RESILIENSI RELAWAN DI PENGUNGSIAN KONFLIK SAMPANG. Oleh: Arianingsih Intan Rahmawati Ika Herani. Abstract
|
|
- Yanti Fanny Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 RESILIENSI RELAWAN DI PENGUNGSIAN KONFLIK SAMPANG Oleh: Arianingsih Intan Rahmawati Ika Herani Abstract Many conflicts happen in Indonesia mostly caused by cultural differences. Conflict of beliefs in Sampang, Madura is one of the incidents in 2012 which is now in the process of recovery. The important factor in the recovery process is the volunteers who have resilience, an ability to endure, survive, and overcome such difficult situations. Therefore, this research is aimed to provide overview about the resilience of the volunteers who are consistently helping Sampang s victim. This research uses case study-qualitative approach of two participants. The data collection methods used are interview, observation, and documentation. Then, the data is analyzed using coding, including open coding, axial coding, and selective coding. The result showed that two participants have the capacities indicating resilience: emotional regulation and impulse control, optimism, causal analysis, empathy, self-efficacy, and reaching out. Also, different intentions are found between two participants. First participant develops resilience caused by the call to help others in need, while the second participant develops resilience caused by the need of personal satisfaction as the result of helping the victims. Though, those different intentions encourage each of them to be consistently helping the victim. Key words: resilience, volunteer, Sampang s conflict Abstrak Beragam konflik terjadi di Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan budaya. Konflik antar aliran di Sampang, Madura merupakan salah satu konflik pada tahun 2012 yang sampai saat ini masih dalam proses pemulihan. Faktor yang berperan penting dalam proses pemulihan tersebut adalah relawan yang resilien, memiliki kapasitas untuk pulih dan kemampuan bertahan dalam kondisi yang sulit. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang resiliensi relawan yang masih bertahan dalam membantu korban konflik Sampang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang melibatkan dua subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan koding berupa koding terbuka, koding aksial, dan koding selektif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek memiliki kemampuan yang menggambarkan adanya resiliensi yaitu: regulasi emosi dan kontrol impuls, sikap optimis, kausal analisis, empati, self-efficacy, dan reachingout pada diri subjek. Selain itu, ditemukan intensi yang berbeda pada kedua subjek. Subjek pertama mengembangkan sikap resilien karena adanya keinginan untuk berguna bagi orang lain dan pada subjek kedua ditemukan kebutuhan untuk merasakan kepuasan diri secara personal dengan membantu orang lain. Meskipun demikian, intensi yang berbeda tersebut yang mendorong kedua subjek untuk tetap bertahan menolong korban pengungsian. Kata Kunci: resiliensi, relawan, Konflik Sampang 1
2 Latar Belakang Sampang merupakan salah satu daerah kabupaten di Pulau Madura. Daerah ini merupakan salah satu daerah pesisir Indonesia yang kaya akan hasil laut. Karena demografis daerah ini adalah daerah pesisir, maka keadaan di Sampang sangat kering, panas, dan penuh batuan kapur, sehingga penduduk Sampang juga banyak yang bermatapencaharian sebagai petani tembakau. Selain menjadi daerah yang terkenal akan hasil laut dan komoditas tembakaunya, daerah ini merupakan salah satu daerah rawan konflik di Indonesia. Walaupun mayoritas masyarakatnya memeluk agama Islam, namun konflik antar aliran sesama umat Islam masih sering terjadi di Sampang seperti konflik antar aliran Syiah dan Sunni (Syahputra, 2012). Mulai tahun 2011 sudah terjadi kasus Sampang 1 dimana kaum minoritas yaitu Syiah mengalami diskriminasi yang terjadi di desa Karanggayam. Setelah kasus Sampang 1 mereda, pada tahun 2012 akhir Agustus terdapat pembakaran 2 desa di Karanggayam yang dilakukan oleh kelompok Sunni pada fasilitas pemeluk Syiah, sehingga mereka terpaksa mengungsi di Gedung Olahraga Sampang. Realitas kemanuasiaan ini menggugah banyak lembaga baik pemerintahan maupun non-pemerintahan (LSM) maupun lembaga yang lain seperti Universitas dan lembaga independen untuk turut serta membantu permasalahan di Sampang, sehingga banyak relawan yang turut serta dalam membantu proses pemulihan dan pengaturan pengungsi di dalam GOR Sampang. Relawan bergerak atas misi kemanusiaan dan Hak asasi Manusia (Wawancara dan Observasi, 1 September 2012). Relawan ini datang dari berbagai daerah baik relawan lokal daerah Sampang dan Madura serta dari daerah lainnya seperti Surabaya, Malang, Semarang, dan lainnya (Wawancara dan Observasi, 1 September 2012). Relawan yang ada saat ini sangat terbatas jumlahnya dan logistiknya. Banyak relawan dari lembaga dan kelompok sosial lainnya yang sudah tidak bertahan dikarenakan adanya berbagai tekanan yang dirasakan relawan. seperti adanya kecurigaan dari aparat yang berwenang dan masyarakat sekitar, kejenuhan atas kegiatan yang monoton, beban kerja yang bertambah, dan lainnya (Wawancara dan Observasi, 1 September 2013). Jika dilihat dari besarnya kemungkinan relawan mengalami tekanan, maka sudah menjadi kebutuhan bila 2
3 organisasi relawan yang ada mengambil langkah-langkah sistematis untuk mengurangi stres anggotanya (Halimah & Widuri, 2012). Beban kerja yang berlebihan berkaitan dengan tugas pendampingan yang dilakukan, pertemuan dengan korban yang mengalami trauma, dan banyaknya kasus yang harus ditangani dapat memberikan efek negatif pada para relawan. Disadari ataupun tidak, penanganan terhadap korban yang mengalami trauma dapat membawa dampak emosional yang signifikan pula bagi relawan yang mendampinginya (Halimah & Widuri, 2012). Salah satu yang mempengaruhi tingkat stres relawan di pengungsian adalah adanya resiliensi pada masing-masing individu. Resiliensi merupakan kemampuan individu dalam mengatasi tantangan hidup serta mempertahankan kesehatan dan energi yang baik sehingga dapat melanjutkan hidup secara sehat (Setyowati, 2010). Sudaryono (2007) menjelaskan bahwa orang yang resilien tahu bagaimana harus menghadapi suatu masalah dan menemukan penyelesaiannya. Mereka tetap berkembang walaupun lingkungan berubah terubah terus-menerus dan mereka dapat beradaptasi dengan cepat serta mau belajar dari pengalaman. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana gambaran resiliensi relawan yang masih bertahan di GOR Sampang, termasuk di dalamnya bagaimana upaya relawan mengembalikan semangat ketika menghadapi kejenuhan dan berbagai masalah di pengungsian. Rumusan Masalah Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran resiliensi relawan yang masih bertahan di pengungsian konflik Sampang? Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah gambaran resiliensi relawan yang masih bertahan di pengungsian konflik Sampang. 3
4 Kajian Pustaka A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Resiliensi merupakan aspek positif yang dimiliki oleh setiap individu. Menurut Ong (Rinaldi, 2010), resiliensi adalah keberhasilan menyesuaikan diri terhadap tekanan yang terjadi. Penyesuaian diri menggambarkan kapasitas untuk membangun hasil positif dalam peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau kapasitas untuk pulih dengan cepat dari stresor lingkungan. Penyesuaian diri adalah membangun daya tahan dan mempertahankan batas antara tingkat emosi positif dan negatif yang menggambarkan kekuatan yang mendasari individu dalam kelenturan menyesuaikan diri. Resiliensi merupakan suatu proses dinamis yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk beradaptasi dan berhasil dalam mengatasi tekanan yang kronis dan kesengsaraan. (Reivich&Shatte, 2002). 2. Tujuh Kemampuan yang Menggambarkan Resiliensi Menurut Reivich dan Shatte (2002), terdapat tujuh kemampuan yang menunjukkan adanya resiliensi, yaitu: a. Regulasi Emosi (Emotional Regulation) Kemampuan untuk tetap terkondisi dan tenang dalam mengahadapi berbagai masalah dan tekanan. Individu mampu menunjukkan ekspresi emosi yang tepat dalam menghadapi masalah yang ada. b. Kontrol Impuls (Impulse Control) Kontrol impuls sangat berkaitan erat dengan regulasi emosi. Pengendalian impuls ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengontrol keinginan, dorongan, dan tekanan dari dalam diri. c. Optimistik (Optimism) Keyakinan akan kehidupan dan keadaan yang lebih baik dan masalah hanya sementara. Individu yang optimis memiliki harapan terhadap masa depan dan keyakinan bahwa ia mampu mengontrol dan mengarahkan hidupnya ke arah yang lebih baik. Individu ini akan cenderung lebih produktif, lebih sehat, dan bahagia karena tidak mudah putus asa. 4
5 d. Analisis Kausal (Causal Analysis) Kemampuan mengidentifikasikan secara tepat atau menganalisa penyebab masalahmasalah yang sedang dihadapi sehingga tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Cara berpikir yang fleksibel menempatkan individu lebih mudah menyesuaikan diri dengan masalah yang ada. e. Empati (Empathy) Adanya kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Menggambarkan sebaik apa seseorang melihat petunjuk dari orang lain berkaitan dengan kondisi emosional orang lain tersebut. f. Self-Efficacy Menunjukkan adanya kepercayaan atau keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi. Semakin sering individu dapat memecahkan masalahnya dengan baik, maka keyakinan dirinya akan meningkat. g. Reaching Out Menggambarkan adanya kemampuan untuk mengambil hikmah atau makna dari setiap peristiwa atau masalah yang dihadapi. Menunjukkan adanya keberanian untuk melihat masalah sebagai tantangan bukan ancaman dan adanya kemampuan pada seseorang untuk mencapai keberhasilan di dalam hidupnya. B. Relawan Slamet (2009) mengemukakan relawan adalah orang yang tanpa dibayar menyediakan waktunya untuk mencapai tujuan organisasi, dengan tanggung-jawab yang besar atau terbatas, tanpa atau dengan sedikit latihan khusus, tetapi dapat pula dengan latihan yang sangat intensif dalam bidang tertentu, untuk bekerja sukarela membantu tenaga profesional. Relawan tidak tergantung dari asal kelompok masyarakat maupun wilayah tertentu karena relawan tidak memperjuangkan kepentingan kelompok, agama, maupun wilayah tertentu (Halimah & Widuri, 2012). 5
6 C. Konflik 1. Pengertian Konflik Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang beragam, mulai perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem hukum, bangsa, suku, agama, ras, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan tujuan hidupnya (Wirawan, 2010). Konflik terjadi karena adanya perbedaan atau pertentangan kepentingan, nilai, kepercayaan, dan perbedaan lain antar individu maupun kelompok. 2. Konflik Sampang Konflik Sampang merupakan pertentangan yang terjadi atas adanya perbedaan keyakinan dalam hal ini adalah kelompok Sunni dan Syiah. Perbedaan ini pada dasarnya sudah lama berlangsung di Sampang tetapi baru terjadi pergolakan yang cukup kuat pada tahun 2011 dan Konflik ini mengisukan tentang adanya penyimpangan ajaran Islam yang dilakukan oleh kelompok Syiah sehingga menimbulkan kegelisahan masyarakat Sampang yang religius (Syahputra, 2012). Walaupun konflik ini berakar pada perbedaan aliran keyakinan, namun pada kasus Sampang 2012 hal ini dipicu oleh masalah pribadi (Antara, 2012). Puncak dari konflik ini adalah adanya pembakaran yang dilakukan oleh kelompok Sunni pada rumahrumah penganut ajaran Syiah di desa Karanggayam dan desa Bluuran Kabupaten Sampang pada 26 Agustus Akibat dari pembakaran ini adalah terdapat 2 orang yang tewas, dan sekitar 250 orang mengungsi di GOR Sampang (Ainun, 2012). D. Resiliensi Relawan di Pengungsian Konflik Sampang Resiliensi merupakan sutau kemampuan individu untuk mengatur atau mengontrol emosi serta daya lenting atau kemampuan untuk pulih sehingga ia dapat bangkit dari masalah atau stress yang ia hadapi dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Pada relawan yang masih bertahan di daerah konflik Sampang merupakan relawan yang pantang menyerah dan tidak mudah putus asa. Mereka memiliki motivasi yang kuat sehingga masih bertahan untuk membantu pengungsi Sampang. Enrehreich dan Elliot (2004) dalam studinya menemukan banyak relawan yang telah kembali dari tugas ternyata tidak mendapatkan dukungan simpatik terhadap distres yang mereka alami. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya 6
7 penanganan psikologis terhadap relawan. Padahal relawan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pemulihan daerah bencana dan konflik. Oleh karena itu, penting diketahui bagaimana resiliensi mereka sehingga mampu bertahan di daerah konflik yang dapat secara fisik dan psikologis membahayakan mereka karena di bawah lingkungan yang tidak aman dan berubah-ubah. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian kualitatif yang didasarkan pada suatu kasus tertentu, fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut tanpa ada upaya untuk menggeneralisasinya (Poerwandari, 2009). Fokus penelitian ini adalah melihat gambaran resiliensi relawan yang masih bertahan di GOR Sampang, Madura. Teknik pengambilan subjek menggunakan purposeful sampling, dengan criteria subjek sebagai berikut: a. Relawan yang berada di dalam GOR Sampang b. Menjadi relawan sejak kasus Sampang 1 yaitu Desember 2011 sampai kasus Sampang 2, bulan Agustus sampai saat ini. c. Mengetahui seluk-beluk konflik Sampang 1 dan 2 dan kondisi di dalam maupun di luar pengungsian Sampang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi. Kemudian untuk analisa data menggunakan teknik coding dengan menggunakan open coding, axial coding, dan selective coding. Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa MH dan DP merupakan relawan yang membantu proses pemulihan kasus Sampang sejak tahun Pada kedua subjek ditemukan ketujuh kemampuan yang menunjukkan resiliensi yaitu: regulasi emosi dan kontrol impuls, kemampuan analisis kausal, sikap optimis dan empati terhadap orang lain, memiliki selfefficacy di dalam diri mereka, serta kemampuan untuk memaknai dan mengambil hikmah atas setiap masalah yang mereka hadapi (reaching out). Selain itu, terdapat motif yang berbeda pada kedua subjek untuk menjadi relawan yaitu: MH menjadi relawan karena adanya 7
8 rasa kemanusiaan dan keinginan untuk berguna bagi orang lain sedangkan pada subjek DP yang sudah seringkali menjadi relawan memiliki motif untuk merasakan kembali kepuasankepuasan personal yang subjek dapatkan dengan membantu orang lain. MH dan DP memiliki beban tugas dan tanggung-jawab yang berbeda di dalam pengungsian, namun keduanya sama-sama merasakan banyaknya tekanan dari pihak lain serta rasa jenuh yang terjadi akibat kegiatan yang monoton. Meskipun demikian mereka memiliki strategi masing-masing untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi sehingga mereka tetap bertahan di pengungsian Sampang. Pembahasan Resiliensi merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu. Reivich & Shatte (2002) menjelaskan bahwa resiliensi merupakan suatu proses dinamis yang mempengaruhi kapasitas seseorang untuk beradaptasi dan berhasil dalam mengatasi tekanan yang kronis dan kesengsaraan. Oleh karena itu, setiap orang memiliki tingkat resiliensi yang berbeda-beda tergantung pada setiap karakteristik masing-masing individu dan pengalamannya. Seperti halnya para relawan yang berada di Sampang, mereka memiliki tingkat resiliensi yang berbeda-beda sehingga ada yang mampu bertahan dan tidak sedikit yang menyerah. Relawan yang berada di lingkungan konflik Sampang mengalami banyak tekanan di daerah konflik yang masih belum jelas penyelesaiannya. Oleh karena itu, banyak relawan yang memilih untuk tidak kembali membantu di Sampang. Namun, masih terdapat beberapa relawan yang bertahan baik relawan seperti MH dan DP. MH dan DP memiliki resiliensi yang digambarkan dari kemampuan-kemampuan dasar yang dimiliki subjek yang menggambarkan resiliensi yaitu adanya regulasi emosi dan kontrol impuls, sikap optimis, kemampuan analisis kausal, empati, self-efficacy, dan reaching out. Ketujuh kemampuan tersebut menggambarkan bagaimana subjek mampu menghadapi masalah dan tekanan yang ada sebagai wujud dari tantangan serta mendapatkan makna yang positif yang dapat memberikan kepuasan dan mengubah hidup mereka menjadi individu yang lebih baik dengan menolong orang lain. 8
9 Relawan seringkali terlalu terikat dengan korban dan merasa bertanggung-jawab penuh untuk menanggulangi masalah korban. Berkaitan dengan hal tersebut adalah adanya vicarious trauma yang seringkali dialami oleh relawan setelah selesai dari tugasnya. Pearlman& McKay (Halimah&Widuri, 2011) menjelaskan bahwa vicarious trauma adalah proses perubahan yang terjadi karena rasa peduli yang berlebihan pada orang lain yang sedang terluka (sakit) dan merasa bertanggung-jawab untuk segera menolong mereka, dari waktu ke waktu, proses ini dapat berdampak pada perubahan psikis, fisik, dan kesejahteraan spiritual. Relawan di daerah konflik dengan banyaknya tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan juga sangat rentan untuk mengalami vicarious trauma. Oleh karena itu, resiliensi individu yang merupakan kemampuan diri yang dimiliki oleh seseorang akan menentukan apakah individu tersebut akan mampu menyesuaikan diri atau malah menjadi korban tidak langsung dari suatu konflik. MH dan DP menunjukkan sikap bahwa ia masih mampu untuk mengatur sikapnya dan meregulasi emosinya sehingga ia tidak terlalu berlebihan dalam menyikapi suatu persoalan di pengungsian. Selain itu, MH dan DP tahu apa yang harus ia lakukan untuk menyalurkan emosi yang mereka rasakan. Hal ini menunjukkan bahwa strategi mengatasi emosi sangat penting dimiliki oleh individu sehingga tidak terjebak dalam perasaan emosional yang mendalam dan mengalami vicarious trauma. Oleh karena itu pada dasarnya resiliensi individu berkaitan dengan karakteristik dan pengalaman individu. Bagaimana cara individu tersebut menghadapi dan memandang suatu masalah sebagai suatu tantangan sehingga individu mampu bangkit dari suatu masalah yang ia hadapi dan justru meningkatkan kualitas hidup individu. Resiliensi dapat ditingkatkan dan dipelajari sehingga setiap orang mampu memiliki resiliensi yang baik. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa terdapat motif yang berbeda di antara kedua subjek. MH mengabdikan diri agar menjadi individu yang berguna bagi orang lain terutama bagi orangorang di sekitarnya yang subjek anggap saudara. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Compton, 2005:...people tend to report feeling happier when they pursued goals that had meaning for them personally...if one of those goals was to be more involved in their communities, then people also tended to feel greater well-being. 9
10 Pernyataan di atas menjelaskan bahwa setiap orang mendapatkan keberhasilan dalam hidupnya akan lebih berbahagia untuk dirinya sendiri. Namun, ketika keberhasilan tersebut dibagi dengan orang lain atau di dalam suatu kelompok atau komunitas, maka individu akan merasa jauh lebih baik dan terjadi peningkatan well-being. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran bahwa berada di dalam kelompok akan meningkatkan kesadaran untuk saling berbagi. Oleh karena itu, inilah yang mendorong MH untuk menjadi relawan, dengan menjadi bagian dari suatu komunitas atau kelompok, maka sujek akan menjadi lebih dihargai dan lebih berguna karena dapat saling berbagi dan saling membantu. Meskipun motif atau intensi yang mendorong DP dan MH berbeda dalam menjadi relawan, namun kedua motif tersebut yaitu: berguna bagi orang lain maupun kepuasan personal mengarah kepada perbaikan hidup yang lebih baik menuju subjective well-being. Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang lebih bermakna dari sekedar merasa senang. Hal ini juga ditunjang oleh kekuatan-kekuatan khas dan resiliensi individu sebagai karakter personal individu yang mampu mendorong mereka menjadi individu yang lebih baik. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan a. Relawan konflik Sampang memiliki ketujuh kemampuan yang menggambarkan resiliensi yaitu regulasi emosi dan kontrol impuls, optimistik, kemampuan analisis kausal, empati, self-efficacy, dan reaching out, sehingga mereka dapat dikatakan sebagai individu yang resilien, yang mampu bertahan di dalam kondisi yang tidak menentu dan mendapatkan hikmah dari setiap kesulitan yang dihadapi. b. Relawan menggambarkan kemampuan regulasi emosi dan kontrol impuls dengan adanya kontrol emosi dan pengalihan ekspresi emosi yang tepat ketika berada di pengungsian. c. Relawan juga memiliki kemampuan analisis kausal mereka berdasarkan kemampuan melihat apa yang menjadi penyebab masalah dan memiliki strategi-strategi yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. d. Relawan memiliki sikap empati dan optimis dimana mereka memiliki keyakinan akan penyelesaian masalah sehingga mampu memahami keadaan pengungsi dan membantu mereka. 10
11 e. Relawan juga memiliki kepercayaan terhadap diri mereka sendiri bahwa mereka bisa membantu pengungsi dengan optimal yang menunjukkan adanya self-efficacy. f. Selain itu, relawan mampu memaknai dan mengambil hikmah dari setiap masalah yang mereka hadapi di pengungsian walaupun terdapat alasan yang berbeda dalam membantu. Hal ini menggambarkan adanya Reaching Out pada kedua subjek. g. Relawan mampu menjaga kesehatan fisik dan psikologis mereka yang tergambar dalam 7 kemampuan resiliensi sehingga terhindar dari vicarious trauma, yaitu trauma yang seringkali terjadi akibat tanggung-jawab berlebih yang dirasakan oleh relawan. h. Selain itu, ditemukan kekuatan khas yang dimiliki oleh masing-masing relawan seperti keberanian, bersyukur, harapan, kemanusiaan dan cinta, dan lainnya sehingga mendukung mereka untuk tetap bertahan. B. Saran 1. Setiap individu yang ingin menjadi relawan hendaknya mengikuti pelatihan resiliensi terlebih dahulu, sehingga setiap orang mendapatkan gambaran akan apa yang akan dihadapi dan bagaimana mengatur emosi dengan baik sehingga terhindar dari vicarious trauma dan masalah lainnya. 2. Adanya penelitian yang lebih beragam mengenai relawan sehingga penanganan psikologis terhadap relawan menjadi lebih terorganisasi dengan baik. 3. Bantuan untuk bencana alam maupun konflik sebaiknya menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan korban dan relawan. Daftar Pustaka Abarbanel, Janice. (2010). Moving With Emotional Resilience Between And Within Cultures. Journal of Health and Social Behaviour, 15, Ainun, Yatimul. (2012). Penyelesaian Konflik Sampang Kuncinya Ada di Kyai Madura. Diakses tanggal 20 November 2012, dari Anonymous. (2012). Konflik Sampang Bukan Sunni Lawan Syiah. Diakses tanggal 20 November 2012, dari 11
12 Bernard. (2008). Emotional Resilience. Journal of Experimental Social Psychology, 27, Compton, William C. (2005). Introduction To Positive Psychology. United States of America: Thomson Wadsworth Publishing. Ehrenreich, J.H & Elliot, T.L. (2004). Managing Stress in Humanitarian Aid Workers: A Survey of Humanitarian Aid Agencies Psychosocial Training and Support of Staff. Journal of Peace Psychology, 10(1), 5-66 Gross, J.J., & Thompson, R.A. (2006). Emotion regulation: Conceptual Foundations. Handbook of emotion regulation. New York: Guilford Press. Halimah, Siti Nur., & Widuri, Erlina Listyanti.(2011). Vicarious Trauma Pada Relawan Bencana Alam. Jurnal Humanitas,IX(1) Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika Meier, Stephen., & Stutzer, Alois. (2004). Is Volunteering Rewarding Itself?. Journal of Personality and Social Psychology, 66, Miles, Matthew B., & Hubermen, Michael A. (1992). Analisis Data Kualitatif. (diterjemahkan oleh: Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Pickett, G.Y. (1998). Therapist in Distress: An Integrative Look at Burnout, Secondary Traumatic Stress and Vicarious Traumatization. Disertasi, tidak diterbitkan, University of Missouri-St. Louis. Poerwandari, Kristi. (2009). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Rehberg, W. (2005). Altruistic individualists: Motivations for international volunteering among young adults in Switzerland. International Journal of Voluntary and Nonprofit Organizations, 16(2), Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills For Overcoming Life's Inevitable Obstacles. New York: Random House, Inc. Rinaldi. (2010). Resiliensi Pada Masyarakat Kota Padang Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi 3(2) Seligman, Martin E.P. (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif. (diterjemahkan oleh: Eva Yulia Nukman). Bandung: Mizan Setyowati, Ana. (2010). Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Resiliensi Pada Siswa Penghuni Rumah Damai. Jurnal Kapai Edisi 43. Diakses tanggal 20 November 2012, dari 12
13 Slamet, M. (2009). Voluntary Organization. Diakses tanggal 19 November 2012, dari margonoipb.files.wordpress.com/2009/03/8. volunteersm.ppt. Sudaryono. (2007). Resiliensi dan Locus of Control: Guru dan Staf sekolah Pasca Gempa. Jurnal Kependidikan, XXXVII(1). Syahputra, Anugrah Roby. (2012). Melacak Akar Konflik Sampang. Diakses tanggal 20 November 2012, dari Wirawan. (2010). Konflik dan Manajemen Konflik: Teori, Aplikasi, dan Penelitian. Jakarta: Salemba Humanika 13
RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG
JURNAL MEDIAPSI VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2015, HAL 51-58 RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG Bima Pusaka Semedhi, Sumi Lestari, Nur Hasanah bimapusakasemedhi@yahoo.com Program Studi Psikologi, Fakultas
Lebih terperinciEFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI
EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI Ayu Rahmawati Permatasari, Jati Ariati Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 sariarp93@gmail.com
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1
RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciSTUDI MENGENAI RESILIENSI REMAJA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Disusun Oleh. Dian Sartika Sari
STUDI MENGENAI RESILIENSI REMAJA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL Disusun Oleh Dian Sartika Sari 190110100098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014 ABSTRAK ABSTRAK Dian Sartika Sari. 190110100098. Studi
Lebih terperinciGAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU Sherty Amelia Enikarmila Asni Daviq Chairilsyah shertyamelia@yahoo.co.id ABSTRACT : Resilience is
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi penyalahguna narkoba saat ini sudah mencapai 3.256.000 jiwa dengan estimasi 1,5 % penduduk Indonesia adalah penyalahguna narkoba. Data yang diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup
Lebih terperinciPengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah
Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah Nama : Gemi Arthati NPM : 13513674 Pembimbing : Mimi Wahyuni. Jurusan Psikologi 2016 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan
Lebih terperinciRizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari
HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA MAHASISWA KEPERAWATAN YANG SEDANG MENYUSUN SKRIPSI DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA Rizki Ramadhani Fakultas Psikologi Universitas
Lebih terperinciSukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT
Resiliensi Resilience of Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 1 Departement of Nursing/Baiturrahim School of Health Science 2 Departement of Nursing/Baiturrahim School
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Reivich dan Shatte (2000) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, beradaptasi terhadap sesuatu yang menekan, mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan serta kondisi sulit lainnya. Hal ini sesuai dengan yang
Lebih terperinciGAMBARAN RESILIENSI PADA MANTAN PECANDU NARKOBA SKRIPSI. Oleh: David Ruben Samuel Parningotan Sitompul NIM:
GAMBARAN RESILIENSI PADA MANTAN PECANDU NARKOBA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pada Program Studi Psikologi Oleh: David Ruben Samuel Parningotan Sitompul
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Menurut Smet (1994, dalam Desmita, 2009) istilah resiliensi pertama kali dikenalkan oleh Redl pada tahun 1969 dan digunakan untuk menggambarkan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From
DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Nur Fitri, (2015). Resiliensi Pada Istri yang Mengalami Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Retrivied from Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjalani kehidupan profesional di dunia modern yang serba cepat seperti saat ini merupakan sebuah tantangan hidup. Selain tuntutan untuk mampu bertahan dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciResiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT
Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT 13512371 Latar belakang 1. Perilaku Merokok & Minum Alkohol : Lebih banyak terjadi pada kaum laki - laki
Lebih terperinciVICARIOUS TRAUMA PADA RELAWAN BENCANA ALAM. Abtract
VICARIOUS TRAUMA PADA RELAWAN BENCANA ALAM Siti Nur Halimah & Erlina Listyanti Widuri Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No 9 Yogyakarta erlina_psiuad@yahoo.co.id. Abtract The purpose
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitain ini adalah penelitian kualitatif. Herdiansyah menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitain ilmiah yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita jumpai beberapa kasus pembunuhan. Seolah tidak asing lagi dengan peristiwa kejahatan itu, media meliput berita pembunuhan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012 Roy Silitonga, Sri Hartati *) Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Resiliensi a. Pengertian Resiliensi Secara etimologis resiliensi diadaptasi dari kata dalam Bahasa Inggris resilience yang berarti daya lenting atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,
Lebih terperinci"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Menjalani kehidupan sebagai ODHA yang
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANAK AUTIS SKRIPSI
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANAK AUTIS SKRIPSI OLEH : Jessica Sutanto NRP: 7103010019 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 2017 DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP ANAK AUTIS
Lebih terperinciHUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo
HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
RESILIENSI PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat
Lebih terperinciTINGKAT RESILIENSI MASYARAKAT DI AREA RAWAN BENCANA. The Level of Community Resilience in Disaster Prone Area
ISSN : 2087-2879, e-issn : 2580-2445 TINGKAT RESILIENSI MASYARAKAT DI AREA RAWAN BENCANA The Level of Community Resilience in Disaster Prone Area Budi Satria 1*, Mutia Sari 2 1 Fakultas Keperawatan, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciWELLBEING, PERAWATAN DIRI, DAN KEAMANAN TERPADU
WELLBEING, PERAWATAN DIRI, DAN KEAMANAN TERPADU Berawal dari diri sendiri Mengapa penting? Apa itu wellbeing? Dalam bahasa, wellbeing diterjemahkan sebagai kesejahteraan yang sebelumnya dikenal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebahagiaan adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang. Setiap orang memiliki harapan-harapan yang ingin dicapai guna memenuhi kepuasan dalam kehidupannya. Kebahagiaan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEDINASAN
Jurnal Penelitian Psikologi 2016, Vol. 07, No. 02, 59-76 HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES PADA MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEDINASAN Fakultas Psikologi Universitas YARSI Abstrak : Mahasiswa sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan hidup manusia selalu di mulai dari berbagai tahapan, yang di mulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau
Lebih terperinci2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PERTENGAHAN PASCA PUTUS CINTA DI SMAN 20 BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciRANCANGAN INTERVENSI SELF ESTEEM DALAM RANGKA BERELASI INTIM HETEROSEKSUAL PADA ODAPUS WANITA DEWASA AWAL
RANCANGAN INTERVENSI SELF ESTEEM DALAM RANGKA BERELASI INTIM HETEROSEKSUAL PADA ODAPUS WANITA DEWASA AWAL TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Magister Profesi Psikologi Program
Lebih terperinciStudi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung 1 Yuanita Carolina Permata, 2 Milda Yanuvianti
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101
Lebih terperinciProfil Resiliensi Kepala Keluarga yang Menjadi Korban Banjir di Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Dyah Titi S; Detri Sefianmi; Angeria Mentari
Profil Resiliensi Kepala Keluarga yang Menjadi Korban Banjir di Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung Dyah Titi S; Detri Sefianmi; Angeria Mentari ABSTRAK Kepala keluarga yang menjadi korban banjir di Desa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA IBU DENGAN ANAK PENYANDANG TUNA RUNGU. Ummi Kulsum. Mahasiswa: Psikologi/ FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur
FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA IBU DENGAN ANAK PENYANDANG TUNA RUNGU Ummi Kulsum Mahasiswa: Psikologi/ FISIP Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur ABSTRACT This study aim to understand and know factors
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasilasional bentuk bivariate, yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu
9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung
Lebih terperinciGAMBARAN RESILIENSI PADA MUSLIMAH DEWASA MUDA YANG MENGGUNAKAN CADAR (THE RECILIENCY AMONG YOUNG ADULTHOOD VEIL MOSLEM WOMEN) SKRIPSI
GAMBARAN RESILIENSI PADA MUSLIMAH DEWASA MUDA YANG MENGGUNAKAN CADAR (THE RECILIENCY AMONG YOUNG ADULTHOOD VEIL MOSLEM WOMEN) SKRIPSI Mira Rizki Wijayani 0803001109 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONESIA
Lebih terperincimelihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) telah tumbuh dengan pesat di Indonesia saat ini. Juru Bicara Kemendagri Raydonnyzar Moenek mengatakan jumlah LSM di Indonesia yang
Lebih terperinciOLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA Letkol Laut (K/W) drg. R. Bonasari L.T, M.Si Dikum Terakhir : Magister Sains Psikologi UI Jakarta Dikmil Terakhir
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Prastowo) mendiskripsikan penelitian kualitatif sebagai sebuah metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prestasi belajar siswa yang baik dan terus meningkat merupakan keinginan setiap individu. Siswa sekolah menengah dengan usia remajanya akan merasakan kebanggaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang selalu mengharapkan kehidupan yang bahagia. Salah satu bentuk kebahagiaan itu adalah memiliki anak yang sehat dan normal, baik secara fisik maupun mental.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Resiliensi 2.1.1. Definisi resiliensi Definisi resiliensi masih menjadi perdebatan oleh para ahli. Banyak ahli yang memandang definisi resiliensi sebagai suatu proses, atau sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL
1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com
Lebih terperinciResiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng
Resiliensi pada Narapidana Laki-laki di Lapas Klas 1 Medaeng Muhammad Riza Ike Herdiana Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study is useful to look at the dynamics of resilience
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
Lebih terperinciSTUDENT WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA PADA SISWA KELAS IV-VI SD KATOLIK SANTA CLARA SURABAYA SKRIPSI
STUDENT WELL-BEING DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA PADA SISWA KELAS IV-VI SD KATOLIK SANTA CLARA SURABAYA SKRIPSI OLEH: Silviany Chezia S NRP: 7103013035 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala
Lebih terperinciHubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari
Hubungan antara Gaya Regulasi Motivasi dengan Psychological Well Being pada Mahasiswa Bidikmisi Fakultas Ilmu Budaya Unpad Novita Purnamasari Dibimbing Oleh : Dr.Ahmad Gimmy Prathama Siswandi, M.Si ABSTRAK
Lebih terperinciRESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X
RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA
LAPORAN PENELITIAN PERILAKU BERHUTANG DENGAN PERASAAN SENANG PADA MAHASISWA Oleh : Mohamad Iksan NIS : 151095156 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG 2015
Lebih terperinciRELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY
1 RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY Brian Shendy Haryanto, Sri Hartati Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro brianlagiapa@gmail.com
Lebih terperinci"Problems? I Have Lots of Ways to Face It Coping Strategies of Christian Immigrant in Bali to Solve Their Problem
"Problems? I Have Lots of Ways to Face It Coping Strategies of Christian Immigrant in Bali to Solve Their Problem Ni Made Dyah S. Pradnyadari, Cok Istri Ratna P.M. Sukawati, Yohanes K. Herdiyanto, David
Lebih terperinciPENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA
PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian
Lebih terperinciMakalah Analisis Kasus : Bencana Merapi. Disusun oleh : Carissa Erani
Makalah Analisis Kasus : Bencana Merapi Disusun oleh : Carissa Erani 190110080106 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011 BAB I Ilustrasi Kasus Kasus : Letusan Gunung Merapi yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebelum revolusi industri, yang bertanggung jawab mencari uang untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga adalah laki-laki, sedangkan seorang perempuan dewasa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Shatte dan Reivich (2002) mneyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan
BAB II LANDASAN TEORI II.A Resilience II.A.1 Pengertian Resilience Shatte dan Reivich (2002) mneyebutkan bahwa resilience adalah kemampuan untuk berespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi rintangan
Lebih terperinciGAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL
GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL Oleh: HALDILA LINTANG PALUPI 802008039 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH
HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh: ARRIJAL RIAN WICAKSONO F 100 090 117 Kepada : FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciStudi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung
Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Studi Deskriptif Psychological Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Penderita Autism yang Bersekolah Di SLB-C YPLB Bandung 1 Rahmadina Haturahim, 2 Lilim Halimah 1,2
Lebih terperinciALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : IKA IRYANA F.100110078 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan bangsa. Dengan adanya pendidikan, anak-anak diasah melalui seperangkat pengetahuan untuk
Lebih terperinciMewujudkan Kebahagiaan di Masa Lansia dengan Citra Diri Positif *
Mewujudkan Kebahagiaan di Masa Lansia dengan Citra Diri Positif * Oleh Adi Heryadi ** Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan. dalam setiap perkembangannya, pasti akan mengalami perubahan, baikk
Lebih terperinciGAMBARAN PENERIMAAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS SKRIPSI
GAMBARAN PENERIMAAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI OBESITAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Begitu banyak anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki atribut fisik dan/atau kemampuan belajar yang berbeda dari anak normal, sehingga membutuhkan program individual dalam
Lebih terperinciKesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan
Lebih terperinciRESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN
RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN Rahayu Rezki Anggraeni Dosen Pembimbing Ibu Ni Made Taganing, Spsi., MPsi. Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma, 2008
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu para remaja harus memiliki bekal yang baik dalam masa perkembangannya. Proses pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya kemajuan dibidang pendidikan sekarang ini, menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah. Persaingan antar sekolah
Lebih terperinciFOCUSED. Memperoleh SKRIPSI. Disusun oleh: Mutiara Nandini M2A SEMARANG
HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA TARUNA TINGKAT III AKADEMI KEPOLISIAN SEMARANG Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Kelas Karyawan
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Resiliensi Pada Mahasiswa Tahun Pertama Program Kelas Karyawan 1. Pengertian Resiliensi Reivich & Shatte (2003) mendefinisikan resiliensi ialah kemampuan untuk mengatasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, mahasiswa menempati strata paling tinggi yang diharapkan mampu menjadi sumber daya manusia unggul untuk menjawab persoalanpersolan yang ada,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL CINTA 2 KODI KARYA ASMA NADIA Lisa Novrianti, Aruna Laila, Ricci Gemarni Tatalia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera
Lebih terperinciJurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM
SISTEM PENGELOLAAN KELAS OLEH GURU SOSIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 MANIANGPAJO KABUPATEN WAJO Muhammad Ferdhy Asdana Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN. ABSTRAK iii. ABSTRACT.. iv KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL.. xiv. 1.1 Latar Belakang Masalah..
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran dinamika mengenai self-efficacy belief pada tunanetra yang sedang menyusun skripsi di Perguruan Tinggi X Bandung ditinjau dari empat aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terdapat perkembangan yang signifikan dari kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan publik menyangkut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi ke masa dewasa. Masa ini dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan
Lebih terperinciREGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA. Abstract. Keywords: college student, emotion regulation, resilienc.
REGULASI EMOSI DAN RESILIENSI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA Erlina Listyanti Widuri Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta erlina_psiuad@yahoo.co.id. Abstract This study
Lebih terperinciPROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh:
PROFIL KEPRIBADIAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DI KELURAHAN BUNGO PASANG TABING PADANG Oleh: Novrisa Putria Gusti Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research was motivated by
Lebih terperinciGAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA
GAMBARAN KEBAHAGIAAN MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DENGAN LATAR BELAKANG BUDAYA BATAK, JAWA, MINANG, DAN SUNDA INDIENA SARASWATI ABSTRAK Studi yang menggunakan teori kebahagiaan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
i ABSTRAK ABSTRAK Tesis, oleh Yanti Ciptadinata, berjudul Pengaruh Pelatihan Resiliency pada Anak Jalanan di Rumah Singgah X Jakarta, di bawah bimbingan Prof. DR. Soetardjo A. W. selaku pembimbing utama
Lebih terperinciHARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI
HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: DEBBY ISABELLA 071301026 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2011/2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinci