PEMBUATAN STANDAR MODERN KARBON GULA PASIR INDONESIA UNTUK MENENTUKAN UMUR FOSIL KAYU DAN MOLUSKA MENGGUNAKAN METODE RADIOKARBON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN STANDAR MODERN KARBON GULA PASIR INDONESIA UNTUK MENENTUKAN UMUR FOSIL KAYU DAN MOLUSKA MENGGUNAKAN METODE RADIOKARBON"

Transkripsi

1 PEMBUATAN STANDAR MODERN KARBON GULA PASIR INDONESIA UNTUK MENENTUKAN UMUR FOSIL KAYU DAN MOLUSKA MENGGUNAKAN METODE RADIOKARBON Anggun Suci A.S. 1, Yusi Deawati, M.Si 2 dan Dr. Darwin Alijasa Siregar 3 1 Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung KM 21, Sumedang, 45363, anggun.ansuri@yahoo.com 2 Laboratorium Anorganik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Padjadjaran, Jl. Raya Bandung KM 21, Sumedang, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.236, Bandung, ABSTRAK PEMBUATAN STANDAR MODERN KARBON GULA PASIR INDONESIA UNTUK MENENTUKAN UMUR FOSIL KAYU DAN MOLUSKA MENGGUNAKAN METODE RADIOKARBON. Penanggalan radiokarbon adalah metode yang digunakan untuk mengetahui usia berbagai benda yang didasarkan pada hasil perhitungan aktivitas karbon-14 yang terkandung dalam benda tersebut atau didasarkan pada perbandingan banyaknya isotop radioaktif karbon-14 yang ada pada benda tersebut dengan sebuah sumber standar yang telah diketahui jumlah isotop radioaktifnya. Salah satu persyaratan standar yang harus dipenuhi dalam penanggalan radiokarbon adalah pengadaan Standard Reference Material (SRM). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat in house reference material (contoh standar) menggunakan gula pasir Indonesia. Metode yang digunakan adalah metode radiokarbon cacahan sintilasi gas dengan mengubah contoh ke dalam bentuk gas asetilena yang kemudian akan dihitung aktivitasnya menggunakan detektor Multi Anoda Anti Coincidence. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bahwa beberapa gula pasir Indonesia memiliki nilai f yang mendekati nilai f standar Internasional sehingga dapat digunakan sebagai standar modern karbon dalam metode radiokarbon. Kata kunci: penanggalan radiokarbon, standar modern karbon, karbon-14 ABSTRACT MANUFACTURE MODERN CARBON STANDARD OF INDONESIA S SUGAR TO DETERMINE THE AGE OF WOOD AND MOLLUSCA BY USING RADIOCARBON METHOD. Radiocarbon dating is a method used to determine the age of objects based on the calculation of the activity of carbon-14 contained in the object or based on a comparison of the number of the radioactive isotope carbon-14, which is on the object with a standard source of known quantity of radioactive isotopes. One of the standard requirements that must be met in radiocarbon dating is procuring Standard Reference Material (SRM). This research was conducted with the aim to create in house reference material (standard sample) using Indonesian sugar. The method used is gas scintillation counting by changing the sample to form acetylene gas which its activities will then be calculated using the Multi-Anode Anti Coincidence detector. Based on research shows that some Indonesian sugar has value of f which approaching the international standards so that be used as a modern standard carbon in radiocarbon method. Key words: radiocarbon dating, standard modern carbon, carbon

2 1. PENDAHULUAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu langkah awal dalam proses penyusunan atau pengembangan standar Pengembangan iptek melalui riset dan inovasi haruslah mengikuti perkembangan di bidang standardisasi. Ketika sebuah produk inovasi teknologi sampai kepada pengguna maka standardisasi menjadi sangat penting artinya. Bagi pengguna, standar memberikan jaminan bahwa produk inovasi yang digunakan sesuai dengan tuntutan dari sisi kinerja, kesesuaian, keamanan maupun dari sisi proses produksi. Standar inilah yang membedakan produk mana yang baik dan mana yang tidak. Standar memegang peranan penting baik dalam tahap penelitian, pengembangan produk, maupun pada proses pengenalan produk di pasaran. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa standar menjadi syarat bagi sebuah produk baru, yang menjadi salah satu faktor penentu, apakah produk itu dapat disebut sebagai sebuah inovasi. Inovasi dikatakan sukses ketika banyak pihak memanfaatkan atau menggunakan hasil inovasi tersebut. Oleh karena itu, bagi para industri atau produsen, standardisasi menjadi batas minimal persyaratan produk inovasi yang sedang dikembangkan. Salah satu persyaratan standar yang harus dipenuhi dalam penanggalan radiokarbon adalah pengadaan Standard Reference Material (SRM). Standar ini biasanya diproduksi oleh badanbadan internasional yang mempunyai wewenang untuk itu, seperti NIST (National Institute of Standards and Technology), NBS (National Bureau of Statistics), USGS (United States Geological Survey), JIS (Japanese Industrial Standards), dan sebagainya (Siregar, 2008). Sulitnya memperoleh standar modern yang dibutuhkan untuk proses penanggalan radiokarbon menyebabkan dilakukannya penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat in house reference material (contoh standar) menggunakan gula pasir Indonesia. 2. TEORI Standar modern radiokarbon merupakan Asam Oksalat I (C 2H 2O 4) NIST (National Institute of Standards and Technology; Gaithersburg, Maryland, USA). Asam oksalat I merupakan NIST SRM 4990 B dan dikenal dengan HOx1. Asam oksalat ini adalah standar internasional penanggalan radiokarbon. Aktivitas asam oksalat yang diperoleh pada tahun 1950 adalah sebesar 95% dimana nilai ini setara dengan pengukuran aktivitas standar radiokarbon mutlak kayu pada tahun Kayu pada tahun 1890 ini terpilih sebagai standar radiokarbon karena kayu tersebut tumbuh sebelum adanya efek bahan bakar fosil revolusi industri. Aktivitas kayu 1890 ini dikoreksi untuk peluruhan radioaktif pada tahun Sehingga tahun 1950 adalah 0 BP tahun dalam konvensi penanggalan radiokarbon. Tahun 1950 dipilih tanpa adanya alasan khusus selain untuk menghormati publikasi radiokarbon pertama pada bulan Desember 1949 (Taylor, 1987). a. Asam Oksalat sebagai Standar Modern Karbon Penggunaan standar modern karbon dalam pengukuran aktivitas karbon-14 adalah untuk menggambarkan aktivitas contoh. Standar asam oksalat dibuat dari tanaman gula bit pada tahun Standar ini telah dibuat sebanyak lbs. Rasio isotop dari Hox I adalah -19,3 per mil (Mann, 1983). Standar asam oksalat yang dikembangkan ini tidak lagi tersedia secara komersial. Sehingga standar lain, Asam Oksalat II, telah disiapkan ketika persediaan Hox I mulai menyusut. Standar asam oksalat II (Hox 2; NIST SRM 4990 C) terbuat dari tanaman molase bit Perancis pada tahun Pada awal 1980-an, sebanyak 12 laboratorium mengukur rasio dari standar tersebut. Rasio aktivitas asam oksalat II terhadap asam oksalat I adalah ± (rata-rata tertimbang) (Mann, 1983). Rasio isotop Hox II adalah -17,8 per mil. Selain standar tersebut, standar radiokarbon sekunder lainnya yang paling umum adalah sukrosa ANU (Australian National University) (Currie and Polach, 1980). b. Dead Carbon Dead carbon adalah suatu material yang dianggap tidak memberikan aktivitas radioaktif atau aktivitasnya mendekati nol dan digunakan sebagai koreksi terhadap sinar kosmik atmosfer yang terhitung oleh alat pencacah proporsional. Material yang dapat dijadikan sebagai dead carbon diantaranya batu bara, lignit, karbonat tua, marmer, antrasit, dan kayu rawa (Taylor, 1992). Marmer atau batu pualam adalah batuan karbonat yang umumnya tersusun atas kalsit (CaCO 3), magnesit (MgCO 3), atau dolomite (CaMg(CO 3) 2). Unsur atau mineral lain dapat 44

3 sedikit, seperti besi karbonat, kalsium sulfat, mangan karbonat, dan sebagainya. Marmer merupakan mineral karbonat yang proses pembentukannya melalui proses sedimentasi biogenik atau kimiawi. Selanjutnya, karena pengaruh tekanan dan suhu tinggi dalam selang waktu yang cukup lama, mineral karbonat tersebut mengalami metamorfosis. Kristal marmer berbutir sangat halus dan padat, sehingga dapat diampelas mengkilap. Semua jenis marmer tahan terhadap zat asam dan cuaca daerah tropik (Faure, 1977). Metode radiokarbon terhadap marmer menunjukkan masih adanya radioaktivitas karbon-14. Dengan demikian, maka diduga radioaktivitas karbon-14 dari fosil-fosil menyimpang sebesar harga radioaktivitas karbon-14 marmer tersebut. Atas dasar itulah maka dead carbon selain digunakan sebagai penambah kekurangan jumlah contoh juga sebagai pengoreksi radioaktivitas contoh (background counting) (Taylor, 1992). c. Gula sebagai Standar Modern Sekunder Dari proses pembuatan sampai terbentuk asam oksalat, sebenarnya standar ini tidak jauh berbeda dengan gula yang mempunyai rumus C 12H 22O 11, terdapat tiga unsur pembentukan utama yaitu C, H, dan O, hanya berbeda dalam jumlah atom. Secara teoritis gula pasir yang berasal dari tanaman tebu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan standar modern karbon pada penentuan umur suatu bahan dengan Metode Radiokarbon (Siregar, 2008). Gula termasuk ke dalam golongan karbohidrat yang merupakan hasil alam yang banyak terdapat pada tumbuhan yang diperoleh dari hasil fotosintesis. Prosesnya adalah mengubah karbon dioksida (CO 2) menjadi karbohidrat yaitu dalam bentuk selulosa (monosakarida dan polisakarida), pati (amilum) dan gula-gula lainnya. Pati adalah bentuk utama penyimpanan karbohidrat yang digunakan sebagai sumber makanan dan energi. (1) Tanaman tebu dan bit menghasilkan sukrosa yang dapat dikristalkan menjadi gula putih yaitu gula yang kita kenal sehari-hari. Selain berasal dari tanaman, terdapat juga gula sintesis yaitu sakarin yang ditemukan pertama kali pada tahun Pabrik gula di Indonesia pada umumnya memproduksi gula yang berasal dari tebu dengan cara mengekstraksi sukrosa yang terdapat di dalam tebu dan dikristalkan. Kandungan energi dalam gula pada umumnya sebesar 3,52 kal/g dan densitinya adalah 1,6 g/cm3 (Siregar, 2008). d. Karbon-14 Karbon-14 adalah unsur radioaktif yang terbentuk akibat adanya interaksi antara sinar kosmik dengan gas nitrogen di atmosfer. Sinar kosmik sebagian besar terdiri dari proton berenergi, hasil reaksinya dengan gas di atmosfer dapat menghasilkan bermacam-macam fragmen inti seperti neutron. Neutron ini yang bereaksi dengan isotop nitrogen ( 14 N) (Beiser, 1987). (2) Proses metabolik pada makhluk hidup mempertahankan konten I4 C dalam kesetimbangan dengan konsentrasi 14 C atmosfer dimana I4 C yang meluruh dalam jaringan hidup, digantikan melalui proses ingesti tanaman atau jaringan hewan. Namun, ketika tanaman atau binatang mati, dan proses metabolik terhenti, jumlah I4 C mulai mengalami peluruhan beta membentuk 14 N yang diukur sebagai waktu paruh I4 C (Taylor, 1996). e. Metode Penanggalan Radiokarbon Metode penanggalan radiokarbon adalah metode yang digunakan untuk mengetahui usia berbagai benda yang didasarkan pada hasil perhitungan aktivitas karbon-14 yang terkandung dalam benda tersebut atau didasarkan pada perbandingan banyaknya isotop radioaktif karbon-14 yang ada pada benda tersebut dengan sebuah sumber standar yang telah diketahui jumlah isotop radioaktifnya. Metode penanggalan radioaktif ini bisa digunakan untuk mengukur umur semua benda selama benda tersebut memiliki karbon-14 di dalamnya, baik benda organik maupun anorganik (Gupta and Polach, 1985). Makhluk hidup yang telah mati, jasadnya tidak lagi menyerap radiokarbon dan radiokarbon yang dikandungnya terus-menerus meluruh. Setelah 5568 tahun (waktu paruh karbon-14), benda itu hanya memiliki setengah jumlah radiokarbon relatif terhadap kandungan karbon total seperti yang dikandungnya ketika berada dalam keadaan hidup. Dengan menentukan perbandingan radiokarbon terhadap karbon biasa, kita dapat menentukan umur 45

