UNIT 9. Penilaian Mata Pelajaran IPS. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIT 9. Penilaian Mata Pelajaran IPS. Pendahuluan"

Transkripsi

1 UNIT 9 Penilaian Mata Pelajaran IPS Pendahuluan Para mahasiswa sekalian, tentu Anda masih ingat bahan ajar pada Unit 9 utama yakni tentang Penilaian Mata Pelajaran IPS.Pada unit pengayaan ini, Anda akan diajak mengkaji dan memperdalam penguasaan kemampuan penilaian pembelajaran IPS, terutama pada dimensi afektif, yakni aspek nilai dan sikap (values and attitudes). Mengapa perlu pengayaan dalam kemampuan menilai aspek afektif? Disadari bahwa mengukur kemampuan siswa di SD/MI saat ini memiliki keterbatasan. Artinya, guru belum mengukur semua kemampuan dan potensi yang dimiliki peserta didik SD/MI. Pada umumnya sekolah hanya mencurahkan perhatian dalam penilaiannya pada dimensi kognitif daripada dimensi afektif. Banyak alasan, mengapa para guru lebih banyak menilai kemampuan peserta didik dalam pembelajaran IPS. Namun, pada umumnya guru beranggapan bahwa menilai aspek afektif tidak mudah atau sulit. Karena sulit inilah maka guru tidak melaksanakan penilaian dalam aspek afektif. Meskipun demikian, sesuatu yang sulit tidak berarti tidak dapat dilakukan. Ada strategi dan teknik penilaian yang khusus untuk menilai domain afektif. Oleh karena itu, dalam unit pengayaan ini pembahasan akan difokuskan pada penilaian untuk dimensi afektif yang dinamakan penilaian non tes. Kompetensi yang diharapkan setelah Anda mempelajari materi ini, sbb.: 1. Mampu mengembangkan jenis penilaian non tes dalam pembelajaran IPS di sekolah dasar sesuai dengan standar isi yang didukung oleh materi kontekstual. 2. Mampu mengembangkan alat penilaian non tes untuk pembelajaran IPS yang sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik. 141

2 Uraian Materi Sub Unit 9.1 Penilaian Pembelajaran IPSNon Tes Anda tentu telah membaca Unit 9 utama bahwa jenis penilaian ada dua, yakni penilaian tes dan non tes.penilaian untuk domain afektif dapat dikelompokkan sebagai jenis penilaian non tes.karena non tes, maka teknik penilaian pun menjadi khas karena bukan tes. Dengan alasan-alasan seperti tersebut di atas inilah, maka dalam Unit Pengayaan ini pembahasan akan menekankan pada aspek afektif atau penilaian non tes. Mengapa non tes? Disadari bahwa aspek nilai dan sikap merupakan aspek yang tersembunyi, artinya nilai tidak dapat dilihat secara kasat mata karena terkait dengan keyakinan, perasaan, dan emosi yang semuanya sangat bersifat pribadi/personal atau individual. Hal-hal inilah yang umumnya menjadi alasan mengapa menilai domain afektif itu tidak mudah atau dipandang sulit sehingga guru tidak melaksanakan penilaian secara optimal. Padahal, secara teoritis pembelajaran IPS mencakup empat dimensi, yakni dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skills), dimensi nilai dan sikap (values and attitude), dan dimensi tindakan (action). Diantara empat dimensi tersebut, yang kurang banyak tersentuh dalam penilaian adalah dimensi nilai dan sikap serta tindakan. Oleh karena itu, dalam unit pengayaan ini, penilaian akan memfokuskan pada penilaian non tes sebagai dimensi afektif. Non tes merupakan salah satu bentuk penilaian dalam mengambil keputusan terhadap hasil proses pembelajaran untuk kompetensi yang bersifat afektif atau kompetensi yang tidak dapat diukur secara kuantitatif. Apabila penilaian dengan tes selalu dapat dinyatakan dengan angka/skala maka penilaian dengan teknik non-tes, umumnya menghasilkan deskripsi secara kualitatif meskipun untuk kompetensi tertentu ada yang berupa angka/skala. Sebagai instrumen yang dapat 142

3 mengggali data non-kognitif, teknik dan alat penilaian non-tes sangat diperlukan untuk melengkapi hasil penilaian tengtang perkembangan hasil belajar peserta didik secara keseluruhan. Kemampuan guru dalam menilai menggunakan teknik non-tes dalam unit pengayaan ini sebagai kemampuan penyempurnaan bagi guru agar penilaian terhadap peserta didik lebih lengkap dan adil. Artinya, penilaian oleh guru terhadap peserta didik dilakukan secara komprehensif mencakup atas semua kompetensi yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam penilaian menggunakan teknik-non-tes harus dikuasai, di samping kemampuan dalam teknik tes yang telah dikuasainya. Cleaf (1991) mengidentifikasi teknik penilaian non-tes dalam pembelajaran IPS atau penilaian domain afektif antara lain meliputi : (1) Survey sikap (Attitudinal surveys); (2) Penyempurnaan kalimat (Stem sentences); (3) Ceklis pengamatan (Observation checklists); (4) Kegiatan (Projects);(5) Portofolio; (6) Jurnal/Diari. Selain itu, ada juga beberapa teknik non tes seperti wawancara, daftar ceklis, skala pilihan, catatan pribadi, dan studi kasus.penjelasan untuk beberapa teknik penilaian non tes diuraikan berikut ini. A. Survey Sikap Survey sikap berbeda dari instrumen tes karena skala tidak dimaksudkan untuk menjawab yang benar atau salah melainkan berisi jawaban yang terkait dengan keyakinan, perasaan, persetujuan, dan sebagainya yang terkait dengan kecenderungan untuk betindak (attitudes). Skala sikap terdiri dari sejumlah jawaban tentang persetujuan atau tidak ada persetujuan seperti: Sangat setuju, setuju, tidak memutuskan, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Dengan menganalisis pola jawaban dari responden (peserta didik), maka memungkinkan dapat disimpulkan sikap atau keyakinan peserta didik terhadap pertanyaan/pernyataan. 143

4 B. Penyempurnaan kalimat Penyempurnaan kalimat dapat digunakan untuk menilai sikap siswa. Anda dapat menanyakan kepada peserta didik baik secara verbal atau tulisan, dengan mengajukan pertanyaan seperti: Mata pelajaran favorit saya adalah... Saya akan mengubah tindakan dengan cara... Saya merasa aneh ketika belajar... Saya tidak menganggap kota sebagai... Pandangan saya berubah setelah saya mengenal orang tersebut... Penyempurnaan kalimat seperti di atas berguna sehingga dapat disesuaikan dengan jenis sikap/nilai yang akan dinilai. C. Ceklis Observasi Teknik penilaian ini baik bertujuan untuk menilai proses dan hasil belajar aspek perilaku, seperti perilaku dalam diskusi, praktek keterampilan, bermain peran, sosiodrama, dan lain-lain. Aspek yang dinilai dalam diskusi antara lain perilaku aktif dalam bertanya, berkomentar, berpendapat, pertanyaan, bekerja sama, perilaku kepemimpinan, dan sebagainya. Ada beberapa kriteria observasiagar lebih efektif, seperti: 1) Observasi hendaknya dilakukan dengan tujuan yang jelas dan terencana. 2) Ada pedoman observasi baik berlembar catatan terbuka. 3) Pencatatan dilakukan oleh guru sesegera mungkin tanpa sepengetahuan peserta didik. 4) Segera dibuat simpulan setelah program observasi selesai dilaksanakan seluruhnya. D. Kegiatan (project) Pembelajaran IPS di SD/MI hendaknya banyak melibatkan siswa secara aktif melalui berbagai kegiatan. Peserta didik dapat membuat diorama tentang 144

5 peristiwa sejarah perjuangan bangsa, menyusun kelompok barang yang termasuk kebutuhan dan keinginan, membuat flowchart diagram proses produksi dari mulai bahan baku sampai bahan jadi, membuat klipping, dan sebagainya. Penilaian terhadap kegiatan dilakukan selama proses kegiatan berlangsung. Sedikitnya ada dua tahap: pertama, penilaian formatif, yakni tahap monitoring para siswa bekerja, yakni mendengarkan komentar, menanyakan tentang kegiatan tersebut, menanyakan alasan dibalik pengambilan keputusan; dan kedua, penilaian sumatif, yakni menilai hasil kegiatan. E. Portofolio Portofolio merupakan kumpulan hasil kerja siswa yang terbaik. Portofolio sebagai salah satu penilaian dimaksudkan penilaian terhadap hasil karya siswa. Kumpulan pekerjaan siswa biasanya berupa sampel termasuk foto-foto kegiatan, komentar-komentar secara tertulis termasuk perasan, sikap terhadap topik kegiatan, dan keinginan siswa yang perlu diketahui guru yang selanjutnya dimasukkan kedalam folder. Portofolio merupakan alat yang sangat baik sebagai bahan bagi guru ketika bertemu dengan orang tua siswa. Guru dapat menjelaskan secara kronologis tentang aktivitas siuswa dan hasilnya. Jadi penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja peserta didik atau digunakan untuk menilai kinerja. F. Jurnal/Diari Ketika para siswa partisipasi dalam suatu kegiatan kelas tentang materi pelajaran tertentu, mereka dapat diminta untuk mencatat aktivitas tersebut dalam jurnal/diari. Mereka diminta untuk mencatat setiap hasil belajar yang penting, termasuk yang disenangi dan tidak disenangi. Manulis jurnal dapat melatih siswa dalam kemampuan menulis yang terintegrasi dengan mata pelajaran IPS. 145

6 G. Wawancara Pedoman wawancara disusun seperti daftar pertanyaan yang akan diajukan saat wawancara. Respondennya adalah peserta didik. Ada sedikit perbedaan antara pedoman wawancara dengan pertanyaan saat ujian lisan. Pedoman wawancara tidak menghendaki jawaban yang benar atau salah seperti dalam ujian lisan yang menentukan lulus atau tidak lulus, melainkan hanya mengungkapkan informasi tentang sikap yang digali yang dapat menggambarkan keadaan peserta didik saat itu. H. Daftar Ceklis Daftar ceklis merupakan alat penilaian yang biasa digunakan saat observasi, wawancara, maupun dalam skala sikap. Daftar ceklis terdiri atas daftar aktivitas, sifat pribadi, masalah yang muncul, sikap terhadap kejadian yang dilematis, jenis kesukaan, kebiasaan, dan lain-lain.dalam daftar ceklis biasanya disediakan kolom ceklis (...) pada bagian awal pernyataan yang harus diisi oleh peserta didik atau oleh guru, tergantung tujuannya. Daftar ceklis berguna untuk menyatakan ada atau tidak adanya suatu unsuratau komponen serta karakteristik atau kejadian. Daftar ceklis dapat dimanfaatkan pula untuk menentukan proses dan hasil belajar secara lebih rinci. Penggunaannya sangat fleksibel untuk mencek kemampuan semua peserta didik baik dalam prosesmaupun hasil pembelajaranips. I. Skala-pilihan Skala-pilihan (rating scales) sifatnya hampir sama dengan daftar cek. Bedanya, pada daftar cek hanya ada 2 alternatif (ya atau tidak) yang diisi dengan memberi tanda atau mengosongkan. Dalam skala disediakan 3, 4, atau 5 pilihan. Skala-pilihan dapat digunakan untuk: observasi, wawancara, angket, juga untuk mengukur sikap, kebiasaan, ataupun minat. 146

7 J. Studi Kasus Studi kasus merupakan penilaian non tes yang berisi deskripsi perilaku yang kadang-kadang diperlukan untuk mempelajari peserta didik yang bertingkah laku ekstrim.misalnya peserta didik yang agresif atau perilaku luar biasa, yang berbeda dari peserta didik pada umumnya.di sekolah dasar, studi kasus dilakukan terhadap peserta didik yang bertingkah laku ekstrim, mengganggu, atau perlu bantuan khusus. Latihan: Penilaian yang kurang mendapat perhatian oleh guru sehingga potensi dan kemampuan peserta didik tidak dapat dinilai secara optimal adalah aspek nilai, sikap, dan tindakan.bagaimana guru merencanakan program untuk menilai kemampuan tersebut? Panduan jawaban latihan: Guru perlu mempertimbangan kemampuan/kompetensi yang akan dicapai, tercermin dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dirumuskan kompetensi apa yang akan dinilai. Apa yang dinilai adalah apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Karena target yang akan diketahui berupa kompetensi afektif maka guru perlu mempersiapkan alat bantu (pedoman) yang cocok untuk mengungkap nilai, sikap, dna tindakan sebagai dimensiyang akan dinilai. 147

8 Uraian Materi Sub Unit 9.2 Pengembangan Instrumen Penilaian Non Tes Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa langkanya guru menggunakan penilaian non tes karena tidak mudahnya menyusun instrumen atau alat penilaian untuk mengukur aspek afektif peserta didik. Meskipun demikian, guru profesional perlu mencoba dan mencoba secara terus menerus mengembangkan alat penilaian non tes.semakin sering mengembangkan alat penilaian, maka akan semakin mahir sehingga Anda tidak akan menemui kesulitan lagi. Mari kita mencoba mengembangkan beberapa alat penilaian non tes secara perlahan namun dilakukan secara terus menerus. A. Panduan Observasi Pada jenjang SD/MI, alat penilaian non tes dapat dikembangkan sendiri oleh guru kelas (teacher-made)yang bersangkutan. Demikian pula, panduan observasi dapat dikembangkan oleh guru sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya bias akibat subyektifitas guru. Namun inilah ciri khas dari penilaian afektif yang tidak mjungkin steril dari pengaruh subjektivitas guru. Ada beberapa petunjuk untuk mengurangi kelemahan dalam penyusunan panduan obeservasi (Zaenul, 1993: 67): 1) Rencanakan terlebih dahulu apa yang akan diamati, untuk menghindari tertariknya pengamat pada hal lain yang menarik perhatiannya. Selain itu juga ditetapkan tingkah laku apa yang akan diamati, kriterianya, yaitu yang paling besar kontribusinya untuk menjelaskan hasil belajar peserta didik. 2) Agar observasi dapat dilakukan secara cermat dan kontinyu untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin, maka diperlukan alat perekam data observasi yang mudah dan jelas untuk dilaksanakan. 148

9 3) Harus disadari kemungkinan terjadinya kesalahan sampel. Misalnya bila mengamati seseorang di pagi hari kemungkinan besar akan menghasilkan informasi yang lain sama sekali bila mengamatinya di sore hari. 4) Setiap hasil observasi harus segera ditulis laporannya segera setelah observasi dilakukan. 5) Interpretasi harus dilakukan setelah pengamat mengendapkan informasi yang telah diperoleh melalui observasi, sehingga interpretasi tidak menjadi terlalu subjektif. 6) Sebaiknya melibatkan orang lain selain guru sebagai pengamat dalam melakukan pengamatan, misalnya saja orang tua murid, konselor, wali murid, guru lain, teman sebaya dan sejenisnya. Dengan demikian orang tua peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Berikut ini dikemukakan contoh panduan observasi yang dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi kelas oleh guru. Penilaian aktivitas diskusi Petunjuk: PANDUAN OBSERVASI Panduan ini dapat diisi oleh guru atau observer (orang tua, konselor, wali murid, teman sebaya pada saat di kelas ketika diskusi berlangsung. Isikan angka-angka di bawah ini sesuai dengan kriteria dan perilaku yang muncul. 5 = baik sekali 4 = baik 3 = cukup 2 = kurang 1 = kurang sekali 149

10 Nama peserta didik :. Kelas :... SD/MI :... Kriteria Diskusi Diskusi Diskusi Uraian/ deskripsi 1. SIKAP. Kerja sama. Semangat 2. Urunan. Masuk akal. Teliti. Jelas. Relevan. Berdasarkan pada urunan sebelumnya 3. Bahasa. Kejelasan. Ketelitian. Ketepatan. Menarik. Kewajaran 4. Kesopanan Menggunakan bahasa yang sopan dan alasan yang tulus Membantu kelompok pada arah yang 150

11 Kriteria Diskusi Diskusi Diskusi Uraian/ deskripsi benar Meluruskan penyimpangan Menunjukkan yang terpuji sikap (Modifikasi dari Rahmat, dkk., 2009) B. Skala Sikap Skala sikap digunakan untuk menilai survey sikap peserta didik yang dapat dipilih dari tiga yang paling lajim, ialah: skala Likert, skala Thurstone atau skala Guttmann. Untuk menilai sikap dalam pembelajaran, banyak digunakan skala sikap Likert. Dalam skala ini pernyataan afektif menunjukkan pernyataan yang secara langsung mengungkapkan perasaan terhadap suatu objek sikap. Sedangkan pernyataan psikomotor menunjukkan pernyataan pilihan tingkah laku atau maksud tingkah laku yang berkenaan 151

12 dengan suatu objek sikap tertentu). Contoh skala sikap model Likert sebagai berikut. Contoh Skala Likert: Bubuhkan ceklis ( ) pada kolom sebelah kanan yang cocok dengan sikap Anda! No. Pernyataan Pilihan 1. Usaha saya dalam kelompok lemah sedang kuat 2. Kontribusi saya 0% 50% 100% terhadap kelompok 3. Materi yang membosankan Biasa-biasa menyenangkan dipelajari saja 4. Tugas membaca kurang sedang banyak 5. Solusi saya Kurang diterima Sangat terhadap masalah diterima diterima Contoh model survey sikap dengan penyempurnaan kalimat: 1. Materi yang paling penting yang telah saya pelajari adalah Saya tertarik untuk belajar lebih banyak lagi tentang Seandainhya saya mampu, saya akan mengubah

13 Bubuhkan ceklis ( ) pada kolom sebelah kanan yang cocok dengan sikap Anda! No. Pernyataan sedih biasa senang 1 Penceramah membuat saya 2 Pelajaran membuat saya 3 Apabila saya gtinggal di rumah, maka orang tua saya merasa C. Jurnal/Diari Jurnal atau diari adalah jenis alat penilaian non tes yang dilakukan dengan cara mencatat segala peristiwa atau kejadian tentang diri peserta didik, khususnya selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan ini akan sangat bermanfaat, manakala dicatat secara tersendiri dalam Buku Harian Peserta didik. Contoh : Hari Senin tanggl 20 Desember 2010, Dedi melaksanakan diskusi delompok di kelas. Dedi tampil sebagai ketua kelompok dan sekalkigus sebagai juru bicara/penyaji uang melaporkan hasil kerja kelompok, hyakni kunjungan kepada tokoh masyarakat. Dalam diskusi tersebut kelompok kami menerima lima pertanyaan dari 3 kelompok yang bertanya. Semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik, walaupun ada pertanyaan yang perlu mendapat penjelasan dari guru. Bandung,20 Desember 2010 R.Kls.IV-A, Pukul :

14 D. Daftar ceklis Daftar ceklis adalah suatu alat penilaian non tes yang digunakan secara terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diamati. Alat ini sangat bermanfaat untuk menilai hasil belajar ataupun proses pembelajaran secara lebih rinci. Penggunaannya sangat sederhana, karena hanya dengan membubuhkan tanda ceklis pada kolom yang sesuai dengan apa yang diamati. Contoh: Nama peserta didik :. Kelas :... SD/MI :... No Aspek yang diamati Ceklis Berpartisipasi dalam mempersiapkan bahan untuk diskusi Memberikan pendapat dalam memecahkan masalah Hadir tepat waktu Memberikan komentar terhadap hasil kerja kelompok lain Mengajukan pertanyaan ketika sedang belajar di kelas Menyerahkan tugas tepat waktu Membawa buku pelajaran ketika sedang belajar di kelas Membawa alat tulis termasuk buku catatan pelajaran Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah Menunjukkan rasa peduli terhadap orang lain 154

15 E. Portofolio Dalam konteks penilaian (assessment), portfolio dapat berarti kumpulan keterangan yang tersusun secara sistematis yang digunakan oleh guru dan siswa untuk memonitor pertumbuhan knowledge, skills, dan attitudes para siswa dalam mata pelajaran tertentu.kumpulan keterangan tersebut hendaknya melibatkan partisipasi siswa dalam memilih bahan-bahan,kriteria seleksi, kriteria penilaian, dan disertai bukti/keterangan tentang refleksi diri dari siswa. Semua kumpulan karya siswa tersebut merupakan kumpulan karya hasil kolaboratif yang bertujuan dan hasil refleksi diri selama proses pembelajaran. Bagaimana Menilai Portfolio Kelas? Untuk peserta didik yang berada di kelas rendah, portfolio dapat meliputi sampel pekerjaan, catatan beragam hasil observasi yang sistematis, dan tes seleksi. Guru dan orang tua dapat memantau kemajuan peserta didik dengan cara memperhatikan tulisan-tulisannya, lukisan-lukisannya, buku-buku yang dibaca oleh mereka, rekaman video, photo, rekaman suara ketika membaca, bercerita dan sebagainya. Karya-karya yang sangat bermanfaat meliputi: catatan anekdot, ceklis atau inventory, skala nilai, dan pertanyaan serta keperluannya. Untuk menilai portfolio siswa, guru IPS dapat mengembangkan model penilaian seperti di bawah ini. Lembaran Skor Portfolio Untuk setiap kriteria, beri skor bagian portfolio pada skala 1-5, dengan 5 skor tertinggi.gunakanlah Lembar Nilai untuk menilai portfolio secara keseluruhan. 1 = rendah; 2 = cukup; 3 = rata-rata; 4 = di atas rata-rata; 5= istimewa ASPEK YANG DINILAI SKOR CATATAN 1. KELENGKAPAN Aspek-aspek yang disyaratkan sebelumnya 155

16 2. KEJELASAN Terorganisir dengan baik Tertulis dengan baik Mudah dipahami 3. INFORMASI Akurat Cukup Penting 4. DUKUNGAN Contoh untuk hal-hal utama Alasan yang baik 5. GRAFIK Berkaitan dengan isi bagian Ketepatan judul Memberikan informasi Meningkatkan pengertian 6. BAGIAN DOKUMENTASI Cukup Dapat dipercaya Berkaitan dengan penyajian Selektif SKOR TOTAL PENILAI: TANGGAL (Sumber: CCE, 1999:25-3 F. Skala bertingkat (Rating Scale) Skala bertingkat adalah alat penilaian non tes untuk menilai karakteristik tertentu sebagaimana diharapkan muncul dalam diri peserta didik.tipe skala betingkat yang akan disajikan di bawah ini termasuk jenis yang sederhana. 156

17 Oleh karena itu tipe ini memungkinkan dapat dibuat dan dipergunakan oleh guru. Untuk mengembangkan alat penilaian ini ada sejumlah kaidah yang harus diperhatikan dan dicermati oleh pengembang alat evaluasi. Kaidah-kaidah tersebut sebagaimana dinyatakan oleh Zaenul (1993:76) adalah sebagai berikut: 1) Jumlah pertanyaan atau pernyataan haruslah terbatas, tetapi tetap dapat memberi gambaran yang utuh dari keseluruhan hal yang diukur. 2) Angka untuk perangkat rating scale haruslah mempunyai arti yang sama. 3) Jumlah kategori angka yang digunakan supaya diusahakan cukup bermakna, tetapi tidak terlalu renik sehingga tidak jelas lagi perbedaan arti satu angka dengan angka lainnya. Sebagai patokan jangan lebih dari 7 kategori. 4) Setiap pernyataan atau pertanyaan hendaknya hanya mengukur satu karakteristik atau satu komponen. 5) Bila digunakan untuk mengukur suatu prosedur, sebaiknya pertanyaan atau pernyataan disusun secara urut berdasarkan urutan pelaksanaan prosedur. 6) Bila digunakan untuk mengukur suatu hasil, sebaiknya pertanyaan atau pernyataan disusun secara urut dari yang termudah ke yang lebih sukar. 157

18 Contoh: NUMERICAL RATING SCALE SD/MI :... Kelas :... Nama Siswa :... Tanggal :... Waktu :... Tujuan : Untuk mengetahui tingkat ketaatan siswa Petunjuk: Nyatakanlah tingkatan dari setiap pernyataan berikut ini dengan memberi tanda ceklis (V) di bawah angka- angka yang ada di depan pernyataan. 1 = tidak memuaskan 2 = dibawah rata-rata 3 = rata-rata 4 = di atas rata-rata 5 = sempurna No. Aspek yang diukur Cara berjalan Ketepatan datang ke sekolah Keseriusan mengikuti pelajaran Kelengkapan atribut sekolah Keseriusan mengerjakan PR Melaksanakan piket di kelas Membersihkan papan tulis Ketepatan mengerjakan tugas Menolong orang lain Memungut sampah berserakan (Modifikasi dari Rahmat, dkk., 2009) Latihan Selama proses pembelajaran, guru akan menilai kompetensi peserta didik, bukan hanhya aspek pengetahuan (kognitif) melainkan juga aspek afektif dan perilaku. Guru menerapkan metode pembelajaran bermain peran (role playing). Jelaskan penilaian non tes bentuk apakah yang tepat dan bagaimana membuat alat penilaiannya? 158

19 Panduan Jawaban Proses pembelajaran sudah jelas bahwa peserta didik akan banyak terliobat dalam aktivitas, terutama dalam memerankan tokoh atau peran tertentu. Perlu diperhatikan pula, kompetensi yang ingin dicapai. Karena yang ingin dinilai dimensi afektif dan perilaku maka alat penilaian observasi dapat digunakan. Oleh karena itu, kembangkanlah alat penilaian untuk menilai sikap dan perilaku. Panduan observasi di atas dapat dimanfaatkan dengan cara memodifikasi/disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang ingin dicapai. Rangkuman Panilaian pembelajaran baik proses maupun hasil belajar selayaknya memenuhi bersifat komprehensif mencakup seluruh potensi dna kemampuan peserta didik disamping perlu memenuhi rasa keadilan bagi peserta didik. Oleh karena itu, kemampuan guru dalam menilai selayaknya menggunakan teknik tes dan non-tes. Penilaian non tes yang kurang mendapat perhatian yang memadai perlu diupayakan oleh guru IPS. Agar guru memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan penilaian non tes, maka guru perlu mengenal jenis penilaian non tes berlatih dan berupaya mengembangkan alat penailaian tersebut. Ada sejumlah teknik penilaian non-tes dalam pembelajaran IPS atau penilaian domain afektif meliputi : survey sikap, penyempurnaan kalimat, ceklis pengamatan, kegiatan (projects), portofolio, jurnal/diari, daftar ceklis, skala pilihan, catatan pribadi, dan studi kasus. 159

20 Tes Formatif Pilihlah salah satu kemungkinan jawaban pada setiap butir pertanyaan yang menurut Anda paling tepat. 1. Laporan hasil belajar untuk sekolah hendaknya dibuat oleh guru selengkap mungkin menyangkut peserta didik. Aspek yang paling umum dari laporan hasil belajar peserta didik untuk sekolah (kepala sekolah) adalah... a. kompetensi peserta didik b. jumlah peserta didik c. sikap peserta didik d. minat dan bakat peserta didik 2. Laporan hasil belajar tentang peserta didik yang paling umum dan singkat adalah ditujukan untuk... a. guru b. kepala sekolah c. orang tua d. masyarakat 3. Informasi tentang aspek afektif peserta didik dapat diketahui melalui a. ujian tertulis b. kuesioner c. wawancara d. angket 4. Penilaian proses dan hasil belajar peserta didik hendaknya bersifat. a. Komprehensif dan adil b. kompleksitas c. sarana pendukung 160

21 d. esensial 5. Penilaian untuk ranah afektif tidak dalam bentuk angka melainkan berupa deskriptif atau penafsiran kualitatif. Oleh karena itu penilaian untuk ranah afektif dinyatakan sebagai penilaian... a. informasi esensial b. informasi tambahan c. penafsiran kuantitatif d. penentu prestasi GLOSARIUM Penilaian non tes : Penilaian untuk mengungkap aspek non kuantitatif seperti perasaan, sikap, emosi, keyakinan, dan lainnya yang bersifat afektif. Dimensi : ukuran; takaran; matra. Perspektif : sudut pandang; harapan baik untuk masa depan. DAFTAR PUSTAKA Cleaf, David W. Van. (1991). Action in Elementary Social Studies. Boston: Allyn Bacon. CCE, (1996), We The People... Project Citizen: Teacher s Guide, Calabasas, California. Rahmat, Sapriya, Dadang Sundawa, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Lab PKn UPI. Welton, David A & Mallan, John T. (1988) Children and Their World, Strategies for Teaching Social Studies (3rd ed.). Boston, Dallas: Houghton Mifflin Company. 161

22 162

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI

EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI EVALUASI PEMBELAJARAN GEOGRAFI PENILAIAN NON TES DOSEN: SRI HAYATI DAN MAMAT RUHIMAT PENILAIAN Bentuk dan Jenis Penilaian Non-Tes Tes Skala Sikap Cek Lis Kuesioner Studi Kasus Portofolio Tes Lisan Tes

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI PEMILIHAN PENGURUS ORGANISASI SEKOLAH MELALUI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan atas dasar permasalahan yang muncul di lapangan seperti yang telah diungkapkan pada BAB I yaitu kurang berkembangnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas

Tenaga peneliti terlatih. Sampel dipilih yg representatif. Kontrol variabel secara ketat. Perlu pengujian validitas dan reliabilitas PERBEDAAN EKSPERIMEN FORMAL ACTION RESEARCH peneliti Tenaga peneliti terlatih Dilakukan oleh guru sampel Desain Sampel dipilih yg representatif Kontrol variabel secara ketat Sudah ada kelas yg dibina Dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

Lebih terperinci

KONSTRUKSI INSTRUMEN NON TES

KONSTRUKSI INSTRUMEN NON TES KONSTRUKSI INSTRUMEN NON TES KONSTRUKSI INSTRUMEN NON TES Terutama digunakan untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes untuk mengukur perubahan tingkah laku yang berkenaan dengan ranah kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung bertujuan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung bertujuan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran cerita rakyat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN PEMBELAJARAN I Made Alit Karyawan Salain Pengembangan Pendidikan Kurikulum Tujuan Tujuan Peserta Didik Pembelajaran Penilaian Tujuan 1 Pengertian Penilaian Kegiatan terstruktur seorang pendidik

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN. Bambang Turjayus Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 4, Agustus 2016 (Edisi Khusus) ISSN 2087-3557 PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI LEMBAGA PEMERINTAHAN DESA DAN KECAMATAN MELALUI MODEL BERMAIN PERAN

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN PEMBELAJARAN PENILAIAN APA PENILAIAN? APA PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? BAGAIMANA CARANYA? PENILAIAN: PROSES SISTIMATIS MELIPUTI PENGUMPULAN INFORMASI (ANGKA, DESKRIPSI VERBAL), ANALISIS, INTERPRETASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan 35 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Motode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Metode penelitian tindakan kelas dalam bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN

INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN INDIKATOR dan INSTRUMEN PENELITIAN A. Pengertian Indikator Penelitian 1. Menurut KBBI, indikator adalah sesuatu yang dapat menjadi petunjuk atau keterangan. 2. Indikator sebagai alat atau petunjuk untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani&

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& Wihardit, 2007:

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D.

PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D. PENILAIAN PEMBELAJARAN oleh Jarnawi Afgani D. P E N I L A I A N Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN? Apa yang dimaksud dengan PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI? Bagaimana cara melakukan PENILAIAN? PENILAIAN:

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi. 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran menulis cerpen menggunakan strategi 3M (Meniru-Mengolah-Mengembangkan) dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

Lebih terperinci

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian

3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Deskriptif kuantitatif yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Masalah ini akan dipecahkan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Berdasarkan permasalahan yang muncul di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Meningkatan hasil belajar bagi siswa yang kurang mampu dalam memahami mata pelajaran biologi merupakan penelitian tindakan kelas yang direncanakan pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika, salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan kooperatif tipe group investigation (GI) pada mata pelajaran IPS dengan materi Perjuangan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan masalah yang ditemukan, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto (2010:128), penelitian tindakan

Lebih terperinci

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Afid Burhanuddin Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami sumber dan teknik pengumpulan data Indikator Mahasiswa mampu memahami sumber data dalam penelitian pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kualitatif-kuantitatif, artinya dalam proses sampai akhir pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar )

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN. ( As ari Djohar ) PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN MELALUI PENINGKATAN MUTU PROSES DAN EVALUASI PEMBELAJARAN ( As ari Djohar ) A. Asumsi Dasar 1. Peningkatan mutu pendidikan tinggi merupakan kebutuhan utama yang selalu harus

Lebih terperinci

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ENCEP KUSUMAH

EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ENCEP KUSUMAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA ENCEP KUSUMAH PENDAHULUAN Hal yang harus diperhatikan dalammenerapkan standar kompetensi dalam penilaian adalah mengembangkan penilaian otentik berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis dengan didukung metode penelitian kualitatif. Alasan mengapa dipilihnya metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Siklus 1 Dalam Siklus 1 terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a. Perencanaan (Planning) Pada siklus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian dilaksanakan pada SMP Negeri 6 Bandar Lampung yang beralamat di Jalan Laksmana Malahayati No.09 Teluk Betung Selatan 2. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu sebuah penelitian

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN

INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN RESUME PRESENTASI KELOMPOK 5 INDIKATOR DAN INSTRUMEN PENELITIAN Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Dosen : Dr. Heri Retnawati, M.Pd Disusun Oleh: Nira

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau sering disebut dengan classroom action research. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan menerapkan metode role playing. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Metodologi Penelitian: Metode dan Instrumen Pengumpulan Data Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2012 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Pendahuluan Definisi Metode pengumpulan data adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru adalah evaluasi pembelajaran. Kompetensi tersebut sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini

BAB III. terdiri dari 15 laki-laki dan 10 perempuan. Adapun permasalahan dalam penelitian ini 48 BAB III HASIL PENELITIAN TENTANG KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BAHASA ARAB DENGAN MENERAPKAN METODE ROLE PLAYING (Bermain Peran) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN HIWAR SISWA DALAM BAHASA ARAB A. Deskripsi Setting

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi

Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Pengertian dan Hubungan Antara Tes, Pengukuran, dan Evaluasi Tes, Pengukuran, dan Evaluasi merupakan tiga istilah yang berbeda namun saling berhubungan. Banyak orang tidak mengetahui secara jelas perbedaan

Lebih terperinci

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS)

INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH (EDS) STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TELAAH SILABUS, RPP, TES DAN PEDOMAN OBSERVASI RESPONDEN: PENGAWAS/KEPALA SEKOLAH BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Mahasiswa

Lebih terperinci

SISTEM PENILAIAN MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN PAI

SISTEM PENILAIAN MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN PAI SISTEM PENILAIAN MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN PAI Mahasiswa wajib mengerjakan 5 paket tugas individu, 5 paket tugas kelompok, UTS dan UAS Tugas dikerjakan di kertas folio bergaris dan dilengkapi identitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitin ini metode yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yaitu penelitian yang bersifat refleksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara

BAB III METODE PENELITIAN. (d) teknik analisis data, (e) prosedur penelitian. Berikut adalah penjelasan secara 43 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai: (a) pendekatan dan metode penelitian, (b) lokasi dan subjek penelitian, (c) teknik dan instrumen pengumpulan data, (d) teknik analisis data,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau dikenal juga dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Candiwulan, UPT Kecamatan Adimulyo, Kabupaten Kebumen, tepatnya di jalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta. menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar adalah kreativitas dalam menata serta menghubungkan pengalaman dan pengetahuan sehingga membentuk satu kesatuan. dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu kajian, refleksi diri, serta tindakan terhadap proses pembelajaran IPA untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke empat disebutkan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu usaha

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWADENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPA DANENGSIH, S.Pd., NIP.196506051992032011 ABSTRAK Berdasarkan hasil pengamatan di SDN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1. Setting Penelitian Tempat Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 01 Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL Widihastuti Dosen Program Studi Teknik Busana Fakultas Teknik UNY widihastuti@uny.ac.id; twidihastutiftuny@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Nama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda

Nama Sekolah :... I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda RENCANAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK Nama Sekolah :... Tema : TEMPAT UMUM Kelas/Semester : III / 1 Alokasi Waktu : 2 minggu I. STANDAR KOMPETENSI I. PKn 1. Mengamalkan makna Sumpah Pemuda II.

Lebih terperinci

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI

PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI PERKULIAHAN 3: EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA ALAT EVALUASI 1. Taksonomi Bloom Bloom dan kawan-kawan membagi tujuan pendidikan ke dalam tiga daerah (domain), yaitu daerah kognitif (cognitive domain),

Lebih terperinci

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG HASIL MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PILOTING DAN LESSON STUDY PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH KOTA MALANG Eko Sri Sulasmi dan Sri Rahayu Lestari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai seting tempat, seting waktu, dan karakteristik subjek penelitian. Seting tempat akan membahas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN 4 Tamanwinangun Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. SDN $ Tamanwinangun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 12 Bandung Jalan Dr. Setiabudhi No. 195 untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

Lebih terperinci

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN

EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN EVALUASI HASIL PEMBELAJARAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 KOMPTENSI (TIK) Dapat Merancang Sistem Penilaian Hasil Belajar INDIKATOR Menyusun perencanaan tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan pendidikan fisika di salah satu SMA Negeri di Bandung, menunjukkan bahwa pembelajaran aktif

Lebih terperinci

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI PENDAHULUAN Kerangka Dasar Kurikulum menekankan adanya penilaian kelas. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian kelas, penilaian akhir yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri Kedungwaru yang beralamat di Desa Kedungwaru, Kecamatan Karangsambung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas, atau yang dikenal dengan classroom action research.

Lebih terperinci

AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS

AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS AUTHENTIC ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR BERBASIS KARAKTER KEPEDULIAN DAN KERJA KERAS Oleh Supartinah, M.Hum. supartinah@uny.ac.id Pendahuluan Berdasarkan Permendikbud Nomor 66 Tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini, menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini, menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini, menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam Bahasa Inggris dinamakan Class Action Research (CAR). Penelitian ini bersifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 04 Ngringo. SD Negeri 04 Ngringo ini berlokasi di jalan Cempaka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana III. METODOLOGI PENELITIAN Pembahasan pada bab ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yang berupa pendekatan penelitian, desain penelitian, faktor-faktor yang diamati, rencana tindakan, data penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bandung, Jalan Semar No. 5 Bandung. Subjek penelitian ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Tindakan Kelas (Clasroom Action Research), yaitu penelitian yang mengkombinasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

MEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara)

MEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara) MEMAHAMI INDIVIDU DENGAN TEKNIK NON TES (Observasi dan Wawancara) PETA KOGNITIF PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani Menyelenggarakan Bimbingan

Lebih terperinci

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

Lebih terperinci

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU

VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU VIII. RUBRIK PENILAIAN KINERJA GURU PETUNJUK 1. Kumpulkan dokumen perangkat dari guru sebelum pengamatan, cacatan hasil pengamatan selama dan sesudah, serta cacatan kemajuan dan hasil belajar peserta didik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER II TAHUN Budianto, Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPS... 19 PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI STRATEGI BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEDUNGSIGIT TRENGGALEK SEMESTER

Lebih terperinci