PERKEMBANGAN KESULTANAN BANTEN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF ( ) RINGKASAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN KESULTANAN BANTEN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF ( ) RINGKASAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 PERKEMBANGAN KESULTANAN BANTEN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF ( ) RINGKASAN SKRIPSI Oleh: Tubagus Umar Syarif Hadiwibowo PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

2 PERKEMBANGAN KESULTANAN BANTEN PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF ( ) Oleh: Tubagus Umar Syarif Hadiwibowo dan M. Nur Rokhman, M. Pd. ABSTRAK Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1. menggambarkan perkembangan Banten sebelum masa kesultanan dan menjelang masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf; 2. menjelaskan pengembangan infrastruktur Kesultanan Banten dengan konsep gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis oleh Sultan Maulana Yusuf; 3. menguraikan pengembangan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten oleh Sultan Maulana Yusuf. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian sejarah kritis yang meliputi lima tahap: 1. pemilihan topik; 2. heuristik; 3. kritik sumber; 4. interpretasi; 5.historiografi. Berdasarkan hasil kajian melalui studi pustaka dan kajian lapangan maka dapat disimpulkan 1. Banten sebelum masa kesultanan merupakan daerah vassal dari Kerajaan Hindu (Pajajaran) yang sudah dikenal sebagai daerah perdagangan yang banyak disinggahi oleh para pelaut asing. Setelah memasuki masa kesultanan dan menjelang masa pemerintahan Maulana Yusuf, perubahan besar terjadi pada infrastruktur kota dan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten. 2. Kebijakan Sultan Maulana Yusuf dalam memimpin dan mengembangkan Kesultanan Banten tercermin dalam sebuah kalimat yang sarat dengan nilai historis dan budaya, yaitu gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis (membangun kota perbentengan dengan bata dan karang). Menariknya, kalimat tersebut dijadikan pijakan dalam membangun segala struktur primer kota dengan menggunakan bahan baku batu bata dan karang, seperti: Keraton Surosowan, masjid, pasar dan pelabuhan, sistem irigasi pertanian dan jaringan air bersih, jaringan jalan dan jembatan penyeberangan. 3. Sultan Maulana Yusuf mengembangkan pemukiman bagi masyarakat dengan menyediakan dan mengelompokkan pemukiman sesuai dengan lapisan masyarakat yang terdapat di Kesultanan Banten. Pengelompokkan didasari atas empat kriteria, yaitu ras & suku, sosial-ekonomi, status dalam pemerintahan, dan keagamaan. Kata Kunci: Kesultanan Banten, Sultan Maulana Yusuf ( ), Infrastruktur, Pemukiman.

3 I. Pendahuluan Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang. Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca.memotret perkembangan Banten yang kini tengah menjadi salah satu daerah industri nusantara, tidak terlepas dari sejarah yang menyelimuti sebelumnya. Sejak awal abad ke-16, pelabuhan Banten merupakan salah satu pelabuhan besar Kerajaan Pajajaran setelah Sunda Kelapa yang ramai dikunjungi para pedagang asing. Wilayah ini dikuasai oleh suatu kerajaan bercorak Hindu dan merupakan daerah vassal dari Kerajaan Pajajaran, nama kerajaan itu terkenal dengan nama Banten Girang. Penguasa terakhir Kerajaan Banten Girang adalah Pucuk Umun. Berkembangnya agama Islam secara bertahap di wilayah Banten pada akhirnya menggantikan posisi politis Banten Girang sebagai kerajaan bercorak Hindu. Era Kesultanan pun perlahan mulai menggoreskan tinta sejarah di Tatar Banten.Penting untuk dikaji, adalah mengenai perkembangan Kesultanan Banten sekitar abad ke-16 dan ke-17, yang menurut kabar dari orang Perancis saat itu melihat Kesultanan Banten sebagai kota kosmopolitan bersanding dengan Kota Paris, Perancis. Sultan pertama Banten, Maulana Hasanuddin, memerintah tahun Pada masa pemerintahan Hasanuddin, kekuasaan Kesultanan Banten diperluas ke Lampung hingga Sumatera Selatan. Pasca Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten menunjukkan signifikansi kemajuan sebagai sebuah kerajaan Islam di Nusantara. Sultan Maulana Yusuf, sebagai pengganti ayahnya, memimpin pembangunan Kesultanan Banten di segala bidang. Strategi pembangunan lebih dititikberatkan pada pengembangan infrastruktur kota, pemukiman penduduk, keamanan wilayah, perdagangan dan pertanian. Sultan Maulana Yusuf juga mencetuskan sebuah konsep pembangunan infrastruktur kota yang dikenal dengan semboyannya gawe

4 kuta baluwarti bata kalawan kawis.sultan Maulana Yusuf membangun pemukiman-pemukiman masyarakat sesuai dengan pembagian penduduk berdasarkan pekerjaan, status dalam pemerintahan, ras dan sosial ekonomi. Kampung Kasunyatan merupakan salah satu pemukiman yang dibangun bagi kaum ulama. Sesuai dengan namanya kampung ini merupakan pusat pembelajaran agama Islam masa Sultan Maulana Yusuf, bahkan sampai sekarang. Hadirnya Sultan Maulana Yusuf memberikan arti penting bagi kemajuan Kesultanan Banten. Periode pemerintahannya selama kurun waktu sepuluh tahun ( ) dapat dianggap sebagai fase awal bagi pembangunan Kesultanan Banten sebagai kota kosmopolitan yang maju pesat di segala bidang. A. Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan telaah terhadap pustaka atau teori yang menjadi landasan pemikiran (Jurusan Pendidikan Sejarah, 2006: 3) Pustaka-pustaka digunakan untuk menelaah setiap pertanyaan dalam rumusan permasalahan secara garis besar. Rumusan masalah pertama mengkaji keadaan umum Banten sebelum era kesultanan dan menjelang Maulana Yusuf memerintah sebagai sultan kedua. Termasuk awal berdirinya Kesultanan Banten. Membahas pula perpindahan ibukota Kesultanan Banten yang sebelumnya berada di Banten Girang. Pustaka yang memiliki kedekatan tema dengan rumusan masalah pertama terdapat dalam hasil penelitian. Claude Guillot dalam bukunya,banten (Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII). (Gramedia, 2008) menjadi acuan utama untuk menelaah rumusan masalah pertama. Buku ini membicarkan tiga topik utama tentang Banten, yaitu sejarah kuno Banten sebelum kedatangan Islam; komponen-komponen dari masyarakat Banten melalui tata perekonomian, perjuangan-perjuangan merebut kekuasaan dan terikatnya Banten pada dunia agraria; dan yang terakhir yaitu hubungan Banten dengan pihak-pihak asing.

5 Rumusan masalah kedua mengkaji pengembangan infrastruktur Kesultanan Banten dengan konsep gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis oleh Sultan Maulana Yusuf. Pustaka yang digunakan untuk mengkaji masalah pada rumusan ini, yaitu: 1. Hoesein Djajadiningratdalam buku Tinjauan Kritis Tentang Sajarah Banten(Djambatan. 1983); 2. Karya Supratikno Rahardjo, dkk. berjudul Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan. Rumusan masalah ketiga membahas pengembangan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten pada masa Sultan Maulana Yusuf. Pustaka yang digunakan untuk mengkaji masalah pada rumusan ini, yaitu: 1. Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia(Logos Wacana Ilmu, 2001); 2. A. Rohman, Peranan Desa Kasunyatan dalam Pendidikan Islam Pada Masa Sultan Maulana Yusuf (STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2002). Kasunyatan menjadi pusat pembelajaran agama Islam di Kesultanan Banten pada masa Sultan Maulana Yusuf.Sesuai dengan namanya, pemukiman ini dihuni oleh orang-orang yang ahli dalam agama Islam atau ulama/kyai. Di pemukiman itu terdapat pula Masjid Kesunyatan yang dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, dimana dari segi arsitektur bangunan masjid ini memiliki keunikan yang patut untuk dibahas. B. Historiografi yang Relevan Historiografi merupakan rekonstruksi sejarah melalui proses pengujian dan menganalisis secara kritis dari peninggalan masa lampau (Ankersmith, 1984: 268). Tujuan dari historiografi yang relevan adalah untuk menunjukkan orisinalitas atau objektivitas karya skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini, ada beberapa historiografi yang relevan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut. Pertama, Sri Utami. (2007). Proses Islamisasi Di Jawa Barat Pada Masa Sultan Hasanuddin Tahun Kajian Sri Utami dalam skripsinya memiliki kemiripan dengan kajian yang dibahas oleh

6 penulis, terutama dengan latar tempatnya yang kebanyakan mengambil lokasi di Banten sebagai penulisan sejarah. Perbedaan dengan tulisan yang akan dibuat ini adalah terletak pada bagian isi tulisan. Sri Utami lebih menjelaskan tentang proses Islamisasi Jawa Barat pada masa Sultan Hasanudin sedangkan tulisan ini lebih mengutamakan kepada perkembangan Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf. Kedua, Siti Aspariah (2010), Kesultanan Banten Pada Masa Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa ( ).Skripsi yang ditulis oleh Siti Aspariah ini sangat relevan sebagai acuan pembanding dimana nantinya akan terlihat bagaimana perbedaan pola pemerintahan pada masa Sultan Maulana Yusuf dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dua orang ini memiliki kesamaan dalam kebijakan pemerintahannya yaitu lebih memfokuskan pada pembangunan perkotaan dan pertanian. Namun nuansa sejarah keduanya sangat berbeda, dimana nuansa yang paling mencolok tersebut adalah eksistensi kolonial Belanda (VOC) pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yang tidak ditemui pada masa Sultan Maulana Yusuf. Khususnya yang menjadi pembeda dari skripsi milik Siti Aspariah, penulis lebih menekankan pada perkembangan sebuah kota, dalam hal ini Kesultanan Banten yang diihat dari segi pengembangan infrastruktur primer dan pemukiman penduduk dalam kota itu sendiri. Kedua historiografi yang relevan di atas memiliki perbedaan dengan topik penelitian yang dikaji penulis. Perbedaan yang paling mencolok adalah periodisasi sejarah dalam topik penelitian. Periodisasi merupakan hal yang penting dalam sejarah, karena dengan periodisasi akan dapat memehami peristiwa sejarah itu lebih jelas, tahap demi tahap atau periode demi periode dan kemudian dapat memahami keterkaitan antara periode yang satu dengan periode yang lainnya. (Sardiman, AM., 2004: 76) Periodesasi juga dapat mengetahui tokohtokoh yang berperan penting sebagai penggerak sejarah di masanya.

7 C. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode sejarah kritis menurut teori Kuntowijoyo. Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) verifikasi (kritik sejarah, keabsahan sumber), (4) interpretasi: analisis dan sintesis, dan (5) penulisan (Kuntowijoyo, 1995: 90). a. Pemilihan Topik Pemilihan topik merupakan langkah awal dalam penelitian untuk mnentukan permasalahan yang akan dikaji. Topik dalam penulisan didasarkan pada tingkat intelektualitas serta ketertarikan penulis terhadap tema yang dikaji. Semua itu dilakukan uttuk mempermudah dan memerlancar dalam proses penulisan yang sedang dikaji oleh penulis mengenai Perkembangan Kesultanan Banten Pada Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf ( ). b. Heuristik Istilah heuristik berasal dari bahasa Yunani yaitu heurisken yang berarti menemukan. Pada penulisan sejarah, heuristik berarti usaha untuk mencari dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah baik sumber benda, sumber tertulis maupun sumber lisan. Sumbersumber tertulis yang ditemukan penelitian ini adalah buku-buku, koran-koran dan dokumen lokal yang didapatkan darilaboratorium dan Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNY, Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial UNY, Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Yogyakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Gajah Mada (UGM), Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya UGM, Perpustakaan Kota Yogyakarta, Perpustakaan Daerah Provinsi D.I. Yogyakarta, Perpustakaan Daerah Provinsi Banten, Perpustakaan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, dan Kantor Arsip Daerah Provinsi Banten. Penelitian ini juga menggunakan sumber-sumber

8 baik karya-karya para sarjana dan peneliti maupun media cetak dan media online (internet), yang langsung atau hanya terkait dengan informasi mengenai topik penelitian. Penulis melakukan observasi lapangan dengan mendatangi langsung lokasi penelitian, diantaranya yaitu: Situs Kuno Banten Girang, Keraton Surosowan, Masjid Agung Banten, Situ Tasikardi, Pelabuhan Karangantu, Kampung dan Masjid Kasunyatan dan Makam Sultan Maulana Yusuf di Pekalangan Gede, Banten. Penulis juga melakukan pengamatan langsung dengan mendatangani Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang menyimpan benda-benda peninggalan penting pada masa kesultanan Banten, baik itu berupa prasasti, keramik dan barang pecah belah, peta-peta, uang kuno, dan lain sebagainya. Lokasi penelitian diamati lebih awal guna memperoleh gambaran tentang jejak-jejak masa lalu. Sehubungan dengan itu, kenadziran Masjid Kasunyatan dan Makbaroh (tanah khusus/wakaf untuk pemakaman) Panembahan Maulana Yusuf yang letaknya di Kampung Kasunyatan, turut dikunjungi penulis untuk mendapatkan data wawancara dari salah satu keturunan Sultan Maulana Yusuf, yang juga menjadi Ketua Kenadziran Masjid Kasunyatan saat ini, yaitu Tubagus Ali Ma mun Isya. Meskipun bukan termasuk sumber primer, data wawancara tersebut berguna untuk mengetahui secara garis besar topik penelitian dari seorang ahli dan termasuk tokoh lokal yang menjadi pemerhati sejarah dan kebudayaan Banten. c. Verifikasi (Kritik Sumber) Langkah selanjutnya setelah penulis berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, yaitu menyaring sumbersumber sejarah secara kritis. Langkah-langkah ini lazim disebut juga dengan kritik sumber (verivikasi) yang berusaha untuk menguji kebenaran dan ketepatan dari sumber sejarah, baik

9 terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Helius Sjamsuddin, 2007: 131). d. Interpretasi Interpretasi, atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda dengan sintesis yang berarti menyatukan. Namun Kuntowidjoyo berpendapat analisis dan sintesis sebagai tahapan-tahapan dalam interpretasi (Kuntowidjojo, 2005: 102). Analisis sejarah itu sendiri bertujuan melakukan sintesis (menyatukan) atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. e. Historiografi Historiografi atau penulisan sejarah merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Dudung Abdurrahman, 2011: 117).Historiografi merupakan tahapan akhir dalam metode penulisan sejarah kritis. Dalam hal ini penulis dituntut untuk mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipankutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia (penulis) pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi. 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan-pendekatan sebagai berikut: a. Pendekatan politik dalam penulisan ini digunakan sebagai pisau bedah untuk mengurai sosok Maulana Yusuf sebagai pemimpin politik di Kesultanan Banten yang telah melakukan kebijakan modernisasi pemerintahan, seperti; membangun kota dengan

10 perbentengan, memperluas dan mengembangkan daerah pertanian dan perluasan wilayah. b. Pendekatan sosiologi untuk mengkaji pola interaksi pada lapisan sosial masyarakat Banten saat itu, baik antara masyarakat lokal, antara masyarakat lokal dengan masyarakat asing maupun antara pihak kraton dengan masyarakat lokal dan asing. Pola interaksi tersebut mengakibatkan terbentuknya ikatan-ikatan sosial dalam masyarakat di Kesultanan Banten yang dibedakan berdasarkan ciriciri sosial, seperti ras dan suku; keagamaan; sosial-ekonomi; dan status dalam pemerintahan dan masyarakat. c. Pendekatan ekonomi.penulis mengkaji perkembangan Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Maulana Yusuf dari pendekatan ekonomi untuk melihat bagaimana pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh sultan kedua Banten ini berpengaruh pada pesatnya perkembangan kesultanan Banten sebagai kota perdagangan. d. Pendekatan antropologi. Penulis akan lebih banyak menggunakan sudut pandang antropologi untuk membedah segala aspek yang terdapat dalam penelitian ini. Pendekatan budaya (antropologi) dalam studi ini, salah satunya gunakan untuk mengkaji sosok Maulana Yusuf beserta aspek pemikiran yang mempengaruhi kebijakannya dalam membangun dan mengembangkan Kesultanan Banten pada tahun II. Banten Sebelum Masa Kesultanan Dan Menjelang Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf A. Berdirinya Kesultanan Banten Sebagai bandar dagang di pesisir utara Jawa bagian barat, Banten diperkirakan muncul pada masa Kerajaan Sunda. Dalam buku kisah perjalanan Ceng Ho yang ditulis oleh Ma Huan yang terbit pada tahun 1416, yaitu Ying-Yai-Sheng-Lan (Catatan Umum Pantai-Pantai

11 Samudera), Banten disebut dengan nama Shun-t a (Sunda). Demikian pula halnya dalam berbagai sumber Cina yang dihimpun oleh Groeneveldt, salah satu daerah di Nusantara yang mereka kenal pada masa Dinasti Ming adalah Sun-la, yang dianggap lafal Cina untuk Sunda.Supratikno Rahardjo, dkk,2011:32). Letak Banten yang berada di dekat Selat Sunda menjadikan kedudukannya sangat strategis, mengingat kegiatan perdagangan di Nusantara dan Asia serta kedudukan barang dengan rempah-rempah di pasar internasional makin meningkat, seiring dengan berdatanganya para pedagang Eropa ke wilayah ini. setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511, Selat Sunda menjadi pintu masuk utama ke Nusantara bagian timur lewat Pantai Barat Sumatera bagi pedagangpedagang muslim, dan kemudian bagi para pedagang Eropa yang datang dari arah ujung selatan Afrika dan Samudera Hindia (Sri Sutjianingsih (Ed.), 1997: 18). Masuknya pedagang-pedagang asing, terutama para pedagang muslim ke wilayah Banten telah mengakibatkan perubahan dalam pemerintahan. Dalam naskah cerita Carita Purwaka Caruban Nagari, dikisahkan tentang usaha Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon bersama sembilan puluh delapan orang muridnya mengislamkan penduduk Banten. Maulana Hasanuddin melanjutkan Islamisasi, setelah Sunan Gunung Jati kembali ke Cirebon. Ia berdakwah dari satu daerah ke daerah lain yang merupakan tempat-tempat keramat dimana para ajar bersemayam, mulai dari Gunung Pulosari, Gunung Karang, Gunung Aseupan, sampai ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon. Usaha-usaha yang dilakukan Maulana Hasanuddin bertujuan untuk melukiskan penguasaan rohani atas wilayah politik Banten Girang, yang nantinya akan direbut secara militer. Hasanuddin berhasil mengalahkan Prabu Pucuk Umun yang merupakan penguasa lokal di Wahanten Girang (Banten Girang) pada

12 tahun Kemudian atas petunjuk Sunan Gunung Jati, Hasanuddin memindahkan pusat pemerintahan Banten yang tadinya berada di pedalaman Banten Girang (tiga kilometer dari Kota Serang) ke dekat pelabuhan Banten (Nina H. Lubis, 2003:27). B. Perpindahan Ibukota dari Banten Girang ke Banten Lama Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama di Kesultanan Banten, memimpin Banten setelah berhasil mengalahkan Prabu Pucuk Umun di Banten Girang. Kebijakan pertama dalam pemerintahannya adalah memindahkan pusat kerajaan dari Banten Girang ke Banten Lama. Pemindahan pusat pemerintahan Banten dari pedalaman ke pesisir merupakan petunjuk dari Sunan Gunung Jati kepada Maulana Hasanuddin. Pusat pemerintahan, yang tadinya berada di pedalaman Banten yakni Banten Girang, dipindahkan ke dekat Pelabuhan Banten. Sunan Gunung Jati menentukan posisi dalem (istana), benteng, pasar, dan alunalun yang harus dibangun. 1 Tempat ini kemudian diberi nama Surosowan dan menjadi Ibu kota Kerajaan Islam Banten, setelah penaklukan Banten Girang oleh orang-orang Islam. Penaklukan Ibukota oleh Maulana Hasanuddin diceritakan dengan singkat dalam Sajarah Banten (SB), dan tahunnya terungkap dalam candrasengkalabrastha gempung warna tunggal, yang oleh Hoesein Djajadiningrat ditafsirkan sebagai tahun 1400 Saka, atau 1478 M. tenyata tahun 1400 Saka disebut juga dalam babad-babad Jawa sebagai tahun keruntuhan Majapahit, yaitu saat awal zaman Islam di Jawa. Menurut sumber Portugis, Banten Girang jatuh ke tangan kaum Muslim pada akhir tahun 1526 atau awal tahun Namun, tradisi lokal banyak yang menyebutkan bahwa pemindahan ibukota terjadi pada tahun 1526 M. 1 Ovi Hanif Triana (Ed.), op.cit., hlm. 26.

13 C. Dampak Perpindahan Ibukota Terhadap Tata Kota Kesultanan Banten Perkembangan Banten sebagai kota pelabuhan dan perdagangan mungkin hanya dapat dikenali dengan merunut kembali peristiwa sejarah transformasi pusat administratif politik dari Banten Girangdi pedalamanyang berada di bawah subordinasi Pakuan-Pajajaran yang Hinduistik- ke daerah pantai yang dikenal dengan Banten Lama. Peristiwa transformasi tersebut berlangsung pada tahun 1526 oleh Syarif Hidayatullah dan Maulana Hasanuddin. Sejak itu, embrio dan fondasi masyarakat dan budaya Banten diletakkan dan ditetapkan dalam format yang bercirikan keislaman (Ovi Hanif Triana (Ed.), 2003:507) Daerah pesisir pantai menjadi tempat strategis bagi terciptanya hubungan dengan dunia internasional. Perdagangan-perdagangan yang dilakukan di sekitar pelabuhan utama, memunculkan kebudayaan pesisir yang heterogen. Lewat daerah pesisir, awalnya Islam di Kesultanan Banten berkembang dan memegang peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam ke wilayah pedalaman. Maka tidak heran, jika faktor penyebab perpindahan ibu kota kesultanan Banten, selain faktor ekonomis dan magis, dilakukan untuk memudahkan proses penyebaran agama Islam ke daerah-daerah pedalaman. Terlebih kerajaan-kerajaan Islam banyak berkembang di wilayah sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa, seperti Demak, Cirebon, Gresik, Tuban, Jepara dan Surabaya. Peristiwa perpindahan administratif politik di atas, tidak dapat dipungkiri membawa dampak yang sangat berarti pada pengembangan kota di Kesultanan Banten selanjutnya. Perpindahan ibukota Banten pada awal Kesultanan Banten mendorong terjadinya perubahan tata kota di Kesultanan Banten, terutama pada perubahan ekologi juga sosiokultural kota dan sosial ekonomis masyarakat. D. Perkembangan Infrastruktur dan Pemukiman Banten Sebelum Masa Kesultanan dan Menjelang Masa Pemerintahan Sultan Maulana Yusuf Tidak banyak keterangan dari sumber-sumber asing yang menyebutkan pengembangan dan pemukiman masyarakat Banten

14 sebelum masa Kesultanan, baik secara fisik maupun non fisik, pada waktu bersubordinasi di bawah Kerajaan Tarumanegara. Setelah Kerajaan Tarumanegara berakhir pada akhir abad ke-7, pengembangan kota dapat ditelusuri dari penggalian yang dilakukan oleh arkeolog di daerah pedalaman Kota Serang. Hasil penggalian membuktikan sudah berdiri Kerajaan Banten Girang yang senantiasa terkena pengaruh ganda, pengaruh Jawa dan Melayu (Claude Guillot, Lukman Nurhakim & Sonny Wibisono, 1996:130). Keraton KerajaanBanten Girang sebagai pusat kerajaan saat itu dibangun pada tempat yang memiliki topografi dataran tinggi. Keraton sebagai pusat kerajaan yang dibangun diatas topografi yang lebih tinggi dari daerah bawahannya merupakan tiruan dari susunan gunung Mahameru. Puncak Mahameru adalah tempat tinggal raja yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan. Berdasarkan hasil ekskavasi atau penggalian di situs Banten Girang, didapati fakta bahwa struktur infrastruktur kota Banten Girang terdiri atas enam bagian, yaitu: 1. Kelunjukkan (pintu gerbang bagian utara), 2. Telaya (pusat kota), 3. Pandaringan (kolam dan lumbung), 4. Banusri (pasar), 5. Alas Dawa (pos pengawasan/pintukeluar bagian selatan) 6. Asam Reges. Sudah ada pembagian pemukiman berdasarkan struktur ekonomi, tapi masih terbatas. Baru setelah orang-orang Islam berhasil merebut kekuasaan dan mendirikan Banten, pemukiman-pemukiman masyarakat dapat diketahui dari berbagai sumber-sumber asing,yaitudari Cina dan Portugis.

15 III. Pengembangan Infrastruktur Kesultanan Banten Dengan Konsep Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis Oleh Sultan Maulana Yusuf A. Riwayat Singkat Sultan Maulana Yusuf Maulana Yusuf merupakan putra pertama Maulana Hasanuddin.Beliau mempunyai fisik yang sangat kuat (SB, Pupuh XXII).Beliau lahir dari rahim keluarga bangsawan dan pemuka agama Islam yang sangat dihormati. Anak salah seorang yang mendeklarasikan diri sebagai sultan pertama di Kesultanan Banten, kelak menjadi daerah yang maju pesat di bidang perdagangan dan pelayaran nusantara, yaitu Sultan Maulana Hasanuddin. Kakek beliau merupakan ulama terkemuka yang mendakwahkan agama Islam di wilayah Jawa Barat (termasuk Banten) dan menjadi salah satu tokoh walisongo sekaligus pendiri Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten, yaitusunan Gunung Jati.Bak singa yang melahirkan singa, bukan singa yang melahirkan anak kambing, prasasti pemikiran dan pendidikan Maulana Yusuf sangat terefleksi dari kedua tokoh di atas. Latar keluarga yang berasal dari kalangan ulama dan paham betul mengenai agama, mendorong Maulana Yusuf untuk mendalami pendidikan keagamaan Islam semenjak belia. Apalagi untuk anak sultan atau pangeran yang akan menjadi penerus kerajaan, maka pendidikan agama adalah syarat utama yang harus dimiliki. Ajaran Islam membentuk kepribadian Maulana Yusuf yang taat akan perintah agama. Pemimpin politik sekaligus pemimpin agama yang menyebarkan agama Islam di Banten. Seorang sultan dalam perspektif Islam adalah dia yang menjadi pemimpin dan pengayom masyarakatnya. Terminologi sultan bukan sekadar menjadi pemimpin politik tetapi juga menjadi pemimpin agama. Seorang Sultan bisa dipilih melalui pemilihan atau keturunan, dengan satu syarat dia adalah pemimpin terbaik. Khususnya, terbaik dalam segi akhlak atau karakternya.

16 B. Konsep Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis Konsep pengembangan infrastruktur kota dengan membangun benteng-benteng pertahanan dalam sumber lokal tersebut diejawantahkan dalam suatu semboyan, yaitu gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis. Jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia, semboyan ini berarti membangun kota perbentengan dengan (batu) bata dan karang. Semboyan diatas memiliki makna yang sangat mendalam bila dipahami lebih lanjut. Terdapat dua konsep mendasar dari semboyan tersebut yang dapat ditelaah dari sudut historis dan simbolis (budaya). Konsep Historis.Kalimat Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawisterdapat dalam Sajarah (Babad) Banten, pupuh 22: Hasanuddin mencapai usia seratus tahun (sirna ilang iku tuwan ingkang yuswa kangjeng gusti). Ia digantikan oleh puteranya, Molana Yusup. Molana Yusup mempunyai tenaga jasmani yang besar. la membangun sebuah kubu pertahanan (gawe kuta bulawarti bata kalawan kawis) dan membuat kampung-kampung, sawah-ladang, terusan-terusan, dan bendungan-bendungan. Sekitarnya dikumpulkannya orang-orang yang saleh dan bersifat pahlawan. Bata (batu terbuat dari tanah liat) dan kawis (karang) digunakan sebagai bahan bangunan utama bagi pembangunan infrastruktur Kota Banten. Konsep Simbolis. Kalimat Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawismenjadi ruh dansemangan dalam pengembangan Kota Banten yang mensenyawakan unsur buatan (simbol dari bata) dan unsur alamiah (simbol Karang) secara selaras. C. Penerapan Konsep Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawis Pada Pengembangan Infrastruktur Kesultanan Banten Tahun Bata dan karang (bata kalawan kawis), ternyata bukan bahan baku bangunan yang hanya memiliki satu fungsi untuk bahan baku pembangunan perbentengan. Tetapi, hampir seluruh infrastruktur primer di Kesultanan Banten, dari mulai keraton, masjid, pelabuhan, jembatan, jaringan irigasi dan jaringan jalan, mengunakan dua bahan baku buatan dan alami ini, sebagai elemen penting bangunan pada saat itu. Bahan

17 baku bata dan karang juga menjadi unsur pendukung bagi pemerintahan Maulana Yusuf dalam pengembangan kota perbentengan (gawe kuta baluwarti) secara besar-besaran pada periode Penerapan konsep Gawe Kuta Baluwarti Bata Kalawan Kawisdiwujudkan dalam membangun berbagai infrastruktur kota, yaitu: 1. Pengembangan Keraton Surosowan, 2. Masjid Agung Banten dan Masjid Kasunyatan, 3. Pasar dan Pelabuhan, 4. Irigasi Pertanian dan Jaringan Air Bersih, 5. Jaringan Jalan dan Jembatan Rante, IV. Pengembangan Pemukiman Masyarakat Di Kesultanan Banten Pada Masa Sultan Maulana Yusuf A. Lapisan Masyarakat di Kesultanan Banten Pada masyarakat kerajaan yang masih bersifat tradisional atau pra-industrial, penggolongan masyarakat jauh lebih bersahaja daripada masyarakat industri. Sifat sistem lapisan di dalam masyarakat kerajaan umumnya bersifat tertutup. Khususnya dalam kerajaan bercorak Hindu yang menekankan sistem kasta dalam penggolongan masyarakat. Lambat laun sistem kasta memudar seiring dengan tumbuhnya pengaruh Islam di kerajaan-kerajaan Nusantara. Islam lebih luwes dalam menempatkan seseorang pada status dan peranannya. Bahkan, dalam status di hadapan Tuhan, bukanlah dinilai dari tingginya kekayaan dan kedudukan. Tetapi berdasarkan ketinggian akhlak seorang muslim. Meskipun bersifat luwes, pelapisan sosial dalam masyarakat kerajaan bercorak Islam masih terpengaruh oleh tradisi Hindu yang bersifat tertutup. Khususnya pada status diri seorang sultan yang masih dianggap sebagai wakil dewa di bumi. Penggolongan masyarakat kotakota zaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Indonesia, terutama di Kesultanan Banten itu dapat dibagi atas:

18 (1) golongan raja-raja dan keluarganya (b) golongan elite (c) golongan non elite, dan (d) golongan budak. Tidak ketinggalan peran perempuan di Kesultanan Banten merupakan unsur pendukung dalam lapisan sosial masyarakat. Peran perempuan tersebut meliputi: sebagai ibu suri, penasehat sultan, pemimpin politik (Dewan Perwalian), pengajar dan penyebar agama Islam, pengawal keraton, pembawa bunga di makam keramat (bedhaya). B. Penyediaan Pemukiman Masyarakat Berdasarkan Pengelompokkan Lapisan Masyarakat 1. Pengelompokkan atas dasar ras dan suku, seperti: Pecinan, Pekojan, Karoya, Kebalen, dan Bugis. 2. Pengelompokkan atas dasar sosial-ekonomi, seperti: Pamarican, Pabean, dan Kagongan. 3. Pengelompokkan atas dasar status dalam. pemerintahan dan masyarakat, seperti: Keraton, Kesatrian, Kawangsan, dan Kawiragunaan. 4. Pengelompokkan atas dasar keagamaan, seperti: Kapakihan dan Kasunyatan. C. Pemukiman Kasunyatan Sebagai Pemukiman Agama 1. Pemukiman Agama di Kerajaan Islam. a. Disebut juga Kauman, Pekauman, Kampung Santri, Desa Pesantren, Kampung Arab, dan Kampung Pekojan. b. Kenampakan umum di Kerajaan Islam, yang terdapat di dekat masjid utama kesultanan (masjid gedhe). 2. Kasunyatan sebagai Kauman-nya Kota Banten. a. Berarti sunyi, sunyata atau kenyataan, dan sunat (tempat penyunatan para muallaf di Kesultanan Banten). b. Tempat pembelajaran dan pendidikan agama Islam di Kesultanan Banten.

19 V. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perkembangan Banten sebelum masa kesultanan ditunjukkan dengan keberadaaan Kerajaan Banten Girang yang terlebih dahulu telah berdiri di Tatar Banten. Banten Girang yang merupakan kerajaan bercorak Hinduistis telah dikenal sebagai kota penghasil lada. Para pedagang pun berdatangan di kota yang terletak jauh dari pelabuhan utama. Meski begitu, Banten Girang tetap saja ramai dan terus didatangi oleh para pelaut asing dari berbagai daerah, seperti dari Cina, India dan Eropa. Terbukti dengan peninggalan berupa pecahan keramik dan mata uang kuno dari Cina yang didapatkan dari hasil penggalian di situs Banten Girang pada tahun Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati setelah berhasil menaklukkan kerajaan Banten Girang yang bercorak Hindu, ia memberikan nasihat kepada anaknya, Maulana Hasanuddin, untuk memindahkan Ibukota kerajaan di Banten Girang ke Banten Lama. Disinilah awal kejayaan itu disemaikan. Kesultanan Banten tumbuh bersemi sebagai kota bandar terkemuka dengan hasil bumi utamanya, yaitu lada.maulana Hasanuddin menjadi sultan pertama Kesultanan Banten dan mulai membangun Keraton Surosowan dan Masjid Agung Banten secara bertahap. Perkembangan Kesultanan Banten menunjukkan signifikansinya ketika pemerintahan dikendalikan oleh Sultan Maulana Yusuf ( ). Anak kandung Maulana Hasanuddin ini memiliki kepribadian jasmani yang kuat. dia merupakan manusia multidimensi yang selalu memimpin pasukannya di garda terdepan. Dalam peperangan merebut Pajajaran (1579), Maulana Yusuf menjadi panglima perang yang memimpin pasukannya. Dalam melanjutkan misi dakwah, Maulana Yusuf menjadi pemimpin cum ulama yang menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Banten. Dan dalam pengembangan Kesultanan Banten, Maulana Yusuf menjadi teknokrat yang mengembangkan Kesultanan Banten sebagai salah satu bandar utama di Nusantara.

20 Dalam Sajarah Banten (SB), tercatat Sultan Maulana Yusuf melakukan pembangunan besar-besaran dalam bidang infrastruktur, seperti: pengembangan Keraton Surosowan, masjid, pasar dan pelabuhan, irigasi pertanian dan jaringan air bersih, dan jaringan jalan. Maulana Yusuf juga membangun dan membagi pemukiman-pemukiman berdasar latar belakang lapisan penduduk. Penerapan konsep gawe kuta baluwarti bata kalawan kawis pada pengembangan Kesultanan Banten oleh Sultan Maulana Yusuf dilakukan dengan membangun berbagai infrastruktur primer kota, dengan menggunakan bahan baku bangunan utama berupa batu batu dan karang (kawis). Infrastruktur Kota Banten yang terpenting yang dibangun dan dikembangkan oleh Sultan Maulana Yusuf adalah: Pertama, pengembangan Keraton Surosowan;Kedua, pengembangan Masjid Agung Banten Ketiga, pengembangan pasar dan pelabuhan;keempat, jaringan irigasi dan juga air bersih; Kelima, pembangunan Jembatan Rante sebagai fasilitas transportasi darat yang menghubungkan dua jalan utama di Kesultanan Banten dan menjadi tolhuis atau tempat untuk menarik pajak kapal-kaplkecil yang melintas diatasnya. Pengembangan pemukiman masyarakat yang beraneka latar belakang oleh Sultan Maulana Yusuf difasilitasi dengan penyedian pemukiman berdasarkan pengelompokkan lapisan masyarakat di Kesultanan Banten. Lapisan Masyarakat di Kesultanan Banten digolongkan menjadi empat kelompok status sosial yang memiliki perananya masing-masing. Penggolongan Masyarakat di Kesultanan Banten, teridiri atas: golongan sultan dan keluarganya, golongan elit (wong gede), golongan non elit (wong cilik) dan golongan budak. Dari penggolongan atas lapisan masyarakat di Kesultanan Banten, maka pengembangan dan penyedian pemukiman turut mengikuti atasperbedaan dalam masyarakat tersebut. Pengembangan pemukiman terdiri atas empat kriteria pengelompokkan, yaitu pengelompokkan pemukiman berdasar ras dan suku, seperti Pecinan dan Pekojan;

21 pengelompokkan pemukiman berdasarkan sosial-ekonomi, seperti Pabean, Pawilahan dan Pamarican; pengelompokkan pemukiman berdasarkan status dalam pemerintahan dan masyarakat, daiantaranya Keraton, Kesatriaan dan Kewiragunaan; dan terakhir adalah pengelompokan berdasarkan status keagamaan, dua dikenal adalah pemukiman Kasunyatan dan Kefakihan. Dari sekian banyak pemukiman diatas, terdapat pemukiman agamayang khusus digunakan untuk kepentingan syiar agama Islam di Kesultanan Banten.Pemukiman Agama di Kerajaan Islam sering disebut dengankauman, Pekauman, Kampung Santri, Desa Pesantren, Kampung Arab, dan Kampung Pekojan.Pemukiman ini meruprakan kenampakan umum di Kerajaan Islam, yang terdapat di dekat masjid utama kesultanan (masjidgedhe). Di Kesultanan Banten, pemukiman agama tersebut dikenal dengan Kasunyatan. Kasunyatan sebagai Kauman-nya Kesultanan Banten memiliki arti sunyi, sunyata atau kenyataan, dan sunat (tempat penyunatan para muallaf di Kesultanan Banten). Di pemukiman ini dijadikan tempat pembelajaran dan pendidikan agama Islam pada masa Kesultanan Banten. Daftar Pustaka Buku-Buku: A. Bagoes P. Wiryomartono. (1995). Seni Bangunan dan Seni Binakota di Indonesia: Kajian Mengenai Konsep, Struktur, dan Elemen Fisik Kota Sejak Peradaban Hindu-Budha, Islam Hingga Sekarang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. A. Daliman. (2012). Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Ombak. Abdurrahman Wahid. (2010). Membaca Sejarah Nusantara: 25 Kolom Sejarah Gus Dur). Yogyakarta: LkiS. Agus Sunyoto. (2012). Atlas Wali Songo: Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah. Jakarta: Pustaka IIMaN bekerja sama dengan LTN PBNU dan Trans Pustaka. Ahmad Mansur Suryanegara. (2009). Api Sejarah. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta, 2009.

22 Anggar Kaswati. (1998). Metodologi Sejarah dan Historiografi. Yogyakarta: Beta Offset. Ankersmith. (1984). Refleksi tentang Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arwan Tuti Artha & Heddy Shri Ahimsa. (2004). Jejak Masa Lalu: Sejuta Warisan Budaya. Yogyakarta: Kunci Ilmu. Badri Yatim. (2011). Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Jakarta: Rajawali Pers. Bambang Heryanto. (2011). Roh dan Citra Kota: Peran Perancangan Kota Sebagai Kebijakan Publik. Surabaya: Brilian Internasional. Bottomore, T.B. (2006). Elite dan Masyarakat, Jakarta: Akbar Tandjung Institute, 2006 DE Graaf, H.J. & Pigeaud, TH. (2003). Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Tinjauan Sejarah Politik Abad XV dan XVI. Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Dorleans, Bernard. (2006). Orang Indonesia & Perancis Dari Abad XVI Sampai Dengan Abad XX. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Dudung Abdurrahman (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Ombak. Edi Sedyawati, dkk (Ed.). (2001) Sastra Jawa, Suatu Tinjauan Umum. Jakarta: Balai Pustaka. Feby Nurhayati, Reny Nuryanti & Sukendar, Wali Sanga dan Profil dan Warisannya. Yogyakarta: Pustaka Timur, 2007, Gazalba, Sidi. (1981). Pengantar Sejarah Sebagai Ilmu. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Goodrich, L. Carrington. A Shorth History of the Chinese People. New York: Harper and Brothers Publishers. Gottschalk, Louis. Understanding History: A Primer of Historical Method, ab, Nugroho Notosusanto. (1975). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Guillot, Claude. (2008). Banten (Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

23 Guillot, Claude., Lukman Nur Hakim & Sonny Wibisono. (1996). Banten Sebelum Zaman Islam Kajian Arkeologis di Banten Girang (932?- 1526). Jakarta: Bentang. Guillot, Claude., Hasan M. Ambary, & Dumarcay, Jacques. (1990). The Sultanate Of Banten, Jakarta: Gramedia Publishing Book Division. Hamid Fahmi Zarkasyi. (2010). Peradaban Islam (Makna dan Strategi Pembangunannya). Ponorogo: CIOS. Hasan Muarif Ambary. (2001). Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Helius Sjamsuddin. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Heriyanto Atmojo. (2008). Batik Tulis Tradisional, Kauman, Solo Pesona Budaya Nan Eksotik. Solo: Tiga Serangkai. HM. Nasruddin Anshoriy Ch & Dri Arbaningrum. (2008). Negara Maritim Nusantara: Jejak Sejara yang Terhapus. Yogyakarta: Tiara Wacana. Husein Djajadiningrat. (1983). Tinjauan Historis Sajarah Banten. Djakarta: Djambatan. I Ketut Riana. (2009). Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagara Krtagama, Masa Keemasan Majapahit. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Inajati Adrisijanti. (2000). Arkeologi Kota Mataram Islam. Yogyakarta: Penerbit Jendela. J.S. Badudu & Sutan Muhammad Zain. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Juliadi. (2007). Masjid Banten, Nafas Sejarah dan Budaya. Yogyakarta: Ombak. Jurusan Pendidikan Sejarah. (2006). Pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi. Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuntowidjoyo. (2013). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.

24 . (2008). Penjelasan Sejarah (Historical Explanation). Yogyakarta: Tiara Wacana.. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. Lapidus, Ira M. (2000). Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada. La Ode Rabani. (2010). Kota-Kota Pantai Di Sulawesi Tenggara: Perubahan Dan Kelangsungannya. Yogyakarta: Penerbit Ombak. Lilie Suratminto dan Mulyawan Karim (Ed.). (2012). Kota Tua Punya Cerita. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Lombard, Denys. (2008). Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian III: Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lukman Hakim. (2006). Banten dalam Perjalanan Jurnalistik. Pandeglang: Divisi Publikasi Banten Haeritage. Marwati Djoened Poesponegoro & Nugroho Notosusanto (Ed.). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno- Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.. (2008). Sejarah Nasional Indonesia III-Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka. Muchlis PaEni (Ed.). (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Arsitektur. Jakarta: Rajawali Pers.. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Sosial. Jakarta: Rajawali Pers. Mundardjito (Ed.). (2003). Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Serang. Nasikun. (2010). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: RajawaliPers. Nasir, Abdul Halim. (1990). Kota-Kota Melayu. Kualalumpur: Dewan Bahasa Dan Pustaka Kemendik Malaysia Kuala lumpur. Nina H. Lubis. (2003). Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Jawara, Ulama. Jakarta: LP3ES. Nugroho Notosusanto. (1971). Norma-norma Dasar Penelitian Sejarah. Jakarta: Dephankam.

25 Oni Hanif Triana (Ed.). (2003). Proses Islamisasi Di Banten (Cuplikan Buku Catatan Masa Lalu Banten Halwany Michrob & Mudjahid Chudari). Serang: Dinas Pendidikan Provinsi Banten. Pijper, G.F. Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia Jakarta: UI Press, 1984, hlm Fragmenta Islamica, Studien Over Het Islamisme in Nederlandsch-Indie. a.b., Tudjimah Fragmenta Islamica: Beberapa Studi Mengenai Sejarah Islam Di Indonesia Awal Abad XX. Jakarta: UI-Press. Pradjarta Dirdjosanjoto Memelihara Umat: Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa. Yogyakarta: LkiS. Purnawan Basundoro. (2012). Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Ombak. Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi IV). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga , Jilid 2: Jaringan Perdagangan Global. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor.. (2004). Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES. Sartono Kartodirdjo. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.. (1984). Pemberontakan Petani Banten Yogyakarta: UGM Press. Sardiman, AM. (2004). Mengenal Sejarah. Yogyakarta: FIS-UNY & BIGRAF Publishing. Sidik Pramono (Ed.). (2008). Ekspedisi Anjer-Panaroekan Laporan Jurnalistik Kompas: 200 Tahun Anjer Panaroekan, Jalan (Untuk) Perubahan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Soerjono Soekanto. (2010). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.. (1985). Kamus Sosiologi. Jakarta: Rajawali Pers.

26 Sri Sutjianingsih (Ed.). (1994). Sejarah Daerah Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. Supratikno Rahardjo, dkk. (2011). Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Tb. Hafidz Rafiuddin. (2006). Riwayat Kesulthanan Banten. Serang:.. (2001). Banten di Era Maulana Yusuf Serang: Kencana Grafika. Uka Tjandrasasmita. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Van Bruinessen, Martin. (1999). Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat: Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan. Van Leur, J.C. (1960 ). Indonesian Trade And Society (Essays in Asian Social and Economic History). Bandung: Sumur Bandung (formerly, N.V. Mij Vorkink-Van Hoeve, The Hague (2nd. Edition). Yulianto Sumalyo. (2006). Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim. Yogyakarta: Gajah Mada University-Press, Zamakhsyari Dhofier. (2011). Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya mengenai masa depan Indonesia. Jakarta: LP3ES. Artikel/Bab dalam Suatu Buku: Edi S. Ekadjati. (1997). Kesultanan Banten dan Hubungan Dengan Wilayah Luar. Dalam Sri Sutjianingsih (Ed). Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Dirjen Kebudayaan Depdikbud. Endang Widyastuti. (2010). Aktivitas Perekonomian Masyarakat di Muara Ciaruteun Pada Masa Klasik. Dalam Naniek Th. Harkantiningsih (Ed). Perdagangan dan Pertukaran Masa Prasejarah Kolonial, Bandung: Balai Arkeologi Nasional & Alqaprint. Desril Riva Shanti. (2010). Bukti Hubungan Perdagangan Antara Cina dengan Banten. Dalam Naniek Th. Harkantiningsih (Ed). Perdagangan dan Pertukaran Masa Prasejarah Kolonial. Bandung: Balai Arkeologi Nasional & Alqaprint. Hasan Muarif Ambary. (1997). Agama Dan Masyarakat Banten. Dalam Sri Sutjianingsih (Ed). Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra:

27 Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Dirjen Kebudayaan Depdikbud. Heriyanti O.Untoro. (1997). Pemanfaatan Sumber Daya Lingkungan di Bandar Banten. Dalam Sri Sutjianingsih (Ed). Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra: Kumpulan Makalah Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Dirjen Kebudayaan Depdikbud. Heather Sutherland. (2008). Meneliti Sejarah Penulisan Sejarah. Dalam Henk Schulte Nurdholt, dkk (Ed). Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV-Jakarta, Denpasar: Pustaka Larasan. Artikel dari Jurnal/Seminar Makalah: Said D., Muhammad. Dari Kota Kolonisl Ke Kota Niaga : Sejarah Kota Kendari Abd XIX-XX. Makalah yang disampaikan pada Konferensi Sejarah Nasional VIII diselenggarakan oleh Direktorat Nilai Sejarah Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Depertemen Kebudayaan dan Pariwisata, tanggal November 2006 di Hotel Milenium Jakarta. Purnama, Yuzar. (2008). Budaya Spiritual Di Lingkungan Makam Sultan Maulana Yusuf. Jurnal Penelitian, Vol. 40, No. 2, Agustus 2008, hlm Sumber Koran/Majalah Edi Hudiata, HMT. Menyongsong Babad Baru Banten. Fajar Banten, Senin, 11 April Imam Solichudin, Pelajaran dari Seba Baduy, Fajar Banten, Rabu, 1Mei 2009, hlm. 7. Iwan K. Hamdan, Romantisme Sejarah Banten. Fajar Banten, Senin, 28 Juni Khairunnisa, Masjid Kasunyatan, Warisan Berharga yang Tersembunyi. Fajar Banten, Sabtu 14 Agustus 2010, hlm. 11. Lukman Hakim, Babad Banten, Fajar Banten, Sabtu, 17 April Mu arif, Pendekatan Budaya dalam Penulisan Sejarah, Koran Seputar Indonesia, Minggu, 20 Januari Ranta Soeharta, Kebudayaan Banten: Masa Lalu dan Kekinian (1), Fajar Banten, Jumat, 8 Januari 2010.

28 Tubagus Najib, Tradisi Haul Maulana Yusuf, Fajar Banten, Rabu, 28 November Sumber Skripsi dan Tesis: A. Rohman. (2002). Peranan Desa Kasunyatan dalam Pendidikan Islam Pada Masa Sultan Maulana Yusuf. Skripsi. Serang: STAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Siti Aspariah. (2006). Kesultanan Banten Pada Masa Pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa ( ). Skripsi. Yogyakarta: UNY. Sri Utami. (2007). Proses Islamisasi di Jawa Barat pada masa Sultan Hasanudin tahun Skripsi. Yogyakarta: UNY. Halwany Michrob. (1987). A Hypothetical Reconstruction Of The Islamic City Of Banten. Tesis. Philadelphia: The Graduate Program in Historic Preservation Presented to the -Faculties of the University of Pennsylvania. Internet: Gambaran Umum Kecamatan Kasemen. Terdapat pada diunduh pada tanggal 2 Juni Gedung Arsip Nasional. Tersedia pada diunduh pada tanggal 17 Juni Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA). Pengaruh Kadhi. Tersedia pada Diunduh pada tanggal 28 Mei Peta wilayah kekuasaan Kesultanan Banten. Tersedia pada Diunduh pada tanggal 26 Juni Peta Pusat Kesultanan Banten abad ke-16 berpola Gridiron (papan catur). Tersedia pada Diunduh pada tanggal 26 Juni Peta Kesultanan Banten Pada Abad ke-16. Tersedia pada Diunduh pada tanggal 26 Juni Peta lokasi Kota Tihamah di Arab Saudi. Tersedia pada diunduh tanggal 30 Juni 2013.

29 Tb. A. Fauzi S, (2009), Konsep Tata Ruang Wilayah Era Kesultanan Banten. Tersedia pada diunduh pada tanggal 1 Maret Tokoh Tome Pires.Tersedia pada diunduh pada tanggal 10 April Sumber Lisan: 1. Wawancara KH. Tubagus Ali Makmun Isya, Ketua Kenadziran Masjid Kasunyatan dan Makbaroh Sultan Maulana Yusuf, pada hari Jumat, 7 Juni Wawancara Drs. Sarimin Sumowidjojo (pensiunan guru, umur 76 tahun) di kediaman beliau, pada tanggal 17 Mei Wawancara Tubagus Arobbi, tokoh masyarakat dan pengasuh pondok pesantren Ummul Qurro wal Hufadz, di kediaman beliau (Jalan Raya Banten, Desa Kasunyatan, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten), pada tanggal 7 Juni Wawancara Wahyu Satria selaku pemandu wisata dari Dinas Pariwisata Karanganyar, pada saat kunjungan ilmiah penulis ke Candi Sukuh pada hari Sabtu, 3 Juli 2010, dalam rangka tugas matakuliah Komputer dan Laboratorium Sejarah.

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Lampiran 1. Peta Provinsi Banten Dewasa ini. Peta Provinsi Banten Sumber: Achmad Chaldun & Achmad Rusli. (2007). Atlas Tematik Provinsi Banten. Surabaya: Karya Pembina Swajaya. Hlm. 26. 206 207 Lampiran

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian dalam bab II sampai dengan bab IV, maka dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian dalam bab II sampai dengan bab IV, maka dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab II sampai dengan bab IV, maka dapat diambil kesimpulan atau garis besar dari skripsi yang berjudul Perkembangan Kesultanan Banten Pada Masa Pemerintahan

Lebih terperinci

Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini.

Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Lampiran 16. Infrastruktur Jaringan Irigasi dan Air Bersih. 1). Gambar Danau Tasikardi Dewasa Ini. Keterangan: Danau Tasikardi dibangun pada masa Sultan Maulana Yusuf, merupakan penampung air yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang. Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten, menjadi

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA MADYA

SILABUS MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA MADYA SILABUS MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA MADYA Oleh: Miftahuddin, M. Hum. NIP. 19740302 200312 1 006 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PRODI ILMU SEJARAH FIS UNY 20 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN. Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam. Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun , maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai Peran Sultan Iskandar Muda Dalam Mengembangkan Kerajaan Aceh Pada Tahun 1607-1636, maka dapat diambil kesimpulan baik dari segi historis maupun dari segi paedagogis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Ekonomi Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah

Lebih terperinci

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *)

PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *) MASALAH KONTROVERSIAL SEJARAH NASIONAL INDONESIA II PROSES ISLAMISASI DI INDONESIA (ABAD 13-18 M): MASALAH DI SEKITAR KAPAN, SIAPA, DAN DARI MANA? *) Oleh: Andi Suwirta **) ABSTRAK Tulisan ini ingin mendiskusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di

I. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II BANTEN SEBELUM MASA KESULTANAN DAN MENJELANG MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF

BAB II BANTEN SEBELUM MASA KESULTANAN DAN MENJELANG MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF BAB II BANTEN SEBELUM MASA KESULTANAN DAN MENJELANG MASA PEMERINTAHAN SULTAN MAULANA YUSUF A. Berdirinya Kesultanan Banten Perkembangan suatu kota di masa kini tidak terlepas dari dinamika sejarah yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat :

Setelah selesai kegiatan pembelajaran, siswa dapat : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SMP / MTs :.. Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas/Semester : VII/2 Alokasi waktu : 8 x 40 menit ( 4 pertemuan) A. Standar Kompetensi 5. Memahami perkembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Proses. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, proses memiliki arti antara lain runtunan perubahan ( peristiwa ), perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kodifikasi Hadis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai

Lebih terperinci

Sejarah Sosial & Politik Indonesia.

Sejarah Sosial & Politik Indonesia. Sejarah Sosial & Politik Indonesia Sejarah Ina Modern * Ricklefs: sejarah tertulis dimulai prasasti Yupa, Kutai 400M *3 unsur fundamental sbg kesatuan historis Budaya & agama: Islamisasi Ina 1300 M Unsur

Lebih terperinci

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1

Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri. Titik Pudjisatuti 1 Arsip dan Naskah Banten yang tersimpan di Luar Negeri Titik Pudjisatuti 1 1. Pengantar Banten sebagai salah satu kesultanan Islam terbesar di Nusantara pada abad ke-16--17 telah menarik perhatian banyak

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. DAFTAR PUSTAKA Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan Kyai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sebuah asrama pendidikan tradisional, di mana para siswanya semua tinggal bersama

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

DAFTAR PUSTAKA. Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Buku Arifin, Muzayyin. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Asrohah, H. (1999). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Azra, A. (2000). Pendidikan Islam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tahun pertama masehi, Lampung telah dihuni oleh manusia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai peninggalan yang tersebar diberbagai wilayah Lampung. Meskipun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan

III. METODE PENELITIAN. mencapai tujuan, maka langkah-langkah yang ditempuh harus sesuai dengan 25 III. METODE PENELITIAN Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau yang sering disebut dengan metode. Metode pada dasarnya berarti cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT

BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT BAB IV BUDAYA DAN ALAM PIKIR MASA PENGARUH KEBUDAYAAN ISLAM DAN BARAT A. Pengaruh Kebudayaan Islam Koentjaraningrat (1997) menguraikan, bahwa pengaruh kebudayaan Islam pada awalnya masuk melalui negara-negara

Lebih terperinci

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi

Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi Seminar Pertumbuhan Dan Perkembangan Kesultanan Di Nusantara Abad XVII Masehi *Diselenggarakan 20 November 2013 oleh Jurusan Sejarah & Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tinjauan Historis Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan historis. Kata tinjauan dalam bahasa Indonesia berasal

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama. DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku : Abdulah, T. (2006). Budaya Sunda Kini, Dulu dan Masa Depan. Bandung: Kencana Utama. Ali, M. (2009). Misionarisme di Banten. Banten: Bantenologi. Aritonang, J. S. (1995). Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1. di Selat Malaka, tepatnya di Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan adalah ibukota Kecamatan Bandar 1 Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak sekitar 40 km arah Timur dari ibukota Kabupaten Simalungun,

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR STUDI KOMPARATIF POLA MORFOLOGI KOTA GRESIK DAN KOTA DEMAK SEBAGAI KOTA PERDAGANGAN DAN KOTA PUSAT PENYEBARAN AGAMA ISLAM TUGAS AKHIR Oleh : SEVINA MAHARDINI L2D 000 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan mengenai metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis. Menurut buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia, bab

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki

I. PENDAHULUAN. internasional, adanya kontrol terhadap labour dan hasil tanah serta sudah memilki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nusantara adalah sebuah wilayah yang telah berkembang menjadi wilayah perdagangan internasional, karena sudah memiliki perniagaan regional dan internasional, adanya kontrol

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Sumber Buku : DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Achmad, Kasim. (1981). Mengenal Teater Tradisional Di Indonesia. Jakarta: Dewan Kesenian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu

BAB I PENGANTAR. Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di. Hindia Belanda sejak tahun Pada masa ini diterapkan suatu BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Politik Etis membuka era baru dalam perpolitikan kolonial di Hindia Belanda sejak tahun 1900. Pada masa ini diterapkan suatu politik yang bertujuan untuk melunasi hutang

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menerima baik bangsa asing yang datang ke Indonesia. Belanda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang dan hal itu dapat membantu perekonomian masyarakat Indonesia dari segi perdagangan. Masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini secara umum merupakan pemaparan mengenai metodologi yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data dan fakta yang berkaitan dengan kajian penyebaran agama Islam ke

Lebih terperinci

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :

KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO : KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN : PENDIDIKAN DASAR SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR (/MI) MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) ALOKASI WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung

Lebih terperinci

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO

PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO 95 96 Lampiran 1, Peta Wilayah Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno PETA WILAYAH KEKUASAAN KERAJAAN MATARAM KUNO Sumber: I Wayan Badrika, Sejarah untuk Kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2006, hlm. 16. 97 Lampiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam kerajaan Mataram

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA

TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA TOKOH PENYIAR AGAMA ISLAM BERIKUT WILAYAHNYA ENCEP SUPRIATNA WILAYAH BANTEN Menurut berita dari Tome Pires (1512-1515) menyebutkan bahwa di daerah Cimanuk, kota pelabuhan dan batas kerajaan Sunda dan Cirebon

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti 25 III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti hendaknya, menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Abdurahman, P. (1982). Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Abdurahman, P. (1982). Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan. DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Abdurahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Abdurahman, P. (1982). Cerbon. Jakarta: Sinar Harapan. Alfian. (1985). Persepsi Manusia Tentang Kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN KISI KISI DAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2014 2015 MATA PELAJARAN KELAS / PROGRAM / SEMESTER ALOKASI WAKTU JENIS SOAL : SEJARAH (PEMINATAN) : X / IIS/ GASAL : 90 Menit : Pilihan

Lebih terperinci

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1

Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA BAB I PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA Tahun 1620, Inggris sudah mendirikan beberapa pos perdagangan hampir di sepanjang Indonesia, namun mempunyai perjanjian dengan VOC untuk tidak mendirikan

Lebih terperinci

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55

Jakarta dulu dan Kini Senin, 22 Juni :55 Jakarta bermula dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung sekitar 500 tahun silam. Selama berabad-abad kemudian kota bandar ini berkembang menjadi pusat perdagangan internasional yang ramai. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks, terdiri dari berbagai sarana dan prasarana yang tersedia, kota mewadahi berbagai macam aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara

Lebih terperinci

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia

BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI. 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia BAB III MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA JALUR ISLAMISASI 3.1 Proses Islamisasi dan Perkembangan Islam di Indonesia Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

DAFTAR PUSTAKA. Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 144 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurahman, Dudung. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Ali, Jacub dkk. (1991). Perkembangan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Nusa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode penelitian yang dipakai oleh penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia. BAB V KESIMPULAN Konsep Paguron Ki Hadjar Dewantara dalam Taman Siswa 1922 1945, telah memberikan gambaran mengenai konsep pendidikan yang mengandalkan nasionalisme dan kultur khas Indonesia. Adapun hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38

Zaman Kesultanan Banten Sunday, 29 January :38 Proses Islamisasi Banten, yang diawali oleh Sunan Ampel, yang kemudian diteruskan oleh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang seluruh kisahnya terekam dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Program Studi IPA (Sejarah) Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Kerajaan Kutai dan Tarumanegara Pertemuan Ke- : 1 Alokasi Waktu : 1 x pertemuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir

DAFTAR PUSTAKA. Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir DAFTAR PUSTAKA A. Arsip: Sholeh, Muhammad. Al-Risalatu al-shafiyah fi al-masa il al-fiqhiyah. Bojonegoro: Pondok Pesantren At-Tanwir. 1975. Sholeh, Muhammad. Risalatu Khulqi al-kirom Wa Shifa I al-ajsami.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Jepara adalah salah satu daerah terpenting di Jawa pada saat itu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tengah. Jepara adalah salah satu daerah terpenting di Jawa pada saat itu. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Jepara adalah kota pelabuhan yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Tengah. Jepara adalah salah satu daerah terpenting di Jawa pada saat itu. Dalam pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Banyak fasilitas yang dibangun oleh Belanda untuk menunjang segala aktivitas Belanda selama di Nusantara. Fasilitas yang dibangun Belanda dapat dikategorikan ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Serang adalah ibu kota Provinsi Banten yang memiliki akar sejarah panjang sebagai kiblat pendidikan Islam, yang disebut kasunyatan. Kasunyatan di Banten berarti

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, BAB 5 PENUTUP 5.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok, yaitu untuk menjawab pertanyaan mengenai sejak kapan permukiman di Depok telah ada, juga bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

Manfaat Mempelajari Sejarah

Manfaat Mempelajari Sejarah Manfaat Mempelajari Sejarah MODUL 2 MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SEMESTER 1 Penyusun : Yayan Syalviana, S.Pd. Wiwi Wiarsih, SS. SMA Negeri 26 Bandung Jalan Sukaluyu No. 26 Cibiru Bandung 40614 SMAN 26

Lebih terperinci

Benteng Fort Rotterdam

Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama memiliki pengaruh, yaitu kepemimpinan kiai dan jawara. Kiai merupakan gelar

Lebih terperinci

Indikator. Teknik. peninggalan. sejarah yang bercorak Hindu yang ada di Indonesia Mampu menceritakan. peninggalan

Indikator. Teknik. peninggalan. sejarah yang bercorak Hindu yang ada di Indonesia Mampu menceritakan. peninggalan Silabus Sekolah : Kelas : V Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial Semester : 1 (Satu) Standar Kompetensi : 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Buddha

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci