Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 2015

Transkripsi

1 Jural Ilmiah Peteraka Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 015 PERBANDINGAN NILAI MPPA PRODUKSI SUSU ANTARA SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DAN PERANAKAN FRIESIAN HOLSTEIN DI BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO COMPARISON BETWEEN MILK PRODUCTION MPPA VALUE FRIESIAN HOLSTEIN AND FRIESIAN HOLSTEIN CROSSBREED DAIRY COWS AT BALAI BESAR PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL DAN HIJAUAN PAKAN TERNAK BATURRADEN PURWOKERTO Febi Aditya a, Sulastri b, Novirzal b a The Studet of Departmet of Aimal Husbadry Faculty of Agriculture Lampug Uiversity b The Lecture of Departmet of Aimal Husbadry Faculty of Agriculture Lampug Uiversity Departmet of Aimal Husbadry, Faculty of Agriculture Lampug Uiversity Soematri Brojoegoro No.1 Gedug Meeg Badar Lampug Telp (071) kajur-jptfp@uila.ac.id. Fax (071) ABSTRACT Value Most Probable Producig Ability (MPPA) is a maximum estimate of the ability a aimal to produce females that couts or is suspected o the basis of the performace records exist. The purpose of this research is determie the comparative value of milk productio MPPA ad fid the best MPPA value of milk productio betwee Friesia Holstei ad Friesia Holstei Crossbreed dairy cows at Balai Besar Pembibita Terak Uggul da Hijaua Paka Terak (BBPTU-HPT) Baturrade, Purwokerto. This research used secodary data obtaied from the records of two lactatio each 39 Friesia Holstei ad 39 Friesia Holstei Crossbreed dairy cows. The method used is a case study coducted i BBPTU-HPT Baturrade, Purwokerto was coducted April 014. The parameters observed i this research is the age of the productio, the productio of the first ad secod lactatio milk, log lactatio, ad maiteace maagemet. The results showed the average milk productio of dairy cows declied Friesia Holstei ad Friesia Holstei Crossbreed were 5.346,50 ± 476,11 : 4.403,6 ± 539,70 litres; repeatability value were 0,9: 0,13; the average value of milk productio MPPA were 5.346,50 ± 14,06 : 4.403,6 ± 14,18 litres, ad the studet-t test based o the average value of Friesia Holstei MPPA higher (P<0,05) tha the Friesia Holstei Crossbreed dairy cows. (Keywords: MPPA, Friesia Holstei, ad Friesia Holstei Crossbreed dairy cows) PENDAHULUAN Sapi perah Friesia Holstei (FH) merupaka bagsa sapi perah yag berasal dari daerah beriklim sedag tepatya Belada bagia Utara (Pae, 1993). Meurut Sudoo, dkk. (003), bagsa sapi perah FH merupaka bagsa sapi perah yag dapat dikembagka di daerah tropis. Produksi susu Sapi FH di egara asalya pada laktasi I da II sebayak 4.18 da 4.85 kg/laktasi (The Dairy Herd i the Netherlad, 1969), sedagka di daerah tropis masig-masig sebayak.709 da 3.09 kg/laktasi (Mc. Ityre, 1971). Sapi FH pertama kali masuk ke Idoesia pada tahu di daerah Grati, Pasurua, Jawa Timur (Siregar, 1995). Proses persilaga atara sapi perah impor da sapi lokal ii telah berjala sejak tahu 195 di daerah Pasurua- Proboliggo yag merupaka daerah paas da kerig di Pulau Jawa (Wijoo, 199). Meurut Paye (1970), Sapi Grati merupaka hasil persilaga atara sapi impor (Ayrshire, Jersey, atau FH) da sapi lokal (Sapi Jawa atau Sapi Madura) dega kemampua produksi.137,88 ± 645,79 l/laktasi. Meurut Wijoo, dkk. (199), produksi susu sapi perah FH da PFH masig-masig mecapai 4.05,61 ± 819,11 l/laktasi da.961,4 ± 647,17 l/laktasi. Perbedaa kemampua produksi susu atara sapi FH da PFH atara lai faktor ligkuga. Meurut Aggraei (000), ligkuga eksteral merupaka faktor yag berpegaruh dari luar tubuh terak seperti iklim, pemberia paka, da maajeme pemeliharaa; sedagka ligkuga iteral merupaka aspek biologis dari sapi laktasi seperti lama laktasi, lama kerig, periode kosog, da selag beraak. Salah satu upaya yag dapat dilakuka utuk meigkatka produktivitas sapi PFH yaitu dega melakuka perbaika mutu geetik terak melalui seleksi. Seleksi merupaka suatu usaha utuk memilih idividu-idividu terak yag 93

2 Jural Ilmiah Peteraka Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 015 diaggap bermutu geetik baik dalam suatu populasi sebagai tetua utuk medapatka keturua yag lebih baik pada geerasi berikutya (Hardjosubroto, 1994). Seleksi idividu sapi perah utuk dijadika calo tetua peggati dapat dilakuka berdasarka ilai Most Probable Producig Ability (MPPA). Nilai MPPA merupaka suatu pedugaa secara maksimum dari kemampua berproduksi seekor betia yag diperhitugka atau di-duga atas dasar data performa yag sudah ada (Warwick, dkk., 1990). Berdasarka hal tersebut di atas, peulis tertarik melakuka peelitia tetag perbadiga ilai MPPA produksi susu atara sapi perah FH da PFH di BBPTU-HPT Baturrade, Purwokerto. MATERI DAN METODE Peelitia ii dilaksaaka pada April 014 di BBPTU-HPT Baturrade, Purwokerto. Baha peelitia yag digua-ka yaitu rekordig produksi susu laktasi I da II dari iduk sapi perah FH da PFH masig-masig sebayak 39 ekor. Metode pada peelitia ii adalah studi kasus. Data yag diambil berupa data sekuder meliputi produksi susu per laktasi dari setiap idividu baik sapi perah FH maupu PFH yag telah megalami dua kali masa laktasi, umur sapi, lama laktasi, da maajeme pemeliharaa. Alat yag diguaka yaitu kertas da program komputer microsoft office excel. Metode yag diguaka yaitu melaku-ka survei ke BBPTU-HPT Baturrade, Purwokerto utuk meetuka sapi perah FH da PFH yag aka diguaka sebagai sampel, kemudia mecatat data rekordig utuk melakuka tabulasi data, da melaku-ka koreksi produksi susu terhadap lama laktasi 305 hari serta umur setara dewasa (mature equivalet). Faktor koreksi lama laktasi da umur setara dewasa megguaka rekomedasi Hardjosubroto (1994). Data produksi susu terkoreksi digua-ka utuk megestimasi ilai ripitabilitas. Nilai ripitabilitas yag diperoleh diguaka utuk meghitug ilai MPPA produksi susu da meetuka iduk sapi perah FH da PFH yag berpotesi geetik terbaik utuk dikembagka lebih lajut. Peubah yag diamati: 1) umur produksi (tahu) adalah umur pada saat sapi perah beraak da mulai memasuki masa laktasi (Aggraei, 000); ) produksi susu laktasi pertama da kedua (liter) merupaka bayakya susu yag dihasilka setiap ekor sapi perah selama laktasi pertama da kedua (Aggraei, 000); 3) lama laktasi (hari) adalah jumlah hari sapi diperah utuk memproduksi susu yaitu dari awal sapi beraak sampai dega awal masa kerig, dalam hal ii diukur berdasarka jumlah hari dimaa sapi memproduksi susu atau catata produksi yag ada; 4) maajeme pe-meliharaa meliputi frekuesi pemeraha, ragsaga masalah pemeraha, jarak melahirka, da pecegaha peyakit (Saleh, 004). Nilai ripitabilitas dihitug megguaka metode korelasi atarkelas (Warwick, dkk., 1990) dega rumus : x y xy x y y r x Keteraga: r : ripitabilitas x : produksi susu laktasi I (l) y : produksi susu laktasi II (l) : bayakya sampel (ekor) Perhituga ilai MPPA megguaka rumus sesuai rekomedasi Hardjosubroto (1994) r MPPA (P - P) P 1 ( 1) r MPPA : most probable producig ability : bayakya laktasi r : ripitabilitas P : rerata produksi susu sapi yag diukur (l) P : rerata produksi susu sapi populasi (l) Data MPPA yag telah diperoleh diaalisis megguaka uji t-studet meurut Nazir (1988) yaitu t = x 1 x S x1-x x 1 -x S x1-x : ilai rata-rata MPPA produksi susu sapi perah FH : ilai rata-rata MPPA produksi susu sapi perah PFH : stadar error dari beda Rumus stadar error dari beda: S x1-x = SS 1 SS S x1-x : stadar error dari beda (l) SS 1 : jumlah kuadrat dari sampel 1(l) SS : jumlah kuadrat dari sampel (l) : besar sampel 1(ekor) 1 94

3 Jural Ilmiah Peteraka Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 015 : besar sampel (ekor) Rumus jumlah kuadrat: SS = ( xi ) xi xi : pegamata variabel ke-i : besar sampel (ekor) SS : jumlah kuadrat Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Data rata-rata produksi susu terkoreksi laktasi pertama da kedua dari masig-masig 39 ekor sapi perah FH da PFH disajika pada Tabel 1. Berdasarka data pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa selisih produksi susu tertiggi da teredah pada sapi perah FH rata-rata sebesar 1.853,01 l da pada sapi perah PFH sebesar.388,4 l, sedagka rata-rata produksi susu sapi perah FH (5.346,50 /laktasi) lebih tiggi dibadigka dega sapi PFH (4.403,5 /laktasi). Hasil peelitia Aggraei (000), meujukka bahwa rata-rata lama laktasi sapi FH selama 314 hari, sedagka meurut Williamso da Paye (1993), lama laktasi sapi perah yag ormal yaitu 305 hari. Pada peelitia ii, lama laktasi yag pajag pada sapi perah FH (93,4 ± 4,78 hari) dibadigka dega sapi PFH (07,45 ± 40,45 hari) disebabka oleh faktor geetik da ligkuga permae sapi FH yag lebih tiggi dalam produksi susu. Sapi FH megadug geetik sapi peghasil susu, sedagka sapi PFH merupaka persilaga sapi FH dega sapi lokal yag buka sapi muri peghasil susu sehigga produksi susu tidak setiggi sapi FH. Hal tersebut meujukka bahwa sapi FH memiliki produktivitas yag lebih baik dilihat dari tiggiya produksi susu dibadigka dega sapi PFH. Nilai Ripitabilitas Produksi Susu Nilai ripitabilitas produksi susu atara sapi perah FH da PFH yag diperoleh dalam peelitia ii masig-masig sebesar 0,9 da 0,13. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedag da redah (Hardjosubroto, 1994). Nilai ripitabilitas 0,9 pada sapi perah FH da 0,13 pada sapi perah PFH memuyai arti bahwa perbedaa produksi susu pada setiap idividu atarlaktasi masig-masig sebesar 9% da 13% disebabka oleh faktor geetik da ligkuga permae, sedagka 71% da 87% disebabka oleh faktor ligkuga temporer. Nilai ripitabilitas aka semaki kecil (medekati 0,0) apabila ragam ligkuga temporer meigkat, sebalikya semaki besar (medekati 1,0) apabila ragam suatu sifat sebagia besar dikedalika oleh faktor geetik da ligkuga permae (Pircher, 1969). Nilai ripitabilitas sapi FH termasuk kelas sedag meujukka bahwa produksi susu pada laktasi berikutya aka sama atau lebih tiggi daripada produksi susu laktasi pertama. Sebalikya, ilai ripitabilitas produksi susu yag redah pada sapi PFH meujukka bahwa produksi susu pada laktasi ketiga da seterusya tidak dapat diduga berdasarka produksi susu laktasi pertama da kedua. Hal tersebut sesuai dega pedapat Warwick, dkk. (1990) bahwa ripitabilitas diguaka utuk mem-prediksi kierja suatu sifat pada masa yag aka datag berdasarka catata produksi yag sudah ada. Tabel 1. Aalisis statistik produksi susu per laktasi sapi FH da PFH di BBPTU-HPT Baturrade Produksi susu Satua FH PFH Tertiggi Teredah Selisih produksi tertiggi da teredah Rata-rata Stadar deviasi Rata-rata lama produksi Selag beraak Rata-rata produksi haria hari /hari 6.103, , , ,50 476,11 93,4 ± 4,78 414,69 ± 70,55 17, , ,59.388, ,5 539,70 07,45 ± 40,45 478,54 ± 11,7 14,44 Apabila suatu sifat memiliki ilai ripitabilitas dalam kategori tiggi atau sedag, maka dapat diprediksi bahwa produksi pada masa yag aka datag aka sama atau lebih tiggi daripada produksi sebelumya. Ripitabilitas yag redah me-ujukka bahwa produksi pada masa yag aka datag tidak dapat diprediksi berdasarka produksi sebelumya. Nilai ripitabilitas produksi susu yag lebih tiggi pada sapi FH diduga disebabka oleh tiggiya keragama geetik da ke-ragama ligkuga permae sehigga me-utupi keragama ligkuga temporer. Keragama 95

4 Jural Ilmiah Peteraka Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 015 geetik adalah variasi karakteristik yag diwariska pada populasi spesies yag sama (Sridiati, 014). Keragama ligkuga permae merupa-ka keragama yag buka disebabka oleh geetik tetapi berpegaruh terhadap ke-ragama kierja idividu selama hidupya. Keragama ligkuga temporer berasal dari utrisi, iklim, da maajeme pemeliharaa (Warwick, dkk., 1990). Sapi-sapi FH diduga medapat ligkuga permae yag optimal da relatif seragam sejak dalam kaduga iduk sampai lahir da dikembagka di egara asalya. Hal tersebut meyebabka tiggiya keragama geetik da ligkuga permae sehigga memperkecil keragama ligkuga temporer. Sapi-sapi perah yag dipilih sebagai bibit merupaka hasil seleksi yag ketat di egara-egara maju sehigga memiliki kemampua yag tiggi utuk megulag kembali produksiya pada laktasilaktasi berikutya (Lasley, 1978). Nilai MPPA Produksi Susu Most Probable Producig Ability (MPPA) merupaka suatu taksira yag medekati kemampua produksi secara riil dari seekor terak betia yag diyataka sebagai simpaga terhadap rata-rata kelompok. Rata-rata ilai MPPA produksi susu sapi FH da PFH masigmasig sebesar 5.346,50 l da 4.403,6 l. Hasil uji t-studet (Tabel ) meujuk-ka bahwa ilai MPPA produksi susu sapi perah FH (5.346,50 ± 14,06 l) lebih tiggi (P<0,05) dibadigka dega sapi PFH (4.403,6 ± 14,18 l). Hal ii disebabka oleh rata-rata produksi susu (5.346,50 l) da ilai ripitabilitas (0,9) sapi perah FH lebih tiggi dibadigka dega rata-rata produksi susu (4.403,6 l) da ilai ripitabilitas (0,13) sapi perah PFH. Besarya ilai MPPA produksi susu diduga karea tiggiya rata-rata produksi susu populasi da ilai ripitabilitas. Semaki tiggi produksi susu idividu da populasi serta ilai ripitabilitas maka semaki tiggi ilai MPPA yag diperoleh. Idividu dega ilai MPPA produksi susu yag tiggi diprediksi aka meghasilka keturua dega produksi susu yag tiggi pula (Warwick, dkk.,1990). Hal tersebut sesuai dega pedapat Lasley (1978) yag megemukaka bahwa MPPA merupaka kemampua berproduksi seekor terak yag erat kaitaya dega ilai ripitabilitas, rataa produksi, da rataa produksi populasi. Berdasarka data pada peelitia ii, terdapat 19 da 0 ekor masig-masig dari 39 ekor atau 49% sapi perah FH (5.686, ,97 l) da 51% sapi perah PFH (4.740, ,73 l) yag memiliki ilai MPPA produksi susu idividu lebih tiggi dibadigka dega rata-rata ilai MPPA produksi susu populasi yaitu 5.346,50 l pada sapi FH da 4.403,6 l pada sapi PF Tabel. Hasil Uji t-studet Nilai MPPA Produksi Susu Sapi Perah FH da PFH di BBPTU-HPT Baturrade Bagsa Sapi Jumlah Rata-rata SD db t-hitug t 0.05 FH ,50 14, ,8 1,68 PFH ,6 14,18 Tabel 3. Sapi perah FH da PFH dega ilai MPPA tertiggi Perigkat Eartag Sapi perah FH Produksi susu 6.103, , , , , , , , , ,66 Sapi perah PFH MPPA Eartag Produksi susu MPPA 5.686, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 Apabila aka dipilih 10 ekor sapi, maka pemiliha dilakuka berdasarka ilai MPPA yag tertiggi. Meurut Warwick, dkk. (1990), apabila ilai MPPA dari satu idividu tiggi, dapat diduga bahwa ke-mampua berproduksi selajutya dari idividu tersebut aka tiggi pula. Tabel 3 meujukka 10 ekor sapi perah FH da PFH dega ilai MPPA tertiggi. Nilai 96

5 Jural Ilmiah Peteraka Terpadu Vol. 3(1): 93-97, Feb 015 MPPA tertiggi sapi perah FH yaitu sapi omor eartag 016 dega produksi susu sebayak 6.103,59 l da pada sapi PFH omor eartagya dega produksi susu sebayak 5.868,83 l. SIMPULAN Berdasarka hasil peelitia yag telah dilaksaaka di BBPTU-HPT Baturrade, dapat disimpulka bahwa : 1) rata-rata ilai MPPA produksi susu sapi perah FH (5.346,50 ± 14,06 l) lebih tiggi (P<0,05) dibadigka dega sapi perah PFH (4.403,6 ± 14,18 l); ) perigkat ilai MPPA sapi perah FH tertiggi yaitu sapi perah omor eartag 016 dega ilai MPPA sebesar 5.686,90 l, sedagka pada sapi perah PFH dega omor eartag da ilai MPPA sebesar 4.740,47 l. DAFTAR PUSTAKA Aggraei, A Keragaa Produksi Susu Sapi Perah: Kajia pada Faktor Koreksi Pegaruh Ligkuga Iteral. Wartazoa 9(): Harjosubroto, W Aplikasi Pemuliabiaka Terak di Lapaga. Jakarta. Gramedia Widiasaraa Lasley, J.F Geetic of Livestock Improvemet. 3 rd Ed. Pretice Hall of Idia Private. New Delhi Mc. Ityre, K.H Milk Productio i Warm Climates. W.H. Freema ad Co. USA Nazir, M Metode Peelitia. Ghalia. Idoesia Pae, I Pemuliabiaka Terak Sapi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Paye, W.J.A Cattle Productio i the Tropics. Logma Group Ltd. Lodo Pircher, F Populatio Geetics i Aimals Breedig. W.H. Freema ad Co. Sa frasisco Saleh, E Dasar Pegolaha Susu da Hasil Ikuta Terak. Program Studi Produksi Terak. Fakultas Pertaia. Uiversitas Sumatera Utara. Meda Siregar Sapi Perah. Peebar Swadaya. Jakarta Sridiati Pegertia Keragama Geetik. gertiakeragama-geetik.html [diakses 7 Oktober 014] Sudoo, A., F. Rosdiaa, da B.S. Setiawa Beterak Sapi Perah secara Itesif. Agromedia Pustaka. Jakarta The Dairy Herd i the Netherlad Progey Testig Miister of Agriculture ad Fisheres. Foreig Iformatio Service. Hollad Publicatio Warwick, E.J., J.M. Astuti, da W. Hardjosubroto Pemuliaa Terak. Gadjah Mada Uiversity Press. Yogyakarta Wijoo, M. A. Yusra, A. Rasyid, da Mariyoo Kemampua Produksi Susu Sapi Perah Lokal pada Peteraka Rakyat di Daerah Grati Pasurua. Pros. Agro Idustri Peteraka di Pedesaa. Balitak Williamso, G. da W.J.A. Paye Pegatar Peteraka di Daerah Tropis. Gadjah Mada Uiversity Press. Yogyakarta 4