V. PELAKSANAAN PERANAN KOMITE SEKOLAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. PELAKSANAAN PERANAN KOMITE SEKOLAH"

Transkripsi

1 V. PELAKSANAAN PERANAN KOMITE SEKOLAH 5.1. Proses Pembentukan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa Sebelum Komite Sekolah dibentuk, organisasi wadah untuk menyalurkan aspirasi masyarakat di SMAN 1 Liwa adalah Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). BP3 dibentuk oleh sekolah bersama-sama dengan kepala sekolah, guru dan orang tua siswa. Namun dalam pelaksanaannya, wadah BP3 cenderung top down, artinya sejak terbentuknya, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan BP3 didominasi oleh pihak sekolah. Selain itu BP3 hanya berperan memberikan kontribusi kebijakan sarana dan prasarana di SMAN 1 Liwa, dan tidak memiliki peranan dalam kebijakan peningkatan mutu pendidii di SMAN 1 Liwa. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan dan hasil pendidikan yang diberikan oleh sekolah, dan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional melalui upaya peningkatan mutu, pemerataan, efisiensi penyelenggaraan pendidikan diperlukan dukurigan dan peranserta masyarakat untuk bersinergi dalam suatu wadah yang tidak sekedar lembaga pengumpul dana pendidikan dari orang tua siswa (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan menengah, 2002). Pada tahun 2002, dibuat kebijakan oleh pemerintah tentang pembentukan wadah Komite Sekolah sebagai pengganti BP3. Proses pembentukan Komite Sekolah di SMAN 1 Liwa adalah sebagai berikut: pertengahan Bulan Desember 2005, Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa mengundang ketua dan pengurus BP3 SMAN 1 Liwa, dalam pertemuan tersebut kepala Sekolah mensosialisasikan keberadaan Komite Sekolah sesuai dengan kebijakan pemerintah sebagai pengganti BP3. Kepala sekolah menjelaskan hal-hal berkaitan dengan Komite Sekolah, selain itu Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa menyampaikan terima kasih kepada pengurus atas perannya selama ini dan Kepala Sekolah mengharapkan agar pengurus BP3 membantu SMAN 1 Liwa walaupun telah berganti menjadi Komite Sekolah. Mendapat penjelasan dari Kepala Sekolah SMAN 1 Liwa, pengurus Komite Sekolah memahami dan menyadari pentingnya Komite Sekolah dan mereka berkomitmen untuk

2 membantu SMAN 1 Liwa dalam proses pembentukan kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa. Hasil pertemuan tersebut sepakat untuk niengadakan pertemuan lanjutan dengan seluruli orang tua siswa dan Sekaligus memilih ketua Komite Sekolah, akhirnya disepakati Kepala Sekolah dan pengurus BP3 pada minggu kedua Bulan Januari 2006 untuk mensosialisasikan wadah Komite Sekolah kepada orang tua siswa bertepatan pada pengambilan rapor siswa semester ganjil. Dalam pertemuan tersebut kepala sekolah dan ketua pengums BP3 mensosialisasikan keberadaan Komite Sekolah dan sekaligus acara perpisahan pengurus BP3. Dalam acara perpisahan, Ketua BP3 (Burhanudin) mengatakan bahwa dirinya tidak iugin lagi menjabat sebagai pengurus di wadah organisasi Komite Sekolah SMAN 1 Liwa, dengan alasan memberikan kesempatan kepada yang lain, Burhanuddin tetap berkomitmen untuk membantu SMAN 1 Liwa. Pertemuan tersebut sepakat untuk mengundang kembali omg tua siswa dalam acara pembentukan Komite Sekolah. Pada tanggal 20 Februari 2006 pihak sekolah mengundang seluruh orang tua siswa SMAN 1 Liwa namun yang hadir 124 orang, Pertemuan tersebut sepakai memilih 1r.Kuswanto (orang tua siswa) sebagai ketua Komite Sekolah dan memilih pengurus Komite Sekolah lainnya dari orang tua siswa (dua orang), pemakilan guru, dan tokoh masayarakat. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan pembentukan pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode Struktur Organisasi Komite Srtkolah SMAN 1 Liwa Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dibentuk tanggal 20 Februari 2006 berdasarkan Surat Keputusan Kepala SMAN 1 Liwa No tentang Susunan Kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode , Susunan kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa periode disajikan dalam Tabel 17. Sementara struktur organisasi pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa terdapat dalam Lampiran 1.

3 Tabel 17. Susunan Kepengurusan Komite Sekolah S M. 1 Liwa Periode 2006/2010 Tabel 17, memperlihatkan bahwa kepengurusan Komite Sekolah di SMAN 1 Liwa terdiri dan pemakilan orang tua siswa sebanyak lima orang (41,66 persen), tokoh mayarakat empat orang (33,33 persen) dan unsur dewan guru tiga orang (25 persen). 5.3 Pelaksanaan Peranan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa Menurut Direktomt Pendidikan Dasar dm Menengah (2001), perman ymg dijalankan Komite Sekolah adalah, a). Pemberi pertimbangan (advisory agencyl, b). penddmg ('supporting agency), c). pengontrol (controlling agency) dm d). mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat. Berdasarkan realitas sosial di SMAN 1 Liwa, pelaksanaan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dijelaskan sebagai bedcut: a. Pemberi Pertimbangan (advisory agency) Perm Komite Sekolah SMAN 1 Liwa sebagai pemberi pertimbangm kepada pihak sekolah cukup baik. Walaupun Komite Sekolah baru terbentuk,

4 namun peran sebagai pemberi pertimbangan kebijakan sekolah sudah bejalan. Peran konkrit dalam pemkri kebijakan yang dilakukan oleh Komite Sekolah SMAN 1 Liwa adalah pertimbangan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di SMAN 1 Liwa. Pada Bulan Juli 2006, kepala SMAN 1 Liwa mengajukan usul dalam pengadaan sarana dan prasarana sekolah berupa meja dan kursi sebanyak 75 buah, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa menyetujui usul kepala sekolah SMAN 1 Liwa, namun jumlahnya sebanyak 50 buah yang berasal dan sumbangan orang tua siswa siwa SMAN 1 Liwa. Peranan Komite Sekolah lainnya memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: 1). Kebijakan dan program pendidikan, 2). Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAF'BS), 3). Kriteria kineja satuan pendidikan, 4)- Kriteria tenaga kependidiian, 5). Kriteria fasilitas pendidikan. Pelaksanaan fungsi yang dilakukan oleh Komite Sekolah SMAN 1 Liwa tersebut masih rendah. Hal tersebut disebabkan Komite Sekolah baru melaksanakan fungsi dalam kriteria fasilitas pendidikan. b). Pendukung (supporting agency) Komite Sekolah SMAN 1 Liwa telah melakukan petan penddmng (supporting agency) dalam kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Pada Bulan April 2006, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat untuk membangun gedung baru karena kurangnya sarana dm prasarana gedmg di SMAN I Liwa. Di samping itu Komite Sekolah SMAN 1 Liwa berupaya untuk menghimpun dana dari masyarakat (orang tua siswa) dan Ikatan Alumni SMAN 1 Liwa. Komite Sekolah SMAN 1 Liwa juga mencari donatur pernbangunan sarana dan prasarana pendidiian, baik dari alumni maupun dari orang tua siswa namun belum optimal. Komite Sekolah menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidi di satuan pendidii. Pelaksanaan peranan tersebut masih belum be jalan dengan baik. Selma ini dana dari masyarakat (orang tua siswa) untuk pembangunm fasilitm sekolah masih sedikit, hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.

5 c). Pengontrol (controlling agency) Peian Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dalam pengontrol masih belim berjalan dengan baik. Selama ini yang berperan sebagai pengontrol adalah pihak sekolah (SMAN 1 Liwa). Rendahnya peran kontrol yang dilakukan oleh Komite sekolah karena usia Komite SMAN 1 Liwa masih relatif baru. Pelaksanaan peranan evaluasi dan pengawasan masih belum bejalan secara optimal, hal tersebut disebabkan oleh kepengurusan Komite Sekolah SMAN 1 Liwa masih baru. Pelaksanaan pengontrolan yang dilakukan oleh Komite Sekolah SMAN 1 Liwa adalah memeriksa laporan pertanggunpjawaban dari pihak sekolah mengenai penggnnaan dana pendaftaran siswa baru tahun ajaran oleh kepala sekolah SMAN 1 Liwa kepada komite sekolah. Besarnya dana berasal dari 225 orang pendaftar, masing-masing pendaftar membayar Rp. 50,000,00 (lima puluh ribu pi ah), yang digunakan sebagai biaya administrasi dan insentif bagi kesejahteraan panitia Penerimaan Siswa Baru (PSB) SMAN 1 Liwa. d). Mediator antara Pemerintah (eksekutif) dengan Sekolah Peran Komite Sekolah SMAN I Liwa sebagai mediator mtara pemetintah dengan SMAN 1 Liwa sudah beqalan, walaupun belum optimal. Untuk menggerakkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan mutu pendidikan SMAN 1 Liwa, pihak sekolah melibatkan masyarakat (orang tua siswa) sebagai salah satu pengws Komite sekolah, Sementara itu Komite Sekolah juga melibatkan partispasi orang tua siswa, dengan mengundang orang tua siswa dalam penentuan kebijaka. di SMAN 1 Liwa seperti pembangunan sarana dan prasarana sekolah. Komite Sekolah SMAN 1 Liwa telah memberikan peranan sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat, Pada Bulan April 2006, Komite Sekolah SMAN 1 Liwa mengajukan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat unhk membangun gedung baru karena kurangnya sarana dan prasarana gedung di SMAN 1 Liwa. Pada saat ini Komite Sekolah merintis kerjasama dengan masyarakat (perorangan, organisasi, dunia usaha, dan dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bennutu, Pelaksanaan fungsi tersebut masih dalam tahap awal, sehingga perlu pengoptimalan fungsi lebih

6 lanjut. Output dan peran pelaksanaan kerjasarna antara Komite Sekolali dengan pihak luar masih belum nampak, 5.4. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam B~rbagai Kegiatan di Sekolah Pada kajim ini, partisipasi betagam pihak dalam kegiatan pe~ldidikm di SMAN 1 Liwa diietahui, dengan membandiigkan tingkat partisipasi orang tua siswa, pengurus Komite Sekolah, dan guru. Dengan perbandingan tersebut, dapat diketahui tingkat partisipasi masyarakat (khususnya orang tua siswa) mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Psreneanaan Indikator partispasi gum, pengurus Komite Sekolah dan orang tila sis-wa dalam perencanaan adalah (1) menghadiri pertemuan dengan Komite Sekolah, (2) Terlibat dalam menyusun rencana kegiatan sekolah, dm (3) Menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah. Partisipasi gu- pengurus Komite dan orang tua siswa dalam perencanaan secara garis besar disajikan dalam Tabel 18. Tabel 18. Partisipasi Masyarakat, Guru dan P~ngurus Komite Sekolah dalam Pcrencanaan Kegiatan - Pendidikan di SMAN 1 Liwa Tahun 2008 Jenis Partisipasi a. Menghadiri Pertemuan Komite b. Terlibat dalam menyusun rencana kegiatan sekolah c. Menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah Tingkat Partisipasi Responden (Persentase) p'nwrus Orang tua ' Guru Komite siswa Sekolab 86,66 100,OO 72,OO 86,66 55,55 80,OO 100,OO 44,OO 38,OO Dari Tabel 18 di atas di dapatkan bahwa rata-rata kehadiran guru, pengurus Komite Sekolah dan orang tua siswa dalam menghadiri rapat dalam perencanaan kegiatan pendidiian di SMAN 1 Liwa sangat tinggi dimana rata-rata

7 kehadii di atas 70 persen artinya partisipasi kehadiran gum, pengurus Komite dan orang tua termasuk sedang, dimana partisipasi Komite Sekolah tinggi yang mencapai 100 persen kehadiran dari seluruh anggota Komite Sekolah. Tingginya tingkat kehadiran pengurus Komite Sekolah dalam rapat, hal ini dikarenakan msa tanggung jawab para pengurus terhadap pertemuan tersebut. Tingkat kehadiran kedua yaitu guru dimaia dari 45 guru yang dilakukan wawancara sebanyak 39 orang atau 86,66 persen yang hadir dalam pertemuan penentuan rencana kegiatan SMAN 1 Liwa, tingginya partisipmi guru dalam menghadiri pertemuan dengan komite disebabkan guru mempunyai lebih banyak kesempatan. Tingkat ketiga yaitu partisipasi masyarakavorang tua siswa dari sampling yang diambil sebanyak 50 orang tua siswa sebanyak 36 orang atau sebesar 72 persen &an menghadiri kegiatan rapat, Tingkat partisipmi masyarakavorang tua siswa ini masuk dalam kategori sedang, ha1 ini menandakan bahwa orang tua siswa memiliki rasa tanggungjawab &an keberlangsungan pendidikan yang bennutu bagi anak-anaknya. Indikator kedua dalam partisipasi perencanaan adalah terlibat dalam rangka menyusun rencana kegiatan sekolah. Selama ini pihak yang paling berperan dalam menyusun rencana kegiatan sekolah adalah guru sebesm 84,66 persen. Sementara pengurus Komite Sekolah hanya berpartisipasi sebesar 80 persen dan orang tua siswa sebesar 44 persen. Rendahnya partisipmi orang tua siswa dalam menyusun rencana kegiatan di sekolah karena orang tua siswa yang hadir dalam rapat dengan pihak sekolah cenderutlg bersikap pasif, kebanyakan orang tua siswa tidak mengetahui bagaimana cara penentuan kegiatan sekolah kedepan untuk peningkatan mutu pendidikan. Indiiator ketiga partisipasi stakeholders dalam perencanaan adalah menyampaikan usul dalam rapat perencanaan. Pada prinsipnya indikator partsipmi dalam menyampaikan usul saat rapat perencanaan sama dengan terlibat dalam penyusunan program kegiatan sekolah, namun ini lebih ditekankan pada aktivitas individu dalam kehadirannya di rapat penyusunan program. Partisipasi guru menyampaikan usul dalam rapat rencana kegiatan sekolah tergolong sedang. Hal ini ditunjukkan dari hasil wawancara yang sebesar 55,55 persen guru memberikan kontribusi pemikiran dalam rapat tersebut. Sementara pmisipasi komite sekolah

8 dalam memberikan usul sebesar 100 persen. Hal itu menggambarkan peranan Kornite Sekolah dalam memberikan kontribusi pemikiran tergolong tinggi. Sementara partisipasi orang tua siswa memberikan usulan tergolong rendah, yaitu sebesar 38 persen lebii rendah dari partisipasi guru, artinya dari sebanyak 50 orang yang di wawancara sebanyak 19 orang yang hanya memberikan usulannya. Rendahnya usulan dari orang tua siswa di karenakan kurang mengetahuinya orang tua siswa akan kegiatan yang tepat bagi anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu tinggi, akibat kurang mengetahuinya apa yang has di usulkan membuat orang tua siswa cenderung lebih pasif di bandingkan dengan unsur guru dan pengums Komite Sekolah, Selain itu pertemuan yang memakan waktu yang cukup lama membuat orang tua siswa merasa bosan dalam rapat, sehingga membuat peran masyarakat' orang tua siswa masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat di simpulkan bahwa guru dan Komite Sekolah memiliki peran yang tinggi terhadap prencanaan kegiatan pendidikan di SMAN 1 Liwa dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, Berdasarkan hasil wawancara juga dapat di simpulkan bahwa peran masyarakatlorang tua siswa masih rendah terutama dalam ha1 pemberian usul untuk penentuan kegiatan pendidikan. * Analiis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Sckoial~ hdiiator partisipasi Srakeholdc~s SMAN 1 Liwa (guru, pengurus K&e Sekolah dan orang tua siswa) dalarn pelaksanaan adalah (1) terlibat dalam pelaksanaan kegiatan sekolah; (2) memberikan sumbangan uang dalam kegiatan sekolah, dan (3) memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan sekolah, (4) mendorong siswa dalam pembimbingan belajar, (5) mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan sekolah, dan (6) Prioritas yang diberikan pada tugas yang terkait dengan sekolah. Pada Tabel 19 menunjukkan, partisipasi guru, pengurus Komite Sekolah dan masyarakat dalam berbagai kegiatan di SMAN 1 Liwa. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh SMAN 1 Liwa adalah percyaan Idul Adha pada hari Senin 8 Desember 2008 dan perpisahan siswa kelas tiga hari Sabtu 28 Juni 2008 yang bertempat di SMAN 1 Liwa.

9 Tabel 19. Bentuk dan Tingkat Partisipasi Guru, Pengurus Komite Sekolah dan Orang Tua Siswa Tingkat Partisipasi Itesponden (Persentase) Jenis Fartisipasi 1. Terlibat dalam berbagai kegiatan sckolah 2, Memberikan sumbangall uang dalam kegiatan sekolah 3. Memberikan batuan tenaga - dalam kegiatan sakolah 4. Mendorong siswa dalam pembimbingan belajar 5. Mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan sekolah Guru 77,77-24,44 95,55 100,OO 88,88 Peilgiiriis Komite Sekolah 60,OO 109,OO 40,OO 60,OO 60,OO Orang tua siswa 40,OO 30,QO 20,OO 100,OO 42,OO Pada kegiatan perayaan hari besar keagamaan dan acara perpisahan di SMAN 1 Liwa guru memiliki parfisipasi yang tinggi dalam keterlibatan pelaksanaan kegiatan tersebut atau sebesar 77,77 persen, Sementara pengurus Komite Sekolah yang terlibat dalam kegiatan hari besar keagamaan dan perpisahan siswa kelas tiga sebesar 60 persen atau partisipasi Komite Sekolah terlibat dalam kegiatan sekolah masuk dalam kategori sedang. Biasanya pengurus komite yang terlibat dalam kegiatan tersebut, karena diberi tanggungiawab oleh sekolah untuk membantu kelancaran acara tersebut. Biasanya pengurus Komite Sekolah diundang oleh pihak sekolah dan menyampaikan sarnbutan sebagai perwakilan Komite Sekolah. Sementara anggota Komite Sekolah yang tidak memiliki kewajiban secara khusus dalam acara, biasanya kurang terlibat. Sementara itu keterlibatan nlasyarakat (dalanl ha1 ini adalah orang tua siswa) dalam pelaksanaan kegiatan sekolah hanya sebesar 40 persen atau tergolong rendah. Orang tua siswa dalam pelaksanaan biasanya melibatkan diri apabila diminta oleh pihak sekolah, apabila tidak diminta orang tua siswa cenderung bersifat pasif. Hanya sedikit orang tua siswa yang hadii dalam kegiatan hari keagamaan di SMAN 1 Liwa, karena selain acaranya hanya berlaku untuk siswa, juga hanya sebagian orang tua siswa sebagai perwakilan yang diundang. Pada kegiatan perpisahan siswa kelas tiga, orang tua siswa kelas tiga sebagian besar

10 hadii dalam acara tersebut, karena acara perpisahan, menurut orang tua siswa kelas tiga merupakan acara "pertemuan terakhir" dengan pihak sekolah. Namun ada juga sebagian orang tua siswa hadir ke SMAN 1 Liwa hanya sekedar menonton acara perpisahan, karena dalam acara perpisahan tersebut ada pertunjukan seni, tari, drama yang dimainkan oleh siswa kelas satu dan kelas dua. Indiiator kedua dalam pelaksanaan di SMAN 1 Liwa adalah memberikan sumbangan dalam kegiatan sekolah. Contoh bentuk sumbangan di SMAN 1 Liwa adalah sumbangan uang dalam acara perpisahan siswa kelas iiga dan pembayaran honor guru yang mengadakan pelajaran tambahan bagi siswa kelas tiga. Partisipasi guru dalam memberikan sumbangan sebesar 24,44 peesen atau termasuk kategori sangat rendah, anggota Komite Sekolah 100 persen atau masuk dalam kategori tinggi dan orang tua siswa sebesar 30 persen atau masuk dalam kategori rendah. Anggota Komite Sekolah paling tinggi partisipasinya dalam memberikan sumbangan dalam kegiaian sekolah, karena pengurus Komite Sekolah, merasa mempunyai tanggungjawab dalam kegiatan sekolah dan merasa malu apabila tidak menyumbang. Selain itu biasanya yang dud& di kepengurusan Komite Sekolah merupakan orang-orang memilii kemampuan ekonomi yang memadai, sehingga bersedia membantu, Partisipasi gum justpu lebii rendah di bandingkan orang tua, hal ini dikarenakan anggapan sebagian guru jika kegiatan yang diadakan di sekolah maka pmdanaannya hams berasal dari siswa, sedangkan partisipasi orang tua siswa juga masih tergolong rendah, hal ini dikarenakan ekonomi orang tua siswa di SMAN 1 Liwa raia-rata tergolong menegah ke bawah. Indikator ketiga partisipasi dalam pelaksanaan adalah memberikan bantuan tenaga dalam kegiatan di sekolah. Salah satu kegiaian yang telah dilakukan oleh sekolah adalah acara peringatan hari besar keagamaan dan acara perpisahan di SMAN 1 Liwa. Guru memiliki pariisipasi yang tinggi memberikan sumbangan tenaga, yaitu sebesar 95,55 persen. Guru bersama-sama dengan kepala sekolah mempersiapkan mulai perencanaan, sampai pelaksanaan acara perpisahan siswa kelas tiga. Sementara pengurus Komite Sekolah berpartisipasi dalam memberikan sumbangan tenaga sebesar 40 persen atau masuk dalam kategori rendall dan orang tua siswa hanya sebesar 20 persen atau masuk dalam kategori sangat rendah. Rendahnya partisipasi dalam memberikan sumbangan tenaga, karena orang tua

11 siswa lebii disibukkan dengan pekerjaannya masing-masing dan beranggapan bahwa kegiatan yang dilakukan di sekolah sudah dapat tertangani dengan baik oleh guru dan siswa sekolah SMAN 1 Liwa. Indikator keempat partisipasi orang tua siswa dalam pelaksanaan adalah mendorong siswa dalam pembimbingan belajar. Pada indikator ini, partisipasi guru tergolong tinggi sebesar 100 persen, hal ini di karenakan adanya rasa tanggungiawab yang besar dalam diri masing-masing guru SMAN 1 Liwa. Pengurus Komite Sekolah sebesar 60 persen atau termasuk dalam kategori sedang dan orang tua siswa sebesar 100 persen. Partisipasi orang tua siswa tergolong tinggi dibuktikan dengan sikap dan perilaku orang tua siswa dalam mendorong, membimbing dan memperhatikan anak-anaknya dalam belajar di rumah. Orang tua siswa senantiasa mengontrol anak-anaknya belajar di rumah. Indikator kelima partisipasi dalam pelaksanaan adalah mendorong siswa untuk aktii dalam kegiatan di sekolah. Persentase partisipasi guru, pengurus Komite Sekolah dan orang tua siswa berturut-turut sebesar: 88,88 persen atau tergolong tinggi, 60 persen atau tergolong sedang dan 42 persen atau tergolong rendah. Faktor pendorong partisipasi guru tinggi adalah karena kesadaran tentang manfaat dari kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh siswa, antara lain: OSIS, PMR, Pramuka dan kesenian. Sedangkan parsipasi Komite Sekolah sedang, hal ini di karenakan kurang mengetahuinya ekstra kuliier yang ada di SMAN 1 Liwa, Sementara itu rendahnya partisipasi orang tua siswa dalam mendorong anaknya untuk mengikuti kegiatan ekstra kuriiler adalah kekhawatim orang tua siswa terhadap anaknya tidak dapat membagi waktu. Namun juga ada orang tua siswa yang membolehkan anaknya mengikuti kegiatan sekolah yaitu sebesar 42 persen atau temasuk dalam kategori rendah. Berdasarkan lima indikator dalam pelaksanaaa kegiatan di sekolah maka partisipasi orang tua siswa (masyarakat) dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sekolah masih tergolong rendah, Analisis P-rtisipasi Masyarakat dalam P~ngawasan 'Tingkat partisipasi berbagai unsur SMAN 1 Liwa dalam pengawm terdiri atas dua indikator, yaitu (1) ikut serta dalam pengawasan kegiatan sekolah,

12 (2) menegur apabila ada yang menyimpang dalam kegiatan sekolah. Perbandingan antara paaisipasi guru, orang tua siswa dan pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa dalam pengawasan disajikan dalam Tabel 20. Tabel 20. Bentuk Tingkat Partisipasi dalam Pengawasan Oleh Guru, Jenis Partisipasi Berdasarkan Tabel 20, indikator ikut serta dalam pengawasan kegiatan SMAN 1 Liwa. Salah satu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh SMAN 1 Liwa adalah pengawasan keuangan yang diterima oleh sekolah tahun pelajaran Dalam neraca keuangan terdapat sumbangan dari orang tua siswa melaui Komite Sekolah sebesar Rp , selain sumbangan oleh orang tua siswa terdapat juga beberapa sumber pendanaan antara lain Bantuan Operasional Sekolah sebesar Rp Uang yang masuk ke SMAN 1 Liwa tersebut digunakan sebagai biaya operasional kegiatan pendidikan. Pada akhir tahun kegiatan pendidikan, pihak sekolah yang terdiii atas beberapa majelis guru mempertanggungiawabkan penggunaan dana tersebut. Partisipasi guru dalam pengontrolan kegiatan adalah tergolong tinggi, sebesar 88,88 persen, pengurus Komite Sekolah sebesar 80 persen atau tergolong tinggi dan orang tua siswa (masyarakat) sebesar 14 persen atau tergolong sangat rendah. Tingginya partisipasi guru dalam pengawasan kegiatan di sekolah, karena guru memiliki tanggungjawab yang besar sehingga dengan kesadaran tinggi para guru melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan di sekolah dibawah koordinasi kepala sekolah. Sementara itu pengawasan yang dilakukan oleh orang tua siswa cenderung sangat rendah, hal itu disebabkan orang tua siswa yang tidak terlibat aktif dalarn kegiatan pendidikan di sekolah atau orang tua kurang berpartisipatif, temasuk dalam hal pengawasan kegiatan

13 keuangan di SMAN 1 Liwa. Orang tua siswa yang aktif dalam pengawasan hanya orang iua siswa yang menjadi pengurus Komite Sekolah SMAN 1 Liwa. Indikator menegur apabila menyimpang dalam kegiatan di SMAN 1 Liwa, terdiri atas: partisipasi guru dalam menegur apabila ada melanggar tergolong tinggi yaitu sebesar 100 persen, sementara itu partisipasi Komite Sekolah dalam pengawasan tergolong sedang yaitu sebesar 60 persen, hal iiu disebabkan karena Kornite SMAN 1 Liwa masih belum berfungsi optimal. Tingkat partisipasi orang tua siswa dalam menegur pada tingkat yang sangat rendah y ak sebesar 20 persen, Sangat rendahnya partisipasi orang tua siswa dalam pengawasan disebabkan oleh keseganan orang tua siswa uniuk menegur apabila ada penyimpangan dalam kegiatan di SMAN 1 Liwa. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa partisipasi orang tua siswa (masyarakat) dalam pengawasan masih tergolong sangat rendah. Tabel 21. Raia-raia Tingkat Partisipasi Guru, Komiie Sekolah dan Orang Tua Siswa Jenis Partisipasi Hasil analisis partisipasi guru, pengurus komite sekolah dan orang tua siswa dalam fimgsi perencanaan, pelaksaaaan, dm pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu pendidii di SMAN 1 Liwa diperoleh kesimpulan bahwa peran guru dalam ketiga fungsi tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat partisipasi p e n p komite sekolah dan orang tua siswa. Besarnya partisipasi guru ini dikarenakan besamya rasa tangguagjawab guru akan pekerjaannya sebagai pendidik yang mengharuskan memberikan pelayanan pendidikan yang terbaik. Tingkat partisipasi guru dalam perencanaan, pelaksanaan dm pengawasan mencapai rata-rata 82,69 persen atau tergolong tinggi. Posisi kedua adalah partisipasi pengurus Komite Sekolab, besar persentase partisipasi Komite Sekolah mencapai mta-mta 75,78 persen atau tergolong tinggi.

14 Persentase tingkat partisipasi tersebut menggambarkan bahwa Komite Sekolah telah berpemn cukup baik dalam rangka peningkatan mutu pendidii di SMAN 1 Liwa. Sedangkan partisipasi orang tua masih rendah, yaitu sebesar rata-rata 38,24 persen. Rendahnya partisipasi orang tua dalam menjalankan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dikarenakan ketidakhhuan orang tua siswa akan sistem pendidikan dikarenakan 65 persen dari orang tua siswa adalah sebagai petani, selain itu juga keterbatasan waktu untuk menghadiri acara-acara di sekolah dikarenakan orang tua siswa lebih mementingkan kepentingan pekejaan, sedangkan acara-acara sekolah sering diadakan pada hari-hari efektive. Rendahnya partisipasi orang tua siswa juga te jadi karena orang tua merasa bahwa tangungjawab pendidiian yang bermutu merupakan tanggungjawab guru.

111. METODE PENELITIAN. SMAN 1 Liwa dilakukan dalam empat tahap, yaitu:

111. METODE PENELITIAN. SMAN 1 Liwa dilakukan dalam empat tahap, yaitu: 111. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Fenelitian ini untuk menggali partisipasi masyarakat dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dilakukan di Kabupaten Lampung Barat. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH NOMOR 044/U/2002 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

I. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses

Lebih terperinci

5.2. Implikasi penelitian Implikasi teori Implikasi terapan

5.2. Implikasi penelitian Implikasi teori Implikasi terapan BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam kinerja Komite Sekolah antara SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG

BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG 54 BAB IV ANALISIS PENGELOLAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD ISLAM AL AZHAR 29 SEMARANG A. Analisis Pengelolaan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Islam Al

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK PEh'INGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK PEh'INGKATAN MUTU PENDIDIKAN V1. STRATEGI DAN PROGRAM PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK PEh'INGKATAN MUTU PENDIDIKAN Penyusunan strategi dan program peningkatan partisipasi masyarakat (khususnya orang tua siswa) dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa

Lebih terperinci

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013.

1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013. PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BIMTEK IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 1. Menjelaskan konsep interaksi dengan orangtua dalam Komite Sekolah berkaitan dengan Implementasi Kurikulum 2013. 2. Menyusun perencanaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency)

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut: 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Badan Pertimbangan (Advisory Agency) BAB VI PENUTUP Bagian ini merupakan bagian terakhir dari bagian isi tesis. Pada bagian ini memuat tiga sub bab, yaitu: kesimpulan, implikasi, dan saran. Ketiga sub bab tersebut akan disajikan secara rinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN THE PARTICIPATION OF SCHOOL BOARD IN CONDUCTING EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES IN MOST OF STATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah adanya partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana disajikan pada bab IV, dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana disajikan pada bab IV, dapat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan penelitian sebagaimana disajikan pada bab IV, dapat ditarik kesimpulan tentang gambaran peran Komite Sekolah di SMA PGRI 1 Temanggung sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 106 BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan, dan pembahasan peran komite sekolah dalam peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat

Lebih terperinci

JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH

JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH JOB DESCRIPTION KEPALA SEKOLAH Kepala Sekolah berfungsi sebagai Edukator, Manager, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM). a. Kepala Sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen

KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6 / 2003 Tentang Anggaran Dasar Komite Sekolah SLTP Negeri 6 Sragen PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS PENDIDIKAN SLTP NEGERI 6 SRAGEN Jl. Mayor Suharto No. 1 Telp. (0271) 891913 SRAGEN 57213 KEPUTUSAN PENGURUS KOMITE SLTP NEGERI 6 SRAGEN Nomer : 01 / Komite / SLTP N 6

Lebih terperinci

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Bab V Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan pelaksanaan MBS di Gugud Ki Hajar Dewantoro, peneliti menyimpulkan dengan merujuk pada rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK

BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK BAB II GAMBARAN UMUM SMAK ST. AUGUSTINUS NGANJUK 2.1 Sejarah SMAK St. Augustinus Nganjuk Nganjuk, 2 Januari 1975 berdiri secara resmi SMA Katolik dengan nama St. Augustinus sebagai filial SMA Katolik St.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat mempercepat terwujudnya

I. PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat mempercepat terwujudnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah No 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang No 22 Tahun 1999 menuntut seluruh jajaran pemerintahan di daerah untuk dapat

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku

BAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Komite Sekolah SD Mangunsari 01 Salatiga Komite Sekolah dibentuk melalui musyawarah yang terdiri dari : perwakilan orang tua murid tiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Partisipasi Komite Sekolah sebagai Pemberi Pertimbangan di Desa Terpencil di SDN 12 Bongomeme Kecamatan Bongomeme Kabupaten Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 5 SIDOARJO

BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 5 SIDOARJO 1 BAB II GAMBARAN UMUM SMP NEGERI 5 SIDOARJO 2.1 Sejarah SMP Negeri 5 Sidoarjo Pada tahun 1955 di jantung kota Sidoarjo, berlokasi di sebelah barat pendopo Bupati Sidoarjo Jalan Sultan Agung (sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah, masyarakat, orang tua dan stake holder yang lain. Pemerintah telah memberikan otonomi

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dan rekomendasi atas seluruh hasil studi tentang pengaruh desentralisasi fiskal terhadap alokasi belanja daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI HSINCHU TAHUN 2014

RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI HSINCHU TAHUN 2014 RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI HSINCHU TAHUN 2014 Pasal 1 Kegiatan dan Usaha Kegiatan organisasi terdiri atas: a. kegiatan yang berhubungan dengan akademis berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peran komite sekolah dalam pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah sangat dibutuhkan. Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dalam pengelolaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung

BAB I P E N D A H U L U A N. Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Upaya terselengaranya pendidikan dengan baik tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat. Tanggung

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG HUBUNGAN DAN MEKANISME KERJA DEWAN PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi

1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi 2017 June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari Sunardi Program Studi Magister Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Galuh. Jl. R.E Martadinata

Lebih terperinci

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016

Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 Disampaikan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kota Depok Oktober 2016 1. Kedudukan, Fungsi dan Tugas : Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Pendidikan 2. Indkator Kerja Dewan Pendidikan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO, BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR62 TAHUN 2009 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan pendidikan di Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH Di SD Muhammadiyah Condong Catur Oleh: Dr. Qurratul Aini, M. Kes PROGRAM STUDI MANAJEMEN RUMAH

Lebih terperinci

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical

Lebih terperinci

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Mengenal Komite Sekolah dan Peranannya dalam Pendidikan {133 MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Rahmat Saputra Tenaga pengajar STAI Teungku Dirundeng Meulaboh Abstract The school committee

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum sepenuhnya dengan harapan dan ketentuan yang. adalah bukan soal mendirikan atau membentuknya, tetapi bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. yang belum sepenuhnya dengan harapan dan ketentuan yang. adalah bukan soal mendirikan atau membentuknya, tetapi bagaimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Proses pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah memang sudah ada yang sudah sesuai dengan harapan dan ketentuan yang ada, bahkan ada yang sudah maju sedemikian

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Tentang Kualitas Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ( Studi pada SD di Banjarsari dan Serengan Kota Surakarta) Oleh M A R I M I N N I M : Q 100030081 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara hakiki pambangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency) Pelaksanaan Program Di SMP Negeri 4 Dumoga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency) Pelaksanaan Program Di SMP Negeri 4 Dumoga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency) Pelaksanaan Program Di SMP Negeri 4 Dumoga a. Dukungan Dalam Bentuk Dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan memiliki peranan yang cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang: Jenis Penelitian; Subjek Penelitian; Jenis Data dan Prosedur Pengumpulan Data; serta Teknik Analisis Data. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

EVALUASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH: UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI I SUNGAI PAKNING

EVALUASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH: UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI I SUNGAI PAKNING EVALUASI PENYUSUNAN PROGRAM KERJA KOMITE SEKOLAH: UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN MUTU PENDIDIKAN DI SMP NEGERI I SUNGAI PAKNING Arbi dan Lisdawati UIN Sultan Syarif Kasim Riau Email : lisdawati@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN/ DESA

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN/ DESA PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN INSTITUSI MASYARAKAT BIDANG KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMK NEGERI 5 DENPASAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMK NEGERI 5 DENPASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMK NEGERI 5 DENPASAR BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota (1) Anggota IKANI SKANEMA adalah lulusan SMK Negeri 5 Denpasar yang terdaftar dalam Daftar Anggota IKANI SKANEMA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan dalam otonomi daerah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam pola pengelolaan sekolah yang dikenal dengan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA PENDAHULUAN Sebagai penjabaran dan pelaksanaan Anggaran Dasar, maka disusunlah Anggaran Rumah Tangga Ikatan Alumni SMA Negeri 8 Jakarta ini

Lebih terperinci

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN

RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN Oleh: Darwing Paduppai, Suradi, & Sabri I. PERMASALAHAN PENELITIAN Komite sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Salah satunya adalah terjadinya perubahan sistem pemerintahan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Relationship Between Participation of School Committee with Fulfillment

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 MEKANISME KERJA ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA AGROINDUSTRI FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013 BAB I PENDAHULUAN Organisasi merupakan upaya penyatuan beberapa

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 PEMBUKAAN Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus diarahkan

Lebih terperinci

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF PERAN SERTA Click to edit Master subtitle style MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang Lahirnya

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I T A S M U H A M M A D I V E R S U N I YA H S U R A K A R T A NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik

Lebih terperinci

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN

PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DI SMA SE-KABUPATEN SLEMAN ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang peran komite sekolah di SMA PGRI 1 Temanggung ini dibagi menjadi lima bagian. Lima bagian tersebut antara lain gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..

BAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat rakyat

Lebih terperinci

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH

DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH KEPMENDIKNAS RI NO 044/U/2002 DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DEWAN PENDIDIKAN BADAN YANG MEWADAHI PERAN SERTA MASYARAKAT DLM MENINGKATKAN MUTU, PEMERATAAN,EFISIENSI

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA Pedoman Pertanyaan untuk Komite Sekolah

PEDOMAN WAWANCARA Pedoman Pertanyaan untuk Komite Sekolah LAMPIRAN LAMPIRAN I. Konteks PEDOMAN WAWANCARA Pedoman Pertanyaan untuk Sekolah 1. Apakah membutuhkan partisipasi masyarakat? seberapa pentingkah partisipasi yang diharapkan oleh SD Negeri Pilangrejo 1

Lebih terperinci

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI

PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SD NEGERI 2 GEMEKSEKTI KEBUMEN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian Salah satu peran penting pendidikan adalah menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan perubahan zaman agar tidak terjadi kesenjangan antara realitas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2011 T E N T A N G KETERBUKAAN INFORMASI DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATEN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH 2.1 Sejarah Sekolah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 060796 merupakan salah satu sekolah negeri yang beralamat di Jalan Medan Area Selatan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan. Sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH GRATIS DI SMP ISLAM AL-FATH TLOGOPAYUNG, PLANTUNGAN KENDAL

BAB IV ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH GRATIS DI SMP ISLAM AL-FATH TLOGOPAYUNG, PLANTUNGAN KENDAL 66 BAB IV ANALISIS SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH GRATIS DI SMP ISLAM AL-FATH TLOGOPAYUNG, PLANTUNGAN KENDAL A. Sistem Pengelolaan Keuangan Sekolah Gratis di SMP Islam Al-Fath Ds. Tlogopayung, Kec.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2.1.1. Pengertian MBS Dalam era otonomi daerah, persoalan pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan adanya perbaikan dan reorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara formal, hampir semua sekolah telah memiliki Komite Sekolah sebagai wakil masyarakat dalam membantu penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komite sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Masyarakat Telematika Indonesia The Indonesian ICT Society ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA Anggaran Dasar MASTEL MUKADIMAH Bahwa dengan berkembangnya teknologi, telah terjadi konvergensi bidang Telekomunikasi,

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

PERSIAPAN AKREDITASI. 2. Berita Acara Penyelenggaraan Rapat Penyusunan dan tanda tangan Komite, KS, Wakasek, Kaur, Guru dan guru BK

PERSIAPAN AKREDITASI. 2. Berita Acara Penyelenggaraan Rapat Penyusunan dan tanda tangan Komite, KS, Wakasek, Kaur, Guru dan guru BK PERSIAPAN AKREDITASI I. STOPMAP I berisi : 1. Kurikulum ( KTSP) 2. Berita Acara Penyelenggaraan Rapat Penyusunan dan tanda tangan Komite, KS, Wakasek, Kaur, Guru dan guru BK 3. Referensi yang tertulis

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR : 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU PADA TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang :

Lebih terperinci

AD ART Komite Sekolah

AD ART Komite Sekolah AD ART Komite Sekolah Contoh ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMITE... (NAMA SEKOLAH)... TAHUN... MUKADIMAH Dengan nama Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa Untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERAN DEWAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GORONTALO

IMPLEMENTASI PERAN DEWAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GORONTALO IMPLEMENTASI PERAN DEWAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN GORONTALO JURNAL Oleh JEFRI LASENA Nim :131 408 079 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN 2015 IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

KUESIONER TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH

KUESIONER TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH Lampiran 1 I. Tujuan KUESIONER TENTANG PERAN KOMITE SEKOLAH Kuesioner ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang peran Komite Sekolah sebagai mitra dalam dunia pendidikan saat ini. Penulis mengharapkan

Lebih terperinci

Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen Pembiayaan Pendidikan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Introduction Manajemen pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan pertanggung-jawaban dana pendidikan di sekolah

Lebih terperinci