TERBATAS. Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan
|
|
- Yenny Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 19 Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Yang Diharapkan 13. Dengan mempertimbangkan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan dengan pelaksanaan upaya-upaya realistis, diharapkan Kemampuan Tempur TNI AU di masa depan akan meningkat ditinjau dari dua aspek Kesiapan Tempur yakni Aspek Personel dan Aspek Pelatihan. a. Aspek Personel. Penekanan pada aspek ini adalah pada pembinaan kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi dari segi aircraft handling dan air combat tactics skill. Dengan mengaplikasikan teknologi flight simulation yang tepat pada Simulator F-16A diharapkan para penerbang tersebut dapat memperoleh sense yang lebih realistis sehingga memudahkan dalam mengendalikan pesawat F-16. Perbedaan sense walaupun hanya sepersekian detik di Simulator F-16A dengan di pesawat F-16 dapat memberikan persepsi yang salah dan dapat berakibat fatal saat menerbangkan pesawat F-16. Dengan Simulator F-16A yang sangat realistis akan berdampak positif pada peningkatan aircraft handling dan air combat tactics skill serta pada saat yang bersamaan mereka dapat menambah jam terbang untuk mengkompensasi kekurangan di pesawat F-16. Dengan jumlah alokasi jam terbang rata-rata Simulator F-16A sebanyak jam per TA, diharapkan setiap penerbang dapat / membukukan..
2 20 membukukan minimal 10 jam terbang per bulan 1 dan bila diakumulasi dengan jumlah jam terbang yang diperoleh di pesawat F-16 maka setiap penerbang setidaknya dapat mengumpulkan 15 jam terbang per bulan. b. Aspek Pelatihan. Aspek ini difokuskan pada pengembangan (development) fasilitas Full Mission Simulator F-16A agar mampu memenuhi latihan (exercise) yang diperlukan para penerbang Skadron Udara 3 Wing 3 Lanud Iswahjudi untuk meningkatkan aircraft handling dan air combat tactics skill. Keahlian ini diperlukan untuk mendukung mereka agar mampu melaksanakan misinya dengan sukses (mission accomplished) baik latihan maupun operasi udara. Dengan upaya-upaya yang akan dilaksanakan diharapkan keterbatasan yang ada saat ini dapat diatasi sehingga akan diperoleh : 1) Database Flying Area. Database flying area Simulator F-16A diharapkan dapat mencakup seluruh wilayah udara nasional Indonesia dari Sabang sampai Merauke hingga ke batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sehingga dimungkinkan simulasi pertahanan udara area dan pelibatan tempur pada Palagan I seperti diperlihatkan pada gambar 2 2. Pengembangan database flying area lebih lanjut dapat digunakan untuk / mensimulasikan jam per TA/12 bulan = 140 jam/bulan. Tiap penerbang akan mendapat alokasi 140/15 penerbang = 9,333 jam 10 jam terbang simulator per bulan. 2
3 21 mensimulasikan gerakan operasi serangan udara strategis ke daerah lawan yakni negara-negara tetangga yang diyakini mempunyai indikasi mempunyai kemampuan untuk melakukan invasi ke wilayah kedaulatan NKRI khususnya melalui media udara. Gambar 2. Database flying area Simulator F-16A TNI AU masa depan. / 2) Integrated..
4 22 2) Integrated Flight Simulator Complex. Dalam kaitan peningkatan kemampuan air combat tactics para penerbang Skadron Udara 3 yang diaplikasikan pada suatu operasi udara mandiri maupun operasi gabungan, teknologi flight simulation diaplikasikan dalam integrasi Simulator F-16A (Integrated Flight Simulator) dengan flight simulator TNI AU lainnya di dalam suatu Integrated Flight Simulator Complex (IFSC). Ada dua hal yang diharapkan di masa depan yakni : a) Jangka Pendek. Untuk jangka pendek IFSC difokuskan untuk mendukung latihan Air-to-Air Combat yakni dengan mengintegrasikan Simulator F-16A dengan Simulator Hawk Mk-209 sehingga latihan Dissimilar Air Combat Tactics (DACT) dapat disimulasikan sebelum dilaksanakan di Air Combat Maneuvering Range (ACMR) Pekanbaru. Dengan mensimulasikan latihan ini, seorang penerbang dapat tahu lebih awal mempelajari kelemahan dan kelebihan lawan sehingga ia dapat menentukan taktik terbaik untuk mengalahkan lawannya dengan kelemahan dan kelebihan pesawat yang diterbangkannya. IFSC akan semakin lengkap bila semua tipe pesawat tempur TNI AU dilengkapi dengan flight simulator-nya seperti pesawat F-5E, A-4 Skyhawk dan Hawk Mk-53. / b) Jangka..
5 23 b) Jangka Panjang. Untuk jangka panjang IFSC dapat dilengkapi dengan tipe flight simulator lain seperti Simulator C-130, Simulator SA- 330 dan Simulator C-130 BT Tanker sehingga diharapkan integrated simulation latihan operasi udara gabungan dapat dilakukan sebelum dipraktekkan di kondisi nyata. Sebagai contoh di dalam operasi udara gabungan pesawat Hawk 200 bertindak sebagai bomber atau striker dengan dikawal (escort) oleh pesawat F-16 yang juga bertindak sebagai sweeper. Setelah melaksanakan pengeboman, pesawat Hawk 200 melakukan air refueling dari pesawat C-130 BT di ARCP. Konsep IFSC diperlihatkan pada gambar 3 3 berikut ini. Gambar 3. Konsep Integated Flight Simulator Complex. 3
TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :
9 Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen : a. Personil (Man). Para personil TNI AU yang
Lebih terperinciKARANGAN MILITER PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003
KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN KARANGAN MILITER PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003 JUDUL UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG
KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI AU MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATION PADA MASA LIMA TAHUN MENDATANG Pendahuluan 1. TNI
Lebih terperinciANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU
ANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU Dosen Pembimbing : Ir. Achmad Ansori, DEA. Devy Kuswidiastuti, S.T, M.Sc. Oleh : ANDY
Lebih terperinciMEMPERTAHANKAN OPERATIONAL READINESS FLIGHT SIMULATOR TNI AU :
MEMPERTAHANKAN OPERATIONAL READINESS FLIGHT SIMULATOR TNI AU : SUATU IDE PEMBENTUKAN ORGANISASI PEMELIHARAAN FLIGHT SIMULATOR TNI AU Oleh : Mayor Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Dalam
Lebih terperinciFUNGSI UNIK LCD PROJECTOR
FUNGSI UNIK LCD PROJECTOR Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin Daemon Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Presentasi komputer menggunakan Liquid Crystal Display (LCD) Projector ke layar lebar adalah hal yang biasa, tetapi
Lebih terperinciE. Sumber Daya Alinfaslat
E. Sumber Daya Alinfaslat Walaupun dalam tulisan ini fokus tulisan diberikan pada Full Mission Simulator (FMS) F-16A tetapi tetap tidak mengabaikan alut sista yang lainnya. Alut sista lainnya pada dasarnya
Lebih terperinciMEMIKIRKAN MASA DEPAN FLIGHT SIMULATOR TNI AU
MEMIKIRKAN MASA DEPAN FLIGHT SIMULATOR TNI AU Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Pendahuluan Flight Simulator atau lebih sering disingkat dengan simulator saja bukanlah komoditi
Lebih terperinciKARAKTER SPESIFIK SIMULATOR
KARAKTER SPESIFIK SIMULATOR Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Pepatah mengatakan Tak Kenal maka Tak Sayang ternyata tidak hanya berlaku dalam hubungan antar manusia saja, ternyata
Lebih terperinciMEKANISME EFEK G PADA SIMULATOR PESAWAT TEMPUR
MEKANISME EFEK G PADA SIMULATOR PESAWAT TEMPUR Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin Daemon Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Faktor utama yang membedakan pesawat tempur dengan pesawat angkut dan helikopter adalah kemampuan
Lebih terperinciIsi Perjanjian DCA RI Singapura
105 Lampiran 1 Isi Perjanjian DCA RI Singapura Pasal 1, Tujuan Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk membentuk suatu kerangka kerjasama strategis yang komprehensif guna meningkatkan kerjasama bilateral
Lebih terperinciDISSIMILAR AIR COMBAT FLIGHT SIMULATOR (DACFS)
DISSIMILAR AIR COMBAT FLIGHT SIMULATOR (DACFS) Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Menyimak perkembangan pertempuran di dunia akhir-akhir ini khususnya di sepanjang tahun 2003,
Lebih terperinciANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU
ANALISA RMS ERROR TERHADAP RATA RATA POSISI PADA PENUNJUKAN GPS UNTUK APLIKASI ALIGNMENT PESAWAT TEMPUR F-16 TNI-AU Andy Nur Hidayat 1) Achmad Ansori 2) Devy Kuswidiastuti 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciAplikasi Continuous Improvement Terhadap Pemeliharaan Overhaul Pesawat Tempur Hawk Mk-209 TNI AU
Aplikasi Continuous Improvement Terhadap Pemeliharaan Overhaul Pesawat Tempur Hawk Mk-209 TNI AU Raden Mohammad Suaidy Avief 1, *, Ellysa Nursanti 2 1 Satuan Pemeliharaan 32 Depo Pemeliharaan 30, Lanud
Lebih terperinciPendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Program pengembangan kekuatan (Probangkuat) TNI AU khususnya alat utama sistem senjata udara, menjadi prioritas utama dalam mengembangkan komponen kekuatan dan pertahanan udara
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN WILAYAH PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Gauthama,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pengaruh globalisasi transportasi udara dalam dekade terakhir ini berpengaruh langsung terhadap peningkatan kebutuhan dan kualifikasi tenaga
Lebih terperinciKajian Radius Operasional... (Rais Zain dan Ika Suwarni)
KAJIAN RADIUS OPERASIONAL PESAWAT TEMPUR DI ATAS WILAYAH TERITORIAL REPUBLIK INDONESIA (STUDY ON RADIUS OF ACTIONS FOR FIGHTER JETS OVER THE ALL INCLUSIVE TERRITORY OF REPUBLIC OF INDONESIA) Rais Zain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TNI (Tentara Negara Indonesia) dalam negara kita mengemban tugas sebagai alat pertahanan negara. Yang dimaksud pertahanan negara adalah segala usaha untuk menegakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dilihat dari sisi geografisnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang sangat luas dari Sabang sampai Merauke dan pulau-pulau tersebut dipisahkan
Lebih terperinciAPLIKASI ADMINISTRASI SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEMELIHARAAN FULL MISSION SIMULATOR F-16A WING 3 LANUD ISWAHJUDI
APLIKASI ADMINISTRASI SISTEM UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PEMELIHARAAN FULL MISSION SIMULATOR F-16A WING 3 LANUD ISWAHJUDI Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 A journey of thousand miles
Lebih terperinciMISSION BRIEFING. 1. Introduction. 2. General Procedure
MISSION BRIEFING 1. Introduction Dalam rangka HUT TNI-AU IVAO Indonesia Special Operation Department mengadakan Group Flight Mission dari bandara Internasional Juanda Surabaya ke Bandara Internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat baling-baling penggerak. 1.2. Latar Belakang Pesawat terbang tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam ilmu kedokteran,
Lebih terperinciTEKNOLOGI SIMULATOR PESAWAT TERBANG DARI MASA KE MASA
TEKNOLOGI SIMULATOR PESAWAT TERBANG DARI MASA KE MASA Oleh : Mayor Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Jauh sebelum Wright Brothers menciptakan pesawat terbang pertama, sejarah Yunani telah
Lebih terperincidalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap
BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan
Lebih terperinciMENGENAL ALINFASLAT LANUD ISWAHJUDI & FULL MISSION SIMULATOR (FMS) F-16A
MENGENAL ALINFASLAT LANUD ISWAHJUDI & FULL MISSION SIMULATOR (FMS) F-16A Oleh Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA *) Pengantar Sudah cukup banyak tulisan atau artikel yang bercerita mengenai
Lebih terperinciPengembangan Perangkat Lunak. untuk Menentukan Berat Payload Maksimum. dalam Satu Rute Penerbangan
Pengembangan Perangkat Lunak untuk Menentukan Berat Payload Maksimum dalam Satu Rute Penerbangan Tugas Akhir Diajukan sebagai syarat kelulusan program sarjana Strata Satu (S1) Oleh : Dany Eka Saputra 13601043
Lebih terperinciGambar 1.1 Skema kontrol helikopter (Sumber: Stepniewski dan Keys (1909: 36))
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umunya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang memiliki
Lebih terperinciDesain pesawat masa depan
Desain pesawat masa depan Flying Wing = Sayap Terbang? Itu memang terjemahan bebasnya. Dan arti yang sebenarnya memang tidak terlalu jauh berbeda. Flying Wing sebenarnya merupakan istilah untuk desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang kuat akan kedirgantaraan di Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu dan teknologi kedirgantaraan perlu untuk diketahui masyarakat karena Indonesia pernah menjadi salah satu negara yang kuat akan kedirgantaraan di Asia Tenggara.
Lebih terperinciDesign Kapal Induk untuk INDONESIA
Design Kapal Induk untuk INDONESIA Posted by masakiueda Ter inspirasi dengan di anggap remehnya negara kita oleh malaysia, maka dengan menguras pikiran saya mencoba untuk men-desain kapal induk untuk republik
Lebih terperinciDAFTAR ISI ANALISIS PENATAAN ULANG (BENCHMARKING) ORGANISASI KOMANDO UTAMA (KOTAMA) TNI AU. 1 DR. A. Dirwan, M.Sc. 7 Drs.
DAFTAR ISI ANALISIS PENATAAN ULANG (BENCHMARKING) ORGANISASI KOMANDO UTAMA (KOTAMA) TNI AU 1 DR. A. Dirwan, M.Sc. MENYIMAK PERKEMBANGAN SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA RI ERA REFORMASI 7 Drs. Mudjiharto, MM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi politik yang telah berlangsung selama tiga belas tahun telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi politik yang telah berlangsung selama tiga belas tahun telah memperjelas peran TNI sebagai pengemban fungsi pertahanan negara dalam mempertahankan
Lebih terperinciTEKNOLOGI REAL-TIME : KONSEP DAN APLIKASI
TEKNOLOGI REAL-TIME : KONSEP DAN APLIKASI Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 Cukup banyak oleh-oleh yang saya peroleh selama menjadi Ketua In Plant Team dan Transfer of Technology
Lebih terperinciNo Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciNASKAH ANGKATAN PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003
KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARA SEKOLAH KOMANDO KESATUAN NASKAH ANGKATAN PERWIRA SISWA ANGKATAN LXXIII TAHUN 2003 JUDUL OPTIMALISASI KEMAMPUAN PENGAMATAN DAN PENGINTAIAN TNI ANGKATAN UDARA DI WILAYAH
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk membahas dan menganalisa konsep kekuatan udara di institusi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU)
Lebih terperinciEDWIN A. LINK Jr. : FATHER OF AIRCRAFT FLIGHT SIMULATOR
EDWIN A. LINK Jr. : FATHER OF AIRCRAFT FLIGHT SIMULATOR Oleh : Kapten Lek Ir. Arwin D.W. Sumari, FSI, FSME, VDBM, SA 1 National Inventors Hall of Fame, suatu lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pemberian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK WAKTU-NYATA SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT KENDALI ELEVATOR N PADA ENGINEERING FLIGHT SIMULATOR
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK WAKTU-NYATA SIMULASI SISTEM PEMBANGKIT KENDALI ELEVATOR N250-100 PADA ENGINEERING FLIGHT SIMULATOR ABSTRAK Pesawat udara merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
Lebih terperinciUniversitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Universitas Katolik Parahyangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Terakreditasi A SK BAN PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014 Strategi Pembangunan Kekuatan
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN
ANALISA KARAKTERISTIK AERODINAMIKA UNTUK KEBUTUHAN GAYA DORONG TAKE OFF DAN CRUISE PADA HIGH SPEED FLYING TEST BED (HSFTB) LAPAN Lintang Madi Sudiro (2106100130) Jurusan Teknik Mesin FTI ITS,Surabaya 60111,email:lintangm49@gmail.com
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH
Lebih terperinci2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a
No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciS K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG
S K R I P S I ANALISIS WAKTU PELAYANAN GROUND HANDLING PT. LAHAND AIR SERVICE DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA BANDUNG Diajukan untuk memenuhi sebagai prasyarat mencapai derajat Sarjana S 1 Disusun
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Alasan Indonesia Memilih Rusia untuk Dijadikan Mitra Kerjasama
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Alasan Indonesia Memilih Rusia untuk Dijadikan Mitra Kerjasama Militer Rusia memang merupakan alternatif bagi Indonesia untuk diajak bekerjasama dalam bidang
Lebih terperinciPemodelan dan Simulasi Sistem : Teori, Aplikasi dan Contoh Program dalam Bahasa C
Pemodelan dan Simulasi Sistem : Teori, Aplikasi dan Contoh Program dalam Bahasa C Pengarang : BAMBANG SRIDADI, Ir., MSc. Penerbit : INFORMATIKA, Bandung, 2009. Bermacam macam topik tentang pemodelan dan
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb
No.580, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Pengamanan Perbatasan. Pengerahan Tentara Nasional Indonesia. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGERAHAN
Lebih terperinci1.1 Latar belakang masalah
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, berada diantara dua benua yaitu Asia dan Australia serta diantara dua
Lebih terperinciMATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012
Sublampiran E dari Lampiran Peraturan Menteri Pertahanan Nomor : Tanggal : MATRIKS TARGET KINERJA PEMBANGUNAN TAHUN 2012 PERKIRAAN PRIORITAS/FOKUSPRIORITAS/KEGIATAN RENCANA RENCANA PRAKIRAAN MAJU NO INDIKATOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAS (unmanned aircraft systems) atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard).
Lebih terperinciLANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG Penekenan Desain : Ekspresi Arsitektur Hightech
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM KEDIRGANTARAAN NASIONAL DI BANDUNG Penekenan Desain : Ekspresi Arsitektur Hightech Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
Lebih terperinci2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1378, 2016 KEMENHUB. Pesawat Udara Sipil Asing. Angkutan Udara Bukan Niaga. Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan dengan pesawat terdiri dari 3 (tiga) fasa, yaitu lepas landas (take-off), menempuh perjalanan ke tujuan (cruise to destination), dan melakukan pendaratan
Lebih terperinciKetidakwajaran dan Kemahalan Harga serta Kejanggalan Mekanisme Pembelian Sukhoi
Ketidakwajaran dan Kemahalan Harga serta Kejanggalan Mekanisme Pembelian Sukhoi 1. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian pesawat tempur Sukhoi 30MK2 sebanyak 6 unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang melaksanakan pembangunan nasional dalam segala aspek. Sarana yang menjadi sasaran pembangunan nasional adalah bidang ekonomi,
Lebih terperinciPERANCANAAN AWAL TURBOPROP BASIC TRAINER AIRCRAFT BERDASAR KRITERIA CAKUPAN MISI PENERBANGAN
PERANCANAAN AWAL TURBOPROP BASIC TRAINER AIRCRAFT BERDASAR KRITERIA CAKUPAN MISI PENERBANGAN Tungga Bhimadi Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik dan Informatika Universitas Gajayana Malang Mertojoyo Blok-I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjual barang/jasa dengan harga yang lebih tinggi dari harga pokoknya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Justine T Sirait (2006) menyatakan bahwa tujuan utama suatu perusahaan adalah memperoleh keuntungan (laba) dan keuntungan akan diperoleh jika perusahaan menjual barang/jasa
Lebih terperinciBAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN
BAB II RUANG LINGKUP PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Bandara Husein Sastranegara Pada tahun 1920, pemerintah kolonial Belanda mendirikan sebuah lapangan terbang yang diberi nama LUCH WAART AFDELING, karena
Lebih terperinciANALISA DAN PEMBAHASAN
28 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN IV. 1 Penegakkan Kedaulatan Negara Penegakkan hukum adalah merupakan bagian dari upaya mempertahankan kedaulatan negara. Sebagai negara yang berdaulat, pemerintah Indonesia
Lebih terperinciOngkos Material Handling (OMH), Process Layout, Tata Letak Fasilitas
PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA HANGGAR PEMELIHARAAN PESAWAT HAWK 100/200 DI PANGKALAN UDARA ROESMIN NURJADIN St Nova Meirizha Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciGenre dalam Game PC. Faisal aditya. Abstrak. Pendahuluan.
Genre dalam Game PC Faisal aditya ichaladitya93@gmail.com Abstrak Nah sekarang saya akan menjelaskan bagi pecinta / yang suka bermain game khususnya, tentang genre apa aja yang ada di dalam sebuah game
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skadron Pendidikan 204 sebagai unsur pelaksana Lanud Sulaiman dan. berkedudukan langsung dibawah Komandan Lanud Sulaiman bertugas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skadron Pendidikan 204 sebagai unsur pelaksana Lanud Sulaiman dan berkedudukan langsung dibawah Komandan Lanud Sulaiman bertugas menyelenggarakan pendidikan
Lebih terperinciPELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING
PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING Oleh: Sylvia Mega Astuti I Wayan Suarbha Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X
Final Draft Menunggu Paraf KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X DENGAN
Lebih terperinciBAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA
BAB V EVALUASI HASIL RANCANG BANGUN SISTEM REKONSTRUKSI LINTAS TERBANG PESAWAT UDARA Pada bagian ini akan dievaluasi hasil sistem rekonstruksi lintas terbang pesawat udara yang dibangun. Proses evaluasi
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkuta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1901, 2014 KEMENHUB. Angkutan Udara. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 77 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budi Setiawan Marlianto, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini tujuan individu untuk bekerja tidak hanya mencari uang saja, melainkan untuk memenuhi kebutuhan yang lain seperti kebutuhan untuk dihargai, membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke terdiri dari 13.446 pulau dan 34 provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-empat
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI
Lebih terperinciMODEL SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA
MODEL SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA untuk memenuhi Tugas Besar mata kuliah Pemodelan Sistem disusun oleh: Graham Desmon 131141264 Hafizha Fauzani 131144294
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, transportasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu transportasi darat, udara dan laut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi udara merupakan industri yang memiliki kaitan erat dengan ekonomi global. Peningkatan 1% Pendapatan Domestik Bruto (PDB) secara global akan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya pesawat diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu sayap tetap (fix wing) dan sayap putar (rotary wing). Pada sayap putar pesawat tersebut dirancang
Lebih terperinciBAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE
BAB III REKONTRUKSI TERBANG DENGAN PROGRAM X-PLANE 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, mengetahui optimalnya suatu penerbangan pesawat Boeing 747-4 yang dikendalikan oleh seorang pilot dengan menganalisis
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB
BAB IV ANALISIS PRESTASI TERBANG FASA TAKE-OFF DAN CLIMB 4.1 Perbandingan antara hasil FDR dengan X-Plane Hasil simulasi yang dikeluarkan oleh program X-Plane tidak sama walaupun inputan yang diberikan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau UAS (Unmanned Aircraft System) merupakan salah satu teknologi kedirgantaraan yang saat ini sedang berkembang dengan pesat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki dalam setiap moda transportasi. Salah satu moda transportasi yang harus memiliki standar peraturan keamanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak untuk banyak keperluan penerbangan baik dibidang militer maupun sipil. Dibandingkan dengan wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Belitung yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempunyai potensi sumber daya alam yang potensial baik di laut maupun di darat. Di antaranya
Lebih terperinci(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)
MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 57 TAHUN 2011 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota organisasi. Dalam mengimplementasikan rencana-rencana strategis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernyataan visi dan misi suatu organisasi menurut Imelda (2004) merupakan gambaran ideal organisasi atas apa yang dicapai dimasa yang akan datang melalui kegiatan operasionalnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal penerbangan, pilot telah merasakan dan menggunakan ground effect tanpa mengetahui penyebab terbentuknya efek tersebut. Sebagai contoh pada perang dunia ke
Lebih terperinciJurnal INFORMASI Vol.4 No.2 (1), November Chairuddin. Teknik Informatika, STMIK IM, Jl.Jakarta No.79 Bandung
Jurnal INFORMASI Vol.4 No.2 (1), November 2011 1 PERGERAKAN DAN TEKNIK PENCAHAYAAN PADA OBJEK 3D Chairuddin Teknik Informatika, STMIK IM, Jl.Jakarta No.79 Bandung ch.ruddin@gmail.com Abstrak Grafik tiga
Lebih terperinciKEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan.
No.1085, 2014 KEMENHAN. Pembina Administrasi. Veteran. Dukungan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG DUKUNGAN KEPADA PEMBINA ADMINISTRASI VETERAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Ditinjau dari sisi geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) dengan wilayah yang sangat luas, terbentang dari Sabang sampai Merauke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul REDESAIN TERMINAL BANDARA ATAMBUA SEBAGAI AKSES PENERBANGAN INTERNASIONAL INDONESIA - TIMOR LESTE, dari judul diatas dapat diartikan perkata sebagai berikut: Sumber:
Lebih terperinci6. Implementasi/kerjasa ma/pemanfaatan. 7. Lampiran gambar/foto/tabel
Usulan Teknologi Unggulan: 2. Teknologi Pencitraan Multispektrum Pushbroom (Pushbroom Multispectral Imaging) untuk Penginderaan Jauh 1. Latar Belakang Dalam rangka membangun kemandirian penguasaan teknologi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 707 TAHUN 2012
MENTERI KEPUTUSAN MENTERI NOMOR 707 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN YANG DAPAT DIDUDUKI OLEH TENAGA KERJA ASING PADA KATEGORI TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN GOLONGAN POKOK ANGKUTAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis
Lebih terperinciANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG
ANALISIS SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG SKRIPSI Oleh: ANGGIT RATNAKUSUMA NIM. J2E009025 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menerapkan konsep belajar kolaboratif. Dalam konsep ini, siswa dapat saling
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Program pembelajaran untuk pengunjung siswa SD di Museum Dirgantara Mandala yang semula cenderung konvensional dicoba untuk diubah dengan menerapkan konsep belajar
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar belakang.
Bab I Pendahuluan Naskah ini disusun sebagai tugas akhir Program Magister Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan pada Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) di Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Komando Operasi Angkatan Udara I atau Koopsau I sebagai salah satu Kotama pelaksana, TNI Angkatan Udara mempunyai tugas melakukan pembinaan prajurit untuk mendukung tugas
Lebih terperinciCOUNTER-STRIKE ONLINE Game First Person Shooter No 1 di DUNIA
COUNTER-STRIKE ONLINE Game First Person Shooter No 1 di DUNIA Asep Herman Suyanto info@bambutechno.com http://www.bambutechno.com Counter-Strike adalah game FPS (First Person Shooter) legendaris berbasiskan
Lebih terperinciAnalisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru
Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru Rudhi Andreas Komang ), Aryo Sasmita 2), David Andrio 3) ) Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan, 2,3)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya pesawat udara yang melintas di wilayah udara Indonesia, membuat beberapa rute perjalanan pesawat udara bisa saling berdekatan atau berada di atas
Lebih terperinciLAMPIRAN A MATRIKS LEMMA
LAMPIRAN A MATRIKS LEMMA Dengan menganggap menjadi sebuah matriks dengan dimensi, dan adalah vektor dari dimensi, maka didapatkan persamaan: (A.1) Dengan menggunakan persamaan (2.32) dan (2.38), didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan
Lebih terperinci