FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES"

Transkripsi

1 FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC 2) DI KABUPATEN MALANG Azhar Siswanto, Rianto B. Adihardjo Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Bidang Keahlian Manajemen Proyek, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. ABSTRAK Responden di desa Karangsuko menganggap faktor sosial ekonomi memiliki peringkat tertinggi untuk mengukur tingkat keberhasilan proyek WSLIC-2 dengan variabel yang paling dominan adalah pengelolaan dana proyek dilakukan secara terbuka / transparan, sedangkan Desa Jombok menganggap faktor teknologi dan manajemen merupakan peringkat tertinggi dengan variabel yang paling dominan adalah penggunaan teknologi sederhana dan banyak dikenal masyarakat. Kata kunci: Partisipasi masyarakat, Analisis rata rata skor, Proyek WSLIC-2 PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen untuk mewujudkan tujuan dan target peningkatan akses air bersih dan sanitasi dasar untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pada masa lalu peningkatan akses air bersih dan sanitasi dasar lebih banyak direncanakan oleh lembaga penyelenggara pembangunan tanpa melibatkan warga masyarakat yang menjadi sasaran. Program pembangunan seperti ini kemudian sering disebut dengan pembangunan yang top-down (diturunkan dari atas ke bawah). Meskipun program pembangunan didasarkan pada proses penjajakan kebutuhan masyarakat, namun hanya didasarkan pada suatu survey atau penelitian akademis yang tidak melibatkan masyarakat secara penuh dan berarti. Hal ini masih ditambah dengan ketidakmampuan masyarakat untuk bersuara menyatakan pendapatnya yang mengakibatkan rendahnya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi secara baik dalam kehidupan sosial maupun politik (Mukherjee, 2002:2). Masih adanya kemiskinan di tengah kemakmuran ekonomi adalah salah satu isu yang sangat problematis dalam pembangunan dewasa ini, dimana banyak negara (khususnya dalam negara yang berkembang), pembangunan ekonomi tidak diikuti oleh adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat sosial masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan yang bertujuan untuk menumbuhkan ekonomi (economic -growth development) telah berhasil membawa kemakmuran tetapi tidak membawa kesejahteraan. Hal ini kemudian sering disebut dengan pembangunan terdistorsi (distorted development). Sejalan dengan itu, pemerintah Indonesia dan Bank Dunia sebagai lembaga donor mempunyai misi untuk mengurangi kemiskinan dengan membantu orang miskin memperoleh akses yang berkelanjutan terhadap sarana air bersih dan sanitasi. Dalam kaitannya dengan hal ini, maka yang menjadi fokus perhatian adalah meningkatkan jangkauan pelayanan, meningkatkan kinerja pelayanan, meningkatkan akses terhadap air bersih di pedesaaan, serta mengelola sumber air secara efektif.

2 Pengembangan pelayanan air bersih tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi, karena meningkatnya kualitas kesehatan akan meningkatkan kualitas kehidupan yang membuat manusia lebih produktif, sehingga pada gilirannya akan menurunkan jumlah orang miskin. Suatu program pembangunan akan berkesinambungan apabila program tersebut menggunakan dan mendukung partisipasi masyarakat. Strategi yang dikembangkan dalam program/proyek pengembangan pelayanan air bersih harus meningkatkan partisipasi masyarakat pada semua tahapan proyek, yaitu tahap perencanaan proyek, tahap implementasi proyek, tahap pengoperasian dan tahap pemeliharaan (paska proyek). Terdapat sekitar 100 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses dan akses rendah terhadap sarana air bersih (SAB). Mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh air bersih secara memadai karena berbagai sebab, sehingga status kesehatannya juga tergolong rendah (World Development Report 2000/2001 The World Bank, 2000:34). Second Water and Sanitation For Low Income Communities Project (WSLIC 2) merupakan salah satu upaya Pemerintah yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan status derajat kesehatan masyarakat melalui penyediaan SAB yang aman, mencukupi, dan mudah dijangkau terutama oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Pemberian dana bantuan dalam proyek WSLIC-2 dilakukan secara langsung ke masyarakat desa melalui Tim Kerja Masyarakat (TKM) yang kepengurusannya dipilih oleh masyarakat melalui rembug desa (pleno desa). Total dana yang diberikan kepada masyarakat desa disesuaikan dengan perencanaan yang tercantum dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Rencana Kerja Masyarakat (RKM) ini disusun oleh TKM didampingi fasilitator masyarakat. Komposisi pendanaan tingkat desa meliputi 72% dana dari pemerintah RI ( loan bank dunia), 8% dana dampingan APBD setempat dan 20% kontribusi masyarakat. Dana kontribusi masyarakat dibedakan menjadi 2, yaitu 16% incash (uang tunai) dan 4% berupa inkind (tenaga kerja dan bahan lokal yang dinilai harganya). Peneliti memilih Kabupaten Malang sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan: (1) akses komunikasi relatif mudah, (2) ciri etnik lengkap: Jawa, Madura dan campuran, (3) pelaksanaan pekerjaan relatif lancar, (4) sarana air bersih dan sanitasi hasil pelaksanaan pekerjaan berfungsi dengan baik, dan (5) partisipasi masyarakat diduga cukup tinggi. Program peningkatan derajat kesehatan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah secara berkesinambungan melalui program Second Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2) didukung pinjaman program loan, dan hibah bantuan teknis/desa. Agar program tersebut dapat tercapai, dilakukan pendekatan pelaksanaan pembangunan daerah dengan meningkatkan tranparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat pada semua tahap pembangunan (mulai dari peminatan desa, pemilihan desa, kepengurusan, opsi teknis, perumusan, pada masa implementasi pembangunan di desa) dengan menggunakan Method Participatory Approach Participatory Hygine and Sanitation Transformation (MPA PHAST). Secara nasional Proyek WSLIC-2 telah berjalan 5 tahun ( ). Di Jawa Timur meliputi 14 kabupaten, termasuk Kabupaten Malang. Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan World Bank dan Australian Agency for International Development (AUSAID) telah menyusun standarisasi manajemen proyek berupa Buku Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang memuat konsep, tujuan, kriteria, syarat, tahapan, kelembagaan, dan pendanaan proyek yang harus diacu oleh segenap pelaku terkait. Dari hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi ada desa yang dianggap berhasil dan ada yang kurang berhasil dan diduga partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab keberrhasilan pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ini. B-1-2

3 Sampai saat sekarang belum ada kajian mendalam secara khusus yang dilakukan untuk mengungkap dan mengevaluasi partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Proyek WSLIC-2 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini penting segera dilakukan, karena salah satu pemicu Proyek WSLIC-2 adalah berbasis partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat di desa Karangsuko dan desa Jombok. b. Mengetahui faktor apa yang membedakan partisipasi di Desa Karangsuko dan Desa Jombok. METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan penelitian evaluatif ini, penulis mengambil lokasi penelitian di desa Karangsuko dan desa Jombok Kabupaten Malang. Untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat tersebut ada beberapa hal yang harus ditempuh/dilakukan dalam penelitian ini yaitu: 1. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian 2. Studi literatur 3. Pemilihan lokasi penelitian 4. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor -faktor yang mempunyai pengaruh pada tingkat partisipasi masyarakat pada proyek WSLIC-2 di Kabupaten Malang). 5. Menentukan teknis pengumpulan data. 6. Menyusun dan menyebarkan kuisioner. 7. Menganalisis data IMIS ( Integrated Management Information System), yaitu data sekunder yang diperoleh dari kantor monitoring proyek WSLIC Melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap hasil kuesioner. 9. Melakukan analisa rata rata skor. 10. Menyimpulkan dan memberikan saran. Dari hasil analisis dari masing-masing tahapan tersebut selanjutnya di interpretasikan untuk mendapatkan kesimpulan dan saran. Berdasarkan tahapan diatas, maka pelaksanaan penelitian ini yang dianggap mampu dijadikan sebagai sumber data karena sesuai untuk memberikan informasi yang dibutuhkan adalah: 1. Central Project Management Unit (CPMU) proyek WSLIC-2 pusat. 2. Project Team Leader Proyek WSLIC-2 Pusat. 3. Sekretariat Project Management Unit Proyek WSLIC-2 Propinsi Jawa timur. 4. Province Liaison officer (PLO) Jawa Timur 5. Ketua DPMU Kabupaten Malang 6. Konsultan Teknik (WSS Engineer) dan Konsulatan Pemberdayaan dan Kesehatan (CHD-Specialist) Proyek WSLIC-2 Kabupaten Malang 7. Community Facilitator Team (CFT) Kabupaten Malang 8. Tim Kerja Masyarakat (TKM)/Badan Pengelola Sarana Air Bersih Desa 9. Masyarakat desa terkait ANALISA DAN PEMBAHASAN Analisis Rata rata Skor Tujuan dari analisis rata rata skor adalah untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap implementasi proyek WSLIC-2 di Kabupaten Malang. Langkah langkah yang dilakukan untuk menghitung nilai rata rata skor adalah: B-1-3

4 1. Menghitung frekuensi pernyataan dari masing masing variabel yaitu tidak penting (1), kurang penting (2), cukup penting (3), penting (4), dan sangat penting (5). 2. Memberikan bobot pilihan pada hasil penjumlahan frekuensi tiap variabel dimana tidak penting = 1, kurang penting = 2, cukup penting = 3, penting = 4, dan sangat penting = Menghitung nilai rata rata skor. Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Sumber Daya Manusia Hasil penelitian diketahui bahwa semua variabel yang terdapat dalam faktor sumber daya alam memiliki skor diatas 4 kecuali untuk variabel Tim Kerja Masyarakat mempunyai keahlian di bidang kesehatan yang memiliki skor mendekati 4. Artinya bahwa responden menganggap penting terhadap semua komponen komponen yang terdapat dalam sumber daya manusia sebagai bentuk partisipasi masyarakat diantaranya partisipasi masyarakat melalui kehadiran masyarakat sekitar wilayah pada saat sosialisasi, masyarakat dapat menentukan sasaran prioritas yang akan mendapat proyek, terlibat aktif dalam kegiatan FGD, dan dapat menentukan sarana dalam perencanaan. Selain itu juga keterlibatan masyarakat baik itu laki laki maupun perempuan, kaya atau miskin, tokoh masyarakat atau warga, dan sebagainya. Variabel yang paling dominan di desa Jombok adalah Tim Kerja Masyarakat (TKM) mempunyai keahlian di bidang kemasyarakatan (skor = 4,45). Sedangkan variabel yang paling dominan di desa Karangsuko adalah masyarakat hadir pada saat sosialisasi proyek (skor = 4,45). Dari perhitungan skor secara keseluruhan, variabel yang paling dominan adalah Lurah, LPMD dan tokoh masyarakat memahami tentang program WSLIC-2 (skor = 4,34). Skor penilaian untuk variabel variabel yang berhubungan dengan partisipasi seluruh masyarakat, desa Karangsuko lebih besar dibandingkan desa Jombok. Namun pada variabel variabel yang berhubungan dengan keterlibatan Kepala Desa maupun Tim Kerja Masyarakat, desa Jombok memiliki rata-rata skor yang lebih besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut responden di desa Karangsuko, keberhasilan proyek WSLIC-2 ditentukan dari peran aktif seluruh lapisan masyarakat di desa tersebut. Sedangkan menurut responden di desa Jombok lebih mengutamakan kemampuan Kepala Desa dan Tim Kerja Masyarakat. Kecenderungan ini dapat menggambarkan mengapa sampai dengan tahap akhir, Desa Karangsuko lebih berhasil daripada Jombok, karena pendekatan proyek WSLIC-2 berorientasi pada pemberdayaan masyarakat dan bukan proyek milik kelompok elit desa yang dalam pembahasan ini diwakili oleh kelompok TKM dan Kepala Desa. Sebagian besar responden di Desa Karangsuko menganggap bahwa kehadiran pada saat sosialisasi sangat penting karena keberhasilan proyek tergantung pada seberapa besar keterlibatan/tingkat partisipasi dari seluruh masyarakat. Berbeda dengan masyarakat di Desa Jombok yang menganggap bahwa kemampuan TKM dan Kepala desa lebih penting, artinya bisa saja masyarakat pasrah kepada elite desa dan acuh terhadap proyek. Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Sumber Daya Alam Total skor penilaian responden terhadap faktor sumber daya alam menunjukkan nilai mendekati 4 baik itu secara keseluruhan maupun untuk masing masing desa di wilayah studi. Variabel yang paling dominan untuk desa Jombok adalah masyarakat memberikan kontribusi berupa material setempat yang relevan dan memenuhi syarat teknis (skor = 3,89). Dan untuk desa Karangsuko adalah tanah, tanaman, dan B-1-4

5 kepemilikan masyarakat yang terkena proyek tidak mendapat ganti rugi (skor = 3,85). Secara keseluruhan, variabel yang paling dominan adalah tanah, tanaman, dan kepemilikan masyarakat yang terkena proyek tidak mendapat ganti rugi (skor = 3,87). Dari data yang diperoleh, penulis memberikan analisa bahwa tingkat partisipasi dalam bentuk sumber daya alam lebih besar masyarakat Karangsuko daripada masyarakat Jombok karena nilai nominal kepemilikan tanah, tanaman maupun kepemilikan lain jauh lebih besar daripada material lokal yang relevan secara teknis. Hal ini bisa dihubungkan dengan demand masing-masing desa terhadap proyek. Kebutuhan (demand) akan proyek yang tinggi menyebabkan rasa rela berkorban lebih besar demi terwujudnya proyek tersebut di desa mereka. Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Teknologi dan Manajemen Responden menganggap penting terhadap faktor Teknologi dan Manajemen, baik itu penggunaan teknologi, material, prosedur pencairan, struktur pelaksanaan, usulan program, serta fungsi dan jabatan Tim Kerja Masyarakat. Desa Karangsuko memiliki rata rata skor lebih kecil (kurang dari 4) dibandingkan desa Jombok. Terutama mengenai penggunaan teknologi, prosedur pencairan dana, fungsi dan jabatan TKM. Variabel yang paling dominan untuk faktor teknologi dan manajemen di desa Jombok adalah penggunaan teknologi sederhana dan yang banyak dikenal oleh masyarakat (skor = 4,81). Sedangkan variabel yang paling dominan di desa Karangsuko adalah opsi terpilih ditentukan berdasarkan usulan warga secara demokratis (skor = 4,25). Peneliti menilai bahwasanya ada keterkaitan nilai di atas dengan tingkat pendidikan di masing-masing desa, dimana tingkat pendidikan masyarakat Karangsuko relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan Desa Jombok, sehingga masyarakat jombok lebih memilih teknologi yang sesederhana mungkin, menjadi faktor yang penting dalam keberhasilan proyek. Kondisi ini juga di dukung oleh data pada faktor sumber daya manusia (A) dimana masyarakat Jombok menganggap keahlian TKM dan keterlibatan kepala desa di tiap-tiap bidang merupakan faktor yang penting, artinya masyarakat lebih banyak menyerahkan urusan proyek pada dua kelompok tersebut. Berbeda dengan Desa Karangsuko yang menilai bahwa pemilihan opsi oleh masyarakat secara demokratis, lebih penting karena mereka menilai proyek ini milik masyarakat dan bukan milik kelompok TKM maupun kepala desa. Dari kondisi di lapangan, meskipun teknologi yang digunakan di Karangsuko lebih komplek, namun mereka mampu mengatasi permasalahan tersebut, karena teknologi tersebut hasil pilihan dari masyarakat (demokratis). Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Sosial Ekonomi Secara keseluruhan faktor Sosial Ekonomi menunjukkan angka lebih dari 4 (penting). Ini menunjukkan bahwa faktor tersebut penting dalam kaitannya dengan keberhasilan proyek. Baik itu mengenai pengelolaan dana, informasi kondisi keuangan, maupun kontribusi masyarakat berupa inkind dan incash. Kedua desa, Jombok dan Karangsuko memiliki variabel yang paling dominan untuk faktor sosial ekonomi sama, yaitu pengelolaan dana proyek dilaksanakan secara terbuka/transparan dengan skor masing masing 4,51 dan 4,45. B-1-5

6 Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Internal Kinerja Masyarakat Demikian juga untuk faktor kinerja masyarakat, kedua desa, yaitu Jombok dan Karangsuko memiliki variabel dominan yang sama, yaitu masyarakat mengetahui dan menyetujui perencanaan dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dengan skor masing masing 4,41 dan 4,04. Di dalam faktor Kinerja Masyarakat terlihat bahwa responden berpendapat pentingnya keterlibatan masyarakat untuk ikut mengawasi rencana dan implementasi proyek, mengetahui dan menyetujui perencanaan kerja, serta ketrampilan dari masyarakat setempat itu sendiri, ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat mempunyai peran yang sangat besar terhadap keberhasilan proyek ini. Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi Kondisi politik, keadaan ekonomi, dan situasi sosial merupakan faktor eksternal yang penting dalam pelaksanaan proyek. Menurut responden, kondisi politik dan pemerintahan yang aman, demokratis, ekonomi yang stabil, serta situasi masyarakat yang stabil dan kekeluargaan sangat menunjang keberhasilan proyek ini. Variabel yang memiliki skor tertinggi di desa Jombok adalah situasi sosial masyarakat yang stabil dan kekeluargaan (skor = 4,26), hal ini didukung oleh letak geografis Desa Jombok dengan perkotaan (Kota Malang) relatif lebih jauh sehingga sifat-sifat daerah pedesaan seperti kekeluargaan ataupun bentuk hubungan sosial yang lain masih melekat kuat, berbeda dengan Desa Karangsuko yang secara letak geografis, relatif dekat dengan perkotaan (Ibu kota kabupaten dan Ibu Kotamadya). Meskipun mereka menilai bahwa variabel situasi masyarakat yang stabil dan kekeluargaan, merupakan faktor penting keberhasilan proyek, namun mereka menganggap kondisi politik dan pemerintahan yang aman, demokrasi terutama di desa proyek (skor = 4,25), merupakan faktor yang lebih penting. Apabila dilihat sedikit ke belakang, masyarakat Karangsuko merasakan trauma terhadap kata proyek. Mereka seringkali dikecewakan pada saat proyek-proyek sebelumnya, karena proyek terdahulu yang bersifat top down. Seringkali sama sekali tidak melibatkan masyarakat dan hanya dimonopoli oleh kelompok elit pemerintahan tertentu. Oleh sebab itu mereka menilai bahwa kondisi politik dan pemerintahan yang aman dan demokrasi merupakan faktor yang sangat penting terhadap keberhasilan proyek. Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal Donor Pihak Luar Bantuan dari pihak luar terutama mengenai pendanaan proyek, tenaga ahli, dan teknologi sangat penting dalam menunjang keberhasilan proyek WSLIC-2. Pihak luar yang dimaksud adalah dari Pemerintah Pusat, Kabupaten, maupun Propinsi. Tanpa adanya campur tangan dari Pemerintah, proyek ini tidak akan berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Menurut pendapat responden di desa Jombok, variabel yang paling penting dalam keberhasilan proyek berkaitan dengan faktor dari pihak luar adalah adanya bantuan tenaga ahli dari luar desa (skor = 4,41). Hal ini berkaitan dengan pembahasan sebelumnya bahwa sumber daya manusia Desa Jombok yang relatif lebih rendah, sehingga mereka merasa perlu adanya bantuan khususnya tenaga ahli. Sedangkan di Desa Karangsuko, variabel yang paling penting adalah adanya bantuan dana dari Pemerintah Kabupaten, Propinsi, maupun Pusat (skor = 4,39). Mereka menilai justru keberhasilan proyek sangat erat kaitannya dengan koordinasi dengan lintas sektor yang terkait dengan proyek ini. B-1-6

7 Rata rata Skor Penilaian Responden Terhadap Faktor Eksternal Pesaing dari Luar Mengenai faktor Pesaing dari luar, responden menganggap kurang penting memperhatikan pesaing dari luar. Terutama di desa Karangsuko, responden berpendapat bahwa pihak luar tidak begitu berperan penting dalam keberhasilan pelaksanaan proyek. Demikian juga mengenai studi banding terhadap desa yang dianggap tidak berhasil dalam pelaksanaan proyek, menurut responden lebih baik melakukan studi banding terhadap desa yang berhasil, sehingga dapat dijadikan masukan bagi keberhasilan di desa sendiri. Variabel yang memiliki skor tertinggi untuk faktor pesaing dari luar adalah mengadakan studi banding pada desa yang berhasil dalam pelaksanaan proyek WSLIC- 2 dengan skor masing masing 4,25 dan 4,03. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisa dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pendapat antara responden di desa Jombok dan responden desa Karangsuko. Pendapat tersebut mengenai partisipasi masyarakat dalam keberhasilan proyek WSLIC-2 2. Responden di desa Jombok menganggap Faktor Internal Teknologi dan Manajemen merupakan peringkat tertinggi dalam mengukur tingkat keberhasilan proyek WSLIC-2 (skor = 4,36), sedangkan di Desa Karangsuko responden menganggap Faktor Internal Sosial Ekonomi merupakan peringkat tertinggi (Skor = 4,19). 3. Variabel yang dominan di tiap faktor menurut responden di desa Jombok adalah: a. Faktor Internal Sumber Daya Manusia: Tim Kerja Masyarakat (TKM) mempunyai keahlian di bidang kemasyarakatan (skor = 4,45), b. Faktor Internal Sumber Daya Alam: masyarakat memberikan kontribusi berupa material setempat yang relevan dan memenuhi syarat teknis (skor = 3,89), c. Faktor Internal Teknologi dan Manajemen: penggunaan teknologi sederhana dan yang banyak dikenal oleh masyarakat (skor = 4,81), d. Faktor Sosial Ekonomi: pengelolaan dana proyek dilaksanakan secara terbuka/transparan (skor = 4,51), e. Faktor Internal Kinerja Masyarakat: masyarakat menyetujui perencanaan dalam RKM (skor = 4,41), f. Faktor Eksternal Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi: situasi sosial masyarakat yang stabil dan kekeluargaan (skor = 4,26), g. Faktor Eksternal Donor Pihak Luar: adanya bantuan tenaga ahli dari pihak luar desa (skor = 4,41) h. Faktor Eksternal Pesaing dari Luar: mengadakan studi banding pada desa yang berhasil dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2 (skor = 4,25). Responden menganggap bahwa masyarakat setempat merupakan komponen pelengkap dari proyek yang sedang dilaksanakan. Menurut masyarakat di desa Jombok, peran pihak luar sangat diperlukan dalam keberhasilan proyek terutama mengenai ketersediaan alat, teknologi dan bantuan pendanaan. Masyarakat lebih diutamakan dalam perencanaan dan pengawasan pada saat pelaksanaan proyek, sedangkan partisipasi langsung lebih ditekankan pada kemampuan Tim Kerja Masyarakat yang telah terbentuk. 4. Variabel yang dianggap dominan dalam partisipasi masyarakat terhadap proyek WSLIC-2 di desa Karangsuko adalah: B-1-7

8 a. Faktor Internal Sumber Daya Manusia: masyarakat hadir pada saat sosialisasi proyek (skor = 4,45), b. Faktor Internal Sumber Daya Alam: tanah, tanaman, dan kepemilikan masyarakat yang terkena proyek tidak mendapat ganti rugi (skor = 3,85), c. Faktor Internal Teknologi dan Manajemen: opsi terpilih ditentukan berdasarkan usulan warga secara demokratis (skor = 4,25), d. Faktor Internal Sosial Ekonomi: pengelolaan dana proyek dilaksanakan secara terbuka / transparan (skor = 4,45), e. Faktor Internal Kinerja Masyarakat: masyarakat mengetahui dan menyetujui perencanaan dalam rencana kerja masyarakat (skor = 4,04), f. Faktor Eksternal Politik, Ekonomi, Sosial, Teknologi: kondisi politik dan pemerintahan yang aman, demokratis, terutama di desa proyek (skor = 4,25), g. Faktor Eksternal Donor Pihak Luar: adanya bantuan dana dari Pemerintah Kabupaten, Propinsi, maupun Pusat (skor = 4,39), h. Faktor Eksternal Pesaing dari Luar: mengadakan studi banding pada desa yang berhasil dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2 (skor = 4,03), Menurut responden, keberhasilan proyek sangat tergantung dari partisipasi keseluruhan masyarakat di desa tersebut. Tanpa melihat status sosial maupun jenis kelamin, setiap masyarakat diharapkan dapat terlibat aktif dalam pelaksanaan proyek baik itu secara incash maupun secara inkind, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. 5. Desa Jombok dinilai kurang berhasil dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2. Tingkat keberhasilan dari desa Jombok sangat berbeda jika dibandingkan dengan desa Karangsuko. Hal ini disebabkan dari tingkat partisipasi masyarakat di desa Jombok sangat kurang dibandingkan desa Karangsuko. Termasuk dalam hal keterlibatan perempuan. Penduduk di desa Karangsuko dalam hal ini penduduk perempuan, ikut serta aktif dalam proses pengambilan keputusan terhadap proyek WSLIC-2. Hal ini yang menyebabkan proyek WSLIC-2 dinilai lebih berhasil di desa Karangsuko dibandingkan desa Jombok. Selain itu, tingkat pendidikan penduduk desa Karangsuko lebih tinggi dibandingkan penduduk desa Jombok. Ini menunjukkan bahwa keberhasilan suatu proyek baik itu pemerintah maupun instansi lain, termasuk proyek WSLIC-2 tidak dapat dipisahkan dari keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi terhadap pelaksanaan proyek. Saran Saran yang dapat diberikan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah: 1. Dari kesimpulan yang didapat, sebaiknya dilakukan kegiatan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proyek di desa-desa. Sehingga masyarakat tidak menganggap keberhasilan suatu bantuan hanya tergantung dari besarnya bantuan dan tim pelaksana saja. 2. Sebaiknya dilakukan penelitian di Kabupaten yang lain untuk membandingkan kesimpulan yang diperoleh. 3. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan tentang seberapa besar peranan masyarakat miskin dan kaum perempuan terhadap keberhasilan proyek WSLIC Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan dengan memasukkan faktor demografi, geologi, dan infrastruktur yang dimiliki di kedua desa, sehingga diketahui apakah perbedaan tingkat keberhasilan proyek juga dipengaruhi faktor tersebut. B-1-8

9 DAFTAR PUSTAKA Alam, A. (2006), Kesinambungan dan Efektivitas Proyek Melalui Partisipasi Masyarakat dalam Proyek WSLIC-2 (Studi Evaluasi Pada Proyek WSLIC -2 di Desa Ngebruk, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Tesis Magister, Universitas Indonesia, Jakarta. Ancok, Jamaluddin. (1995), Metode Penelitian Survey Validitas. Azwar, Saifudin. (1997), Penyusunan SkalaPsikologi, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Diamar, Son, dkk. (2004), Pengarusutamaan Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembanguna, CV Cipruy, Jakarta. Dinas Sosial DKI Jakarta. (1997), Pembinaan Swadaya Sosial Masyarakat dalam Pembangunan Sosial, Dinas Sosial DKI Jakarta, Jakarta. Driyamedia. (1996), Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal Berbuat Bersama Berperan Setara, Studio Driyamedia, Bandung. Driyamedia. (1996), Dimensi Gender dalam Pengembangan Program secara Partisipatif, Studio Driyamedia, Bandung. Eade, Deborah. (1997), Capacity Building An Ap proach to People-Centred Development, Oxford UK, Oxfam (UK and Ireland). Hikmat, Harry. (2001), Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Humaniora Utama Press, Bandung. Ife, Jim. (1995), Community Development, creating community alternatives vision, analysis and practice, Addison Wesley Longman Australia Pty Limited, Melbourne. Laksmono, Bambang Shergi. (1989), Pemberdayaan Masyarakat, Universitas Ilmu-ilmu Sosial UI, Jakarta. Pusat Antar Mikkelsen, Britha. (2001), Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Mukherjee, Nilanjana, Joan Hardjono, and Elizabeth Carriere. (2002), People, Poverty and Livelihoods: Links for Sustainable Poverty Reduction in Indonesia, The Worldbank, Washington DC. Mukherjee, Nilanjana. (2003), WSLIC -2 Project Implementation Plan dan Sustainability Planning and Monitoring in Community Water Supply and Sanitation, The World Bank, The World Bank, Washington DC. Mukherjee, Nilanjana, and Christine van Wijk. (2003), Sustainability Planning and Monitoring in Community Water Supply and Sanitation, The World Bank, Washington DC. Narayan, Deepa. (1993), Participatory Evaluation: Tools for Managing Change in Water and Sanitation, World Bank Technical Paper Number 207, The World Bank, Washington DC. Payne, Malcolm Stuart. (1997), Modern Social Work Theory, Second Edition, MacMillan Press Ltd, London. B-1-9

10 Santoso, Singgih. (2000), SPSS statistik multivariat, Jakarta. Saragi, Tumpal. (2004), Mewujudkan Otonomi Masyarakat Desa, CV Cipruy, Jakarta. Soetrisno, Loekman. (1995), Yogyakarta Menuju Masyarakat Partisipatif, Penerbit Kanisius, Siagian Sondang, P. (1985), Administrasi Pembangunan, PT. Gunung Agung, Jakarta. The World Bank Group, Carleton University, and IOB/ Ministry of Foreign Affairs of The Netherlands. (2001), International Program for Development Evaluation Training (IPDET), Building Skills to Evaluate Development Interventions, The World Bank, Washington DC. The World Bank. (2002), Empowerment and Poverty Reduction, A Source Book, The World Bank, Washington DC. Usman, Sunyoto. (2004), Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Departemen Kesehatan, (2002), Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek WSLIC-2, CPMU WSLIC-2, Jakarta. Departemen Kesehatan. (20 02), Petunjuk Pelaksanaan Operasional Tingkat Desa Proyek WSLIC-2, CPMU WSLIC-2, Jakarta. Departemen Kesehatan. (2004), Petunjuk Teknis Pelaksanaan Monitoring Kesinambungan dan Efektivitas Penggunaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi, CPMU WSLIC-2, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.(2006), Laporan Proyek WSLIC-2 Kabupaten Malang, Malang. B-1-10

PERAN PEREMPUAN TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITY-2 (WSLIC-2)

PERAN PEREMPUAN TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITY-2 (WSLIC-2) PERAN PEREMPUAN TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITY-2 (WSLIC-2) Putu Laksmi Mardiana, Rianto B. Adihardjo, Tridjoko Wahyu Adi Manajemen Proyek Magister Manajemen

Lebih terperinci

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan

Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan pendekatan Bagaimana Kegiatan Dilaksanakan? Siswa-siswi SDN Kwangsan 02 di Kec. Jumapolo Kab. Karanganyar Jawa Tengah melakukan demo PHBS dalam rangkaian program Pamsimas. Pelaksanaan program Pamsimas menggunakan

Lebih terperinci

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum

: [i] adanya inginan untuk meningkatkan kondisi air minum Anak-anak usia sekolah di Nusa Tenggara Timur harus rela berjalan berkilo-kilo guna mendapatkan air minum untuk kebutuhan keluarga. Selain itu, pemerintah juga mempunyai komitmen global MDG (Millennium

Lebih terperinci

PAMSIMAS PEDOMAN PELAKSANAAN DI TINGKAT MASYARAKAT. Desember 2006

PAMSIMAS PEDOMAN PELAKSANAAN DI TINGKAT MASYARAKAT. Desember 2006 PEDOMAN PELAKSANAAN PAMSIMAS DI TINGKAT MASYARAKAT Desember 2006 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Departemen Pekerjaan Umum Departemen Kesehatan Departemen Dalam Negeri The World Bank DAFTAR ISI

Lebih terperinci

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA)

LAMPIRAN E. Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) LAMPIRAN E Pengenalan Methodology for Participatory Assessments (MPA) Membantu Masyarakat untuk Mendapatkan Kesempatan yang Lebih Besar

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2)

PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) Shinta Syahida Rismanimurti, Rianto B. Adihardjo, I Putu Artama Wiguna

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP Oleh : Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Disampaikan Pada Acara Koordinasi dan Sinkronisasi Pengarusutamaan Gender dalam Mendukung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kajian pengetahuan/persepsi masyarakat, berisi mengenai pandangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya merealisasikan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa dengan melibatkan peran serta swasta dan masyarakat yang berorientasi pada kepentingan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN DAN PENDAMPINGAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA

TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA TINJAUAN PROGRAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA DESA POLA IMBAL SWADAYA Deskripsi Kegiatan. Menurut Pemerintah Kabupaten Bogor pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk menuju ke arah yang lebih

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

T E S I S. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Sains (MSi) dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Oleh Febriyanti

T E S I S. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Sains (MSi) dalam Ilmu Kesejahteraan Sosial. Oleh Febriyanti UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL KEKHUSUSAN PEMBANGUNAN SOSIAL PELAKSANAAN TUGAS ORGANISASI

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia seharusnya dapat di akses oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya. Tapi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas

Kelompok seperti inilah yang menjadi target grup program Pamsimas program sejenis dalam 2 tahun terakhir. Konfirmasi akhir desa/kelurahan sasaran ditentukan oleh kriteria respon dan kesediaan masyarakat untuk berkontribusi sebesar minimal 20 % (minimal 16% in kind dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pemerintah menetapkan visi pembangunan yaitu Terwujudnya Indonesia yang

Lebih terperinci

Additional Financing (Pendanaan Tambahan) Anggaran Pendapatan & Belanja Daerah Anggaran Pendapatan & Belanja Nasional Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Badan Kerjasama Antar Desa Bantuan Langsung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang :

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN: PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

STUDY ON COMMUNITY-BASED INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN PNPM UPP KAJIAN KEGIATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS MASYARAKAT PADA PNPM - P2KP

STUDY ON COMMUNITY-BASED INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN PNPM UPP KAJIAN KEGIATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS MASYARAKAT PADA PNPM - P2KP STUDY ON COMMUNITY-BASED INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN PNPM UPP KAJIAN KEGIATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS MASYARAKAT PADA PNPM - P2KP Team Leader / Iwan Suharmawan S1 Civil Engineering 10 tahun

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI DESA

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI DESA DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN KLATEN

EFEKTIVITAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN KLATEN EFEKTIVITAS PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI KABUPATEN KLATEN Myta Retno Widayanti 1., Suryanto 2., Gunung Radjiman 3 Abstrak : Program Penyediaan Air Minum dan

Lebih terperinci

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERBAIKAN LINGKUNGAN FISIK PERMUKIMAN (STUDI KASUS : KECAMATAN RUNGKUT) Disusun Oleh: Jeffrey Arrahman Prilaksono 3608 100 077 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (PAMSIMAS) DI DESA SENGON, KLATEN Rudy Cahyadi 1) dan Bambang Syairudin 2) Manajemen Proyek, Magister

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Pembaharuan tata kelola pemerintahan, termasuk yang berlangsung di daerah telah membawa perubahan dalam berbagai dimensi, baik struktural maupun kultural. Dalam hal penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik, Pemerintahan Desa dituntut untuk mempunyai Visi dan Misi yang baik atau lebih jelasnya Pemerintahan

Lebih terperinci

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF

USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF USULAN PENDEKATAN DAN METODOLOGI RENCANA KERJA DAN JADWAL KEGIATAN CALON TENAGA AHLI PEMASARAN PARTISIPATIF Nama Alamat : Ronggo Tunjung Anggoro, S.Pd : Gendaran Rt 001 Rw 008 Wonoharjo Wonogiri Wonogiri

Lebih terperinci

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif 1 Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif (a) Perencanaan Partisipatif disebut sebagai model perencanaan yang menerapkan konsep partisipasi, yaitu pola perencanaan yang melibatkan semua pihak (pelaku)

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI

EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO. Oleh FERA HANDAYANI EVALUASI KEBIJAKAN PROGRAM PENGEMBANGAN KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh FERA HANDAYANI Abstrak Dalam pengelolaan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), masyarakat mendapatkan kewenangan untuk mengelola

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012) 4.1 Sasaran dan Arahan Tahapan Pencapaian. Bab empat (IV) ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman tahun 2012-2016 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

30 DIMANA DILAKSANAKAN? 3 SAMBUTAN DAN KATA PENGANTAR 6 HIDUP SEHAT DAN SEJAHTERA DENGAN AIR MINUM DAN SANI- TASI BERKUALITAS

30 DIMANA DILAKSANAKAN? 3 SAMBUTAN DAN KATA PENGANTAR 6 HIDUP SEHAT DAN SEJAHTERA DENGAN AIR MINUM DAN SANI- TASI BERKUALITAS Daftar Isi 3 SAMBUTAN DAN KATA PENGANTAR 30 DIMANA DILAKSANAKAN? 18 APA ITU PAMSIMAS? Tujuan Sasaran Sasaran Lokasi 6 HIDUP SEHAT DAN SEJAHTERA DENGAN AIR MINUM DAN SANI- TASI BERKUALITAS 36 LOKASI PROGRAM

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN AIR PERMUKAAN DI KOTA PALU JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 e-issn : 2443-3977 Volume 15 Nomor 1 Juni 2017 SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT REGIONAL PASIGALA SEBAGAI ANTISIPASI DEGRADASI KETERSEDIAAN

Lebih terperinci

PERAN BPD DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (Studi Kasus di Desa Ciputih, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes)

PERAN BPD DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (Studi Kasus di Desa Ciputih, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes) PERAN BPD DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PERDESAAN (Studi Kasus di Desa Ciputih, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Disusun Oleh: ABIH GUMELAR A220090005

Lebih terperinci

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific

MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 8 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016-2020 DENGAN

Lebih terperinci

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Brief Note Edisi 19, 2016 Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan Pengantar Riza Primahendra Dalam perspektif pembangunan, semua

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL DAN TIM KOORDINASI PEMBANGUNAN PENDIDIKAN ACEH TENTANG DUKUNGAN PROGRAM SEDIA UNTUK PENGUATAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SINGKIL

Lebih terperinci

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang

1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo. Semarang 1.8.(2) Peremajaan Permukiman Kota Bandarharjo Semarang Tipe kegiatan: Peremajaan kota Inisiatif dalam manajemen perkotaan: Penciptaan pola kemitraan yang mempertemukan pendekatan top-down dan bottom-up

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu

BAB I PENDAHULUAN. setiap kegiatan program pembangunan tersebut. dengan sebutan pembangunan partisipatif. Pembangunan partisipatif yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi (terpusat) ke desentralisasi (otonomi daerah) mempengaruhi pelaksanaan pembangunan di negeri ini. Dimana dahulunya

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Blitar Tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang menunjukkan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan merupakan sebuah kondisi kehilangan terhadap sumber-sumber pemenuhan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI

PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI PARTISIPASI PETANI DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT (Kasus di Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah) AMIN FAUZI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan oleh masyarakat. Sedangkan proses untuk mencapai tujuan itu. dinyatakan dalam berbagai strategi pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan daerah mengandung dua dimensi, yaitu tujuan dan proses. Tujuan pembangunan sudah pasti kondisi kehidupan yang lebih baik sebagaimana yang diinginkan oleh

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, perihal kinerja sektor Air Minum dan Sanitasi.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, perihal kinerja sektor Air Minum dan Sanitasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan WHO-UNICEF dalam joint monitoring 2004, di antara negara Asia Tenggara lainnya, Indonesia tergolong masih rendah perihal kinerja sektor

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai program penanggulangan kemiskinan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat baik dari segi sosial maupun dalam hal ekonomi. Salah

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Fasilitator Masyarakat Program Pamsimas II TA 2013

Kerangka Acuan Fasilitator Masyarakat Program Pamsimas II TA 2013 Kerangka Acuan Fasilitator Masyarakat Program Pamsimas II TA 2013 Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat II (PAMSIMAS II) 1. Latar Belakang Program Pamsimas II merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

Secara khusus, penelitian ini akan menjawab tiga pertanyaan utama sebagai berikut:

Secara khusus, penelitian ini akan menjawab tiga pertanyaan utama sebagai berikut: Ringkasan Eksekutif KELOMPOK MARJINAL DALAM PNPM 1 AKATIGA PUSAT ANALISIS SOSIAL 1. Tentang Laporan Studi Kelompok Marjinal dan Rentan ini bermula dari adanya kekhawatiran bahwa sekelompok segmen masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN A.1. Pelaksanaan PPK 1. Efektifitas Pemberdayaan dalam PPK a) Kesesuaian Pemberdayaan dengan dimensi Konteks Program pemberdayaan yang dilakukan: untuk penetapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang,

PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, dimana pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Pengembangan Masyarakat (Community Development) berkembang sebagai kritik terhadap pendekatan kesejahteraan (welfare approach) atau pendekatan

Lebih terperinci

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender

Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci. Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian dan Informan Kunci Tim 5 Studi Gender Pertanyaan Penelitian 1: Apakah masalah-masalah, hambatanhambatan dan juga peluang-peluang utama yang mempengaruhi pemberdayaan ekonomi-sosial

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi hak

Lebih terperinci

B u k u 6 D i s t r i c t C o o r d i n a t o r 1

B u k u 6 D i s t r i c t C o o r d i n a t o r 1 B u k u 6 D i s t r i c t C o o r d i n a t o r 1 TEMA : ISU PENTING DALAM PAMSIMAS : GENDER, DISABILITAS DAN STUNTING TUJUAN : Peserta dapat menjelaskan: Konsep Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Yang

Lebih terperinci

Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan

Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan. Partisipasi Perempuan dalam PNPM Perkotaan Partisipasi Perempuan dalam PNPM 1 Andy A. Zaelany Gender specialist / anthropologist Ary Wahyono Sociologist Triyoga Supriatmadji Community development Achmad Fatony Sociologist Marini Purnomo Community

Lebih terperinci

Iwan Adrianto, Rianto B. Adihardjo, Supani Hardjo Diputro Manajemen Proyek, MMT - ITS ABSTRAK

Iwan Adrianto, Rianto B. Adihardjo, Supani Hardjo Diputro Manajemen Proyek, MMT - ITS ABSTRAK ANALISA KEPUASAAN DARI SUDUT PANDANG MASYARAKAT PENGGUNA TERHADAP PROGRAM SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) DI PAMEKASAN Iwan Adrianto, Rianto B. Adihardjo, Supani Hardjo

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

AGENDA PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN 2 KESEHATAN TAHUN 2015

AGENDA PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN 2 KESEHATAN TAHUN 2015 AGENDA PROGRAM PAMSIMAS KOMPONEN 2 KESEHATAN TAHUN 2015 DISAMPAIKAN PADA RAKORNAS PROGRAM PAMSIMAS II TAHUN 2014 DENPASAR, BALI 3-6 DESEMBER 2014 EKO SAPUTRO Waka CPMU Pamsimas Ditjen PP&PL PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas dalam good governance menjamin berlangsungnya proses pembangunan yang partisipatoris dan berkesetaraan gender. Menurut

Lebih terperinci

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS

Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS KABUPATEN PURBALINGGA Program Padat Karya Pangan (PKP) MENGATASI SITUASI SULIT DENGAN UPAH BERAS Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008 satu SITUASI SEBELUM

Lebih terperinci

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian; (4) manfaat penelitian; (5) batasan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini, dimaksudkan untuk menjelaskan urgensi permasalahan penelitian yang diuraikan dengan sistematika (1) latar belakang; (2) pertanyaan penelitian; (3) tujuan penelitian;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu proses pembangunan, selain dipertimbangkan aspek pertumbuhan dan pemerataan, juga dipertimbangkan dampak aktivitas ekonomi terhadap kehidupan sosial masyarakat,

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN Bappenas menyiapkan strategi penanggulangan kemiskinan secara lebih komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan berkelanjutan/p2b (sustainable livelihoods approach).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci