BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) memiliki nilai akhir yang cukup menjanjikan bagi para peneliti, pelaku bisnis, pemerintah, dan sebagainya. Contoh hasil eksplorasi SDA yaitu penemuan fosil dan penambangan minyak bumi. Pencarian sumber minyak bumi sebenarnya tidak mudah, perlu pengetahuan khusus dan keahlian khusus dalam menganalisis berbagai macam parameter untuk menentukan lokasi yang terdapat sumber minyak bumi. Salah satu parameter tersebut yaitu dengan menggali informasi melalui fosil yang ditemukan, contohnya mikrofosil foraminifera [1]. Mikrofosil foraminifera terdiri dari dua jenis yaitu bentik dan planktonik. Mikrofosil foraminifera jenis bentik memiliki ukuran diameter kurang dari 100 µm dan hidupnya di dasar laut, sedangkan planktonik memiliki ukuran diameter tidak lebih dari 600 µm dan hidupnya mengambang di permukaan laut. Foraminifera yang sudah berbentuk fosil terutama jenis planktonik sangat mudah ditemukan di dasar laut maupun di permukaan tanah dan dapat digunakan untuk penanggalan biostratigrafi yang banyak dimanfaatkan untuk mempermudah pencarian sumber minyak bumi [2]. Penggalian informasi pada mikrofosil foraminifera dapat dilakukan dengan mengamati morfologinya, karena pada dasarnya usia mikrofosil yang sangat tua hanya menyisakan morfologi untuk dapat diteliti. Morfologi mikrofosil foraminifera terdiri dari beberapa bagian meliputi jumlah bilik, pola bilik, bentuk mulut, bentuk kulit luar, arah putaran, tekstur, jumlah ulir, dan struktur apertur [2]. Dalam proses penggalian informasi dari suatu mikrofosil, informasi pertama yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum mendapatkan informasi lain yang lebih detail adalah jenis spesies mikrofosil yang ditemukan. Praktiknya, penggalian informasi mikrofosil yang dilakukan secara manual dengan menggunakan buku sebagai pedoman identifikasi dan klasifikasi memerlukan waktu yang cukup lama, 1

2 tidak efisien, sulit serta membosankan [3]. Selain itu, untuk mendapatkan informasi yang akurat pada mikrofosil diperlukan seorang ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang mikrofosil tersebut dan tentunya dengan bantuan beberapa referensi untuk memastikan bahwa hasil identifikasi adalah benar. Banyaknya jenis spesies mikrofosil foraminifera khususnya planktonik memberikan keterbatasan pada setiap paleontologis untuk mengingat seluruh jenis spesies tersebut berserta dengan detail ciri-ciri maupun bentuk. Sehingga diperlukan suatu sistem yang memiliki kemampuan dan pengetahuan para pakar mikrofosil foraminifera untuk memberikan kemudahan para paleontologis dalam melakukan identifikasi dan klasifikasi mikrofosil foraminifera planktonik. Pengetahuan seorang pakar dapat diakuisisi ke dalam komputer dengan membuat program pakar. Akuisisi pengetahuan dari seorang ahli ke dalam suatu program komputer tersebut disebut dengan istilah knowledge engineering yang termasuk dalam salah satu proses pembuatan sistem pakar. Sistem pakar merupakan suatu sistem komputer yang memiliki kemampuan seorang pakar dalam menyelesaikan suatu masalah tertentu. Sistem pakar dapat dibuat dengan beberapa tahapan. Untuk sampai ketahap knowledge engineering ini, developer perlu melalui tahap knowledge acquisition yaitu pengumpulan data pakar yang biasanya memerlukan waktu cukup lama terutama dalam memastikan kebenaran data yang digunakan. Setelah tahap knowledge acquisition dan knowledge engineering selesai, maka developer dapat melanjutkan ke tahap pembuatan sistem pakar termasuk penentuan inference engine, penentuan metode representasi pengetahuan, hingga rancangan tampilan [4]. Sistem pakar memiliki potensi besar dalam penyebaran pengetahuan dan informasi dalam pemecahan suatu masalah kepakaran ke banyak orang [4]. Berdasarkan [5], hal tersebut sulit untuk dicapai karena masih banyak sistem pakar yang jarang dipakai oleh banyak orang, sehingga penyebaran pengetahuan dari sistem pakar hanya ke beberapa orang saja. Permasalahan lain, masih banyak sistem pakar yang berupa standalone program seperti sistem pakar MYCIN untuk diagnosis penyakit, sistem pakar VIDES untuk identifikasi mikrofosil [6], sistem pakar BUGS untuk identifikasi fosil hama [7], sistem pakar klasifikasi foraminifera 2

3 planktonik dengan sistem knowledge-based [8], sistem identifikasi mineral dengan menggunakan rule-based [9] dan masih banyak lagi. Sistem pakar yang berupa standalone program tersebut masih memiliki kekurangan seperti sulitnya distribusi program karena knowledge base sering mengalami perubahan yang mengharuskan user untuk selalu upgrade aplikasi mereka secara rutin, jika database yang diperlukan oleh sistem jumlahnya banyak akan lebih banyak usaha dan kerjasama yang diperlukan dalam distribusi sistem pakar ke banyak user. Kesulitan-kesulitan yang dialami dalam sistem pakar tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan internet [5]. Dengan mengimplementasikan sistem pakar kedalam internet dan memanfaatkan server yang telah berisi pengetahuan, maka penyebaran pengetahuan pakar ke banyak user sekaligus menjadi lebih memungkinkan dan lebih mudah serta menguntungkan. Selain itu, monitoring dan maintenance terhadap sistem pakar juga akan lebih mudah. Untuk memudahkan dalam mengakses server yang berisi pengetahuan tersebut digunakan user interface berbasis protokol web dan mengguakan browser [5]. Bercermin pada permasalahan yang telah dijelaskan maka pengembangan ini ditujukan untuk mengembangkan suatu sistem pakar identifikasi dan klasifikasi dengan objek utama mikrofosil foraminifera planktonik yang diimplementasikan pada komputer untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan mikrofosil foraminifera planktonik ke dalam kelompok spesies tertentu dengan lebih mudah. Sedangkan untuk menanggulangi keberadaan ahli fosil yang tentu saja tidak sewaktu-waktu dapat dengan mudah dijumpai dan memudahkan dalam proses monitoring maupun maintenance, maka sistem pakar ini juga akan memanfaatkan internet dalam implementasinya sehingga menghasilkan suatu sistem pakar berbentuk web yang dapat digunakan oleh semua orang kapanpun dan di manapun dengan mudah. 1.2 Rumusan Masalah Penggalian informasi pada suatu mikrofosil terlebih pada mikrofosil foraminifera bukan suatu kegiatan yang mudah dilakukan, perlu seorang pakar yang 3

4 memiliki pengetahuan maupun pengalaman yang cukup banyak untuk dapat mengidentifikasi suatu mikrofosil dengan tepat. Namun, apabila hanya mengandalkan seorang pakar tentu memiliki kelemahan seperti keberadaan seorang pakar belum tentu ada diwaktu maupun tempat pada saat yang dibutuhkan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sistem yang memiliki kemampuan dan pengetahuan seperti pakar untuk mempermudah identifikasi dan klasifikasi mikrofosil foraminifera planktonik. 1.3 Tujuan Pengembangan Tujuan dari pengembangan ini untuk membangun web based expert system untuk identifikasi dan klasifikasi mikrofosil foraminifera planktonik dengam metode pendekatan berbasis kasus. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam pengembangan ini yaitu. 1. Sistem yang dikembangkan digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi spesies mikrofosil foraminifera berdasarkan ciri-ciri fisiknya yang dinyatakan dalam bentuk teks bukan berdasarkan input citra maupun gambar. 2. Ciri yang digunakan merupakan ciri pembeda tingkat spesies. 3. Data mikrofosil yang digunakan dalam sistem adalah mikrofosil foraminifera planktonik. 4. Data mikrofosil yang digunakan dalam sistem merupakan data mikrofosil index foraminifera planktonik usia Neogen yang ditemukan di Indonesia. 5. Sistem difokuskan pada pengembangan tahap retrieve dan reuse. 1.5 Manfaat Pengembangan Pengembangan sistem ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alat bantu untuk mengetahui jenis spesies dari mikrofosil foraminifera planktonik yang ditemukan. 4

5 1.6 Sistematika Penulisan Dalam penulisan laporan akhir ini, penulis menggunakan sistematika untuk memperjelas keseluruhan isi dari penelitian. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut. a. BAB I : Pendahuluan Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang pengembangan, rumusan masalah, tujuan pengembangan, batasan masalah dan manfaat pengembangan. b. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dari berbagai penelitian yang telah ada sebelumnya serta landasan teori yang digunakan sebagai acuan dasar dalam penelitian ini. c. BAB III : Metode Pengembangan Pada bab ini berisi penjelasan metode pengembangan yang digunakan. Secara rinci berisi penjelasan bahan dan alat pengembangan, langkah pengembangan, perancangan sistem, dan perancangan pengujian. d. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Pada bab ini berisi penjelasan dan pembahasan hasil pengembangan. e. BAB V : Kesimpulan dan Saran Pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran terhadap pengembangan ini yang dapat digunakan untuk pengembangan maupun penelitian selanjutnya. 5