Respon peternak terhadap pola bagi hasil anakan Riza Asti O RESPON PETERNAK TERHADAP POLA BAGI HASIL ANAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Respon peternak terhadap pola bagi hasil anakan Riza Asti O RESPON PETERNAK TERHADAP POLA BAGI HASIL ANAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH"

Transkripsi

1 RESPON PETERNAK TERHADAP POLA BAGI HASIL ANAKAN USAHA TERNAK KAMBING PERAH (Studi kasus pada Kelompok Mandiri, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta) RESPONSE OF THE FARMER TO LAMB SHARE TENANCY OF DAIRY GOAT BUSINESS (Case Study of Mandiri Group Girikerto Village Turi District of Sleman Regency Yogyakarta) Riza Asti Octavira*, Lilis Nurlina**, Marina Sulistyati** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinnagor-Sumedang *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Staff Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadajaran ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah Mengkaji respon tertutup (kognitif dan afektif) dan respon terbuka (pskimotorik) peternak terhadap pola bagi hasil anakan usaha ternak kambing perah. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Informan yang dipilih sebanyak 8 orang yang terdiri dari pengurus kelompok, peternak dan investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak sudah memahami makna, hak dan kewajiban serta perjanjian kerjasama pola bagi hasil. Peternak menyetujui pola bagi hasil anakan dengan sistem gaduhan menguntungkan dan aturan bagi hasil sudah sesuai dengan harapan peternak. Peternak kurang menyetujui jika perjanjian pola bagi hasil dibuat dalam bentuk tertulis. Tindakan peternak terhadap pola bagi hasil sudah sesuai dengan aturan bagi hasil kelompok yaitu 60 : 40, Investor rutin mengontrol ternaknya sebulan sekali, penjualan cempe dilakukan atas izin investor dan penerimaan peternak dari bagi hasil penjualan per ekor cempe sampai dijual umur 6 bulan antara Rp Rp Kata Kunci : Respon, Pola bagi hasil, Usaha Ternak Kambing Perah. ABSTRACT The purpose of this research is to review the farmer of covert response (cognitive and affective) and overt response (psychomotor) of lamb share tenancy of dairy goat business. The method that has been used is a case study through a qualitative approach. As many as eight people were selected as informants are consisting of the farmer, group management and investor. The result of research showed that Farmers knowledge has been understanding about meaning, rights and obligation and cooperation agreement to lamb share tenancy. The farmer has been approving if lamb share tenancy has benefit and profit sharing rules appropriated with the farmer s hope but They has not been approving if cooperation agreement of share lamb tenancy is made in writing. The implementation of lamb share tenancy already appropriated with regulation of group profit 1

2 sharing is 60:40, Investor has been controlling their goat once a month, The Salling of lamb have been done with permission of investor and Farmers revenue from profit sharing of salling lamb until its 6th months is Rp Rp ,- Keywords : Response, Share Tenancy, Dairy Goats PENDAHULUAN Ternak kambing perah merupakan ternak yang sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Usaha ternak kambing perah dapat memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan subsektor peternakan di Indonesia dan langsung menyentuh masyarakat dengan kemampuan modal yang terbatas. Kambing perah dipelihara untuk memproduksi susu dan setelah tidak poduktif lagi dapat dijadikan sebagai penghasil daging. Kambing perah di Indonesia meliputi kambing Peranakan Etawah (PE), Etawah, Saanen, Jawarandu dan kacang. Kabupaten Sleman merupakan salah satu sentra populasi kambing PE di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sentra produksi kambing PE di kabupaten Sleman terdapat di Kecamatan Turi, Pakem dan Berbah. Populasi kambing PE di Kabupaten Sleman dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar berturut-turut 2.496, dan ekor. Hal ini juga terjadi pada produksi susu yang terus meningkat dari tahun yaitu berturut-turut , dan liter/tahun. (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupten Sleman, 2013). Jumlah kelompok kambing PE di wilayah Sleman sudah cukup banyak dan tersebar hampir diseluruh kecamatan. Kelompok pembudidaya kambing PE terbanyak dan pusat pengembangan kambing PE terdapat di Kecamatan Turi. Perkembangan kambing PE di wilayah ini didukung kemudahan dalam memperoleh hijauan (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman, 2013). Kecamatan Turi yang berada di Kabupaten Sleman terkenal dengan Desa Agro Wisata Kambing PE (Peranakan Etawah), di wilayah ini terdapat kelompok ternak, koperasi pengolahan susu dan kelompok pengolahan susu. Banyak orang dari dalam maupun luar kota ataupun manca negara berkunjung dalam rangka study tour ataupun pelatihan wirausaha bagi yang ingin memulai usaha kambing PE. Salah satu kelompok ternak di Kecamatan Turi adalah Kelompok Mandiri sebagai kelompok perintis desa agro wisata kambing PE. 2

3 Usaha ternak kambing PE di Kecamatan Turi masih didominasi oleh peternakan rakyat sebagai usaha sampingan dari usaha tani tanaman pangan yang dilakukan petani di pedesaan dengan jumlah kepemilikan ternak kambing sedikit. Jumlah pemilikan ternak kambing PE di kelompok mandiri kebanyakan berkisar 2-5 ekor induk. Anggota kelompok mandiri dalam menjalankan usahanya masih menghadapi kendala yaitu keterbatasan permodalan. Salah satu upaya mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan melalui pola bagi hasil. Pola bagi hasil kambing PE belum berkembang seperti pada usaha ternak sapi perah yang mengikuti pola bagi hasil dengan peternak-koperasi maupun peternak-investor, program pengembangan kambing PE masih tertinggal dibandingkan dengan sapi perah. Pola bagi hasil usaha ternak kambing PE masih terbatas dan sebagian besar masih bersifat tradisional dalam bentuk gaduhan. Pada pola bagi hasil usaha kambing PE di Kelompok Mandiri investor bersifat perorangan yaitu orang yang mempunyai modal untuk melakukan kerja sama dengan peternak kambing PE sehingga banyak investor yang menjalin kerjasama dengan peternak. Pola bagi hasil antara investor dan peternak tentunya diikat oleh suatu perjanjian serta masing-masing memiliki hak dan kewajiban diantara kedua belah pihak. Pengembangan usaha ternak kambing PE dengan pola bagi hasil merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan keuntungan peternak. Pola bagi hasil sudah ada di masyarakat petani atau peternak sejak dahulu. Pola bagi hasil khususnya pada usaha ternak di kalangan petani /peternak sering dikenal dengan sebutan gaduhan. Gaduhan berasal dari bahasa Jawa yang secara sederhana dapat diartikan sebagai seseorang yang memberikan modal yang dimiilkinya untuk dikembangkan oleh orang lain. Gaduh diterapkan dengan mekanisme bagi hasil antara peternak dan investor. Hasil usaha akan dibagi sesuai dengan kesepakatan antara investor dan peternak. Pada pola bagi hasil sistem gaduhan tidak ada kontrak secara tertulis tentang kerjasama usaha melainkan hanya secara lisan dan didasarkan atas saling percaya. Peternak penggaduh adalah orang yang sudah dikenal baik oleh investor ataupun yang dikenalkan oleh kerabat investor namun ada juga yang mengenal saat investor berkunjung ke kandang dan melakukan perjanjian secara lisan. Walaupun tidak ada ikatan perjanjian tertulis, tetapi prinsip yang dijalankan adalah kepercayaan dan keterbukaan. Peternak dilibatkan mulai dari pembelian ternak maupun penjualan ternak, dan dilakukan secara terbuka. Pola bagi hasil yang dilakukan di Kelompok Mandiri yaitu pola bagi hasil untuk anakan dengan bagi hasil 60 : 40, adapun 3

4 rinciannya yaitu 60% untuk peternak dan 40% untuk investor. Hasil susu dapat dimanfaatkan peternak untuk menambah pendapatan. Selain itu peternak juga memperoleh kotoran yang digunakan sebagai pupuk. Proses respon peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikometrik (tindakan). Pada tahap kognitif, peternak mengetahui adanya stimulus yaitu pola bagi hasil usaha ternak kambing perah, kemudian memprosesnya kedalam proses pemberian arti yang pada akhirnya kognitif ini menghasilkan dan menyerahkan jawaban. Pada tahapan afektif, peternak memberikan penilaian berupa perasan, perasaan ini berbentuk senang atau tidak senang, baik atau buruk, suka atau tidak suka dan terakhir tahapan psikomotorik peternak yaitu melakukan pola bagi hasil usaha ternak kambing perah. Dengan pendekatan stimulus-respon dalam penelitian ini diharapkan mampu mengungkapkan keadaan pola bagi hasil usaha ternak kambing perah di Kelompok Mandiri. SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah informan, yaitu peternak yang mengikuti pola bagi hasil anakan usaha ternak kambing perah. Objek penelitian ini adalah respon peternak terhadap pola bagi hasil anakan pada kelompok peternak Mandiri yang berada di Desa Girikerto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu objek dan hasil penelitian tersebut hanya dapat digunakan oleh objek yang diteliti (Moleong,2007). Penelitian studi kasus dilakukan secara intensif, terinci, dan mendalam terhadap suatu organisme, lembaga atau gejala tertentu. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Kelompok Mandiri di Desa Girikerto, Kecamatan turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta sebagai salah satu kelompok kambing perah yang dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di kelompok tersebut merupakan kelompok 4

5 perintis desa agro wisata kambing perah dan kelompok tergolong maju karena sudah menjalankan pasca panen dan pemasarannya sendiri. Penentuan Informan Informan dipilih secara purposive artinya informan diambil berdasarkan kebutuhan sesuai dengan permasalahan penelitian. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa dengan teknik purposive, banyak aspek dari kasus tunggal yang representatif yang dapat diamati dan dianalisis (Sudjana,1996). Penggalian data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa informan baik peternak kambing perah yang mengikuti pola bagi hasil maupun tokoh masyarakat yang paham dengan masalah pola bagi hasil. Informan dalam penelitian ini mereka yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1. Peternak kambing PE yang mengikuti pola bagi hasil sebanyak 5 orang. 2. Tokoh peternak sebanyak 1 orang. 3. Investor sebanyak 2 orang. Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui proses wawancara dengan informan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka maupun catatan peternak mengenai kinerja, perkembangan ternak, dan pendapatan peternak. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Indikator yang Diteliti Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel respon covert (tertutup) dan respon overt (terbuka). (1) Variabel Respon Covert Peternak Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain (Notoatmodjo,2003). Sub Variabel atau Dimensi Respon Kognisi (Pengetahuan) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan pengeinderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, 5

6 yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah mencakup: 1. Pengetahuan peternak terhadap makna pola bagi hasil. Pola bagi hasil adalah pola kemitraan dengan keuntungan yang diperoleh berdasarkan pada presentase yang disepakati bersama yaitu terutama pola bagi hasil anakan dengan bagi hasil 60% : 40%, adapun rincinannya 60% untuk peternak dan 40% untuk investor. 2. Pengetahuan peternak terhadap hak dan kewajiban pola bagi hasil. Hak dan kewajiban pola bagi hasil antara lain investor berhak mengambil kembali kambing dan memberikan masukan. Peternak berhak mengembalikan ternak atas dasar pertimbangan ekonomi. Kewajiban investor membeli dan memilih kambing yang sehat, mengontrol ternak dan mengusulkan penjualan. Kewajiban peternak memelihara ternak dengan baik, menyediakan sarana produksi, melaporkan perkembangan ternak dan memberitahukan rencana penjualan. 3. Pengetahuan peternak terhadap perjanjian pola bagi hasil. Perjanjian pola bagi hasil meliputi : (1) Harga dasar sarana produksi dan/atau harga jual ternak atau pembagian dalam bentuk natura, (2) Jaminan pemasaran, (3) Pembagian keuntungan dan resiko usaha, (4) Penetapan standar mutu sarana produksi, ternak, dan produk hewan, serta (5) Mekanisme pembayaran (Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2013). Sub Variabel atau Dimensi Respon Afeksi (Sikap) Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap adalah kesiap-siagaan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman, dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, obyek, dan situasi yang berhubungan dengannya (Rosenberg,1960) yang dikutip oleh (Gibson dkk, 1994). Sikap peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah mencakup: 1. Sikap peternak terhadap pola bagi hasil Sikap peternak terhadap pola bagi hasil dinilai dengan setuju, ragu-ragu atau tidak setuju berdasarkan pengalaman yang dirasakan peternak. 6

7 2. Sikap peternak terhadap aturan bagi hasil Aturan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil perbuatan mengatur, segala sesuatu yang sudah diatur. Tanggapan peternak terhadap aturan bagi hasil berupa penilaian setuju, ragu-ragu dan tidak setuju berdasarkan pengalaman yang dirasakan peternak. 3. Sikap peternak terhadap perjanjian kerja sama pola bagi hasil Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang atau satu pihak berjanji kepada seseorang atau pihak lain atau dimana dua orang atau dua pihak itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Tanggapan peternak terhadap perjanjian pola bagi hasil berupa penilaian setuju, raguragu dan tidak setuju berdasarkan pengalaman yang dirasakan peternak. (2) Variabel Respon Overt Peternak Respon overt yaitu respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,2003). Sub Variabel atau Dimensi Respon Psikomotorik (Tindakan) Tindakan yaitu keseluruhan respons (reaksi) yang mencerminkan pilihan si pelaku dan mempunyai akibat (efek) terhadap lingkungannnya (Sarlito, 1995). Tindakan peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah mencakup : 1. Kesesuaian pembagian hasil dengan aturan. 2. Kebersamaan usaha antara peternak dan investor. 3. Penjualan ternak. Penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan memberikan petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhannya dengan produk yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi kedua belah pihak (Moekijat, 2000). 4. Penerimaan Peternak Penerimaan peternak diperoleh dari bagi hasil penjualan per ekor cempe sampai dijual umur 6 bulan. Peternak memperoleh bagi hasil 60% dari penjualan per ekor cempe sedangkan untuk Investor 40%. 7

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara dan analisis data diketahui beberapa aspek tingkat pengetahuan peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah yang meliputi makna, hak dan kewajiban serta perjanjian dari pola bagi hasil. Peternak yang mengikuti pola bagi hasil di kelompok mandiri mengetahui makna pola bagi hasil yaitu pembagian keuntungan yang ditetapkan masing-masing pihak terutama bagi hasil anakan. Di kalangan masyarakat pedesaan tidak saja berlaku adat perjanjian bagi hasil tanah pertanian, tetapi juga berlaku perjanjian bagi hasil pemeliharaan ternak. Suatu perjanjian bagi hasil ternak adalah persetujuan yang diadakan antara pemilik ternak dengan penggaduh atau pemelihara hewan ternak dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ternak menurut hukum adat berlaku dengan cara membagi anak, sedangkan ternak bibitnya tetap (Hadikusuma, 2001). Tingkat pengetahuan peternak terhadap hak dan kewajiban pola bagi hasil sudah mengetahui secara luas. Tingkat pengetahuan peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Respon Pengetahuan (Kognisi) Peternak Terhadap Pola Bagi Hasil No Pengetahuan Konsep Standar Pengetahuan Peternak 1 Makna pola bagi hasil Pola kemitraan dengan Peternak sudah memahami makna keuntungan yang diperoleh pola bagi hasil : berdasarkan pada presentase Pembagian hasil keuntungan yang disepakati bersama terutama anakan. Bagian terutama pola bagi hasil keuntungannya ditetapkan 60% : anakan dengan bagi hasil 60% : 40%, adapun rincinannya 60% untuk peternak dan 40% 40% teruatama untuk anakan dengan rincian 60% untuk peternak dan 40% untuk investor. untuk investor. 2 Hak dan Kewajiban (1) Investor berhak memperoleh bagi hasil dan mengambil kembali kambing dan memberikan masukan. (2) Peternak berhak memperoleh bagi hasil dan mengembalikan ternak atas dasar pertimbangan ekonomi. (3) Kewajiban investor membeli dan memilih kambing yang sehat, mengontrol ternak dan Peternak sudah memahami hak dan kewajiban : (1) investor dan peternak memperoleh bagi hasil. (2) Kewajiban investor membeli dan memilih kambing yang sehat, mengontrol ternak dan mengusulkan penjualan. (3) Kewajiban peternak memelihara ternak dengan baik dan menyediakan sarana produksi, melaporkan perkembangan ternak dan memberitahukan rencana penjualan 8

9 mengusulkan penjualan. (4) Kewajiban peternak memelihara ternak dengan baik, menyediakan sarana produksi, melaporkan perkembangan ternak dan memberitahukan rencana penjualan. 3 Perjanjian kerjasama Perjanjian pola bagi hasil terdiri dari pembagian keuntungan dan resiko usaha, harga jual ternak/ harga dasar sarana produksi, jaminan pemasaran, penetapan standar mutu ternak dan mekanisme pembayaran. Peternak sudah memahami perjanjian kerjasama : Pembagian keuntungan dan resiko usaha, jaminan pemasaran, harga jual ternak, pengembalian ternak dan mekanisme pembayaran Peternak sudah memahami perjanjian kerjasama pola bagi hasil. Hal ini dapat ditunjukkan dari ungkapan informan yang mengatakan bahwa perjanjian pola bagi hasil terdiri dari : (1) Pembagian keuntungan pola bagi hasil anakan dengan bagi hasil 60 % : 40% Ungkapan peternak selaras dengan yang telah ditetapkan oleh aturan kelompok mengenai sistem bagi hasil bahwasannya pola bagi hasil terdiri dari pola bagi hasil anakan 60%: 40% dengan rincian 60% penjualan anakan untuk peternak dan 40% untuk investor, (2) Risiko usaha, jika ternak mati maka investor dan peternak sama-sama menanggung kerugian serta (3) Mekanisme pembayaran. Seperti yang diungkapkan oleh ketiga orang informan : Perjanjian bagi hasil terutama membahas pembagian keuntungan, kedua masalah risiko usaha, Peternak hanya memelihara saja resikonya jika ternak mati yang menanggung adalah Investor dan masalah pengembalian ternak, jika peternaknya sudah tidak ada biaya untuk membeli pakan maka ternaknya dijual atau dikembalikan selain itu yang ketiga mekanisme pembayaran secara tunai dengan bertemu dikandang bagi investor yang berdomisili di wilayah Yogyakarta (T, 44 tahun), (W, 45 Tahun) dan (S, 50 Tahun) Meskipun perjanjian pola bagi hasil anakan tidak tertulis namun dicantumkan hal-hal yang pokok pada catatan kelompok peternak seperti pembagian keuntungan, risiko usaha dan mekanisme pembayaran. Perjanjian pola bagi hasil bersifat fleksibel atau luwes. Pada perjanjian baku, baik dibidang pertanian maupun keuangan dicantumkan ketentuan-ketentuan pokoknya 9

10 saja, sedangkan hal-hal yang bersifat detail ditambahkan dalam lampiran perjanjian dengan demikian pihak-pihak yang terlibat dapat menentukan syarat-syarat dan komposisi pembagian hasil yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas produksi. (Tim Peneliti Unpad, 1999) (2) Sikap Peternak terhadap Pola Bagi Hasil Anakan Usaha Ternak Kambing Perah Sikap peternak setuju terhadap adanya pola bagi hasil terutama anakan. Hal ini berdasarkan analisis data bahwa peternak menganggap pola bagi hasil anakan dengan sistem gaduhan menguntungkan dan peternak ingin pola bagi hasil ini terus berjalan. Dipergunakannya pola bagi hasil, ternyata menghasilkan keuntungan komparatif yaitu keuntungan diatas alternatif-alternatif yang lain. Pola bagi hasil mempunyai keunggulan antara lain yaitu tujuan, konsep, suply dan demand, pemilikan aset, risiko, investasi, revenue sharing, masa perjanjian dan lain-lain. Sikap peternak terhadap aturan bagi hasil anakan adalah setuju. Menurut peternak sistem bagi hasil 60% : 40% sudah sesuai dengan harapan peternak. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan: Pola bagi hasil anakan 60:40 sudah sesuai dengan harapan saya yang jelas sama sama diuntungkan dan tidak ada yang dirugikan (H,36 Tahun), (M, 37 Tahun). Pembagian hasil sistem gaduhan ternak tidak kaku, tetapi bersifat proporsional atau kesebandingan yang didasarkan atas faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas hasil, besarnya investasi, tingkat kesulitan dan lain-lain. Perjanjian dengan menggunakan pola bagi hasil tidak didasarkan pada sistem hukum tertentu tetapi berdasarkan prinsip umum yaitu kebebasan berkontrak dengan pola yang bersifat universal. Sikap peternak terhadap pola bagi hasil anakan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Respon Afeksi (Sikap) Peternak Terhadap Pola Bagi Hasil Anakan No Indikator Sikap Terhadap 1 Pola bagi hasil Sikap peternak terhadap pola bagi hasil adalah setuju. Peternak menilai pola bagi hasil dengan sistem gaduhan menguntungkan dan ingin pola bagi hasil dapat terus berjalan 2 Aturan bagi hasil Sikap peternak terhadap aturan bagi hasil adalah setuju. Peternak menilai bahwa aturan bagi hasil 60% : 40% sudah sesuai dengan harapan peternak. 10

11 3 Perjanjian kerjasama Sikap peternak terhadap perjanjian pola bagi hasil yang dibuat melalui Mou (perjanjian tertulis) hanya disetujui 2 orang namun sebanyak 4 orang peternak menanggapi dengan ragu-ragu dan tidak perlu dibuat perjanjian tertulis karena selama menjalankan pola bagi hasil tidak ada masalah. Perjanjian pola bagi hasil anakan di Kelompok Mandiri tidak tertulis, sikap peternak terhadap perjanjian kerjasama pola bagi hasil sebanyak 2 orang informan menilai setuju perlu dibuat perjanjian tertulis. Hal ini diungkapkan oleh informan : Perjanjian pola bagi hasil inginnya diatas kertas agar lebih kuat, seumpamanya ingin memelihara sampai kapan ternaknya agar peternak tahu kapan segera dijual anakannya selain itu investor juga sudah memberikan modal ke peternak dan memberikan kepercayaan untuk memelihara dan merawat ternaknya. (H,36 Tahun) (S, 50 Tahun) Namun sebanyak 4 informan termasuk pembina kelompok menanggapi ragu-ragu dalam memberikan penilaian terhadap perjanjian pola bagi hasil dan kurang menyetujui perlu dibuatnya Mou. Seperti yang diungkapkan oleh pembina kelompok : Sebetulnya perlu dibuat Mou namun untuk sekarang berjalan cukup lancar jadi tidak masalah jika tidak tertulis. Meskipun perjanjiannya tidak tertulis tetapi di buku notulis sudah ada aturannya yang berisi tentang pembagian keuntungan dan risiko usaha. (K, 62 Tahun) Lebih lanjut diungkapkan oleh salah satu informan : Perjanjian kerjasama selama ini tidak ada masalah,mungkin masalahnya hanya jika musim kemarau saya inginnya menjual semua hasil gaduhannya tetapi investor inginnya dipelihara sampai besar jadi ditahan dulu, saya sepakat saja tetapi mencari pakannya sulit, dan tidak perlu dibuat Mou karena saya sudah memberikan foto rumah dan alamat yang jelas, kelompoknya juga sudah jelas, Investor ingin cari apa lagi? Peternak tidak akan kabur, jika saling percaya semuanya jadi mudah dan adil. (W, 45 Tahun). Perjanjian atau transaksi pola bagi hasil anakan di kelompok Mandiri tidak tertulis melainkan dengan sistem kepercayaan. Sistem ini dapat berjalan karena tingkat kepercayaan yang tinggi antara investor dengan peternak terutama di pedesaan karena interaksi sosial masih kental. Proses komunikasi antarpribadi dimulai dari kebutuhan dari pihak investor untuk menitipkan 11

12 serta memelihara kambingnya kepada peternak. Pihak investor maupun peternak sebelum melakukan pertukaran, terlebih dahulu mencari informasi mengenai masing-masing pihak. Dari salah satu pernyataan informan bahwa dalam menjalankan pola bagi hasil memiliki beberapa risiko salah satunya saat musim kemarau hijauan sulit didapat dan peternak harus membeli konsentrat (pollard) sehingga dirasa menambah biaya. Jika Investor menyetujui, pola bagi hasil dapat diberhentikan sementara sehingga induk kambing dapat dijual atau dikembalikan dengan memperhitungkan biaya pemeliharaan yang telah dikeluarkan peternak. Apabila induk kambing dijual, keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual ternak tersebut lalu dibagi antara investor dan peternak. (3) Tindakan Peternak terhadap Pola Bagi Hasil Anakan Usaha Ternak Kambing Perah Respon psikomotorik peternak terhadap pola bagi hasil anakan usaha ternak kambing perah dilihat dari kesesuaian pembagian hasil dengan aturan, kebersamaan usaha antara peternak dengan investor, penjualan ternak serta pendapatan peternak.. Tindakan Peternak terhadap pola bagi hasil anakan dapat dilihat di Tabel 3. Tabel 3. Respon Psikomotorik (Tindakan Peternak) Terhadap Pola Bagi Hasil No Tindakan Respon 1 Kesesuaian pembagian hasil dengan aturan Pelaksanaan pola bagi hasil anakan yang dijalankan peternak dengan investor sudah mengikuti aturan bagi hasil kelompok. 2 Kebersamaan usaha antara peternak dengan investor Investor mengontrol ternaknya ke kandang dan menanyakan perkembangan ternaknya melalui media elektronik, namun belum ada pendampingan berupa pengetahuan atau sarana produksi. Tidak ada unsur keterpaksaan dan pemerasan. Posisi investor tetap lebih tinggi dibanding peternak (Patron- Client). 3 Penjualan cempe Peternak selalu melapor dan melakukan izin terlebih dahulu melalui investor waktu anakan akan segera dijual. Peternak menjual anakan ke pasar ataupun ke anggota kelompok yang merupakan pedagang kambing. 4 Penerimaan Penerimaan peternak dari bagi hasil penjualan per ekor sampai cempe dijual umur 6 bulan antara Rp Rp

13 Pelaksanaan pola bagi hasil anakan dengan sistem gaduhan yang dijalankan selama ini sudah sesuai dengan aturan bagi hasil kelompok. Masing-masing pihak selama ini sudah mematuhi aturan pembagian hasil dari kelompok yaitu 60:40 sehingga pembagian hasilpun dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh pengurus kelompok. Hal ini dapat dilihat dari adanya kewajiban anggota untuk memberikan 1% hasil penjualan kepada kelompok. Kebersamaan usaha antara peternak dengan investor yang dijalankan selama ini kurang baik dari segi pendampingan investor baik berupa pengetahuan maupun sarana produksi, namun investor yang mengerti mengenai ternak terkadang memberikan obat-obatan dan vitamin. Investor yang berdomisili di sekitar wilayah Yogyakarta berkunjung ke kandang untuk melihat keadaan ternaknya setiap sebulan sekali kalaupun tidak dapat mengontrol ternaknya ke kandang, Investor menghubungi peternak melalui media elektronik dan menanyakan perkembangan kambingnya. Penjualan anakan dilakukan enam bulan atau setahun sekali tergantung kebutuhan masing-masing kedua belah pihak. Beberapa peternak ada yang membeli hasil gaduhan kemudian dipelihara sampai hari raya Idul Qurban karena harga jauh lebih tinggi. Penjualan anakan dilakukan atas izin investor dengan peternak, terlebih dahulu peternak memberitahu investor mengenai rencana penjualan. Peternak mencari informasi harga cempe yang akan dijual. Setelah mendapatkan informasi harga kambing, peternak melakukan kesepakatan mengenai harga jual kepada investor. Peternak menjual cempe ke pasar ataupun ke anggota kelompok yang merupakan pedagang kambing. Dalam hal penjualan dan pemasaran investor menyerahkan kepada peternak. Harga jual tergantung umur cempe dan bobot badan, peternak menjual cempe ketika harga kambing tinggi, namun rata-rata peternak menjual cempe umur 6 bulan dengan harga Rp Rp ,-. Pembayaran hasil penjualan cempe dilakukan peternak kepada investor dengan bertemu di kandang ataupun transfer ke rekening investor. Peternak wajib membayar iuran 1% dari hasil penjualan anakan pada kelompok untuk kegiatan kelompok. Penerimaan peternak dari bagi hasil penjualan cempe per ekor sampai dijual umur 6 bulan antara Rp Rp sedangkan Investor antara Rp Rp Menurut Ibrahim (2009) bahwa PBP (Payback Periode) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback periode dalam studi kelayakan perlu diperhitungkan 13

14 untuk mengetahui berapa lama proyek/usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Secara singkat, formula untuk menghitung Payback Periode yaitu: Payback Periode = Payback Periode = = 25 bulan atau 2 tahun 1 bulan Berdasarkan perhitungan PBP (Payback Periode) diatas, lamanya usaha hingga investasi atau modal dapat kembali yaitu 25 bulan atau 2 tahun 1 bulan dari 1 ekor induk dengan 2 ekor cempe/ kelahiran. SIMPULAN 1. Respon tertutup (pengetahuan) peternak terhadap pola bagi hasil usaha ternak kambing perah di Kelompok Mandiri sudah cukup baik, yakni memahami makna pola bagi hasil hak dan kewajiban serta perjanjian kerjasama. Respon tertutup (sikap) peternak terhadap pola bagi hasil dengan sistem gaduhan dan aturan bagi hasil menyetujui dan dirasa menguntungkan serta aturan sudah sesuai dengan harapan peternak, namu peternak tidak menyetujui perjanjian kerjasama pola bagi hasil jika dibuat secara tertulis. 2. Respon terbuka (tindakan) peternak terhadap pola bagi hasil anakan di kelompok Mandiri sudah sesuai dengan aturan bagi hasil kelompok yaitu 60% : 40%. Kebersamaan usaha antara investor dengan peternak kurang baik dalam hal pendampingan berupa pengetahuan atau sarana produksi namun Investor rutin mengontrol ternaknya ke kandang sebulan sekali dan menanyakan perkembangan ternaknya melalui media elektronik. Penjualan cempe dilakukan atas izin investor dan peternak, terlebih dahulu bertanya pada investor mengenai rencana penjualan. Penerimaan peternak dari bagi hasil penjualan per ekor cempe sampai dijual umur 6 bulan antara Rp Rp

15 UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr. Ir. Lilis Nurlina MS., Dr. Ir. Marina Sulistyati, MS., Dekan Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Ir. Husmy Yumiati, MS., Wakil Dekan 1 Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Indrawati Yudha A, S.Pt.,MSi.,Ph.D., dan Ir. H. Sugeng Winaryanto, MS., Dr. Ir. Linda Herlina, MP., serta Ir. Hermawan, MS. Kedua orangtua, Mirzal kohar dan Rosdiana serta Riqa Asri Octavina yang senantiasa mendukung dan mendoakan penulis. DAFTAR PUSTAKA Gibson, J.L, Ivancevich J.M dan Donnelly J.H Organisasi : Perilaku, Struktur, Proses. Edisi Kelima, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hadikusuma, Hilman Hukum Perekonomian Adat Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Moekijat Manajemen Pemasaran. Bandung : Penerbit CV. Mandar Maju. Moleong, Lexy J Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Rosdakarya Offset, Bandung. Notoatmodjo, Soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Sarwono, Sarlito W Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Penerbit Tarsito, Tim Peneliti, Aspek-aspek Hukum Pemberdayaan Pranata Bagi Hasil Sebagai Model Pengembangan Pranata Universal Di Bidang Bisnis, Lembaga Penelitian-Unpad, Bandung,

III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. Subjek penelitian adalah informan, yaitu peternak yang mengikuti pola

III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN. Subjek penelitian adalah informan, yaitu peternak yang mengikuti pola 30 III SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah informan, yaitu peternak yang mengikuti pola bagi hasil anakan usaha ternak kambing perah. Objek penelitian ini adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Wilayah Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Wilayah Desa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Desa Girikerto merupakan sebuah desa di Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni

Hubungan antara Dinamika Kelompok dengan Keberdayaan Peternak Ade Triwahyuni HUBUNGAN ANTARA DINAMIKA KELOMPOK DENGAN KEBERDAYAAN PETERNAK KAMBING PERAH PERANAKAN ETTAWA RELATIONSHIP BETWEEN GROUP DYNAMICS WITH EMPOWERMENT DAIRY GOAT FARMERS ( Suatu Kasus pada Kelompok Mandiri

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola saluran pemasaran terdiri dari: a) Produsen Ketua Kelompok Ternak Lebaksiuh Pedagang

Lebih terperinci

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani

Hubungan Antara Faktor Internal dengan Faktor Eksternal... Fitriana Suciani HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAK SAPI PERAH (Kasus di Kelompok Peternak Wargi Saluyu Desa Haurngombong Kecamatan Pamulihan Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut) THE ANALYSIS OF MARKETING CHANNEL AND MARGIN ON BUFFALO (A Case Study in the Bungbulang District Garut

Lebih terperinci

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at : Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 839 844 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN PERILAKU DENGAN MOTIVASI PARA PETERNAK DI PAGUYUBAN KAMBING PERAH PERANAKAN

Lebih terperinci

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA. (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta) Dukungan Teknologi dan Kebijakan dalam Percepatan Produksi dan Konsumsi Susu KAMBING ETAWA SEBAGAI PENGHASIL SUSU DI KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA (Etawa Goat as A Milk Producer in District of Sleman, Yogyakarta)

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady

Manfaat Finansial Penggunaan Ransum Berbasis Silase... Andrian Lutfiady MANFAAT FINANSIAL PENGGUNAAN RANSUM BERBASIS SILASE BIOMASA JAGUNG PADA PETERNAKAN SAPI PERAH FINANCIAL BENEFITS OF BIOMASS SILAGE RATION CORN BASED ON SMALL HOLDER DAIRY FARMS Andrian Lutfiady*, Rochadi

Lebih terperinci

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS

Respon Peternak Sapi Perah... Dwi Sulistia Anggarani RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENYULUHAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT MASTITIS Dwi Sulistia Anggarani*, Marina Sulistyati, dan Hermawan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA HUBUNGAN KARAKTERISTIK INOVASI DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETERNAK PADA PENYULUHAN PEMBUATAN SILASE UNTUK TERNAK DOMBA (Kasus di Kelompok Saung Domba Desa Genteng Kecamatan Sukasari Kabupaten

Lebih terperinci

Respon Peternak Terhadap Penerapan...Alfian Khuwarazmi

Respon Peternak Terhadap Penerapan...Alfian Khuwarazmi RESPON PETERNAK TERHADAP PENERAPAN PROGRAM CSR / (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) DALAM MENUNJANG KEBERHASILAN BANTUAN DOMBA (Studi Kasus Pada PT. Pertamina di Desa Karangwangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten

Lebih terperinci

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede ANALISIS BIAYA DAN KEUNTUNGAN USAHA PETERNAKAN BABI RAKYAT DI DESA CIGUGUR, KECAMATAN CIGUGUR, KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Simon Pardede* Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun

Lebih terperinci

Motivasi Berprestasi Peternak Kambing Perah... Catherine Alferina MOTIVASI BERPRESTASI PETERNAK KAMBING PERAH DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN USAHA

Motivasi Berprestasi Peternak Kambing Perah... Catherine Alferina MOTIVASI BERPRESTASI PETERNAK KAMBING PERAH DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN USAHA MOTIVASI BERPRESTASI PETERNAK KAMBING PERAH DALAM MENCAPAI KEBERHASILAN USAHA (Studi Kasus di Bangun Karso Farm Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat) THE ACHIEVEMENT MOTIVATION OF DAIRY GOAT FARMER

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra peternakan kambing

PENGANTAR. Latar Belakang. Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra peternakan kambing PENGANTAR Latar Belakang Kecamatan Kaligesing merupakan daerah sentra peternakan kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Purworejo. Populasi ternak kambing Peranakan Etawah di Kabupaten Purworejo berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berkembang paling pesat di negara-negara berkembang. Ternak seringkali dijadikan sebagai aset non lahan terbesar dalam

Lebih terperinci

Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995

Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995 DATA DIRI: Nama Lengkap : Yuaniva Isna Arfiani Tempat Tanggal Lahir : Ponorogo, 05 Juni 1995 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Alamat Sekarang : Tegalrejo Rt. 02 Gg. Mawar no. 97A, Tamantirto, Kasihan,

Lebih terperinci

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA

Analisis Titik Impas dan Efisiensi Pada Usaha Domba...Reka Maharnika ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALISIS TITIK IMPAS DAN EFISIENSI PADA USAHA DOMBA ANALYSIS OF BREAKEVEN POINT AND EFFICIENCY OF SHEEP FARM Reka Maharnika*,Linda Herlina**,Achmad Firman** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL GADUH

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL GADUH PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL GADUH PEMELIHARAAN HEWAN TERNAK BERDASARKAN HUKUM ADAT ( Studi Kasus di Desa Temboro Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Wonogiri Tahun 2016 ) Artikel Publikasi Diajukan

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEPSI POLA BAGI HASIL DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Hj. RENNY SUPRIYATNI B., SH., MH. NIP

PENERAPAN KONSEPSI POLA BAGI HASIL DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Hj. RENNY SUPRIYATNI B., SH., MH. NIP 60 PENERAPAN KONSEPSI POLA BAGI HASIL DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA Oleh: Dr. Hj. RENNY SUPRIYATNI B., SH., MH. NIP. 19570214 199302 2 001 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010 61 PENERAPAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Susu sangat berperan sebagai asupan untuk kesehatan, kecerdasan dan pertumbuhan manusia.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan hewan pegunungan hidup dilereng-lereng yang curam yang meiliki

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan hewan pegunungan hidup dilereng-lereng yang curam yang meiliki II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sejarah Kambing PE Kambing merupakan hewan domestikasi tertua yang telah bersosialisasi dengan manusia lebih dari 1000 tahun. Kambing tergolong pemamah biak, berkuku genap dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan limpahan nikmat serta hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Peran

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA Andri Setiadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Andrisetiadi27@Gmail.com H. Djoni 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO SKRIPSI. Oleh : EKO SETYO BUDI NPM :

ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO SKRIPSI. Oleh : EKO SETYO BUDI NPM : ANALISIS RENTABILITAS USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI DESA KEBONSARI KECAMATAN CANDI SIDOARJO SKRIPSI Oleh : EKO SETYO BUDI NPM : 0924010025 Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

Hubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W

Hubungan Antara Peran Penyuluh...Satriyawan Hendra W HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DENGAN TINGKAT PENERAPAN PENYAJIAN RUMPUT PADA PETERNAKAN SAPI PERAH ( Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah Pamegatan, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi

Hubungan Perilaku Komunikasi Interpersonal...Muhammad Fauzi HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TINGKAT PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PETERNAK DALAM BETERNAK SAPI PERAH (Kasus Pada Kelompok Peternak Sapi Perah TPK Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu merupakan sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan masyarakat. Susu merupakan sumber protein utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya.

PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh pekerjaan utamanya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak yang sudah biasa diternakkan oleh masyarakat. Masyarakat umumnya beternak kambing sebagai usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat

Lebih terperinci

RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN MILK COLLECTION POINT (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan)

RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN MILK COLLECTION POINT (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan) RESPON PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP KEBERADAAN MILK COLLECTION POINT (MCP) (Kasus di TPK Los Cimaung KPBS Pangalengan) DAIRY FARMER S RESPONSE TO THE EXISTENCE OF MILK COLLECTION POINT (MCP) (A case in

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu

I PENDAHULUAN. sektor peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian yang perlu 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan peranan sangat besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani baik yang berupa daging maupun susu dan berbagai keperluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu jenis ternak yang banyak dipelihara di Desa Haurngombong. Berdasarkan data populasi ternak sapi perah di KSU Tandang Sari (2017), jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI

ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI ANALISIS KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETERNAK ANGGOTA KPSBU LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI YENI MARLIANI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan)

KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) 1 KONTRIBUSI USAHATANI TERNAK KAMBING DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus di Desa Batungsel, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan) SUCIANI, I G.N. KAYANA, I W. SUKANATA, DAN I W. BUDIARTHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

BAB I PENDAHULUAN. nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sapi potong merupakan penyumbang daging terbesar terhadap produksi daging nasional sehingga usaha ternak ini berpotensi untuk dikembangkan. Sapi potong telah

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Lebih dari 90% usaha peternakan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Desa Tanggeran Paninggaran adalah Desa yang terdapat di Kabupaten Pekalongan termasuk ke dalam daerah desa padat penduduk, Sebagian penduduk di desa Tanggeran Paninggaranbermata

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta e-mail : goested@yahoo.com Abstrak Kebutuhan daging

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan konsumsi masyarakat yang terus berkembang membuat diperlukannya diversifikasi makanan dan minuman. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan alternatif yang

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor)

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Studi Kasus Peternakan HMB Agro, Desa Sukajaya Kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor) SKRIPSI FAJAR MUTAQIEN PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS

STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS STUDI KOMPARATIF SISTEM PENGGEMUKAN SAPI KEREMAN DI DAERAH BANTARAN SUNGAI DAN LUAR DAERAH BANTARAN SUNGAI KRUENG ACEH KABUPATEN ACEH BESAR TESIS OLEH : SURYANI 107040002 PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Studi Kasus di II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan) Ista Yuliati 1, Zaenal Fanani 2 dan Budi Hartono 2 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. No.304, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR :40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DALAM HAL BERALIHNYA BARANG OBJEK SEWA PADA CV. INDAH JAYA KUTA BADUNG Oleh : Dewa Ayu Putu Andina Novianta Dewa Gede Rudy A.A. Sri Indrawati Hukum

Lebih terperinci

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK

Jl.Veteran No.53.A Lamongan ABSTRAK EVALUASI KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN DOMBA DAN KAMBING MILIK H. SHOLEH BERDASARKAN ASPEK FINANSIAL DAN NONFINANSIAL DI DESA BANYUTENGAH KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK M. Yusuf 1, Dyah Wahyuning A 1,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman

Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 5 (2), September 2007: 6-11 ISSN 1693-8828 Analisis Break Even Point (BEP) Usahatani Pembibitan Sapi Potong di Kabupaten Sleman S. Emawati Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan)

Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan) JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2014, VOL. 1, NO. 10, 52-57 Peran Modal Sosial dalam Menunjang Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah (Studi Kasus di Kelompok 3 TPK Pulosari Pangalengan) The Role Of Social Capital

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya TINJAUAN PUSTAKA Gaduhan Sapi Potong Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya dilakukan pada peternakan rakyat. Hal ini terjadi berkaitan dengan keinginan rakyat untuk memelihara

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa usaha

Lebih terperinci

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP , ANALISIS TATANIAGA SAYURAN KUBIS EKSPOR DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA KABUPATEN SIMALUNGUN Roma Kasihta Sinaga 1), Yusak Maryunianta 2), M. Jufri 3) 1) Alumni Program Studi Agribisnis FP USU,

Lebih terperinci

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN BOBOT BADAN KAWIN PERTAMA SAPI PERAH FRIES HOLLAND DENGAN PRODUKSI SUSU HARIAN LAKTASI PERTAMA DAN LAKTASI KEDUA DI PT. ULTRA PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (UPBS) PANGALENGAN JAWA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi kasus di Desa Mudal Kabupaten Boyolali)

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi kasus di Desa Mudal Kabupaten Boyolali) PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA TANAH PERTANIAN BERDASARKAN HUKUM ADAT (Studi kasus di Desa Mudal Kabupaten Boyolali) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 6) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki 15 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Kendal, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki populasi kambing Jawarandu yang tinggi

Lebih terperinci

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad** IbM AYAM KAMPUNG DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS PERKANDANGAN SEMI INTENSIF DAN PAKAN KONSENTRAT BERBAHAN BAKU LOKAL DI DESA PANDEYAN, KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR Sutrisno Hadi Purnomo*,

Lebih terperinci

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS

PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS PENGARUH KEMAMPUAN KEWIRAUSAHAAN DAN SISTEM KEMITRAAN TERHADAP MOTIVASI PETERNAK AYAM PEDAGING DI KECAMATAN BANTIMURUNG KABUPATEN MAROS Ilham Rasyid, Amrulah, Muhammad Darwis Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA

ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA ANALISIS PENDAPATAN USAHATERNAK SAPI PERAH (Studi Kasus di Perusahaan X, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor) SKRIPSI SHCYNTALIA HERTIKA PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PERESMIAN PROGRAM SOSIAL BANK INDONESIA RUMAH PAKAN TERNAK TANGGAL: 29 MARET 2017

SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PERESMIAN PROGRAM SOSIAL BANK INDONESIA RUMAH PAKAN TERNAK TANGGAL: 29 MARET 2017 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PERESMIAN PROGRAM SOSIAL BANK INDONESIA RUMAH PAKAN TERNAK TANGGAL: 29 MARET 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Yang kami hormati, Direktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Jurnal Ilmu Peternakan, Juni 8, hal. 51 57 ISSN 197 2821 Vol. 3 No.2 Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang) Stepanus Pakage Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 111-115 111 PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY

ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY ANALISIS EFISIENSI USAHA DAN PENDAPATAN PADA PERUSAHAAN PETERNAKAN KELINCI PEDAGING BUSINESS EFFICIENCY AND INCOME ANALYSIS ON MEAT RABBIT COMPANY Kevin Novarsy*, Linda Herlina**, Adjat Sudradjat**. Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat)

ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat) ANALISIS USAHA TERNAK SAPI POTONG (Studi Kasus: Desa Ara Condong, Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat) M. Iqbal Azhar Hasibuan* ), Meneth Ginting** ), Emalisa** ) * ) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI SAPI POTONG DENGAN SISTEM PEMBIBITAN PADA ANGGOTA KTT TRI ANDINIREJO KELURAHAN BENER KECAMATAN TEGALREJO YOGYAKARTA (Analysis Factors Influencig Production Price Of Beef Cattle

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi dan Tata Kerja Balai Inseminasi Buatan Lembang ditetapkan dengan Surat Keputusan (SK) Menteri

Lebih terperinci

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO EVALUASI FINANSIAL USAHA TERNAK KAMBING PERANAKAN ETTAWA PADA KELOMPOK PETERNAK DI KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO (Financial Evaluation on Ettawa Cross Goat Farming of Farmers Group in Kaligesing

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KAMBING PERAH GUNA MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN

KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KAMBING PERAH GUNA MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBERLANJUTAN USAHA KAMBING PERAH GUNA MENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN (Kasus Pada Sentra Peternakan Kambing Perah di Jawa Barat) Lilis Nurlina 1, Hasni

Lebih terperinci

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR

POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA. di KAB. SUMBA TIMUR POLA PENGEMBANGAN KOMODITI JAGUNG HIBRIDA di KAB. SUMBA TIMUR Perekonomian Provinsi NTT secara sektoral, masih didominasi oleh aktivitas sektor pertanian. Apabila dilihat secara lebih khusus lagi, penggerak

Lebih terperinci

RESPONS PETANI TERHADAP BUDIDAYA KEDELAI SISTEM LORONG

RESPONS PETANI TERHADAP BUDIDAYA KEDELAI SISTEM LORONG RESPONS PETANI TERHADAP BUDIDAYA KEDELAI SISTEM LORONG Subagiyo dan Sutardi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jl. Stadion Maguwoharjo, No. 22, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta E-mail:

Lebih terperinci

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT

J. M. Tatipikalawan dan S. Ch. Hehanussa Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT ESTIMASI NATURAL INCREASE KAMBING LOKAL DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Staf Fakultas Pertanian Unpatti Ambon ABSTRACT This research was conducted to find the natural increasing number of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani. Peternakan merupakan salah satu sub sektor terpenting berdasarkan pertimbangan potensi sumber

Lebih terperinci

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGGEMUKAN SAPI BETINA PERANAKAN ONGOLE (PO) AFKIR (STUDI KASUS DI KELOMPOK TANI TERNAK SUKAMAJU II DESA PURWODADI KECAMATAN TANJUNG SARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) Reny Debora Tambunan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG POLA GADUHAN TERNAK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemerataan di

Lebih terperinci

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi

KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi KESINAMBUNGAN USAHA BISNIS KEMITRAAN AYAM RAS PEDAGING (Kasus di Tunas Mekar Farm Bogor) SKRIPSI Intani Dewi PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT Fiqrul Hilmi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi fiqrulhilmi@gmail.com Tedi Hartoyo 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI. Oleh: Nurul Khotimah H

ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI. Oleh: Nurul Khotimah H ANALISIS USAHA KARAK (STUDI KASUS DESA GADINGAN KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO) SKRIPSI Oleh: Nurul Khotimah H 0813137 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 i ANALISIS USAHA

Lebih terperinci