4 benda purba dan jasad benda yang berasal dari benda organik. Metode yang baik ini memungkinkan penentuan umur mumi, kayu, kulit, batubara, dan benda-benda lain dari kebudayaan purba yang umurnya sampai tahun, sekitar sembilan kali umur paruh karbon- 14 (Beiser, 1987). Perkembangan utama dalam metode radiokarbon hingga hari ini melibatkan perbaikan dalam teknik pengukuran dan penelitian dari bahan yang berbeda. Secara singkat, metode karbon padat awal dikembangkan oleh Libby dan rekan-rekannya digantikan dengan metode pencacahan gas pada tahun Metode pencacahan sintilasi cair, menggunakan benzena, asetilena, etanol, metanol dan sebagainya, dikembangkan pada waktu yang sama. Saat ini sebagian besar laboratorium radiokarbon menggunakan kedua metode penanggalan radiokarbon tersebut. Perkembangan terbaru adalah penggunaan Spektrometri Akselerator Massa yang menghitung isotop C-14 secara langsung (Higham, 2002). 3. TATA KERJA (BAHAN DAN METODE) Metode penentuan umur dengan radiokarbon didasarkan bahwa setiap makhluk hidup yang mengandung karbon selalu berada dalam kesetimbangan dengan karbon-14 di atmosfer, artinya proporsi karbon-14 terhadap karbon udara relatif tidak berubah semenjak zaman purba sehingga sisa aktivitas radioaktif suatu contoh karbon berkolerasi dengan umur sejak contoh tersebut tidak menunjukkan aktivitas kehidupan, yang dihitung berdasarkan pemakaian angka waktu paruh peluruhan karbon-14 (Knief, 1981). 3.1.Metode Cacahan Sintilasi Gas Metode penentuan umur dapat dilakukan pada zat yang berbentuk padat, cair, dan gas. Diantara ketiga fase tersebut, fase gas adalah yang paling sering dilakukan karena mempunyai ketelitian yang baik dan preparasi yang tidak sulit. Pada prinsipnya pengukuran pada fase ga dapat dilakukan dalam bentuk gas karbondioksida (CO 2) atau gas asetilena (C 2H 2), tetapi penggunaan gas asetilena relatif bersifat lebih stabil sehingga dapat memberikan hasil yang lebih teliti (Taylor, 1992). Tahapan reaksi kimia pembuatan gas asetilena berdasarkan Training Report Radiocarbon Dating, Universitas Tokyo Jepang yang dikerjakan di Laboratorium Radiokarbon Pusat Survei Geologi adalah sebagai berikut: 1. Senyawa organik + O 2(g) CO 2(g) + H 2O(l) 2. CO 2(g) + 2NH 4OH(aq) (NH 4) 2CO 3(aq) + H 2O (l) 3. (NH 4) 2CO 3(aq) + CaCl 2(aq) CaCO 3(s) + 2NH 4Cl(aq) 4. CaCO 3(s) + 2HCl(l) CO 2(g) + CaCl 2(aq) + H 2O(l) 5. CO 2(g) + 2NH 4OH(aq) (NH 4) 2CO 3(aq) + H 2O(l) 6. (NH 4) 2CO 3(aq) + SrCl 2(aq) SrCO 3(s) + 2NH 4Cl(aq) 7. 2SrCO 3(s) + 5Mg(s) SrC 2(s) + 5MgO(s) + SrO(s) 8. SrC 2(s) + 2H 2O(l) C 2H 2(g) + Sr(OH) 2(s) (Siregar, 2008). Alur kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Gula dimasukkan ke dalam tabung kuarsa yang telah dipanaskan. Ujung tabung kuarsa pertama dihubungkan dengan larutan KOH 30%, dan ujung tabung kuarsa yang kedua dengan dua labu gelas berisi larutan NH4OH 1:1 2. Pembentukan kalsium karbonat; larutan (NH 4) 2CO 3 ditambah dengan CaCl 2 sehingga terbentuk endapan putih CaCO Pembentukan stronsium karbonat (SrCO 3) dan stronsium klorida; endapan SrCO 3 didapatkan dari substitusi CaCO 3 dengan Sr. SrCO 3 kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam lumpang dengan ditambah serbuk Mg sebanyak 2/3 dari berat SrCO 3. Campuran tersebut digerus sampai homogen dan dimasukkan ke dalam reaktor baja yang bersih dan kering. 4. Pembentukan gas asetilena; SrC 2 yang telah terbentuk dipindahkan ke dalam reaktor baja kecil yang bersih dan kering 5. Pengukuran aktivitas 14 C; gas asetilen dialirkan dari RBF ke detektor Multi Anoda Anti Coincidence (Mulyaningsih dkk, 2006). Gambar 1. Set alat pembentukan amonium karbonat 46

5 Gambar 2. Set alat pembentukan stronsium klorida kepekaan detektor terhadap sinar kosmik di atmosfir, sehingga perlu adanya koreksi bilangan aktivitas isotop C-14 yang terukur, yaitu dengan menggunakan background counting (yang dianggap sebagai titik nol dari aktivitas C-14 pada alat). Pada background counting ini bahan yang dipakai adalah karbon yang berumur tua sekali, biasanya pada batuan: marmer, koral, batu gamping, batubara, dan lain-lain. Dengan digunakannya dead carbon yang berbeda (biasanya menggunakan maemer Calgary dari Italia) maka rumus penentuan umur menjadi seperti di bawah ini. (4) Gambar 3. Set alat pembentukan asetilen Dimana: A = radioaktivitas isotop 14 C dalam contoh 14 Ao = radioaktivitas isotop C pada saat tanaman atau hewan tersebut hidup (NBS Asam Oksalat SRM 4990 C) t½ = waktu paruh = 5568±40 tahun A DC = radioaktivitas isotop 14 C dead carbon yang terukur (DC marmer Calgary Itali) ln 2 = HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4. Skema Alat Pencacah C-14 dengan Detektor Multy Anode Anti-Coin GPC Detektor Multy Anode cidence terdiri atas inner counter tube (center counter tube) dan outer counter tube (external counter tube). Inner counter tube berguna untuk mendeteksi radioaktif isotop atom C-14 yang berassal dari contoh, sedangkan outer counter tube berguna untuk mendeteksi adanya penetrasi komponen-komponen sinar kosmik dari luar yang masuk ke dalam detector (Siregar, 2008). 3.2.Menentukan Umur dengan Metode Radiokarbon Untuk menentukan umur sampel dengan metode radiokarbon dipakai rumus sebagai berikut ini: (3) Setiap pengukuran sampel tergantung pada Untuk menentukan apakah gula pasir yang digunakan sebagai contoh dapat dijadikan sebagai standar karbon maka harus ditentukan terlebih dahulu nilai f dari masing-masing gula tersebut untuk kemudian dibandingkan dengan nilai f dari standar internasional. Nilai f merupakan faktor koreksi Data Aktivitas Radiokarbon Terhadap masing-masing gula diberikan perlakuan yang sama dan diukur aktivitas radiokarbonnya. 1. Standar NBS Asam Oksalat SRM 4990 C Tabel 1. Data Hasil Pencacahan Asam Oksalat SRM 4990 (cm)

6 Sample counting = ± 0.15 (cpm) Aktivitas sesuai dengan sertifikat yang diterima harus dikalikan dengan suatu faktor sebagai berikut: 3. Gula Cirebon Tabel 3. Data Hasil Pencacahan Gula Cirebon (cm) Gula Subang Tabel 2. Data Hasil Pencacahan Gula Subang Sample counting = ± 0.13 (cpm) (cm) Sample counting = ± 0.13 (cpm) Bila mengacu pada standar NBS Asam Oksalat SRM 4990 C maka aktivitasnya harus dikalikan dengan faktor sebagai berikut. = Bila mengacu pada standar NBS Asam Oksalat SRM 4990 C maka aktivitasnya harus dikalikan dengan faktor sebagai berikut. = Gula Pasir X Gula pasir X merupakan salah satu gula pasir yang dijual dipasaran dan bersifat mudah diperoleh. Terhadap gula pasir X dilakukan pencacahan sebanyak 2 kali untuk memperoleh rata-rata nilai f yang akan digunakan untuk menentukan umur contoh. a) Hasil Pencacahan Pertama Tabel 4. Data Hasil Pencacahan Gula Pasir X (cm)

7 Sample counting = ± 0.13 (cpm) Bila mengacu pada standar NBS Asam Oksalat SRM 4990 C maka aktivitasnya harus dikalikan dengan faktor sebagai berikut. b) Hasil Pencacahan Kedua = Tabel 5. Data Hasil Pencacahan Gula Pasir X (cm) Sample counting = ± 0.13 (cpm) Bila mengacu pada standar NBS Asam Oksalat SRM 4990 C maka aktivitasnya harus dikalikan dengan faktor sebagai berikut Penentuan Umur Kayu dan Moluska Perlakuan yang sama diberikan terhadap contoh kayu dan moluska. Namun pada contoh ini diberikan perlakuan pendahuluan yaitu pencucian contoh dengan menggunakan asam dan basa untuk menghasilkan contoh yang netral dan kemudian diberikan perlakuan yang sama seperti pada standar karbon. 1. Kayu a) Kayu AN-05 Tabel 6. Data Hasil Pencacahan Kayu AN-05 (cm) Sample counting = 2.82 ± 0.05 (cpm) Perhitungan Umur Kayu AN-05 dengan Asam Oksalat SRM 4990 C sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (asam oksalat, aktivitas 95%) = ± 0.04 cpm = Bila diambil rata-rata dari kedua pencacahan tersebut maka diperoleh : 49

8 Sehingga umur kayu AN-05 adalah ± 270 BP. Perhitungan Umur Kayu AN-05 dengan Gula Pasir X sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (aktivitas gula pasir X) = ± cpm Sehingga umur kayu AN-05 adalah ± 1710 BP. Perhitungan Umur Kayu AN-06 dengan Gula Pasir X sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (aktivitas gula pasir X) = ± cpm Sehingga umur kayu AN-05 adalah ± 276 BP. b) Kayu AN-06 Tabel 7. Data Hasil Pencacahan Kayu AN-06 (cm) Background counting = 1.09 ± 0.02 (cpm) Sehingga umur kayu AN-06 adalah ± 1734 BP. 2. Moluska Tabel 8. Data Hasil Pencacahan Kayu AN-06 (cm) Sample counting = 1.30 ± 0.04 (cpm) Background counting = 1.09 ± 0.02 (cpm) Sample counting = 6.42 ± 0.08 (cpm) Perhitungan Umur Kayu AN-06 dengan Asam Oksalat SRM 4990 C sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (asam oksalat, aktivitas 95%) = ± 0.16 cpm (f = ) Perhitungan Umur Moluska dengan Asam Oksalat SRM 4990 C sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (asam oksalat, aktivitas 95%) = ± 0.16 cpm 50

9 7. DAFTAR PUSTAKA Sehingga umur contoh moluska adalah 1840 ± 150 BP. Perhitungan Umur Kayu AN-05 dengan Gula Pasir X sebagai Standar Modern Karbon Modern karbon (aktivitas gula pasir X) = ± cpm Sehingga umur kayu AN-05 adalah 1781 ± 144 BP. 5.KESIMPULAN Dari ketiga contoh gula pasir yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh nikai f (perbandingan terhadap nilai f standat asam oksalat SRM 4990 C) adalah sebagai berikut. Asam oksalat SRM 4990 C = Gula Subang = Gula Cirebon = Gula pasir X = Sehingga perlu dilakukan penelitian terhadap gula Indonesia lainnya untuk memperoleh nilai f yang lebih dekat dengan nilai f asam oksalat SRM 4990 C. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kepada Pusat Penelitian dan Pengembagan Geologi Kelautan Bandung yang telah membantu dalam hal sarana dan prasarana sehingga penelitian ini terlaksana. 1. BEISER, A., Konsep Fisika Modern, Edisi IV, Diterjemahkan oleh H. Liong. Erlangga, Jakarta (1987). 2. CURRIE, L.A. and Polach, H.A. Exploratory Analysis of the International Radiocarbon Cross-Calibration Data: Consensus Values and Inter-Laboratory error, Preliminary Note, Radiocarbon 22(3): (1980). 3. FAURE, G., Principles of Isotope Geology, 2 nd ed., Wiley, New York (1977). 4. GUTA, S. K. and POLACH H.A., Radiocarbon Dating Practice at Australian National University, Handbook, Radiocarbon Dating Laboratory, Research School of Pacific Studies, ANU, Canberra (1985). 5. HIGHAM, T. F. G. (2002, Sept). The 14 C Method. Quaternary Geochronology (Quaternary Science Reviews), University of Oxford, United Kingdom [Online] Available: 6. KNIEF, R.A., Nuclear Energy Technology: Theory and Practice of Commercial Nuclear Power, Mc Graw-Hill, New York (1981). 7. MANN, W.B., An International Reference Material for Radiocarbon Dating, Radiocarbon 25(2): (1983) MULYANINGSIH, S., SAMPURNO, YAHDI Z., DENY J.P., SUTIKNO B., DARWIN A.S., Perkembangan Geologi pada Kuarter Awal sampai Masa Sejarah di Dataran Yogyakarta, Jurnal Pusat Teknologi Isotop dan Radiasi-BATAN, Pusat Survey Geologi dan Balai Arkeologi Bandung : 3-4 (2006). 9. SIREGAR, D.A., Pemanfaatan Gula dari Indonesia Untuk Standar Modern Karbon pada Pentakhiran Radiokarbon. Jurnal Standarisasi 10 (2): (2008). 10. TAYLOR, R.E., Radiocarbon Dating, An Archaeological Perspective, Academic Press, Orlando, USA (1987). 11. TAYLOR, R.E., Radiocarbon Dating of Bone, Springer Verlag, New York (1992). 12. TAYLOR, R.E., Radiocarbon Dating : The Continuing Revolution, Evolution Anthropology: 169 (1996). DISKUSI Muhayatun: Berdasarkan presentasi yang disampaikan, gula pasir tidak tepat digunakan sebagai standar. Langkah- 51

10 langkah apa yang perlu dilakukan agar dapat diperoleh sample yang lebih cocok? Apakah gula yang digunakan sudah pernah diteliti sebelumnya? Apa kriteria pemilihan gula sebagai standar? Anggun Suci: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, gula subang lebih bagus digunakan sebagai standar. Gula pasir yang digunakan dalam penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya. Adapun kriteria pemilihannya adalah memiliki unsur karbon (C) dan mudah diperoleh (gula, kayu ds). 52

PEMBUATAN STANDAR KARBON DARI GULA PASIR PUTIH DENGAN METODE RADIOKARBON

PEMBUATAN STANDAR KARBON DARI GULA PASIR PUTIH DENGAN METODE RADIOKARBON PEMBUATAN STANDAR KARBON DARI GULA PASIR PUTIH DENGAN METODE RADIOKARBON Minda Nicelia*, Yusi Deawati 1 dan Darwin Alijasa Siregar 2 1 Laboratorium Anorganik, Jurusan Kimia, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Kimia Hukum Dasar Perhitungan Kimia - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR10KIM0801 Version : 2016-11 halaman 1 01. Pernyataan yang paling sesuai tentang hukum Lavoisier (A) Jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS PENTARIKHAN RADIOKARBON UNTUK PENENTUAN FLUKTUASI MUKA LAUT DI SEBELAH UTARA PULAU BANGKA

ANALISIS PENTARIKHAN RADIOKARBON UNTUK PENENTUAN FLUKTUASI MUKA LAUT DI SEBELAH UTARA PULAU BANGKA ANALISIS PENTARIKHAN RADIOKARBON UNTUK PENENTUAN FLUKTUASI MUKA LAUT DI SEBELAH UTARA PULAU BANGKA RADIOCARBON DATING ANALYSIS FOR DETECTING SEALEVEL FLUCTUATION IN NORTHERN PART OF BANGKA ISLAND Darwin

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 KIMIA

Antiremed Kelas 10 KIMIA Antiremed Kelas 10 KIMIA Persiapan UAS 1 Kimia Doc Name: AR10KIM01UAS Version : 2016-07 halaman 1 01. Partikel berikut yang muatannya sebesar 19 1,6 10 C dan bermassa 1 sma (A) elektron (B) proton (C)

Lebih terperinci

PENARIKHAN RADIOKARBON DALAM PENENTUAN AKTIVITAS TEKTONIK KUARTER DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI OPAK DAN PANTAI SAMAS, YOGYAKARTA

PENARIKHAN RADIOKARBON DALAM PENENTUAN AKTIVITAS TEKTONIK KUARTER DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI OPAK DAN PANTAI SAMAS, YOGYAKARTA PENARIKHAN RADIOKARBON DALAM PENENTUAN AKTIVITAS TEKTONIK KUARTER DI SEPANJANG ALIRAN SUNGAI OPAK DAN PANTAI SAMAS, YOGYAKARTA D.A. Siregar dan A.Soehaimi Pusat Survei Geologi Jln. Diponegoro No.57 Bandung

Lebih terperinci

Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 3, hal

Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 3, hal Jurnal Geoaplika (2008) Volume 3, Nomor 3, hal. 119 131 Darwin A. Siregar Perbedaan Proses Pencucian Sampel Tulang Hewan dari Ciharuman, Jawa Barat untuk Menentukan Umur dengan Metode Radiokarbon Diterima

Lebih terperinci

PENANGGALAN 14 C UNTUK MENENTUKAN UMUR PELAPUKAN TANAH DENGAN METODE RADIOKARBON

PENANGGALAN 14 C UNTUK MENENTUKAN UMUR PELAPUKAN TANAH DENGAN METODE RADIOKARBON PENANGGALAN 14 C UNTUK MENENTUKAN UMUR PELAPUKAN TANAH DENGAN METODE RADIOKARBON RADIOCARBON METHOD ON 14 C DATING FOR AGE DETERMINATION OF TIMBER DETERIORATION Darwin A. Siregar 1 & Satrio 2 1 Pusat Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengetahuan fosil itu berkaitan dengan pengetahuan sejarah flora dan fauna. Terkuburnya tulang yang menjadi fosil selama jutaan tahun dapat mempengaruhui histologi,

Lebih terperinci

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X ) SKL 2 Menerapkan hukum-hukum dasar kimia untuk memecahkan masalah dalam perhitungan kimia. o Menganalisis persamaan reaksi kimia o Menyelesaikan perhitungan kimia yang berkaitan dengan hukum dasar kimia

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA Part I IKATAN KIMIA CHEMISTRY Summer Olympiad Camp 2017 - Kimia SMA 1. Untuk menggambarkan ikatan yang terjadi dalam suatu molekul kita menggunakan struktur Lewis atau 'dot and cross' (a) Tuliskan formula

Lebih terperinci

Oksidasi dan Reduksi

Oksidasi dan Reduksi Oksidasi dan Reduksi Reaksi kimia dapat diklasifikasikan dengan beberapa cara antara lain reduksi-oksidasi (redoks) Reaksi : selalu terjadi bersama-sama. Zat yang teroksidasi = reduktor Zat yang tereduksi

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi BAB I MATERI 1.1 Pengertian Materi Dalam Ilmu Kimia kita mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan yang dialami materi, baik dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan.

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI

PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI ISSN 1979-2409 PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI Noor Yudhi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK PENENTUAN KONSENTRASI SULFAT SECARA POTENSIOMETRI. Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015 1 KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015 2 Kimia Dasar Lecturer : Joko Sedyono Phone : 08232 798 6060 Email : Joko.Sedyono@ums.ac.id References : 1. Change, Raymond, 2004, Kimia Dasar, Edisi III,

Lebih terperinci

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1 Pertemuan Ke: 1 Mata Kuliah/Kode : Fisika Semester dan : Semester : VI : 150 menit Kompetensi Dasar : Mahasiswa dapat memahami gejala radioaktif 1. Menyebutkan pengertian zat radioaktif 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 0 A. Massa Atom. Massa Atom Relatif (Ar) Massa atom relatif (Ar) merupakan perbandingan massa atom dengan massa satu atom yang tetap. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut. sma

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-2122 PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA Nama Praktikan : Anggi Febrina NIM : 13010107 Kelompok : 5 (Shift Pagi) Tanggal

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut.

STOIKIOMETRI. Massa molekul relatif suatu zat sama dengan jumlah massa atom relatif atomatom penyusun molekul zat tersebut. STOIKIOMETRI Istilah STOIKIOMETRI berasal dari kata-kata Yunani yaitu Stoicheion (partikel) dan metron (pengukuran). STOIKIOMETRI akhirnya mengacu kepada cara perhitungan dan pengukuran zat serta campuran

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SINTESIS BENZENA DAN ABSORPSI CO 2 UNTUK PENANGGALAN RADIOISOTOP 14 C

PERBANDINGAN METODE SINTESIS BENZENA DAN ABSORPSI CO 2 UNTUK PENANGGALAN RADIOISOTOP 14 C PERBANDINGAN METODE SINTESIS BENZENA DAN ABSORPSI CO 2 UNTUK PENANGGALAN RADIOISOTOP 14 C (Satrio dan Zainal Abidin) PERBANDINGAN METODE SINTESIS BENZENA DAN ABSORPSI CO 2 UNTUK PENANGGALAN RADIOISOTOP

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Kimia

Pengantar Ilmu Kimia Bab1 Pengantar Ilmu Kimia Kimia : Ilmu Pengetahuan bagi Abad 21 Kesehatan dan Pengobatan Sistem sanitasi Operasi dengan anestesi Vaksin dan antibiotik Energi dan Lingkungan Energi Fosil Energi Surya Energi

Lebih terperinci

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 Pilihlah jawaban yang paling benar LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2 TATANAMA 1. Nama senyawa berikut ini sesuai dengan rumus kimianya, kecuali. A. NO = nitrogen oksida B. CO 2 = karbon dioksida C. PCl

Lebih terperinci

BENDA, MATERI DAN ZAT

BENDA, MATERI DAN ZAT Modul III Kimia Tanggal: 9/9/2015 Berdasakan pengetahuan tentang sususan materi yang telah ada, kita dapat memahami sifat-sifat materi dan melakukan pengelompokkan. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN

SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS GAS KARBONDIOKSIDA (CO2) NAMA : YURIS FIRDAYANTI P. NURAINI AULIA AINUL ALIM RAHMAN REGU/KELOMPOK : IV (EMPAT)/ IV (EMPAT) HARI/TANGGAL PERCOBAAN : SELASA/ 8 APRIL 2013 ASISTEN

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya

c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya C c (lihat: cahaya). C (lihat: karbon; coulomb). Ca (lihat: kalsium). cahaya 1. Bentuk radiasi gelombang elektromagnetik yang menjalar dalam vakum dengan kecepatan sebesar 2,998 x 10 8 m per detik dari

Lebih terperinci

KIMIA (2-1)

KIMIA (2-1) 03035307 KIMIA (2-1) Dr.oec.troph.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Kuliah ke-4 Kimia inti Bahan kuliah ini disarikan dari Chemistry 4th ed. McMurray and Fay Faperta UNMUL 2011 Kimia Inti Pembentukan/penguraian

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS PERCOBAAN I PENENTUAN BERAT MOLEKUL BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS I. Tujuan 1. Menentukan berat molekul senyawa CHCl 3 dan zat unknown X berdasarkan pengukuran massa jenis gas secara eksperimen

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia 27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

Pentarikhan Radiokarbon dalam Penentuan Umur Aktivitas Sesar Sumatra di Liwa, Lampung

Pentarikhan Radiokarbon dalam Penentuan Umur Aktivitas Sesar Sumatra di Liwa, Lampung JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGI Journal of Environment and Geological Hazards ISSN: 2086-7794, e-issn: 2502-8804 Akreditasi LIPI No. 692/AU/P2MI-LIPI/07/2015 e-mail: jlbg_geo@yahoo.com - http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Departemen Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Kinetika dan waktu paro peluruhan Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Laboratorium Kimia Fisika,, Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENENTUAN UMUR BATUAN GAMPING PENYUSUN GUA LEANG-LEANG MELALUI PENGUKURAN AKTIVITAS 14 C DENGAN METODE LSC (LIQUID SCINTILATION COUNTING)

PENENTUAN UMUR BATUAN GAMPING PENYUSUN GUA LEANG-LEANG MELALUI PENGUKURAN AKTIVITAS 14 C DENGAN METODE LSC (LIQUID SCINTILATION COUNTING) PENENTUAN UMUR BATUAN GAMPING PENYUSUN GUA LEANG-LEANG MELALUI PENGUKURAN AKTIVITAS 14 C DENGAN METODE LSC (LIQUID SCINTILATION COUNTING) Syarifuddin, *Muhammad Zakir, *Alfian Noor Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Siklus Biogeokimia 33 BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA Kompetensi Dasar: Menjelaskan siklus karbon, nitrogen, oksigen, belerang dan fosfor A. Definisi Siklus Biogeokimia Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia analitik memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagian besar negara memiliki laboratorium kimia analitik yang mapan

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021) ALAT UKUR RADIASI Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta 10350 Telepon : (021) 230 1266 Radiasi Nuklir Secara umum dapat dikategorikan menjadi: Partikel bermuatan Proton Sinar alpha

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perbedaan Kandungan CO 2 Sebelum dan Sesudah Pemurnian Perbedaan Kandungan CO 2 melalui Indikator Warna Pengambilan contoh biogas yang dianalisis secara kuantitatif sehingga didapatkan

Lebih terperinci

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM

INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM INTERAKSI ANTAR KOMPONEN EKOSISTEM 1. Interaksi antar Organisme Komponen Biotik Untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, setiap organisme melakukan interaksi tertentu dengan organisme lain. Pola-pola

Lebih terperinci

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2! BAB 7 STOKIOMETRI A. Massa Molekul Relatif Massa Molekul Relatif (Mr) biasanya dihitung menggunakan data Ar masing-masing atom yang ada dalam molekul tersebut. Mr senyawa = (indeks atom x Ar atom) Contoh:

Lebih terperinci

PREDIKSI UJIAN NASIONAL 2011 KIMIA

PREDIKSI UJIAN NASIONAL 2011 KIMIA Soal PREDIKSI Latihan UJIAN NASIONAL 2011 2013 KIMIA 1 LATIHAN UJIAN AKHIR NASIONAL TAHUN AJARAN 2012/2013 KIMIA 1. Jika unsur 19 X berikatan dengan unsur 35 Z maka, rumus senyawa dan jenis ikatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk didefinisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Prihatin Oktivasari dan Ade Agung Harnawan Abstrak: Telah dilakukan penentuan kandungan

Lebih terperinci

UN SMA 2015 PRE Kimia

UN SMA 2015 PRE Kimia UN SMA 2015 PRE Kimia Kode Soal Doc. UNSMAIPA2015KIM999 Doc. Version : 2015-11 halaman 1 01. Suatu unsur Z mempunyai konfigurasi elektron [Ar]4s 2 3d 7. Jika neutron unsur tersebut 32, letak unsur Z dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Molekul-molekul pada permukaan zat padat atau zat cair mempunyai gaya tarik kearah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gayagaya ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

POLA DINAMIKA AIR TANAH DI DAERAH BEKASI BERDASARKAN ANALISIS 14 RADIOISOTOP C. D.A. Siregar dan Satrio

POLA DINAMIKA AIR TANAH DI DAERAH BEKASI BERDASARKAN ANALISIS 14 RADIOISOTOP C. D.A. Siregar dan Satrio POLA DINAMIKA AIR TANAH DI DAERAH BEKASI BERDASARKAN ANALISIS RADIOISOTOP C 1 2 D.A. Siregar dan Satrio 1 Pusat Survei Geologi Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122 2 Pusat Aplikasi teknologi Isotop dan

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI BAB V KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI Dalam ilmu fisika, dikenal satuan mol untuk besaran jumlah zat. Dalam bab ini, akan dibahas mengenai konsep mol yang mendasari perhitungan kimia (stoikiometri). A. KONSEP

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum

BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan B. Tujuan praktikum BAB I PENDAHULUAN A. Judul percobaan Pengenceran Suatu Larutan B. Tujuan praktikum Melatih menggunakan labu ukur di dalam membuat pengenceran atau suatu larutan. 1 BAB II METODE A. Alat dan Bahan Alat:

Lebih terperinci

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Reaksi Dan Stoikiometri Larutan Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri dari:

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA Pengelolaan lingkungan diperlukan agar lingkungan dapat terus menyediakan kondisi dan sumber daya yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Lingkungan abiotis terdiri dari atmosfer,

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI

BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI BAB 2. PERSAMAAN KIMIA DAN HASIL REAKSI 1. RUMUS KIMIA 2. MENULISKAN PERSAMAAN KIMIA YANG BALANS 3. HUBUNGAN MASSA DALAM REAKSI KIMIA 4. REAKTAN PEMBATAS 5. HASIL PERSENTASE Reaktan (Pereaksi) Produk (Hasil

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA ISSN 1979-2409 Validasi Metoda Analisis Isotop U-233 Dalam Standar CRM Menggunakan Spektrometer Alfa ( Noviarty, Yanlinastuti ) VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Silikon dioksida merupakan elemen terbanyak kedua di alam semesta dari segi massanya setelah oksigen, yang paling banyak terdapat pada debu, pasir, platenoid dan planet

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI Fakultas : FMIPA Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia Inti Jumah sks : sks Semester : 6 Mata Kuliah Prasyarat : Kimia Dasar, Kimia Fisika

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kebutuhan pembangunan perumahan, perhubungan dan industri berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan-bahan pendukungnya. Beton merupakan salah satu bahan

Lebih terperinci

Penentuan Kesadahan Dalam Air

Penentuan Kesadahan Dalam Air Penentuan Kesadahan Dalam Air I. Tujuan 1. Dapat menentukan secara kualitatif dan kuantitatif kation (Ca²+,Mg²+) 2. Dapat membuat larutan an melakukan pengenceran II. Latar Belakang Teori Semua makhluk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah Tanah Profil tanah Tanah yang kita ambil terasa mengandung partikel pasir, debu dan liat dan bahan organik terdekomposisi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM Program Studi : Pendidikan Fisika/Fisika Nama Mata Kuliah :Fisika Inti Kode

Lebih terperinci

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR Fosfor termasuk unsur bukan logam yang cukup reaktif, sehingga tidak ditemukan di alam dalamkeadaan bebas. Fosfor berasal dari bahasa Yunani, phosphoros, yang berarti memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia 25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA. Disusun Oleh. Ari Wahyuni PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PERUBAHAN KIMIA Disusun Oleh Ari Wahyuni 107113039 PROGRAM D3 FARMASI LABORATORIUM KIMIA DASAR STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2014 PERUBAHAN KIMIA I. Tujuan Agar mahasiswa

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Reaksi dan Stoikiometri Larutan Reaksi dan Stoikiometri Larutan A. PERSAMAAN REAKSI ION Persamaan reaksi ion adalah persamaan reaksi yang menjelaskan bagaimana reaksi antar-ion terjadi pada larutan elektrolit. Persamaan reaksi ion terdiri

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu kami ciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas diagram alir proses penelitian, peralatan dan bahan yang digunakan, variabel penelitian dan prosedur penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : 7 Waktu : 09.30-11.00 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1. Isikan

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

STOIKIOMETRI. STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. STOIKIOMETRI STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya. 1.HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER "Massa zat-zat sebelum

Lebih terperinci

Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol

Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol A. PENDAHULUAN Hukum Dasar Kimia Dan Konsep Mol Hukum dasar kimia merupakan hukum dasar yang digunakan dalam stoikiometri (perhitungan kimia), antara lain: 1) Hukum Lavoisier atau hukum kekekalan massa.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci