PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK
|
|
- Hamdani Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENYEBERANGAN SELAT SUNDA DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN PROYEK Hary Agus Rahardjo Jurusan Teknik Sipil, Universitas Persada Indonesia YAI, Jl. Salemba Raya 7Jakarta ABSTRAK Peningkatan konektivitas Pulau Jawa dan Sumatera melalui pembangunan infrastruktur penyeberangan selat Sunda merupakan satu solusi untuk memberikan layanan tranportasi dan logistik nasional yang efisien. Sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kongesti atau kemacetan perpindahan barang, jasa dan penumpang. Kelancaran arus perpindahan barang tersebut berimbas kepada biaya transportasi yang semakin rendah, berakibat pada harga barang menjadi semakin kompetitif, hal mana tentu akan mendukung pengembangan ekonomi nasional, khususnya koridor Sumatera dan koridor Jawa. Oleh karena itu maka pembangunan infrastruktur penyeberangan selat sunda adalah suatu keniscayaan. Pembahasan masalah pada paper ini menggunakan metoda observasi,, studi literature dan penelitian data sekunder. Hasil analisis menunjukkan bahwa solusi jangka panjang untuik mengatasi masalah penyeberangan selat Sunda adalah pembangunan jembatan. Keadaan medan yang sulit mengakibatkan desain dan perancangan yang sangat rumit. Sementara itu, aspek pelaksanaan konstruksi tak kalah krusial dibandingkan dengan aspek perencanaan teknis. Di sisi lain, sebagai dampak ikutannya adalah kebutuhan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan jembatan maha karya tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang ditujukan untuk merealisasikan rencana pembangunan infrastruktur dalam bentuk jembatan selat sunda sepanjang kurang lebih 31 km dengan lebar bentang 60 m serta menelan biaya sekitar 100 triliun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan seksama. Sebagai kesimpulan, pendekatan Project Management, sebagai suatu metoda pengelolaan yang mengintegrasikan semua unsur kegiatan proyek mutlak diperlukan. Karena dengan penerapan pengelolaan proyek yang konsisten, dapat mempertemukan kendala pada saat pelaksanaan konstruksi dengan ide perencanaan teknis mengingat keadaan medan yang sangat rumit. Selain itu juga dapat dilakukan pentahapan pelaksanaan pekerjaan dikaitkan dengan kebutuhan arus kas serta kebutuhan sumberdaya lainnya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas dan aspek kesehatan, keselamatan kerja. Kata kunci: Infrastruktur, selat, Sunda, proyek, manajemen 1. PENDAHULUAN Peningkatan konektivitas Pulau Jawa dan Sumatera melalui pembangunan jembatan selat Sunda merupakan satu solusi untuk memberikan layanan tranportasi dan logistik nasional yang efisien. Sehingga dengan demikian akan dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan kongesti atau kemacetan perpindahan barang, jasa dan penumpang. Latar belakang Keadaan saat ini, kemacetan perpindahan barang pada penyeberangan selat Sunda semakin sering terjadi. Hambatan arus perpindahan tersebut berimbas kepada biaya transportasi yang semakin tinggi, berakibat pada harga barang menjadi semakin tidak kompetitif, hal mana tentu akan berdampak kepada pengembangan ekonomi nasional, khususnya koridor Sumatera dan koridor Jawa. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditelaah secara lebih mendalam tentang akar pemasalahan yang mengakibatkan kemacetan ini terjadi. Tujuan penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan keadaan kemacetan pada penyeberangan Selat Sunda. Selanjutnya melakukan inventarisasi atas alternative solusi yang mungkin dapat dikembangkan. Dari alternative yang ada dilakukan analisis untuk mencari alternative terbaik. Untuk implementasi solusi terbaik tersebut, kemudian dilakukan langkah analisa persoalan potensial agar solusi dapat berjalan sesuai yang diharapkan. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 MK-39
2 Lingkup pembahasan Pada uraian berikut ini, penekanan pembahasan tidak pada aspek teknis. Baik teknis perencanaannya maupun teknis pelaksanaannya. Pembahasan pada paper ini lebih dititik beratkan pada aspek manajemen proyek yang secara konseptual berhubungan dengan kegiatan sejak awal perencanaan proyek hingga penyelesaian proyek. Gambar 1 : Tumpukan Antrean Kendaraan di Merak Gambar 2 : Antrean kendaraan jauh memanjang 2. PETA PERMASALAHAN Keadaan saat ini yang memperlihatkan seringnya terjadi kemacetan arus transportasi barang di pelabuhan Merak dapat diuraikan dalam hubungan sebab akibat. Ada penyebab terjadinya kemacetan dan ada pula akibat yang ditimbulkan oleh kemacetan tersebut. Penyebab kemacetan jalur distribusi di Merak Tarif Tidak Menarik Jumlah Dermaga Investasi Ferry Tidak Berkembang Kerusakan Ferry Perbaikan Rutin Ferry Penurunan Jumlah Ferry Beroperasi Penurunan Jumlah Truk Terangkut Kemacetan Jalur Distribusi Merak Waktu Sandar Lebih Lama Penurunan Jumlah Ferry Merapat ke Dermaga Waktu Tempuh Lebih Lama Cuaca Buruk Ombak dan Angin Kencang Gambar 3 : Faktor penyebab kemacetan Dari gambar 3 diatas terlihat bahwa kemacetan yang terjadi pada penyeberangan Merak disebabkan oleh beberapa factor yang saling kait-mengkait. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah menyangkut jumlah ferry yang beroperasi dan waktu tempuh yang lebih lama atau waktu sandar lebih lama. Hal ini mengakibatkan menurunnya jumlah truk atau barang yang dapat terangkut karena jumlah trip kapal menurun menjadi sekitar 70 trip dari idealnya 84 trip. MK-40 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
3 Sementara itu, penurunan jumlah ferry yang beroperasi disebabkan karena perbaikan kerusakan atau perbaikan rutin. Jumlah dermaga saat ini dari 5 dermaga, hanya 3 (tiga) yang beroperasi, 1 dermaga dicadangkan dan satu lagi belum dioperasikan. Jumlah dermaga ini juga berkontribusi terhadap menurunnya jumlah ferry yang beroperasi. Banyaknya ferry yang mengalami perbaikan karena kerusakan, disebabkan karena umur ferry yang rata-rata diatas 15 tahun, bahkan ada yang diatas 30 tahun. Tabel 1 : Tahun Pembuatan Kapal Nama Kapal Tahun Pembuatan Nama Kapal Tahun Pembuatan KMP Menggala 1973 Panorama Nusantara 1987 Mufidah 1979 Royal Nusantara Duta Banten 1973 Prima Nusantara Jagantara 1973 Mitra Nusantara Nusa Dharma 1986 Titian Murni Nusa Bahagia 1979 Jatra I dan II Victorius 1990 Jatra III Laut Teduh I 1990 BSP I Mustika Kencana 1975 BSP II HM Baruna 1992 BSP III Tribuana 1997 Bahuga Pratama Rajabasa I 1990 Bahuga Jaya SMS Kartanegara 1984 Nusa Agung Windu Karsa Dwita 1997 Nusa Jaya WIndu Karsa Pratama 1993 Nusa Mulia Titian Nusantara 1995 Nusa Setia Sumber : ASDP Dampak kemacetan di Merak Biaya Operasional Biaya Solar Biaya Angkut Biaya Produksi Waktu Tunggu Proses Produksi Kemacetan Jalur Distribusi Merak Waktu Menyeberang Lama Pengiriman Barang Terlambat Kenaikan Harga Barang Inflasi Aktifitas Ekonomi Masyarakat Terganggu Kerusakan Barang / Busuk Kerugian Pengusaha Jumlah Rit Pengiriman Turun Gambar 4 : Akibat kemacetan di Merak Dampak kemacetan Merak mengakibatkan waktu untuk menyeberang menjadi lebih lama. Hal ini mengakibatkan kenaikan biaya operasional sopir truk seperti untuk keperluan hidupnya karena dia harus menginap di kendaraannya. Antrean kendaraan truk bias mencapai 9,5 km dari pintu pelabuhan. Dengan ditambah dengan kenaikan biaya solar maka akan mengakibatkan biaya angkut menjadi meningkat. Lamanya waktu penyeberangan yang mencapai 3,5 jam juga berdampak kepada keterlambatan pengiriman barang yang mengakibatkan waktu tunggu rposes produksi menjadi lebih lama. Pengusaha juga mengalami kerugian sebesar Rp. 510 miliar per hari berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) akibat kerusakan barang maupun penurunan jumlah rit pengiriman barang. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 MK-41
4 Keadaan ini ditambah dengan kenaikan biaya angkut mengakibatkan kenaikan biaya produksi yang berpengaruh terhadap kenaikan harga barang. Harga barang yang naik mau tidak mau akan menimbulkan inflasi (0.7 % per Pebruari di Kota Bandar Lampung), yang pada gilirannya akan mengganggu aktifitas ekonomi masyarakat. Gambar 5 : Sopir truk menunggu kelelahan 3. PEMECAHAN MASALAH Gambar 6 : Suasana dalam Ferry Dari peta penyebab masalah kemacetan yang terjadi pada lokasi pelabuhan penyeberangan Merak seperti terdapat pada gambar 3 diatas, dapat di ketahui bahwa terdapat 3 (tiga) masalah utama yakni tarif yang tidak menarik, jumlah dermaga dan cuaca buruk. Wacana yang berkembang hingga saat ini adalah munculnya beberapa alternatif solusi dimana satu dan lainnya dapat saling dipertentangkan atau bahkan saling mematahkan. Alternatif tersebut adalah sebagai berikut ini. 1. Penambahan Jumlah kapal Feri. Hal ini berdasarkan asumsi adanya kekurangan jumlah Kapal Feri. Harga Ferry diperkirakan sebesar Rp. 600 miliar untuk kapal bebobot gross ton. 2. Peninjauan Tarif penyeberangan bagi angkutan barang dan kendaraan. Sehingga lebih menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam pembelian armada kapal feri yang baru. 3. Penambahan jumlah Dermaga. Mengingat saat ini jumlah trip angkutan feri yang dapat dilakukan terkendala oleh jumlah dermaga yang ada. 4. Pengalihan 9 kapal Ferry dari dermaga Surabaya ke Merak, karena kondisi saat ini, dari 4 dermaga yang ada, hanya 2 dermaga yang masih beroperasi menyusul dibangunnya Jembatan Suramadu. 5. Pembuatan terowongan sepanjangn 33 km didasar laut selat Sunda yang membutuhkan biaya sekitar Rp. 49 T dengan usia kegunaan 20 tahun 6. Pembangunan Jembatan diatas selat Sunda sepanjang 30 km (6 kali panjang jembatan Suramadu) dengan biaya Rp. 117 T dan usia kegunaan 100 tahun. MK-42 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
5 4. ALTERNATIF SOLUSI Solusi untuk mengatasi persoalan kemacetan pada penyeberanagn selat Sunda terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah solusi jangka pendek meliputi penyeduai tariff dan pengalihan Ferry dari pelabuhan Surabaya dan penambahan jumlah dermaga. Sedangkan solusi jangka panjang adalah pembangunan jembatan diatas selat Sunda mengingat usia keguaan yang lima kalinya tetapi dengan biaya yang hanya 3 kalinya saja. Selain itu kemudahan dalam penyeberangannya lebih baik dibandingkan dengan system terowongan, karena pada system terowongan kendaraan dan kereta yang lewat harus dilakukan secara bergantian. Munculnya alternative solusi dengan dilakukannya pembangunan jembatan selat sunda perlu dikaji lebih lanjut. Keadaan medan yang sulit mengakibatkan desain dan perancangan yang sangat rumit. Sementara itu, aspek pelaksanaan konstruksi tak kalah krusial dibandingkan dengan aspek perencanaan teknis. Di sisi lain, sebagai dampak ikutannya adalah kebutuhan biaya yang tidak sedikit untuk merealisasikan jembatan maha karya tersebut. Oleh karena itu, kegiatan yang ditujukan untuk merealisasikan rencana pembangunan infrastruktur dalam bentuk jembatan selat sunda sepanjang kurang lebih 31 km dengan lebar bentang 60 m serta menelan biaya sekitar 100 triliun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan seksama. Pendekatan Project Management, sebagai suatu metoda pengelolaan yang mengintegrasikan semua unsur kegiatan proyek mutlak diperlukan. Karena dengan penerapan pengelolaan proyek yang konsisten, dapat mempertemukan kendala pada saat pelaksanaan konstruksi dengan ide perencanaan teknis mengingat keadaan medan yang sangat rumit. Selain itu juga dapat dilakukan percepatan waktu pelaksanaan secara rasional, dilakukan pentahapan pelaksanaan pekerjaan dikaitkan dengan kebutuhan arus kas serta kebutuhan sumberdaya lainnya, tentunya dengan tetap menjaga kualitas dan aspek kesehatan, keselamatan kerja. Dengan demikian maka realisasi pembangunan jembatan selat Sunda sebagai solusi alternative untuk meningkatkan arus barang dan jasa serta mendukung pengembangan perekonomian secara nasional dapat dipercepat. 5. USULAN PERKUATAN SOLUSI Gegap gempita rencana pembangunan proyek Jem,batan Selat Sunda seolah pupus dikarenakan informasi tentang kapan waktu akan dimulainya pelaksanaan pembangunannya tidak kunjung m,enuju suatu kepastian. Dari keterangan yang diberikan oleh pihak pemerintah, nampak bahwa salah satu kendalanya adalah aspek pendanaan atau aspek biaya proyek. Besarnya kebutuhan dana pembangunan yang mencapai sekitar 100 triliun rupiah memang merupakan beban yang sangat besar. Hal ini dibandingkan dengan kebutuhan dana untuk proyek Banjir kanal timur yang mencapai sekitar 35 triliun rupiah, dalam kenyataannya membutuhkan waktu pelaksanaan pemabngunan yang cukup lama bahkan hingga tahun 2o11 inipun belum sepenuhnya selesai. Untuk itu maka diusulkan langkah-langkah sebagai berikut : a. Pelaksanaan pembangunan proyek jembatan selat Sunda dilakukan secara bertahap. Sesuai dengan konfigurasi Kurva S yang yang mengindikasikan kebutuhan dana pelaksanaan pembangunan dari waktu ke waktu, maka terlihat bahwa memang kebutuhan atau pengeluaaran dana untuk pelaksanaan pembangungan suatu proyek tidaklah dikeluarkan secara serentak tetapi secara bertahap. b. Mengingat bangkitan ekonomi yang diperkirakan cukup besar sebagai akibat dibangunnya jembatan ini, maka volume arus barang dan penumpang yang melintasi jembatan ini juga akan meningkat. Hal ini akan memberikan daya tarik yang lebih tinggi bagi investor untuk dapat diajak bekerja sama melaui program kemitraan atau Public-Private Partnership c. Secara fisik, item pekerjaan pada pembangunan proyek jembatan ini pun pelaksanaannya dapat pula dilakukan secara bertahap. Pada gambar rancang bangun yang ada misalnya, dapat saja dilakukan pentahapan pelaksanaan pembangunan pada item pekerjaan jalan rel kereta api. Dalam arti,,pelaksanaan pemabngauna jalan rel ini dilakukan kemudian setelah dana yang mencukupi terkumpul. Tentu saja secara konstruksi, beberapa elemen yang memang sebaiknya sudah dibangun, seyogyanya juga sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Dengan demikian maka kebutuhan biaya konstruksi untuk pembangunan tahap pertama ini relative lebih rendah dan dapat dipenuhi oleh ketersediaan dana yang ada. Hal ini dapat dilakukan manakala pentahapan itu sendiri tidak mengganggu atau mempengaruhi konsep transportasi barang dan penumpang untuk mana jembatan ini dimaksudkan. d. Pada saat ini pemerintah telah menghitung lonjakan volume konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi terburuk tahun 2011 adalah 40,49 juta kiloliter naik 1.8 juta kiiloliter dari pagu awal 38,6 juta kiloliter. Dengan lonjakan konsumsi itu subsidi BBM tahun 2011 ini diproyeksikan akan menembus angka 117 triliun rupiah atau bertambah sekitar 22 triliun rupiah dari pagu awal. Sementara itu dari sur,vey Sosial Ekonomi Nasional taun 2009 dan Bank Dunia tahun 2011 menunjukkan setengah golongan berpenghasilan tertinggi mengonsumsi 84 persen BBM bersubsidi. Sebaliknya sepersepuluh warga termiskin hanya mengkonsumsi kurang dari 1 persen total BBM subsidi. Jadi, manfa,at subsidi BBM bagi masyarakat secara nasional terlihat kurang tepat sasaran. Apabila strategi pemerintah dalam alokasi subsidi BBM dapat dialihkan, maka sesungguhnya dana subsidi BBM untuk tahun 2011 ini saja sudah dapat memenuhi untuk keperluan membangun Jembatan Selat Sunda. Ditambah lagi dengan apabila kita memperhatikan pelaksanaan pembangunan jembatan dimaksud yang SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 MK-43
6 tentunya dilakukan secara bertahap sehingga kebutuhan dananya juga dilakukan secara bertahap maka pengalihan dana subsidi BBM untuk tahun 2011 ini saja selain untuk pembangunan jembatan selat sunda, juga dapat dipergunakan untuk pembiayaan program pemerintah lainnya seperti bidang pendidikan dan kesehatan masyarakat secara nasional. 6. KESIMPULAN Solusi untuk mengatasi persoalan kemacetan pada penyeberanagn selat Sunda terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah solusi jangka pendek meliputi penyeduai tariff dan pengalihan Ferry dari pelabuhan Surabaya dan penambahan jumlah dermaga. Sedangkan solusi jangka panjangnya adalah pembangunan jembatan selat Sunda yang dilakukan secara bertahap dengan sumber pembiayaan dari kerjasama kemitraan dengan pihak swasta atau dengan dana APBN yang dialokasikan dari dana subsidi BBM. Keberanian dan ketegasan dalam mengambil keputusan merupakan suatu keniscayaan. Karena seperti diakui oleh Presiden sendiri, yang menjadi hambatan ekonomi adalah: Policy dan regulasi, kasus korupsi dan birokrasi yang kurang responsive. DAFTAR PUSTAKA Frederick Gould, Nancy E. Joyce (2006). Construction Project Management. John Wiley & Sons, Chichester, England. Nokes, Sebastian (2007). The Definitive Guide to Project Management. Financial Times / Prentice Hall, London. Sidney Levy (2008). Project Management in Construction. Mc. Graw-Hill. England. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Keputusan Menteri Perhubungan No. 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Penyeberangan MK-44 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI
TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI Shanty Manullang, Arif Fadillah *) Ginanjar Raganata **) *) Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, **) Mahasiswa pada
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak. kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni dan Merak Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan
BAB I - PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Lebih terperinci2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr
No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN
Lebih terperinci2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciRp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri
Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI Putu Alit Suthanaya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciMASALAH PENJADWALAN DAN PENENTUAN JUMLAH KAPAL: STUDI KASUS DI PELABUHAN MERAK DAN BAKAUHENI DAVID HENDRAYAN
MASALAH PENJADWALAN DAN PENENTUAN JUMLAH KAPAL: STUDI KASUS DI PELABUHAN MERAK DAN BAKAUHENI DAVID HENDRAYAN DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciAnalisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru
Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru Dr. Ir. Sunaryo M.Sc 1), Kiki Juniarko 2) 0806 459 236 Email : red.kijun@gmail.com Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Program Studi Teknik
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Ttg Pengembangan Penyeberangan Merak-Bakauheni..., tgl 5 Mar 2014, di Banten Rabu, 05 Maret 2014
Sambutan Presiden RI Ttg Pengembangan Penyeberangan Merak-Bakauheni..., tgl 5 Mar 2014, di Banten Rabu, 05 Maret 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ATAS PAPARAN WAMENHUB TENTANG PENGEMBANGAN PENYEBERANGAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT Direktorat Lalu lintas Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Jalan Medan Merdeka Barat No 8 Jakarta 10110 1 1. Cetak Biru Pengembangan Pelabuhan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa melalui sarana laut.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelabuhan Bakauheni Pelabuhan Bakauheni adalah pelabuhan yang terletak di kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan. Pelabuhan Bakauheni menghubungkan Pulau Sumatera dan Pulau
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG KAPAL PENYEBERANGAN MERAK PROPINSI BANTEN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinci2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disamping fungsinya sebagai alat pemersatu bangsa. Dalam kaitannya dengan sektorsektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infrastruktur Transportasi baik transportasi darat, laut maupun udara merupakan sarana yang sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT
PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, November Tim Studi. Studi Pengembangan Short Sea Shipping Dalam Meningkatkan Kelancaran Arus Barang
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kehendak dan ridhonya kami dapat menyelesaikan laporan penelitian dan studi ini. Laporan ini berisi 5 (Lima) Bab
Lebih terperinciANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK
ANALISIS WAKTU BONGKAR MUAT KENDARAAN DI PELABUHAN MERAK *Sunaryo 1, Agus Zuldi Hermawan 2 *1) Dosen Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia 2) Mahasiswa Program Sarjana Reguler Program Studi Teknik
Lebih terperinciStudy Kelayakan Pengoperasiaan KMP Sumut I Rute Simanindo-Tigaras
Study Kelayakan Pengoperasiaan KMP Sumut I Rute Simanindo-Tigaras Charles Sitindaon Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Santo Thomas Medan, Jl. Setia Budi No. 479F Medan Email : charles_sitindaon@yahoo.co.id
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA
Ujian Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Oleh : BONUS PRASETYO 4105.100.058 Pembimbing : FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Jawa dan Sumatra merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki sumber cadangan batubara yang cukup besar, akan tetapi baru sedikit yang dapat dieksploitasikan. Potensi batubara yang dimiliki Provinsi Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:
2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR COMPANY (MN 091482) NAME ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh: M. Imam Wahyudi N.R.P. 4105 100
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan
Analisis Perbandingan Keekonomian Rute Merak-Bakauheni dengan Rute Cigading-Kiluan Dr. Ir. Sunaryo M.Sc 1), Slamet Kasiyanto 2) 0806 459 305 slamet.kasiyanto@ui.ac.id 1) Dosen Program Studi Teknik Perkapalan
Lebih terperinciSUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN
SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN Abstrak Dalam kurun waktu tahun 2009-2014, rata-rata alokasi belanja non mandatory spending terhadap total belanja negara sebesar 43,7% dan dari alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang dengan ruang kegiatan lainnya, sebagai suatu kegiatan memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Afiffudin (2010:42) yang menyatakan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN)
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (OBJEK PENELITIAN) 2. 1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) adalah perusahaan jasa angkutan penyeberangan dan pengelolaan pelabuhan penyeberangan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Data AMDK tahun 2011 Gambar 1.1 Grafik volume konsumsi air minum berdasarkan tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta sebagai metropolitan dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat menghasilkan permasalahan mendasar yang pelik dan salah satunya adalah ketersediaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal laut merupakan jasaangkutan yang berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang. Sektortransportasi selain
Lebih terperinciPEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG
PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan
Lebih terperinciPENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006
PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan jalan tol dengan asumsi biaya sekitar Rp miliar per km. Sedangkan lapangan kerja yang tercipta sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan infrastruktur jalan menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk membuka akses transportasi guna menggairahkan aktivitas perekonomian dan sebagai sarana pemerataan
Lebih terperinciSumber: Biro Pusat Statistik
Sumber: Biro Pusat Statistik Pembangunan Masih Jawa Sentris, Padahal Harusnya Indonesia Sentris Kontribusi Aktivitas Pembangunan Terhadap PDB Bertumpu di Pulau Jawa Sumatra Share PDRB: 23.2% Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi
Lebih terperinciAnalisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)
1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciTinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang
Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Ramadhani 1 dan Achmad Machdor Alfarizi 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas IBA Palembang
Lebih terperinciKEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA
KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lautan 38% : 62%, memiliki pulau, dimana 6000 di antaranya telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perbandingan daratan dan lautan 38% : 62%, memiliki 17.508 pulau, dimana 6000 di antaranya telah bernama dan 1000 pulau
Lebih terperinciAnalisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-17 Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) Ardyah
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA
ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA BONUS PRASETYO 4105100058 Abstrak : Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsentrasi logis yaitu tumbuhnya lalulintas transportasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas
Lebih terperinciNOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Kebutuhan akan transportasi bermula dari suatu penyebaran kegiatan sosial dan kegiatan ekonomi di suatu wilayah.transportasi merupakan suatu sarana yang berkorelasi positif terhadap
Lebih terperinci[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG
[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG Tim Peneliti : 1. Rosita Sinaga, S.H., M.M. 2. Akhmad Rizal Arifudin,
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO
ANALISIS KINERJA PELAYANAN DAN TANGGAPAN PENUMPANG TERHADAP PELAYANAN PELABUHAN PENYEBERANGAN JANGKAR DI KABUPATEN SITUBONDO Alfian Zaki Ghufroni Universitas Negeri Malang E-mail: al_ghufroni@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Data dari PT. ASDP Ketapang Gilimanuk tahun 2012, terdapat antrian kendaraan yang akan masuk ke Pelabuhan menyeberang dari Pulau Jawa menuju ke Pulau
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI
ANALISIS KELAYAKAN PENAMBAHAN ARMADA BUS TIC DI TINJAU DARI INVESTASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi Oleh: YUNANIK A 210 040
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlunya penerapan strategi pelayanan perusahaan yang tepat. Perkembangan dunia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat seiring dengan perkembangan teknologi ekonomi, pendidikan dan sosial budaya, sehingga mempengaruhi perlunya
Lebih terperinciSambutan Presiden RI Pd Peresmian Jln Tol Nusa Dua-Ngurahrai-Benoa di Bali tgl. 23 Sept 2013 Senin, 23 September 2013
Sambutan Presiden RI Pd Peresmian Jln Tol Nusa Dua-Ngurahrai-Benoa di Bali tgl. 23 Sept 2013 Senin, 23 September 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN JALAN TOL NUSA DUA - NGURAH RAI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia telah dituangkan pada program jangka panjang yang disusun oleh pemerintah yaitu program Masterplan Percepatan Perluasan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah hal yang sangat penting untuk menunjang pergerakan manusia dan barang, meningkatnya ekonomi suatu bangsa dipengaruhi oleh sistem transportasi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio
Lebih terperinciBAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN
BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN 6.1 Umum Pada bab analisis dapat diketahui bahwa sebetulnya dari segi harga angkutan barang yang melalui TPKB Gedebage membutuhkan biaya lebih kecil daripada melalui jalan raya.
Lebih terperinciPembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan
Artikel Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka. Usia untuk sebuah bangsa yang semakin matang tersebut, tidak seharusnya menyurutkan
Lebih terperinciCatatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah
Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu sistem yang menggerakkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, menggunakan kendaraan, kereta api, pesawat
Lebih terperinciPENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA
PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA Oleh: Imran Rasyid, dkk Penulis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Relokasi Stasiun Merak 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dalam jumlah pelayanan kepada masyarakat, terutama tranportasi darat. Kereta api merupakan transportasi darat
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TARIF ANGKUTAN LINTAS PENYEBERANGAN PELABUHAN NUSA PENIDA DAN PADANGBAI UNTUK PENUMPANG KELAS EKONOMI, KENDARAAN DAN ALAT-ALAT BERAT/BESAR
Lebih terperinciStudi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan
Lebih terperinciBadan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.
Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± jiwa dengan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia, Negara dengan jumlah penduduk ± 244.775.796 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1.49%/tahun dapat diperkirakan bahwa penduduk Indonesia akan menembus angka
Lebih terperinciKATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL ANGKUTAN SUNGAI DANAU DAN PENYEBERANGAN LINTAS BATAS DI SUNGSANG Penekanan Desain Arsitektur Moderu Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciStudi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya executive summary ini. Pelabuhan sebagai inlet dan outlet kegiatan perdagangan di Indonesia dari tahun ke tahun
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT KAPAL RO-RO PT ASDP INDONESIA FERRY
PRODUKTIVITAS BONGKAR MUAT KAPAL RO-RO PT ASDP INDONESIA FERRY Rr. Endang Wahyuni Mega Silvia Deslida Saidah STMT Trisakti STMT Trisakti STMT Trisakti wahyuniendang25@yahoo.com megasilviakotto@gmail.com
Lebih terperinciMEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS)
MEMAHAMI PROJECT BASED SUKUK (PBS) Oleh: Eri Hariyanto, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian Keuangan*) Pendahuluan Dalam trilogi Musgrave disebutkan bahwa Pemerintah melalui kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai
Lebih terperinci: Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : Telp : (0254) , ,
Pelabuhan Penyeberangan Merak Alamat : Jl Raya Pelabuhan Merak, Gerem, Pulo Merak Cilegon-Banten. Kode Pos : 42438 Telp : (0254) 571032, 571039, 571202 Luas area : 150.615 m2 Koordinat : 5 º55 51 LS -
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun
KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema berita yang kami
Lebih terperinciModel Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: 2301-9271 1 Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan Andiyan Rianditya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang ekonomi ini membutuhkan adanya sarana dan prasarana yang baik
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang banyak melakukan kegiatankegiatan dalam pembangunan khususnya kegiatan di bidang ekonomi. Pergerakan di bidang ekonomi
Lebih terperinciH. SYAHRULAN PUA SAWA A-497 FRAKSI PAN DPR RI
LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN KE-2 DILUAR MASA RESES DAN DILUAR MASA PERSIDANGAN TAHUN SIDANG 2014 2015 DAERAH PEMILIHAN NUSA TENGGARA TIMUR I H. SYAHRULAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kami berharap klipping ini bermanfaat untuk monitoring media BPIW. Hormat kami. Tim penyusun
Rabu, 4 Mei KATA PENGANTAR Klipping Media Massa adalah kumpulan guntingan berita yang kami sajikan secara rutin. Guntingan berita ini kami seleksi dari berita yang muncul di media cetak. Adapun tema berita
Lebih terperinciI-1 BAB I PENDAHULUAN
I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pergerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciPEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG
PEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG Rahayu Sulistyorini 1 1 Fakultas Teknik Jurusan Sipil, Universitas Lampung,
Lebih terperinciMODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA
PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan prasarana transportasi sangat menentukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan sejalan dengan semakin pesatnya pertumbuhan sosial ekonomi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sehingga pembangunan
Lebih terperinci2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung
ANALISIS PENANGANAN PERGERAKAN TRUK KONTAINER KOSONG DALAM PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI (KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK) Ofyar Z. Tamin 1, Harmein Rahman
Lebih terperinciGambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia
- 54 - BAB 3: KORIDOR EKONOMI INDONESIA A. Postur Koridor Ekonomi Indonesia Pembangunan koridor ekonomi di Indonesia dilakukan berdasarkan potensi dan keunggulan masing-masing wilayah yang tersebar di
Lebih terperinciBAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik
Lebih terperinciSTUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA
STUDI ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) TRANSJAKARTA Anastasia Yulianti 1, Setia Kurnia Putri 2 dan Erika Hapsari 3 1 Asisten Penelitian Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang berkembang, sehingga terus menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan negara guna
Lebih terperinci