khusus dalam bab X. Di Negara Eropa, Amerika maupun Negara-negara luar lainnyapun aturan tentang tugas tanggung jawab dari trainer, bahkan kesalahan y

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "khusus dalam bab X. Di Negara Eropa, Amerika maupun Negara-negara luar lainnyapun aturan tentang tugas tanggung jawab dari trainer, bahkan kesalahan y"

Transkripsi

1 3 ANALISIS KEBUTUHAN PAKAN DAN NUTRIEN KUDA PACU MENURUT METODE TRAINER ABSTRAK Program latihan merupakan suatu program yang sangat menetukan keberhasilan kuda pacu saat perlombaan, karena prestasi yang maksimal dicapai oleh kuda pacu adalah paling cepat mencapai finish/memperoleh gelar juara. Untuk memperoleh prestasi tersebut harus disesuaikan dengan pemberian pakan yang baik, sehingga diperoleh bobot ideal, sebab bobot badan yang terlalu tinggi maupun terlalu rendah akan berdampak pada prestasi saat dipacu. Selain itu kebutuhan energi untuk dipacu benar-benar tersedia dalam tubuh kuda pacu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara pemberian pakan serta program latihan yang dilakukan oleh trainer kuda pacu di Sulawesi Utara. Model persamaan yang digunakan dalam analisis ini adalah model regresi sederhana yakni: Y= a + bx. dimana Y= konsumsi pakan dan x= bobot metabolik. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif antara konsumsi pakan dan bobot metabolik kuda pacu Indonesia (r= 83,06 dan R 2 = 68,99) selama mengikuti latihan untuk persiapan pacuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bahwa kebutuhan pakan, energi dan nutrien kuda pacu Indonesia yang mengikuti program latihan untuk persiapan pacuan dapat diduga dari konsumsi dan bobot metabolik, sehingga hasil ini dapat dijadikan landasan untuk formulasi pakan. Kata kunci : metode trainer, konsumsi, bobot metabolik PENDAHULUAN Metode trainer merupakan suatu metode yang sangat penting untuk manajemen kuda pacu, karena keberhasilan kuda pacu saat dipacu merupakan tanggung jawab penuh dari trainer. Dalam bisnis kuda pacu pemilik kuda menyerahkan penuh perawatan untuk kuda pacu, karena tugas dari para trainer bukan hanya melatih kuda, tetapi mulai dari grum, joki harus dilatih oleh trainer bagaimana menuntun kuda sampai cara pemberian pakan serta bagaimana seorang joki menunggang kuda dengan baik. Sebab semua yang dilakukan untuk proses pemeliharaan kuda pacu adalah tanggung jawab trainer. Trainer adalah seorang profesional yang ahli dalam menangani manajemen pemeliharaan, perawatan, pelatihan serta pengembangan dan peningkatan potensi dan kualitas kuda pacu secara menyeluruh dan mandiri. Oleh sebab itu trainer harus memiliki lisensi yang di keluarkan oleh Pordasi. Bahkan Peraturan Pacuan dan Petunjuk Pelaksanaan Kejuaraan Nasional Pacuan Kuda No:05 A/PP/KP/2003 PP PORDASI, untuk tugas seorang pelatih kuda (trainer) diatur

2 khusus dalam bab X. Di Negara Eropa, Amerika maupun Negara-negara luar lainnyapun aturan tentang tugas tanggung jawab dari trainer, bahkan kesalahan yang terjadi dalam proses perawatan, pelatihan sampai diarena pacuan merupakan tanggung jawab penuh dari trainer, sehingga trainer juga memperoleh sanksi dari dewan steward yang berkompeten di bidang tersebut, (Pittman, 2009). Melihat besarnya peran trainer dalam pemeliharaan kuda pacu, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara pemberian pakan serta kebutuhan pakan kuda melalui konsumsi dan bobot metabolik saat latihan pada kuda pacu, yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk formulasi pakan kuda pacu Indonesia. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di 2 kecamatan yakni kecamatan Tompaso dan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa Induk Provinsi Sulawesi Utara. Bahan : Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan lokal yang diberikan oleh para trainer kuda pacu setempat, terdiri dari hijauan (tebon jagung, brachiaria mutica, rumput lapang) dan bahan penyusun konsentrat (jagung, dedak, bungkil kelapa, kedelai, kacang hijau dan gabah). Cara pemberian pakan 3 (tiga) kali per hari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Ternak : Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14 ekor kuda pacu Indonesia yang sedang mengikuti program latihan menjelang perlombaan. Cara pengukuran : 1. Melalui wawancara dgn Trainer 2. Pengamatan/pengukuran langsung Peubah : - Metode Latihan - Metode pemberian pakan - Bobot badan kuda - umsi bahan kering pakan dan Energi, protein, kalsium, fosfor dan BETN Analisis data: Model linier yang digunakan untuk menganalisis data yakni menggunakan metode regresi sederhana Steel & Torrie (1991).

3 Y= a + bx Y= umsi pakan X= Bobot metabolik HASIL umsi pakan, energi dan nutrien berdasarkan metode trainer kuda pacu. Hasil analisis kandungan bahan kering, energi dan nutrien pakan konsentrat dan hijauan yang diberikan oleh para trainer pada kuda pacu diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Hasil analisis komposisi bahan kering zat-zat makanan, pakan percobaan JENIS PAKAN BK % Energi kkal/g Protein % Serat K. % Lemak % Ca % P % entrat Lokal*) 90,15 3,95 24,4 3,1 4,4 1,2 0,6 Hijauan*) 87,46 3,60 8,3 34,6 1,7 0,7 0,4 *) Berdasarkan Perhitungan dari Hasil Analisis Proksimat laboratorium Fak. Peternakan Unsrat Manado Pakan yang diberikan berupa pakan lokal (konsentarat) dan hijauan segar. umsi pakan serta rataannya diperlihatkan dalam Tabel 2 yang merupakan konsumsi yang sudah ditakar (dibatasi) oleh trainer. umsi pada Tabel 2 ini merupakan rataan konsumsi pakan kuda pacu selama 1,5 bulan sesuai dengan program latihan menjelang perlombaan. Tabel 2 umsi Bahan Kering(kg), Energi(Mkal) dan Zat-zat Makanan(kg) Bobot Metabolik(kg) N Bobot Metabolik BK Energi Protein SK Lemak Ca P BETN kg ,73 9,00 34,86 1,90 0,84 0,34 0,09 0,05 5, ,32 9,13 35,34 1,93 0,85 0,35 0,10 0,05 5, ,45 11,56 44,78 2,44 1,08 0,44 0,12 0,06 7, ,36 10,08 39,03 2,13 0,94 0,39 0,11 0,06 6, ,44 10,87 42,10 2,30 1,01 0,42 0,11 0,06 6, ,08 10,35 40,08 2,19 0,96 0,40 0,11 0,06 6, ,98 10,52 40,74 2,22 0,98 0,40 0,11 0,06 6, ,81 9,56 37,03 2,02 0,89 0,37 0,10 0,05 6, ,61 9,18 35,54 1,94 0,86 0,35 0,10 0,05 5, ,01 10,95 42,39 2,31 1,02 0,42 0,11 0,06 7, ,44 9,49 36,74 2,00 0,88 0,36 0,10 0,05 6, ,06 9,20 35,62 1,94 0,86 0,35 0,10 0,05 5, ,98 9,24 35,78 1,95 0,86 0,35 0,10 0,05 5, ,95 10,74 41,60 2,27 1,00 0,41 0,11 0,06 6,89 Rataan 66,73 9,99 38,69 2,11 0,93 0,38 0,10 0,06 6,40

4 1. Analisis Regresi Hubungan antara konsumsi bahan kering pakan, energi dan nutrien dengan bobot metabolik Hasil analisis regresi antara konsumsi bahan kering, energi dan nutrien pakan dengan bobot metabolik (Lamp.1), ternyata variable x mempunyai korelasi positif dengan Y, tingkat korelasi r = 0,8306 dengan R 2 = 0,6899 dengan tingkat signifikan (p<0,01) Analisis regresi antara konsumsi bahan kering dan bobot metabolik. Analisis regresi untuk konsumsi bahan kering dan bobot metabolik diperoleh persamaan regresi y = 0,105x + 2,927. Hasil analisis ini juga ditampilkan pada Gambar umsi BK (kg) y = 0.105x Y Predicted Y Linear (Predicted Y) Gambar 11 Hubungan antara umsi Bahan Kering dan Bobot Metabolik 1.2. Analisis regresi antara konsumsi Energi dan bobot metabolik. Pada Gambar 12, hubungan antara konsumsi energi(mkal) dengan bobot metabolik tampak bahwa setiap kenaikan 1 kg bobot metabolik akan menaikkan kebutuhan energi yakni y = 0,409x + 11,34.

5 umsi Energi Mcal y = 0.409x Predicted Y Y Linear (Predicted Y) Gambar 12 Hubungan antara umsi Energi dan Bobot Metabolik 1.3. Analisis regresi antara konsumsi protein kasar dan bobot metabolik. Gambar 13 menunjukkan bahwa konsumsi protein pakan dipengaruhi oleh bobot metabolik, dimana terlihat adanya korelasi positif antara konsumsi pakan dan bobot metabolik, ini dapat dilihat pada persamaan regresi y = 0,022x + 0, y = 0.022x umsi PK kg Y Predicted Y Linear (Predicted Y) Gambar 13 Hubungan antara umsi Protein Kasar dan Bobot Metabolik 1.4. Analisis regresi antara konsumsi Serat Kasar dan bobot metabolik. Analisis regresi antara konsumsi serat kasar bobot dan metabolik ditampilkan pada Gambar 14, dengan persamaan regresi y = 0,009x + 0,272. yang berarti bahwa konsumsi serat kasar pakan dipengaruhi oleh bobot metabolik.

6 umsi SK kg y = 0.009x Y Predicted Y Linear (Predicted Y) Gambar 14 Hubungan antara umsi Serat Kasar dan Bobot Metabolik 1.5. Analisis regresi antara konsumsi lemak dan bobot metabolik. Pada Gambar 15, korelasi antara konsumsi lemak dengan bobot metabolik, ini dinyatakan dengan persamaan regresi y = 0,004x + 0,111 umsi Lemak kg y = 0.004x Predicted Y Y Linear (Predicted Y) Gambar 15 Hubungan antara umsi Lemak vs Bobot Metabolik 1.6. Analisis regresi antara konsumsi kalsium dan bobot metabolik. Pada Gambar 16 terlihat bahwa adanya korelasi positif antara konsumsi kalsium dengan bobot metabolik, yang dinyatakan dalam persamaan regresi y = 0,001x + 0,030.

7 umsi Kalsium kg (kg) y = 0.001x Predicted Y Y Linear (Predicted Y) Gambar 16 Hubungan antara umsi Kalsium dan Bobot Metabolik 1.7. Analisis regresi antara konsumsi fosfor dan bobot metabolik. Pada Gambar 17 memperlihatkan analisis regresi antara konsumsi fosfor dan bobot metabolik, yang menunjukkan bahwa konsumsi fosfor berkorelasi positif dengan bobot metabolik. Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi y = 0,0006x + 0, umsi Fosfor (kg) y = 0,0006x + 0, Y Predicted Y Linear (Predicted Y) Gambar 17 Hubungan antara umsi Fosfor dan Bobot Metabolik 1.8. Analisis antara konsumsi BETN dengan bobot metabolik Gambar 18 memperlihatkan hasil analisi regresi antara konsumsi BETN dan bobot metabolik, dan terlihat adanya korelasi positif dengan persamaannya y = 0,067x + 1,876

8 umsi BETN (kg) y = 0.067x Y Predicted Y Linear (Predicted Y) Gambar 18 Hubungan antara umsi BETN dan Bobot Metabolik PEMBAHASAN Keseimbangan program latihan dengan pemberian pakan merupakan suatu hal yang sangat penting dilakukan untuk mengelola seekor kuda pacu, karena pemberian pakan yang berlebihan tanpa diimbangi dengan program latihan maka akan mengganggu kinerja kuda pacu, sebab kuda dapat terlalu gemuk, sehingga sulit untuk beraktivitas. Demikian pula sebaliknya, jika program latihan yang terlalu tinggi tanpa diimbangi dengan pemberian pakan terutama kebutuhan energi dan nutriennya, maka akan berdampak pada prestasi yang tidak baik. Rataan konsumsi bahan kering adalah 9,99 kg ekor -1 hari -1 atau 2,5% dari bobot badan dengan perbandingan konsumsi hijauan dan konsentrat sebesar 30:70%, dengan pola pemberian 3 kali sehari yakni pagi, siang dan sore. Pilliner (1992), mengemukakan bahwa jumlah pemberian pakan kuda pacu thoroughbred adalah 2 sampai 3% dari bobot badan kuda. Dengan demikian maka program pemberian pakan dari para trainer kuda pacu di Sulut mempunyai kemiripan dengan program pemberian pakan dari Pilliner (1992). Metode pemberian pakan ini harus disesuaikan dengan program latihan sehingga memperoleh hasil yang baik. Numaker at al (2007) merekomendasikan beberapa tahap program latihan sebagai berikut: Tahap I: Kuda bekerja 6 hari/minggu, berjalan untuk melacak, berjalan ½ mil di trek, berlari ½ mil di trek, berlari 1 mil per hari, selanjutnya akhir dari tahap I, yaitu 1/8 mil dari mencongklang selama 15 detik yang dilakukan 2 hari dalam seminggu pada pogram 5 minggu. Tahap 2, terakhir ¼ mil dari mencongklang selesai dalam 30 detik yang dilakukan 2 hari seminggu dalam

9 5 minggu. Mencongklang diperpanjang untuk 1¼ mil per hari, melenggang ¼ mil selama 26 detik yang dilakukan sekali seminggu, selama 4 minggu. Tahap 3: mencongklang kuat ditambahkan kecepatan ¼ mil untuk total waktu dari detik 40. Sekali seminggu dalam 3 minggu. Apabila dilihat dari program latihan yang diutarakan oleh Numaker et al (2007) ini maka program pelatihan yang dilakukan oleh para trainer kuda pacu di Sulut memiliki kemiripannya, walaupun ada perbedaan dalam penanganan latihan karena metode dari trainer kuda pacu di Sulut sebagian besar hanya melalui pengalaman serta warisan yang diperoleh secara turun-temurun. Pada Gambar 11 tampak jelas terlihat bahwa dengan meningkatnya bobot metabolik maka, konsumsi bahan kering meningkat pula dengan persamaan Y= 2, ,105x, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1(satu) unit (kg) bobot metabolik akan menaikkan konsumsi bahan kering sebesar 2,927 kg. Apabila dihubungkan dengan program latihan yang dilakukan oleh para trainer kuda pacu di Sulut yakni dengan Warming up selama lebih kurang 1 jam per hari sesudah itu melakukan walt 3 kali seminggu, trouttle dan canter serta gallop selang 2 kali dalam seminggu serta pacu seminggu sekali yakni di akhir pekan (Lampiran 1b), akan membutuhkan bahan kering rata-rata 9,21 kg per ekor per hari, dengan pemberian pakan tiga kali sehari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Gallagher et al, (1992) mengemukakan bahwa rata-rata konsumsi pakan yang diberikan secara as fed basis adalah 16,1 kg. Pendugaan konsumsinya adalah 14,4 kg dengan persentase hijauan 35% dan konsentrat 65%. Perbedaan konsumsi pakan pada ternak penelitian dengan informasi ini terletak pada perbedaan ras kuda dimana kuda penelitian adalah kuda persilangan thoroughbred dengan kuda lokal, sedangkan Gallagher et al, (1992) menggunakan kuda thoroughbred. Walaupun demikian, program pemberian pakan harus berjalan sesuai dengan pola latihan sebab tingginya intensitas latihan tanpa diimbangi dengan asupan makanan yang sesuai akan mempengaruhi prestasi kuda saat dipacu. Demikian pula pemberian pakan yang berlebihan akan mempengaruhi bobot apabila tidak diimbangi dengan program latihan, sehingga berdampak pada bobot yang tidak ideal (terlalu gemuk) sehingga sulit untuk mecapai prestasi yang maksimal. Bowen (2007) mengemukakan bahwa setiap pelatih akan memutuskan program

10 persiapan lengkap yang menggabungkan tingkat yang tepat dari latihan fisik, gizi yang baik dan perawatan medis yang proaktif. Penyusunan program latihan untuk memperoleh kemenangan pada saat dipacu merupakan suatu kesuksesan dari pelatih kuda tersebut dan ini membutuhkan keseimbangan yang cermat, kesiapan pelatihan, gizi, dan istirahat yang tidak hanya untuk kestabilan tetapi juga untuk menjamin kehidupan yang sehat kuda pacu. Energi merupakan salah satu kebutuhan utama untuk mahluk hidup, karena dalam setiap aktivitas kehidupan harus membutuhkan energi. Untuk kuda pacu yang dapat dikatakan membutuhkan energi ekstra, baik saat latihan maupun dipacu, maka kebutuhan energi ini cukup tinggi. Akan tetapi dengan pemberian pakan yang tinggi energi tanpa diimbangi dengan kerja pada kuda pacu maka akan mengakibatkan terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas/pergerakan kuda pacu tersebut yang berdampak pada penurunan prestasi saat dipacu. Gibbs at.al (2009) mengemukakan bahwa keseimbangan energi dan nutrisi lainnya sangat penting untuk proses pembentukan otot, serta ketersediaan energi pada saat kuda dilatih. Selanjutnya untuk memastikan bahwa kuda pacu dapat tampil optimal saat pacuan, maka pelatih perlu memperhatikan pemberian gizi dalam jumlah yang tepat dan bentukbentuk energi, protein, vitamin, dan mineral untuk prospek bagi kuda pacu muda dalam pelatihan maupun kuda pacu siap dipacu. Jika persyaratan gizi terpenuhi akurat dan pemberian pakan serta manajemen yang dilakukan benar, maka penampilan kuda pacu tersebut akan maksimal. Apabila dilihat dari hasil yang ada rataan konsumsi protein selama program latihan 1,5 bulan adalah 2,11 kg ekor -1 hari -1. Slade at al. (1970) mengemukakan bahwa kebutuhan protein untuk hidup pokok kuda adalah bervariasi dari 0,49-0,68 g/kg bobot/hari. Lebih lanjut Glade (1983) mengemukakan kuda yang berumur 3-4 tahun yang dipacu pada jarak 0,75-1,0625 mil ( m) memerlukan 1000 g protein. Apabila dibandingkan dengan hasil pengamatan maka ada perbedaan terhadap konsumsi protein tersebut dimana konsumsi protein kuda pacu penelitian yakni persilangan thoroughbred dengan kuda lokal jauh lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena nilai biologis pakan lokal yang lebih rendah dari pada pakan yang diberikan pada kuda pacu

11 thoroughbred, sehingga walaupun tinggi konsumsi protein, tetapi sedikit yang siap digunakan karena nilai biologisnya rendah. Rataan pengamatan konsumsi serat kasar adalah 0,93 kg/ekor/hari. Pada ternak kuda, serat kasar dalam ransum bukan merupakan masalah karena sistem pencernaan kuda yang sebagian melalui proses fermentasi, maka tingginya kandungan serat kasar dalam pakan kuda dapat ditolelir yang tentunya bergantung pada kapasitas pencernaan tersebut. NRC(1989) belum memberikan informasi tentang kebutuhan serat kasar pada kuda ini mungkin disebabkan karena kuda adalah ternak herbivora sehingga persentase serat kasar dalam pakan bukan suatu masalah, hanya saja dibatasi oleh kapasitas sekum dan kolon yang lebih kecil dibandingkan dengan rumen sapi, selain dari pada itu proporsi pakan serat dalam ransum cukup rendah karena pemberian pakan pada kuda pacu lebih tinggi konsentrat dari pada hijauan. Rataan konsumsi lemak adalah 0,38 kg/ekor/hari selama program latihan 1,4 bulan. NRC (1989) belum mempunyai informasi tentang kebutuhan lemak untuk kuda pacu, akan tetapi beberapa informasi terakhir ini bahwa kuda pacu efektif menggunakan lemak untuk kebutuhan energi pada saat dipacu. Duberstein dan Johnson (2009), mengemukakan makanan diet lemak tinggi merupakan tren yang relatif baru di industri kuda. Hal ini telah menunjukkan bahwa kuda dapat mentolerir level lemak yang cukup tinggi dalam diet mereka. Lemak merupakan sumber energi yang sangat baik dan mudah dicerna. Rataan konsumsi kalsium dalam pengamatan ini adalah 0,01 kg/ekor/hari. NRC (1989) merekomendasikan bahwa kuda dengan bobot 200 kg dengan beban kerja moderat mengkonsumsi 0,10 kg kalsium/ekor/hari, yang berarti pada pengamatan ini mempunyai kemiripan dengan yang direkomendasikan oleh NRC tersebut. Adapun rataan konsumsi fosfor dalam pengamatan ini adalah 0,06 kg/ekor/hari. Apabila dilihat dari konsumsi kedua mineral ini, tampak adanya perbedaan rasio dengan NRC(1989) yakni 1,4:1, dimana pada hasil pengamatan ini konsumsi fosfor malah lebih tinggi dari kalsium. Hal ini mungkin disebabkan karena ternak kuda pacu membutuhkan energi ekstra pada saat latihan maka konsumsi fosfor lebih tinggi, karena fosfor berperan penting dalam metabolisme

12 energi. Hal lain juga yang lebih tingginya konsumsi fosfor dibandingkan dengan kalsium, mungkin disebabkan karena adanya asam fitat dalam pakan seperti dedak maupun gabah sehingga unsur fosfor diikat oleh fitat tersebut sehingga sulit diserap pada sistem pencernaan kuda. Rataan konsumsi BETN selama pengamatan adalah 6,40 kg/ekor/hari. Adanya korelasi positif antara konsumsi BETN dengan bobot metabolik ini ada hubungan dengan analisis korelasi pada konsumsi energi, dimana meningkatnya konsumsi energi pada kuda pacu melalui latihan intensif akan mempengaruhi juga konsumsi BETN pakan. Pemberian pakan sumber karbohidrat pada penelitian ini sebagian besar berasal dari jagung sehingga konsumsi BETN ini cukup tinggi, Frape (2004) mengemukakan bahwa jagung tidak terlalu baik sebagai sumber energi untuk kuda pacu, karena kandungan serat kasar rendah sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada sistem pencernaannya. Dari hasil pengamatan ternyata, bobot metabolik sangat mempengaruhi kebutuhan pakan dan nutrien kuda pacu saat latihan sampai dipacu, ini dapat dilihat dari nilai korelasi antara konsumsi dan bobot metabolik. SIMPULAN Untuk mempersiapkan seekor kuda pacu mengikuti pacuan harus memperhatikan metode pemberian pakan yang sesuai dengan program latihan, sehingga pada saat pelaksanaan pacuan kuda benar-benar dalam kondisi yang maksimal. Pemberian pakan oleh trainer saat latihan, telah disesuaikan dengan bobot badan (bobot badan metabolik) kuda. Selama program latihan tersebut konsumsi bahan kering, energi, protein, kalsium, fosfor dan BETN berkorelasi kuat dengan bobot metabolik. Dengan demikian pemberian pakan kuda pacu selama program latihan selain memperhatikan aspek program latihan juga sangat penting mengukur pemberian pakan/ zat makanan yang mengacu pada bobot badan metabolik kuda. Komposisi nutrisi ransum kuda menurut trainer adalah: mememiliki kandungan energi(de) 3,87 Mkal/kg, kadar protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor masing-masing berturut-turut: 21,12; 9,3; 3,8; 1,0 dan 0,6%. Menurut pemberian pakan metode trainer konsumsi bahan kering,

13 energi(de), protein, serat kasar, lemak, kalsium dan fosfor adalah berturut-turut: 9,99 kg; 0,58 Mkal; 0,031 kg; 0,005 kg; 0,0001 kg dan 0,0009kg. DAFTAR PUSTAKA Bowen IM, Hallowell GD Practical ultrasonography of the equine eye. Equine Veterinary Education, 19(11), Duberstein JK, Johnson ED How to Feed a Horse: Understanding Basic Principles of Horse Nutrition. The University of Georgia and Ft. Valley State University, the U.S. Department of Agriculture and counties of the state cooperating. Frape D Equine Nutrition and Feeding. Churcill Livington Inc. New York. Scott et al, (1982). Gallagher K, Leech J, Stowe H Protein, energy and dry matter consumption by racing standartbred : a field survey. Department of Animal Clinical Science, Colage of Veterinary Medicine, Michigan State University, East Lansing. USA. Gibbs PG, GD Potter, Scott BD Selection And Use Of Feedstuffs In Horse Feeding. Texas A&M University Department Of Animal Science Equine Sciences Program. Edited by Michael Benefield. Glade MJ Nutrition and Performance of Racing Thoroughbred. Eq. Vet. J. 17 : Nutrition Requirement of Horses th Revised ed. National Academy Press. Washington DC. Nunamaker OM, Butterweck OM, Provost MT Fatigue fractures in Thoroughbred racehorses: relationships with age, peak bone strain, and training. J Orthop Res 990;8: Pilliner S Horse Nutrition and Feeding. Blackwell Science Ltd, London. Slade LM, Robinson DW, Casey KE Nitrogen metabolism on nonruminant herbivore. II. Comparative aspect of protein digestion. J. Anim. Sci. 30:761.

karena beberapa kali menggondol lambang supremasi tertinggi pacuan kuda tingkat nasional. Beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan populasi kuda

karena beberapa kali menggondol lambang supremasi tertinggi pacuan kuda tingkat nasional. Beberapa tahun terakhir ini terjadi penurunan populasi kuda 5 STANDARISASI KEBUTUHAN ENERGI (DE) DAN NUTRIEN KUDA PACU INDONESIA BERDASARKAN KONSUMSI, BOBOT METABOLIK DAN BEBAN KERJA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pakan, energi dan

Lebih terperinci

beban maupun angkutan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dahulu. Bahkan di kota-kota tertentu sampai saat ini masih mengandalkan ternak kuda seba

beban maupun angkutan, seperti yang dilakukan oleh masyarakat dahulu. Bahkan di kota-kota tertentu sampai saat ini masih mengandalkan ternak kuda seba 1 PENDAHULUAN Pemanfaatan ternak sebagai tenaga kerja dan transportasi sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulu. Akan tetapi, saat ini penggunaan ternak sebagai tenaga kerja telah tersaingi oleh peralatan

Lebih terperinci

KECERNAAN ENERGI, PROTEIN, DAN MINERAL KALSIUM DAN FOSFOR KUDA PACU MINAHASA YANG DIBERI PAKAN LOKAL DAN IMPOR

KECERNAAN ENERGI, PROTEIN, DAN MINERAL KALSIUM DAN FOSFOR KUDA PACU MINAHASA YANG DIBERI PAKAN LOKAL DAN IMPOR KECERNAAN ENERGI, PROTEIN, DAN MINERAL KALSIUM DAN FOSFOR KUDA PACU MINAHASA YANG DIBERI PAKAN LOKAL DAN IMPOR Inggrit Shinta Mende*, Y.L.R. Tulung**, J. F. Umboh**, W.B. Kaunang** Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

kedelai, kacang hijau, dan gabah. Cara pemberian pakan 3 (tiga) kali per hari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Ternak : Ternak yang digunak

kedelai, kacang hijau, dan gabah. Cara pemberian pakan 3 (tiga) kali per hari yakni pagi, siang dan sore menjelang malam. Ternak : Ternak yang digunak 4 ANALISIS KEBUTUHAN NURIEN KUDA PACU BERDASARKAN METODE KAFETARIA ABSTRAK Adapun tujuan untuk menguji hipotesis bahwa ternak kuda pacu bila diberi kesempatan untuk memilih akan mampu menyusun ransum sendiri,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA PAKAN LOKAL DAN IMPOR KUDA PACU MINAHASA. Veity.M. Pongoh*, B. Tulung**, Y.L.R. Tulung**, L.J.

UJI KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA PAKAN LOKAL DAN IMPOR KUDA PACU MINAHASA. Veity.M. Pongoh*, B. Tulung**, Y.L.R. Tulung**, L.J. UJI KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA PAKAN LOKAL DAN IMPOR KUDA PACU MINAHASA Veity.M. Pongoh*, B. Tulung**, Y.L.R. Tulung**, L.J.M Rumokoy** Fakultas Peternakan, Universitas Sam Ratulangi, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI (Evaluation of feeding practice on lactating dairy cowsusing NRC 2001 standard: study case from

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi, serta memiliki wilayah kepulauan yang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Hasil analisis kandungan nutrien silase dan hay daun rami yang dilakukan di Laboratorium PAU IPB dapat dilihat pada Tabel 4 dan kandungan nutrien ransum disajikan

Lebih terperinci

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N. EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba dan Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016. 21 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016. Penelitian dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Pembibitan Ternak Unggul

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Secara umum penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Meskipun demikian terdapat hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah kesulitan mendapatkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biskuit Pakan Biskuit pakan merupakan inovasi bentuk baru produk pengolahan pakan khusus untuk ternak ruminansia. Pembuatan biskuit pakan menggunakan prinsip dasar pembuatan

Lebih terperinci

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba) Cuk Tri Noviandi, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. HP: 0815-7810-5111 E-mail: Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Departemen Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan

Lebih terperinci

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Nutritional Status of Ongole Cattle in Bumi Agung District East Lampung Regency Repki Septori a, Erwanto b, dan Rudy

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan 19 Desember 2016 hingga 26 Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat lima (5) macam hubungan yang penting antar a kuda dengan manusia yaitu: 1) Daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki keunggulan antara lain pemeliharaan yang mudah serta memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I TUGAS INDIVIDU RANSUM UNGGAS/NON RUMINANSIA KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING NAMA : SUPRIANTO NIM : I111 13 303 KELAS : A GANJIL FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG 0999: Amir Purba dkk. PG-57 PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG Amir Purba 1, I Wayan Mathius 2, Simon Petrus Ginting 3, dan Frisda R. Panjaitan 1, 1 Pusat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 5 Agustus sampai dengan 30 September 2015. Kegiatan penelitian ini bertempat di P.T. Naksatra Kejora Peternakan Sapi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 12 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2016 sampai dengan 6 Maret 2016 di Kelompok Tani Ternak Wahyu Agung, Desa Sumogawe, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di kandang penelitian Fakultas Peternakan Universitas Darul Ulum Islamic Center Sudirman GUPPI (UNDARIS) Ungaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha ternak ayam sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) M. BAIHAQI, M. DULDJAMAN dan HERMAN R Bagian Ilmu Ternak Ruminasia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest HASIL DAN PEMBAHASAN Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest Penelitian ini menggunakan data hasil analisa proksimat (kadar air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan ) dan fraksi

Lebih terperinci

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN PADA SAPI PERAH LAKTASI PRODUKSI SEDANG MILIK ANGGOTA KOPERASI DI KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG SELATAN (KPBS) PANGALENGAN Refi Rinaldi*, Iman Hernaman**, Budi Ayuningsih** Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci