PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PUTRI TPB IPB YANG DIBERI SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL MIFTACHUL JANNAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PUTRI TPB IPB YANG DIBERI SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL MIFTACHUL JANNAH"

Transkripsi

1 PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PUTRI TPB IPB YANG DIBERI SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL MIFTACHUL JANNAH DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB yang Diberi Suplementasi Multivitamin Mineral adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Miftachul Jannah NIM I

4 RINGKASAN MIFTACHUL JANNAH. Pengaruh Suplementasi Multivitamin Mineral Dan Pendidikan Gizi Terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB. Di bawah bimbingan RIMBAWAN & SITI MADANIJAH Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (2004) menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja sebesar 26.7% (Depkes 2005). Remaja putri adalah kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi besi. Pada saat remaja putri sedang dalam masa pertumbuhan puncak (peak growth) dibutuhkan zat besi yang lebih tinggi untuk kebutuhan basal tubuh dan pertumbuhan. Peningkatan kebutuhan zat besi bersamaan dengan kurangnya asupan besi dapat berakibat remaja putri rawan terhadap rendahnya kadar hemoglobin akibat defisiensi besi (Sediaoetama 2002). Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia, diantaranya pendidikan gizi dan suplementasi (Depkes 1996). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suplementasi MVM dan pendidikan gizi terhadap pengetahuan, sikap dan praktek gizi, serta pengaruhnya terhadap kadar hemoglobin mahasiswa putri TPB IPB. Penelitian ini adalah bagian dari penelitian besar yang dilakukan pada mahasiswa putri TPB IPB untuk mengetahui manfaat dari suplementasi multivitamin mineral terhadap kadar hemoglobin, antioksidan, dan kebugaran tubuh. Desain penelitian adalah Quasy Eperimental Design dengan rancangan pretest postest group. Penelitian dilakukan pada bulan April-September 2012 di asrama putri TPB IPB. Contoh dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok suplementasi tanpa pendidikan gizi (S) dan kelompok suplementasi dengan pendidikan gizi (SPG). Jenis suplemen yang sama diberikan pada contoh. Sampel minimum yang dibutuhkan adalah 11 orang pada setiap kelompok (Li et al 2004) dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 27 orang, dengan distribusi 15 orang pada kelompok S dan 12 orang pada kelompok SPG. Contoh dalam penelitian adalah mahasiswa putri yang berusia 19 sampai 20 tahun dengan distribusi 22% anemia ringan, 11.1% anemia sedang, dan 66.7% normal. Rata-rata pengeluaran pangan per bulan kelompok S dan SPG berturut-turut adalah Rp ± dan Rp ± Rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap uang saku contoh pada kelompok S adalah 70.2% dan pada kelompok SPG adalah 75%. Tidak terdapat perbedaan nyata pada usia dan pengeluaran pangan kedua kelompok (p>0.05). Dengan uji beda T, perbedaan siklus menstruasi, lama menstruasi, dan siklus menstuasi dalam setahun antara kedua kelompok tidak berbeda nyata (p>0.05). Terdapat perbedaan nyata dalam keteraturan menstruasi antara kedua kelompok (p<0.05). Sebagian besar contoh pada kedua kelompok menyatakan mengalami keluhan menjelang dan saat menstruasi. Jenis keluhan yang dirasakan relatif sama diantaranya keram di bawah perut, sakit pinggang, pusing, timbulnya jerawat, badan lesu, lebih emosional, dan merasa nyeri pada payudara. Tidak terdapat perbedaan berat badan, tinggi badan, status gizi contoh di kedua kelompok sebelum dan setelah intervensi (p>0.05). Tingkat pengetahuan gizi awal contoh tentang anemia pada kedua kelompok tergolong kurang. Setelah intervensi, terlihat adanya peningkatan tingkat pengetahuan

5 gizi pada kelompok SPG (p<0.05). Sikap gizi pada kedua kelompok tidak berbeda nyata sikap gizi sebelum dan setelah perlakuan. Pada kelompok SPG terlihat adanya peningkan sikap gizi namun tidak signifikan (p>0.05). Kebiasaan makan sebelum dan setelah perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata pada kedua kelompok (p>0.05). Asupan energi dan zat gizi contoh diperoleh dengan cara food record pada hari kuliah (Senin) dan pada hari libur (Sabtu). Tidak terdapat perbedaan nyata intake protein, vitamin dan mineral (p>0.05) tetapi berbeda nyata pada intake energi (p<0.05). Kepatuhan contoh tergolong kurang (<80%). Uji beda T menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kepatuhan kedua kelompok perlakuan (p>0.05). Kepatuhan konsumsi suplemen yang rendah diakibatkan bentuk sendok takaran yang memungkinkan suplemen tidak habis dikonsumsi. Uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap gizi pada kelompok S (p = dan r = ) dan SPG (p = dan r = 0.130). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dan praktek gizi pada kelompok S (p = dan r = 0.022) dan SPG (p = dan r = ). Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap dan praktek gizi pada kelompok S (p = dan r = 0.303) dan SPG (p = dan r = ). Berdasarkan uji beda T, tidak terdapat perbedaan nyata antara kadar hemoglobin sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok (p>0.05). Hal ini menunjukkan suplementasi MVM belum dapat meningkatkan kadar hemoglobin contoh. Suplementasi MVM dapat meningkatkan kadar hemoglobin contoh anemia pada kedua kelompok, namun hanya signifikan pada contoh anemia dari kelompok SPG (p<0.05). Pendidikan gizi yang diberikan berpengaruh pada peningkatan pengetahuan gizi tanpa merubah sikap dan praktek gizi. Banyaknya faktor yang turut mempengaruhi pembentukan sikap dan praktek menjadi salah satu penyebab tidak efektifnya pendidikan gizi yang diberikan. Salah satu masalah yang menjadi fokus perhatian program suplementasi adalah kepatuhan. Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mempertimbangkan bentuk suplemen dan cara pemberian. Suplemen yang berbentuk sirup lebih memerlukan pemantauan kepatuhan yang teratur, selain itu bentuk sendok yang digunakan harus disesuaikan agar suplemen bisa tepat habis dikonsumsi. Model pendidikan gizi dalam penelitian hanya efektif meningkatkan pengetahuan gizi. Oleh karena itu, penelitian pendidikan gizi selanjutnya diharapkan bisa lebih luas cakupannya dan juga berfokus pada pemilihan pangan, faktor personal, dan faktor lingkungan.

6 ii ABSTRAK MIFTACHUL JANNAH. Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB yang Diberi Suplementasi Multivitamin Mineral. Dibimbing oleh RIMBAWAN dan SITI MADANIJAH. Prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia cukup tinggi dikarenakan kekurangan zat gizi seperti zat besi dan asam folat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi multivitaminmineral dan pendidikan gizi terhadap kadar hemoglobin mahasiswa putri TPB IPB. Desain penelitian adalah Quasy Experimental Design dengan rancangan pretest postest group. Sampel sebanyak 27 orang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok suplementasi tanpa pendidikan gizi (S) dan kelompok suplementasi yang mendapat pendidikan gizi (SPG). Pendidikan gizi diberikan melalui metode ceramah selama empat kali pertemuan dengan waktu menit. Intervensi pendidikan gizi yang diberikan berpengaruh pada peningkatan pengetahuan gizi tetapi belum dapat merubah sikap dan praktek gizi. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan kebiasaan makan contoh pada kedua kelompok. Pemberian suplementasi multivitamin mineral belum dapat meningkatkan kadar hemoglobin contoh pada kedua kelompok, tetapi meningkatkan kadar hemoglobin contoh anemia pada kedua kelompok (p>0.05). Kata kunci: anemia, mahasiswa, pendidikan gizi, suplementasi ABSTRACT MIFTACHUL JANNAH. The Effect of Nutrition Education on Haemoglobin of Bogor Agricultural University s Girls Student With Multivitamin Mineral Supplementation. Supervised by RIMBAWAN and SITI MADANIJAH. Anaemia is still prevalence in Indonesia especially in adolescent girls because deficiency of iron and folic acid. The purpose of this study was to analyze the effect of multivitamin minerals supplementation and nutrition education on haemoglobin. The study was conducted on First Common Year Studentsof Bogor Agricultural University. Design of the study was Quasy Experimental with pretest post test group. The number of subjects was 27 and allocated into two groups. First group received multivitamin minerals supplementation without nutrition education (S group); second group received multivitamin and minerals supplementation with nutrition education (SPG group). The method of nutition education was speech and allocated into four session with duration minutes for each meeting. The result of the study showed that nutrition education affected nutritional knowledge but could not improve nutritional attitudes and nutritional practice. There was no significant correlation between nutrition knowledge, attitude, and practice. Multivitamin minerals supplementation could not improve haemoglobin, but could increased haemoglobin of anaemia subject although the increase was not significant (p>0.05). Keywords:anaemia, nutrition education, students, supplementation

7 iii PENGARUH PENDIDIKAN GIZI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA PUTRI TPB IPB YANG DIBERI SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL MIFTACHUL JANNAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

8 iv

9 Judul Slaipsi: Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB yang Diberi Suplementasi Multivitamin Mineral Nama : Miftachul Jannah NIM : Disetujui oleh Drs Rimbawan, PhD Pembimbing I ~w Prof Dr Ir ~anijah' MS Pembimbing II Ketua Departemen Tanggal Lulus: 2 0 AUG 20B

10 v Judul Skripsi : Pengaruh Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB yang Diberi Suplementasi Multivitamin Mineral Nama : Miftachul Jannah NIM : I Disetujui oleh Drs Rimbawan, PhD Pembimbing I Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Budi Setiawan, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

11 vi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2012 ini adalah Pengaruh Suplementasi Multivitamin Mineral dan Pendidikan Gizi terhadap Kadar Hemoglobin Mahasiswa Putri TPB IPB. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs Rimbawan, PhD dan Ibu Prof Dr Ir Siti Madanijah, MS selaku pembimbing dan Dr Ir Cesilia Meti Dwiriani, MSc selaku penguji yang telah banyak memberi saran. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan penelitian Gian Nubekti, Angga Hardiansyah, Nazhif Gifari, dan Laboratorium Kesehatan Prodia Kota Bogor atas kerjasamanya selama penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak dan adik, juga semua sahabat atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Miftachul Jannah

12 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 Manfaat Penelitian 2 METODE PENELITIAN 3 Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 3 Populasi dan Sampel 3 Pelaksananaan Suplementasi 4 Intervensi Pendidikan Gizi 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Status Anemia Contoh Sebelum Perlakuan 7 Karakteristik Contoh 7 Pengetahuan Gizi 11 Sikap Gizi 13 Praktek Gizi 14 Kepatuhan Mengonsumsi Suplemen MVM 15 Manfaat dan Efek Samping yang Dirasakan 16 Status Anemia Contoh Setelah Perlakuan 17 Hubungan Antar Variabel Setelah Intervensi Pendidikan Gizi 18 Pengaruh Pendidikan Gizi Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi 20 SIMPULAN DAN SARAN 20 Simpulan 20 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 21 LAMPIRAN 24

13 viii DAFTAR TABEL 1. Kandungan multivitamin mineral dalam suplemen dan persentase terhadap AKG 4 2. Jadwal dan materi pendidikan gizi 5 3. Jenis dan cara pengumpulan data 5 4. Pengolahan dan analisis data 6 5. Sebaran contoh berdasarkan status anemia 7 6. Uang saku dan rata-rata pengeluaran pangan contoh 8 7. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh menurut kelompok perlakuan 9 8. Karakteristik contoh menurut keadaan menstruasi 9 9. Rata-rata berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh (IMT) contoh menurut kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Persentase jawaban benar berdasarkan jenis pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap gizi contoh sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan tingkat kebiasaan makan contoh sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein setelah perlakuan Nilai minimum, maksimum dan rata-rata konsumsi dan persentase konsumsi suplemen contoh Nilai minimum, maksimum dan rata-rata frekuensi dan persentase frekuensi mengonsumsi suplemen contoh Rata-rata kadar hemoglobin dan status anemia contoh sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan status anemia setelah perlakuan Rata-rata kadar hemoglobin dan status anemia pada contoh anemia sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan dan sikap gizi Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan dan praktek gizi Sebaran contoh berdasarkan sikap dan praktek gizi 20 DAFTAR GAMBAR 1. Alur pengambilan sampel penelitian 3 2. Sebaran contoh menurut usia 7 3. Sebaran contoh berdasarkan uang saku/bulan 8 4. Sebaran sampel yang mengalami keluhan menjelang dan saat menstruasi 10

14 ix 5. Sebaran jawaban benar berdasarkan jenis pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok Sebaran persepsi kesehatan contoh Efek samping yang dirasakan setelah mengonsumsi suplemen 17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kuesioner penelitian Handout materi pendidikan gizi Kadar hemoglobin contoh sebelum dan sesudah perlakuan Usia, uang saku, dan pengeluaran pangan contoh per bulan Berat badan, tinggi badan, dan status gizi contoh sebelum dan setelah intervensi Sebaran contoh berdasarkan jawaban benar setiap pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan jawaban setuju pernyataan sikap gizi tentang anemia sebelum dan setelah perlakuan Sebaran contoh berdasarkan jawaban kebiasaan makan sebelum dan setelah perlakuan 47

15 x

16 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi utama pada remaja, terutama remaja di negara berkembang. Perkiraan prevelensi anemia remaja pada negara berkembang adalah 27% dan pada negara indutri sebersar 6% (WHO 2005). Penelitian yang dilakukan di Jawa Timur menunjukkan prevalensi anemia tertinggi terdapat pada kelompok remaja putri yaitu sebesar 25.8% (Soekarjo et al 2001), sedangkan penelitian yang dilakukan di India menunjukkan prevalensi yang sangat tinggi pada remaja putri yaitu 90.1% (Toteja dan Singh 2003 dalam SCN News 2005). Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004 menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada remaja sebesar 26.7% (Depkes 2005). Remaja putri adalah kelompok populasi yang rawan terhadap defisiensi gizi besi. Pada saat remaja putri sedang dalam masa pertumbuhan puncak (peak growth) dibutuhkan zat besi yang lebih tinggi untuk kebutuhan basal tubuh dan pertumbuhan. Satu tahun setelah peak growth, remaja putri biasanya akan mengalami haid pertama (menarche) (Sediaoetama 2002). Pertumbuhan yang cepat (growth spurt) berlangsung selama dua tahun setelah menstruasi (Travis 2003 dalam SCN News 2005). Kebutuhan zat besi yang tinggi pada saat peak growth akan menetap karena selanjutnya diperlukan untuk menggantikan besi yang hilang pada saat menstruasi atau haid (Sediaoetama 2002). Banyaknya kehilangan darah saat menstruasi bervariasi antara seorang wanita dengan lainnya. Diantara wanita muda yang nampak sehat, sekitar 35 sampai 58% menderita pengurangan zat besi atau iron depletion (Piliang dan Djojosoebagia 2006). Tingginya kebutuhan zat besi pada remaja putri seharusnya diimbangi dengan zat besi yang cukup dari makanan. Apabila kebutuhan zat besi tidak terpenuhi maka kadar hemoglobin akan rendah sehingga terjadi anemia gizi (Dewa 2004). Anemia kekurangan zat besi ini terjadi karena pola konsumsi yang kurang baik. Komposisi makanan yang tidak mencerminkan komponen dengan nilai gizi cukup akan menghambat atau mengurangi ketersediaan biologis zat besi dalam tubuh (Piliang dan Djojosoebagia 2006). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi besi bukan merupakan penyebab utama terjadinya anemia. Defisiensi zat gizi lain seperti asam folat, seng, vitamin A juga dapat menjadi penyebab anemia. Menurut penelitian yang dilakukan pada kelompok usia tua di Amerika, rendahnya kadar serum vitamin B 12 dalam darah berhubungan dengan kejadian anemia dan gangguan kognitif (Morris et al. 2007). Penelitian Zarianis (2006) menunjukkan bahwa pada anak sekolah dasar defisiensi besi bukan merupakan satu-satunya faktor utama penyebab anemia. Defisiensi vitamin C juga turut berperan dalam menimbulkan anemia. Kecenderungan program perbaikan gizi mikro saat ini adalah melakukan fortifikasi dan suplementasi dengan banyak zat gizi (multigizi). Beberepa penelitian menunjukkan bahwa selain dapat memperbaiki indikator fungsional, pemberian multigizi juga dapat meningkatkan indikator cadangan gizi (storage) dalam tubuh (Hardinsyah 2007). Suplementasi multivitamin mineral merupakan

17 2 salah satu cara untuk menanggulangi defisiensi besi dan menurunkan prevalensi anemia. Berdasarkan pendekatan KAP (Knowledge-Attitude-Practice), peningkatan derajat kesehatan dapat dilakukan dengan berfokus pada mekanisme kognitif yang ada dalam diri seseorang. Model KAP meyakini bahwa pengatahuan baru yang didapatkan seseorang akan merubah sikap yang selanjutnya akan diikuti dengan perubahan perilaku (Espnes dan Smedslund 2001 dalam Henningsen 2011). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menambah atau merubah aspek kognitif adalah dengan melakukan pendidikan gizi. Menurut Winkleby et al. (1992) diacu dalam Ball et al. (2009), pendidikan adalah faktor terkuat dan paling konsisten dalam memprediksi perilaku kesehatan. Pendidikan gizi pada mahasiswa putri TPB IPB diberikan dengan harapan agar pengetahuan gizi mahasiswa akan berubah, sehingga merubah sikap dan praktek gizi. Perbaikan praktek gizi diharapkan dapat memperbaiki status anemia seseorang. Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mempelajari pengaruh suplementasi dan pendidikan gizi terhadap kadar hemoglobin pada mahasiswa putri TPB IPB. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik mahasiswa TPB IPB. 2. Mempelajari perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi pada mahasiswa putri TPB IPB sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok yang diberi pendidikan gizi dan kelompok yang tidak diberi pendidikan gizi. 3. Menganalisis pengaruh suplementasi multivitamin mineral terhadap peningkatan kadar hemoglobin mahasiswa putri TPB IPB. 4. Menganalisis pengaruh pendidikan gizi terhadap peningkatan kadar hemoglobin mahasiswa putri TPB. Hipotesis 1. Pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi. 2. Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi pada kelompok yang diberi pendidikan gizi dan kelompok yang tidak diberi pendidikan gizi. 3. Suplementasi multivitamin mineral dan pendidikan gizi yang diberikan dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang metode intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah anemia yang terjadi di kelompok remaja

18 3 putri.selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan metode intervensi untuk permasalahan anemia secara umum. METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Quasy Eperimental dengan pre test post test group. Pemilihan desain tersebut karena dalam penelitian tidak ada randomisasi sampel, artinya tidak semua sampel memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan pendidikan gizi. Dalam penelitian ini digunakan dua kelompok yaitu kelompok yang tidak memperoleh pendidikan gizi (S) dan kelompok yang memperoleh pendidikan gizi (SPG). Jenis suplemen yang sama diberikan pada kedua kelompok. Penelitian ini dilakukan di asrama Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB selama 6 bulan, mulai bulan April September Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Prodia Kota Bogor. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa putri TPB IPB yang tinggal di Asrama Putri. Gambar 1 menunjukkan alur pengambilan sampel penelitian. Screening Hb 150 mahasiswa putri dengan Nesco Finger Pick (metode Hemocue) Pengumpulan mahasiswa putri yang anemia berdasarkan screening dan seleksi sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi Pemeriksaan Hb metode cyanmethemoglobin Penjelasan penelitian dan penandatangan inform consent Diperoleh sampel sebanyak 29 orang Kelompok S 15 orang Kelompok SPG 14 orang Gambar 1 Alur pengambilan sampel penelitian Sampel adalah mahasiswa putri TPB IPB yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria Inklusi yaitu : usia tahun, memiliki kadar Hb < 12.6 g/dl, memiliki IMT <25 kg/m 2, tidak sedang mengonsumsi suplemen multimivitamin mineral serupa, sudah mengalami menstruasi, dan bersedia mengikuti tahap

19 4 penelitian (menandatangani informed consent). Kriteria ekslusi yaitu : menderita penyakit kronis, sedang hamil, peminum alkohol dan atau obat-obatan terlarang, dan merokok. Jumlah sampel minimal dihitung berdasarkan asumsi bahwa nilai α = 5% (Zα =1,645), kekuatan uji = 80% (Zβ = 0,84), simpangan baku hemoglobin peubah respon (σ = 12 g/l) dan kenaikan nilai hemoglobin sebagai akibat pemberian suplemen multivitamin mineral ( = 13 g/l) (Li et al 1994 dalam Indriani 2011), rumus perhitungannya adalah sebagai berikut: n n,, n 11 Dengan memperkirakan drop out sebesar 10%, maka jumlah sampel minimal setiap kelompok = 11 x 1.1 = 13 orang. Karena ada 2 kelompok perlakuan, maka jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebagai subyek dalam penelitian ini adalah 26 orang. Jumlah sampel penelitian ini awalnya adalah 29 orang terdiri dari 15 orang kelompok S dan 14 orang kelompok SPG. Sampel drop out sejumlah dua orang dari kelompok SPG karena sakit dan tidak mau mengonsumsi suplemen, sehingga sampel penelitian berjumlah 27 orang. Pelaksananaan Suplementasi Keseluruhan suplemen multivitamin mineral diproduksi dalam waktu yang bersamaan oleh suatu perusahaan komersial dalam bentuk sirup dan dikemas dalam botol kaca gelap. Suplemen multivitamin mineral (MVM) diberikan pada kedua kelompok. Setiap subyek penelitian diinstruksikan untuk mengonsumsi sirup sesuai takaran sajinya (15 ml/hari) setiap pagi setelah sarapan selama 8 minggu. Kandungan multivitamin mineral dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan multivitamin mineral dalam suplemen dan persentase terhadap AKG Mikronutrien Kandungan/15mL % terhadap AKG Vitamin B1 15 mg Vitamin B mg Vitamin B mg Vitamin B6 3 mg Vitamin B12 15 µg 625 Vitamin C 150 mg 200 Ferro gluconate 20 mg 76.9 Calcium gluconate 100 mg 12.5 Mangan sulfate 2 mg Zinc sulfate 5 mg 53.8

20 5 Intervensi Pendidikan Gizi Metode Pendidikan gizi dilakukan seminggu sekali selama empat kali pertemuan. Metode yang digunakan adalah ceramah dengan alat bantu handout materi sesuai jadwal pertemuan (Tabel 2). Materi disampaikan oleh peneliti yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Intervensi pendidikan gizi dilaksanakan setiap hari Sabtu pukul WIB. Pendidikan gizi dan tanya jawab dilakukan selama 30 samapi 45 menit di lobi bawah Asrama Putri A4 TPB IPB. Contoh kelompok SPG diminta untuk tidak memberi tahu materi pendidikan gizi kepada kelompok S. Pada akhir penelitian, semua contoh diberikan booklet tentang materi pendidikan gizi agar semua contoh mendapat informasi yang sama. Tabel 2 Jadwal dan materi pendidikan gizi Tanggal Materi 28 April 2012 Definisi anemia, kebutuhan besi remaja dan kelompok rawan anemia 5 Mei 2012 Zat-zat gizi yang berhubungan dengan anemia 12 Mei 2012 Tanda dan akibat anemia 19 Mei 2012 Pencegahan dan penanggulangan anemia Evaluasi Evaluasi pendidikan gizi dilihat dari jumlah contoh yang datang dan konsentrasi contoh saat intervensi berlangsung. Evaluasi materi pendidikan gizi juga dilihat dari jumlah pertanyaan benar yang dapat dijawab contoh dari kuesioner pengetahuan gizi serta perubahan sikap dan kebiasaan makan contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data pada penelitian ini adalah data primer yang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Pengambilan sampel darah dilakukan secara serentak pada awal dan akhir intervensi. Pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data Jenis data Cara pengumpulan Alat bantu Waktu Karakteristik sampel wawancara kuesioner awal Keadaan menstruasi wawancara kuesioner awal Alokasi pengeluaran pangan wawancara kuesioner awal & akhir Status gizi antropometri pengukuran BB alat ukur awal & akhir pengukuran TB alat ukur awal Pengetahuan, sikap, praktek gizi pengisian kuesioner awal & akhir Konsumsi pangan pengisian & wawancara food record selama penelitian Status anemia dibantu petugas medis Cyanmeth. awal & akhir Kepatuhan pengisian & wawancara kuesioner selama penelitian Manfaat dan efek samping wawancara kuesioner akhir

21 6 Laboratorium Kesehatan Prodia Kota Bogor di Asrama Putri A4 TPB IPB pada pagi hari (pukul ). Subyek diminta untuk berpuasa selama 8 jam sebelum diambil darahnya (Briawan 2008). Data pengetahuan gizi dilakukan melalui tes objektif tipe pilihan ganda sejumlah 20 soal tentang definisi, interaksi zat gizi, tanda, akibat, pencegahan dan penanggulangan anemia. Data sikap gizi meliputi pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan kebiasaan makan dan kecenderungan praktek yang berkaitan dengan anemia, sejumlah 10 pernyataan. Data praktek gizi dilihat dari kebiasaan makan dengan 11 pertanyaan. Jawaban pertanyaan kebiasaan makan dalam bentuk pilihan tertutup, dengan alternatif pilihan: a) Selalu: 5-7 kali per minggu, b) Kadang-kadang: 3-4 kali per minggu, c) Jarang: 1-2 kali per minggu, dan d) Tidak pernah. Kuesioner pengetahuan, sikap dan praktek dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengolahan dan Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian dioleh dan dianalisis menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16. Pengolahan data dengan Microsoft Excel dilakukan dengan langkah entry dan editing. Pengolahan dan analisis data dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengolahan dan analisis data Jenis data Pengolahan Analisis Nilai p* Karakteristik contoh, keadaan menstruasi, dan alokasi pengeluaran pangan Status gizi antropometri Status anemia Statistik dasar Independent T-Test p < 0.05 Digolongkan menurut Depkes (2002) Digolongkan menurut ACC/SCN (1991) Independent T-Test Korelasi Spearman Independent T-Test Paired T-Test Korelasi Pearson Independent T-Test Paired T-Test p < 0.05 p < 0.05 dan r > 0.5 p < 0.05 p < 0.05 dan r > 0.5 p < 0.05 Pengetahuan, sikap, praktek gizi Digolongkan menurut Khomsan (2000) Manfaat dan efek samping Statistik dasar - - Kepatuhan Digolongkan menurut Depkes (1999) Independent T-Test p < 0.05 Konsumsi pangan software Nutrisurvey 2007 Independent T-Test p < 0.05 Hubungan pengetahuan, sikap, dan praktek gizi Hubungan kadar Hb awal dan akhir * Nilai p jika berbeda nyata - Korelasi Pearson - Korelasi Pearson p < 0.05 dan r > 0.5 p < 0.05 dan r > 0.5

22 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Contoh Sebelum Perlakuan Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok S adalah ± 1.19 g/dl dan pada kelompok SPG adalah ± 1.24 g/dl. Uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata kadar hemoglobin kedua kelompok sebelum perlakuan (p>0.05). Kadar hemoglobin contoh disajikan pada Lampiran 3. Tabel 5 menggambarkan bahwa sebagian besar contoh mengalami anemia. Prevalensi anemia pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Briawan (2008) yang melaporkan bahwa prevalensi anemia sebesar 51% dan penelitian Anggraeni (2004) sebesar 48.1%. Prevalensi anemia pada penelitian ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan WHO (2001). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan status anemiaa Status anemia Anemia sedang Anemia ringan Normal Total Kadar Kelompok hemoglobin S SPG Total (g/dl) n % n % n % Karakteristik Contoh Usia Rata-rata usia contoh pada kelompok S dan kelompok SPG hampir sama, yaitu berturut-turut 19.0 ± 0.4 dan 18.9 ± 0.5 tahun. Berdasarkan Gambar 2, contoh pada kelompok S didominasi oleh kelompok remaja menengah sedangkan SPG lebih didominasi oleh kelompok usia remaja akhir (Gunarsa & Gunarsa 1995). Tidak terdapatt perbedaan nyata usia contoh kedua kelompok (p>0.05). Persentase (%) Rentang usia contoh (tahun) S SPG Gambar 2 Sebaran contoh menurut usia

23 8 Uang Saku Rata-rata uang saku pada kelompok S adalah Rp ± sedangkan SPG adalah Rp ± Uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada uang saku kedua kelompok (p>0.05). Sumber uang saku contoh pada kelompok S berasal dari orangtua (40%), beasiswa (26.7%), dan gabungan dari orangtua dan beasiswa (33.3%). Pada kelompok SPG sumber uang saku berasal dari orangtua (41.7%), beasiswa (33.3%), dan gabungan dari orangtua dan beasiswa (25%). Secara umum, sumber uang saku sebagian besar contoh berasal dari orang tua. Sebaran uang saku contoh dapat dilihat pada Gambar 3. Persentase (%) S SPG Jumlah uang saku/bulan (dalam ratusan ribu rupiah) Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku/bulan Pengeluaran Pangan Rata-rata pengeluaran pangan per bulan sebelum perlakuan pada kelompok S adalah Rp ± dan pada kelompok SPG adalah Rp ± Uji beda t menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pengeluaran pangan pada kedua kelompok perlakuan (p>0.05). Pengeluaran pangan contoh kedua kelompok setelah perlakuan tidak mengalami perubahan. Pengeluaran pangan disajikan pada Lampiran 4. Rata-rata proporsi pengeluaran pangan terhadap uang saku contoh pada kelompok S adalah 70.2% dan pada kelompok SPG adalah 75%. Hal tersebut menunjukkan pangan mendapatkan proporsi terbesar dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari contoh pada kedua kelompok. Menurut Soemardi dan Evens (1985) diacu dalam Puri (2007), kelompok masyarakat berpendapatan rendah umumnya memiliki proporsi pengeluaran terbesar yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Tabel 6 menunjukkan terdapat kecenderungan semakin tinggi uang saku yang diperoleh contoh maka pengeluaran pangan per bulan semakin besarpada kedua kelompok. Tabel 6 Uang saku dan rata-rata pengeluaran pangan contoh Pengelompokan uang Rata-rata pengeluaran pangan (Rupiah) saku (Rupiah) S SPG Total ± ± ± ± ± ± ± ± >

24 9 Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Latar belakang pekerjaan orangtua contoh pada kedua kelompok cukup beragam (Tabel 8). Pekerjaan orangtua pada kedua kelompok perlakuan didominasi oleh wiraswasta (37.5%), swasta (25%) dan PNS (25%). Sebagian besar pendapatan orangtua contoh pada kedua kelompok berada dalan rentang 1-2 juta/bulan (44.4%) dan 2-3 juta.bulan (29.6%). Rata-rata penghasilan orangtua kelompok S adalah Rp dan pada kelompok SPG adalah Rp (p>0.05). Tabel 7 Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh menurut kelompok perlakuan Sosial-ekonomi keluarga S Kelompok SPG Total n % n % n % Pekerjaan Ayah Wiraswasta Swasta PNS Petani Pensiunan PNS Lainnya (alm) Pekerjaan Ibu Wiraswasta Swasta PNS IRT Pendapatan Orangtua < 1 juta juta juta juta > 4 juta Keadaan Menstruasi Umur pertama kali menstruasi contoh pada kedua kelompok berkisar antara tahun. Keadaan menatruasi contoh dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 8 Karakteristik contoh menurut keadaan menstruasi Keadaan menstruasi S Kelompok SPG Umur menstruasi (tahun) 12.9 ± ± Keteraturan (%) Teratur ± ± Tidak teratur 0.0 ± ± 0.0 Lama siklus (hari) 28.0 ± ± Lama menstruasi (hari) 6.6 ± ± Siklus dalam setahun (kali) 11.7 ± ± p

25 10 Sebagian besar contoh pada kedua kelompok menyatakan mengalami keluhan menjelang dan pada saat menstruasi dengan jenis keluhan diantaranya keram di bawah perut, sakit pinggang, pusing, timbulnya jerawat, badan lesu, lebih emosional, dan merasa nyeri pada payudara. Persentase skor keluhan dapat dilihat pada Gambar 3. Pada kedua kelompok, tampak keluhan saat menstruasi lebih banyak dirasakan daripada keluhan menjelang menstruasi. Persentase (%) S SPG Menjelang Saat Kelompok Gambar 4 Sebaran sampel yang mengalami keluhan menjelang dan saat menstruasi Status Gizi Antropometri Rata-rata berat badan pada kelompok S lebih besar daripada kelompok SPG, namun tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0.05). Presentase contoh yang memiliki berat badan di bawah 50 kg (WNPG 2004) masih tergolong besar, yaitu 40% pada kelompok S dan 42% pada kelompok SPG (p>0.05). Tabel 9 Rata-rata berat badan, tinggi badan, dan indeks masa tubuh (IMT) contoh menurut kelompok sebelum dan sesudah perlakuan Antropometri Kelompok S SPG Total p Sebelum BB (kg) 53.8 ± ± ± TB (cm) ± ± ± IMT (kg/m 2 ) 22.5 ± ± ± Kategori IMT (%) Kurus Normal Gemuk sehat Obes I Setelah BB (kg) 53.7 ± ± ± TB (cm) ± ± ± IMT (kg/m 2 ) 22.5 ± ± ± Kategori IMT (%) Kurus Normal Gemuk sehat Obes I

26 11 Proporsi contoh yang mempunyai tinggi badan di bawah 154 cm (WNPG 2004) yaitu 33% pada kelompok S dan 50% pada SPG. Kekurangan zat besi pada masa remaja dapat menyebabkan tidak tercapainya tinggi badan optimal (Depkes 1998), sehingga diduga sebagian besar contoh mengalami defisiensi zat besi. Batasan 50 kg untuk berat badan dan 154 cm untuk tinggi badan adalah batasan usia remaja yaitu kurang dari 20 tahun (WNPG 2004). Setelah intervensi, rata-rata berat badan contoh pada kedua kelompok cenderung menurun namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0.05). Sebagian besar status gizi contoh pada kedua kelompok adalah normal. Uji beda t (Paired Sample T-Test) menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata nilai IMT kedua kelompok sebelum dan setelah perlakuan (p>0.05). Status gizi merupakan salah satu faktor penting untuk menentukan diagnosis anemia (Soemantri 1978 dalam Adriyani 2008). Uji Spearman menunjukkan semakin baik status gizi awal semakin besar peningkatan kadar hemoglobin contoh, namun hubungan tersebut tidak signifikan (p = dan r = 1.000). Hal ini sejalan dengan penelitian Andriyani (2008) dan Briawan (2008) yang menyatakan tidak terdapat hubungan antara status gizi antropometri dengan peningkatan kadar hemoglobin. Berat badan, tinggi badan dan IMT contoh dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengetahuan Gizi Jenis pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh contoh pada kedua kelompok sebelum perlakuan adalah pertanyaan tentang zat-zat gizi dan kelompok rawan anemia (Gambar 5). Hal ini bisa dimengerti karena tidak semua contoh memperoleh informasi atau pengetahuan tentang interaksi zat gizi. Pertanyaan lain yang banyak dijawab salah adalah definisi anemia. Tabel 10 menunjukkan presentase jawaban benar berdasarkan jenis pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Tingkat pengetahuan gizi awal kedua kelompok tergolong kurang Tabel 10 Persentase jawaban benar berdasarkan jenis pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan Kelompok Jenis pertanyaan S SPG Pre Post Pre Post Definisi anemia dan kelompok rawan Interaksi zat-zat gizi Tanda dan akibat anemia Pencegahan dan penanggulangan anemia dikarenakan contoh pada kedua kelompok tidak mengetahui dan tidak mendapatkan informasi terkait anemia (Tabel 11). Contoh kelompok S tidak menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan gizi dan terlihat adanya peningkatan pada kelompok SPG. Peningkatan pengetahuan gizi pada kelompok SPG dikarenakan intervensi pendidikan gizi yang diberikan. Menurut Khomsan et

27 Post Pre Pre Post * adalah SPG Gambar 5 Sebaran jawaban benar berdasarkan jenis pertanyaan sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok al. (2007) penyuluhan gizi merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan gizi. Meskipun begitu, masih terdapat contoh kelompok SPG dengan tingkat pengetahuan gizi kurang sebanyak 8.4%. Hal ini kemungkinan terjadi karena contoh susah mengingat materi pendidikan gizi yang telah diberikan dan kurangnya motivasi contoh dalam mengikuti pertemuan pendidikan gizi. Tabel sebaran contoh berdasarkan jawaban benar dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi contoh sebelum dan setelah perlakuan Tingkat Pengetahuan Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Kelompok (%) S SPG Sebelum perlakuan Setelah perlakuan Penelitian ini menunjukkan pendidikan gizi yang diberikan efektif untuk meningkatkan pengetahuan gizi (p<0.05). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa intervensi pendidikan gizi dapat meningkatkan pengetahuan gizi secara signifikan, diantaranya penelitian Dwiriani (2012) pada remaja putri SMP dan penelitian Zulaekah (2007) pada siswa SD kelas 5 dan 6.

28 13 Sikap Gizi Sebelum intervensi, sebanyak 33.3% contoh kelompok S dan 50% contoh kelompok SPG menunjukkan sikap positif terhadap kebiasaan minum teh setelah makan. Sikap tersebut muncul diduga karena pengaruh kebiasaan yang tumbuh di masyarakat. Kebiasaan tersebut dapat menjadi pengarah sikap terhadap berbagai masalah (Azwar 2012). Sebagian besar contoh setuju dengan kebiasaan makan teratur 3 kali sehari dengan memperhatikan gizi seimbang. Hampir semua contoh menyatakan setuju bahwa anemia merupakan masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian serius. Namun, sepertiga contoh pada kedua kelompok memiliki kecenderungan untuk tidak memeriksakan kesehatan jika akibat anemia tidak mengganggu mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian terhadap anemia baru muncul ketika contoh merasa terganggu dengan dampak kesehatan yang ditimbulkan dari anemia. Uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata sikap gizi awal kedua kelompok (p>0.05). Setelah intervensi, terlihat adanya penurunan pada sikap kebiasaan minum teh setelah makan pada kedua kelompok. Pada kelompok S, sikap preferensi konsumsi lauk nabati meningkat sedangkan kelompok SPG mengalami penurunan. Uji beda t menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata sikap gizi akhir kedua kelompok (p<0.05). Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap gizi contoh sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap gizi contoh sebelum dan setelah perlakuan Tingkat sikap gizi (%) Kelompok S SPG Sebelum perlakuan Baik Sedang Kurang Setelah perlakuan Baik Sedang Kurang Peningkatan sebagian besar sikap gizi pada kelompok SPG memberi gambaran bahwa sikap gizi seringkali terkait erat dengan pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung akan memiliki sikap gizi yang baik pula (Khomsan et al. 2009). Lebih mendalam, Azwar (2012) menjelaskan bahwa salah satu komponen sikap adalah komponen kognitif yang merupakan kepercayaan seseorang terhadap objek sikap. Kepercayaan tersebut didapatkan melalui apa yang dilihat dan apa yang telah diketahui. Penurunan sebagian sikap gizi pada kelompok S menunjukkan bahwa sikap dapat berubah seiring berjalannya waktu (Sumarwan 2003). Perubahan sikap tersebut sangat mungkin terjadi karena individu-individu selalu melakukan interaksi sosial. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

29 14 adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang yang dianggap penting, media massa, institusi lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Azwar 2012). Tabel sebaran contoh berdasarkan pernyataan sikap gizi tentang anemia sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 7. Praktek Gizi Sebagian besar contoh pada kedua kelompok memiliki frekuensi makan 2 kali sehari dengan distribusi 73.3% pada kelompok S dan 83.3% pada SPG. Uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata kebiasaan makan sebelum perlakuan kedua kelompok (p>0.05). Pada kedua kelompok, kebiasaan makan sebelum dan setelah perlakuan tidak mengalami perbedaan yang nyata (p>0.05). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa pendidikan gizi yang diberikan belum efektif untuk mengubah kebiasaan makan. Meskipun secara keseluruhan tidak terdapat perubahan kebiasaan makan, namun beberapa kebiasaan makan seperti mengonsumsi teh dan kopi menurun signifikan pada kelompok SPG. Baranowski et al. (1999) dalam Ball et al. (2009) mengungkapkan bukti bahwa faktor kognitif (pengetahuan gizi) mempengaruhi intik makanan. Selain itu, sikap dan kepercayaan tentang gaya hidup sehat terbukti mempengaruhi intik makanan (Hearty et al dalam Ball et al. 2009). Sebaran contoh berdasarkan tingkat kebiasaan makan contoh sebelum dan setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kebiasaan makan contoh sebelum dan setelah perlakuan Variabel (%) Kelompok S SPG Total Sebelum perlakuan Baik Sedang Kurang Setelah perlakuan Baik Sedang Kurang Sebagian besar contoh pada kedua kelompok mengalami defisit energi tingkat berat tetapi memiliki tingkat kecukupan protein (TKP) yang baik padarentang % kebutuhan (Tabel 14). Hal ini disebabkan konsumsi harian contoh pada kedua kelompok cenderung berasal dari pangan sumber protein. Tidak terdapat perbedaan tingkat kecukupan protein, vitamin, dan mineral pada kedua kelompok perlakuan (p>0.05) dan hanya terdapat perbedaan nyata pada TKE (p<0.05). Tingkat kecukupan vitamin dan mineral tergolong kurang kecuali tingkat kecukupan vitamin A (Gibson 2005). Tingkat kecukupan vitamin A yang tinggi disebabkan konsumsi pangan contoh kaya akan kandungan vitamin A seperti hati ayam dan penyerapan minyak goreng pada makanan yang

30 15 dikonsumsi. Rata-rata intik dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi setelah perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 9. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein setelah perlakuan Tingkat kecukupan Kelompok S SPG Total Energi [n (%)] < 70 9 (60.0 %) 11 (91.7 %) 20 (74.0 %) (26.7 %) 1 (8.3 %) 5 (18.6 %) (6.7 %) 0 (0.0 %) 1 (3.7 %) (6.7 %) 0 (0.0 %) 1 (3.7 %) >= (0.0 %) 0 (0.0 %) 0 (0.0 %) Protein [n (%)] < 70 1 (6.7 %) 1 (8.3 %) 2 (7.4 %) (20 %) 1 (8.3 %) 4 (14.8 %) (26.7 %) 4 (33.3 %) 8 (29.6 %) (40.0 %) 4 (33.3 %) 10 (37.0 %) >= (6.7 %) 2 (16.7) 3 (11.1 %) Kepatuhan Mengonsumsi Suplemen MVM Secara umum, rata-rata kepatuhan contoh pada kedua kelompok tergolong kurang (<80%) (Tabel 15). Jumlah suplemen yang seharusnya dikonsumsi selama 8 minggu (dalam satuan ml) adalah 840 ml. Berdasarkan Depkes (1999), indikator cakupan program penanggulangan anemia memiliki kepatuhan yang baik jika kepatuhan lebih dari 80%. Uji beda t menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kepatuhan kedua kelompok perlakuan (p>0.05). Tabel 15 Nilai minimum, maksimum dan rata-rata konsumsi dan persentase konsumsi suplemen contoh Kelompok Variabel S SPG Konsumsi (ml) % Konsumsi (ml) % Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Sebagai perbandingan, kepatuhan contoh juga dilihat dari frekuensi contoh mengonsumsi suplemen. Rata-rata contoh pada kedua kelompok tergolong rutin mengonsumsi suplemen yaitu sebanyak 51 kali (91.9%) dari total suplemen seharusnya yaitu 56 kali (Tabel 16). Kepatuhan konsumsi suplemen yang rendah diakibatkan bentuk sendok takaran yang memungkinkan suplemen tidak habis dikonsumsi sehingga konsumsi harian suplemen contoh kurang dari 15 ml. Rata-rata contoh pada kedua

31 16 kelompok mengonsumsi 9 ml suplemen per hari. Rendahnya kepatuhan memang menjadi salah satu masalah program suplementasi (Fahmida et al 1998 diacu dalam Fikawati et al. 2004), sehingga akan lebih baik jika variabel kepatuhan merupakan variabel yang dikontrol. Tabel 16 Nilai minimum, maksimum dan rata-rata frekuensi dan persentase frekuensi mengonsumsi suplemen contoh Variabel S Kelompok SPG Frekuensi (kali) % Frekuensi (kali) % Nilai Minimum Nilai Maksimum Rata-rata Manfaat dan Efek Samping yang Dirasakan Sebagian besar contoh merasa lebih bugar jika mengonsumsi suplemen. Kebugaran yang dimaksud adalah contoh merasa tidak mudah lelah dalam melaksanakan aktivitas hariannya dan merasa tidak mudah sakit (Gambar 6). Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2009) menunjukkan bahwa suplementasi MVM dapat memperbaiki jumlah sel Natural Killer (NK) secara signifikan.sel NK adalah salah satu komponen yang berperan dalam sistem imun non spesifik. Contoh mengaku gejala pusing yang dialami menjadi semakin berkurang. Hanya sebagian kecil contoh yang masih merasakan pusing jika berubah posisi (misalnya: dari duduk ke berdiri). Suplementasi yang diberikan juga berdampak pada peningkatan nafsu makan.angeles-agdeppa et al. (1997) menyebutkan bahwa efek samping yang ditimbulkan suplementasi besi adalah peningkatan nafsu makan dan mudah mengantuk. Persentase (%) Lebih bugar Tidak mudah sakit 66.7 Pusing berkurang Nafsu makan meningkat S SPG Persepsi kesehatan contoh Gambar 6 Sebaran persepsi kesehatan contoh Efek samping yang dirasakan contoh setelah mengonsumsi suplemen adalah mual dan muntah (Gambar 7). Mual dan muntah yang dirasakan contoh

32 17 merupakan efek samping yang ditimbulkan suplementasi besi pada saluran pencernaan bagian atas (INACG 1977 diacu dalam Briawan 2008). Contoh juga mengalami diare dan konstipasi saat pertama kali mengonsumsi suplemen. Persentase (%) Mual Muntah Konstipasi Diare S SPG Jenis keluhan Gambar 7 Efek samping yang dirasakan setelah mengonsumsi suplemen Status Anemia Contoh Setelah Perlakuan Berdasarkan uji beda T, tidak terdapat perbedaan nyata antara kadar hemoglobin sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok (p>0.05) (Tabel 17). Rata-rata status anemia contoh pada kedua kelompok juga tidak mengalami perubahan. Tabel 17 Rata-rata kadar hemoglobin dan status anemia contoh sebelum dan setelah perlakuan Indikator Hal tersebut menunjukkan suplementasi MVM belum dapat meningkatkan kadar hemoglobin contoh. Kandungan besi dalam suplemen MVM rendah dan berada di bawah batas AKG besi untuk remaja putri sebesar 26 mg. Zat besi dalam suplemen MVM berada dalam bentuk ferro gloconate dengan jumlah 20 mg setiap takaran (15 ml), sedangkan jumlah zat besi dalam suplemen MVM dapat dipastikan lebih rendah dari 20 mg karena belum dikonversi dari bentuk ferro gloconate ke bentuk zat besi. Pada studi yang dilakukan oleh Dwiriani (2012), konversi 30 mg fero sulfat hanya menghasilkan zat besi sebesar 12.9 mg. Selain itu, intik zat besi dan mineral lain yang membantu penyerapan zat besi contoh tergolong rendah. Hanya tingkat kecukupan vitamin A yang memenuhi AKG contoh. Tabel 18 menunjukkan bahwa prevalensi anemia contoh pada kedua kelompok meningkat jika dibandingkan dengan status anemia awal. Prevalensi anemia dari kedua kelompok perlakuan setelah perlakuan sebesar 44.7%, sedangkan prevalensin anemia awal sebesar 33.3%. S SPG Sebelum Setelah Sebelum Setelah Rata-rata kadar Hb Status anemia Ringan Ringan Ringan Ringan Nilai p

33 18 Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan status anemia setelah perlakuan Status anemia Kadar hemoglobin (g/dl) Kelompok Total S SPG n % n % n % Anemia sedang Anemia ringan Normal Total Meskipun suplementasi MVM tidak bisa meningkatkan kadar hemoglobin contoh kedua kelompok secara keseluruhan, namun dapat meningkatkan kadar hemoglobin contoh anemia pada kedua kelompok. Peningkatan tersebut berbeda nyata pada kelompok SPG (p<0.05) namun tidak berbeda nyata pada kelompok S (p>0.05) (Tabel 19). Rata-rata peningkatan kadar hemoglobin pada contoh anemia kedua kelompok lebih tinggi jika dibandingkan dengan keseluruhan contoh. Tabel 19 Rata-rata kadar hemoglobin dan status anemia pada contoh anemia sebelum dan setelah perlakuan Indikator S SPG Sebelum Setelah Sebelum Setelah Rata-rata kadar Hb (g/dl) Status anemia Ringan Ringan Ringan Ringan Peningkatan kadar Hb (g/dl) Nilai p Taraf absorpsi besi diatur dalam mukosa saluran cerna yang ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Penyebaran besi dari sel mukosa ke sel-sel tubuh berlangsung lebih lambat daripada penerimaannya dari saluran cerna, bergantung pada simpanan besi di dalam tubuh dan kandungan besi dalam makanan. Laju penyebaran ini diatur oleh jumlah dan tingkat kejenuhan transferin. Tingkat kejenuhan transferin biasanya sepertiga dari kemampuan ikat besi totalnya (Total Iron Binding Capacity/ TIBC). Pada kondisi tubuh mengalami kekurangan zat besi, transferin pada sel mukosa berada dalam kondisi tidak jenuh sehingga dapat lebih banyak mengikat besi untuk disalurkan ke dalam tubuh (Almatsier 2003). Hal inilah yang menyebabkan peningkatan kadar hemoglobin lebih tinggi pada contoh anemia dibandingkan contoh yang tidak anemia. Hubungan Antar Variabel Setelah Intervensi Pendidikan Gizi Hubungan Pengetahuan dan Sikap Gizi Pada kelompok S, meskipun pengetahuan gizi yang dimiliki oleh keseluruhan contoh tergolong kurang tetapi sebagian besar besar contoh memiliki sikap gizi yang tergolong sedang dan terdapat 33.3% contoh yang meiliki sikap gizi tergolong baik. Hal ini menunjukkan sikap gizi yang baik pada kelompok S

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 26 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosectional study. Penelitian dilakukan menggunakan data sekunder dari Program Perbaikan Anemia Gizi Besi di Sekolah

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 8 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai hubungan konsumsi susu dan kebiasaan olahraga dengan status gizi dan densitas tulang remaja di TPB IPB dilakukan dengan menggunakan desain

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian proyek intevensi cookies muli gizi IPB, data yang diambil adalah data baseline penelitian. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

METODE. Zα 2 x p x (1-p)

METODE. Zα 2 x p x (1-p) 16 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Pemilihan tempat dilakukan secara purposif dengan pertimbangan kemudahan akses dan perolehan izin. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, di samping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari penelitian payung Ajinomoto IPB Nutrition Program

Lebih terperinci

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MAHASISWI TPB IPB

EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MAHASISWI TPB IPB ISSN 1978-1059 Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 47 54 EFEK SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT MAHASISWI TPB IPB (The Effect of Multivitamin Mineral Supplementation

Lebih terperinci

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi

-LATAR BELAKANG- Akan menurunkan kemampuan fisik dan prestasi akademik. Upaya pemerintah: suplementasi zat besi PENGEMBANGAN MODEL PERBAIKAN ANEMIA GIZI BESI DI SEKOLAH UNTUK PENINGKATAN PRESTASI AKADEMIK SISWA DR.IR. DODIK BRIAWAN, MCN DR.IR. SITI MADANIJAH, MS DR. FITRAH ERNAWATI, MSc SEAFAST Center LPPM - Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah crosssectional study dimana seluruh paparan dan outcome diamati pada saat bersamaan dan pengumpulan data dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini bersifat deskriptif dan menggunakan metode survey dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bogor. Penentuan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku

KERANGKA PEMIKIRAN. Karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh: Karakteristik contoh: Pengetahuan gizi seimbang. Jenis kelamin Umur Uang saku 126 KERANGKA PEMIKIRAN Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktek gizi seimbang yang selanjutnya diterapkan dalam konsumsi energi dan zat gizi. Faktor tersebut diantaranya adalah pengetahuan,sikap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan pada waktu penelitian berlangsung. Pemilihan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study yaitu seluruh variabel diamati pada saat yang bersamaan ketika penelitian berlangsung. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 15 METODOLOGI PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain crossecsional study, semua data yang dibutuhkan dikumpulkan dalam satu waktu (Singarimbun & Effendi 2006).

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah atau jumlahnya kurang dari kadar normal. Di Indonesia prevalensi anemia pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Status Anemia Kadar hemoglobin contoh yang terendah 9.20 g/dl dan yang tertinggi 14.0 g/dl dengan rata-rata kadar Hb 11.56 g/dl. Pada Tabel 6 berikut dapat diketahui sebaran contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik dan mental yang

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR. Alia Latifah Hanum

PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR. Alia Latifah Hanum PENGARUH SUPLEMENTASI MULTIVITAMIN MINERAL TERHADAP STATUS GIZI DAN KADAR SENG (Zn) SERUM PADA WANITA PEKERJA USIA SUBUR Alia Latifah Hanum PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBER DAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran analisis kontribusi konsumsi ikan terhadap kecukupan zat gizi ibu hamil 13 KERANGKA PEMIKIRAN Masa kehamilan merupakan masa yang sangat menentukan kualitas anak yang akan dilahirkan. Menurut Sediaoetama (1996), pemenuhan kebutuhan akan zat gizi merupakan faktor utama untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan yang banyak dijumpai di berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Wanita muda memiliki risiko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di Cipayung, Bogor. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 = 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang dilakukan di perguruan tinggi penyelenggara Beastudi Etos wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek

METODE Disain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subyek METODE Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini menggunakan data dasar hasil penelitian Kebiasaan Minum dan Status Hidrasi pada Remaja dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi Berbeda yang dilaksanakan oleh tim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, dilakukan di SDN 09 Pagi Pademangan Barat Jakarta Utara. Pemilihan lokasi sekolah dasar dilakukan secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27) METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah case study. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Kebon Kopi 2, Kota Bogor. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 29 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain Cross Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2011 di SMA Ragunan

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan fisik dan perkembangan emosional antara

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang berawal dari usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Remaja sebagai golongan individu

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi

METODOLOGI. n = Z 2 (1-α/2) x σ 2 ε 2 x φ 2 n = x x n = 79 mahasiswi METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30) 25 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah dengan cross sectional study. Pemilihan tempat tersebut dilakukan secara purposive, yaitu di Bogor pada peserta Program

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *) PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi

Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi Artikel Penelitian Pengetahuan Gizi dan Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar Penderita Anemia setelah Mendapatkan Suplementasi Besi dan Pendidikan Gizi Nutrition Knowledge and Hemoglobin Levels on Elementary

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan masalah dunia, dengan prevalensi tertinggi di negara sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bangsa akan maju dan mandiri jika manusianya berkualitas. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas antara

Lebih terperinci

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI

ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI ANALISIS POLA AKTIVITAS, TINGKAT KELELAHAN DAN STATUS ANEMIA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA WIWIK WIDAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1

METODE PENELITIAN. n = n/n(d) 2 + 1 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survey observational. Tempat penelitian dipilih dengan metode purposive yaitu di UPT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK i PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI SNACK DAN PANGAN LAINNYA, PADA MURID SD BINA INSANI BOGOR YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK DENI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 22 METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang menggambarkan hubungan antara asupan makanan dan komposisi lemak tubuh terhadap kapasitas daya tahan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan keadaan masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani, 2008). Anemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimental dengan prepost test with control design (Bhisma 2003), karena analisis dilakukan sebelum

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data 13 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian tentang hubungan tingkat konsumsi dan aktivitas fisik terhadap tekanan darah dan kolesterol ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER

Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER Pengaruh Formula dengan Penambahan Bumbu untuk Makanan Rumah Sakit pada Status Gizi dan Kesehatan Pasien LIBER SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER

LAMPIRAN 1 KUESIONER A. Identitas Sampel LAMPIRAN 1 KUESIONER KARAKTERISTIK SAMPEL Nama : Umur : BB : TB : Pendidikan terakhir : Lama Bekerja : Unit Kerja : Jabatan : No HP : B. Menstruasi 1. Usia awal menstruasi : 2. Lama

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekurangan zat besi merupakan salah satu masalah gizi utama dan jika terjadi pada anak-anak akan menjadi persoalan serius bangsa. Kekurangan zat besi mempunyai pengaruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi suplemen secara teratur 2. Sementara itu, lebih dari setengah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penggunaan suplemen semakin meningkat, dan sepertinya akan terus menerus bertambah 1. Di Inggris, tidak kurang dari 40 persen penduduk mengkonsumsi suplemen secara teratur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, KESESUAIAN DIET DAN STATUS GIZI ANGGOTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA (UKM) SEPAKBOLA INSTITUT PERTANIAN BOGOR B A S I R PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi (pembuahan) hingga permulaan persalinan. Ibu yang sedang hamil mengalami proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci