TINJAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT. BUKIT ASAM BAGI PEMBELAJARAN DIKLAT KEHUTANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT. BUKIT ASAM BAGI PEMBELAJARAN DIKLAT KEHUTANAN"

Transkripsi

1 TINJAUAN KEGIATAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DI PT. BUKIT ASAM BAGI PEMBELAJARAN DIKLAT KEHUTANAN Oleh Burhanudin JP Widyaiswara Madya pada Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Dewasa ini usaha pertambangan hampir di seluruh kepulauan Indonesia berkembang sangat pesat. Berbagai bahan tambang seperti minyak, gas, nikel, timah, emas, intan, batubara dan lain-lain terkandung dalam perut bumi Indonesia yang tersebar hampir di seluruh propinsi termasuk propinsi Sumatera Selatan. PT. Bukit Asam merupakan salah satu perusahaan tambang batubara tertua yang berada di Sumatera Selatan. Oleh karena itu perusahaan ini mempunyai pengalaman yang cukup baik dalam penambangan batubara dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi dengan baik sesuai pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian Kehutanan. Pengalaman yang dipunyai perusahaan tersebut merupakan bahan pembelajaran bagi kediklatan kehutanan. Banyak manfaat yang bisa diambil dari pengalaman tersebut diantaranya dalam hal proses serta hasil kegiatan reklamasi bekas tambang pada lahan maupun kawasan hutan yang dilakukan PT. Bukit Asam yang bisa dijadikan sebagai bahan diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang. Selain itu juga bisa dijadikan tempat/lokasi praktik diklat sesuai kebutuhan kurikulum sehingga akan membantu efisiensi dan efektivitas pelaksanaan diklat. Kata Kunci : Pengalaman PT Bukit Asam, Reklamasi hutan bekas tambang dan Bahan diklat. A. Latar Belakang. Keterlibatan Kementerian Kehutanan dalam kegiatan reklamasi hutan bekas tambang tidak seperti Kementerian ESDM yang lebih dahulu menangani penambangan mineral dan batubara. Keterlibatan kehutanan dalam reklamasi relatif baru setelah adanya UU 41 tahun 1999 yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 76 tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan lebih tegas lagi dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.4/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. Ketertinggalan ini membuat Kementerian 1

2 Kehutanan harus bekerja ekstra keras dalam menangani reklamasi ini terlebih lagi dengan adanya pinjam pakai kawasan hutan. Kegiatan penambangan sudah barang tentu menyebabkan kerusakan lingkungan yang tak terhingga. Perubahan kondisi lingkungan yang terjadi di lokasi tambang dan sekitarnya merupakan konsekuensi dari proses kegiatan penambangan. Namun demikian perubahan lingkungan tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan reklamasi pada lahan-lahan bekas tambang yang telah dinyatakan selesai maupun penambangan sedang berjalan. Reklamasi hutan merupakan usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai peruntukannya. PT. Bukit Asam merupakan perusahaan pertambangan batubara yang cukup lama dan telah banyak melakukan kegiatan reklamasi dengan baik sesuai pedoman yang ada baik dari kementerian ESDM maupun Kementerian Kehutanan. Dalam tulisan ini akan membahas tentang ruang lingkup dan proses serta hasil kegiatan reklamasi yang dilakukan PT. Bukit Asam sebagai pembelajaran bagi diklat-diklat kehutanan terkait kegiatan reklamasi bekas tambang pada lahan maupun kawasan hutan. Selain itu juga mencoba mengidentifikasi bahan/materi diklat bahkan kesesuaian lokasi praktik dengan kebutuhan kurikulum diklat sehingga akan membantu efisiensi dan efektivitas pelaksanaan diklat. B. Manfaat Tulisan Tulisan ini akan bermanfaat bagi para widyaiswara pengampu materi reklamasi hutan bekas tambang dan bagi penyelenggara diklat. Bagi widyaiswara, tulisan ini bisa dipakai sebagai suplemen dalam merancang bahan dan kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktik. 2

3 Bagi penyelenggara, tulisan ini akan bermanfaat dalam mempersiapkan pelaksanaan diklat reklamasi hutan bekas tambang misalnya berkaitan dengan fasilitas/sarana-prasarana pembelajaran teori dan praktik. Demikian juga terkait pembelajaran praktik penyelenggara harus mendapatkan informasi tentang akomodasi-konsumsi dan transportasi, serta tenaga lokal sebagai pendamping atau narasumber. C. Gambaran Umum PT Bukit Asam. Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan komersial dimulai pada Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950, Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA). Pada 1981, PN. TABA kemudian berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990 pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional, pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode PTBA. PT. Bukit Asam terletak di Kecamatan Tanjung Enim Kabupaten Muara Enim Propinsi Sumatera Selatan, perjalanan dari Palembang ke lokasi 3

4 memerlukan waktu 5-6 jam. Lokasi pelaksanaan penambangan batubara terbagi kedalam 2 site yaitu Blok Tambang Air Laya seluas ha dan Blok Tambang Banko Barat seluas ha. D. Ruang Lingkup dan Proses Penambangan dan Reklamasi PT Bukit Asam. Secara umum kegiatan penambangan batubara di Indonesia dilakukan dengan teknik penambangan terbuka (open pit), yaitu dengan membuka lahan (land clearing), mengupas tanah pucuk (stripping top soil), mengupas dan menimbun tanah penutup (over burden stripping), membersihkan dan menambang batubara, menutup kembali lubang galian dengan overburden, menata lahan, menebarkan tanah pucuk, dan penanaman kembali (revegetasi). Dengan teknik seperti ini, telah menyebabkan kerusakan lingkungan berupa rusaknya kondisi fisik, kimia, dan biologis tanah tambang belum lagi hilangnya keanekaragaman hayati yang begitu tinggi. Oleh karena itu kegiatan rehabilitasi dan reklamasi pasca penambangan batubara mutlak diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan tersebut sehingga kembali ke ekosistem semula. Di PT. Bukit Asam, ruang lingkup dan proses penambangan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Eksplorasi Hal pertama yang dilakukan dalam kegiatan penambangan adalah eksplorasi. PT. Bukit Asam melakukan kegiatan eksplorasi selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan batubara, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh batubara dan tanah penutup. Selain untuk mengetahui kualitas batubara, tanahnya juga akan dianalisa parameter geotekniknya. Hasil analisa laboratorium ini akan digunakan sebagai masukan bagi pembuatan peta penyebaran batubara dan kualitasnya. Tanah penutup ini sangat berperan dalam kegiatan reklamasi. 4

5 2. Pembukaan Lahan Setelah eksplorasi dilakukan, PT. Bukit Asam melakukan kegiatan pembukaan lahan dengan penuh kehati-hatian. Hasil ini didasari atas rona awal hutan sungguh kaya dengan plasma nuftah, ekosistem yang lengkap, iklim mikro yang baik, flora dan fauna yang beraneka ragam. Oleh karenanya, sebelum kegiatan pembukaan lahan dimulai, dilakukan kegiatan identifikasi dan dokumentasi flora dan fauna yang ada di daerah tersebut. Beberapa jenis spesies tanaman penting dan jenis lokal dikoleksi untuk ditanam kembali pada kegiatan rehabilitasi lahan nantinya. Kelalaian dalam kegiatan pembukaan lahan mengakibatkan kerugian yang cukup siginifikan bagi perusahaan baik dari segi materi maupun secara ekologis. Gambar 1. Kegiatan pembukaan lahan tanpa kehati-hatian akan merusak lingkungan yang cukup besar. Sumber Foto : PT Bukit Asam. Pembersihan lahan dilakukan terhadap pohon-pohon dan semua vegetasi yang ada diatasnya dibabat dan di tumbangkan kemudian ditimbun disuatu tempat terutama untuk kayu-kayu yang tidak bisa dimanfaatkan. Hasil akhir dari kegiatan ini yaitu didapatkannya areal bersih dari vegetasi sehingga memudahkan proses penggalian lapisan top soil dan sub soil. 5

6 3. Pengolahan dan Penyebaran Tanah Top soil Kegiatan selanjutnya setelah pembersihan lahan yaitu kegiatan pengolahan tanah pucuk (top soil). Tanah pucuk (top soil) adalah lapisan tanah bagian atas yang banyak mengandung unsur hara yang sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. PT. Bukit Asam mengartikan tanah pucuk (top soil) ini dengan ketebalan lapisan tanah sampai dengan ± cm. PT Bukit Asam melakukan kegiatan pengolahan tanah pucuk sebagai berikut : Pengambilan tanah pucuk/top soil dilakukan untuk mengamankan tanah yang masih bagus kandungan haranya. Tanah top soil dari lokasi penggalian dibawa ke lokasi penimbunan dilakukan dengan menggunakan alat angkut Dump Truck dan dihamparkan dengan menggunakan alat Buldozer untuk meratakan penimbunannya. Pengambilan tanah pucuk dilakukan seoptimal mungkin, selanjutnya dilakukan penebaran pada lahan timbunan yang sudah final. Tanah pucuk yang dipindahkan ke tempat penyimpanan sementara selanjutnya ditempatkan di daerah yang sudah final dan siap direhabilitasi atau di stock sementara menunggu lokasi yang telah final. Melakukan pengamanan stock tanah pucuk dengan tanaman LCC (Legume cover crops) agar terhindar dari kerusakan dan erosi. a b 6

7 c Gambar 2. Penyimpanan sementara tanah pucuk (a). Penebaran tanah pucuk (b) dan Pengaman tanah pucuk dari erosi dengan LCC (c). Sumber Foto : PT Bukit Asam dan Burhan JP Pengolahan tanah pucuk dilakukan dalam rangka penanganan kualitas tanah untuk reklamasi agar tanah tersebut selalu terjaga. PT. Bukit Asam melakukan penanganan kualitas tanah dengan cara : Memanfaatkan kembali tanah pucuk sebagai media tumbuh tanaman pada kegiatan revegetasi lahan. Melakukan penambahan bahan organik (kompos, pupuk kandang, Kaptan, Kompos TEL) serta pengapuran tanah untuk mempercepat pemulihan kesuburan lahan. Melakukan revegetasi lahan secepatnya pada lahan timbunan yang sudah final dengan tanaman LCC dan tanaman tahunan yang adaptif. Melakukan perawatan tanaman revegetasi secara intensif untuk mempercepat pemulihan lahan. Gambar 3. berikut memperlihatkan bagaimana upaya PT. Bukit Asam dalam rangka menangani kualitas tanah agar selalu terjaga dengan baik sebagai bahan reklamasi. 7

8 a b c d e Gambar 3. Pemanfaatan tanah pucuk (a); Penambahan bahan organik & pengapuran (b); Penanaman LCC & tanaman pokok (c); Pemeliharaan (d & e). Sumber Foto : PT Bukit Asam 4. Penggalian dan Penimbunan Tanah Over Burden Dengan Spreader. Tanah Over Burden merupakan lapisan tanah/batuan yang berada di bawah top soil/tanah pucuk dan di atas lapisan batubara. Penggalian Tanah over burden dilakukan dengan menggunakan Bucket Wheel Excavator (BWE), tanah dimuat ke dalam belt conveyor (ban berjalan) dengan sistem langsir, lebar conveyor 1,200 mm & 1,600 mm dengan kapasitas 2,800 m3 /jam dan 5,600 m3/jam. Sebelumnya tanah tersebut sebagian diledakkan terlebih dahulu untuk memudahkan pemindahan. Tanah over burden dari lokasi penggalian dibawa ke lokasi penimbunan dilakukan dengan menggunakan Belt Conveyor (Ban berjalan) dan dihamparkan dengan menggunakan alat Spreader dan dibantu oleh Buldozer untuk meratakan penimbunannya. Penimbunan dilakukan dengan cara berjenjang atau terasering dengan kemiringan 1 : 4 dengan lebar 60 meter. 8

9 Gambar 4. Penggalian Tanah Over Burden dengan BWE 5. Penggalian Batubara dan Penanganan Batubara di Stock Pile Setelah tanah over burden digali, selanjutnya dilakukan penggalian batubara, hasil dari penggalian diangkut menggunakan Conveyor ke stock pile menggunakan Stracker Reclaming (SR). Dari Stock pile dikirim ke Train Loading Station (TLS) untuk dikirim ke Gerbong Kereta Api (KA) diangkut ke Pelabuhan Tarahan dan Dermaga. 6. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Pengendalian erosi merupakan hal yang mutlak dilakukan selama kegiatan penambangan dan setelah penambangan. Erosi dapat mengakibatkan berkurangnya kesuburan tanah, terjadinya endapan lumpur dan sedimentasi di alur-alur sungai. Dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang merupakan salah satu pengelolaan lingkungan, PT Bukit Asam mengantisipasinya dengan cara : Melakukan pengaturan pola penimbunan dan pola alir air dengan upaya Pembentukan Backslope dan membuat saluran Down ditch dan saluran utama serta check dam yang diperkuat dengan batu. Membuat Kolam Pengendap Lumpur (KPL) untuk menampung sedimen yang berasal dari lahan timbunan dan galian tambang. Melakukan pengurasan lumpur secara berkala untuk menjaga efektivitas KPL. 9

10 Gambar berikut memberikan ilustrasi tentang pengendalian erosi dan sedimentasi yang dilakukan PT Bukit Asam. (a) Gambar 5. Pengendalian erosi dan sedimentasi dengan pembentukan Backslope, saluran air yang diperkuat dengan batu (a) dan KPL (b). Sumber Foto : PT. Bukit Asam. (b) Kegiatan lainnya dalam pengendalian erosi dan sedimentasi yang merupakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yaitu pengelolaan kualitas air. 10

11 Dalam pengelolaan kualitas air, PT. Bukit Asam mengantisipasi dengan cara: Membuat KPL dan Wetland sebagai sarana untuk pengendapan sedimen dan treatment kualitas air. Fungsi KPL dan Wetland untuk mengendapkan lumpur yang terbawa akibat aliran air permukaan, sehingga air yang masuk ke sungai mempunyai kualitas yang sesuai dengan baku mutu lingkungan (BML). Selain KPL juga dibuat Wetland untuk penanganan Air Asam Tambang (AAT) dengan cara pasif khususnya untuk menurunkan logam berat Fe dan Mn. Gambar 6. Wetland untuk penanganan air asam Sumber Foto : PT. Bukit Asam Untuk melakukan penurunan asam/ph air dilakukan dengan pengapuran. Untuk itu diperlukan bak penampung dan pencampur antara air dan kapur yang selanjutnya dialirkan secara berbelok-belok ke kolam-kolam hingga netral baru dialirkan ke sungai. 11

12 Gambar berikut memperlihatkan proses penurunan asam /ph air dengan pengapuran, kemudian dialirkan ke kolam-kolam dengan berbelok-belok untuk selanjutnya dialirkan ke sungai lepas. Kolam Pengaduk Pengapuran secara mekanis Titik Penataan Gambar 7. Proses pengapuran pada KPL Sumber : PT. Bukit Asam Gambar 8. Sebelum dialirkan ke sungai lepas, air dialirkan ke kolam-kolam yang berbelok-belok. Sumber Foto : Burhan JP. 7. Penanaman Revegetasi Revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan. 12

13 Kegiatan revegetasi di PT Bukit Asam dilakukan dengan penuh perhatian dan keseriusan. Revegetasi diawali dengan penebaran benih tanaman penutup tanah (LCC=Legium Cover Crop), untuk mencegah terjadinya erosi. Selanjutnya dilakukan penanaman tanaman pionir /tanaman keras, khususnya jenis yang cepat tumbuh seperti Kayu putih dan Jabon. Setelah tanaman berumur 3-5 tahun kemudian ditanami pengayaan tanaman komersil sesuai dengan tanaman pada rona awal misalnya meranti. Bibit tanaman yang digunakan sebagian besar hasil pembibitan sendiri dan pembelian bibit dari masyarakat sekitar. Perawatan tanaman di daerah rehabilitasi dilakukan secara rutin, supaya tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pekerjaan meliputi pemberian pupuk dan pembersihan gulma. Untuk mengetahui perkembangan daerah rehabilitasi secara menyeluruh, dilakukan pemantauan flora dan fauna secara rutin. Gambar 9. Penanaman dan pemberian pupuk kandang saat penanaman. a b Gambar 10. Tanaman jabon umur 4 bulan (a) dan tanamaan kayu putih berumur 8 bulan (b) hasil revegatasi. Sumber Foto : Burhan JP. 13

14 8. Pembibitan. Dalam rangka penyiapan bibit untuk kegiatan revegetasi, selain beli dari masyarakat, PT Bukit Asam telah menyiapkan persemaian/pembibitan sendiri di lokasi pembibitan PT Bukit Asam. Areal pembibitan seluas ± 2 ha dikelola secara baik dan modern dicirikan dengan pengembangan kultur jaringan dan adanya laboratorium. Bibit-bibit tersebut digunakan untuk kegiatan penanaman tahun berjalan dan penyulaman. Proses produksi bibit dilakukan dari biji, Stek Pucuk, Puteran, Cabutan dan Kultur Jaringan, serta implementasi Fungi Mikoriza terhadap bibit. Kapasitas produksi bibit per tahun sebanyak bibit. Jenis bibit yang diproduksi diantaranya : Jabon, Acacia mangium, Sengon, Pulai, Trembesi dan beberapa jenis lokal serta jenis lainnya. Gambar 11. Lokasi pembibitan PT Bukit Asam dikelola dengan baik dan modern. Sumber Foto : PT. Bukit Asam & Burhan JP E. Fasilitas Diklat. PT. Bukit Asam mempunyai perhatian yang serius dan terbuka terhadap pendidikan dan pelatihan. Setiap saat selalu ada siswa, mahasiswa, dosen dan pihak lain untuk melakukan kegiatan praktik, magang, penelitian maupun kegiatan lainnya. 14

15 Khusus untuk diklat terkait rehabilitasi dan reklamasi hutan, substansi dan kegiatan yang dilakukan PT. Bukit Asam cukup ideal untuk kegiatan praktik diklat. Materi yang bisa di bahas dan dipelajari yaitu sejak kegiatan perencanaan reklamasi sampai dengan evaluasi hasil reklamasi. PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat tersendiri bagi karyawannya, yang melaksanaan kegiatan diklat sesuai substansi yang diperlukan perusahaan. Diklat yang dilaksanakan bervariasi mulai dari administrasi, manajemen sampai dengan teknik. Tersedia ruang kelas yang tertata dengan baik dan lengkap. Pelatih atau narasumber diisi oleh karyawan senior dan untuk materi tertentu mendatangkan dari luar. Bagi siswa yang magang /praktik, pihak perusahaan hanya menyiapkan uang saku saja, sedangkan penginapan dan konsumsi, safety shoes dan helm di tanggung sendiri siswa yang magang. Untuk pelaksanaan kegiatan ke lapangan, kendaraan sewaan tersedia dengan biaya yang terjangkau. F. Kesimpulan dan Saran. 1. Kesimpulan : a. Ruang lingkup kegiatan reklamasi hutan bekas tambang di PT Bukit Asam dimulai dari eksplorasi, pembersihan lapangan (land clearing), penggalian tanah pucuk dan over borden, penggalian batubara, penataan lahan, revegetasi termasuk penyiapan pembibitan dan pemeliharaan serta evaluasi hasil kegiatan. b. Penambangan batubara PT Bukit Asam cukup ideal untuk tempat kegiatan diklat khususnya kegiatan praktik terkait diklat reklamasi hutan bekas tambang. Materi praktik cukup baik dan bervariasi c. Para pendamping lapangan sebagai narasumber cukup tersedia dan qualified sesuai bidangnya. 15

16 d. Fasilitas pendukung kelas dan mungkin asrama untuk jumlah terbatas sangat dimungkinkan karena PT. Bukit Asam mempunyai divisi diklat tersendiri. Namun apabila peserta diklat cukup banyak, di sekitar Tanjung Enim tersedia penginapan kelas melati dengan harga terjangkau. e. Fasilitas transportasi bagi kegiatan diklat cukup tersedia dengan biaya yang perlu dikonfirmasi dengan pihak perusahaan terlebih dahulu. 2. Saran. a. Kegiatan praktik terkait diklat rehabilitasi dan reklamasi hutan bisa dilakukan di tempat ini namun dalam pelaksanaannya perlu konfirmasi terlebih dahulu jauh sebelum kegiatan dilaksanakan. b. Fasilitas diklat lainnya seperti, akomodasi dan konsumsi serta transportasi bisa dijajaki kembali sebelum diklat dilaksanakan. G. DAFTAR PUSTAKA Profil Perusahaan, Sejarah Perusahaan PT. Bukit Asam (6 Pebruari 2014). Anonymous, 2013, Bahan presentasi Sekilas PT Bukit Asam Tbk. Tanjung Enim Sumsel. Burhanudin JP & Samsudi, 2013, Laporan hasil kajian pengembangan bahan/materi diklat terkait reklamasi hutan bekas tambang (Studi Kasus di PT. Bukit Asam Tanjung Enim Sumsel dan di PT Kaltim Prima Coal Sangatta Kaltim), Pusdiklat Kehutanan Bogor. Mansur Irdika, 2010 Teknik Silvikultur Untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang Seameo Biotrop Bogor. Mansur Irdika, Perkembangan Teknik Reklamasi Bekas Tambang Dan Implementasin Green Mining di Indonesia. Proseding Seminar Nasional Pertambangan, Kendari Juni Seameo Biotrop Bogor. Peraturan Pemerintah no 76 Hutan. tahun 2008, tentang Rehabilitasi dan Reklamasi 16

17 Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral Nomor 18 tahun 2008 tentang Reklamasi Penutupan Tambang dan Sumberdaya Mineral. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. 17

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan berbagai macam deposit mineral tambang yang melimpah, seperti batubara, nikel, emas, bauksit, besi, dan sebagainya. Kegiatan penambangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional

Lebih terperinci

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN PENILAIAN KEBERHASILAN REKLAMASI TERHADAP LAHAN BEKAS PENAMBANGAN DI PT. SUGIH ALAMANUGROHO KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Fanny Crosby Elisabeth Wona Program Studi Teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak

I. PENDAHULUAN. yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat. menjamin kehidupan di masa yang akan datang. Sumberdaya alam yang tidak I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan adalah bagian dari kegiatan pembangunan ekonomi yang mendayagunakan sumberdaya alam dan diharapkan dapat menjamin kehidupan di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya, manusia tidak dapat dipisahkan dari alam dan lingkungannya. Manusia selalu mempengaruhi alam dalam pemanfaatan sumber

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.138, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. Reklamasi. Pasca Tambang. Prosedur. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan

Lebih terperinci

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT PENILAIAN TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PIT 2 PT. PIPIT MUTIARA JAYA DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA A.A Inung Arie Adnyano STTNAS Yogyakarta arie_adnyano@yahoo.com, ABSTRACT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG Dalam rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha pertambangan harus

Lebih terperinci

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar

Lebih terperinci

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA Antung Deddy Asdep Keanekaragaman Hayati dan Pengendalian Kerusakan Lahan Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pulau Bangka yang memiliki luas daratan 1160000 ha (PPTA 1996), sebagian besar terdiri atas dataran rendah dengan beberapa bukit dengan perbedaan iklim yang relatif kecil (Faber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, setiap kegiatan industri menghasilkan suatu permasalahan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu permasalahan lingkungan yang dihadapi oleh

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga menyebabkan penurunan mutu lingkungan, berupa kerusakan ekosistem yang selanjutnya mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM PADA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk

ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM PADA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk ANALISIS PENERAPAN PSAK 33 ( REVISI 2011) TENTANG AKUNTANSI PERTAMBANGAN UMUM PADA PT BUKIT ASAM (PERSERO) Tbk Evi Dwipuspasari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Program Studi Akuntansi Taufik Hidayat

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI Rima Purnamayani, Jon Hendri, Hendri Purnama, Busyra, Nur Imdah, Salam Lubis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi www.jambi.litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014

PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 RENCANA REKLAMASI PASCA TAMBANG BAHAN GALIAN BATUAN ANDESIT IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 Bahan Galian Batuan Andesit Seluas 11 Ha Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat sebesar 11,78 persen menyumbang terhadap Pendapatan Domestik Bruto BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan sumber daya alam mineral dan bahan tambang yang berperan cukup penting dalam menyumbang penerimaan negara. Tercatat sebesar 11,78 persen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA

PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA PELAKSANAAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BATUBARA D I S A M P A I K A N P A D A : K A J I A N T E K N O L O G I R E K L A M A S I L A H A N P A S C A T A M B A N G B A T U B A R A D I P R O V I N S I

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara 4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penambangan Batubara Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek dari penelitian adalah PT. Bukit Asam Tbk yang ber alamat di Jl. Parigi No.1 Tanjung Enim Sumatera Selatan, kode pos: 31716. Periode penelitian

Lebih terperinci

STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK

STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK STUDI TEKNIS REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG PT BERAU COAL, BERAU, KALIMANTAN TIMUR PROPOSAL KERJA PRAKTEK OLEH M. GHIBRAN ALIEF AKBAR D621 13 019 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis IMPLIKASI KEBIJAKAN Aktivitas pertambangan khususnya tambang batubara yang menerapkan tambang terbuka menyubang kerusakan lingkungan yang sangat besar, sehingga diperlukan langkah yang tepat mulai penyusunan

Lebih terperinci

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG BAB III TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERHADAP LAHAN BEKAS TAMBANG A. Kondisi Lahan Bekas Tambang Batu bara merupakan salah satu sumber energi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan hakekatnya merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dari generasi ke generasi. Sudah sejak lama, komitmen pertambangan

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara:

Disampaikan pada acara: GOOD MINING PRACTICE Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perhitungan Kontribusi Penurunan Beban Pencemaran Lingkungan Sektor Pertambangan DIREKTORAT TEKNIK

Lebih terperinci

RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR

RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR Oleh : Arif Gumilar Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Contact: 085764131445,

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Kegiatan Reklamasi pada Penambangan Kaolin di PT Aneka Kaoline Utama Desa Air Raya Kecamatan Tanjungpandan Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah penambangan batubara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metoda penambangan terbuka

Lebih terperinci

Click to edit Master /tle style

Click to edit Master /tle style Click to edit Master /tle style REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PT TIMAH (Persero) Tbk DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA MEMANTABKAN UPAYA REHABILITASI LAHAN BEKAS TAMBANG MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PELAKSANA

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Perhitungan Biaya Teknis Reklamasi pada Penambangan Batubara di PT. Andalas Bara Sejahtera Desa Merapi, Kecamatan Merapi Barat, Kabupaten Lahat, Provinsi

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Teknis Reklamasi pada Lahan Bekas Penambangan Lempung Tahun Ke 1 Hingga Tahun Ke 5, Di Gombong, Kecamatan Rowokele Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Rencana Teknis Reklamasi Kuari Gamping pada Periode 5 Tahun Pertama di Perusahaan Industri Semen, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa Tengah

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perencanaan Kegiatan dan Biaya Reklamasi Penambangan Batuan Andesit di Gunung Siwaluh, Kampung Bolang, Desa Argapura, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

II. TUJUAN DAN MANFAAT

II. TUJUAN DAN MANFAAT I. PENDAHULUAN Semakin majunya dunia perindustrian dan teknologi membuat kebutuhan sumber daya alam akan semakin meningkat, hal tersebut mengharuskan suatu perusahaan untuk mengolah atau memperoduksi sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan suatu ekosistem hutan yang sangat ideal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi, mempunyai siklus hara yang tertutup, stratifikasi tajuk

Lebih terperinci

ANALISA PerMenhut No. P.60 / Menhut-II / 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan

ANALISA PerMenhut No. P.60 / Menhut-II / 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan ANALISA PerMenhut No. P.60 / Menhut-II / 2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan Oleh : Wahyu Catur Adinugroho ---2010--- P a g e 2 PERMENHUT NO. P.60 / Menhut-II / 2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG PADA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN TANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kegiatan penambangan tidak akan terlepas dari suatu kegiatan penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan dengan masalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG

REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG REKLAMASI BENTUK LAIN PADA LAHAN BEKAS TAMBANG DISAMPAIKAN PADA BIMBINGAN TEKNIS REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1127, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Reklamasi Hutan. Areal Bencana. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI

Lebih terperinci

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit

PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI. Perlakuan Konservasi Tanah (Reklamasi) Guludan. bangku. Guludan - Teras Kredit 2011, No.23 38 LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.04/MENHUT-II/2011 TANGGAL : 14 JANUARI 2011 PENGATURAN BENTUK LERENG DAN PERLAKUAN REKLAMASI - Vegetasi Tetap (Tanaman tahunan) - Hutan Lindung

Lebih terperinci

4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Sejarah Perusahaan Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI, Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi No. 1211 k Tahun 1995 Tentang : Pencegahan Dan Penaggulangan Perusakan Dan Pencemaran Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Umum MENTERI PERTAMBANGAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.48/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN REKLAMASI HUTAN PADA AREAL BENCANA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3.

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 3. GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DI PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

2012, No

2012, No 2012, No.201 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA INDIKATOR

Lebih terperinci

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September ) KONSERVASI TANAH DAN AIR: PEMANFAATAN LIMBAH HUTAN DALAM REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TERDEGRADASI 1) Oleh : Pratiwi 2) ABSTRAK Di hutan dan lahan terdegradasi, banyak dijumpai limbah hutan berupa bagian

Lebih terperinci

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan

Lebih terperinci

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o; L PEI\{DAITULUAIT 1.1 Latar Belakang Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (amanat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton

Lebih terperinci

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang

Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Peraturan Reklamasi dan Pascatambang Ir. Bambang Susigit, MT KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA Contents

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Reklamasi, sistem pot, tumpang sari

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Reklamasi, sistem pot, tumpang sari PERENCANAAN REKLAMASI PADA LAHAN BEKAS PERTAMBANGAN BAUKSIT PT ANEKA TAMBANG UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN, KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT Muhammad Buby Maretio 1, Kiki Priyo Utomo,

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Penilaian Kebehasilan Reklamasi Lahan Bekas Penambangan Batubara di PT Madhani Talatan Nusantar Desa Rantau Nangka, Kecamatan Sungai Pinang, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling

Lebih terperinci

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 78 TAHUN 2010 TENTANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 1 Undang- Undang Nomor 4

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi INTISARI... xiii ABSTRACT... xiv BAB

Lebih terperinci

REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG DI DESA BUKIT MULIA DAN SUMBER JAYA PT AKBAR MITRA JAYA KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG DI DESA BUKIT MULIA DAN SUMBER JAYA PT AKBAR MITRA JAYA KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG DI DESA BUKIT MULIA DAN SUMBER JAYA PT AKBAR MITRA JAYA KABUPATEN TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RECLAMATION OF POST MINE LAND IN BUKIT MULIA AND SUMBER JAYA VILLAGE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambangan batubara menjadi salah satu gangguan antropogenik terhadap ekosistem hutan tropis yang dapat berakibat terhadap degradasi dan kerusakan lahan secara drastis.

Lebih terperinci

Ulfah J. Siregar Irdika Mansur

Ulfah J. Siregar Irdika Mansur Ulfah J. Siregar Irdika Mansur Pendahuluan Kebanyakan areal pertambangan berada pada kawasan hutan konservasi Pada proses penambangan terbuka: -hutan dihilangkan, kemudian -top soil beserta bebatuan lapisan

Lebih terperinci

REKLAMASI DAN PASCATAMBANG

REKLAMASI DAN PASCATAMBANG REKLAMASI DAN PASCATAMBANG WATERMAN SULISTYANA B. Email : waterman.sulistyana@gmail.com KUIS 1. Apakah yang dimaksud dengan REKLAMASI? 20% Mengapa tambang ditutup? 20% 2. Apakah yang dimaksud dengan kegiatan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA

LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA LATIHAN SOAL PRA UTS BAB 2 SEBARAN BARANG TAMBANG DI INDONESIA Kerjakan soal di bawah ini dengan menyilang huruf A,B,C,D, atau E yang kamu anggap benar! 1. Barang tambang yang disebut kastobiolith cair

Lebih terperinci

Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Aspek Pengelolaan Tanah dan Vegetasi

Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Aspek Pengelolaan Tanah dan Vegetasi Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dari Aspek Pengelolaan Tanah dan Vegetasi Oleh : Komarsa G 1,2,B. Barus 1,3 dan Iskandar 1,2 1 Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB 2. Pusat Studi Reklamasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.2 Undang Undang yang Mengatur Reklamasi. dan kegiatan pascatambang adalah Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

BAB III TEORI DASAR. 3.2 Undang Undang yang Mengatur Reklamasi. dan kegiatan pascatambang adalah Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang BAB III TEORI DASAR 3.1 Pengertian Reklamasi Berdasarkan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Pasal 99 Ayat 1 reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH KELOMPOK D. Muhammad Saifudin Satya Wira Nugroho Tulustia Japanesa Clarissa Christio

DISUSUN OLEH KELOMPOK D. Muhammad Saifudin Satya Wira Nugroho Tulustia Japanesa Clarissa Christio MAKALAH PERENCANAAN REKLAMASI LAHAN TAMBANG BATUAN ANDESIT PT DESIRA GUNA UTAMA DI GUNUNG SIWALUH, KAMPUNG BOLANG, DESA ARGAPURA, KECAMATAN CIGUDEG, JAWA BARAT DISUSUN OLEH KELOMPOK D Muhammad Saifudin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak tahun 2012, perekonomian Indonesia mengalami banyak gejolak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak tahun 2012, perekonomian Indonesia mengalami banyak gejolak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak tahun 2012, perekonomian Indonesia mengalami banyak gejolak. Pada tahun 2013, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) turun menjadi di bawah 6% untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan

Lebih terperinci

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan

Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan Aplikasi Website Pendataan dan PelaporanPenggunaan Lahan Pertambangan http://www.djmbp.esdm.go.id/index_dbt.php Latar Belakang 1 2 3 Tujuan Cara Mengakses website Step 1 Step 2 www.themegallery.com Cara

Lebih terperinci

1.1. Metode inventarisasi ditentukan Bahan dan peralatan yang diperlukan disiapkan.

1.1. Metode inventarisasi ditentukan Bahan dan peralatan yang diperlukan disiapkan. SKKNI keputusan Menakertrans no. KEP.122/MEN/V/2011 tentang Penetapan RSKKN Sektor Kehutanan Bidang BPDASPS Sub Bidang Rehabilitasi Dan ReklamasI Hutan Dan Lahan Menjadi SKKNI ================================================================

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 GUBERNUR LAMPUNG KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : G/ j/! /1I.05/HK/2015 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN BIDUP RENCANA KEGIATAN PENAMBANGAN EMAS DAN MINERAL PENGlKUTNYA DI KECAMATAN BARADATU, BANJIT, BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memliki sumber daya alam yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas. Sumberdaya non-migas sendiri

Lebih terperinci

KONSEP IMPLEMENTASI DAN KETERTELUSURAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DENGAN STANDAR KOMPETENSI SDM REKLAMASI HUTAN DAN LAHAN

KONSEP IMPLEMENTASI DAN KETERTELUSURAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DENGAN STANDAR KOMPETENSI SDM REKLAMASI HUTAN DAN LAHAN KONSEP IMPLEMENTASI DAN KETERTELUSURAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DENGAN STANDAR KOMPETENSI SDM REKLAMASI HUTAN DAN LAHAN OLEH : WACHJONO EMAIL: WACHJONO@GMAIL.COM LSP-RINO DISAMPAILAN PADA LOKAKARYA

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR TENTANG REKLAMASI DAN PASCA TAMBANG DISUSUN OLEH : BAGIAN HUKUM SETDA KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam, baik sumberdaya alam yang dapat diperbaharui maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PENANAMAN BAGI PEMEGANG IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DALAM RANGKA REHABILITASI DAERAH ALIRAN SUNGAI Menimbang

Lebih terperinci

Promine Journal, June 2016, Vol. 4 (1), page 34-39

Promine Journal, June 2016, Vol. 4 (1), page 34-39 Penilaian Tingkat Keberhasilan Reklamasi (Permen ESDM No. 7 Tahun 2014) Lahan Bekas Tambang Pit 1 PT Pipit Mutiara Jaya di Kabupaten Tana Tidung Kalimantan Utara (The Assessment Of The Level The Success

Lebih terperinci