IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Umum Bank BJB PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten atau yang dikenal dengan sebutan Bank Jabar Banten (Bank BJB) merupakan bank umum milik pemerintah Provinsi Jawa Barat dan pemerintah Provinsi Banten bersama-sama dengan pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten. Awalnya, pendirian Bank BJB didasari oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1960 tentang Penentuan Perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Pada mulanya bank BJB merupakan salah satu perusahaan milik Belanda yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding), bergerak di bidang bank hipotek yang berkedudukan di Bandung. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendirikan PT Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar Nomor 152 Tanggal 21 Maret 1961 dan Nomor 184 Tanggal 13 Mei 1961 serta dikukuhkan dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 7/GKDH/BPD/61 Tanggal 20 Mei 1961 sebagai tindak lanjut dari PP Nomor 33 Tahun Modal dasar untuk pertama kali berasal dari kas daerah sebesar Rp ,00. Kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat disempurnakan bersamaan dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 11/PDDPRD/72 Tanggal 27 Juni 1972 tentang Kedudukan Hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah (PD) yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya, melalui Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 1/DP-040/PD/1978 Tanggal 27 Juni 1978, nama PD Bank Karya Pembangunan Daerah Jabar diubah menjadi BPD Jabar. Sehubungan dengan kegiatan usaha yang dijalankan oleh bank ini, pada tahun 1992 sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR Tanggal 2 November 1992, status bank meningkat menjadi

2 41 Bank Umum Devisa. Selanjutnya, berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995, bank ini mempunyai sebutan Bank Jabar dengan logo baru. Mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8 Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Selanjutnya, dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan syariah, sesuai dengan izin BI Nomor 2/18/DpG/DPIP Tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000, Bank Jabar menjadi BPD pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan sistem syariah. Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham (RUPS) tanggal 16 April 2001, untuk melaksanakan ekspansi usaha yang lebih leluasa, disetujui peningkatan modal dasar Bank Jabar menjadi Rp 1 triliun. Selanjutnya, berdasarkan hasil keputusan RUPS yang diselenggarakan pada tanggal 14 April 2004 dengan Akta Nomor 10 Tanggal 14 April 2004, modal dasar Bank Jabar dinaikkan dari Rp 1 triliun menjadi Rp 2 triliun. Perkembangan yang terus meningkat dan prospek usaha yang terus membaik dari bank ini, akhirnya pada RUPS tanggal 5 April 2006 ditetapkan bahwa modal dasar Bank Jabar naik dari Rp 2 triliun menjadi Rp 4 triliun. Pada bulan November 2007, menyusul dikeluarkannya SK Gubernur BI Nomor 9/63/kep.gbi/2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT BPD Jabar menjadi Izin Usaha Atas Nama PT BPD Jabar dan Banten, dilaksanakan penggantian call name dari Bank Jabar menjadi Bank Jabar Banten.

3 42 Gambar 5. Sejarah singkat bank BJB Bank BJB berkantor pusat di Menara Bank Jabar yang terletak di Jalan Naripan No , Bandung Jawa Barat. Sampai 31 Desember 2010, bank BJB dan anak perusahaan bank BJB memiliki 44 Kantor Cabang Konvensional, 6 Kantor Cabang Syariah, 135 Kantor Cabang Pembantu Konvensional, 15 Kantor Cabang Pembantu Syariah, 48 Kantor Kas, 42 Payment Point, 1 mobil edukasi, 385 ATM. Sedangkan pada bulan Januari 2011 jaringan kantor bank BJB bertambah 1 Kantor Cabang, 36 Kantor Cabang Pembantu, 4 Payment Point, 6 Mobil Edukasi dan 11 ATM. Sebagaimana perbankan-perbankan lain, bank BJB pun memiliki visi dan misi. Visi bank BJB adalah Menjadi 10 Bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia. Ini merupakan penjabaran dari keinginan yang kuat dari segenap stakeholder bank BJB untuk membawa bank BJB tumbuh berkembang menjadi salah satu dari 10 bank terbesar dan berkinerja baik di kancah nasional. Sedangkan misi bank BJB yaitu: Penggerak dan pendorong laju pembangunan di daerah. Melaksanakan penyimpanan uang daerah. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.

4 43 Dalam rangka perwujudan visi dan misi bank BJB, perusahaan ini memiliki 14 perilaku utama yang termuat dalam nilai-nilai perusahaan. Corporate values tersebut disingkat dengan SPIRIT. Gambar 6. Corporate values bank BJB Bank BJB merupakan Bank Pembangunan Daerah pertama yang mencatatkan saham perdananya (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Juli Bank BJB menawarkan saham kepada publik sejumlah lembar saham Seri B (termasuk EMSA/Employee and Management Stock Allocation) dengan harga penawaran Rp 600,00 per saham dimana dana yang diperoleh dari IPO sekitar Rp 1,4 triliun. Pelepasan saham ke masyarakat ini setara dengan 25 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan demikian, komposisi kepemilikan saham bank BJB setelah IPO telah mengalami perubahan sehubungan dengan adanya kepemilikan saham oleh publik.

5 Kondisi Keuangan Bank BJB Pra IPO Informasi yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan/bank akan dapat diketahui kondisi keuangan, juga dapat menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan sehingga diharapkan dapat menjaga kepercayaan dan meningkatkan transparansi kondisi keuangan kepada publik. Kondisi bank BJB yang akan dilihat adalah jumlah aset, kredit yang diberikan, pendapatan bunga, pendapatan bunga bersih, pendapatan operasional lainnya, ekuitas, penghimpunan dana, dan laba bersih. Adapun ikhtisar keuangan bank BJB periode tahun 2006 hingga 2009 dapat dilihat pada Lampiran 7. Bank BJB membukukan kenaikan jumlah aset pada tahun sebesar 15,13 persen CAGR (Compound Annual Growth Rate). Per 2009, aset bank BJB mencapai Rp 32,4 triliun. Selama tahun 2006 sampai 2009, kredit yang disalurkan bank BJB tumbuh hingga 18,62 persen CAGR. Pada tahun 2006, kredit yang disalurkan adalah sebesar Rp 11,7 triliun, dan tahun 2009 naik mencapai Rp 19,6 triliun. Jumlah Aset Kredit yang Diberikan Gambar 7. Grafik jumlah aset dan kredit yang diberikan periode Kenaikan ini juga diikuti oleh naiknya ekuitas sebesar 19,75 persen CAGR Total ekuitas berasal dari modal disetor dan saldo laba. Per 2009, total ekuitas mencapai Rp 3,1 triliun, angka ini naik sebesar Rp 1,3 triliun dari tahun 2006 yang total ekuitasnya sebesar Rp 1,8 triliun. Berikut ini grafik total ekuitas dari tahun 2006 hingga 2009.

6 45 Ekuitas Gambar 8. Grafik total ekuitas periode Pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2009, pendapatan bunga bank BJB mencapai Rp 3,9 triliun, atau tumbuh 18,27 persen CAGR , dan pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 24,31 persen CAGR Sementara itu, pertumbuhan pendapatan operasional lainnya cukup fluktuatif dari tahun ke tahun, misalnya pada tahun 2006 mencapai Rp 197 miliar, dan naik menjadi Rp 220 miliar di tahun 2007 namun turun kembali di tahun 2008 hingga mencapai Rp 175 miliar. Pada tahun 2009 pendapatan operasional lainnya, mencapai kenaikan yang cukup tinggi yaitu menjadi Rp 262 miliar. Pendapatan Bunga Pendapatan Bunga Bersih Pendapatan Operasional Lainnya Gambar 9. Grafik pendapatan bunga, bunga bersih, dan operasional lainnya

7 46 Laba bersih bank BJB mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari tahun 2006 hingga 2009 yaitu tumbuh sebesar 32,85 persen CAGR. Sebelumnya, laba bersih bank BJB hanya mencapai Rp 302 miliar di tahun 2006, naik menjadi Rp 370 miliar di tahun 2007, dan tahun 2008 sebesar Rp 542 miliar, selanjutnya naik mencapai Rp 709 miliar di tahun Kenaikan laba bersih juga diikuti dengan naiknya saldo laba rugi yang tumbuh sebesar 33,65 persen CAGR. Grafik laba bersih dan saldo laba rugi dapat dilihat pada Gambar 9 berikut ini. Laba Bersih Saldo Laba Rugi Gambar 10. Grafik laba bersih dan saldo laba rugi periode Secara keseluruhan kondisi keuangan bank BJB dari tahun 2006 hingga 2009 mengalami peningkatan, mulai dari jumlah asetnya yang meningkat 15,13 persen CAGR sampai laba bersih yang meningkat 32,85 persen CAGR. Hal ini menjadi bukti bahwa bank BJB serius dalam mewujudkan visi dan misinya, sehingga kondisi keuangan tersebut dapat menjadi gerbang kesuksesan saat IPO pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 karena sudah melakukan persiapan yang matang Struktur Modal Bank BJB Pra IPO Struktur modal terdiri atas dua komponen yaitu kewajiban jangka panjang dan ekuitas pemegang saham. Kewajiban jangka panjang bank BJB terdiri dari efek hutang yang diterbitkan bersih ditambah dengan pinjaman yang diterima. Adapun struktur modal bank BJB sebelum IPO diambil dari periode dengan

8 47 mempersentasikan masing-masing komponen utang jangka panjang serta modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Proporsi utang dan ekuitas bank BJB pra IPO Kewajiban Jangka Panjang Ekuitas Pemegang Saham (dalam jutaan rupiah) (dalam persen) (dalam jutaan rupiah) (dalam persen) , , , , , , , ,78 Ratarata ,25 43, ,25 56,33 Sumber: Annual Report BJB (diolah) Pendanaan bank BJB tahun 2006 lebih banyak menggunakan utang jangka panjang dibandingkan dengan pendanaan menggunakan modal sendiri, yaitu 53,06 persen pendanaan dengan utang dan 46,94 persennya dengan ekuitas. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya simpanan dari bank lain sehingga bank BJB mengambil risiko untuk memperbanyak pinjaman yang saat itu mencapai Rp 76,5 miliar. Dengan demikian, struktur modal tahun 2006 lebih banyak didanai oleh kewajiban jangka panjang. Seiring berjalannya waktu, bank BJB sudah mulai menampakkan citranya di masyarakat sehingga tahun 2007 sampai 2009, pendanaan bank BJB berangsur-angsur berubah yakni lebih banyak menggunakan ekuitas dalam pendanaan perusahaannya. Hal ini tidak luput dari semakin besarnya kepercayaan bank lain untuk menyimpan dananya di bank BJB. Pada tahun 2007, pendanaan dengan ekuitas sebesar Rp 2,2 triliun (55,53 persen), sedangkan utangnya sebesar Rp 1,7 triliun (44,47 persen). Penggunaan utang dari tahun 2007 hingga 2009 bisa dikatakan tidak mengalami perubahan yang signifikan, karena kenaikannya sangat sedikit, rata-rata masih dalam nominal Rp 1,7 triliun. Sedangkan penggunaaan dana pribadi (modal sendiri), mengalami kenaikan yang cukup tinggi, bermula dari Rp ,00 di tahun 2007, naik

9 48 menjadi Rp ,00 di tahun 2008, dan tahun 2009 sebesar Rp ,00. Maka diketahui bahwa selisih utang dan ekuitas di tahun 2009 adalah 27,56 persen sedangkan pada tahun 2008 adalah 18,16 persen dan di tahun 2007 hanya 11,06 persen. Rata-rata penggunaan utang dan ekuitas dalam pendanaan bank BJB dari tahun 2006 hingga 2009 adalah 43,67 persen utang dan 56,33 persen ekuitas. Berdasarkan data pada Tabel 2, proporsi utang dan ekuitas bank BJB jika disajikan dalam bentuk grafik, maka akan terlihat pada Gambar 11 berikut ini Utang Ekuitas Gambar 11. Grafik rasio utang dan ekuitas bank BJB pra IPO Kinerja Keuangan Bank BJB Pra IPO Kinerja keuangan perbankan biasanya dilihat dari rasio-rasio keuangan seperti CAR (Capital Adequacy Ratio), NPL (Non- Performing Loan), ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), LDR (Loan to Deposit Ratio), dan ATTM (Aktiva Tetap terhadap Modal) yang terangkum dalam rasio CAMEL, serta rasio lainnya yang mendukung penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan seperti NPM (Net Profit Margin), OPM (Operating Profit Margin), DER (Debt to Equity Ratio), dan EPS (Earnings Per Share). Rasio CAR bank BJB dari tahun , rata-rata CAR-nya sebesar 17,01 persen. Pada tahun 2009 mencapai 21,20 persen, angka tersebut jauh dari batasan minimum CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia (BI) yaitu sebesar 8 persen dari ATMR. Hal ini menunjukkan bahwa bank BJB mampu mempertahankan modal yang mencukupi dan

10 49 manajemen bank mampu mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal. Kinerja suatu bank juga diukur dari sisi profitabilitasnya. Ukuran profitabilitas yang biasa digunakan adalah ROA dan ROE. ROA memfokuskan kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan, sedangkan ROE mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut. Rata-rata ROA bank BJB sebesar 2,90 persen masih berada di atas batas minimum yang ditetapkan Bank Indonesia yaitu 1,25 persen sesuai Surat Edaran Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei Ini menunjukkan bahwa tingkat perolehan laba bank BJB terhadap asetnya termasuk dalam kategori baik sesuai dengan kriteria peringkat yang ditetapkan Bank Indonesia. Kinerja bank BJB juga ditunjukkan dari naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun selama tahun ROE tersebut berturut-turut adalah 18,01 persen, 19,41 persen, 24,98 persen, dan di tahun 2009 mencapai 28,09 persen, dengan rata-rata ROE sebesar 22,62 persen. Bank BJB juga mencatatkan jumlah NPL Gross yang masih terbilang cukup rendah di tahun 2009 yaitu sebesar 1,97 persen dengan rata-rata selama empat tahun sebesar 0,97 persen. Untuk mengetahui dengan jelas kinerja keuangan bank BJB pra IPO, dapat dilihat pada Tabel 4.

11 50 Tabel 4. Rasio-rasio keuangan penting perbankan (rasio CAMEL) bank BJB periode Rata-rata CAR (%) 14,97 16,81 15,06 21,20 17,01 ATTM (%) 33,23 40,80 32,78 30,81 34,41 NPL GROSS (%) 0,41 0,70 0,78 1,97 0,97 NPL NET (%) 0,13 0,16 0,11 0,76 0,29 ROA (%) 2,63 2,40 3,31 3,24 2,90 ROE (%) 18,01 19,41 24,98 28,09 22,62 NIM (%) 6,38 5,97 8,45 7,63 7,11 LDR (%) 75,67 79,02 89,44 82,47 81,65 BOPO (%) 80,46 79,12 75,41 77,30 78,07 Sumber: Annual Report BJB (tanpa diolah) Berdasarkan Tabel 3, nilai NIM terbilang baik walaupun fluktuatif namun masih tinggi nilainya. Per tahun 2009, nilai NIM sebesar 7,63 persen jauh dari batas minimum yang disyaratkan BI yaitu 2 persen. Semakin besar nilai NIM maka semakin bagus bank tersebut, karena hal itu menunjukkan bahwa pendapatannya terbilang besar dibanding asetnya. Nilai BOPO dari tahun 2006 hingga 2009 mengalami penurunan persentase rasio, ini membuktikan manajer keuangan bank BJB mampu menekan biaya operasionalnya sehingga efisien, karena semakin kecil rasio ini maka semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan lembaga keuangan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Pada tahun 2009, bank BJB mampu mencatatkan nilai BOPO hingga 77,30 persen yang sebelumnya di tahun 2006 masih berada pada angka 80,46 persen. ATTM dan LDR, rasio ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kinerja, terlihat dari persentase rasio yang semakin kecil. Hal ini menunjukkan adanya perubahan yang signifikan ke arah yang lebih baik dari kinerja bank BJB. Karena apabila semakin tinggi rasio ATTM ataupun LDR ini artinya modal yang dimiliki bank kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. LDR pada tahun 2009 mencapai persentase 82,47 persen yang

12 51 masih terbilang sehat pada peringkat komposit dua (PK-2) yaitu masuk dalam kisaran 75% < LDR 85% sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, dapat dilihat pada Lampiran 5. Penilaian kinerja keuangan dalam suatu perusahaan/bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan, selain dengan rasio CAMEL juga didukung oleh beberapa rasio seperti NPM, OPM, DER, dan EPS. Penjelasan dari rasio-rasio tersebut tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Rasio keuangan pendukung penilaian kinerja keuangan Rata-rata NPM (%) 12,68 15,07 17,61 17,98 15,84 OPM (%) 21,22 22,40 25,98 24,21 23,45 DER (%) 113,02 80,07 69,27 56,78 79,79 EPS (Rp) 63,99 69,56 91,82 113,75 84,78 Sumber: Annual Report BJB (diolah) Kemampuan Bank BJB mengembalikan return kepada para pemegang saham dapat dilihat dari rasio NPM, yang tiap tahunnya meningkat. Per 2009, rasio NPM mencapai 17,98 persen. Selanjutnya, kemampuan perusahaan di dalam menjalankan operasinya terlihat dari rasio OPM dengan rata-rata 23,45 persen. Rasio yang menunjukkan kinerja bank BJB menjadi lebih baik dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang yaitu terlihat dari rasio DER yang mengalami penurunan dari tahun 2006 yang mencapai 113,02 persen menjadi 56,78 persen di tahun Semakin rendah DER akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang, karena rasio ini menjelaskan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Earnings per share (EPS) bank BJB mengalami peningkatan tiap tahun terlebih di tahun 2009 yang mencapai laba Rp 113,75 tiap lembar sahamnya. Pertumbuhan EPS dari tahun 2006 hingga 2009 adalah sebesar 21,14 persen CAGR. Rata-rata EPS untuk tahun 2006 hingga 2009 mencapai Rp 84,78. Seiring dengan meningkatnya EPS

13 52 tiap tahunnya, ini membuktikan bahwa bank BJB semakin profitable dan akan mampu menarik para calon investor untuk menanamkan sahamnya di bank BJB. Pertumbuhan EPS bank BJB untuk tahun 2006 hingga 2008 dapat dilihat pada Lampiran Kondisi Keuangan Bank BJB Pasca IPO Bank BJB mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 8 Juli Saham yang dimiliki bank BJB terdiri dari saham Seri A dan saham biasa atas nama Seri B. Bank BJB telah mengeluarkan sebanyak saham Seri A, di mana saham Seri A hanya dapat dimiliki oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten atau Pemerintah Kota, dan mengeluarkan sebesar saham Seri B yang dapat dimiliki oleh Direksi, Dewan Komisaris, karyawan, dan pemerintah. Saham Seri B tersebut adalah saham yang ditawarkan pada saat IPO yaitu sebesar 25 persen sahamnya. Jumlah seluruh saham yang dicatatkan pada BEI adalah saham atau 99 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum yang terdiri dari 74 persen saham Seri A dan 25 persen saham Seri B, sedangkan saham atau 1 persen saham dijatahkan kepada karyawan dan manajemen bank BJB melalui program EMSA (Employee and Mangement Stock Allocation). Dana hasil penawaran umum saham sebesar Rp 1,43 triliun digunakan untuk ekspansi kredit pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sebesar 80 persen, perluasan jaringan kantor sebesar 10 persen, sisanya untuk pengembangan teknologi informasi 10 persen. Kondisi keuangan bank BJB setelah IPO mengalami perubahan baik dalam permodalan, kredit, maupun saldo laba rugi. Untuk melihat beberapa perubahan antara pra IPO dengan pasca IPO, dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.

14 53 Total Aset Kredit yang diberikan Gambar 12. Grafik jumlah aset dan kredit yang diberikan periode Bank BJB mengalami kenaikan jumlah aset selama dua tahun terakhir (periode 2009 sampai 2010) dengan membukukan total aset hingga Rp 43,4 triliun di tahun 2010 yang naik sebesar Rp 11 triliun dari tahun sebelumnya, atau naik sebesar 34,05 persen CAGR tahun Selama tahun 2009 hingga 2010, kredit yang disalurkan bank BJB tumbuh hingga 20,57 persen CAGR, atau naik sebesar Rp 4,04 triliun dari tahun sebelumnya (2009) yaitu sebesar Rp 19,6 triliun. Seiring dengan naiknya jumlah aset yang cukup signifikan, kenaikan pada total ekuitas juga tidak kalah tinggi. Kenaikan ekuitas tercatat sebesar 61,44 persen CAGR , atau naik sekitar Rp 2 triliun dari tahun 2009 yang total ekuitasnya sebesar Rp 3,1 triliun. Untuk melihat kenaikan tersebut, dapat dilihat pada grafik total ekuitas pada Gambar 13.

15 54 Total Ekuitas Gambar 13. Grafik total ekuitas periode Pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2010, pendapatan bunga bank BJB mencapai Rp 4,9 triliun, atau tumbuh 25,68 persen CAGR Kenaikan pendapatan bunga bersih juga tumbuh hampir sama dengan pendapatan bunga yaitu sebesar 25,51 persen CAGR , atau naik sebesar Rp 536,5 miliar dari tahun 2009 yang pendapatan bunga bersihnya sebesar Rp 2,1 triliun. Grafik pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih periode 2009 hingga 2010 dapat dilihat pada Gambar 14 berikut ini. Pendapatan Bunga Pendapatan Bunga Bersih Gambar 14. Grafik pendapatan bunga dan pendapatan bunga bersih periode

16 55 Sesuai dengan visi bank BJB menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia, bank BJB menunjukkan kenaikan indikator kinerja keuangan yang cukup signifikan, di mana laba bersih mengalami kenaikan 25,53 persen CAGR tahun menjadi Rp 890 miliar dari laba posisi tahun sebelumnya (2009) dengan laba bersih sebesar Rp 709 miliar. Kenaikan saldo laba rugi dari tahun 2009 sampai 2010 mencapai 36,28 persen CAGR, atau naik sebesar Rp 464 miliar dari posisi saldo laba rugi di tahun 2009 sebesar Rp 1,3 triliun menjadi Rp 1,7 triliun. Gambar 15 berikut adalah grafik pertumbuhan laba bersih dan saldo laba rugi bank BJB periode Laba Bersih Saldo Laba Rugi Gambar 15. Grafik laba bersih dan saldo laba rugi periode Struktur Modal Bank BJB Pasca IPO Modal merupakan salah satu elemen terpenting dalam peningkatan pelaksanaan kegiatan perusahaan di samping sumber daya manusia, mesin, material, dan metode. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk melakukan perencanaan yang berkenaan dengan modal, baik menambah maupun mengurangi modal itu sendiri. Komposisi kepemilikan saham bank BJB setelah IPO mengalami perubahan sehubungan dengan kepemilikan saham bank BJB oleh publik. Adapun struktur permodalan bank BJB pra dan pasca IPO dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

17 56 Tabel 6. Susunan modal saham dan pemegang saham bank BJB pra dan pasca IPO Pemegang saham Modal Dasar Pra IPO Pasca IPO Jumlah Saham Nilai (Rp) (%) Jumlah Saham Nilai (Rp) (%) - Seri A Seri B Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh Seri A Pemprov Jabar , ,26 Pemkot/ Pemkab se-jabar , ,61 Pemprov Banten , ,37 Pemkot/ Pemkab se- Banten , ,76 Total Seri A , ,00 Seri B Umum ,20 Karyawan dan Manajemen (Program EMSA) ,80 Total Seri B ,00 Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh , ,00 Saham dalam Portepel - Seri A - Seri B Jumlah Saham dalam Portepel Sumber: Perubahan kepemilikan saham pasca IPO bisa saja merubah struktur modal perusahaan, dikarenakan ada pihak-pihak luar (baru) yang ikut mengelola kebijakan keuangan perusahaan. Perubahan struktur modal dimaksudkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Jika perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan, berarti semua struktur modal dianggap tidak bagus karena tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun apabila dengan berubahnya struktur

18 57 modal ternyata nilai perusahaan juga berubah, maka itulah struktur modal terbaik. Pendanaan bank BJB di tahun 2010 mengalami perubahan yang sangat signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (pra IPO). Setelah penawaran umum, pendanaan bank BJB 73,95 persennya diambil dari ekuitas pemegang saham, sedangkan sisanya didanai oleh utang jangka panjang. Ekuitas pemegang saham melonjak tinggi disebabkan adanya penambahan dana dari hasil penjualan saham sebesar Rp 606 miliar ditambah agio saham bersih setelah biaya emisi saham sebesar Rp 823 miliar, sehingga jumlah ekuitas di tahun 2010 mencapai Rp 4,99 triliun. Struktur modal bank BJB pra dan pasca IPO dilihat dari proporsi ekuitas dan utangnya dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Proporsi utang dan ekuitas bank BJB pra IPO dan pasca IPO Utang Jangka Panjang Ekuitas Pemegang Saham (dalam jutaan rupiah) (dalam persen) (dalam jutaan rupiah) (dalam persen) , , , , , ,95 Ratarata ,67 34, ,67 65,60 Sumber: Annual Report BJB (diolah) Berdasarkan Tabel 7, maka proporsi utang dan ekuitas bank BJB pra dan pasca IPO jika disajikan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat seperti di bawah ini Utang Ekuitas Gambar 16. Diagram proporsi utang dan ekuitas bank BJB periode

19 Kinerja Keuangan Bank BJB Pasca IPO Sebagaimana layaknya manusia, bank sebagai perusahaan juga perlu dinilai kesehatannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kondisi bank tersebut apakah dalam keadaan sehat, kurang sehat, atau mungkin sakit. Begitu pula dengan bank BJB, mengetahui kondisi bank baik dilihat dari aspek permodalan, kualitas aset, manajemen, earning, dan likuiditas sangat perlu untuk dianalisis guna melihat tingkat kesehatan bank. Penilaian kesehatan suatu bank dapat diukur dengan berbagai metode. Hasil dari penilaian kesehatan tersebut akan berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap bank yang bersangkutan. Salah satu alat untuk mengukur kesehatan bank adalah dengan analisis CAMEL. Berdasarkan hasil analisis CAMEL pada bank BJB periode , di mana periode tersebut adalah masa peralihan bank BJB dari tertutup (private) menjadi terbuka (go public). Banyak hal yang menunjukkan adanya peningkatan kualitas bank BJB sebelum IPO dengan sesudah IPO, dimulai dari aspek permodalan dengan cara membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko atau dikenal dengan rasio CAR. Hasil dari rasio CAR bank BJB periode tahun terjadi peningkatan sebesar 7,73 persen CAGR. CAR di tahun 2010 mencapai 22,85 persen, angka ini jauh dari standar CAR yang disyaratkan oleh Bank Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa bank BJB mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. ROA bank BJB walaupun persentasenya menurun dari 3,24 persen di tahun 2009 menjadi 3,15 persen di tahun 2010, namun angka tersebut masih berada di atas batas minimum ROA yang disyaratkan Bank Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa bank BJB masih mampu menghasilkan laba yang cukup besar walaupun dengan kondisi masa peralihan menjadi go public yang notabene struktur perusahaan sedang dalam masa pergantian.

20 59 Ukuran rentabilitas selanjutnya yang juga penting dalam penilaian kinerja suatu bank adalah ROE. Jika dilihat dari sudut pandang calon investor, untuk menilai prospek perusahaan di masa datang adalah dengan melihat sejauhmana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator yang paling banyak dipakai adalah ROE yang menggambarkan sejauhmana kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham. Persentase ROE juga menurun dari tahun 2009 dengan mencatatkan nilai ROE sebesar 24,95 persen di tahun 2010, atau turun 11,18 persen CAGR Peningkatan dan penurunan ROE semestinya mempengaruhi minat dari para investor yang akan berakhir pada putusan investasi yang diambil, hal ini akan mampu mempengaruhi harga pasar saham. Namun bank BJB tetap mampu menarik para investor, dibuktikan dengan tetap bertahannya harga saham bank BJB pada level di atas Rp 1.100,00 di mulai dari saat IPO 8 Juli 2010 sampai 1 Maret 2011 yang memiliki nilai PBV 2,34 kali. Rasio yang terbilang cukup penting untuk melihat kinerja perbankan adalah NIM dan NPL. Net Interest Margin (NIM) adalah perbandingan antara pendapatan bunga bersih (pendapatan bunga bank yang sudah dikurangi beban pokok) dengan nilai aset produktif. NIM bank BJB di tahun 2010 mencapai 7,32 persen, angka ini turun dari tahun 2009 yang nilai NIM-nya sebesar 7,63 persen. Namun penurunan ini tidak begitu signifikan karena masih berada pada angka 7 persen, cukup jauh dari batas minimum yang disyaratkan Bank Indonesia. Laporan keuangan perbankan menampilkan dua macam NPL yaitu NPL gross dan NPL net. NPL gross adalah NPL yang membandingkan jumlah kredit berstatus kurang lancar, diragukan, dan macet, dengan total kredit yang disalurkan. Sedangkan NPL net hanya membandingkan kredit berstatus macet dengan total kredit yang disalurkan. Jika melihat pengertian tersebut, maka NPL gross dirasa lebih penting untuk diperhatikan daripada NPL net, karena NPL net hanya memperhitungkan kredit yang sudah berstatus macet. Sementara

21 60 NPL gross ikut memperhitungkan kredit berstatus kurang lancar dan diragukan, yang di masa depan bisa saja berubah statusnya menjadi macet. Nilai NPL gross bank BJB tahun 2010 terbilang baik karena berada pada level 1,86 persen, maka masuk dalam kriteria sehat. Angka ini turun 0,11 persen dari tahun 2009 yang nilai NPL-nya sebesar 1,97 persen. Semakin kecil nilai NPL gross ini, maka semakin baik bank tersebut karena mampu menyeleksi calon peminjam dengan baik. Persentase rasio BOPO, LDR, dan ATTM menunjukkan adanya peningkatan kinerja bank BJB. Semakin kecil rasio tersebut maka semakin baik bank yang bersangkutan. Setelah IPO nilai BOPO mencapai 76,60 persen turun dari 77,30 persen di tahun 2009, hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya IPO yang notabene jumlah aset akan meningkat sehingga berbanding lurus dengan peningkatan jumlah biaya operasional namun bank BJB tetap mampu mengelola pendapatannya untuk pembiayaan aset-aset produktif sehingga mampu menghasilkan keuntungan dari aset produktif tersebut. Nilai LDR bank BJB turun dari tahun 2009 yang nilai LDR-nya sebesar 82,47 persen menjadi 71,54 persen di tahun 2010, atau turun sebesar 0,9 persen CAGR Ini berarti likuiditas bank BJB dalam posisi aman. Selanjutnya ATTM membandingkan aktiva tetap terhadap modal. Per tahun 2010, ATTM bank BJB sebesar 20,45 persen, atau turun 33,63 persen CAGR Hal ini membuktikan bank BJB lebih banyak menggunakan modalnya untuk aktiva produktif sehingga akan mampu menghasilkan keuntungan yang cukup besar. Ini berarti bank BJB cukup efektif dalam mengelola ekuitasnya. Nilai dari rasio-rasio CAMEL periode tahun tersaji pada Tabel 8 berikut ini disertai dengan rata-rata rasio tersebut tahun 2009 hingga 2010.

22 61 Tabel 8. Rasio-rasio keuangan penting perbankan (rasio CAMEL) bank BJB periode pra dan pasca IPO Rata-rata CAR (%) 21,20 22,85 22,03 ATTM (%) 30,81 20,45 25,63 NPL GROSS (%) 1,97 1,86 1,92 NPL NET (%) 0,76 0,29 0,53 ROA (%) 3,24 3,15 3,2 ROE (%) 28,09 24,95 26,52 NIM (%) 7,63 7,32 7,48 LDR (%) 82,47 71,54 77,01 BOPO (%) 77,30 76,60 76,95 Sumber: Annual Report BJB (tanpa diolah) Kinerja bank merupakan ukuran keberhasilan bagi direksi dalam melakukan strategi manajemen bank tersebut. Kinerja ini juga merupakan pedoman hal-hal apa saja yang perlu diperbaiki dan bagaimana memperbaikinya, begitu pula dengan kinerja keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penilaian kinerja suatu bank. Berikut adalah rasio-rasio untuk menilai kinerja keuangan selain rasio CAMEL yang sudah dibahas sebelumnya. Rasio-rasio ini memperkuat penilaian kinerja keuangan pada bank, disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rasio keuangan pendukung penilaian kinerja keuangan bank BJB periode pra IPO dan pasca IPO Rata-rata NPM (%) 17,98 18,19 18,09 OPM (%) 24,21 24,32 24,27 DER (%) 56,78 35,23 46,01 EPS (Rp) 113,75 105,54 109,65 Sumber: Annual Report BJB (diolah) Rasio yang dapat mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank selain ROE dan ROA adalah dengan menggunakan rasio NPM dan OPM. NPM mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya, sedangkan OPM mencerminkan seberapa besar efisiensi dan efektivitas dari operasi perusahaan untuk mendapatkan laba. Pasca IPO

23 62 kedua rasio ini mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan. Tahun 2010 nilai NPM bank BJB sebesar 18,19 persen, atau naik 1,17 persen CAGR dari tahun 2009 yang nilai NPM-nya 17,98 persen. Begitu pula dengan OPM hanya naik 0,45 persen CAGR , dari 24,21 persen di tahun 2009 menjadi 24,32 persen pada tahun Jika diilustrasikan, ini berarti bank BJB mampu menghasilkan keuntungan bersih Rp 17 miliar dari setiap penjualan Rp 100 miliar, juga mampu meraup laba operasi sebesar Rp 24 miliar dari setiap penjualan Rp 100 miliar. DER merupakan salah satu dari rasio leverage. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Per tahun 2010, DER bank BJB sebesar 35,23 persen, angka ini turun dari 56,78 persen di tahun 2009 atau turun sebesar 37,95 persen CAGR Ini menunjukkan bahwa bank BJB mampu menutupi utang-utang relatifnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Perubahan yang cukup signifikan bila dibandingkan antara pra IPO dengan pasca IPO. Dengan demikian, akan lebih mudah bagi bank BJB dalam menarik perhatian para investor. EPS atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya. EPS diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah rata-rata saham biasa yang beredar. Laba per lembar saham bank BJB di tahun 2010 menurun menjadi Rp 105,54 yang sebelumnya sebesar Rp 113,75 di tahun 2009, namun penurunan ini masih terbilang wajar. Faktor yang berpengaruh terhadap besar-kecilnya EPS salah satunya adalah jumlah saham yang beredar. Kemungkinan besar penurunan EPS ini diakibatkan oleh persentase kenaikan jumlah lembar saham biasa yang beredar lebih besar daripada persentase kenaikan laba bersih. Persentase kenaikan jumlah saham beredar adalah 35,30 persen CAGR ,

24 63 sedangkan persentase kenaikan laba bersih adalah 25,53 persen CAGR Pertumbuhan EPS bank BJB tahun 2009 dan 2010 dapat dilihat pada Lampiran. Alat analisis untuk mengukur tingkat profitibilitas perusahaan menggunakan konsep laba konvensional yang biasa digunakan selain EPS adalah PER (price earnings ratio). PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih perusahaan, dimana harga saham sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam setahun. PER bank BJB per Desember 2010 adahal 13,33 kali. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa harga saham bank BJB adalah 13,33 kali laba bersih yang dihasilkan perusahaan. Semakin besar nilai PER sebuah saham, maka semakin mahal saham tersebut. Sebulan kemudian yaitu Januari 2011, PER bank BJB turun menjadi 10,29 kali. Ini menandakan PER berbanding lurus dengan harga saham, per Desember 2010 harga saham bank BJB mencapai Rp 1.450,00 dan turun menjadi Rp 1.120,00 pada Januari Selain PER, adapula PBV yang mengukur kinerja perusahaan. PBV (price to book value) ini pada dasarnya sama saja dengan PER. Perbedaannya, kalau PER berfokus pada laba bersih yang dihasilkan perusahaan, PBV fokusnya pada nilai ekuitas perusahaan. PBV sesuai artinya bermakna harga saham dibandingkan nilai ekuitas per saham. PBV merupakan tolok ukur untuk melihat kewajaran harga saham pada pasar perdana (IPO). Nilai PBV bank BJB per Desember 2010 sebesar 2,90 kali, namun kemudian turun di bulan Januari 2011 menjadi 2,24 kali. Ini artinya harga saham bank BJB di bulan Desember 2010 meningkat 2,90 kali dari nilai buku sahamnya yaitu Rp 500,00. Adapun perkembangan nilai PER dan PBV bank BJB untuk bulan Desember 2010 dan Januari 2011 dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan pada penilaian terhadap faktor manajemen melalui komponen kualitas manajemen umum, penerapan sistem manajemen risiko, dan kepatuhan terhadap ketentuan serta komitmen kepada Bank

25 64 Indonesia dan atau pihak lainnya, maka bank BJB telah menerapkan dan melaksanakan berbagai komponen tersebut seperti terlihat pada tabel 10 berikut dengan berpedoman pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 10. Analisis tingkat kesehatan bank BJB terhadap faktor manajemen tahun 2009 dan Manajemen Umum Penerapan Good Corporate Governance Keterangan Bank Jabar Banten, yang juga dikenal dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, adalah Badan Usaha Milik Daerah yang memiliki komitmen untuk menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) melalui penyelenggaraan Corporate Social Responsibility sebagai perwujudan kepedulian perusahaan dalam bidang sosial dan lingkungan menuju pembangunan berkelanjutan. Alokasi dana CSR Bank Jabar Banten untuk Tahun 2009 dari laba bersih Tahun 2008 adalah sebesar Rp , yang dialokasikan ke masingmasing kabupaten/ kota dan provinsi sesuai proporsi modal CSR. Pelaksanaan Good Corporate Governance di bank BJB berlandaskan pada komitmen bersama dari seluruh jajaran manajemen dan staf untuk tunduk dan patuh pada seluruh peraturan dan perundangan yang berlaku. Hal ini dimulai dari puncak kepengurusan Bank Jabar Banten yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dan Direksi yang independen dan profesional. Secara umum, kegiatan perbankan dilakukan oleh Komisaris dan Direksi. Komisaris mengkaji kebijakan-kebijakan dan melaksanakan pengawasan serta memberikan saran terhadap pengelolaan Bank, sedangkan Direksi memimpin pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan sehari-hari. Pada tahun 2010, bank BJB telah menyalurkan dana CSR yaitu sebesar Rp ,- untuk kegiatan sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan sosial dan ekonomi yang tersebar di wilayah Jawa Barat dan Banten. Sehubungan dengan pemenuhan ketentuan Surat Edaran Bapepam No. SE- 03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000 juncto Peraturan Bapepam No. IX.1.5. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- 29/PM/2004 tanggal 24 September 2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit dan Peraturan Bank Indonesia No.8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 terakhir diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Bank BJB telah memiliki Komite Audit berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Jawa dan Banten No.04/ SK/DK/2009 tentang Susu- Baik

26 65 2. Penerapan Manajemen Risiko Susunan Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) orang Komisaris Utama, 1 (satu) orang Komisaris dan 3 (tiga) orang Komisaris Independen. Direksi terdiri atas Direktur Utama dan 4 (empat) orang Direktur. nan Komite-Komite Dewan Komisaris tanggal 5 Mei 2009 dan Surat Keputusan Direksi Bank Jabar Banten No. 0258/ SK/ DIR-SDM/ 2010 tanggal 21 Januari Komite Audit beranggotakan 2 (dua) orang Komisaris Independen dan 3 (tiga) orang pihak independen yang mempunyai keahlian di bidang akuntansi, keuangan, perbankan dan atau hukum. Pada 31 Desember 2010, Komite audit terdiri dari 5 anggota. Pembentukan Satuan Ker-ja Manajemen Risiko didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia khususnya mengenai penerapan Basel II Accord serta kebutuhan pengelolaan risiko secara lebih baik, maka setiap aktivitas operasional Bank Jabar Banten didasarkan atas pertimbangan asas risiko. Bank BJB telah memiliki Komite Pemantau Risiko berdasarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris Bank Jabar Banten No.04/SK/DK/2009 tentang Susunan Komitekomite Dewan Komisaris tanggal 5 Mei Penerapan Sistem Mana-jemen Risiko Bank Jabar Banten berdasarkan empat cakupan: Pengawasan aktif De-wan Komisaris dan Direksi sebagai bagian dari peran pengawasan manajemen. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit sebagai pedoman penerapan manajemen risiko. Kecukupan proses iden-tifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengen-dalian risiko serta sistem informasi manajemen. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh. Penerapan manajemen risiko yang telah dilaksanakan antara lain bank BJB membangun Sistem Informasi Manajemen Risiko sebagai salah satu infrastruktur penting dalam implementasi manajemen risiko, yaitu: 1. Membangun sistem Informasi Manajemen Risiko yang terintegrasi sebagai bagian dari sistem informasi manajemen yang dimiliki dan dikembangkan Bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. 2. Implementasi model 1. Kebijakan terkait risk phylosophy untuk membentuk risk culture telah diterapkan dengan baik. Namun demikian, pedoman manajemen risiko yang ada saat ini akan disempurnakan terkait dengan peranan SKMR yang harus in-dependen terhadap kegiatan operasional bank. 2. SKMR telah mengidentifikasikan dan mengukur risiko dan melaporkan profil risiko secara berkala. Pengelolaan risiko oleh Risk taking Unit sudah berjalan efektif namun masih perlu penyem- Baik

27 66 pengukuran risiko kepada seluruh risk taking unit, meliputi model pengukuran risiko operasional serta uji coba metodologi pengukuran risiko kredit dan risiko pasar. 3. Pengembangan sistem manajemen risiko yang tersentralisasi, dalam memastikan terpantaunya profil risiko dan terukurnya eksposur risiko secara akurat, informatif dan tepat waktu, baik risiko secara keseluruhan/komposit maupun per jenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha bank serta dapat mengukur efektivitas budaya risiko pada seluruh jajaran organisasi Bank. 4. Pengembangan sistem yang dapat melakukan penyajian tersedianya data dan informasi yang memadai untuk perhitungan cadangan modal dengan pendekatan yang lebih advance. purnaan mutu infrastruktur, dan mutu SDM yang peduli risiko. Saat ini SKMR sedang terus menyempurnakan metode pengukuran risiko. 3. RBB telah memuat rencana bisnis berbasis risiko. Potensi risiko untuk produk baru dan ekspansi bisnis telah dikaji secara memadai. 4. Realisasi kinerja bisnis secara umum melampaui target. 5. Melalui laporan profil risiko, Direksi telah melakukan pengelolaan risiko terutama untuk mitigasi risiko kredit, risiko operasional, dan risiko pasar. 6. Sistem, infrastruktur, dan SDM untuk mengelola risiko terevaluasi semakin baik. Namun demikian, infrastruktur teknologi informasi dijadwalkan akan selesai penyempurnaannya di tahun Kepatuhan Bank Bidang Kepatuhan telah melaksanakan pengkajian terhadap beberapa rancangan yang terkait dengan operasional perbankan, diantaranya sebagai berikut: Pada prinsipnya rancangan keputusan penempatan dana dan transaksi surat-surat berharga tidak mengandung pelanggaran dan terdapat kesesuaian antara keputusan Direksi dengan hasil kajian Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko. Mengembangkan reminder system tenggat waktu pelaporan dan database peraturan internal dan eksternal pada sistem portal internet. Pemantauan tehadap komitmen kepada Bank Indonesia atas Hasil Pemeriksaan Bank Indonesia. Pemantauan dan analisis atas setiap ketentuan dan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dalam rangka meningkatkan keseragaman dan pemahaman yang sama serta evaluasi terhadap pelaksanaan peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku secara berkesinambungan melaksanakan sosialisasi antara lain melalui penyampaian materi kepatuhan dalam pendidikan pengenalan perbankan bagi pegawai baru. Seluruh satuan kerja telah memenuhi kewajiban penyampaian laporan ke Bank Indonesia sesuai dengan Baik

28 67 batas waktu yang telah ditetapkan, termasuk Laporan Pelaksanaan Tugas Direktur Kepatuhan yang disampaikan setiap semester. Dalam rangka Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah/ KYC (Know Your Customer) telah dilakukan laporan transaksi keuangan tunai dan pemantauan terhadap: Transaksi keuangan mencurigakan, dan Pengkinian data nasabah. Melakukan pemeliharaan terhadap Sistem Aplikasi Anti Money Laundering (AML), yang bertujuan untuk mendeteksi transaksi keuangan yang mencurigakan atau diluar profil nasabah dan menjaga kelancaran pengoperasian aplikasi AML. Selama tahun 2010 telah dilakukan pemasangan aplikasi AML pada 42 Kantor Cabang. Bekerja sama dengan Forum Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan (FKDKP) dan PPATK untuk melakukan pelatihan mengenai penerapan KYC dan Anti Money Laundering bagi petugas bank, baik petugas Kantor Pusat maupun Kantor Cabang secara berkesinambungan. Dalam mendukung pelaksanaan tugas kepatuhan dan penerapan Good Corporate Governance di bank, Unit Kerja Bagian Hukum telah melaksanakan fungsinya memberikan bantuan dan pembinaan segi hukum kepada seluruh unit kerja bank dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut: a. Melakukan pembinaan dalam bidang hukum. b. Melaksanakan review terhadap perjanjianperjanjian kerja sama yang telah dilaksanakan. c. Mengkaji perjanjian-perjanjian yang akan dibuat guna melindungi kepentingan bank. d. Membuat langkah-langkah atau arahan dalam penyelesaian suatu kasus hukum. Sumber: Annual Report Bank BJB 2009 dan Analisis Perbedaan Rata-rata Paired-Samples T Test Pra IPO dan Pasca IPO Hasil Paired-Samples T Test dengan menggunakan SPSS 15, menunjukkan tidak adanya perbedaaan kinerja keuangan antara pra IPO dengan pasca IPO untuk periode 2009 hingga Terlihat pada Gambar 17, t hitung sebesar 1,899 dan signifikansi 0,084. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian ini sebesar 2,201. Jadi t hitung < t tabel dan signifikansi 0,084 > 0,05 sehingga Ho diterima, ini artinya tidak ada perbedaan rata-rata kinerja keuangan antara satu tahun sebelum IPO dengan satu tahun setelah IPO. Maka dapat disimpulkan bahwa IPO tidak mempengaruhi kinerja keuangan bank BJB untuk periode 2009 hingga 2010.

29 68 Pair 1 praipo2009 pascaipo2010 Paired Samples Statistics Std. Error Mean N Std. Dev iation Mean 29, , , , , ,24966 Paired Samples Correlations Pair 1 praipo2009 & pascaipo2010 N Correlation Sig. 12,973,000 Paired Samples Test Paired Diff erences Mean Std. Dev iation Pair 1 praipo pascaipo2010 3, ,94588 Std. Error Mean 2,00510 t df Sig. (2-tailed) 95% Confidence Interv al of the Dif f erence Lower Upper -, , ,899 11,084 Gambar 17. Output data kinerja keuangan dengan SPSS 15 Input untuk uji beda Paired-Samples T Test pada penelitian ini adalah dengan menggunakan data-data yang memiliki parameter yang sama, yaitu yang memiliki satuan yang sama dan telah mewakili data untuk mengukur kinerja keuangan suatu bank. Periode yang diambil untuk dijadikan sebagai sampel dalam uji ini yaitu satu tahun sebelum IPO dan satu tahun setelah IPO, namun dikarenakan data yang tersedia adalah laporan keuangan tahunan (1 Januari 31 Desember) maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya analisis data pasca IPO belum genap satu tahun melainkan satu semester, sehingga belum terlihat perubahan yang signifikan. Walau demikian, bank BJB pasca IPO telah mengalami banyak pembenahan dalam struktur pendanaan dan operasional demi mewujudkan visinya.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Initial Public Offering (IPO) adalah proses pertama suatu perusahaan berubah statusnya yaitu dari perusahaan milik perorangan menjadi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar- belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan perekonomian di Indonesia tidak dapat terlepas dari sektor perbankan, khususnya peran perbankan sebagai sumber pembiayaan industri dalam negeri. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD-

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11/PD- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usah 1.1.1 Bentuk Usaha PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank umum milik Pemerintah di daerah Jawa Barat dan Banten yang

Lebih terperinci

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum

No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum No.12/ 27 /DPNP Jakarta, 25 Oktober 2010 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal : Rencana Bisnis Bank Umum Sehubungan dengan diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Penelitian Deskriptif Analisis deskriptif penelitian dilakukan untuk memperoleh gambaran masingmasing variabel yang diteliti. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus

BAB 1 PENDAHULUAN. memperbaiki perekonomian Indonesia. Tingginya laju inflasi yang terus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejauh ini krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1998 telah membawa dampak yang tidak baik bagi perkembangan bangsa Indonesia. Hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 pengertian

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM

TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM Sehubungan dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 9 BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Gambaran Umum Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Bank Jabar Banten 4.1.1. Sejarah Bank Jabar PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang dikenal dengan nama bank bjb, adalah bank umum yang sahamnya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank bjb Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Peran Bank Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Saham Menurut Anoraga, Pakarti (2006:54) pengertian saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas dan memiliki manfaat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Bank BJB Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Bank Negara Indonesia (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) PT. Bank Negara Indonesia (persero), Tbk atau BNI didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 dan menjadi bank pertama

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE 2013-2015 Nama : Yacob Berkat NPM : 27212774 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Akuntansi Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. efek. Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan salah satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dalam hal ini investor, yaitu dengan menyediakan sarana dan tempat untuk mempertemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan program pembangunan. Meningkatkan kualitas hidup antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan datang, baik jangka pendek

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Tinjauan Umum Perusahaan a. Sejarah bank bjb Sejarah Pendirian - 1961 Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Sejarah Singkat Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Cabang Buah Batu Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh peraturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Bank Jabar Banten Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gelombang akuisisi perbankan yang melanda Indonesia selama dekade terakhir sejak 2000 sampai 2010 selain mengubah kepemilikan saham diharapkan akan memengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK NAMA : Alien Aprilian NPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan perekonomian suatu negara tergantung pada lembaga keuangannya. Lembaga keuangan terutama perbankan berperan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Fundamental Teori fundamental adalah teori yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teori ini menitikberatkan pada rasio finansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Bank yang pada awal kemunculannya di Indonesia sejak penjajahan Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering

BAB I PENDAHULUAN. apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan dikatakan telah menjadi perusahaan publik apabila perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana dengan pihak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dengan Pemerintah kota/kabupaten se-jawa Barat dan Banten, dasar pendiriannya BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan bank milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Banten bersama-sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, selain membuka peluang bisnis yang kian mendunia, pelaku bisnis juga dihadapkan dengan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah tempat bertemunya para calon investor dan perusahaan yang membutuhkan dana. Agar para investor mau menanamkan dananya maka perusahaan harus memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk menbiayai, karena

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum.

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Rencana Bisnis Bank Umum. No.6/44/DPNP Jakarta, 22 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal: Rencana Bisnis Bank Umum. Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/25/PBI/2004 tanggal 22

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN. BANTEN,Tbk CABANG MEDAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang

BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN. BANTEN,Tbk CABANG MEDAN. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang BAB II PROFIL PT.BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA BARAT DAN BANTEN,Tbk CABANG MEDAN A. Sejarah Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal didefinisikan sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli berbagai instrumen atau sekuritas jangka panjang (Gunawan, 2012). Kehadiran pasar modal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 5.1. Analisis Perkembangan Penyaluran Kredit Dalam pelaksanaan aktivitas operasional bank, salah satu upaya yang dilakukan oleh setiap perbankan adalah peningkatan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Return On Asset Tujuan dasar dari manajemen suatu unit usaha bisnis adalah untuk memaksimalkan nilai dari investasi yang ditanamkan oleh pemilik modal terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Asia. Langkah yang ditempuh dalam menghadapi krisis moneter salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan global pada tahun 2008, fakta yang terjadi bermula dari ambruknya bisnis property di Amerika Serikat, berdampak cepat ke Eropa dan Asia. Langkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penelitian tentang Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Laba Pada Perusahaan Sektor Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 membutuhkan

Lebih terperinci

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA Perihal: Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini dan buku serta tulisan-tulisan lain yang berhubungan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini berupa analisis deskriptif, yaitu dengan mengamati aspek-aspek tertentu dari laporan keuangan PT. Bank Rakyat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas ekonomi suatu negara. Sebab sektor perbankan mempunyai tugas utama sebagai lembaga penghimpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri perbankan dapat dinilai dan analisis menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan adalah ukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor yang diharapkan berperan aktif dalam menunjang kegiatan pembangunan regional atau nasional. Peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana dengan pihak-pihak yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin majunya perkembangan perekonomian saat ini semakin banyak pula bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber dana yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas di dalam dunia perbankan sangat penting baik untuk pemilik, penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya,

Lebih terperinci

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun

Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Bumd Tahun Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Thesis of Accounting http://repository.ekuitas.ac.id Banking Accounting 2015-12-10 Pengaruh Efisiensi Operasi, Kualitas Aktiva, Permodalan Dan Likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik BAB III PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlandasan pada Al-Qur an dan Hadist Nabi SAW. Atau dapat disimpulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berlandasan pada Al-Qur an dan Hadist Nabi SAW. Atau dapat disimpulkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit) dengan pihak-pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Return on Assets (ROA) Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui Return on Assets (ROA). Return on Assets (ROA) digunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA,Tbk. DAN ENTITAS ANAK DAN PT BANK CIMB NIAGA,Tbk DAN ENTITAS ANAK MENGGUNAKAN METODE CAMELS Imaniar email: Imaniar_ainq888@yahoo.com Progam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. antara kedua atau lebih objek yang diteliti. keuangannya dimulai dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. antara kedua atau lebih objek yang diteliti. keuangannya dimulai dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat komparatif (perbandingan) yaitu bersifat menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Literatur 2.1.1 Nilai Perusahaan Menurut Weston and Copeland (1999) Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang menggambarkan persepsi

Lebih terperinci

14,87% 17,43% 17,97% 13,69%

14,87% 17,43% 17,97% 13,69% Laporan Tahunan 2013 BANK KALBAR Pembukaan Opening Ikhtisar Data Keuangan Penting Financial Highlights Laporan Dewan Komisaris dan Direksi Report from the Board of Commissioners and Directors Profil Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2 Suwandi, Sularso, Suroso, Pengaruh Kualitas Layanan... ISSN : 1412-5366 e-issn : 2459-9816 ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Yudiana Febrita Putri 1 Isti Fadah 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan pada semua bank syariah dan bank konvensional yang berada di Bursa Efek Indonesia. Adapun ruang lingkup penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Daftar nama bank yang termasuk dalam objek penelitian ini adalah 10 bank berdasarkan total aset terbesar di tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat -giatnya melaksanakan pembangunan segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.

Lebih terperinci

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI

Lebih terperinci

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA

Teman Anda Dalam Usaha. P.T. BANK BUMI ARTA Tbk. PUBLIC EXPOSE. Jakarta, 11 Juni 2014 BANK BUMI ARTA P.T. Tbk. PUBLIC EXPOSE Jakarta, 11 Juni 2014 1 PUBLIC EXPOSE Sekilas Tentang Perusahaan Struktur Kepemilikan Susunan Pengurus Jaringan Kantor Ikhtisar Keuangan Penetapan Penggunaan Laba Bersih Perseroan

Lebih terperinci

Variabel Independen NPL, GCG, NIM, CAR

Variabel Independen NPL, GCG, NIM, CAR Kajian Penelitian Terkait Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya, oleh karena itu perlu adanya kajian mengenai penelitian terdahulu yang sejenis sehingga bisa mengetahui hasil dan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara termasuk bagi negara Indonesia. Peran bank sangat penting karena bank ikut serta

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data 28 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Sumber Data Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan komparatif. Sumber data penelitian ini yaitu berasal dari data sekunder berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, sektor perbankan memiliki potensi dan peluang yang besar dalam peranannya sebagai sumber pembiayaan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan perekonomian di dunia saat ini tidak terlepas dari dunia perbankan. Hampir seluruh aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai lembaga keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal ini meninggalkan kredit

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten merupakan Bank milik pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Propinsi Banten bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga intermediasi bagi pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Di samping itu, bank juga sebagai suatu industri yang

Lebih terperinci

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 08 & 09 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan laju perekonomian Indonesia yang terus mengalami perkembangan maka persaingan pun akan semakin meningkat. Dalam persaingan tersebut perusahaan terdorong

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 45 IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.9.1.3 Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten 4.1.1 Sejarah Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulisan penelitian ini dilakukan pada 13 April 2013 sampai dengan selesai dengan memperoleh data dari internet dan buku-buku di perpustakaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Lembaga keuangan merupakan aset yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan perekonomian tidak bisa terlepas dari besarnya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi perbankan syariah di Indonesia saat ini semakin meningkat sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang memberikan

Lebih terperinci

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut : Berikut ini adalah analisis CAMEL terhadap Laporan Keuangan PT Bank Mandiri periode 2011-2012 yang digunakan untuk menganalisis kesehatan bank tersebut. 1. Capital (Permodalan) Rasio permodalan diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan. Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci