PEMODELAN BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN NGAWI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION. Latifah Ayunin 1 dan Sutikno 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMODELAN BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN NGAWI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION. Latifah Ayunin 1 dan Sutikno 2"

Transkripsi

1 PEMODELAN BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN NGAWI DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION Latifah Ayunin 1 dan Sutikno 2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya 2 Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika, ITS, Surabaya latifah.ayunin@yahoo.com; sutikno@statistika.its.ac.id Abstrak Status gizi balita merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Faktor penyebab masalah gizi dapat berbeda antar wilayah atau antar kelompok masyarakat sehingga dalam penelitian ini digunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR) untuk mendapatkan faktor penyebab gizi buruk di tiap kecamatan di Kabupaten Ngawi. GWR merupakan metode statistika yang digunakan untuk menganalisis heterogenitas spasial. Heterogenitas spasial merujuk pada variasi yang terdapat di setiap lokasi. Aspek spasial penting untuk dikaji pada kejadian gizi buruk karena adanya keragaman karakteristik antar wilayah, selain itu faktor geografis merupakan salah satu penyebab kesenjangan status gizi antar wilayah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola persebaran kejadian gizi buruk di Kabupaten Ngawi menunjukkan pola menyebar sehingga diindikasikan bahwa terdapat variasi secara spasial. Model GWR menghasilkan R 2 lebih besar daripada model OLS (ordinary least square), yaitu 96,79%, dan sum squares error (SSE) yang lebih kecil, yaitu 0,5784. Faktor geografis nyata berpengaruh terhadap kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk berbeda-beda antar kecamatan. Kata kunci: Geographically Weighted Regression, Gizi Buruk, Heterogenitas Spasial, OLS. 1. PENDAHULUAN Status gizi masyarakat merupakan salah satu indikator kesehatan yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara. Status gizi masyarakat sering digambarkan dengan tingkat masalah gizi pada kelompok balita. Persoalan gizi pada kelompok balita masih menjadi masalah serius bagi sebagian besar kabupaten/kota di Indonesia. Balita digolongkan gizi kurang atau gizi buruk berisiko memiliki masa depan suram karena dampak jangka panjang dari kurangnya gizi mereka. Kekurangan gizi dapat berakibat pada menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda berarti hilangnya sebagian besar potensi pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa. Secara umum prevalensi gizi buruk di Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,4 persen dan gizi kurang 13,0 persen atau 18,4 persen untuk gizi buruk dan kurang (Depkes RI, 2009). Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20 persen dan target MDGs (Millenium Development Goals) untuk Indonesia sebesar 18,5 persen maka secara nasional target-target tersebut sudah terlampaui. Walaupun target nasional tercapai, namun pencapaian tersebut belum merata di setiap provinsi. Di antara provinsi di Indonesia pada tahun 2007, posisi Jawa Timur jika dilihat dari tingkat status gizi buruk, termasuk ke dalam kelompok menengah dengan 4,80 persen balita digolongkan gizi buruk. Jawa Timur termasuk ke dalam empat provinsi yang selama 5 tahun berturut-turut ( ) berada pada kategori 10 provinsi dengan kasus balita gizi buruk tertinggi (Siswono, 2010). Tingkat balita gizi buruk di tiap kabupaten/kota di Jawa Timur sangat beragam. Kabupaten Ngawi merupakan salah satu daerah dengan tingkat balita menderita gizi buruk cukup tinggi. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi, pada tahun 2008 dari jumlah balita ditimbang di Ngawi sebanyak terdapat 262 balita menderita gizi buruk. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada tahun 2007 yaitu sebanyak 257 balita menderita gizi buruk. Kabupaten Ngawi merupakan salah satu dari sepuluh daerah yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi penanganan gizi buruk atau kekurangan gizi pada balita di Provinsi Jawa Timur. Hal ini dikarenakan sepuluh daerah tersebut termasuk dalam daerah merah atau daerah yang termasuk dalam kategori gizi buruk berdasarkan data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim (Anonim, 2011). Masalah gizi memiliki dimensi yang luas, tidak hanya merupakan masalah kesehatan tetapi juga meliputi masalah sosial, ekonomi, budaya, pola asuh, pendidikan dan lingkungan. Pendekatan penanggulangan masalah gizi harus melibatkan berbagai sektor yang terkait dan upaya perbaikan gizi pada balita dapat 1

2 dilakukan dengan mengkaji lebih dalam faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada balita. Faktor yang menyebabkan timbulnya masalah gizi dapat berbeda antar wilayah ataupun antar kelompok masyarakat, bahkan dapat berbeda antar kelompok usia balita (Lestrina, 2009). Faktor geografis merupakan salah satu penyebab kesenjangan status gizi antar wilayah. Faktor geografis berpengaruh pada mobilitas penduduk dan akses masyarakat terhadap pangan, pelayanan gizi dan kesehatan primer maupun rujukan. Penelitian tentang gizi buruk telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Andarwati (2007), Paramita (2008), Hayati (2009), dan Riskiyanti (2010). Andarwati (2007) meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita pada keluarga petani di Kabupaten Wonosobo. Penelitian tersebut mengkaji hubungan secara parsial antara variabel respon dengan tiap variabel prediktor dengan menggunakan uji Chi-square. Paramita (2008) melakukan klasifikasi terhadap status gizi balita di Kabupaten Nganjuk. Metode yang digunakan adalah bagging regresi logistik ordinal. Hayati (2009) melakukan pengelompokkan kabupaten/kota di Jawa Timur berdasarkan status gizi buruk balita. Riskiyanti (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi multivariat. Di Indonesia penelitian mengenai balita gizi buruk sudah banyak dilakukan, namun penelitian yang mengkaji tentang balita gizi buruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi dengan mempertimbangkan aspek spasial masih terbatas. Aspek spasial penting untuk dikaji karena adanya keragaman karakteristik antar wilayah. Keragaman karakteristik antar kecamatan di Ngawi menentukan kualitas kesehatan pada wilayah tersebut. Sehingga cukup beralasan apabila faktor yang signifikan terhadap variabel respon, yang dalam penelitian ini adalah balita gizi buruk di Ngawi, tentu akan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah yang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu metode permodelan statistik dengan memperhitungkan aspek spasial. Dengan menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR) diharapkan mampu menghasilkan model balita gizi buruk yang spesifik di tiap wilayah sehingga semakin informatif dan aplikatif. Beberapa penelitian yang menggunakan GWR mempunyai kinerja cukup baik, seperti penelitian yang dilakukan oleh Propastin, Kappas dan Stefan (2007) dan Arumsari dan Sutikno (2010). Propastin et al. (2007) meneliti tentang hubungan spasial antara NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan dua faktor iklim, yaitu curah hujan dan suhu. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model GWR memiliki kinerja lebih baik dibandingkan model ordinary least square (OLS) dengan pertimbangan adanya variasi spasial. Arumsari dan Sutikno (2010) 2 meneliti tentang faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian diare di Kabupaten Tuban. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model GWPR memiliki nilai R-square terbesar dan AICc terkecil dibandingkan model regresi OLS dan poisson. Penelitian ini membahas mengenai gambaran kejadian balita gizi buruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi melalui peta tematik serta menyusun model regresi untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi buruk untuk tiap kecamatan di Kabupaten Ngawi. 2. MODEL REGRESI Analisis regresi merupakan suatu analisis yang digunakan untuk membuat model atau pola hubungan antara variabel prediktor dan variabel respon. Model persamaan regresi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut (Fotheringham, Brunsdon, dan Charlton, 2002). y = β + β x + ε ; i = 1, 2,.., n; k = 1,2,, p (1) Model regresi klasik biasanya didefinisikan untuk model regresi linier berganda dengan metode estimasi parameter ordinary least square (OLS). Metode OLS digunakan dengan tujuan untuk meminimumkan sisaan (error). Dalam melakukan analisis regresi harus memenuhi beberapa asumsi tertentu terhadap residual, yaitu independen, identik dan berdistribusi normal N(0,σ 2 ). Anselin (1988) menjelaskan bahwa karakteristik data spasial yaitu memiliki sifat error yang saling berkorelasi (dependensi spasial) dan atau heterogenitas spasial. Dependensi spasial menunjukkan bahwa pengamatan di suatu lokasi bergantung pada pengamatan di lokasi lain yang letaknya berdekatan. Pengukuran dependensi spasial dapat menggunakan Moran s I. Pengujian dependensi spasial menggunakan hipotesis sebagai berikut. H 0 : λ = 0 (tidak ada dependensi dalam error) H 1 : λ 0 (ada dependensi dalam error) H 0 ditolak jika Z I > Z α/2, dimana nilai Z I didapat melalui I E(I) Z = (2) dengan I = (n/s)[e We]/e e E(I) = (n/s) tr(mw)/(n k) Var(I) Var(I) = (n/s) [tr(mwmw ) + tr(mw) + (tr(mw)) d E(I) Dimana e merupakan vektor residual model regresi OLS, W merupakan matriks penimbang spasial, s merupakan jumlah seluruh elemen dari matriks penimbang spasial dan M = (I X(X X) -1 X ). Heterogenitas spasial merujuk pada variasi yang terdapat di setiap lokasi. Terjadinya heterogenitas spasial dapat disebabkan oleh kondisi unit-unit spasial di dalam suatu wilayah penelitian yang pada dasarnya

3 tidaklah homogen. Heterogenitas data secara spasial dapat diuji dengan menggunakan statistik uji Breusch- Pagan (BP) yang mempunyai hipotesis sebagai berikut. H 0 : σ 2 1 = σ 2 2 = = σ 2 n = σ 2 H 1 : minimal ada satu σ 2 i σ 2 Nilai uji BP adalah BP = (1/2)f T Z(Z T Z) -1 Z T f (3) dengan elemen vektor f adalah f = 1 dimana e i merupakan least square residual untuk observasi ke-i dan Z merupakan matriks berukuran n x (p+1) yang berisi vektor yang sudah dinormalstandarkan (z) untuk setiap observasi. Tolak H 0 bila BP > χ 2 (p). Geographically Weighted Regression (GWR) adalah metode statistika yang digunakan untuk menganalisis heterogenitas spasial. Model GWR merupakan pengembangan dari model regresi global pada persamaan (1). Model ini merupakan model regresi linier lokal yang menghasilkan penaksir parameter model yang bersifat lokal untuk setiap titik atau lokasi dimana data tersebut dikumpulkan. Model GWR dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut (Fotheringham et al., 2002). y = β (u, v ) + β (u, v )x + ε ; i = 1, 2,, n (4) Dimana y i merupakan nilai observasi variabel respon ke-i, x ik adalah nilai observasi variabel prediktor k pada pengamatan ke-i, u i,v i merupakan titik koordinat (bujur, lintang) lokasi i, β 0 (u i,v i ) adalah nilai intercept model regresi GWR, β k (u i,v i ) adalah koefisien regresi dan ε adalah random error dengan asumsi independen, identik dan berdistribusi normal N(0, σ 2 ). Berbeda dengan regresi global yang nilai parameter modelnya konstan, maka parameter model GWR berbeda-beda pada setiap lokasi. Data observasi yang berdekatan dengan titik ke-i mempunyai pengaruh yang besar pada estimasi β (u, v ) dibandingkan data yang berada jauh dari titik ke-i. Model GWR mengukur hubungan model pada semua titik ke-i. Koefisien GWR diprediksi secara independen pada setiap lokasi dengan menggunakan metode weighted least squares (WLS), yaitu dengan memberikan pembobot yang berbeda untuk setiap lokasi (Charlton dan Fotheringham, 2009). Estimasi parameter model GWR untuk setiap lokasinya adalah β (u, v ) = (X W(u, v )X) X W(u, v )y (5) dimana β merupakan estimasi dari β dan W(u i,v i ) adalah matrik diagonal pembobot yang elemen diagonalnya menunjukkan pembobot yang bervariasi dari setiap prediksi parameter pada lokasi i. Salah satu bobot fungsi kernel yang digunakan adalah fungsi Gaussian sebagai berikut. w = exp 1 2 d b (6) 3 Dimana d = (u u ) + (v v ) adalah jarak euclidean antara pengamatan pada titik ke-i dan ke-j, b merupakan bandwidth. Bandwidth dapat dianalogikan sebagai radius dari suatu lingkaran, sehingga sebuah titik yang berada di dalam radius lingkaran masih dianggap memiliki pengaruh. Di dalam pembentukan sebuah model GWR, bandwidth berperan sangat penting karena akan berpengaruh pada ketepatan model terhadap data, yaitu mengatur varians dan bias dari model. Nilai bandwidth yang sangat kecil akan menyebabkan varians menjadi semakin besar. Sebaliknya nilai bandwidth yang besar dapat menimbulkan bias yang semakin besar. Pemilihan bandwidth yang optimal dapat menggunakan kriteria Cross Validation (CV) sebagai berikut. CV = [y y (b)] (7) Dimana y (b) merupakan nilai penaksir y i dengan pengamatan pada lokasi (u i,v i ) dihilangkan dari proses penaksiran. Nilai bandwidth yang optimal ditunjukkan dengan skor CV minimum. Dalam mengkaji prosedur pengujian model GWR dilakukan pengujian untuk mendeteksi apakah model GWR dapat menjelaskan model lebih baik dibandingkan dengan model OLS atau tidak. Bentuk hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut. H 0 : β k (u i,v i ) = β k, k = 1,2,,p H 1 : paling sedikit ada satu β k (u i,v i ) β k Statistik uji yang digunakan yaitu F = SSE (H )/[δ δ ] (8) SSE (H )/ n p 1 dimana SSE (H 0 ) merupakan SSE untuk regresi global dan SSE (H 1 ) merupakan SSE untuk model GWR. Jika hipotesis null (H 0 ) adalah benar berdasarkan data yang diberikan, maka nilai SSE (H 0 ) akan sama dengan nilai SSE (H 1 ). Akibatnya ukuran SSE (H 1 )/SSE (H 0 ) akan mendekati satu, sebaliknya jika H 0 tidak benar maka nilainya cenderung mengecil (Leung et. al., 2000 dalam Sugiyanto, 2008). Pengujian parameter model dilakukan dengan menguji parameter secara parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui parameter mana saja yang signifikan mempengaruhi variabel responnya. Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut. H 0 : β k (u i,v i ) = 0 H 1 : β k (u i,v i ) 0 ; k = 1,2,, p Statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut. T = β (u, v ) (9) σ g Dimana g kk adalah elemen diagonal ke-k dari matrik GG T dengan G = (X T W(u i,v i )X) -1 X T W(u i,v i ). T akan mengikuti distribusi t dengan derajat bebas [δ δ ]. Jika diberikan taraf signifikansi sebesar α, maka keputusan diambil dengan menolak H 0 jika nilai t > t ;.

4 3. DEFINISI GIZI BURUK Gizi buruk merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan energi dan protein menahun pada balita. Kekurangan Energi Protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan seharihari dan atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002). Keadaan gizi buruk pada masa bayi dan balita memiliki tanda-tanda klinis kwashiorkor, marasmus, dan kwashiorkor-marasmik. Penentukan klasifikasi status gizi yang digunakan di Indonesia adalah merujuk pada WHO-NCHS (National Centre for Health Statistics, USA). Klasifikasi status gizi masyarakat menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI tahun 1999 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999 Kategori Cut of Point* Gizi lebih >120% median BB/U baku WHO-NCHS, 1983 Gizi baik 80% - 120% median BB/U baku WHO- NCHS, 1983 Gizi sedang 70% - 79,9% median BB/U baku WHO- NCHS, 1983 Gizi kurang 60% - 69,9% median BB/U baku WHO- NCHS, 1983 Gizi buruk <60% median BB/U baku WHO-NCHS, 1983 * Laki-laki dan perempuan sama Unicef dan Johnson (1992) dalam Supariasa et al. (2002) menyajikan model interalasi tumbuh kembang anak dengan melihat penyebab dasar, sebab tidak langsung dan sebab langsung. Sebab langsung adalah kecukupan makanan dan keadaan kesehatan. Penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak, serta pemanfaatan layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Sedangkan faktorfaktor yang mempengaruhi status balita gizi buruk secara tidak langsung menurut Hayati (2009) antara lain tingkat pendidikan ibu, kondisi tempat tinggal, ketersediaan pangan, ketersediaan air bersih, sanitasi lingkungan, pelayanan gizi dan penyuluhan perilaku sehat. 4. METODOLOGI PENELITIAN Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi dan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur. Data ini mencakup data balita gizi buruk dan faktor-faktor yang mempengaruhi status balita gizi buruk tahun 2009 di 19 kecamatan di Kabupaten Ngawi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi variabel respon dan variabel prediktor. Variabel respon adalah kejadian gizi buruk. Variabel 4 prediktor adalah rasio jumlah sarana kesehatan dengan jumlah balita (X 1 ), persentase bayi mendapat ASI eksklusif (X 2 ), persentase balita mendapat vitamin A (X 3 ), persentase rumah tangga yang dapat mengakses air bersih (X 4 ), persentase bayi BBLR (X 5 ), dan persentase rumah tangga miskin (X 6 ). Tahapan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menjawab tujuan pertama dilakukan dengan mendeskripsikan variabel kejadian gizi buruk dan variabel-variabel prediktor yang meliputi rasio jumlah sarana kesehatan dengan jumlah balita, persentase bayi mendapat ASI eksklusif, persentase balita mendapat vitamin A, akses air bersih, bayi BBLR, dan persentase rumah tangga miskin dengan menggunakan peta tematik. 2. Untuk menjawab tujuan kedua dilakukan dengan menyusun model regresi. a. Mengidentifikasi pola hubungan antara variabel kejadian gizi buruk dan masing-masing variabel prediktor rasio jumlah sarana kesehatan dengan jumlah balita, persentase bayi mendapat ASI eksklusif, persentase balita mendapat vitamin A, akses air bersih, bayi BBLR, dan persentase rumah tangga miskin, dengan menggunakan scatterplot dan analisis korelasi. b. Memodelkan kejadian balita gizi buruk dan variabel prediktornya dengan regresi OLS. c. Menguji asumsi residual IIDN (0,σ 2 ) pada model regresi OLS. d. Memodelkan kejadian balita gizi buruk dan variabel prediktornya dengan regresi spasial melalui pendekatan titik. i) Menentukan nilai bandwidth optimum berdasarkan kriteria Cross Validation (CV). Perhitungan CV dilakukan hingga mendapatkan nilai CV minimum. ii) Menentukan matriks pembobot dengan menggunakan fungsi kernel Gaussian. iii) Menaksir parameter model GWR dengan menggunakan bandwidth optimum. e. Membandingkan hasil yang didapat antara pemodelan dengan regresi OLS dan GWR dengan menggunakan kriteria R 2 dan sum squares error (SSE). f. Melakukan uji kesesuaian model untuk melihat apakah faktor geografi berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk. g. Melakukan uji signifikansi parameter secara parsial untuk mendapatkan variabel yang signifikan pada tiap kecamatan. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data Dinkes Kabupaten Ngawi tahun 2009, jumlah balita gizi buruk sebanyak 389 anak, dengan keragaman antar kecamatan adalah 0,31 persen. Persentase kejadian gizi buruk tertinggi terjadi di Pangkur (2,42 persen), sedangkan terendah yaitu di

5 Kendal (0,29 persen). Berdasarkan persebarannya, persentase kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi menyebar antar kecamatan, seperti yang disajikan pada Gambar 1. Terdapat 3 kecamatan yang memiliki persentase kejadian gizi buruk yang tergolong sangat rendah (< 0,39 persen), yaitu Jogorogo, Kendal dan Kasreman. Sementara kategori persentase kejadian balita gizi buruk tinggi terjadi di wilayah pusat Kabupaten Ngawi, Pitu dan Pangkur. Jika diperhatikan lokasi kecamatan dalam satu kelompok menunjukkan pola menyebar. persen), sedangkan terendah terjadi di Kecamatan Geneng, yaitu sebesar 6,88 persen dengan tingkat keragaman antar kecamatan sebesar 53,39 persen. Pola hubungan antar variabel dapat diidentifikasi melalui scatterplot seperti disajikan pada Gambar 2 sebagai berikut. x1 x2 x3 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 y 0,018 0, , x4 x5 x6 2,5 2,0 1,5 1,0 0, Gambar 2. Scatterplot Antara Persentase Kejadian Balita Gizi Buruk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Gambar 1. Persebaran Persentase Kejadian Gizi Buruk. Deskripsi faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Rataan, Minimum, maksimum dan varians Variabel Prediktor Variabel Rata-rata Min Max Varians X 1 0,0195 0,016 0,023 0, X 2 16,24 0,00 42,62 168,87 X 3 60,23 47,45 78,49 80,23 X 4 49,92 4,45 89,88 563,08 X 5 3,344 0,255 8,589 5,357 X 6 18,42 6,88 35,31 53,39 Keragaman rasio sarana kesehatan (X 1 ) antar kecamatan cenderung kecil yaitu 0, yang menandakan bahwa keberadaan sarana kesehatan sudah cukup merata di tiap kecamatan. Rata-rata persentase bayi diberi ASI eksklusif (X 2 ) adalah 16,24 persen di tiap kecamatan dengan persentase tertinggi bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu sebesar 42,62 persen. Rata-rata persentase pemberian vitamin A pada balita (X 3 ) di Kabupaten Ngawi yaitu sebesar 60,23 persen di tiap kecamatan, berarti bahwa di antara 100 balita terdapat 60 balita yang mendapat vitamin A. Kecamatan dengan persentase tertinggi rumah tangga yang dapat mengakses air bersih (X 4 ) adalah Kecamatan Padas (89,88 persen), sedangkan terendah yaitu Kecamatan Pitu (4,45 persen). Rata-rata persentase bayi berat badan lahir rendah (BBLR) (X 5 ) tahun 2009 yaitu 3,344 persen di tiap kecamatan, yang berarti bahwa di antara 100 bayi terdapat 3 bayi dengan status BBLR. Persentase rumah tangga miskin (X 6 ) tertinggi terjadi di Kecamatan Mantingan (35,31 5 Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel prediktor yang memiliki pola hubungan positif dengan variabel respon. Variabel prediktor tersebut adalah persentase bayi diberi ASI eksklusif, persentase bayi BBLR dan persentase rumah tangga miskin. Semakin tinggi persentase bayi BBLR maka semakin tinggi pula persentase kejadian balita gizi buruk dan sebaliknya. Begitu pula untuk persentase rumah tangga tergolong miskin. Namun untuk variabel persentase bayi diberi ASI eksklusif pola tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatnya persentase bayi yang diberi ASI eksklusif tidak selalu akan menurunkan kejadian balita gizi buruk. Sementara variabel prediktor yang memiliki pola negatif dengan kejadian gizi buruk yaitu rasio jumlah sarana kesehatan dengan jumlah balita, persentase balita mendapat vitamin A dan persentase akses air bersih. Pola tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatnya rasio jumlah sarana kesehatan dibandingkan jumlah balita cenderung akan menurunkan kejadian balita gizi buruk. Begitu pula untuk persentase balita yang mendapatkan vitamin A dan rumah tangga yang dapat mengakses air bersih. Selain melalui scatterplot, hubungan antara kejadian gizi buruk dan faktor yang mempengaruhi dapat diidentifikasi melalui nilai korelasinya seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Korelasi Antar Variabel Y X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 Y 1-0,033 0,341-0,230-0,425 0,142 0,071 X 1-0, ,241-0,342-0,003 0,289-0,014 X 2 0,341-0, ,090-0,419 0,332 0,156 X 3-0,230-0,342 0, ,047 0,158 0,207 X 4-0,425-0,003-0,419 0, ,169-0,014 X 5 0,142 0,289 0,332 0,158-0, ,070 X 6 0,071-0,014 0,156 0,207-0,014 0,070 1

6 Nilai korelasi tertinggi terjadi antara variabel kejadian gizi buruk dan rumah tangga yang dapat mengakses air bersih (-0,425) dan nyata pada taraf signifikansi 10 persen. Namun demikian teridentifikasi juga hubungan antar variabel prediktor. Didapatkan variabel yang berkorelasi paling tinggi yaitu antara variabel bayi diberi ASI eksklusif dan akses terhadap air bersih sebesar -0,419. Nilai korelasi ini nyata pada taraf signifikansi 10 persen. Pengujian secara serentak model regresi OLS dilakukan dengan bentuk hipotesis sebagai berikut. H 0 : β 1 = β 2 =... = β 6 = 0 H 1 : minimal ada satu β k 0 Hasil pengujian secara serentak model regresi OLS didapatkan F hitung sebesar 0,81 dan p-value yang lebih besar dari α = 10 persen, sehingga diputuskan untuk gagal tolak H 0 (Tabel 4). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemodelan dengan menggunakan regresi OLS tidak menghasilkan parameter yang nyata berpengaruh pada taraf signifikansi α = 10 persen. Tabel 4. Pengujian Model Regresi OLS Sumber Derajat Jumlah Rata-rata Variasi Bebas Kuadrat Kuadrat F hitung p-value Regresi 6 5,211 0,868 0,81 0,579 Error 12 12,789 1,066 Total 18 18,000 Pada pengujian asumsi residual model OLS didapatkan residual yang berdistribusi normal, independen atau tidak terdapat autokorelasi, dan tidak identik atau terdapat heteroskedastisitas. Hasil ini juga dapat dikuatkan dengan hasil uji Moran s I residual dan uji Breusch-Pagan. Diperoleh nilai Moran s I sebesar -0,0477 dan Z hitung untuk Moran s I sebesar 0,0622 serta nilai Breusch-Pagan sebesar 11,08. Jika diberikan taraf signifikansi α = 10 persen maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat dependensi namun terdapat heterogenitas dalam residual. Model regresi OLS memiliki kinerja yang kurang baik karena asumsi identik residual tidak terpenuhi dan mengakibatkan varians residual tidak homogen. Oleh karena itu perlu dilakukan pemodelan spasial. Langkah awal untuk membangun model GWR adalah menentukan bandwidth (b) optimum. Dengan menggunakan kriteria CV didapatkan bandwidth optimum untuk pembobot fungsi kernel fixed Gaussian sebesar b = 0,0938. Estimasi parameter model GWR diperoleh dengan memasukkan pembobot spasial dalam perhitungannya dengan menggunakan metode weighted least squares (WLS). Hasil estimasi parameter model GWR disajikan pada Tabel 5. Nilai minimum estimasi parameter X 1 yang dihasilkan model GWR sebesar -0,9795 dan nilai maksimumnya -0, Nilai ini menunjukkan besarnya pengaruh rasio sarana kesehatan (X 1 ) terhadap kejadian gizi buruk di 19 kecamatan berkisar antara -0,9795 sampai dengan -0, Nilai min dan max pada Tabel 5 menunjukkan nilai minimum dan maksimum yang didapatkan untuk parameter β pada tiap kecamatan. Tabel 5. Estimasi Parameter Model GWR Variabel Nilai β (u i, v i ) Min Max Median Intercept -0, , ,14950 X 1-0, , ,36230 X 2-0, , ,10410 X 3-0, , ,39740 X 4-0, , ,28080 X 5-0, , ,39930 X 6-0, , ,40020 R 2 96,79% SSE 0,5784 Pada variabel bayi diberi ASI eksklusif, akses terhadap air bersih, bayi BBLR dan rumah tangga miskin terdapat beberapa kecamatan yang koefisien regresinya bernilai positif, sedangkan pada kecamatan yang lain negatif. Pada variabel bayi diberi ASI eksklusif, koefisien regresi yang bernilai positif terjadi pada wilayah bagian barat laut, tengah dan selatan Kabupaten Ngawi. Kecamatan tersebut antara lain Sine, Ngrambe, Jogorogo, Kendal, Gerih, Paron, Kedunggalar, Widodaren, Mantingan dan Karanganyar. Sementara pada variabel bayi BBLR, Kecamatan Gerih merupakan kecamatan yang memiliki koefisien regresi bernilai negatif. Pengujian kesesuaian model (goodness of fit) antara OLS dan GWR dilakukan untuk melihat apakah faktor geografis berpengaruh terhadap kejadian balita gizi buruk. Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut. H 0 : β k (u 1,v 1 ) = β k (u 2,v 2 ) =... = β k (u 19,v 19 ) = β k H 1 : paling sedikit ada satu β k (u i,v i ) β k, k = 1,2,,6 Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji F seperti pada persamaan (8). Tabel 6. Uji Kesesuaian Model GWR SSE d.f F P-value Model GWR 0,5784 5,5 0,2358 0,051 Model OLS 12, ,0 Hasil pengujian kesesuaian model pada Tabel 6 diperoleh nilai F hitung sebesar 0,2358 dan p-value yang tidak lebih besar dari taraf signifikansi α = 10 persen, sehingga diambil keputusan untuk menolak H 0. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Leung (2000) dalam Sugiyanto (2008) bahwa nilai F hitung akan cenderung kecil jika H 0 tidak benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh spasial atau terdapat faktor geografis yang berpengaruh terhadap kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi. 6

7 Pengujian parameter model secara parsial dilakukan untuk mendapatkan faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian balita gizi buruk untuk tiap kecamatan. Bentuk hipotesisnya sebagai berikut: H 0 : β k (u i,v i ) = 0; i = 1, 2,..., 19, k = 1, 2,..., 6 H 1 : β k (u i,v i ) 0 Statistik uji yang digunakan sesuai persamaan (9). Hasil pengujian parameter secara parsial untuk tiap variabel pada tiap kecamatan menunjukkan adanya pola mengelompok antara variabel yang tidak signifikan dan variabel yang signifikan pada taraf α sebesar 10 persen. Misalnya pada variabel rasio sarana kesehatan, ditunjukkan bahwa Kabupaten Ngawi terbagi dalam dua kelompok, yaitu negatif signifikan (variabel tersebut signifikan dan koefisien regresinya bertanda negatif) dan tidak signifikan. Kecamatankecamatan yang signifikan merupakan kecamatan yang terletak di bagian timur Kabupaten Ngawi yang meliputi Kecamatan Pitu, Paron, Ngawi, Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Padas, Kasreman dan Bringin (Gambar 3). Variabel Signifikan Rasio sarana kesehatan Bayi diberi ASI eksklusif Bayi BBLR Bayi diberi ASI eksklusif Bayi diberi ASI eksklusif Bayi BBLR Kecamatan Paron Kendal, Kedunggalar Gerih Sine, Ngrambe, Jogorogo, Widodaren, Mantingan, Karanganyar Geneng Berdasarkan variabel yang signifikan untuk tiap kecamatan terbentuk pengelompokan kecamatan yang memiliki kesamaan variabel yang berpengaruh terhadap kejadian gizi buruk, yaitu sebanyak 7 kelompok, seperti yang disajikan pada Gambar 4. Gambar 3. Persebaran Variabel Rasio Sarana Kesehatan. Terdapat 3 kecamatan yang signifikan pada semua variabel prediktor. Kecamatan tersebut yaitu Pitu, Ngawi dan Kasreman (Tabel 7). Penyebab kejadian balita gizi buruk di Kecamatan Gerih dikarenakan faktor bayi diberi ASI eksklusif, pemberian vitamin A pada balita, akses terhadap air bersih dan kemiskinan. Faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk di Kecamatan Paron adalah rasio sarana kesehatan, balita mendapat vitamin A, akses air bersih dan rumah tangga miskin. Model GWR yang terbentuk untuk Kecamatan Paron yaitu y = 0,287 X 0,402 X 0,281 X + 0,400 X. Tabel 7. Nama Kecamatan dan Variabel Signifikan Model GWR Variabel Signifikan Kecamatan Rasio sarana kesehatan Kasreman, Ngawi, Pitu Bayi diberi ASI eksklusif Bayi BBLR Rasio sarana kesehatan Kwadungan, Pangkur, Bayi diberi ASI eksklusif Karangjati, Bringin, Padas 7 Gambar 4. Persebaran Variabel yang Signifikan. Kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah bagian timur Kabupaten Ngawi, yaitu Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Padas dan Bringin, berada dalam satu kelompok. Hal ini berarti bahwa penyebab kejadian gizi buruk di wilayah tersebut adalah faktor sarana kesehatan, pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemberian vitamin A pada balita, akses terhadap air bersih dan kemiskinan. Jika pada kecamatan tersebut terjadi peningkatan ibu yang memberi ASI eksklusif kepada bayinya dan para ibu juga semakin rutin untuk membawa balitanya datang posyandu baik untuk ditimbang berat badannya maupun pemberian vitamin A maka kejadian balita gizi buruk dapat diminimalisasi. Sementara wilayah bagian selatan dan barat Kabupaten Ngawi, yaitu Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Widodaren, Mantingan dan Karanganyar, membentuk pengelompokkan kecamatan yang signifikan pada variabel bayi diberi ASI eksklusif (X 2 ), akses air bersih (X 4 ) dan bayi BBLR (X 5 ). Untuk Kecamatan Kedunggalar dan Kendal memiliki

8 kesamaan yaitu kejadian gizi buruk disebabkan oleh faktor pemberian ASI eksklusif pada bayi, pemberian vitamin A pada balita, akses terhadap air bersih dan bayi BBLR. Upaya untuk menekan gizi buruk di tiap kecamatan di Kabupaten Ngawi tidak hanya melalui penyediaan sarana dan prasarana di sektor kesehatan, ekonomi dan ketersediaan air bersih namun juga melalui upaya peningkatan kesadaran masyarakat meliputi menimbang berat badan balitanya secara teratur, memberikan ASI eksklusif pada bayi dan mengkonsumsi suplemen gizi seperti vitamin A pada balita. Partisipasi ibu untuk mengikuti kegiatan di Posyandu perlu ditingkatkan dan adanya penyuluhanpenyuluhan mengenai gizi balita perlu sering diadakan guna meningkatkan pengetahuan gizi ibu. 6. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa pola persebaran kejadian gizi buruk di Kabupaten Ngawi menunjukkan pola menyebar sehingga diindikasikan bahwa terdapat variasi secara spasial. Persentase kejadian gizi buruk tertinggi terjadi di Kecamatan Ngawi, Pitu dan Pangkur dengan dengan rata-rata persentase kejadian sebesar 1,042 persen di tiap kecamatan. Model GWR menghasilkan R 2 relatif besar, yaitu 96,79 persen, dengan SSE yang relatif kecil, yaitu 0,5784. Faktor geografis berpengaruh terhadap kejadian balita gizi buruk di Kabupaten Ngawi sehingga faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk berbeda-beda antar kecamatan. Faktor yang mempengaruhi gizi buruk di tiap kecamatan di Kabupaten Ngawi antara lain sebagai berikut: - Kelompok 1 (Kecamatan Kasreman, Ngawi dan Pitu) dan kelompok 2 (Kecamatan Kwadungan, Pangkur, Karangjati, Bringin dan Padas) memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi paling lengkap, namun pada kelompok 2 tidak dipengaruhi oleh faktor bayi BBLR. - Kelompok 3 (Kecamatan Paron) dipengaruhi oleh faktor sarana kesehatan, pemberian vitamin A, akses air bersih dan kemiskinan. - Kelompok 4 (Kecamatan Kendal dan Kedunggalar) dipengaruhi oleh faktor ASI eksklusif, pemberian vitamin A, akses air bersih dan bayi BBLR. - Kelompok 5 (Kecamatan Gerih) dipengaruhi oleh faktor ASI eksklusif, pemberian vitamin A, akses air bersih dan kemiskinan. - Kelompok 6 (Kecamatan Sine, Ngrambe, Jogorogo, Widodaren, Mantingan dan Karanganyar) dipengaruhi oleh faktor ASI eksklusif, akses air bersih dan bayi BBLR. - Kelompok 7 (Kecamatan Geneng) dipengaruhi oleh faktor pemberian vitamin A, akses air bersih dan kemiskinan. Pada pemodelan gizi buruk terdapat beberapa variabel prediktor, diantaranya bayi diberi ASI eksklusif, akses terhadap air bersih, bayi BBLR dan rumah tangga miskin, yang memiliki koefisien regresi yang berlainan tanda pada tiap kecamatan. Hasil ini tidak sesuai dengan kajian secara teoritis. Oleh karena itu, perlu kajian yang lebih komprehensif berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk di Kabupaten Ngawi. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian secara kualitatif sehingga diperoleh hasil yang lebih informatif. Selain itu untuk melihat kekonsistenan dari hasil penelitian maka untuk penelitian selanjutnya dapat digunakan metode lain dimana pada data mengandung heterogenitas spasial namun tidak terdapat dependensi spasial. 7. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2011). Nina Soekarwo: PKK Aktif Perangi Gizi Buruk, potwatch.php?id=636, [diakses pada tanggal 26 Mei 2011]. Anselin, L. (1988). Spatial Econometrics: Methods and Models. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers. Andarwati, D. (2007). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Pada Keluarga Petani di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Tugas Akhir, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Semarang. Arumsari, N. dan Sutikno. (2010). Permodelan Kejadian Diare dengan Pendekatan Regresi Spasial. Studi Kasus: Kabupaten Tuban Jawa Timur. Seminar Nasional Pasca Sarjana X, Pasca Sarjana Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, hal. VI-31. Astutik, S., Ni Wayan S.W., dan Kurniawan, D. (_). Penggunaan Geographically Weighted Regression (GWR) Pada Data yang Mengandung Heterogenitas Spasial, [diakses pada tanggal 27 Pebruari 2011]. Budiyanto, M.A.K. (2001). Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Charlton, M. dan Fotheringham, A.S. (2009). Geographically Weighted Regression. White Paper. National Centre for Geocomputation, National University of Ireland Maynooth. Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. (2009). Profil Kesehatan Tahun 2008 Kab. Ngawi. Ngawi. Draper, N.R. dan Smith, H. (1981). Applied Regression Analysis Second Edition. New York: John Wiley &Sons, Inc. 8

9 Fotheringham, A.S., Brunsdon, C., dan Charlton, M. (2002). Geographically Weighted Regression : the Analysis of Spatially Varying Relationships. Chichester : Wiley. Gujarati, D.N. (2003). Basic Econometric Fourth Edition. New York : Mc Graw Hill Companies. Hayati, M. (2009). Analisis Diskriminan Pada Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk Balita di Jawa Timur. Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Lestrina, D. (2009). Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang. Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan. Paramita, L. (2008). Bagging Regresi Logistik Ordinal pada Klasifikasi Status Gizi Balita (Studi Kasus Kabupaten Nganjuk). Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Propastin, P., Kappas, M., dan Erasmi, S. (2007). Application of Geographically Weighted Regression to Investigate the Impact of Scale on Prediction Uncertainty by Modelling Relationship between Vegetation and Climate. Spatial Data Infrastructures Research. Vol. 3, hal Riskiyanti, R. (2010). Analisis Regresi Multivariat Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan di Provinsi Jawa Timur. Tugas Akhir, Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Siswono. (2010). Kasus Gizi Buruk: Empat Provinsi Tak Pernah Absen, kasus-gizi-buruk-empat-provinsi-tak-pernahabsen.htm, [diakses pada tanggal 8 Pebruari 2011]. Sugiyanto. (2008). Analisis Data Spasial Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression (Sudi Kasus Data Kemiskinan di Propinsi Papua). Tesis Jurusan Statistika Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Supariasa, I.D.N., Bakri, B., dan Fajar, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 9

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) 3.1 Data Spasial Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi. Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi

Lebih terperinci

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH Nungki Fauzi T A N, Isnandar Slamet, Muslich Program Studi

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression

Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (017) ISSN: 337-350 (301-98X Print) D-8 Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression Ardianto Tanadjaja, Ismaini

Lebih terperinci

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE Indriya Rukmana Sari 1, Dewi Retno Sari Saputro 2, Purnami Widyaningsih 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi penulisan tesis, rumusan masalah, tujuan dan manfaatnya, tinjauan-tinjauan pustaka dari hasil penelitian terkait serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model Regresi Linier Metode regresi linier merupakan suatu metode yang memodelkan hubungan antara variabel respon dengan variabel prediktor. Tujuannya adalah untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab analisis dan pembahasan ini akan jelaskan tentang pola persebaran jumlah penderita kusta dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, kemudian dilanjutkan dengan pemodelan

Lebih terperinci

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2. ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2 1) Program Studi Statistika, FMIPA Universitas Diponegoro 2) Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Atiya Maulani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Atiya Maulani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang dihadapkan pada berbagai masalah yang berkaitan dengan dua atau lebih variabel dalam suatu bentuk hubungan tertentu

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan

: Persentase Penduduk Dengan Sumber Air Minum Terlindungi PDAM : Pengeluaran Perkapita Penduduk Untuk Makan Sebulan 22 BAB III MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah data derajat kesehatan tahun 2013 pada 27 kabupaten

Lebih terperinci

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION 3.1 Mixed Geographically Weighted Regression Model Mixed Geographically Weighted Regression merupakan model kombinasi atau gabungan antara regresi global

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 535-544 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK

Lebih terperinci

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur.

(R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi. buruk di Jawa Timur. (R.5) Pemodelan Regresi Poisson Terboboti Geografis Pada Kasus Gizi Buruk di Jawa Timur Ida Mariati Hutabarat 1, Asep Saefuddin 2 1Jurusan Matematika Uncen. 2 Departemen Statistika IPB 1Jl.Kamp Wolker

Lebih terperinci

PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL

PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL PEMODELAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BALITA GIZI BURUK DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Inayati Nur Fatmah 1, Drs. Hery Tri Sutanto, M.Si 2, 1,2 Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator

Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Algoritme Least Angle Regression untuk Model Geographically Weighted Least Absolute Shrinkage and Selection Operator S-20 Yuliana 1, Dewi Retno Sari

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya 17 3 September 17, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-531--3 PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) SKRIPSI Disusun Oleh : NOVIKA PRATNYANINGRUM 24010211140095

Lebih terperinci

PEMODELAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION DENGAN FUNGSI KERNEL BISQUARE

PEMODELAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION DENGAN FUNGSI KERNEL BISQUARE PEMODELAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION DENGAN FUNGSI KERNEL BISQUARE TERHADA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN DEMAK 1 Marlita Vebiriyana, 2 M. Yamin Darsyah, 3 Indah

Lebih terperinci

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan

Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan VIF Distribusi Poisson Regresi Poisson Kematian Bayi Kematian Ibu Kematian wanita saat melahirkan dan saat 42 hari setelah melahirkan bukan dikarenakan kecelakaan 1 Pendaharan terberat pada masa nifas

Lebih terperinci

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS)

BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS) 28 BAB III MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION SEMIPARAMETRIC (GWLRS) 3.1 Geographically Weighted Logistic Regression (GWLR) Geographically Weighted Logistic Regression adalah metode untuk

Lebih terperinci

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016, Halaman 717-726 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Lebih terperinci

Pemodelan Pneumonia pada Balita di Surabaya Menggunakan Spatial Autoregressive Models

Pemodelan Pneumonia pada Balita di Surabaya Menggunakan Spatial Autoregressive Models JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-89 Pemodelan Pneumonia pada Balita di Surabaya Menggunakan Spatial Autoregressive Models Ilhamna Aulia, Mutiah Salamah

Lebih terperinci

PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL

PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL PEMODELAN KEMISKINAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION DENGAN FUNGSI PEMBOBOT FIXED KERNEL Hasriana 1, Raupong 2, Nirwan Ilyas 3 1 Program Studi Statistika FMIPA Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

Kata kunci: Data Spatial, Heterogenitas Spatial, Geographically Weigthed Regression, Bandwidth, Fungsi Pembobot

Kata kunci: Data Spatial, Heterogenitas Spatial, Geographically Weigthed Regression, Bandwidth, Fungsi Pembobot GEOGRAPHICALLY WEIGTHED REGRESSION DALAM MENAKSIR MODEL OUTPUT SEKTOR INDUSTRI MENENGAH BESAR TAHUN 2012 Lani Amaliah 1, Nusar Hajarisman 2, Anna Chadijah 3 1 Program Magister Statistika Terapan UNPAD,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah kematian anak usia bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang khususnya Indonesia

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya September 2017, Samarinda, Indonesia ISBN: Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya 017 3 September 017, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-60-5031-0-3 Analisis Data Spasial Menggunakan Metode Geographically Weighted Regression

Lebih terperinci

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA)

PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (GWRPCA) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 171-180 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN PERSENTASE BALITA GIZI BURUK DI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : MGWMLM, GWMLM, DAS.

Kata Kunci : MGWMLM, GWMLM, DAS. ANALISIS PENGARU CURA UJAN DAN MORFOMETRI PADA PENINGKATAN DEBIT DAN SEDIMEN DI DAS KONTO ULU DENGAN PENDEKATAN MIXED GEOGRAPICALLY WEIGTED MULTUVARIATE LINIER MODEL 1 Memi Nor ayati, 2 Purhadi 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Matriks adalah himpunan bilangan real yang disusun secara empat persegi panjang, mempunyai baris dan kolom dengan bentuk umum : Tiap-tiap bilangan yang berada didalam

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2 PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL Bertoto Eka Firmansyah dan Sutikno Mahasiswa Jurusan Statistika, ITS, Surabaya Dosen Pembimbing, Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION ABSTRACT

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman 383-393 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisa pemodelan fungsi hubungan pada variabel repon dengan variabel prediktor akan dijelaskan pada bab ini. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

Lebih terperinci

PEMODELAN RISIKO PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION

PEMODELAN RISIKO PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION E-Jurnal Matematika Vol. 4 (2), Mei 2015, pp. 31-36 ISSN: 2303-1751 PEMODELAN RISIKO PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH PENERAPAN MODEL SPASIAL DURBIN PADA ANGKA PARTISIPASI MURNI JENJANG SMA SEDERAJAT DI PROVINSI JAWA TENGAH Erliyana Devitasari, Sri Sulistijowati Handayani, dan Respatiwulan Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pembelian Barang Tahan Lama Rumah Tangga di Jawa Timur dengan Menggunakan Regresi Tobit Nama : Margareth G. Shari NRP : 1307 100 026 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

Pemodelan Indikator Pencemar Biological Oxygen Demand di Kali Surabaya Menggunakan Pendekatan Spatial-Temporal Weighted Regression

Pemodelan Indikator Pencemar Biological Oxygen Demand di Kali Surabaya Menggunakan Pendekatan Spatial-Temporal Weighted Regression Pemodelan Indikator Pencemar Biological Oxygen Demand di Kali Surabaya Menggunakan Pendekatan Spatial-Temporal Weighted Regression Achmad Choiruddin 1309100067 Dr. Sutikno M.Si Dosen Pembimbing PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 461-469 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PERBANDINGAN MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Metode Geographically Weighted Regression di Jawa Timur

Pemodelan Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Metode Geographically Weighted Regression di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) D-58 Pemodelan Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Metode Geographically Weighted Regression di Jawa Timur Putu

Lebih terperinci

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480,

Lebih terperinci

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR)

BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) BAB III REGRESI SPASIAL DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) 3.1 Regresi Poisson Regresi Poisson merupakan suatu bentuk analisis regresi yang digunakan untuk memodelkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus dihadapi di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. terus dihadapi di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang terus dihadapi di sejumlah daerah di Indonesia, tidak terkecuali Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION E-Jurnal Matematika Vol. 2, No.3, Agustus 2013, 29-34 ISSN: 2303-1751 PEMODELAN JUMLAH ANAK PUTUS SEKOLAH DI PROVINSI BALI DENGAN PENDEKATAN SEMI-PARAMETRIC GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION GUSTI

Lebih terperinci

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012

ISSN: Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 ISSN: 2303-1751 Vol. 1 No. 1 Agustus 2012 e-jurnal Matematika, Vol. 1, No. 1, Agustus 2012, 94-98 ISSN: 2303-1751 PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Matriks 1. Definisi Matriks Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Howard

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

(R.16) KAJIAN MODEL SPASIAL DURBIN (SDM) DALAM PEMODELAN KEADIAN DIARE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Kasus : Kabupaten Tuban)

(R.16) KAJIAN MODEL SPASIAL DURBIN (SDM) DALAM PEMODELAN KEADIAN DIARE DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Kasus : Kabupaten Tuban) (R.6) KAJIAN MODEL SPASIAL DURBIN (SDM) DALAM PEMODELAN KEADIAN DIARE DAN FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Kasus : Kabupaten Tuban) Rokhana Dwi Bekti Bina Nusantara Universit email : rokhana_db@binus.ac.id

Lebih terperinci

PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO 2 dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal)

PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO 2 dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal) PENGUJIAN KESAMAAN BEBERAPA MODEL REGRESI NON LINIER GEOMETRI (Studi Kasus : Data Emisi CO dan Gross Nation Product di Malaysia, Bhutan, dan Nepal) Yanti I 1, Islamiyati A, Raupong 3 Abstrak Regresi geometrik

Lebih terperinci

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (203) 2337-3520 (230-928X Print) D-7 Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia Wajib Belajar Menggunakan Metode Regresi Spasial di Jawa Timur Bagus Naufal Fitroni, dan

Lebih terperinci

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon

Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon Konferensi Nasional Sistem & Informatika 7 STMIK STIKOM Bali, Agustus 7 Pemodelan Spline Truncated dalam Regresi Nonparametrik Birespon Luh Putu Safitri Pratiwi Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM

Lebih terperinci

PEMODELAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY AND TEMPORALLY WEIGHTED REGRESSION ABSTRACT

PEMODELAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY AND TEMPORALLY WEIGHTED REGRESSION ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 691-700 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN PROPORSI PENDUDUK MISKIN KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 161-170 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE

Lebih terperinci

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR) Sisvia Cahya Kurniawati, Kuntoro Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UNAIR Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) PADA KASUS PNEUMONIA BALITA DI PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) PADA KASUS PNEUMONIA BALITA DI PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) PADA KASUS PNEUMONIA BALITA DI PROVINSI JAWA BARAT Meila Nadya, Widyanti Rahayu, Vera Maya Santi Jurusan Matematika FMIPA UNJ meylanadya1@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI

PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION DI PROVINSI BALI M ARRIE KUNILASARI ELYNA 1, I GUSTI AYU MADE SRINADI 2, MADE SUSILAWATI 3 1,2,3, Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB)

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB) PEMODELAN ANGKA KEMATIAN BAYI DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGRESSION (GWPR) DI PROVINSI JAWA TIMUR Septika Tri Ardiyanti 1, Purhadi 2 1 Mahasiswa Jurusan Statistika ITS. 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR ANALISIS REGRESI MULTIVARIAT BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN DI PROVINSI JAWA TIMUR Rosy Riskiyanti 1308.100.508 Dosen Pembimbing Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si Latar Belakang

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) PENENTUAN MODEL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH DENGAN MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) SKRIPSI Disusun Oleh : SINDY SAPUTRI 24010210141007 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial

Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 2015 Menggunakan Regresi Spasial JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol 6, No, (017) ISSN: 337-350 (301-98X Print) D-10 Pemodelan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Timur Tahun 015 Menggunakan Regresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diare adalah suatu penyakit dengan gejala adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

Lebih terperinci

2016 APLIKASI MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB

2016 APLIKASI MULTIVARIATE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) MENGGUNAKAN SOFTWARE MATLAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari sering dihadapkan dengan hubungan yang melibatkan dua atau lebih peubah atau variabel. Persamaan matematik yang menggambarkan persamaan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION UNTUK PEMODELAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH HALAMANAN JUDUL SKRIPSI

PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION UNTUK PEMODELAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH HALAMANAN JUDUL SKRIPSI PENDEKATAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION UNTUK PEMODELAN PERTUMBUHAN EKONOMI MENURUT KABUPATEN/KOTA DI JAWA TENGAH HALAMANAN JUDUL SKRIPSI Disusun Oleh: PRATAMA GANANG WIDAYAKA 24010212120018

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kabupaten atau kota sejumlah 35 kabupaten dan kota (BPS,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR : 6 Tahun 203 TANGGAL : Desember 203 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 204

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak

ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI. Abstrak Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 ANALISIS REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAHTANGGA UNTUK MAKANAN BERPROTEIN TINGGI 1

Lebih terperinci

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH PEMODELAN SPATIAL ERROR MODEL (SEM) UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI PROVINSI JAWA TENGAH 1 Diana Wahyu Safitri, 2 Moh Yamin Darsyah, 3 Tiani Wahyu Utami 1,2,3 Program Studi Statistika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, pendidikan dapat dikatakan termasuk dalam kebutuhan primer setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan anak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENDUDUK DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN MODEL REGRESI ROBUST DENGAN ESTIMASI LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) Yuditia Ari Prabowo, Yuliana Susanti, dan Santoso Budi Wiyono

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder sendiri artinya adalah data yang tidak dikumpulkan

Lebih terperinci

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Model Regresi Multivariat untuk Menentukan Tingkat Kesejahteraan Kabupaten dan Kota di Jawa Timur M.Fariz Fadillah Mardianto,

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT

APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT APLIKASI MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) UNTUK MENENTUKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA DI JAWA BARAT Atiya Maulani, Nar Herrhyanto, dan Maman Suherman Departemen

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUMAH TANGGA NELAYAN BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN ANALISIS REGRESI LOGISTIK Oleh: Agista Dyah Prabawati (1308 100 026) Dosen Pembimbing: Dra. Destri Susilaningrum,

Lebih terperinci

Konsep Optimalisasi Distribusi Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Ngawi

Konsep Optimalisasi Distribusi Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Kabupaten Ngawi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-267 Konsep Optimalisasi Distribusi Sekolah Tingkat Dasar (SD/MI) Berdasarkan Pola Persebaran Permukiman di Solving Subekti

Lebih terperinci

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR PENDEKATAN REGRESI TOBIT PADA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR Neser Ike Cahyaningrum 1307100012 Dosen Pembimbing Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si AGENDA

Lebih terperinci

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH

GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (GWRPCA) PADA PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun Oleh : NURMALITA SARI 240102120008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

PEMODELAN FIXED EFFECT GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PANEL REGRESSION UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA TENGAH

PEMODELAN FIXED EFFECT GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PANEL REGRESSION UNTUK INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA TENGAH ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman 241-250 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN FIXED EFFECT GEOGRAPHICALLY WEIGHTED PANEL REGRESSION

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M. JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Seminar hasil TUGAS AKHIR Ayunanda Melliana 1309100104 Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI KUANTIL

ANALISIS REGRESI KUANTIL Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 103 107 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ANALISIS REGRESI KUANTIL SAIDAH, FERRA YANUAR, DODI DEVIANTO Program Studi Magister Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN

MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN Saintia Matematika Vol. 1, No. 1 (2013), pp. 87 99. MODEL REGRESI SPASIAL UNTUK ANAK TIDAK BERSEKOLAH USIA KURANG 15 TAHUN DI KOTA MEDAN Musfika Rati, Esther Nababan, Sutarman Abstrak. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan

Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Analisis Ekonometrika Model Pendapatan Nasional Indonesia dengan Pendekatan Persamaan Sistem Simultan Oleh: Ainul Fatwa Khoiruroh (1310100096) Pembimbing: Dr. Setiawan, M.S. JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL ABSTRACT JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 4, Tahun 2013, Halaman 333-342 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

(Geographically Weighted Binary Logistic Regression with Fixed Bi-Square Weight)

(Geographically Weighted Binary Logistic Regression with Fixed Bi-Square Weight) Penerapan Regresi Logistik Biner Terboboti Geografi dengan Pembobot Fixed Bi-Square Tuti Purwaningsih Universitas Islam Indonesia Jl Kaliurang KM 14.5, Yogyakarta tuti.purwaningsih@uii.ac.id ABSTRACT Geographically

Lebih terperinci

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dengan Kombinasi antara Generalized Least Square dan Regresi Ridge

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dengan Kombinasi antara Generalized Least Square dan Regresi Ridge JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 12) ISSN: 2301-928X D-1 Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Tembakau Temanggung dengan Kombinasi antara Generalized Least Square

Lebih terperinci

Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner

Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 017 Pemodelan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Penderita Tuberkulosis Paru Menggunakan Regresi Logistik Biner S - 1 Ayu Febriana Dwi Rositawati 1, Sri Pingit

Lebih terperinci

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION

PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION PEMODELAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN DAN KOTA DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED RIDGE REGRESSION SKRIPSI Disusun Oleh : DEPY VERONICA 24010212140035 DEPARTEMEN STATISTIKA

Lebih terperinci

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di:

ISSN: JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di: ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 907-916 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PEMODELAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT DENGAN METODE PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BURUK BALITA DI JAWA TENGAH DENGAN METODE SPATIAL DURBIN MODEL SKRIPSI Oleh: Ikha Rizky Ramadani J2E 009 020 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL. Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2

STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL. Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2 STRUCTURAL EQUATIO MODELLI G (SEM) DE GA MODEL STRUKTURAL REGRESI SPASIAL Tisti Ilda Prihandini 1, Sony Sunaryo 2 1) Mahasiswa Magister Jurusan Statistika ITS, 2) Dosen Jurusan Statistika ITS Abstrak Suatu

Lebih terperinci

Jurusan Statistika, FST, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Jurusan Statistika, FST, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta E-ISSN 2527-9378 Jurnal Statistika Industri dan Komputasi Volume 2, No., Januari 207, pp. 5-58 PENGGUNAAN METODE WEIGHTED LEAST SQUARE UNTUK MENGATASI MASALAH HETEROSKEDASTISITAS DALAM ANALISIS REGRESI

Lebih terperinci

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan

MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA. 1. Pendahuluan MODEL REGRESI NONPARAMETRIK SPLINE TRUNCATED PADA DATA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DI INDONESIA Kornelius Ronald Demu, Dewi Retno Sari Saputro, Purnami Widyaningsih Program Studi Matematika FMIPA

Lebih terperinci

PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) PEMODELAN BANYAKNYA PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SURAKARTA DENGAN MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR) Hardanti Nur Astuti, Yuliana Susanti dan Dewi Retno Sari Saputro Program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan 49 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, inflasi dan kualitas sumber daya manusia terhadap tingkat pengangguran

Lebih terperinci