BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan
|
|
- Glenna Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan anak merupakan salah satu bagian dari tujuan mencerdaskan bangsa. Dengan adanya pendidikan, anak-anak diasah melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam menemukan tujuan untuk dirinya di masa yang akan datang. Perkembangan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib belajar enam tahun dan pembangunan infrastruktur sekolah, lalu diteruskan dengan wajib belajar sembilan tahun adalah program pendidikan yang diakui cukup sukses (Latief, 2009). Meskipun program pendidikan wajib belajar sembilan tahun sudah berjalan di Indonesia, tetapi masih terdapat persoalan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu masih tingginya angka putus sekolah. Berdasarkan data BKKBN tahun 2010, angka putus sekolah di Indonesia mencapai siswa dengan usia sekolah 7-15 tahun. Jumlah total angka putus sekolah tersebut, sekitar siswa putus sekolah berada di propinsi Sumatera Utara (Kiroyan, 2010). Siswa yang putus sekolah di propinsi Sumatera Utara banyak berasal dari masyarakat pesisir. Peneliti mendapatkan informasi bahwa terdapat kurang lebih nelayan di Medan yang didapati anak nelayan tersebut putus sekolah. Dari jumlah itu umumnya mereka hanya mengecap pendidikan di bangku sekolah menengah pertama (SMP) (Nusajaya, 2011).
2 Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa banyak siswa yang mengalami putus sekolah berasal dari anak nelayan yang tinggal di daerah pesisir pantai. Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Daerah tersebut memiliki angka partisipasi murni sekolah yang rendah dan angka putus sekolah yang tinggi. Berdasarkan data laporan bulanan kepala lingkungan mutas mutandis kependudukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan selama bulan Mei tahun 2011, penduduk yang berusia tahun pada lingkungan 2, 4 dan 7 sebesar 487 orang, sedangkan siswa yang bersekolah pada usia tersebut atau jenjang SLTA sebanyak 193 orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja angka partisipasi murni (APM) SLTA di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan hannya sebesar 39,6%. Data ini jauh berbeda dengan penduduk yang berusia tahun di Kota Medan selama tahun 2010 sebesar orang, sedangkan siswa yang bersekolah pada usia tersebut atau jenjang SMA/MA/Paket C sebanyak orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja angka partisipasi murni (APM) SMA/MA/Paket C di Kota Medan sebesar 66,74%. Berdasarkan data laporan bulanan kepala lingkungan mutas mutandis kependudukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan selama bulan Mei tahun 2011, jumlah siswa pada tingkat SLTA pada lingkungan 2, 4 dan 7 sebesar 193 orang, sedangkan jumlah siswa yang tidak sekolah pada tingkat SLTA selama bulan Mei tahun 2011 mencapai 294 orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja angka putus sekolah SLTA di Kelurahan Bagan Deli
3 Kecamatan Medan Belawan sebesar 60,3%. Data ini jauh berbeda dengan jumlah siswa pada jenjang SMA/SMK/MA di Kota Medan pada tahun ajaran 2009/2010 sebesar orang, sedangkan jumlah siswa yang putus sekolah pada jenjang SMA/SMK/MA selama tahun 2010 mencapai orang. Dengan demikian tingkat capaian kinerja angka putus sekolah SMA/SMK/MA di kota Medan sebesar 1,30%. Berdasarkan data-data tersebut, dapat dilihat bahwa banyak siswa yang beresiko putus sekolah berasal dari daerah pesisir jika dibandingkan dengan kota Medan. Siswa yang beresiko putus sekolah tidak terlepas dari kemiskinan yang melingkupi masyarakat pesisir (Sulistyowati, 2003). Masyarakat pesisir adalah sekelompok orang atau komunitas yang tinggal di daerah pesisir yang sumber kehidupan perekonomiannya secara langsung bergantung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir terdiri dari nelayan, buruh nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan, pengolah ikan dan orang-orang yang bekerja pada sarana produksi perikanan (Muhadjirin, 2009). Masyarakat pesisir hampir sebagian besar bekerja sebagai nelayan tradisional, yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama yaitu berpendidikan yang rendah. Hal ini terjadi karena pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan yang berat, seseorang yang menjadi nelayan sulit membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah dan yang sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Selain itu pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan kasar yang lebih banyak mengandalkan otot dan pengalaman, oleh karena itu setinggi apa pun tingkat pendidikan masyarakat pesisir tidak akan mempengaruhi kemahiran mereka
4 dalam melaut (Sudarso, 2005). Dengan penghasilan yang selalu tergantung pada kondisi alam, maka hal tersebut membuat sulit bagi masyarakat pesisir untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Kondisi yang memprihatinkan tersebut yang menyebabkan rendahnya kemampuan dan ketrampilan masyarakat pesisir sehingga membuat mereka hidup dalam kemiskinan (Winengan, 2007). Kemiskinan yang melanda rumah tangga masyarakat pesisir telah mempersulit mereka dalam hal menyekolahkan anak-anaknya. Anak-anak mereka harus menerima kenyataan untuk mengenyam tingkat pendidikan yang rendah, karena ketidakmampuan ekonomi orang tuanya. Apabila para orangtua nelayan mampu untuk menyekolahkan anak-anaknya, mereka berusaha menyekolahkan anaknya setinggi mungkin, sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orangtuanya, tetapi biasanya orangtua nelayan tidak mampu membebaskan diri dari profesi nelayan, turun-temurun adalah nelayan (Mubyarto, 1989). Anak-anak dituntut untuk ikut mencari nafkah, menanggung beban kehidupan rumah tangga, dan mengurangi beban tanggung jawab orangtuannya (Fathul, 2002). Oleh karena itu, sebagian besar anak nelayan masih ingin bekerja di bidang kenelayanan untuk menambah pendapatan keluarga daripada bersekolah (Mulyadi, 2005). Fenomena keseharian masyarakat pesisir yaitu anak pria atau wanita mulai sejak kecil sudah terlibat dalam proses pekerjaan nelayan, mulai dari persiapan orangtua untuk ke laut sampai dengan menjual hasil tangkapan. Hal ini tentunya berdampak kepada keberlangsungan pendidikan anak-anak nelayan (Pengemanan, 2002). Pada umumnya rumah tangga di masyarakat pesisir kurang memiliki perencanaan yang matang untuk pendidikan anak-anaknya. Pendidikan untuk
5 sebagian besar keluarga di masyarakat pesisir masih belum menjadi suatu kebutuhan yang penting didalam keluarga. Dapat dikatakan bahwa antusias terhadap pendidikan di masyarakat pesisir relatif masih rendah (Anggraini, 2000). Dalam hal pendidikan perlu dipertahankan tingkat daftaran anak usia sekolah, baik pria maupun wanita sebagai target kebijakan pendidikan untuk masyarakat pesisir. Dalam hal ini ditetapkan bahwa setidaknya anak nelayan diharuskan menyelesaikan pendidikan setingkat SMA (Sekolah Menengah Atas) maupun SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) (Pengemanan, 2002). Pendekatan pendidikan masyarakat pesisir juga perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial ekonomi keluarga di masyarakat pesisir untuk lebih memfokuskan sasaran target pelayanan pendidikan kepada mayoritas keluarga nelayan yang miskin. Selanjutnya pendidikan kepada masyarakat pesisir harus memberikan prioritas kepada anak usia 13 tahun keatas (Pengemanan, 2002). Banyak anak-anak nelayan yang berusia 13 tahun keatas sudah tidak bersekolah lagi atau terpaksa putus sekolah. Hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan salah satu kepala lingkungan di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan....Masalahnya adalah banyak anak nelayan yang putus sekolah. Anak nelayan dari kecil sudah putus sekolah, ada yang semenjak dari SD, SMP dan SMA, jarang anak nelayan yang terus bersekolah sampai SMA. Itu karena orang tua mereka sudah tidak bisa lagi membayar sekolah, tapi ada juga yang memang malas sekolah lagi karena banyak anak nelayan yang kalau sudah bisa pergi melaut (mencari ikan) mereka sudah malas untuk sekolah, mereka merasa sudah bisa mencari uang sendiri dan sekolah ga penting lagi buat orang itu (Komunikasi Personal, 11 April 2011).
6 Hampir setiap tahun jumlah anak-anak nelayan yang putus sekolah di seluruh wilayah Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi karena terus memburuknya kemiskinan keluarga mereka. Memburuknya kemiskinan nelayan tersebut terjadi seiring dengan terus menurunnya pendapatan melaut mereka (Suhana, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lusiana (2010) yang berjudul faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah, kasus di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan. Hasil penelitian diperoleh (1) Tingkat motivasi anak nelayan untuk sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan adalah sedang, yang berarti bahwa responden di daerah penelitian tidak sepenuhnya mengeluarkan upaya dan dayanya untuk bersekolah. Hal ini disebabkan karena pola pikir anak nelayan yang menganggap bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap masa depan mereka (2) Secara serempak, kelima variabel independen yang dikaji (pendapatan keluarga, jumlah tanggungan keluarga, persepsi nelayan, tingkat kosmopolitan nelayan dan infrastruktur) berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah dengan jumlah presentase sebesar 70,5%, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain seperti kondisi lingkungan sekolah (murid, teman dan guru). Secara parsial, variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap motivasi anak nelayan untuk sekolah adalah persepsi nelayan, dengan sumbangan pengaruh sebesar 68%, hal ini dikarenakan semakin meningkatnya persepsi nelayan tentang pendidikan ke arah yang positif maka akan semakin nyata
7 dukungan, perhatian dan motivasi nelayan kepada anaknya untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Lusiana, 2010). Penelitian menunjukkan bahwa kegagalan di sekolah menengah dan tinggi biasanya mempunyai tiga karakteristik umum (1) Siswa yang performansinya buruk di bidang akademik, (2) Siswa yang memiliki angka putus sekolah tinggi, dan (3) Siswa yang berasal dari sosial ekonomi yang rendah (Balfanz & Legters, 2004). Selain masalah ekonomi, hal yang menjadi pendorong banyaknya kasus putus sekolah ialah kendala teknis yang bersifat mikro, misalnya lokasi sekolah yang jauh sekali dari rumah, hilangnya tulang punggung ekonomi keluarga, serta pandangan tentang penting atau tidaknya pendidikan juga menjadi penyebab anak malas untuk berangkat sekolah sehingga akhirnya terjadi putus sekolah. Ditengah kemiskinan dan kesulitan tersebut, masih ada siswa yang tetap melanjutkan sekolah. Hal ini dapat dilihat berdasarkan data laporan bulanan kepala lingkungan mutas mutandis kependudukan, dari 15 lingkungan yang ada di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan selama bulan Mei tahun 2011, penduduk yang berusia tahun berjumlah kurang lebih orang, sedangkan penduduk yang bersekolah SMA pada usia tersebut hannya sekitar 500 orang saja. Siswa yang tetap melanjutkan sekolah tersebut menyadari bahwa akan pentingnya pendidikan untuk masa depan mereka nanti (Prasodjo, 2005). Meskipun banyak anak yang putus sekolah dan beresiko putus sekolah tetapi tetap ada anak yang meneruskan sekolah hingga SMA di masyarakat pesisir, hal ini disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalnya meliputi minat, motivasi, harapan, dan persepsi siswa tentang sekolah
8 tinggi. Faktor eksternalnya yaitu persepsi orangtua tentang pendidikan tinggi, walaupun orangtuanya miskin tetapi mereka tetap berusaha agar anak-anaknya tetap sekolah. Hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan salah satu staf pegawai di Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan....Di desa ini memang banyak yang putus sekolah, tetapi ada juga anak yang terus sekolah walaupun orangtuanya miskin, anak itu ada yang kerja setelah pulang sekolah, walaupun kerja tetapi dia tetap sekolah. Selain itu ada juga orang tua yang peduli terhadap pendidikan anaknya, ada orang tua yang melakukan apa saja asalkan anaknya tetap sekolah supaya jangan seperti orangtuanya yang miskin. Orangtua itu berpikir dengan sekolah bisa merubah nasib mereka yang miskin jadi nelayan (Komunikasi Personal, 12 Mei 2011). Faktor eksternal yang lainya yaitu, usaha kepala sekolah SMAN 20 Medan yang berusaha agar murid-murid di SMAN 20 Medan mendapatkan beasiswa yang banyak daripada murid-murid di SMA lain yang ada di Medan, selain itu SMAN 20 Medan membuat kebijakan tidak memaksakan murid-murid untuk harus membeli buku, tetapi cukup dengan membeli LKS (lembar kerja siswa) saja. Untuk membeli LKS ini pun, bisa dilakukan dengan cara kredit bagi yang belum memiliki uang. Sekolah berusaha agar muridnya memiliki LKS terlebih dulu dan untuk masalah biayanya bisa dibayar belakangan, sehingga sekolah berhutang kepada penerbit LKS tersebut dan baru akan melunasinya apabila beasiswa murid sudah keluar. Hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan beberapa guru di SMAN 20 Medan....sebenarnya murid-murid di SMAN 20 banyak yang tidak mampu untuk sekolah, ini terlihat dari pengurangan jumlah murid kelas satu yang akan naik ke kelas dua dan lebih berkurang lagi di kelas tiga. Syukurlah dua tahun belakangan ini kepala sekolah berusaha membuat banyak beasiswa bagi murid yang tidak mampu disini, sehingga uang beasiswa tersebut kami pegang untuk membayar LKS mereka, karena apabila murid yang menerima kami takut tidak dibayarnya, jadi kami sampaikan murid
9 yang menerima beasiswa dan pihak sekolah yang menyimpanya untuk dibayarkan ke SPP dan LKS mereka. Usaha ini kami lakukan supaya anakanak disini tetap mau sekolah dan jangan sampai putus sekolah (Komunikasi Personal, 12 April 2012). Beberapa siswa yang tetap melanjutkan sekolah hingga jenjang SMA atau berhasil dalam akademis walaupun mereka berada pada kondisi yang sulit, mereka tetap yakin bahwa mereka mampu untuk bertahan dan bangkit dari kondisi tersebut. Tingkat fleksibilitas yang membuat siswa berhasil dalam akademis walaupun mereka berada pada kondisi yang sulit, sehingga ia mampu untuk bertahan, bangkit dan menyesuaikan dengan kondisi sulit, hal inilah yang disebut dengan resiliensi (Reivich & Shatte, 2002). Resiliensi secara umum didefinisikan sebagai kemampuan beradaptasi terhadap situasi-situasi yang sulit dalam kehidupan (Reivich & Shatte, 2002). Individu dianggap sebagai seseorang yang memiliki resiliensi jika mereka mampu untuk secara cepat kembali kepada kondisi sebelum trauma dan terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif (Reivich & Shatte, 2002). Reivich & Shatte (2002) mengungkapkan beberapa kemampuan yang menyumbang pada resiliensi individu yaitu: Emotion regulation, Impuls control, Optimism, Causal analysis, Emphaty, Self-efficacy dan Reaching out. Penelitian ilmiah yang telah dilakukan lebih dari 50 tahun, telah membuktikan bahwa resiliensi adalah kunci dari kesuksesan kerja dan kepuasan hidup (Reivich & Shatte, 2002). Resiliensi yang dimiliki oleh seorang individu, mempengaruhi kinerja individu tersebut baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, memiliki efek terhadap kesehatan individu tersebut secara
10 fisik maupun mental, serta menentukan keberhasilan individu tersebut dalam berhubungan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Semua hal tersebut adalah faktor-faktor dasar dari tercapainya kebahagiaan dan kesuksesan hidup seseorang (Reivich & Shatte, 2002). Apakah resiliensi lebih cocok dikarekteristikkan sebagai hasil atau proses (McCubbin, 2001). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Morales (2008) resiliensi dapat dilihat sebagai proses dan hasil. Bobey (1999) mengatakan bahwa orang-orang yang disebut sebagai individu yang resilien, yaitu mereka yang dapat bangkit, berdiri diatas penderitaan, dan memperbaiki kekecewaan yang dihadapinya. Selain itu kapasitas resiliensi ini ada pada setiap orang. Artinya kita semua lahir dengan kemampuan untuk dapat bertahan dari penderitaan, kekecewaan, atau tantangan. Resiliensi dapat terlihat dengan jelas apabila seseorang berada pada tantangan atau masalah. Semakin seseorang berhadapan dengan banyak tantangan dan hambatan, maka akan semakin terlihat apakah ia telah berhasil mengembangkan karakteristik resiliensi dalam dirinya atau tidak (Bobey, 1999). Resiliensi adalah kemampuan individu untuk mengatasi kesulitan dan tantangan kehidupan yang sulit (Bryan, 2005). Dalam bidang pendidikan, resiliensi bisa disebut sebagai resiliensi edukasi, resiliensi akademik atau siswa yang memiliki resiliensi yang baik disebut sebagai siswa resilien. Siswa resilien adalah siswa yang berhasil di sekolah meskipun adanya kondisi yang kurang menguntungkan (Waxman et al., 2003). Resiliensi dalam bidang akademis dapat diartikan sebagai kemampuan seorang siswa untuk sukses di bidang akademik meskipun ia berada dalam kondisi yang membuatnya sulit untuk berhasil (Benard,
11 1991 & Wang et al., 1997 dalam Bryan, 2005). Kondisi atau lingkungan yang kurang mendukung tersebut bisa berupa kemiskinan, kondisi sekolah yang serba kekurangan, maupun kondisi keluarga yang kurang baik. Secara spesifik resiliensi akademik dipahami sebagai proses dan hasil yang menjadi bagian dari cerita hidup seorang individu yang meraih kesuksesan akademik, meskipun ia mengalami banyak rintangan yang dapat mencegah kebanyakan orang dari latar belakang yang sama untuk meraih kesuksesan (Morales & Trotman 2004). Selain faktor internal atau yang berasal dari siswa itu sendiri, ternyata faktor sekolah, keluarga, komunitas dan masyarakat dimana siswa itu berada juga turut berperan dalam menciptakan siswa yang resilein. Penelitian yang dilakukan Bryan (2005) yang berjudul Meningkatkan akademik resiliensi dan pencapaian akademik di sekolah pedesaan melalui sekolah, keluarga, dan komunitas. Hasilnya adalah dengan adanya hubungan antara sekolah, keluarga dan komunitas, itu bisa menciptakan kesempatan yang baik untuk siswa yang resilien, dengan menghilangkan stresor, batasan maupun rintangan dalam mencapai prestasi akademiknya (Bryan, 2005). Karakteristik sekolah yang dapat meningkatkan resiliensi siswanya adalah model komunitas atau lingkungan sekolah yang mendukung, termasuk elemen-elemen yang secara aktif melindungi anak-anak dari kesulitan. Intinya adalah sekolah pandai menciptakan suasana yang harmonis agar siswanya merasa tidak berbeda dari kaum mayoritas (Borman & Rachuba, 2001). Dengan kata lain, sekolah itu menggunakan cara untuk membuat lingkungan belajar yang positif, dimana kompetensi akademik dan perilaku siswa
12 didukung, lalu responsif terhadap kebutuhan siswa yang mengarah kepada pencapaian akademik, dan mengurangi masalah perilaku (Close & Solberg, 2007). Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu banyaknya anak nelayan yang putus sekolah dan beresiko putus sekolah tetapi tetap masih ada anak nelayan yang bertahan untuk meneruskan pendidikanya hingga ke jenjang sekolah menengah atas (SMA), maka peneliti tertarik ingin melihat gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir walaupun berada dalam kondisi yang membuatnya sulit dan mengalami banyak rintangan yang dapat mencegah kebanyakan anak dari latar belakang yang sama untuk tetap bersekolah. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimanakah gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir? C. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir.
13 D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya resiliensi pada psikologi pendidikan yang berkaitan dengan resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang Psikologi Pendidikan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran resiliensi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir. b. Bagi Pemerintah Daerah Setempat Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk lebih mempertimbangkan pentingnya aspek resiliensi bagi siswa SMA agar menjaga siswa SMA tidak putus sekolah dan mengurangi resiko putus sekolah pada masyarakat pesisir. c. Bagi siswa SMA yang beresiko putus sekolah di masyarakat pesisir
14 Sebagai masukan bagi siswa agar lebih memahami pentingnya resiliensi dalam hal mengingkatkan potensi diri siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. E. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Bab ini berisi teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, yaitu resiliensi, latar belakang terjadi putus sekolah dan masyarakat pesisir. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan, dan prosedur penelitian serta metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian. Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan/diskusi. Bab V Kesimpulan Dan Saran Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bisa dikatakan sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia. Munandar (2002), pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi kehidupan abad 21 yang penuh dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Terdapat dua faktor yang mempengaruhi anak untuk bersekolah, yaitu faktor internal (dalam diri) dan faktor
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara
PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara sangat memprihatinkan dan berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan pendataan Himpunan Nelayan Seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2010 meluncurkan program bantuan biaya pendidikan Bidikmisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah merasakan kesedihan, kekecewaan, kegagalan serta kondisi sulit lainnya. Hal ini sesuai dengan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena anak putus sekolah menjadi suatu keprihatinan pada saat ini. Ketika kita
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena anak putus sekolah menjadi suatu keprihatinan pada saat ini. Ketika kita mencari akar permasalahannya, kebanyakan adalah karena kemiskinan. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai kualitas hidup. Istilah kualitas hidup digunakan untuk mengevaluasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas hidup adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan. Kesejahteraan menggambarkan seberapa baik perasaan seseorang terhadap lingkungan
Lebih terperinciGAMBARAN RESILIENSI SISWA SMA YANG BERESIKO PUTUS SEKOLAH DI MASYARAKAT PESISIR
GAMBARAN RESILIENSI SISWA SMA YANG BERESIKO PUTUS SEKOLAH DI MASYARAKAT PESISIR Ahmad Junaedi Salim Pulungan 1 dan Tarmidi 2 PS Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Jl. Dr Mansyur No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah salah satu unsur pokok dalam masyarakat. Keluarga dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan mempunyai tujuan untuk membina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prestasi belajar siswa yang baik dan terus meningkat merupakan keinginan setiap individu. Siswa sekolah menengah dengan usia remajanya akan merasakan kebanggaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua tunggal dengan berbagai macam penyebab yang berbeda. Tidak ada ibu rumah tangga yang menginginkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada
102 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pemulung diidentikkan dengan sampah, dimana ada sampah disana ada pemulung. Pemulung pada dasarnya mencari barang-barang bekas yang bisa mereka jual kembali seperti sampah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayahnya 62% merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan 38% lainnya
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wilayahnya 62% merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan 38% lainnya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang melesat cepat. Pendidikan adalah satu- satunya alat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, mau tidak mau tanpa terkecuali semua harus terlibat didalamnya, tanpa memandang siap tidaknya individu menghadapi perubahan yang melesat cepat.
Lebih terperinciResiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT
Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT 13512371 Latar belakang 1. Perilaku Merokok & Minum Alkohol : Lebih banyak terjadi pada kaum laki - laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut berdampak pada rendahnya angka partisipasi pendidikan (APK)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang penting bagi para penerus bangsa tanpa terkecuali. Baik itu dari kalangan miskin maupun kaya, namun salah satu persoalan pendidikan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. negara di dunia yang memiliki potensi sumber daya alam terbesar di sektor
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan garis pantai lebih dari 81.000 Km, kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan amanah dari Tuhan Yang Maha Esa, seorang anak dilahirkan dalam keadaan yang bersih tanpa noda, laksana sehelai kain putih yang belum mempunyai motif
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pendidikan anak pada masayarakat nelayan Bungus Selatan bisa dikatakan belum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kecenderungan tingginya angka putus sekolah pada keluarga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh
BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kekayaan sumber daya alam yang begitu besar, seharusnya Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia secara garis besar merupakan negara kepulauan yang luas lautnya mencapai 70% total wilayah. Kondisi laut yang demikian luas disertai dengan kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap individu pasti mengalami kesulitan karena individu tidak akan terlepas dari berbagai kesulitan dalam kehidupannya. Kesulitan dapat terjadi pada
Lebih terperinciGAMBARAN RESILIENSI SISWA SMA YANG BERESIKO PUTUS SEKOLAH DI MASYARAKAT PESISIR AHMAD JUNAEDI SALIM PULUNGAN
GAMBARAN RESILIENSI SISWA SMA YANG BERESIKO PUTUS SEKOLAH DI MASYARAKAT PESISIR Guna Memenuhi Persyaratan Skripsi Bidang Psikologi Pendidikan Oleh: AHMAD JUNAEDI SALIM PULUNGAN 071301074 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Gempa bumi kedua terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah telah mengguncang dasar laut yang berjarak sekitar 150 km dari pantai Sumatera pada tanggal 26
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Impian setiap pasangan adalah membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Dalam menjalani rumah tangga setiap pasangan pasti memiliki berbagai keinginan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seorang anak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari persoalan mencerdaskan anak bangsa. Melalui pendidikan dapat diasah dengan seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciRESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X
RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X Nama NPM : 13511208 Dosen Pembimbing : Hanum Inestya Putri : Dr. Hendro Prabowo, S.Psi. BAB I : PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi
Lebih terperinciFENOMENA ANAK PUTUS SEKOLAH PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PASAR II NATAL KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL DISUSUN OLEH : ZULFIKAR
FENOMENA ANAK PUTUS SEKOLAH PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN PASAR II NATAL KECAMATAN NATAL KABUPATEN MANDAILING NATAL (Studi Kasus Pada Masyarakat Nelayan Di Kelurahan Pasar II Natal,Kecamatan Natal,Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi terbesar dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah sektor pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan atau wawasan, mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju kesuksesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya (Sanjaya,2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Pengertian Resiliensi Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block dengan nama ego resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dalam perguruan tinggi, mahasiswa dalam perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hak-hak serta kewajibannya (Abdulsyani, 2007:92) lain, hal ini sangat mempengaruhi peranannya dalam masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya kedudukan atau status berarti posisi atau tempat seseorang dalam sebuah kelompok sosial. Status sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencerdaskan kehidupan manusia melalui kegiatan bimbingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan, memperbaiki, mengubah pengetahuan, keterampilan dan sikap serta tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilakukan selama kurang lebih dua dasa warsa, selain telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai
BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Rantau Panjang merupakan salah satu desa yang berada di daerah pesisir, desa Rantau Panjang ini juga merupakan desa tertua di Kecamatan Pantai Labu. Desa Rantau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Kemiskinan yang terjadi Indonesia lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya
Lebih terperinciJumlah anak usia sekolah setingkat SMP (jiwa)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan usaha sebagai penunjang keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia, aspek paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang individu dapat dikatakan menginjak masa dewasa awal ketika mencapai usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan kondisi yang berbedabeda. Ada anak yang lahir dengan kondisi yang normal, namun ada juga anak yang lahir dengan membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan memiliki keluarga yang bahagia. Menurut Sigmund Freud, pada dasarnya keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, hal ini dapat dilihat dari sebagian besar penduduknya yang bekerja sebagai petani. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah tempat di mana anak berkembang dan bertumbuh, baik secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit terkecil dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan segala usia (Soedijarto,2008). Di Indonesia, pendidikan terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupan, semua lapisan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gambaran umum pernikahan usia dini di Jawa Barat menurut Kepala seksi advokasi dan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Santoso (dalam BKKBN) mengatakan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KONFLIK KELOMPOK DENGAN MOTIVASI KERJA PADA MASYARAKAT PESISIR DI BATANG
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI NELAYAN TERHADAP KONFLIK KELOMPOK DENGAN MOTIVASI KERJA PADA MASYARAKAT PESISIR DI BATANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja diakui sebagai masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas dan ambang dewasa.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan utama di dalam kehidupan saat ini. Hal ini terlihat dari persyaratan yang diajukan oleh mayoritas perusahaan dalam merekrut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan nasional dari negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama, baik Pemerintah, keluarga sekolah maupun masyarakat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa Indonesia, yaitu menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bidang kehidupan yang penting bagi setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengutamakan pentingnya pendidikan, sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas rumah,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua orang tua menginginkan buah hatinya tumbuh menjadi pribadi yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal itu, dalam prosesnya tidak bisa lepas dari peran seorang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan dalam penelitian atau biasa disebut
Lebih terperinciBAB IV DISKUSI TEORITIK
BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota
Lebih terperinciPERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH
PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan maupun perusahaan, baik di Indonesia maupun diluar negeri. Definisi asuransi menurut
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi Istilah resiliensi berasal dari kata Latin `resilire' yang artinya melambung kembali. Awalnya istilah ini digunakan dalam konteks fisik atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara maritim sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya menjadi nelayan. Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda agar menjadi sumber daya manusia (SDM), yang mampu bersaing dalam era persaingan bebas. Pendidikan sangat
Lebih terperinciDAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA
DAMPAK TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA, KESEMPATAN BELAJAR DAN AKTIVITAS BERORGANISASI TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP KECAMATAN BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi diri yang tidak terbatas waktu dan tempat dengan memperhatikan adanya nilai-nilai budaya dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dewasa ini, maka banyak terjadi perubahan diberbagi aspek kehidupan. Demikian pula dengan
Lebih terperinciKAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH
Bab 5 KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH 5.1 Hasil Kajian Daerah Pesisir Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki wilayah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap peserta didik berhak mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Untuk beberapa orang bekerja itu merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara administrasi data yang diperoleh dari kepala desa ini adalah Desa Perlis terletak di Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat. Desa ini adalah salah satu desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjalani kehidupan profesional di dunia modern yang serba cepat seperti saat ini merupakan sebuah tantangan hidup. Selain tuntutan untuk mampu bertahan dalam lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu di masyarakat. Kemajuan pada individu bisa dilihat dari seberapa besar perkembangan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani
TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Petani Keluarga petani ialah keluarga yang kepala keluarga atau anggota keluarganya bermatapencaharian sebagai petani. Keluarga petani mendapatkan penghasilan utama dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS Bagian kedua akan membahas mengenai tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif
Lebih terperinci