR Pengukuran Realized Return (RR) untuk multiple period Dapat dihitung dengan 3 metode yaitu Rata-rata (mean) Arithmetic, Geometric, dan Weighted. a) Arithmetic Mean Mean Populasi: μ = X N adalah jumlah seluruh nilai observasi dari populasi N adalah banyaknya observasi dalam populasi Mean sampel: adalah jumlah seluruh nilai observasi dari sampel Materi Pelatihan WPPE Edisi

5 n adalah banyaknya observasi dalam sampel Mean sampel dihitung untuk memperoleh inferensi mengenai mean dari populasi. Contoh: Data return tahunan saham ABCD untuk 8 tahun adalah: 22%, 25%, 23%, 20%, 18%, 19%, 23%, 24% Misalkan dari data di atas diambil sampel sebanyak 4 tahun pertama, maka: Arithmetic Mean merupakan salah satu perhitungan yang mudah dan sederhana, namun ada beberapa kekurangannya, diantaranya adalah; Tidak mengukur tingkat pertumbuhan majemuk dari waktu ke waktu. Tidak dapat menangkap realisasi perubahan wealth untuk beberapa periode. Tidak dapat menggambarkan return khusus pada single period. b) Geometric Mean Menggambarkan return majemuk atau return akumulasi selama lebih dari satu periode. Menghitung Geometric Mean dapat menggunakan formula sebagai berikut; atau Dimana: - TR adalah total return - n adalah bilangan positif Geometric Mean selalu kurang dari atau sama dengan Arithmetic Mean, dan nilai observasi yang digunakan dalam perhitungan Geometric Mean harus positif. Geometric Mean digunakan untuk perhitungan rata-rata perubahan persentase, rasio, indeks, dan tingkat pertumbuhan dari waktu ke waktu. Contoh: Gaji seorang karyawan tahun lalu naik sebesar 5%, dan tahun ini naik sebesar 10%. Perlu diperhatikan bahwa kenaikan 5% berarti nilai observasi menjadi 105% (dapat ditulis 1,05). Geometric Mean = = 1, Materi Pelatihan WPPE Edisi

6 Dapat disimpulkan bahwa rata-rata kenaikan gaji per tahun karyawan tersebut ialah 7,4709%. Bila variabilitas dari return dinotasikan sebagai s, maka selisih antara nilai Geometric dan Arithmetic Mean tergantung dari nilai s. c) Weighted Mean Secara umum weighted mean dari sekumpulan observasi X 1, X 2,, X n dengan weight masing-masing w 1, w 2,, w n dihitung sebagai berikut: Contoh: Suatu portofolio investasi terdiri dari 20% saham A, 50% saham B dan 30% saham C. Diketahui return saham A sebesar 15%, return saham B 13%, dan return saham C 9%. Saham Bobot Tingkat Pengambalian A 20% 15% B 50% 13% C 30% 9% Maka weighted mean portofolio tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Dengan hitungan di atas, kita bisa menyampaikan kepada klien bahwa dari 3 investasi saham di atas, return yang akan diperoleh adalah sekitar 12,2%. I.4. Rate of Return dan Inflasi Penghitungan return belum disesuaikan dengan tingkat inflasi. Adapun perhitungan tingkat return yang disesuaikan dengan inflasi adalah sebagai berikut; adalah total return setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi. Secara konseptual, tingkat suku bunga bebas risiko nominal merupakan tingkat suku bunga bebas risiko riil ditambah dengan premium tingkat inflasi. Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut; Materi Pelatihan WPPE Edisi

7 I.5. Expected Return dan Required Return Expected return adalah return yang diharapkan atas kepemilikan aset. Required return adalah return yang diinginkan investor pada tingkat risiko dan suku bunga tertentu. Required return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut; Risk premium adalah tambahan return yang didapat atau diekspektasikan ketika ada tambahan risiko. Equity risk premium adalah selisih antara return saham dan tingkat suku bunga bebas risiko. Bond horizon premium adalah selisih antara return dari sekuritas pemerintah jangka panjang dengan jangka pendek. Keputusan investasi akan terfokus pada expected return, dimana investor memperkirakan berapa besar return yang dibutuhkan dimasa mendatang untuk mengelola risiko yang ada. Ketika investor memiliki tujuan untuk mengurangi risiko tanpa mempengaruhi return yang akan didapatnya, maka investor dapat melakukan diversifikasi atas sekuritas yang dimilikinya dengan membuat suatu portfolio. Keputusan investasi mengandung ketidakpastian. Dengan adanya ketidakpastian tersebut, maka terdapat risiko dari expected return yang tidak disadari, sehingga investor perlu untuk memperhatikan distribusi returnnya. Ketika terdapat ketidakpastian akan expected return yang akan didapat, maka investor harus berpikir mengenai distribusi return, tidak hanya single return saja. Semua hal-hal yang mungkin terjadi dimasa mendatang harus ikut dipertimbangkan dalam bentuk probabilitas. Probabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan kemungkinan relatif (peluang atau kecenderungan) dari suatu kejadian. Nilai ekspektasi dari suatu variabel acak adalah probabilitas dari seluruh outcome (hasil) dari variabel acak tersebut. Dilambangkan dengan E(X), nilai ekspektasi dapat dihitung dengan rumus berikut: Berdasarkan persamaan diatas, maka expected return dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut; adalah expected return adalah return pada saat i adalah probabilitas pada saat i Materi Pelatihan WPPE Edisi

8 Contoh: Berikut adalah pengamatan seorang investor terhadap return saham A jika dibandingkan dengan return pasar. Ada tiga outcome yang mungkin terjadi, yaitu lebih besar, sama, dan lebih kecil. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data berikut: Outcome Frekuensi Lebih besar 92 Sama 27 Lebih kecil 81 Total observasi 200 Probabilitas bahwa return saham A lebih kecil dari return pasar dapat diperoleh dengan menghitung 81/200, hasilnya 0,405. I.6. Keputusan Pemilihan Antara 2 Saham Ketika investor menghadapi pilihan antara 2 saham; A dan B, dimana saham A memiliki expected return yang lebih kecil daripada saham B, namun memiliki tingkat risiko (standar deviasi) lebih rendah. Maka untuk memilih saham manakah yang akan dipilih? Keputusan ini tergantung pada seberapa besar penerimaan risiko dari seorang investor tersebut. Perlu diingat bahwa terdapat Return tradeoff antara risiko dan return. Ketika return tinggi, maka risiko dari saham tersebut tinggi, begitu pula sebaliknya. Ketika sebuah saham memiliki risiko yang rendah, maka return dari saham tersebut juga rendah. Sehingga investor harus menentukan, apakah ia termasuk investor yang berorientasi pada return ataukah risiko. Trade off antara return dan risiko dapat digambarkan dengan grafik dibawah ini; Risiko Dengan adanya trade off risiko dan return tersebut, maka dalam mengambil keputusan dapat menggunakan perbandingan coefficient of variation untuk kedua saham tersebut. Coefficient of variation (CV) adalah perhitungan statistik dari penyebaran data disekitar rerata. Coefficient of variation dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar volatilitas risiko dibandingkan dengan besarnya return yang diekspektasikan akan didapat dari sebuah investasi. Semakin rendah nilai CV, maka semakin bagus risk return trade off nya. Contoh: Terdapat dua saham A dan B. Saham A memiliki expected return 60% dan standar deviasi 15%. Sedangkan saham B memiliki expected return 8% dan standar deviasi 3%. Manakah yang sebaiknya dipilih? Untuk menentukan saham manakah yang dapat kita pilih, maka dapat dilihat dari coefficient of variation nya, Materi Pelatihan WPPE Edisi

9 Saham A: Saham B: Berdasarkan perhitungan CV, dapat kita ketahui bahwa saham B ternyata memiliki nilai CV yang lebih besar dibandingkan dengan saham A, sehingga dapat dikatakan bahwa saham B lebih berisiko daripada saham A. II. RISIKO II.1. Pengertian Risiko secara umum didefinisikan sebagai penyimpangan dari sesuatu yang diharapkan. Risiko juga dapat dikatakan sebagai adanya ketidakpastian akan sesuatu kejadian di mana sesuatu yang diharapkan tidak terjadi atau terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan di mana kejadian tersebut dapat mengakibatkan kerugian. II.2. Pengukuran Dalam ilmu statistika, risiko dinyatakan dengan standar deviasi yang merupakan akar kuadrat dari varians data. Standar deviasi menunjukan seberapa besar/jauh sebuah kejadian menyimpang dari nilai rata-ratanya atau nilai yang diharapkan. Semakin besar standar deviasi maka risiko yang ada semakin besar. risiko juga dapat didefinisikan sebagai volatilitas dari hasil yang tidak diharapkan, umumnya berkaitan dengan nilai aset atau kewajiban. Risiko dapat dilihat dari sebaran data dalam suatu distribusi terhadap nilai rataratanya, dan dapat diukur dengan cara-cara berikut: a) Variansi sampel b) Standar deviasi sampel Risiko dari nilai ekspektasi untuk investasi tunggal dapat dihitung dengan rumus berikut: Atau dapat dinyatakan sebagai berikut: Contoh: Diketahui data return tahunan saham A selama 5 tahun: Materi Pelatihan WPPE Edisi

10 23%, 25%, 20%, 12%, 30% Hitung variansi return dari saham A selama 5 tahun; Variansi return di atas memiliki satuan yang sulit diinterpretasikan, karena mean return memiliki satuan %. Masalah ini dapat diatasi dengan menghitung standar deviasi return dengan cara berikut. Selanjutnya diasumsikan manajer investasi A mencatat return saham A selama total 9 tahun, sehingga data di atas merupakan sampel dari 5 tahun yang dia catat. Hitung variansi dan standar deviasi return saham A. II..3. Risiko Keuangan Risiko keuangan adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berdampak langsung dari kinerja keuangan perusahaan. Terdiri dari Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, dan Risiko Kredit. A. Risiko Pasar Risiko pasar adalah risiko di mana investasi/pendapatan perusahaan memberikan hasil yang menyimpang dari yang diharapkan karena terjadi pergerakan variabel pasar. Hal ini bisa juga terkait dengan instrumen keuangan di mana perusahaan berinvestasi. Misalkan perusahaan memiliki investasi pada obligasi. Karena adanya perubahan di pasar obligasi, maka nilai obligasi yang dimiliki perusahaan turun. Risiko pasar juga dapat dibagi lagi menjadi risiko tingkat suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko komoditas. Risiko tingkat suku bunga Perubahan tingkat suku bunga bisa berdampak kepada pendapatan, investasi dan beban bunga perusahaan. Misalkan perusahaan memiliki sumber pendapatan dari meminjamkan uang (seperti bank), maka ketika tingkat suku bunga pasar naik sedangkan pinjaman yang diberikan dalam suku bunga tetap maka perusahaan kehilangan potensi pendapatan bunga. Risiko nilai tukar Materi Pelatihan WPPE Edisi

11 Perubahan nilai tukar dapat menyebabkan perubahan pada arus kas, laba, nilai perusahaan atau nilai aset perusahaan. Jika perusahaan melakukan transaksi dengan menggunakan mata uang asing, maka dengan adanya perubahan nilai tukar akan menyebabkan perubahan pada uang keluar dari dan masuk ke perusahaan. nilai kewajiban perusahaan juga dapat terpengaruh. Hal ini terjadi kalau perusahaan memiliki pinjaman dalam mata uang asing. Jika terjadi perubahan pada nilai tukar, maka jumlah kewajiban perusahaan akan berubah dan tentunya juga akan berpengaruh pada laba akuntansi perusahaan. Risiko komoditas Transaksi perusahaan terkait dengan barang komoditas memberikan risiko kepada perusahaan akibat adanya perubahan pada harga komoditas tersebut. Biasanya perusahaan meminimalkan risiko dengan melakukan transaksi komoditas dengan forward. Jika perusahaan akan membeli bahan bakar minyak dan memperkirakan harga akan naik. Untuk itu perusahaan perlu melakukan kontrak forward untuk pembelian bahan bakar minyak dengan harga yang telah ditetapkan saat ini. Jika hal ini tidak dilakukan maka perusahaan akan menghadapi risiko akibat peningkatan harga minyak. Barang-barang yang termasuk komoditas antara lain minyak bumi, crude palm oil (CPO), emas, perak, batu bara, dll. B. Risiko Likuiditas Likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban/hutang yang jatuh tempo segera. Likuiditas juga berarti kemampuan sebuah aset untuk segera dikonversikan menjadi kas tanpa harus kehilangan nilainya secara signifikan. Perusahaan menghadapi risiko tidak mampu membayar kewajiban yang jatuh tempo karena perusahaan gagal dalam pengelolaan modal kerja terutama kas. Untuk meminimalkan risiko likuiditas maka perusahaan sebaiknya berinvestasi pada aset yang memang dapat segera dikonversikan ke kas tanpa mengurangi nilai secara signifikan. Kalau perusahaan berinvestasi pada aset yang kurang likuid seperti pada saham atau obligasi yang tidak sering diperdagangkan di bursa, maka ketika perusahaan butuh kas akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat menjual saham atau obligasi tersebut. Biasanya investasi pada piutang, surat berharga pasar uang dan pasar modal relatif likuid. Sedangkan investasi pada Aset tetap relatif lebih tidak likuid. C. Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko di mana debitur (peminjam) tidak mampu membayar kewajiban/hutangnya baik itu berupa bunga dan atau pokok pinjamannya. Risiko kredit ini muncul tidak hanya melalui transaksi pinjam meminjam langsung seperti bank memberikan pinjaman ke nasabahnya atau ketika perusahaan melakukan penjualan secara kredit ke pelanggan tetapi juga bisa berupa kegiatan investasi pada obligasi. Hal ini bisa terjadi karena perusahaan penerbit obligasi memiliki risiko tidak mampu membayar baik bunga dan pokok pinjaman kepada investor. Biasanya besarnya risiko kredit dari perusahaan penerbit obligasi tercermin dari peringkat (rating) yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat terhadap kualitas obligasi. II.4. Risiko Operasional Selain risiko keuangan, perusahaan juga menghadapi risiko terkait dengan kegiatan operasional sehari-hari. Risiko operasional biasanya terjadi karena tidak berfungsinya Materi Pelatihan WPPE Edisi

12 sistem, SDM, teknologi atau faktor lain yang ada pada perusahaan. risiko operasional yang mungkin terjadi pada perusahaan di antaranya kerusakan sistem informasi, kerusakan mesin, kesalahan catat dari pegawai, perampokan, kesalahan produksi, dll. II.5. Risiko Murni dan Risiko Spekulatif Risiko murni adalah risiko dimana dampak yang diakibatkan pasti akan merugikan perusahaan. sedangkan jika risiko tersebut tidak terjadi maka tidak ada keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko murni adalah kebakaran, bencana alam, kerusakan mesin,dll. Kalau risiko ini benar-benar terjadi maka akan berdampak pada kerugian perusahaan. tetapi, jika kebakaran, bencana alam atau kerusakan mesin tidak terjadi maka tidak ada dampak bagi perusahaan. Sebaliknya, risiko spekulatif adalah risiko yang memberikan dua kemungkinan. Jika risiko terjadi maka akan merugikan perusahaan, tetapi jika risiko tidak terjadi akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. contoh dari risiko spekulatif adalah risiko penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollar atau risiko penurunan harga saham. Jika perusahaan memiliki kewajiban dalam bentuk dolar, jika rupiah melemah maka kewajiban perusahaan akan meningkat. Sebaliknya, jika rupiah menguat maka perusahaan akan untuk karena kewajibannya dalam rupiah menjadi turun. Sama juga dengan investasi perusahaan pada saham. Jika harga saham turun maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetapi jika harga saham tidak turun (naik) maka perusahaan akan memperoleh keuntungan. II.6. Risiko Sistematik dan Risiko Non Sistematik Risiko sistematik (risiko umum) adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi (nondiversifiable risk). Risiko ini tidak dapat dihilangkan melalui proses diversifikasi yaitu proses menggabungkan beberapa kegiatan yang tidak sejenis. Risiko sistematik sering juga disebut dengan risiko pasar karena risiko ini berdampak tidak hanya pada satu perusahaan tetapi terhadap satu industri/pasar atau negara. Contoh dari risiko sistematik ini adalah risiko inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, risiko politik, dll. Risiko non sistematik (risiko khusus) adalah risiko yang dapat didiversifikasi/dikurangi dengan cara menggabungkan kegiatan/usaha yang berbeda-beda. Risiko non sistematik sering juga disebut dengan risiko spesifik perusahaan karena hanya perusahaan/bidang usaha tertentu saja yang akan terkena dampak dari risiko ini. Contoh risiko non sistematik adalah risiko bisnis, kematian orang kunci pada perusahaan, peraturan terkait industri/bidang usaha tertentu, dll. Pengetahuan perusahaan terhadap risiko sistematik dan risiko non sistematik akan sangat berguna dalam upaya pengelolaan risiko yang ada. Karena ada risiko yang bisa dikurangi melalui diversifikasi usaha/kegiatan, maka perusahaan dapat mempersiapkan program pengelolaan untuk risiko yang non sistematik tersebut. Berdasarkan jenis risiko tersebut, maka II.7. Pembagian Risiko Menurut PBI Di Indonesia, baru Bank Indonesia yang secara resmi mengatur industri perbankan dalam hal pengelolaan risiko. Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No.5 Materi Pelatihan WPPE Edisi

13 tahun 2003 mengatur segala hal tentang manajemen risiko pada bank umum dan membagi risiko menjadi 8 kelompok yaitu: 1. Risiko pasar, yaitu risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (suku bunga, nilai tukar dan options) dari portofolio yang dimiliki, yang dapat merugikan perusahaan (adverse movement). 2. Risiko likuiditas, yaitu risiko yang antara lain disebabkan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh waktu. 3. Risiko kredit, yaitu risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak debitur (counterparty) memenuhi kewajibannya. 4. Risiko operasional, yaitu risiko yang antara lain disebabkan ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional perusahaan. 5. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko kepatuhan, yaitu risiko yang disebabkan perusahaan tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. 7. Risiko reputasi, yaitu adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap perusahaan. 8. Risiko strategik, yaitu risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan strategi perusahaan yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan eksternal. III. PORTOFOLIO III.1. Pengertian Portofolio adalah kumpulan atau gabungan dari berbagai instrumen atau aset investasi. Tujuan dari pembentukan portofolio adalah untuk meminimumkan risiko dengan cara diversifikasi. Dalam berinvestasi didalam portofolio, yang harus diingat adalah bahwa aset didalam suatu portofolio lebih kecil risikonya dibanding jika aset tersebut hanya dipegang tunggal. Dari sudut pandang investor, yang terpenting adalah return dan risiko secara keseluruhan dari portofolio yang dimilikinya, bukan masing-masing aset didalam portofolio tersebut. Oleh karena itu, investor menganalisa bagaimana risiko dan return suatu aset tunggal mempengaruhi portofolio dimana aset tersebut berada. III.2. Nilai Return Ekspektasi Jika R 1, R 2,, R n adalah variabel acak dan w 1, w 2,, w n adalah konstanta maka: Materi Pelatihan WPPE Edisi

14 Rumus ini sering digunakan dalam analisis investasi, yaitu menghitung nilai ekspektasi dari return portofolio, dimana R 1, R 2,, R n adalah return masing-masing aset dalam portofolio dan w 1, w 2,, w n adalah bobot (proporsi) dari masing-masing aset tersebut. Contoh: Misalkan diketahui data mengenai saham A dan saham B sebagai berikut; Kondisi Ekonomi Resesi Normal Booming Probabilitas 0,2 0,3 0,5 Return Saham A 2% 10% 15% Return Saham B -4% 5% 20% Ekspektasi return saham A = 0,2(2%)+0,3(10%)+0,5(15%) = 10,9% Ekspektasi return saham B = 0,2(-4%)+0,3(5%)+0,5(20%) = 10,7% Variansi return saham A = 0,2(2-10,9) 2 +0,3(10-10,9) 2 +0,5(15-10,9) 2 = 24,48 Standar deviasi return A = = 4,95% Variansi return saham B = 0,2(-4-10,7) 2 +0,3(5-10,7) 2 +0,5(20-10,7) 2 = 96,19 Standar deviasi return B = = 9,81% Jika saham A 50% dari keseluruhan portofolio maka imbal hasil yang diharapkan dari portofolio A & B adalah: 50% (10,9%) + 50% (10,7%) = 10,8%. III.3. Risiko Portofolio Risiko portofolio dapat diukur sebagai standar deviasi dari portofolio, namun perhitungan standar deviasi tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rata-rata tertimbang standar deviasi masing-masing sekuritas didalam portofolio. Perhitungan risiko dari sebuah portofolio harus memperhatikan hubungan atau korelasi return antar saham-saham tersebut. Penurunan Risiko Portofolio Jika diasumsikan bahwa semua sumber risiko dari sebuah portofolio tidak bergantung satu sama lain (independen), semakin banyak jumlah instrument atau asset yang terdapat dalam sebuah portofolio, maka akan semakin rendah risikonya. Sehingga yang perlu diperhatikan disini adalah berapa banyak instrument atau asset yang dimasukkan kedalam portofolio? Penurunan risiko portofolio dapat dilakukan dengan melakukan diversifikasi atas saham-saham yang dimiliki dalam sebuah portofolio. Diversifikasi adalah strategi penempatan dana investasi ke dalam instrumen yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan berbeda-beda di sini adalah potensi return, risiko dan likuiditasnya. Sebagai contoh, potensi return investasi di saham tentu saja berbeda dengan obligasi. Pada umumnya, saham memberikan return yang lebih besar daripada obligasi. Namun tentu saja risiko berinvestasi di saham lebih besar karena fluktuasi harga saham cenderung lebih besar daripada obligasi. Aspek ketiga adalah likuiditas. Materi Pelatihan WPPE Edisi

15 Likuiditas di sini artinya adalah kemudahan untuk membeli dan menjual sebuah instrumen investasi. Contoh yang bagus untuk ini adalah properti. Kalau kita mengiklankan rumah kita belum tentu hari itu juga bisa terjual. Bisa besok, minggu depan atau bahkan bulan depan rumah kita baru bisa terjual. Berbeda dengan saham yang dapat kita perdagangkan saat itu juga kalau kita inginkan. Diversifikasi acak (random diversification) adalah mendiversifikasikan saham tanpa melihat pada karakteristik masing-masing saham yang relevan. Penurunan dari marjinal risiko akan semakin kecil seiring dengan penambahan sekuritas. Jumlah sekuritas yang sangat besar tidak dibutuhkan untuk menurunkan risiko secara signifikan. Diversifikasi tidak hanya terbatas pada investasi di industri yang berbeda pada negara yang sama, akan tetapi bisa juga dilakukan dengan berinvestasi antar negara. Diversifikasi internasional dapat bermanfaat bila tingkat keuntungan (return) yang diminta oleh investor ditentukan oleh risiko sistematis pasar domestik (yang menunjukkan bahwa pasar modal di dunia bersifat fully segmented). Hal ini disebabkan karena sebagian risiko yang semula tidak dapat didiversifikasi, sekarang bisa dihilangkan dengan diversifikasi internasional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi antar indeks pasar di berbagai pasar modal rendah (Pudjiastuti, 1990). Sebaliknya bila return ditentukan oleh risiko sistematis dalam lingkup pasar dunia (yang menunjukkan bahwa pasar modal dunia bersifat fully integrated), maka diversifikasi internasional tidak memberikan manfaat yang berarti. Manfaat yang diperoleh hanya berupa efek diversifikasi murni, yaitu penurunan kontribusi risiko non-sistematis sekuritas individual terhadap risiko total suatu portofolio. Portfolio risk Markowitz Diversification Selain random diversifikasi, juga terdapat non-random diversifikasi. Berbeda dengan random diversifikasi, non-random diversifikasi mengukur dan mengelola risiko portofolio, memperhatikan hubungan antar sekuritas-sekuritas portofolio sebelum membuat keputusan investasi. Diversifikasi ini mengambil keuntungan dari expected return dan risiko dari sekuritassekuritas individual dan bagaimana return dari sekuritas tersebut bergerak bersamasama. Materi Pelatihan WPPE Edisi

16 Markowitz Portfolio : Portofolio yang efisien menurut Markowitz dapat dicari melalui pengkombinasian seluruh sekuritas yang akan memaksimumkan expected return (tingkat pengembalian yang diharapkan) pada tingkat risiko (variance) tertentu. Markowitz Portfolio Perhitungan Risiko Portofolio Berdasarkan Markowitz Dalam menghitung besarnya risiko portofolio menurut Markowitz, ada 3 faktor yang harus diperhatikan, yaitu; A. Bobot masing-masing sekuritas didalam portofolio. 1) Bobot risiko sekuritas individual Dihitung dengan membobotkan varians menggunakan proporsi dari dana sekuritas-sekuritas tersebut didalam portofolio. Untuk sekuritas i : 2) Bobot pergerakan bersama antar return Return kovarians dibobotkan menggunakan proporsi dari dana-dana tersebut dalam masing-masing sekuritas. Untuk sekuritas i, j : B. Covariance antar 2 sekuritas. Kovarians (covariance) adalah suatu ukuran data yang bertujuan untuk melihat hubungan antar dimensi. 1 Kovarians menunjukkan sejauh mana return dari dua sekuritas dalam portofolio cenderung untuk bergerak bersama-sama. Kovarians dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut; Kovarians ( ) berhubungan dengan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ( ) adalah suatu ukuran hubungan antara dua sekuritas (i dan j). Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan 1 (-1< <1). artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi positif sempurna. Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j juga mengalami kenaikan 1 Smith, 2002 Materi Pelatihan WPPE Edisi

17 return dengan jumlah kenaikan yang sama besar dengan kenaikan return pada saham j. artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi negative sempurna. Ketika saham i mengalami kenaikan return, maka saham j mengalami penurunan return dengan jumlah penurunan sama besar dengan kenaikan return pada saham j. artinya kedua return saham i dan j memiliki korelasi nol atau tidak memiliki korelasi satu sama lain. Hubungan antara kovarians dengan koefisien korelasi dapat dilihat pada formula dibawah; Secara umum, semakin kecil korelasi positif antar sekuritas, maka akan semakin baik portofolio tersebut. C. Varians atau risiko dari masing-masing sekuritas. Berdasarkan ketiga faktor tersebutlah kemudian standar deviasi untuk portofolio dapat dihitung dengan persamaan seperti dibawah ini; Dimana, adalah standar deviasi portofolio adalah bobot sekuritas i dalam portofolio adalah bobot sekuritas j dalam portofolio adalah standar deviasi sekuritas i adalah standar deviasi sekuritas j adalah koefisien korelasi sekuritas i dan j Penyederhanaan Perhitungan Markowitz Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang kompleks selanjutnya dikembangkan oleh William F. Sharpe ditahun 1963 dengan menciptakan model indeks tunggal (Single Index Model). Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar secara matematis, model indeks tunggal adalah sebagai berikut; Dimana, adalah return sekuritas i adalah return indeks pasar adalah bagian return sekuritas yang tidak dipengaruhi kinerja pasar adalah ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar adalah kesalahan residual Perhitungan kovarian dengan model Markowitz dengan model indeks tunggal mengandung perbedaan. Model Markowitz menghitung kovarians melalui penggunaan matriks hubungan varians-kovarians yang memerlukan perhitungan yang kompleks. Sedangkan dalam model indeks tunggal, risiko disederhanakan ke dalam dua Materi Pelatihan WPPE Edisi

18 komponen, yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan secara matematis, resiko dalam model indeks tunggal bisa digambarkan sebagai berikut: Persamaan perhitungan risiko sekuritas dan model indeks tunggal dalam persamaan tersebut di atas juga bisa diterapkan untuk menghitung risiko portofolio. Persamaan untuk menghitung risiko portofolio dengan model indeks tunggal akan menjadi: Penentu Nilai Instrinsik dan Harga Saham Persepsi investor terhadap return dan risiko dari sebuah saham akan menentukan harga pasar dari saham tersebut. Sedangkan return yang sebenarnya dapat dihasilkan oleh saham dan risiko sebenarnya yang terkandung dalam saham tersebut akan membentuk nilai intrinsik dari saham tersebut. Pada saat kesetimbangan (equilibrium), nilai saham harus sama dengan nilai intrinsik atau nilai yang sebenarnya. Ketika investor memiliki persepsi yang tidak benar mengenai return dan risiko dari sebuah saham, maka akan semakin jauh harga saham menyimpang dari nilai intrinsiknya. Sebaiknya, manajer menghindari melakukan tindakan-tindakan yang dapat menurunkan nilai intrinsik, walaupun jika keputusan tersebut digunakan untuk meningkatkan harga saham dalam jangka pendek. Materi Pelatihan WPPE Edisi

19 Jenis-jenis Investasi Berdasarkan potensi pertumbuhan nilai, instrumen investasi (dalam hal ini saham) dibedakan menjadi: A. Growth Stock Growth stock diasosiasikan pada perusahaan yang high-quality atau perusahaan yang memiliki pertumbuhan pendapatannya diatas rata-rata relative terhadap pasar. Umumnya memiliki Price-Earning dan Price-to-Book value rasio yang tinggi. Pasar menempatkan growth stock pada nilai yang tinggi dan hal tersebut membuatnya terlihat mahal dan undervalue. B. Value Stock Value stock cenderung untuk diperdagangkan pada harga yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai fundamentalnya, walaupun sebenarnya perusahaan memiliki fundamental yang baik (termasuk dividen, pendapatan dan penjualannya). Hal ini mungkin disebabkan salah satunya karena merupakan perusahaan baru, sehingga tidak disadari oleh investor. C. Good Stock Good stock merupakan saham yang sangat likuid. Saham ini sangat mudah diperjualbelikan. Di Indonesia sendiri, terdapat 45 saham yang sangat likuid. Namun, saham ini merupakan saham yang sangat volatile atau berisiko. Hal ini bisa dilihat dari standar deviasi perubahaan harganya setiap hari. Harga saham naik dan turun secara cepat dalam periode yang singkat. Pada umumnya sebuah portofolio dikatakan ideal apabila memiliki Growth Stock dan Value Stock, atau biasa juga disebut Blended Portfolio. Materi Pelatihan WPPE Edisi

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Portofolio Efisien PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL Portofolio efisien diartikan sebagai

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM.

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO PORTFOLIO ANALISIS INVESTASI DAN PORTOFOLIO ANDRI HELMI M, SE., MM. OVERVIEW Tujuan dari bab ini adalah untuk mempelajari konsep return dan risiko portofolio dalam investasi

Lebih terperinci

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.

AKTIVA TUNGGAL. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. ETURN DAN ISIKO AKTIVA TUNGGAL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tunas Pembangunan Surakarta ririkyunita@yahoo.co.id Return Investasi Rate of return dari suatu investasi dapat dihitung dengan

Lebih terperinci

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL 1 Pertemuan 9 RETURN DAN RESIKO AKTIVA TUNGGAL A. Pengertian Return & Resiko Suatu Investasi Seorang investor maupun perusahaan yang melakukan kegiatan investasi selalu dihadapkan pada resiko dan return

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Investasi Teori investasi menjelaskan bahwa keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Dalam melakukan investasi khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Investasi. cukup, pengalaman, serta naluri bisnis untuk menganalisis efek-efek mana yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Untuk melakukan

Lebih terperinci

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD

Return Portofolio. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISK PREMIUM DAN PORTFOLIO THEORY Pembahasan lebih lanjut tentang resiko banyak

Lebih terperinci

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan

A. Expected Return. 1. Perhitungan expected return investasi tahunan 1 Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah : Manajemen Investasi Dikompilasi oleh : Nila Firdausi Nuzula, PhD Program Studi : Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya RETURNS Berdasarkan

Lebih terperinci

RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL

RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL RETURN DAN RISIKO AKTIVA TUNGGAL PENGERTIAN: Return adalah hasil investasi. Ada 2 jenis Return: 1. Return Realisasi: Return yang telah terjadi 2. Return Ekspektasi Return yang diharapkan akan diperoleh

Lebih terperinci

RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO

RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO 1.1 PENDAHULUAN RANGKUMAN MATERI KULIAH TEORI PORTOFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI BAB 9: RETURN DAN RESIKO PORTOFOLIO Mengukur return dan resiko untuk sekuritas tunggal memang penting, tetapi bagi manajer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita amati, pada umumnya masyarakat menengah keatas menyimpan sebagian pendapatannya secara periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, diperlukan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya

LANDASAN TEORI. atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya II. LANDASAN TEORI 2.1. Investasi Investasi adalah menempatkan dana dengan harapan memperoleh tambahan uang atau keuntungan atas uang tersebut (Ahmad, 1996:3). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133),

BAB I PENDAHULUAN. berupa capital gain. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002: 133), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi perekenomian yang tidak stabil dan sulit diprediksi sangat berpengaruh terhadap perkembangan dunia bisnis dewasa ini. Kondisi tersebut bisa menyebabkan penurunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi adalah pemahaman hubungan antara return yang diharapkan dan. return yang diharapkan. (Tandelilin, 2001 : 3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Hal

Lebih terperinci

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner

BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL. Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner BAB III PORTOFOLIO OPTIMAL 3.1 Capital Asset Pricing Model Capital assets pricing model dipelopori oleh Treynor, Sharpe, Lintner dan Mossin pada tahun 1964 hingga 1966. Capital assets pricing model merupakan

Lebih terperinci

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut.

RISIKO. Untuk menghitung risiko berdasarkan probabilitas, investor menggunakan standar deviasi dengan rumus sebagai berikut. Bahan ajar digunakan sebagai materi penunjang Mata Kuliah: Manajemen Investasi Dikompilasi oleh: Nila Firdausi Nuzula, PhD RISIKO Perhitungan risiko digunakan untuk melengkapi perhitungan tingkat return

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang akan menginvestasikan dananya (investor). Prinsip-prinsip BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal Indonesia sebagai lembaga keuangan selain perbankan keberadaannya dapat dijadikan tempat untuk mencari sumber dana baru dengan tugasnya sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungan atau merugikan. Ketidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Risiko Pada dasarnya risiko muncul akibat adanya kondisi ketidakpastian akan sesuatu yang diharapkan terjadi dimasa yang akan datang. Sesuatu

Lebih terperinci

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals dan Sektor Trade, Service, and Investment) Nama : Golden Jr. Aliakur NIM :

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI

BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI BAB III KONSEP PENTING DALAM INVESTASI Return dan Risiko Investasi 1 Pengertian Return dan Resiko Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Investasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 71 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan studi deskriptif, karena tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tersebut. Umumnya investasi dikategorikan dua jenis yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Investasi Menurut Kamaruddin (2004), investasi adalah menempatkan dana atau uang dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat telah mengubah pola pikir masyarakat di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang investasi khususnya. Investasi dapat dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era globalisasi ini, perkembangan perusahaan go public semakin pesat. Saham-saham diperdagangkan untuk menarik para investor menanamkan modal pada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri-industri

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas)

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 1.1 Analisis Portofolio Pada Aktiva Berisiko (Saham dan Emas) Investor dalam membentuk portofolio diperlukan perhitungan return ekspektasi dari masing-masing aktiva untuk dimasukkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI DAFTAR ISI. i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR ISTILAH... viii I. PENDAHULUAN.. 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 7 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Lebih terperinci

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar

Total Ekuitas Nilai buku per lbr saham = Jumlah Saham Beredar PENILAIAN SAHAM Saham adalah bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan Jenis saham : 1. Saham biasa (common stock) 2. Saham preferen Karakteristik Saham Preferen: a. Hak preferen terhadap deviden: hak menerima

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional negara tersebut, Sehingga banyak negara yang melakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stabilitas dan kemajuan ekonomi merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh negara karena perkembangan ekonomi merupakan tonggak berhasil tidaknya pembangunan

Lebih terperinci

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4.

TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4. TEORI INVESTASI DAN PORTFOLIO MATERI 4 KONSEP DASAR 2/40 Ada tiga konsep dasar yang perlu diketahui untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu: portofolio efisien dan portofolio optimal fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang. dan dampaknya terhadap harga surat berharga tersebut. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Valuasi II.1.1 Konsep Investasi merupakan suatu komitmen penempatan dana pada periode waktu tertentu untuk mencapai suatu tingkat pengembalian (rate of return) yang diinginkan.

Lebih terperinci

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO

RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO RETURN YANG DIHARAPKAN DAN RISIKO RETURN Definisi : merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Komponen Return : Yield dan Capital Gain ( Loss). Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berinvestasi banyak cara yang dipilih oleh para investor, pasar modal merupakan salah satu pilihan alternatif. Menurut UU No.8 Th 1995 Pasar Modal adalah

Lebih terperinci

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan

dibidang keuangan serta surat-surat berharga jangka panjang dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Wai dan Patrick, dalam Panji dan Puji (2001) menyebutkan tiga pengertian tentang pasar modal sebagai berikut: 1. Definisi yang luas:

Lebih terperinci

ririkyunita@yahoo.co.id Konsumsi Kebutuhan Inflasi Apa sih alasan berinvestasi Peningkatan Nilai Kekayaan Keinginan Ketidakpastian masa depan Penanaman uang dengan harapan : 1. Mendapat hasil, dan 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham perusahaan publik yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Indeks kompas 100 diluncurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi. berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting bagi berkembangnya perekonomian, karena para investor dan perusahaan, keduanya sama-sama memerlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan perekonomian Indonesia yang saat ini menurun akibat melemahnya nilai rupiah terhadap dollar yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu kebijakan baru

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Latar Belakang Perusahaan merupakan salah satu bagian penting dari sektor perekonomian suatu negara Apabila kondisi perekonomian suatu negara sedang membaik dan diikuti dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah kegiatan penanaman sejumlah tertentu dana pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar atau keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan dengan ditandai semakin maraknya kegiatan investasi di Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan keberadaan isu globalisasi tidak dapat di elakkan lagi. Hal itu dapat kita lihat dampaknya pada perkembangan perekonomian dunia yang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Investasi Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,2010:5). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu tempat bagi suatu perusahaan untuk memperoleh pembiayaan atau dana dengan cara penjualan saham. Pasar modal menjadi alternatif bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang produktif guna mengembangkan pertumbuhan jangka panjang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan sarana yang digunakan oleh para investor untuk kegiatan investasi serta sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain seperti pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat

Lebih terperinci

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI

MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI MODUL 15 PENILAIAN OBLIGASI 1. BEBERAPA ISTILAH PENTING DALAM VALUASI OBLIGASI Pengetahuan mengenai efek bersifat hutang seperti obligasi beserta metode valuasinya tidak dapat dipisahkan dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang tidak bisa lepas dari uang. Mereka yang kekurangan uang akan berusaha memperoleh pinjaman dengan bunga yang paling ringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu (Jogiyanto,2003). Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi 1.1.1 Gambaran Umum LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas (liquidity) tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang. Harapan keuntungan (return) di masa datang tersebut merupakan kompensasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. produktif tersebut akan meningkatkan utility total (Hartono,2013:5). Umumnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Investasi Investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk dimasukan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuntungan di masa yang akan datang (Tandelilin, 2010:1). Pengertian investasi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang

Lebih terperinci

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pasar Modal Dan Surat Berharga Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

Lebih terperinci

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset

Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset M a n a j e m e n K e u a n g a n 59 Bab 3 Risiko dan Hasil pada Aset Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai definisi, teknik perhitungan, jenis, dan hubungan antara risiko dan hasil.

Lebih terperinci

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan

Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan. Perusahaan Sektor Perbankan Analisis Tingkat Pengembalian Dan Risiko Pembentukan Portofolio Optimal Terhadap Perusahaan Sektor Perbankan Nama : Bayu Mayura Pridatama NPM : 10208239 Fak/Jur : Ekonomi - Manajemen / S1 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah saham kepada public di pasar modal atau go public. Selain untuk BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu akibat dari persaingan bisnis yang semakin ketat adalah perusahaan harus mencari sumber modal lebih untuk mendanai kegiatan ekspansinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana tertentu yang ditanamkan pada periode waktu tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan pembayaran di kemudian

Lebih terperinci

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti

Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan. Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode , seperti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Risiko Investasi Pada Saham, pernah dilakukan oleh Nurdin (1999), dengan objek penelitiannya adalah perusahaan - perusahaan Properti yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si.

MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO. Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. MATERI 5 PEMILIHAN PORTFOLIO Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolio optimal. Perbedaan tentang aset berisiko dan aset bebas risiko. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menginvestasikan sejumlah dana pada asset

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 9 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi Lingkungan investasi meliputi berbagai jenis sekuritas atau efek yang ada, di mana dan bagaimana mereka diperjualbelikan. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep risiko portofolio dari Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an

BAB I PENDAHULUAN. Konsep risiko portofolio dari Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konsep risiko portofolio dari Harry M. Markowitz pada tahun 1950-an menunjukkan bahwa secara umum risiko sekuritas dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan investasi pada hakikatnya memiliki tujuan untuk memperoleh suatu keuntungan tertentu. Tujuan mencari keuntungan merupakan hal yang membedakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Model penetapan harga asset Capital Assets Pricing Model, biasa disebut CAPM. Model ini memberikan prediksi yang tepat tentang bagaimana hubungan antara risiko

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Current Ratio (CR) Pengertian rasio aktiva lancar menurut Suad Husnan dan Enny Pujiastuti (2006:72): Rasio aktiva lancar adalah rasio mengukur seberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Reksa Dana 2.1.1 Pengertian Reksa Dana Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 10 BAB 2 Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal a. Pengertian Pasar Modal Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki beberapa daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pengembalian Saham Pada dasarnya tujuan investasi adalah memperoleh imbalan atas dana yang ditanamkanya, imbalan ini sering disebut dengan tingkat pengembalian saham

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian saham Saham merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham juga merupakan sekuritas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Portofolio Teori investasi lebih menganjurkan investor untuk membentuk portofolio dalam berinvestasi saham. Menurut

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi

II. LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi 19 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Investasi Jogiyanto (2003), menjelaskan bahwa investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin bervariasi akan semakin meningkat. Para pemilik atau investor dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal memainkan peran yang strategis dan sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, pasar modal yang berkembang sangat baik akan memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. a 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signaling Theory) Menurut Sharpe et al (dalam, Setiyono 2016) pengumuman informasi akuntansi memberikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Imbal Hasil (Return) Dalam melakukan segala hal, kita selalu dihadapkan pada risiko (risk). Objek penelitian tesis ini adalah NAB pada sebuah reksadana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. memfasilitasi jual-beli sekuritas yang umumnya berumur lebih dari satu tahun, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi secara keseluruhan dapat dilihat dari perkembangan pasar modal dan industri sekuritas pada suatu negara. Pasar modal memiliki peranan penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang besar dan risiko yang kecil dalam usahanya tersebut. Banyak strategi yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini pasar modal memegang peranan penting bagi keberlangsungan perusahaan, baik perusahaan perbankan maupun perusahaan non bank. Munculnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Obligasi Korporasi Obligasi merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal (capital market) adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal mempunyai peranan sangat penting dalam perekonomian suatu negara, sebagai sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan

Lebih terperinci

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI

MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI MENGENAL PASAR MODAL, SAHAM, DAN OBLIGASI Sumber : http://www.adcg.ae/ Dalam dunia investasi tentunya sudah tidak asing dengan istilah pasar modal. Tidak seperti jenis pasar pada umumnya, pasar modal (capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor agar dapat membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan instrumen investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat pula berinvestasi dalam bentuk deposito. Berbeda dengan jenis simpanan tabungan, Penarikan deposito sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat pula berinvestasi dalam bentuk deposito. Berbeda dengan jenis simpanan tabungan, Penarikan deposito sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan ekonomi yang semakin hari semakin tinggi menuntut masyarakat untuk mampu menghasilkan uang dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.tidak hanya kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan penempatan dana pada saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan dana yang cukup besar, dimana pemenuhannya tidak hanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor industri jasa dan perdagangan. Perusahaan dituntut untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada

BAB 1 PENDAHULUAN. saham, dengan harapan expected return yang diperoleh akan tinggi. Namun pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian yang tidak selalu stabil, membuat para pengusaha untuk mengantisipasi dalam mengolah dana perusahaannya. Tidak jarang para pengusaha memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Definisi Indeks LQ Kriteria Indeks LQ45 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Definisi Indeks LQ45 Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi Investasi adalah Proses menabung yang berorientasi pada tujuan tertentu dan bagaimana mencapai tujuan tersebut dan bagaimana mencapai tujuan tersebut Pratomo (2004) Definisi

Lebih terperinci