Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Model Analisis Pembangunan Transportasi : Studi Kasus Perbandingan Moda Angkutan Penyebrangan dengan Jembatan Andiyan Rianditya dan Dr.Ing. Setyo Nugroho Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya Indonesia snugroho@na.its.ac.id Abstrak- Kondisi geografis Indonesia sebagai Negara kepulauan yang memiliki banyak selat membuat transportasi antar pulau menjadi poin penting timbulnya pergerakan lalu lintas untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Sebagai Negara kepulauan, jasa penyeberangan menjadi sangat penting dalam mendistribusikan barang/komodity antar pulau. Dalam hal ini akses yang tersedia berupa jembatan dan kapal. Untuk mengetahui seberapa baik salah satu diantara keduanya, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui moda mana yang lebih baik. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terbaik antara jembatan atau kapal ferry. Analisis dilakukan pada komponen biaya seperti total biaya, biaya angkut kendaraan dan biaya emisi. Ditinjau dari biaya tersebut dapat disimpulkan bahwa kapal merupakan sarana yang lebih baik dari pada jembatan Jalur 1 dan jalur 2 atau lebih. Biaya investasi Kapal lebih murah daripada Jembatan Ketika panjang lintasan di atas 1 kilometer, panjang lintasan di bawah 1 kilometer jembatan lebih murah. Kata kunci: Jembatan,, Analisis Biaya Antrian yang terjadi di pelabuhan Merak Bakauheni dikarenakan manajemen yang kacau menyebabkan kerugian yang dialami pengusaha dan sopir mencapai Rp1,7 triliun. Lambatnya tindakan pemerintah, kapal ferry milik PT.ASDP yang biasa melayani rute Merak-Bakauheni-Merak sudah semkin tua sehingga sering docking dan kapal ferry yang ber- DWT kecil sehingga tidak mampu berlayar ketika badai dan ombak tinggi menambah masalah di pelabuhan ini. Jembatan adalah salah satu solusi sarana transportasi yang menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, saluran irigasi dan pembuang, jalan yang melintang tidak sebidang, dan lain-lain. Ketika jembatan membuat semua akses semakin efisien dan cepat dalam waktu, hal inilah yang membuat paradigma penumpang merasa lebih menyukai melalui jembatan daripada pelabuhan. Jembatan itu sendiri pembangunannya memakan waktu yang lama, biaya ratusan miliyar dan resiko tinggi kerusakan dan ambruk akibat kendaraan kendaraan yang membawa mauatan berat ataupun arus air dan angin. P I. PENDAHULUAN ergerakan yang terjadi antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera mengakibatkan jumlah kendaraan yang menyebrang dari pulau jawa-sumatera dan sebaliknya mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1. Data penyebrangan Merak-Bakauheni thn Tabel 2. Data Jembatan Ambruk di Indonesia Disamping itu adanya pro dan kontra dari Rencana Program Pemerintah dalam pembangunan Jembatan. Sebagai contoh Jembatan Selat Sunda (JSS) yang diperkirakan menelan dana hingga 2 Triliun Rupiah dan dianggap sebagai alternatif terbaik dan efektif untuk mengatasi permasalahan peningkatan aktivitas penyebrangan dan penumpukan di penyebrangan antara pulau Jawa dan Pulau Sumatera. Untuk mengatasi pro dan kontra masalah tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai perbandingan Pembangunan Transportasi di Indonesia.

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: II. METODE PENELITIAN A. Tahap Identifikasi Pada tahap ini dilakukan identifikasi mengenai permasalahan dari Tugas Akhir ini. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai meningkatnya pergerakan kendaraan tiap tahun yang terjadi antar Pulau mengakibatkan jumlah kendaraan yang menyebrang. Jembatan yang dianggap dalam menyelesaikan permaslahan tersebut ternyata pembangunannya memakan waktu yang lama, biaya ratusan miliyar dan resiko tinggi kerusakan dan ambruk akibat kendaraan kendaraan yang membawa mauatan berat ataupun arus air dan angin. Ditambah lagi adanya pro dan kontra dari Rencana Program Pemerintah terkait pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) yang diperkirakan menelan dana hingga 2 Triliun Rupiah. Maka dari itu diperlukan análisis perbandingan moda transportasi. B. Tahap Studi Literatur Pada tahap ini dilakukan studi literatur yang terkait dengan permasalahan pada tugas akhir ini. Materi-materi yang dijadikan sebagai tinjauan pustaka adalah teori peramalan, konsep linear programming, teori biaya biaya transportasi, dan analisa investasi, analisa emisi. Selain melakukan studi literatur terhadap teori yang digunakan, juga dilakukan studi terhadap hasil penelitian sebelumnya. C. Tahap Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data secara langsung (primer), dan tidak langsung (sekunder). Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengambil data terkait dengan permasalahan dalam tugas akhir ini. Adapun data - data yang diperlukan antara lain: a) Data dimensi jembatan se-indonesia yang dikelola Kementerian Pekerjaan Umum Badan Penelitian dan Pengembangan PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN b) Data Dimensi kapal se-indonesia dan tarif Kapal yang dikelola PT. ASDP Indonesia (Persero) c) Data Tarif Jembatan Suramadu d) Data Faktor Emisi Udara Dimana : KBB dasar Golongan I = 0,0284 V2-3,0644 V +141,68 KBB dasar Golongan II = 2,26533 x ( KBB dasar Gol I) KBB dasar Golongan III = 2,90805 x ( KBB dasar Gol I) kk = factor koreksi akibat kelandaian kl = factor koreksi akibat kondisi arus lalu lintas kr = factor koreksi akibat kekerasan jalan V = Kecepatan (km/jam) Satuan KKB = Liter/1000km Sedangkan Konsumsi BBM Kapal Ferri = ((Daya Mesin Induk x Jumlah Mesin Induk) + (Daya Mesin Bantu x Jumlah Mesin Bantu)) x SFC x Sea Time x Masa Jenis MFO / Jarak pelayaran Tabel 3. Konsumsi Bahan Bakar (liter/meter) Konsumsi Bahan Bakar (liter/meter) Muatan 1000 orang Muatan 2000 orang Kapal Golongan I Golongan II Golongan III Hasil analisa menunjukkan bahwa Konsumsi BBM dalam muatan 1000 orang dan 2000 orang yang terbanyak adalah Moda Kapal ferry dengan konsumsi BBM liter/meter, untuk muatan 1000 orang dan liter/meter untuk muatan 2000 orang. D. Tahap Analisis Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditentukan, dilakukanlah analisis pada data yang sudah dikumpulkan untuk mengetahui biaya investasi Jembatan dan Kapal ferry, biaya Perawatan Jembatan, biaya Operasional Kapal, biaya angkutan penyebrangan lewat Jembatan dan Kapal, biaya kecelakaan dan biaya Emisi Udara. Grafik 1. Konsumsi Bahan Bakar dalam demand 1000 orang 2) Emisi Udara Untuk menganalisa mengenai emisi yang disebabkan dari proses pengangkutan muatan menggunakan suatu moda tertentu, dapat dilakukan dengan cara memperhitungkan banyaknya emisi karbon yang dihasilkan masing-masing moda. A. Analisa Polusi III. ANALISIS PENELITIAN 1) Konsumsi BBM Perhitungan besarnya biaya konsumsi BBM kendaraan setiap golongan ditentukan oleh kecepatan pada saat melaju dan dihitung berdasarkan rumus : KBB = KBB dasar x (1 ± (kk + ki + kr))

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Tabel 4. Faktor Emisi Kapal (gram/kw) Tipe / bahan bakar Sumber: Dikompilasi dari IPCC (1996) Untuk menganalisa mengenai emisi yang disebabkan dari proses pengangkutan muatan menggunakan suatu moda tertentu, dapat dilakukan dengan cara memperhitungkan banyaknya emisi karbon yang dihasilkan masing-masing moda. Dalam kasus ini moda pengangkutan terbagi atas 3 jenis kendaraan golongan dalam muatan 1000 orang dan muatan 2000 orang yang melintasi Jembatan dan Kapal, sedangkan emisi yang dihitung adalah Emisi NOx, CH4, CO dan CO2. Tabel 4. Jumlah Emisi Udara(gram/meter) Emisi Nox (gram/meter) Pembandi ng Kapal Jembatan Pembandi ng Kapal Jembatan muatan 1000 orang muatan 2000 orang Emisi CH4 (gram/meter) muatan muatan orang orang Golongan I Golongan II Golongan III Golongan I Golongan II Golongan III Faktor Emisi (gram/liter) Nox CH4 CO CO2 Bensin Penumpang Sepeda Motor Diesel Penumpang Niaga Kecil Niaga Besar Emisi CO (gram/meter) muatan 1000 orang muatan 2000 orang Emisi CO2 (gram/meter) muatan muatan orang orang Golongan I Golongan II Golongan III Golongan I Golongan II Golongan III Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa Emisi CO2 adalah hasil terbesar dari semua Emisi yang dikeluarkan kendaraan setiap golongan. Gol III yang melewati Jembatan menghasilkan Emisi CO2 yang terbesar yaitu 252,86 gram/meter untuk muatan 1000 orang dan 505,71 gram/meter untuk muatan 2000 orang. B. Analisa Biaya 1) Total Biaya Jembatan dan kapal a) Total Biaya Jembatan Biaya investasi disini adalah biaya pembuatan jembatan. Mengacu pada data biaya investasi jembatan jembatan di Indonesia, maka dapat dicari nilai korelasi antara besar investasi dengan panjang lintasan dibagikan dengan umur ekonomis (100 tahun). Sehingga dapat ditentukan besarnya biaya investasi berdasar pada panjang lintasan. Biaya perawatan jembatan merupakan komponen biaya operasional yang paling dominan. Perhitungan Biaya perawatan jembatan adalah sebesar 2% per tahun dari biaya investasi. Sedangkan untuk Lebar Jembatan dibagi menjadi 2 yaitu Jembatan dengan 1 Jalur dan Jembatan dengan 2 Jalur atau lebih. Grafik 2. Regresi Total Biaya Jembatan 1 Jalur Grafik 3. Total Biaya Jembatan 2 Jalur atau lebih b) Total Biaya Kapal Biaya investasi kapal adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan kapal. Berdasarkan data yang diperoleh dari beberapa lintasan di Indonesia, dapat dicari hubungan

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: antara besar biaya investasi dibagikan dengan umur ekonomis (20 tahun) berdasrkan panjang lintasan. Sedangkan perhitungan biaya operasional kapal Berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 58 tahun 2003, yang terdiri dari komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan walaupun kapal tersebut tidak beroperasi (off hire). Biaya tetap meliputi gaji dan tunjangan ABK serta premi asuransi kapal. Sedangkan biaya tidak tetap (variable) merupakan biaya yang dikeluarkan ketika kapal beroperasi. Biaya tidak tetap tersusun atas biaya bahan bakar, lub oil, provision, air tawar, perawatan dan biaya pelabuhan.. Grafik 4. Regresi Total Biaya Kapal Grafik 6. Perbandingan Total biaya kapal dan Jembatan 2 Jalur atau lebih Perbedaan panjang lintasan tidak berpengaruh besar pada biaya investasi kapal. Sedangkan pada jembatan, biaya investasi sangat berpengaruh pada panjang lintasan. Semakin panjang lintasan biaya invetasi jembatan semakin tinggi atau naik secara linear. 2) Biaya Angkutan Lewat Jembatan Non- Komersial, Jembatan Komersial dan kapal a) Biaya Angkutan Lewat Jembatan Non- Komersial c) Perbandingan Biaya Investasi Jembatan dan Kapal Dari persamaan hasil regresi linear diatas, dapat dicari besar investasi dengan variasi panjang lintasan. Proses ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan biaya investasi antara jembatan dan kapal pada kondisi panjang lintasan yang berbeda. Berikut disajikan grafik perbandingan biaya investasi jembatan dan kapal. Grafik 5. Perbandingan Total biaya Jembatan 1 Jalur dan kapal Untuk Perhitungan lewat Jembatan Non- Komersial dihitung berdasarkan Biaya Operasional dalam metode Ofryar Tamrin terdiri atas komponen : Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi Minyak Pelumas Biaya Pemakaian Ban Biaya Pemeliharaan (Suku Cadang) Biaya Pemeliharaan (Montir) Biaya Penyusutan Bunga Modal Biaya Asuransi Perhitungan biaya operasional kendaraan dianalisa dengan asumsi kecepatan kendaraan 60 km/jam dan berbagai jenis golongan. Tabel 6. Perhitungan Biaya Operasional (Rupiah/meter) Biaya Operasional (Rupiah/meter) Gol I Rp 0.52 / meter Gol II Rp 1.62 / meter Gol III Rp 1.87 / meter

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Grafik 7. Biaya Angkut Lewat Jembatan Non- Komersil Penyebrangan PT.ASDP dan Panjang Rute Pelayaran dalam meter. Tabel 8. Hasil Regresi Tarif Kapal ASDP dan Rute Pelayaran/meter Golongan II x^ Golongan III x^ Penumpang x^ Golongan IV Barang x^ Penumpang x^ Golongan V Barang x^ Hasil analisa menunjukkan bahwa Biaya Angkut paling murah Lewat jembatan Non-Komersial adalah Gol I dengan biaya Rp.0.52/meter. b) Biaya Angkut Lewat Jembatan Komersial Untuk Perhitungan lewat Jembatan Komersial dihitung berdasarkan Biaya Operasional Berdasarkan Golongan kendaraan ditambah dengan asumsi tariff penyebrangan melalui Jembatan. Penumpang x^ Golongan VI Barang x^ Golongan VII x^ Golongan VIII 1120 x^ Grafik 9. Biaya Angkut Lewat Kapal Tabel 7. Perhitungan Tarif Jembatan Komersial (Rupiah/meter) Jenis Tarif Suramadu Tarif Jembatan Komersial (Rp/meter) kendaraan Gol I Rp 30,000 Rp 5.52 kendaraan Gol II Rp 45,000 Rp 8.28 kendaraan Gol III Rp 60,000 Rp Grafik 8. Biaya Angkut Lewat Jembatan Komersil d) Analisa Perbandingan Biaya Angkut Kapal, Jembatan Non Komersial, dan Jembatan Komersial Untuk mengetahui Perbandingan Biaya setiap Golongan yang melintasi Kapal dan Jembatan baik itu Jembatan Komersil ataupun yang Non-Komersil akan tersaji pada diagram dibawah ini. Grafik 7. Perbandingan Biaya Angkut Golongan I Hasil analisa menunjukkan bahwa Biaya Angkut paling murah Lewat jembatan Komersial adalah Gol I dengan biaya Rp.6.03/meter. c) Biaya Angkutan Lewat Kapal Untuk Perhitungan lewat Kapal dihitung berdasarkan Regresi dari Tarif Tiap Golongan Kendaran

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Grafik 10. Perbandingan Biaya Angkut Golongan II Grafik 11. Perbandingan Biaya Angkut Golongan III Dari ketiga grafik Perbandingan Biaya ankut berdasarkan golongan I,II,III diatas dapat dilihat bahwa, panjang lintasan memberikan efek yang signifikan terhadap biaya angkut kendaraan Golongan I, II dan III yang menggunakan moda kapal ferry. Hal ini berbeda dengan biaya angkut kendaraan Golongan I, II dan III lewat Jematan Komersial ataupun Jembatan Non-Komersial, dimana panjang lintasan tidak terlalu berpengaruh terhadap biaya angkut. Dari grafik diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa biaya Angkut lewat Kapal lebih mahal daripada biaya angkut lewat Jembatan. 3) Biaya Emisi Udara Dalam Analisa Perhitungan Biaya Emisi didapatkan dari Jumlah Emisi (gram/meter) dikalikan dengan harga emisi (Rupiah/meter). Harga Emisi = $40/ton lalu di konversi dolar ke rupiah dan ton ke gram, maka didapatkan harga emisi adalah Rp4/gram. Dalam kasus ini moda pengangkutan terbagi atas 3 jenis kendaraan golongan dalam muatan 1000 orang dan muatan 2000 orang yang melintasi Jembatan dan Kapal, sedangkan emisi yang dihitung adalah Emisi NOx, CH4, CO dan CO2. Golongan III Rp 0.3 Rp 0.6 Rp Rp Golongan I Rp 1.0 Rp 1.9 Rp Rp Jemba tan Golongan II Rp 4.3 Rp 8.5 Rp Rp Golongan III Rp 13.7 Rp 7.3 Rp Rp Pemba nding Kapal Jembat an Biaya Emisi CO/meter Muatan 1000 orang Muatan 2000 orang Biaya Emisi CO2/meter Muatan Muatan 1000 orang 2000 orang Golongan I Rp 9.6 Rp 19.2 Rp 53.9 Rp Golongan II Rp 0.1 Rp 0.2 Rp 22.8 Rp 45.5 Golongan III Rp 0.1 Rp 41.3 Rp 22.8 Rp 45.5 Golongan I Rp 20.6 Rp 41.3 Rp Rp Golongan II Rp 4.3 Rp 8.5 Rp Rp 1,575.8 Golongan III Rp 2.7 Rp 5.5 Rp 1,011.4 Rp 2,022.9 Dari hasil perhitungan di atas terlihat bahwa Biaya Emisi CO2 adalah Biaya terbesar dari semua Emisi yang dikeluarkan kendaraan setiap golongan. Gol III yang melewati Jembatan mengeluarkan biaya Emisi CO2 yang terbesar yaitu Rp.1.575,8/meter untuk muatan 1000 orang dan Rp.2.022,9/meter untuk muatan 2000 orang. C. Analisa Satuan Biaya 1) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Untuk menghitung besarnya total biaya Berdasarkan Muatan dihitung dari Total Biaya Moda pengangkut per tahun dibagi dengan Jumlah yang melintasi sebuah lintasan per tahun yeng telah dikalikan dengan factor Satuan Mobil Penumpang.. Dimana Total Biaya terdiri dari Biaya investasi tiap moda dibagi dengan umur ekonomis ditambah dengan Biaya Perawatan ataupun biaya Operasional tiap tahunnya. a) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Kapal Tabel 12. Biaya Emisi Udara(Rp/meter) Pemb andin g Kapal Biaya Emisi Nox/meter Muatan Muatan orang orang Biaya Emisi CH4/meter Muatan Muatan orang orang Golongan I Rp 0.4 Rp 0.9 Rp Rp Golongan II Rp 0.1 Rp 0.2 Rp Rp Grafik 12. Biaya Satuan Kapal Berdasarkan Muatan

7 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Dari Grafik di atas terlihat bahwa rata rata Golongan II memiliki satuan biaya lebih tinggi dari pada Golongan I dan Golongan II. Hal ini dikarenakan muatan Golongan II yang menggunakan Jasa Kapal tiap tahunnya lebih banyak. Sedangkan nilai satuan biaya yang lebih tinggi terdapat pada panjang lintasan meter dengan nilai Biaya satuan Rp.176 juta/unit. a) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Kapal b) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Kapal Grafik 14. Biaya Satuan Kapal Berdasarkan Kapasitas Kapal ferry Dari Grafik di atas terlihat bahwa rata rata Golongan III memiliki satuan biaya lebih tinggi dari pada Golongan I dan Golongan II. Grafik 13. Biaya Satuan Jembatan Berdasarkan Muatan Dari Grafik di atas terlihat bahwa rata rata Golongan II memiliki satuan biaya lebih tinggi dari pada Golongan I dan Golongan II. Hal ini dikarenakan muatan Golongan II yang menggunakan Jasa Jembatan tiap tahunnya lebih banyak. Sedangkan nilai satuan biaya yang lebih tinggi terdapat pada panjang lintasan meter dengan nilai Biaya satuan Rp.169 juta/unit. 2) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Untuk menghitung besarnya total biaya Berdasarkan Kapasitas Moda dihitung dari Total Biaya Moda pengangkut dibagi dengan Jumlah berdasarkan Luasan dari moda tersebut. Dimana Total Biaya terdiri dari Biaya investasi tiap moda dibagi dengan umur ekonomis ditambah dengan Biaya Perawatan ataupun biaya Operasional tiap tahunnya. Sedangkan Jumlah dihitung berdasarkan Lane Meter Tiap moda dibagi dengan Lane Meter dari Golongan I,II, dan III kemudian dikalikan dengan factor Satuan Mobil Penumpang. b) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Jembatan Satuan total biaya Berdasarkan Kapasitas Jembatan dihitung dari Total BiayaKapal dibagi dengan Jumlah berdasarkan Lanes Meter. Dalam hal ini Satuan Biaya Jembatan dibagi menjadi 2 yaitu Jembatan dengan 1 Jalur dan Jembatan dengan 2 jalur atau lebih. Grafik 15. Biaya Satuan Jembatan 1 Jalur Berdasarkan Kapasitas Jembatan

8 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Grafik 12. Perbandingan Satuan Biaya Angkut Golongan II Grafik 16. Biaya Satuan Jembatan 2 Jalur atau lebih Berdasarkan Kapasitas Jembatan Dari Grafik di atas terlihat bahwa rata rata Golongan III memiliki satuan biaya lebih tinggi dari pada Golongan I dan Golongan II 3) Satuan Satuan Total Biaya Berdasarkan muatan Untuk menghitung besarnya biaya satuan Angkut Kapal, Jembatan Non Komersil dan Jembatan Komersil tiap golongan berdasarkan pengelompokan kategori Panjang Lintasan (dekat, menengah, jauh), maka rata rata biaya angkut tiap kelompok panjang lintasan/tahun dibagikan dengan output yang berupa penumpang. Grafik 13. Perbandingan Satuan Biaya Angkut Golongan III Satuan Biaya angkut Jembatan Non-Komersil untuk semua golongan kendaraan di Kelompok panjang lintasan Dekat mempunyai biaya angkut yang paling rendah yaitu Rp.90/orang untuk kendaraan Golongan I, Rp.755/orang untuk kendaraan Golongan II, dan Rp.875/orang untuk kendaraan Golongan III. Moda Kapal memiliki biaya satuan Angkut yang paling mahal untuk semua golongan kendaraaan (I,II,III) dan semua Kelompok panjang Lintasan (Dekat-Menengah- Jauh). 4) Satuan Biaya Emisi NOx, CH4,CO, dan CO2 Untuk menghitung besarnya satuan Biaya Emisi NOx, CH4, CO dan CO2 tiap golongan kendaraan berdasarkan pengelompokan kategori Panjang Lintasan (dekat, menengah, jauh), maka rata rata biaya emisi tiap golongan/tahun dibagikan dengan output yang berupa penumpang. Grafik 11. Perbandingan Satuan Biaya Angkut Golongan I Grafik 14. Perbandingan Satuan Biaya Emisi Golongan I

9 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (Januari, 2014) ISSN: Umum Badan Penelitian dan Pengembangan PUSLITBANG JALAN DAN JEMBATAN atas bantuan informasi yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Grafik 15. Perbandingan Satuan Biaya Emisi Golongan II DAFTAR PUSTAKA [1] Tamin, Ofyar Z. (2000). Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung : 2000 [2] Prasetyo B. (2012). Analisis dampak Pengoperasian Jembatan selat Sunda. Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya [3] Pratiwi, Ni P. I. (2013). Internalisasi Biaya eksternal pada angkutan Laut BBM Domestik. Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya [4] Rasyid, A, (2008). Pemodelan Analisa Biaya Manfaat Pembangunan Jembatan Sebagai Alternatif Pendukung Transportasi (Studi Kasus : Jembatan Suramadu), Institut Teknologi sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya Grafik 16. Perbandingan Satuan Biaya Emisi Golongan III Satuan Biaya Emsi CO2 di Kelompok Panjang Lintasan Jauh untuk semua golongan kendaraan yang melewati Jembatan dan Kapal mempunyai biaya Emsi yang paling tinggi. Satuan Biaya Emsi CH4 Golongan I di Kelompok Panjang Lintasan Dekat memiliki Satuan Biaya yang paling rendah yaitu Rp.2,1/orang. Sedangkan Satuan Biaya Emsi CO2 Golongan III di Kelompok Panjang Lintasan Jauh memiliki Satuan Biaya yang paling tinggi yaitu Rp 8,723,556.7/orang. IV. KESIMPULAN/RINGKASAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa ditinjau dari komponen biaya yaitu total biaya, biaya angkutan kendaraan, dan biaya emisi, dapat disimpulkan bahwa kapal merupakan sarana yang lebih baik dari pada jembatan Jalur 1 dan jalur 2 atau lebih. Biaya investasi Kapal lebih murah daripada Jembatan Ketika panjang lintasan di atas 1 kilometer, panjang lintasan di bawah 1 kilometer jembatan lebih murah. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Ing. Setyo Nugroho atas bimbingan selama penelitian. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada karyawan dan staff PT. ASDP Indonesia (persero) dan Kementerian Pekerjaan

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Ujian Tugas Akhir ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA Oleh : BONUS PRASETYO 4105.100.058 Pembimbing : FIRMANTO HADI, S.T., M.Sc. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Jawa dan Sumatra merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA

ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA ANALISIS DAMPAK PENGOPERASIAN JEMBATAN SELAT SUNDA BONUS PRASETYO 4105100058 Abstrak : Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsentrasi logis yaitu tumbuhnya lalulintas transportasi

Lebih terperinci

STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI

STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI E134 STUDI POTENSI PEMISAHAN PELABUHAN BARANG DI PADANG BAI Dewa Gde Mahatma Pandhit., Ir. Murdjito, M.Sc.Eng. dan Christino Boyke S.P., S.T., M.T. Bidang Studi Transportasi Laut, Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU Oleh: Imam Yanuar 3308 100 045 Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN

FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 FEASIBILITY STUDY PEMBANGUNAN JALAN DARI TERMINAL MASARAN - RINGROAD BANGKALAN Muslim Hamidi, Anak Agung Gde Kartika, ST,

Lebih terperinci

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang Ramadhani 1 dan Achmad Machdor Alfarizi 2 Jurusan Teknik Sipil Universitas IBA Palembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman, teknologi yang berkembang pun semakin pesat. Salah satu teknologi tersebut adalah kendaraan roda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini.

BAB II DASAR TEORI. Tipe jalan pada jalan perkotaan adalah sebagai berikut ini. BAB II DASAR TEORI 2.1. Umum Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam konektifitas suatu daerah, sehingga kegiatan distribusi barang dan jasa dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Besarnya tarif tol tidak boleh melebihi 70 % nilai BKBOK yang merupakan selisih antara BOK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA II - 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tarif Tol Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol. Menurut UU No.38 2004 tentang Jalan, tarif tol dihitung berdasarkan kemampuan bayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan membawa konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk pemenuhan kebutuhan barang dan

Lebih terperinci

TESIS STUDI KELAYAKAN PENYEBERANGAN LAUT KENDARAAN ANGKUTAN BARANG ANTARA PELABUHAN JANGKAR SITUBONDO-PELABUHAN LEMBAR LOMBOK NTB

TESIS STUDI KELAYAKAN PENYEBERANGAN LAUT KENDARAAN ANGKUTAN BARANG ANTARA PELABUHAN JANGKAR SITUBONDO-PELABUHAN LEMBAR LOMBOK NTB TESIS STUDI KELAYAKAN PENYEBERANGAN LAUT KENDARAAN ANGKUTAN BARANG ANTARA PELABUHAN JANGKAR SITUBONDO-PELABUHAN LEMBAR LOMBOK NTB Diajukan Oleh : SONI SUDARSO NIM : 147.151.0.0801 Pembimbing 1 : Dr. Sri

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI

TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI TINJAUAN PENURUNAN EMISI DARI KEGIATAN KAPAL FERRY PADA PELABUHAN MERAK BAKAUHENI Shanty Manullang, Arif Fadillah *) Ginanjar Raganata **) *) Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, **) Mahasiswa pada

Lebih terperinci

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) 1 Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas) Made Ary Januardana, Tri Achmadi Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) D216 Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Untuk Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor Di Surabaya (Studi Kasus: Koridor Jalan Tandes Hingga Benowo) Afrizal Ma arif dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_ ANALISI DAN PERHITUNGAN BIAYA OPERASIONAL KAPAL TERHADAP TARIF ANGKUTAN KAPAL CEPAT STUDI KASUS : KM. EXPRES BAHARI LINTAS PALEMBANG-MUNTOK. Ramadhani *, Achmad Machdor Alfarizi ** *Dosen Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau rintangan lainnya. Tujuan jembatan adalah untuk membuat

Lebih terperinci

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)

Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-17 Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) Ardyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi Lampung, Indonesia. Berdasarkan Profil Penataan Ruang Kabupaten dan Kota Provinsi Lampung Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut

BAB 1 PENDAHULUAN. a. Meningkatkan pelayanan transportasi laut nasional. c. Meningkatkan pembinaan pengusahaan transportasi laut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri jasa angkutan laut dengan menggunakan kapal laut merupakan jasaangkutan yang berperan dalam jasa pengangkutan barang dan penumpang. Sektortransportasi selain

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai

Lebih terperinci

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER

2015 RANCANG BANGUN SISTEM APLIKASI PERAMALAN JUMLAH MUATAN KAPAL RO-RO DENGAN METODE WINTER S TIGA PARAMETER BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas latar belakang dilakukannya penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, manfaat penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. 1.1. Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan

Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan Pratiwi Wuryaningrum,

Lebih terperinci

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela

2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela No.140, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Barang di Laut. Komponen Penghasilan. Biaya Yang Diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar 1. PENDAHULUAN Pencemaran udara terutama di kota kota besar telah menyebabkan menurunnya kualitas udara sehingga mengganggu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIAYA OPERASI KENDARAAN JENIS MINIBUS BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SOLAR

PERBANDINGAN BIAYA OPERASI KENDARAAN JENIS MINIBUS BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SOLAR PERBANDINGAN BIAYA OPERASI KENDARAAN JENIS MINIBUS BERBAHAN BAKAR BENSIN DAN SOLAR Lucky Nugraha NRP : 0021101 Pembimbing : Ir. WIMPY SANTOSA., M. Eng., MSCE., Ph. D FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG

PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 PERENCANAAN RUTE ANGKUTAN PEDESAAN SEBAGAI PENGUMPAN (FEEDER) DARI KECAMATAN KALIDAWIR MENUJU KOTA TULUNGAGUNG Rizzal Afandi, Ir. Wahju Herijanto, MT Teknik

Lebih terperinci

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.603, 2017 KEMENHUB. Angkutan Penyeberangan Lintas Antarprovinsi. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun

Lebih terperinci

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur

2017, No Republik Indonesia Nomor 5070) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peratur No.101, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Laut Perintis. Komponen Penghasilan. Biaya Yang Diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 2 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN TARIF KAPAL FERRY RO-RO KMP AWUAWU LINTASAN BARRU-BATULICIN

ANALISA KELAYAKAN TARIF KAPAL FERRY RO-RO KMP AWUAWU LINTASAN BARRU-BATULICIN PROSIDING 2011 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK ANALISA KELAYAKAN TARIF KAPAL FERRY RO-RO KMP AWUAWU LINTASAN BARRU-BATULICIN Abdul Haris Djlante (1) Farianto (1) Hendra Wijaya (1) Dosen tetap Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian adalah tata cara yang lebih terperinci mengenai tahap-tahap dalam melakukan sebuah penelitian yang output akhirnya berupa penarikan kesimpulan mengenai

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya

Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan Raya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN 2337-3539 (2301-9271 Printed) E-16 Studi Kelayakan Pembangunan Fly Over Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong Ditinjau dari Segi Lalu Lintas dan Ekonomi Jalan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG TARIF JARAK BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH ANGKUTAN PENUMPANG ANTAR KOTA DALAM PROVINSI KELAS EKONOMI MENGGUNAKAN MOBIL BUS UMUM

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6

LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6 LAPORAN SEMENTARA ANALISA DAN EVALUASI ANGKUTAN LEBARAN TAHUN 2011 (1432 H) PADA H-7 S.D H+6 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JL. MEDAN MERDEKA BARAT NO. 8 JAKARTA 10110 Tel : +6221-3506121, 3506122, 3506124 Fax

Lebih terperinci

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN

ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN ANALISIS KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DARI PENGOPERASIAN KAPAL 5000 GT DI PERAIRAN GRESIK-BAWEAN Yudi Hermawan N.R.P. 4106 100 062 Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Transportasi Laut Institut Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL PASURUAN Oleh : CITTO PACAMA FAJRINIA 3109100071 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-47 Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen Rendy Prasetya Rachman dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA

KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA KINERJA LALU LINTAS JALAN DIPONEGORO JALAN PASAR KEMBANG TERHADAP PEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER PASAR KEMBANG SURABAYA TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar SarjanaTeknik

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya Yessie Afriana W, dan A.A. Gde Kartika Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat

BAB III LANDASAN TEORI. maupun taksi kosong (Tamin, 1997). Rumus untuk menghitung tingkat BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Okupansi Okupansi merupakan perbandingan prosentase antara panjang perjalanan taksi isi penumpang dengan total panjang taksi berpenumpang maupun taksi kosong (Tamin, 1997).

Lebih terperinci

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN

KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN TUGAS AKHIR KAJIAN ASPEK TEKNIS DAN ASPEK EKONOMIS PROYEK PACKING PLANT PT. SEMEN INDONESIA DI BANJARMASIN DIYAH TRI SULISTYORINI - 3111.105.037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara Pendahuluan Program Low Cost Green Car (LCGC) merupakan program pengadaan mobil ramah lingkungan yang diproyeksikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana IV-27 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat tergantung pada sarana transportasi laut sebagai sarana penghubung utama antara pulau. Distribusi barang antara

Lebih terperinci

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya

Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Jalan Walikota Mustajab Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Analisis Parkir Kendaraan Mobil Di Ruas Walikota Mustajab Surabaya Dewi Maulita, Cahya Buana, ST., MT., Istiar, ST., MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO Moses Ricco Tombokan Theo K. Sendow, Mecky R. E. Manoppo, Longdong Jefferson Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi)

Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi) JURNAL TUGAS AKHIR, ITS (Juli,2014) 1 Analisis Dampak Pendalaman Alur Pada Biaya Transportasi (Studi Kasus : Sungai Musi) Wina Awallu Shohibah, Firmanto Hadi, dan Irwan Tri Yunianto Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Persimpangan jalan adalah simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai pendekat bertemu dan memencar meninggalkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA Gina Adzani, Ir. Wahju Herijanto, MT. Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis

Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (23) ISSN: 2337-3539 (23-927 Print) G-49 Pemilihan Supplier dan Penjadwalan Distribusi CNG dengan Pemodelan Matematis Ludfi Pratiwi Bowo, AAB. Dinariyana, dan RO. Saut

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK) Christian Yosua Palilingan J.A. Timboeleng, M. J. Paransa Fakultas Teknik

Lebih terperinci

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH

3.1. IDENTIFIKASI MASALAH BAB III METODOLOGI Secara garis besar, langkah kerja dalam penyusunan tugas akhir ini meliputi : 3.1. IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah merupakan peninjauan pokok permasalahan untuk dijadikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang dengan ruang kegiatan lainnya, sebagai suatu kegiatan memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL PENYEBERANGAN SEBAGAI SARANA TRASNPORTASI LAUT RUTE PULAU PADANG- BENGKALIS

PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL PENYEBERANGAN SEBAGAI SARANA TRASNPORTASI LAUT RUTE PULAU PADANG- BENGKALIS PENENTUAN UKURAN UTAMA KAPAL PENYEBERANGAN SEBAGAI SARANA TRASNPORTASI LAUT RUTE PULAU PADANG- BENGKALIS M.Firdaus 1, Pramudya I.S 2, Soejitno 3 Program Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Mineral dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama

Lebih terperinci

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok

Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok G92 Desain Kapal 3-in-1 Penumpang-Barang- Container Rute Surabaya Lombok I Gede Hadi Saputra dan Hesty Anita Kurniawati Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Tahapan tahapan yang akan dilakukan dalam menentukan tarif pada bus Mayasari Bakti patas 98A Trayek Pulogadung Kampung Rambutan dapat dilihat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Kebutuhan akan transportasi timbul dari kebutuhan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memungkinkan perpindahan manusia atau barang dari suatu

Lebih terperinci

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km

Sungai Musi mempunyai panjang ± 750 km STUDI PENETAPAN TARIF ALUR PELAYARAN (CHANNEL FEE) : STUDI KASUS SUNGAI MUSI Septyan Adi Nugroho, Murdjito Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PENGGUNA JEMBATAN SELAT SUNDA MENGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

KAJIAN POTENSI PENGGUNA JEMBATAN SELAT SUNDA MENGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE Penyeberangan Ferry Merak - Bakauheni KAJIAN POTENSI PENGGUNA JEMBATAN SELAT SUNDA MENGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE oleh : Sasana Putra, M.T. Paul A. Halomoan, MSc. Jembatan Selat Sunda ± 31 km Latar

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.497, 2016 KEMHUB. Angkutan Penyebrangan. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2016 TENTANG TARIF ANGKUTAN PENYEBERANGAN

Lebih terperinci

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA

MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK MODEL PERMINTAAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN BAJOE-KOLAKA Jurusan Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya

Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Kelayakan Jalan Arteri Lingkar Luar Barat Surabaya Yessie Afriana W, A.A. Gde Kartika, ST, MSc. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep)

Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten Sumenep) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Model Konseptual Perencanaan Transportasi Bahan Bakar Minyak (BBM) Untuk Wilayah Kepulauan (Studi Kasus: Kepulauan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Fungsi Jalan Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan, sistem jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas

Lebih terperinci

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya EVALUASI PENYEDIAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERDASARKAN SEGMEN TERPADAT, RATA-RATA FAKTOR MUAT DAN BREAK EVEN POINT (Studi Kasus: Trayek Terminal Taman-Terminal Sukodono) Ibnu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1811, 2014 KEMENHUB. Angkutan. Penyebrangan. Antarprovinsi. Tarif. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 58 TAHUN 2014 TENTANG TARIF

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil

Lebih terperinci

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru

Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru Analisis Manajemen Waktu dan Biaya Rute Penyeberangan Baru Dr. Ir. Sunaryo M.Sc 1), Kiki Juniarko 2) 0806 459 236 Email : red.kijun@gmail.com Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan

Lebih terperinci

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh Arini Ekaputri Junaedi ( ) Dosen Pembimbing Yudha Prasetyawan, S.T., M.Eng. PERUMUSAN SKENARIO KEBIJAKAN SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN DI SURABAYA BERDASARKAN EVALUASI DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN LINGKUNGAN : SEBUAH PENDEKATAN SISTEM DINAMIK Disusun Oleh Arini Ekaputri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Transportasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi adalah suatu proses pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat asal menuju tempat tujuan yang dipisahkan oleh jarak geografis (Departemen Perhubungan,

Lebih terperinci

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur Oleh: Fitri Arini 3306 100 073 Latar Belakang Masalah Surabaya sebagai kota metropolitan, dagang dan jasa Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.

ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM. 1 ANALISIS WAKTU TEMPUH PERJALANAN KENDARAAN RINGAN KOTA SAMARINDA ( Studi Kasus JL. S. Parman- Ahmad Yani I- Ahmad Yani II- DI. Panjaitan- PM.Noor ) Faisal 1) Purwanto, ST.,MT 2) Zonny Yulfadly, ST.,MT

Lebih terperinci

TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBERANGAN SURABAYA - MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA

TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBERANGAN SURABAYA - MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA TINJAUAN EKONOMIS ALIH FUNGSI KAPAL FERI PENYEBERANGAN SURABAYA - MADURA SEBAGAI KAPAL PARIWISATA Agung Laksana Y A H 1, Indra Taufiqi R I B 2, Bambang Teguh Setiawan 3, Gaguk Suhardjito 4, 1,2,3,4 Politeknik

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG TARIF TERPADU ANGKUTAN PENYEBERANGAN UNTUK PENUMPANG KELAS EKONOMI, KENDARAAN, ALAT - ALAT BERAT / BESAR LINTAS KABUPATEN /

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: 2301-9271 E-75 Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya Devina Octavianti dan Hera Widyastuti Jurusan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Industri pelayaran merupakan salah satu industri padat modal (capital intensive), dikarenakan tingginya biaya modal yang dibutuhkan untuk membeli suatu kapal (Luo dan

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

Bab II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI Bab II Dasar Teori 2.1 Literatur review Untuk melengkapi penulisan Tugas Akhir ini, maka sebagai Literatur revew, penulis membaca beberapa Buku Tugas Akhir yang terdapat di Perpustakaan

Lebih terperinci

Gol I. Gol IIb. Gol I

Gol I. Gol IIb. Gol I 22 Tipe Kendaraan Toyota Avanza 1.3 G Manual Harga : Rp 154.350.000,- (www.toyota.com) Tipe Ban TURANZA HR ER-37 (185/55 R16): Rp 1.156.000,-/Buah (www.situsotomotif.com) Bahan Bakar Bensin : Rp 4.500,-/liter

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM

Lebih terperinci

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan

Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di Pelabuhan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-130 Desain Konseptual Hybrid Propulsion Mesin Diesel dengan Motor Listrik pada Tugboat 70 Ton Bollard Pull Untuk Aplikasi di

Lebih terperinci

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) 1 Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri) Deka Agrapradhana, Ir. Ervina Ahyudanari ME, Ph.D. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB TEMU ILMIAH IPLBI 06 Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB Febby Nugrayolanda Program Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Intensitas penggunaan angkutan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PENGANGKUTAN PETI KEMAS JAKARTA SURABAYA ANTARA JALUR DARAT DAN JALUR LAUT DENGAN KAPAL RO-RO. Eko Dafiyani.

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PENGANGKUTAN PETI KEMAS JAKARTA SURABAYA ANTARA JALUR DARAT DAN JALUR LAUT DENGAN KAPAL RO-RO. Eko Dafiyani. ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA PENGANGKUTAN PETI KEMAS JAKARTA SURABAYA ANTARA JALUR DARAT DAN JALUR LAUT DENGAN KAPAL RO-RO Eko Dafiyani Sunaryo Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci