IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Bank Jabar Banten Sejarah Bank Jabar PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Provinsi Banten, pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dan publik. Awal berdirinya bank bjb bermula dari NV DENIS (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), yang berkedudukan di Bandung dan bergerak di bidang hipotek. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yang dinasionalisasi berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia (RI) Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia Milik Belanda yang dinasionalisasi. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat dengan modal dasar dari kas daerah sebesar Rp , berdasarkan Akta Pendirian No.125 tanggal 19 November 1960 juncto. Akta Perubahan No.152 tanggal 21 Maret 1961 dan Akta Perubahan No.84 tanggal 13 Mei 1961, keduanya dibuat di hadapan Noezar, Notaris di Bandung. serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 tertanggal 20 Mei 1961 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah PT Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat. Dalam rangka penyesuaian dengan ketentuan Undang-undang Republik Indonesia No.13 Tahun 1962 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, bentuk hukum Perseroan diubah dari Perseroan Terbatas Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa Barat menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Djawa Barat No.11/PDDPRD/1972 tanggal 27 Juni 1972 tentang Penyempurnaan Kedudukan Hukum Bank Karja Pembangunan Daerah Djawa-Barat. Nama PD Bank Karja Pembangunan Daerah Jawa Barat selanjutnya diubah menjadi BPD Jabar sesuai Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni Pada

2 36 tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 status BPD Jabar meningkat menjadi bank umum devisa. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 1995, BPD Jabar memiliki sebutan Bank Jabar dengan logo baru. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat No.22 Tahun 1998 tanggal 14 Desember 1998 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT). Bentuk hukum Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat berubah yang semula Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas. Perda tersebut dituangkan lebih lanjut pada Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 juncto Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 keduanya dibuat di hadapan Popy Kuntari Sutresna, S.H., Notaris di Bandung yang telah memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman RI berdasarkan Surat Keputusan No.C HT TH.99 tanggal 16 April 1999, didaftarkan dalam Daftar Perusahaan di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kab/Kodya Bandung di bawah No.871/BH.10.11/IV/99 tanggal 24 April 1999, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No.39 tanggal 14 Mei 1999, Tambahan No.2811, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan syariah, sesuai dengan izin BI Nomor 2/18/ DpG/DPIP Tanggal 12 April 2000 maka sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi BPD pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan sistem syariah. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tanggal 16 April 2001 menyetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun. Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14 April 2004 berdasarkan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Melihat perkembangan prospek usaha yang terus membaik, hasil RUPS tanggal 5 April 2006 menetapkan kenaikan modal dasar Bank Jabar dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun.

3 37 Pada bulan November 2007, sebagai tindak lanjut SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,dilaksanakan penggantian call name dari Bank Jabar menjadi Bank Jabar Banten. Sehubungan dengan kegiatan usaha perbankan syariah, Bank Jabar Banten melakukan pemisahan (spin off) unit usaha syariah menjadi bank syariah dengan nama PT Bank Jabar Banten Syariah. Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas, PT Bank Jabar Banten Syariah No.4 tanggal 15 Januari 2010, dibuat oleh Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, bank bjb memiliki penyertaan sebanyak (satu miliar sembilan ratus delapan puluh juta) saham yang merupakan 99% (Sembilan puluh sembilan persen) dari seluruh saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh dalam Anak Perusahaan. Bank Jabar Banten Syariah memperoleh izin usaha dari Bank Indonesia sesuai dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.12/35/KEP.GBI/2010 tanggal 30 April 2010 Tentang Pemberian Izin Usaha PT Bank Jabar Banten Syariah. Seiring dengan perkembangan jaringan kantor yang lebih luas maka berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Bank Pembangunan Jawa Barat dan Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010 dan sesuai Surat Bank Indonesia No. 12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo, serta Surat Keputusan Nomor 1337/SK/DI(R-PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka pada tanggal 8 Agustus 2010 nama Bank Jabar Banten resmi berubah menjadi bank bjb. bank bjb merupakan Bank Pembangunan Daerah pertama yang mencatatkan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Juli 2010 bank bjb menawarkan saham kepada publik sejumlah lembar saham Seri B (termasuk EMSA) dengan harga penawaran Rp 600,- per saham dimana dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 25% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum ini dipergunakan oleh bank bjb untuk penguatan modal perusahaan dalam rangka mendukung ekspansi kredit, terutama sektor UMKM, perluasan jaringan, dan pengembangan teknologi informasi. Penawaran Umum Perdana Saham bank

4 38 bjb memperoleh minat yang relative besar dari investor domestik maupun luar negeri. Dalam Penawaran Umum kepada masyarakat tanggal 1, 2 dan 5 Juli 2010, permintaan saham bank bjb mengalami oversubscribed sebesar 11,2 kali untuk porsi pooling. Dengan perjalanan panjang yang sudah ditempuh, bank bjb mengajak bersama stakeholdernya menuju era baru perbankan nasional. Secara ringkas perkembangan Bank Jabar Banten dapat dilihat pada gambar 5.

5 39 Bank BJB didirikan dengan nama PT. Bank Karja Pembangunan Djawa Barat yang merupakan hasil nasionalisasi bank NV DENIS pada masa pemerintahan Belanda Berubah menjadi PD Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Memperoleh izin operasi sebagai Bank Devisa Menjadi BPD pertama yang menjalankan dua sistem perbankan, yaitu konvensional dan syariah Menerbitkan obligasi VI Berubah menjadi perusahaan daerah (PD) Bank Kerja Pembangunan Daerah Menerbitkan obligasi untuk pertama kalinya Berubah dari PD menjadi Perseroan Terbatas (PT) Berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Peningkatan rating dari Pefindo menjadi idaa- Spin Off Unit Usaha Syariah IPO/ Go Public Re-Branding Gambar 5. Sejarah Perkembangan Bank Jabar Banten, Tbk. Sumber : Annual Report Bank Jabar Banten 2010

6 Visi Misi Bank Jabar Banten Visi Bank Jabar Banten Menjadi 10 Bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia. Merupakan penjabaran dari keinginan yang kuat dari segenap stakeholder bank bjb untuk membawa bank bjb tumbuh berkembang menjadi salah satu 10 bank terbesar dan berkinerja baik di kancah nasional. Misi Bank Jabar Banten Nilai Nilai Perusahaan Penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah. Melaksanakan penyimpanan uang daerah. Salah satu sumber pendapatan asli daerah. Tabel 3. Nilai-nilai perusahaan : Corporate Value Perilaku Utama Main Behavior Service 1. Ramah, Tulus, Kekeluargaan 1. Friendly, sincere, Excellence 2. Selalu memberikan pelayanan prima familiar 2. Always provide excellent Profesionalism 3. Cepat, Tepat, Akurat 4. Kompeten dan Bertanggungjawab 5. Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan Integrity 6. Konsisten, disiplin, dan penuh semangat 7. Menjaga citra bank melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika Respect 8. Fokus pada nasabah 9. Peduli pada lingkungan Inteligence 10. Selalu memberikan solusi yang terbaik 11. Berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri 12. Menyukai perubahan positif Trust 13. Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang sehat 14. Menjaga rahasia bank dan perusahaan service 3. Quick, Precisely, accurate 4. Competent and responsible 5. Understand and follow company provisions 6. Consistent, discipline, and exuberant 7. Keeping the image of the bank through ethical behavior and respect 8. Focus on customer 9. Care for the environment 10. Always give best solution 11. Strong desire to develop themselves 12. Like positive change 13. Growing transparency, togetherness, and a good relationship 14. Protect Bank and company secrets Sumber : Annual Report Bank Jabar Banten

7 Perkembangan Kondisi Keuangan Perusahaan Perkembangan Neraca Perkembangan neraca yang terjadi sebelum go public, yaitu antara tahun 2008 sampai dengan semester pertama tahun 2010 menunjukan tren peningkatan setiap pertriwulan pertahunnya. Hal tersebut dapat terlihat pada triwulan pertama pada tahun 2008 total aktiva yang sebesar Rp meningkat sebesar 21,97% menjadi Rp pada tahun 2009 dan meningkat sekitar 23,44% pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp Pada triwulan kedua peningkatan yang terjadi antara tahun 2008 dah tahun 2009 adalah sebesar 24,81% dimana pada tahun 2008 total aktiva sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp atau meningkat pula sekitar 29,92%. Untuk triwulan ketiga dan keempat atau pada semester kedua tahun 2008 dan 2009 persentase kanaikan pada semester pertama tidak dapat dipertahankan, pada semester dua ini justru mengalami penurunan sekitar 25,67% pada triwulan ketiga turun menjadi sekitar 24,46% pada triwulan keempat atau sebesar Rp pada tahun 2009 dimana pada tahun 2008 adalah sebesar Rp Sedangkan apabila dilihat seletah go public perbandingan neraca dengan tahun sebelumnya pada semester kedua atau triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2009 dan 2010 dapat terlihat peningkatan pada jumlah aktiva dimana pada tahun 2009 jumlah aktiva yang sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp atau meningkat sekitar 27.88% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi apabila dilihat pada tahun yang sama yaitu 2010 triwulan kedua dan ketiga persentasenya justru mengalami penurunan sekitar 2,04%. Sedangkan pada triwulan keempat peningkatan jumlah aktiva terjadi sekitar 34,05% dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar Rp pada tahun 2010 dibandingna dengan jumlah aktiva yang sebesar Rp pada tahun Jumlah Kewajiban perusahaan apabila dilihat sebelum go public yaitu antara tahun 2008 dan 2009 serta pada semester pertama tahun 2010 menunjukan pada triwulan pertama tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan jumlah kewajiban

8 42 sekitar 20,88% atau sebesar Rp pada tahun 2008 meningkat menjadi sebesar pada tahun 2009 dan meningkat sekitar 23,82% pada triwulan pertama tahun 2010 atau sebesar Rp Pada triwulan kedua persentase kenaikan yang terjadi yaitu sekitar 25,52% dimana pada tahun 2008 jumlah kewajiban yang sebesar Rp meningkat menjadi Rp pada tahun 2009 dan sebesar Rp pada tahun 2010 atau meningkat sekitar 30,68% dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun Pada semester terakhir tahun 2008 dan 2009 atau pada triwulan ketiga dan keempat persentase jumlah kewajiban mengalami fluktuasi dimana pada triwulan ketiga persentase meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sekitar 26,68% atau sebesar Rp pada tahun 2008 menjadi Rp , akan tetapi pada triwulan keempat terjadi penurunan persentase sekitar 24,45% atau sebesar Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 jumlah persentase kewajiban mengalami penurunan pada triwulan ketiga tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 23,55% dimana pada tahun 2009 sebesar Rp menajdi sebesar Rp Apabila dilihat pada triwulan keempat jumlah persentase kewajiban mengalami peningkatan sebesar 31,16% dimana pada tahun 2009 sebesar Rp menajdi sebesar Rp pada tahun Ekuitas sebelum go public mengalami fluktuasi setiap triwulannya dimana, pada triwulan pertama tahun 2008 jumlah ekuitas sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp pada triwulan pertama tahun 2009 atau sekitar 33,38% dan meningkat menjadi sebesar Rp pada tahun 2010 atau meningkat pula sekitar 19,82% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan kedua persentase mengalami penurunan menjadi sekitar 17,77% atau sebesar Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun 2009 dan menjadi sebesar Rp pada tahun 2010 atau sekitar 21,80%. Pada triwulan ketiga persentase penurunan menjadi sekitar 15,88% naik

9 43 daripada triwulan kedua, atau sebesar Rp menjadi sebesar Rp Pada triwulan keempat persentase jumlah ekuitas mengalami peningkatan daripada triwulan ketiga yaitu sebesar 24,56% dimana pada tahun 2008 jumlah ekuitas sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp Setelah go public persentase ekuitas pada triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2010 yaitu pada triwulan ketiga tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan kedua pada tahun yang sama dimana persentasenya sekitar 27,88% atau sebesar Rp Akan tetapi tetap mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun 2009 yang sebesar Rp Pada triwulan keempat persentase kanaikan jumlah ekuitas mengalami kenaikan yang terbesar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 34.05% atau sebesar Rp pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp Selisih nilai diperoleh dari nilai tahun sekarang dikurangi dengan nilai tahun sebelumnya. Sedangkan selisih persen diperoleh dari selisih tahun ini dibagi dengan nilai tahun sebelumnya. Data ringkasan neraca dan selisih nilai dan persentase PT. Bank Jabar Banten, Tbk. dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5 :

10 44 Tabel 4. Ringkasan Neraca PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode (dalam jutaan rupiah) Komponen I II III IV I II III IV I II III IV Aktiva Kewajiban Ekuitas Total ekuitas dan Kewajiban Tabel 5. Selisih Nilai dan Persentase Neraca PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode (dalam juta rupiah) Komponen Selisih Persentase Selisih Persentase I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Aktiva ,97 24,84 25,67 24, ,44 29,92 27,88 34,05 Kewajiban ,88 25,52 26,68 24, ,82 30,68 23,55 31,16 Ekuitas ,38 17,77 15,88 24, ,82 21,80 73,67 61,44 Total ekuitas dan Kewajiban ,97 24,81 25,67 24, ,44 29,92 27,88 34,05

11 Perkembangan Laporan Laba/Rugi Perkembangan laporan laba rugi cenderung meningkat pertriwulan dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat dari laba bersih yang dihasilkan pada tahun 2008 yang sebesar Rp , meningkat sebesar Rp , atau sekitar 30,80% pada akhir tahun Sedangkan laba bersih pada tahun 2010 pun meningkat sebesar Rp , dibandingkan tahun sebelumnya atau meningkat sekitar 25,53% menjadi sebesar Rp , pada akhir tahun Secara ringkas laporan laba rugi periode dapat dilihat pada tabel 6 :

12 46 Tabel 6. Ringkasan Laba/Rugi PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode (dalam jutaan rupiah) Komponen I II III IV I II III IV I II III IV Pendapatan Bunga Beban Bunga ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya Pendapatan (Beban) Operasional Lainnya Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional (3.400) (5.483) (9.516) (10.699) (2.739) (5.223) (7.566) (10.207) - (153) - (13.226) Laba Sebelum Pajak Pajak (48.148) ( ) ( ) ( ) (78.107) ( ) ( ) ( ) (70.077) ( ) ( ) ( ) Laba Bersih Selisih Persentase

13 Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis kinerja keuangan perusahaan terutama rasio keuangan menjelaskan dan memberikan gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan. Begitu pun halnya dengan analisis Du Pont menunjukan bagaimana rasio aktivitas dan profit margin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang dihasilkan. Sedangkan nilai EVA pada perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah ekonomis Rasio-rasio Keuangan Analisis rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan jumlah yang lainnya. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran relatif tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan. Atau secara sederhana rasio disebut sebagai perbandingan jumlah dari satu jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya dijadikan bahan kajian untuk dianalisis dan diputuskan. Analisis rasio keuangan merupakan instrument analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indicator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut untuk kemudian menujukan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan. Analisis rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasio solvabilitas yang ditunjukan oleh Rasio Hutang terhadap Total Aktiva, Rasio Hutang Terhadap Ekuitas, Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva dan CAR, rasio aktifitas yang ditunjukan oleh Rasio Perputaran Total aktiva, rasio profitabilitas ditunjukan oleh NPM, ROA, ROE. Pemilihan rasio-rasio tersebut sesuai atau relevan terhadap perhitungan Analisis Du Pont dan Analisis EVA.

14 Rasio Solvabilitas Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Bagi para pemegang saham tingkat solvabilitas ini sangat penting karena akan menunjukan kemampuan perusahaan dalam menanggung seluruh beban hutang dan jaminan untuk para pemegang saham jika perusahaan dilikuidasi. Data-data pada pos aktiva, hutang serta ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan jangka panjang. Penilaian tingkat solvabilitas PT. Bank Jabar Banten, Tbk. menggunakan rasio hutang terhadap total aktiva, rasio hutang terhadap modal sendiri atau ekuitas dan rasio ekuitas terhadap total aktiva serta capital adequacy ratio (CAR). Perkembangan nilai rasio solvabilitas ini dapat dilihat pada tabel 7. :

15 49 Tabel 7. Perkembangan nilai rasio solvabilitas PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Periode Ratarata Indikator I II III IV I II III IV I II III IV per tahun Rasio Total Hutang 91,32 90,88 90,64 90,47 90,50 91,40 91,37 90,46 90,78 91,93 88,27 88,51 89,81 dengan Aktiva Rasio Total Hutang 1051,73 996,76 968,04 949,24 953, , ,24 948,35 985, ,84 752,85 770,48 889,36 dengan Modal Rasio Modal dengan 8,68 9,12 9,36 9,53 9,50 8,60 8,63 9,54 9,22 8,07 11,73 11,49 10,18 Aktiva CAR 16,62 16,01 15,53 15,06 17,43 14,46 18,71 21,19 23,59 17,33 27,62 22,85 19,90

16 50 a. Rasio Total Hutang Terhadap Total Aktiva Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukan banyaknya aktiva yang dibiayai dari pinjaman (hutang). Selama tiga periode analisis yaitu antara tahun dianalisis per triwulan, nilai rata-rata rasio total hutang terhadap total aktiva adalah sebesar 89,81 persen per akhir tahunnya. Hal tersebut menunjukan bahwa jumlah aktiva yang dibiayai dengan hutang adalah sebesar 89,81 persen atau dengan kata lain sebesar Rp. 89,81,- dari setiap 100 rupiah aktiva digunakan untuk menjamin utang. Pada umumnya nilai standar untuk rasio ini adalah maksimal 50 persen. Rasio rata-rata yang diperoleh pada analisis rasio total hutang terhadap total aktiva sebesar 89,81 persen menunjukan nilai resiko yang relatif besar ditanggung oleh perusahaan karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman (hutang). Pada sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun Tingkat rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukan tren yang fluktuatif dimana, pada triwulan pertama tahun 2008 tingkat rasio ini mengalami tren penurunan setiap triwulannya sebesar 91,32% pada triwulan pertama tahun 2008 turun menjadi sebesar 90,88% pada triwulan kedua dan 90,64 pada triwulan ketiga serta 90,47% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 tren rasio total hutang terhadap aktiva mengalami fluktuasi setiap triwulannya dimana, pada triwulan pertama tahun 2009 rasio ini sebesar 90,50% meningkat menjadi sebesar 91,39% pada triwulan kedua dan mengalami penurunan lagi pada triwulan ketiga menjadi sebesar 91,36% serta turun lagi pada triwulan keempat menjadi sebesar 90,46%. Pada semester pertama tahun 2010 atau pada triwulan pertama dan kedua tingkat rasio ini mengalami peningkatan dimana pada triwulan pertama yang sebesar 90,78% meningkat menjadi sebesar 91,93%. Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 atau pada triwulan ketiga dan keempat rasio ini menunjukan penurunan dibandingkan dengan sebelum go public yaitu pada semester pertama tahun 2010 dimana pada triwulan ketiga tahun 2010 ini tingkat rasio sebesar 88,27% meningkat menjadi 88,51% pada triwulan keempat pada tahun 2010.

17 51 b. Rasio Total Hutang Terhadap Modal Sendiri Rasio total hutang terhadap modal sendiri menunjukan proporsi hutang yang dapat dijamin dengan modal sendiri. perkembangan rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Nilai rata-rata untuk rasio ini pada akhir tahun selama tiga periode adalah 889,36 persen yang berarti setiap Rp. 1,00,- modal perusahaan digunakan untuk menjamin seluruh utang sebesar Rp. 8,89,-. Rata-rata nilai rasio ini lebih besar daripada standarnya yaitu 100 persen, ini menunjukan rendahnya kemampuan modal sendiri untuk menjamin kewajiban perusahaan dan rendahnya tingkat keamanan keuangan perusahaan karena besarnya komponen dana yang berasal dari luar. Akibatnya perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan apabila memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan dilikuidasikan. Apabila dilihat dari sebelum go public, tingkat rasio ini menunjukan tingkat yang berfluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi pada tahun 2008 tingkat rasio memiliki tren yang menurun, dimana triwulan pertama rasio ini sebesar 1051,73% turun menjadi sebesar 996,76% pada triwulan kedua dan 968,03% pada triwulan ketiga serta 949,24% pada triwulan keempat. Hal berbeda terjadi pada tahun 2009 dimana rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap triwulannya, pada triwulan pertama tahun 2009 rasio ini sebesar 953,16% meningkat menjadi sebesar 1062,36% pada triwulan kedua dan mengalami penurunan pada triwulan ketiga dan keempat secara berturut-turut menjadi sebesar 1058,24% dan 948,35% di tahun Pada tahun 2010 semester pertama rasio ini menunjukan tren peningkatan dimana pada triwulan pertama tahun 2010 sebesar 985,00% meningkat menjadi 1139,83% pada triwulan kedua. Setelah go public yaitu pada triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2010 tingkat rasio ini menunjukan tren penurunan dibandingkan pada semester lalu pada tahun yang sama dimana pada triwulan ketiga rasio ini sebesar % dan turun menjadi sebesar 770,48%.

18 52 c. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aktiva Rasio perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva mencerminkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari pinjaman dan modal sendiri, disamping pula memberikan tingkat keamanan bagi kreditur. Nilai standar untuk rasio ini minimal 50 persen. nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva perusahaan menunjukan perkembangan peningkatan setiap tahunnya. Ratarata nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva pada akhir tahun adalah sebesar 10,18 persen. Angka ini menunjukan bahwa selama tiga periode tersebut aktiva yang dibiaya dengan modal sendiri rata-rata sekitar 10,18 jauh dibandingkan total aktiva yang dibiayai oleh pinjaman (hutang) yang rata-rata sebesar 89,81. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai tersebut masih berada pada standar pada umumnya yang minimal sebesar 50 persen yang berarti pula menunjukan tingkat keamanan yang kurang baik bagi perusahaan. Sebelum go public pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 rasio ini menunjukan tren yang berfluktuatif setiap tahunnya. Akan tetapi apabila dilihat pada tahun 2008 tren yang terjadi pada rasio ini menunjukan peningkatan dimana pada triwulan pertama tahun 2008 sebesar 8,68% meningkat menjadi sebesar 9,11% dan 9,36% pada triwulan ketiga serta 9,53% pada triwulan keempat tahun Pada tahun 2009 triwulan pertama rasio ini sebesar 9,49% terjadi penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 8,60% dan pada triwulan ketiga pada tahun yang sama terjadi peningkatan menjadi sebesar 8,63% serta 9,53% pada triwulan keempat. Pada semester pertama tahun 2010 tren rasio ini mengalami penurunan dimana pada triwulan pertama sebesar 9,21% mengalami penurunan menjadi sebesar 8,06%. Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 rasio ini menujukan terjadi peningkatan dibandingkan pada semester pertama pada tahun 2010 dimana pada triwulan ketiga rasio ini sebesar 11,72% akan tetapi mengalami penurunan pada triwulan keempat menjadi sebesar 11,48%.

19 53 d. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital adequacy ratio (CAR) mengukur kemampuan permodalan bank untuk menutup kemungkinan-kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Bank Indonesia menetapkan nilai CAR minimum bagi setiap bank sebesar 8 persen dan Bank Jabar Banten telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan tersebut. Nilai rasio CAR per tahun baik pada tahun 2008, tahun 2009 maupun tahun 2010 menunjukan tren peningkatan setiap tahunnya yaitu masing-masing sebesar 15,06 persen, 21,19 persen, dan 22,85 persen, dengan nilai rata-rata setiap tahunnya yang sebesar 19,90 persen. Kenaikan nilai CAR tersebut disebabkan karena persentase kenaikan modal lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan dibandingkan terhadap persentase kenaikan ATMR (Aktiva tertimbang Menurut Resiko). Kenaikan nilai rasio CAR setiap tahun menunjukan semakin membaiknya kemampuan perusahaan dalam hal permodalan untuk menutup kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 tingkat kecukupan modal menunjukan bahwa pada tahun 2008 triwulan pertama nilai CAR yang sebesar 16,62% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 16,01% dan kembali menurun menjadi sebesar 15,53% pada triwulan ketiga dan 15,06% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 triwulan pertama nilai CAR sebesar 17,43% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 14,46%, akan tetapi pada triwulan ketiga nilai CAR mengalami peningkatan menjadi sebesar 18,17% diikuti pula pada triwulan terakhir tahun 2009 atau pada triwulan keempat yang sebesar 21,19%. Pada semester pertama tahun 2010 dimana nilai CAR pada triwulan pertama sebesar 23,59% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 17,33%. Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010, nilai rasio CAR menunjukan pada saat setelah go public tersebut meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pada tahun yang sama ataupun pada triwulan yang

20 54 sama dengan tahun yang berbeda yaitu sebesar 27,62%, akan tetapi pada triwulan keempat justru mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar 22,85% dan lebih bagus dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun Rasio Aktifitas Analisis aktifitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat aktifitas usaha perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total aktiva yang relevan dan berkaitan dengan perusahaan terutama PT. Bank Jabar Banten, Tbk. Secara ringkas perkembangan rasio aktifitas perusahaan adalah sebagai berikut:

21 55 Tabel. 8 Perkembangan Rasio Aktifitas PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk Ratarata Indikator I II III IV I II III IV I II III IV per tahun Rasio Perputaran 0,03 0,06 0,09 0,12 0,03 0,07 0,10 0,13 0,05 0,06 0,09 0,12 0,12 Total Aktiva Rasio Perputaran Total 1,50 2,87 4,81 6,52 1,98 4,00 6,58 7,97 3,54 5,39 8,46 9,42 7,97 Aktiva Tetap

22 56 a. Rasio Perputaran Total Aktiva Rasio perputaran total aktiva menunjukan tingkat efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan pendapatan dan memperoleh laba. Rasio perputaran total aktiva dapat menunjukan apakah suatu perusahaan sudah dapat menghasilkan nilai pendapatan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya. Perkembangan nilai perputaran total aktiva selama tiga periode pengamatan menunjukan perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya eskipun perubahan tersebut tidak cukup signifikan dari tahun ke tahun. Nilai rata-rata perputaran total aktiva selama tiga periode pengamatan analisis antara tahun adalah sebesar 0,12 kali per tahunnya, artinya setiap Rp. 1,00,- total aktiva yang dimanfaatkan akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 0,12,-. Nilai tersebut menunjukan bahwa perusahaan belum sepenuhnya memanfaatkan aktivanya dengan baik dalam rangka menghasilkan pendapatan. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta pada semester pertama tahun 2010 rasio perputaran total aktiva menunjukan tren peningkatan dimana pada triwulan pertama 2008 sebesar 0,03% meningkat menjadi 0,06% pada trieulan kedua dan 0,09% pada triwulan ketiga dan bahkan menjadi sebesar 0,12% pada triwulan keempat tahun Pada tahun 2009 triwulan pertama cenderung tidak jauh berbeda dengan triwulan pertama tahun 2008yaitu sebesar 0,03% sedangkan pada triwulan kedua meningkat sebesar 0,07% dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2008 dan hal yang sama juga terjadi pada triwulan ketiga dimana nilai rasio ini mengalami peningkatan menjadi sebesar 0,10% serta pada triwulan keempat atau pada akhir tahun meningkat menjadi sebesar 0,13%. Pada semester pertama tahun 2010 dimana pada triwulan pertama rasio ini sebesar 0,05% dan pada triwulan kedua sebesar 0,06%. Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010, tingkat rasio ini menunjukan peningkatan dibandingkan dengan semester pertama pada tahun yang sama, akan tetapi justru mengalami penurunan dibandingan dengan tahun sebelumnya pada semester yang sama dimana rasio ini pada triwulan ketiga menujukan sebesar 0,09% meningkat menjadi 0,12% pada triwulan keempat.

23 57 b. Fixed Asset Turnover Fixed Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Perpuataran aktiva tetap tahun 2008 sebanyak 6,52 kali. Artinya, setiap Rp. 1,00 aktiva tetap dapat menghasilkan Rp. 6,52 pendapatan. Kondisi perusahaan sangat menggembirakan apabila dilihat dari rasio ini karena terjadi peningkatan rasio antara tahun 2008 ke tahun 2009 yang menjadi 7,97 kali, bahkan pada tahun 2010 meningkat menjadi 9,42 kali perputaran aktiva tetap tersebut. Hal tersebut dianggap baik karena rata-rata industry untuk fixed asset turnover yaitu 5 kali, yang berarti perusahaan telah mampu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimiliki jika dibandingkan dengan perusahaan lain. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 rasio ini menunjukan tren peningkatan setiap tahunnya. Dimana pada tahun 2008 triwulan pertama sebesar 1,50% meningkat menjadi 2,87% pada triwulan kedua dan 4,81% pada triwulan ketiga serta menajdi sebesar 6,52%. Pada tahun 2009 triwulan pertama rasio ini sebesar 1,98% meningkat menjadi sebesar 4,00% pada triwulan kedua dan 6,58% pada triwulan ketiga serta meningkat menjadi sebesar 7,97% pada triwulan keempat. Pada semester pertama tahun 2010 dimana pada triwulan pertama rasio ini sebesar 3,54% meningkat pada triwulan kedua menjadi sebesar 5,39%. Setelah go public pada tahun 2010 semester kedua rasio ini menunjukan tren peningkatan dimana pada triwulan ketiga sebesar 8,46% meningkat menajdi 9,42% pada triwulan keempat.

24 Rasio Profitabilitas Analisis rasio profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Selain itu juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan atau pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik akan dapat meningkatkan posisi perusahaan serta memperkecil kemungkinan kebangkrutan. Analisis rasio profitabilitas Bank Jabar Banten dilakukan dengan menggunakan rasio Margin Laba Bersih/Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA) dan return On Equity (ROE). Secara ringkas rasio profitabilitas dapat terlihat pada tabel 9:

25 59 Tabel. 9 Ringkasan Rasio Profitabilitas PT. Bank Jabar Banten (Persero), Tbk Ratarata Indikator I II III IV I II III IV I II III IV per tahun Net Profit Margin 16,71 16,84 18,74 16,66 20,99 19,75 18,91 16,86 12,58 21,90 20,43 17,21 16,90 (NPM) ROA 0,47 1,01 1,68 2,08 0,69 1,32 1,81 2,19 0,59 1,39 1,91 2,05 2,1 ROE 5,44 11,03 17,91 21,84 7,29 15,31 20,99 22,94 6,37 17,19 16,31 17,84 20,87

26 60 a. Rasio Margin Laba Bersih/Net Profit Margin (NPM) Rasio margin laba bersih atau net profit margin (NPM) menunjukan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang dilakukan perusahaan. Selama tiga periode pengamatan analisis nilai rasio ini menunjukan tingkat kecenderungan yang terus meningkat dengan rata-rata selama tiga periode tersebut sebesar 16,90 persen. Nilai ini menunjukan bahwa dari setiap Rp. 1,00,- pendapatan yang diperoleh, perusahaan mampu menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp. 0,16,. Pada tahun 2010 rasio ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 17,21 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut tidak terlepas dari kebijakan manajemen Bank Jabar Banten dalam melakukan initial public offering (IPO) pada Juli Dimana pendapatan tersebut diantaranya diperoleh dari jumlah saham perusahaan yang dibeli oleh masyarakat. Akan tetapi peningkatan yang terjadi pada pendapatan belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih ini karena harus memperhitungkan factorfaktor pengurang yang biasanya turut mengalami kenaikan seiring dengan naiknya nilai pendapatan. Apabila perusahaan tidak meningkatkan efisiensi dalam hal segi biaya atau beban yang ditimbulkan maka kenaikan pendapatan justru akan memperbesar beban atau biaya yang timbul. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta pada semester pertama tahun 2010 tingkat NPM menunjukan bahwa pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat rasio NPM yakni sebesar 16,71% meningkat menjadi sebesar 16,84% pada triwulan kedua dan 18,74% pada triwulan ketiga akan tetapi pada triwulan keempat tingkat rasio NPM justru mengalami penurunan menjadi sebesar 16,66%. Pada tahun 2009 tren NPM justru mengalami penurunan setiap triwulannya hal tersebut dapat terlihat pada triwulan pertama tahun 2009 tingkat NPM sebesar 20,99% mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar 19,75% dan 18,91% serta bahkan pada triwulan keempat menjadi sebesar 16,86%. Pada semester pertama tahun 2010 yaitu pada triwulan pertama tingkat NPM sebesar 12,58% dan terjadi peningkatan pada triwulan kedua menjadi sebesar 21,90%.

27 61 Setelah go public yatu pada semester kedua tahun 2010 tingkat NPM menunjukan tren peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya akan tetapi terjadi penurunan apabila dibandingkan dengan semester pertama pada tahun yang sama. Dimana tingkat NPM pada triwulan ketiga tahun 2010 adalah sebesar 20,43% terjadi penurunan menjadi sebesar 17,21%. b. Return On Asset (ROA) Rasio tingkat pengembalian aktiva menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini cenderung berfluktuasi setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 2,1 persen, yang berarti dalam setiap Rp. 1,00,- aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,02,-. Rasio ini terbesar dicapai pada tahun 2009, hal tersebut disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang berkaitan dengan naiknya nilai pendapatan usaha dan pendapatan lain-lain. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 yang telah go public, tingkat ROA pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 yang belum go public lebih baik. Sehingga tingkat rentabilitas pada tahun 2008 dan 2009 pun lebih baik dibandingkan dengan tahun Standar yang digunakan dalam rasio ini biasanya dibandingkan dengan bunga bank yang berlaku pada saat itu, jika lebih besar maka akan semakin menarik, sedangkan apabila rasio yang didapatkan lebih kecil dari bunga bank maka investor akan lebih baik menanamkan modalnya pada bank dibandingkan perusahaan. ROA merupakan rasio yang umumnya ingin diketahui oleh para investor sehingga besar kecilnya nilai ROA merupakan daya tarik bagi investor untuk menanamkan investasi dalam usaha. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 tingkat ROA menunjukan tren peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat ROA tersebut sebesar 0,47% meningkat pada triwulan kedua menjadi sebesar 1,01% dan 1,68% pada triwulan ketiga serta meningkat pula menjadi 2,08% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 triwulan pertama tingkat ROA sebesar 0,69% meningkat menjadi sebesar 1,32% dan 1,81% pada triwulan ketiga serta meningkat menjadi sebesar 2,19%

28 62 pada triwulan keempat. Pada semester pertama tahun 2010 tingkat ROA triwulan pertama sebesar 0,59% meningkat menjadi sebesar 1,39% pada triwulan kedua. Setelah go public yaitu pada semester kedua tahun 2010 dimana pada triwulan ketiga tingkat ROA adalah sebesar 1,19% meningkat menjadi sebesar 2,05% pada triwulan keempat, akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 lalu tingkat ROA ini mengalami penurunan. c. Return On Equity (ROE) Rasio tingkat pengembalian ekuitas digunakan untuk mengukur sejauh mana besar laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Dalam tiga periode pengamatan analisis, nilai rasio ini berfluktuasi setiap tahunnya dengan nilai rata-rata sebesar 20,87 persen. Hal tersebut berarti dalam setiap satu rupiah modal sendiri yang ditanamkan, perusahaan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,20,-. Pada rasio ini peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 menjadi sebesar 22,93 persen. Hal ini menunjukan semakin meningkatnya kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga pendapatan yang diterima perusahaan pun meningkat. Akan tetapi pada tahun 2010 peningkatan laba bersih tidak lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah ekuitas yang memang pasti bertambah dikarenakan masuknya atau di jualnya beberapa saham bank jabar banten ke publik, hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah nilai rasio atas modal sendiri atau atas ekuitas ini. Hal tersebut menunjukan semakin menurunnya kemampuan modal sendiri (ekuitas) perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Sehingga jika ditinjau dari nilai ROE ini tingkat rentabilitas perusahaan pada tahun 2009 dan 2008 lebih baik daripada tahun 2010 yang notabene baru menjajal pasar dengan penawaran umum saham perdananya. Sebelum go public yaitu pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama tahun 2010 dapat terlihat tren perubahan ROE setiap tahun pertriwulan dimana pada tahun 2008 triwulan pertama tingkat ROE sebesar 5,44% meningkat pada triwulan kedua menjadi sebesar 11,03% dan 17,91% pada triwulan ketiga serta menjadi sebesar 21,84% pada triwulan keempat. Pada tahun 2009 tingkat ROE triwulan pertama sebesar 7,29% meningkat pada triwulan kedua menjadi

29 63 15,33% dan 20,99% pada triwulan ketiga meningkat pula pada triwulan keempat menjadi sebesar 20,99%. Pada semester pertama tahun 2010, yaitu pada triwulan pertama, tingkat ROE adalah sebesar 6,37% dan meningkat menjadi sebesar 17,19% pada triwulan kedua. Setelah go public pada semester kedua tahun 2010 tingkat ROE perusahaan dimana pada triwulan ketiga adalah sebesar 16,31% meningkat menjadi sebesar 17,84%. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 lalu tingkat ROE pada akhir 2010 ini justru mengalami penurunan sebesar 22,24% Struktur Modal Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjangdan modal sendiri yang menjadi pembiayaan suatu perusahaan. Kebutuhan dana untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan dapat bersumber dari internal dan ekternal, dengan ketentuan sumber dana yang dibutuhkan tersebut bersumber dari tempat-tempat yang dianggap aman (safety position) dan jika dipergunakan memiliki nilai dorong dalam memperkuat struktur modal keuangan perusahaan. Dalam artian ketika dana tersebut dipakai untuk memperkuat struktur modal perusahaan, maka perusahaan mampu mengendalikan modal tersebut secara efektif dan efisien serta tepat sasaran. Tingkat ekuitas sebelum go public mengalami fluktuasi setiap triwulannya dimana, pada triwulan pertama tahun 2008 jumlah ekuitas sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp pada triwulan pertama tahun 2009 atau sekitar 33,38% dan meningkat menjadi sebesar Rp pada tahun 2010 atau meningkat pula sekitar 19,82% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada triwulan kedua persentase mengalami penurunan menjadi sekitar 17,77% atau sebesar Rp pada tahun 2008 menjadi Rp pada tahun 2009 dan menjadi sebesar Rp pada tahun 2010 atau sekitar 21,80%. Pada triwulan ketiga persentase penurunan menjadi sekitar 15,88% naik daripada triwulan kedua, atau sebesar Rp menjadi sebesar Rp Pada triwulan keempat persentase jumlah ekuitas mengalami

30 64 peningkatan daripada triwulan ketiga yaitu sebesar 24,56% dimana pada tahun 2008 jumlah ekuitas sebesar Rp meningkat menjadi sebesar Rp Setelah go public persentase ekuitas pada triwulan ketiga dan keempat pada tahun 2010 yaitu pada triwulan ketiga tahun 2010 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan kedua pada tahun yang sama dimana persentasenya sekitar 27,88% atau sebesar Rp Akan tetapi tetap mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan ketiga tahun 2009 yang sebesar Rp Pada triwulan keempat persentase kanaikan jumlah ekuitas mengalami kenaikan yang terbesar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sekitar 34.05% atau sebesar Rp pada tahun 2010 dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp Jumlah hutang jangka panjang perusahaan pada saat sebelum go public pada tahun 2008 dan 2009 serta semester pertama pada tahun 2010 menunjukan tingkat hutang jangka panjang tersebut dimana pada tahun 2008 triwulan pertama sebesar Rp mengalami penurunan pada semester kedua menjadi sebesar Rp dan kembali mengalami peningkatan pada triwulan ketiga menjadi sebesar Rp dan kembali pula mengalami penurunan pada triwulan keempat menjadi sebesar Rp Pada tahun 2009 tingkat hutang jangka panjang sebesar Rp mengalami penurunan pada triwulan kedua menjadi sebesar Rp akan tetapi pada triwulan ketiga mengalami peningkatan sebesar Rp dan kembali mengalami penurunan pada triwulan keempat menjadi sebesar Rp Pada semester pertama tahun 2010 dimana pada triwulan pertama tingkat hutang jangka panjang sebesar Rp mengalami penurunan pada triwulan kedua pada tahun yang sama. Sedangkan apabila dilihat setelah go public, tingkat hutang jangka panjang perusahaan pun mengalami penurunan dibandingkan pada semester pertama tahun 2010 dimana hutang jangka panjang pada triwulan ketiga yang sebesar Rp mengalami penurunan menjadi sebesar Rp

31 65 Jadi dapat disimpulkan bahwa Bank BJB selama tiga periode pertriwulan pengamatan penelitian struktur modal yang digunakan adalah lebih banyak berasal dari modal sendiri daripada dibiayai oleh hutang, hal tersebut mempunyai indikasi bagus bagi perusahaan karena tidak menggantungkan struktur modal tersebut pada hutang. Hal tersebut dapat terlihat dari persentase perbandingan antara ekuitas atau modal sendiri dibandingkan dengan hutang jangka panjang. Adapun setelah go public tingkat perbandingan persentase jauh lebih besar dibandingkan dengan sebelum go public yaitu sebesar 73,40% pada triwulan kedua dan 73,95% pada triwulan keempat untuk persentase jumlah modal sendiri atau ekuitas sedangkan untuk hutang jangka panjang sebesar 26,60 pada triwulan ketiga dan 26,05% pada triwulan keempat dikarenakan setelah go public perusahaan mendapatkan dana segar dari hasil penjualan nilai sahamnya kepada publik untuk kemudian dipergunakan sebagai sumber modal perusahaan. Perkembangan struktur modal yang terjadi pada bank bjb periode adalah sebagai berikut:

32 66 Tabel 10. Perkembangan Struktur Modal PT. Bank Jabar Banten (persero), Tbk. Periode (per triwulan dalam jutaan rupiah) Komponen I II III IV I II III IV I II III IV Ekuitas Utang Jangka Panjang Jumlah Struktur Modal Persentase Ekuitas Persentase Utang Jangka Panjang ,18 56,10 58,15 59,08 61,52 60,40 53,16 63,78 65,20 64,33 73,40 73,95 45,82 43,90 41,85 40,92 38,48 39,60 46,84 36,22 34,80 35,67 26,60 26,05

33 Analisis Du Pont Analisis Du Pont menunjukan bagaimana rasio aktifitas dan profit margin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan serta tingkat ROE yang dihasilkan. ROE digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi perusahaan dan untuk melihat efektifitas pengelolaan sumber daya untuk memaksimumkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi para pemegang saham. Hasil analisis Du Pont PT. Bank Jabar Banten, Tbk. periode dapat dilihat pada tabel 11:

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usah 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank umum milik Pemerintah di daerah Jawa Barat dan Banten yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar- belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 92 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank BJB Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 9 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Tinjauan Umum Perusahaan a. Sejarah bank bjb Sejarah Pendirian - 1961 Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank bjb Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten. (Bank BJB) Tbk

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten. (Bank BJB) Tbk BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Tbk 1. Sejarah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB) Tbk PT. Bank Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN. BANTEN,Tbk CABANG MEDAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN. BANTEN,Tbk CABANG MEDAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN,Tbk CABANG MEDAN A. Sejarah Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk

PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 10 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN, Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BANK BJB. pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama sama

BAB II GAMBARAN UMUM BANK BJB. pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama sama BAB II GAMBARAN UMUM BANK BJB 2.1 Sejarah Singkat Bank BJB Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat. Melalui pasar modal, investor dapat melakukan investasi dibeberapa perusahaan melalui pembelian

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT PADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam

BAB I PENDAHULUAN. bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa modern seperti sekarang ini, lembaga keuangan atau bank diharapkan menjadi salah satu sektor yang berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan nasional

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH Oleh : Junaedi,SE,M.Si Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan: Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi kuat terhadap kualitas aktiva perbankan, sehingga perbankan harus lebih berhati hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut (Reksoprayitno: 1997) Pengawasan industri perbankan merupakan salah satu faktor paling penting disemua Negara didunia. Dalam perekonomian suatu negara perbankan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK Nama : Sarah Natya Dosen Pembimbing: Erny Pratiwi, SE, MMSI Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.9.1.3 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat. Banyak perusahaan tumbuh dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. persaingan semakin ketat. Banyak perusahaan tumbuh dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan era globalisasi yang berkembang pesat, tingkat persaingan semakin ketat. Banyak perusahaan tumbuh dengan berbagai macam bidang usaha dan ukurannya. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dari dalam perusahaan (internal financing) maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keuangan merupakan salah satu masalah pendanaan yang sangat vital bagi perusahaan. Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas perusahaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering

BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dikatakan telah menjadi perusahaan publik apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang dimaksud

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. perusahaan Di indonesia milik Belanda salah satu perusahaan milik Belanda yang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. perusahaan Di indonesia milik Belanda salah satu perusahaan milik Belanda yang BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Bank BJB Bank pembangunan daerah jawa barat dan banten dasar pendiriannya adalah peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank Jabar Banten Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, pengertian perusahaan atau perseroan dirumuskan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi seperti sekarang sudah banyak berdiri peusahaan go public dalam berbagai sektor, serta pertumbuhan ekonomi yang semakin baik berdampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja perusahaan dalam suatu periode produksi perlu dilakukan evaluasi untuk melihat dan mengetahui pencapaian yang telah dilakukan perusahaan baik dari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN KEUANGAN.

ANALISA LAPORAN KEUANGAN. ANALISA LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id 1. LAPORAN KEUANGAN Ada tiga jenis laporan keuangan yang sering digunakan yaitu: A. Neraca B. Laporan laba-rugi C. Laporan aliran kas a. neraca Neraca menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Bank yang pada awal kemunculannya di Indonesia sejak penjajahan Belanda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei 2011 merupakan tonggak sejarah dimana secara resmi PT Sampoerna Investama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Salah satu faktor yang memotivasi investor dalam melakukan kegiatan investasi yaitu adanya return saham yang merupakan imbalan atas keberanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Umum Bank BJB PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau yang dikenal dengan sebutan Bank Jabar Banten (Bank BJB) merupakan bank umum milik pemerintah

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan. suatu proses akuntansi. Laporan keuangan berisikan data-data yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian dan Arti Pentingnya Laporan Keuangan Laporan keuangan sering dinyatakan sebagai produk akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan penunjang perekonomian yang dianggap semakin penting pada suatu negara. Salah satu cara untuk mengukur indikator perekonomian suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Sebelum melanjutkan bahasan tenatang analisis terhadap rasio keuangan ini sebelumnya harus mengetahui terlebih dahulu mengenai arti dari Return on Assets, Return

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tepat mengingat setiap keputusan keuangan yang diambil akan 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Barat (Jabar) dan Banten merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh transaksi saham yang berlaku dalam lantai bursa pasar modal. Hal ini dimungkinkan karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Bank-bank Umum Bank-bank Pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Bank-bank Umum Bank-bank Pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Kasmir (2003) mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE 2010-2012 DOSEN PEMBIMBING : Rini Tesniwati, SE., MMSi Galih Pangestu 22210924 3EB06 Latar Belakang Menurut UU RI No 10 1998 tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja keuangan bank merupakan suatu gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Penilaian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 51 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas analisa kinerja keuangan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dan kemudian dilakukan penelitian berdasarkan teori-teori dan konsep yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini sudah banyak perusahaan yang mendirikan usaha dalam berbagai bidang, semakin banyaknya perusahaan yang berdiri maka daya saing yang akan ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk atau BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan menjadi bank pertama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT United Tractors, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat perusahaan membutuhkan tambahan modal yang besar untuk menunjang kinerja operasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Umum 1. Analisa Laporan Keuangan PT Kalbe Farma Tbk Pada tahun 2011, PT Kalbe Farma mencatat pertumbuhan penjualan bersih sebesar 6,7% menjadi Rp 10,91 triliun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama menjadi sarana bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT Astra Agro Lestari Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2. 1 Sejarah Bank BJB Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya.

BAB 5 PENUTUP. 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan. perusahaan untuk mencapai tingkat penjualan setiap tahunnya. BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan uaraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Penilaian kinerja keuangan bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisa laporan keuangan adalah suatu proses yang dapat digunakan untuk memeriksa data

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat

I PENDAHULUAN. fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dengan adanya

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya serta pembahasan yang disertai dengan teori-teori yang mendukung mengenai Pengaruh perputaran modal kerja (X 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kinerja Keuangan Penilaian kinerja adalah pendeskripsian nilai secara periodik dari efektivitas suatu organisasi dalam setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para

I. PENDAHULUAN. tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memenuhi kepentingan para anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai penilaian kinerja keuangan PT. Alam Sutera Realty yang diukur. penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai penilaian kinerja keuangan PT. Alam Sutera Realty yang diukur. penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, mengenai penilaian kinerja keuangan PT. Alam Sutera Realty yang diukur berdasarkan analisis ROI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Laporan Keuangan Perusahaan Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak yang berkepentingan untuk menilai kerja dan posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Situasi perekonomian di Indonesia sekarang ini membawa dampak persaingan yang semakin ketat di berbagai bidang industri. Untuk itu perusahaan harus dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Tujuan utama perusahaan ialah untuk memperoleh laba guna menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya dilihat dari seberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu pasar keuangan untuk melakukan kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk modal sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam. menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal yang cukup dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari. Meningkatnya efektifitas penggunaan modal baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal, dan dengan hal tersebut perusahaan dapat mempertahankan. berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal, dan dengan hal tersebut perusahaan dapat mempertahankan. berguna bagi perusahaan di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan perusahaan adalah agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau kekayaan pemegang saham dan memaksimumkan laba. Perusahaan dalam aktivitas usahanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara yang mempunyai dua fungsi yaitu: fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan

Lebih terperinci