Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim. Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim"

Transkripsi

1 Progress Report VIII Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Tim-Tim Pengantar Posisi Eurico dalam Kasus Kejahatan Terhadap Kemanusian di Timtim Tak ada yang meragukan bahwa rangkaian peristiwa yang terjadi menjelang dan pasca jejak pendapat di Timor Timur adalah kejahatan. Kejahatan itu mulai dalam bentuk teror, pembunuhan, penculikan sampai dengan puncaknya pembumihangusan (extermination) yang diiringi pengungsian ratusan ribu jiwa. Semua terdakwa yang diperiksa di Pengadilan HAM ad hoc ini adalah individu-individu yang ditengarai melakukan, memsponsori atau memfasilitasi terjadinya rangkaian kejahatan tersebut. Seluruh kejahatan tersebut dalam ketentuan hukum positif Indonesia dikuantifikasi sebagai kejahatan terhadap kemanusian. 1 Demi pembuktian ada dan terjadinya kejahatan terhadap kemanusian itulah Eurico Gutteres duduk sebagai terdakwa. Sebagai Wakil Panglima Pasukan Pejuang Integrasi Eurico Gutteres memiliki peranan yang sangat penting di lapangan sepanjang menjelang dan pasca Jejak Pendapat. Bisa dibilang Eurico adalah icon dari rangkaian kekerasan dengan milisi Aitarak-nya selama proses Jejak Pendapat itu. Dalam seluruh gerak dan sepak terjangnya hampir semua orang yang berada di Timtim, khususnya Dili tahu bahwa Eurico bebas bergerak dalam ruang yang disediakan oleh aparat keamanan. Dengan milisi Aitarak-nya Eurico bebas begerak memobilisasi berbagai milisi lainnya mulai dari Liquisa sampai ke Suai, dari Meliana sampai Los Palos dengan senajta standar TNI-Polri maupun rakitan. Mengingat seluruh kejadian di Timtim menjelang dan pasca Jajak Pendapat dan gerak serta sepak terjang satuan-satuan milisi yang tergabung dalam Pasukan Pejuang Integrasi maka pengadilan terhadap Eurico Gutteres menjadi sangat penting dan menentukan dalam memahami serta menentukan pihak yang paling beratanggung jawab. Menjelang dan pasca Jajak Pendapat kelompok-kelompok sipil bersenjata dan paramiliter di Timor Timur bergerak secara berdampingan dengan satuan-satuan kecil TNI. Rakyat Terlatih (Ratih) menjadi bagian dari pertahanan sipil Indonesia di Timor Timur. Mereka direkrut dibawah Departemen Dalam Negeri, namun dilatih dan dioperasionalkan oleh satuan-satuan TNI lokal. Bersamaan dengan itu juga dikenal adanya kelompok-kelompok perlawanan rakyat (wanra) dan keamanan rakyat (kamra). Satuan-satuan milisi bersenjata berawal dari dibentuknya Gadapaksi pada pertengahan tahun 1990an. Di akhir tahun 1998, dan secara kebetulan bersamaan waktunya dengan naiknya tensi politik berkaitan dengan pencarian upaya penyelesaian masalah Timor Timur di fora internasional, beberapa kelompok paramiliter yang lebih militan terbentuk. Bersamaan dengan kelompok-kelompok yang disebut lebih dahulu di atas, kelompok-kelompok 1 Lihat pasal 9, UU No.26/2000 1

2 militan ini ditengarai melakukan intimidasi, penggeledahan rumah-rumah, bahkan sampai pada tindak kekerasan seksual dan pembunuhan yang secara spesifik ditujukan pada masyarakat yang diperkirakan pro-kemerdekaan. Peran mereka menjadi lebih nyata pada saat menjelang, selama, dan setelah jajak pendapat. 2 Paparan di atas menggambarkan dengan gamblang hubungan erat baik secara struktural maupun operasional antara milisi bersenjata pro-integrasi dengan aparat keamanan Indonesia, khususnya TNI, yang secara teoretik memenuhi tesa tentang kontrol menyeluruh dan kontrol efektif TNI atas operasi militer di Timtim yang melibatkan para milisi tersebut. Dalam konteks di atas-lah posisi Eurico Gutteres sebagai terdakwa di pengadilan HAM ad hoc seharusnya ditempatkan. Kenyataannya, dalam proses pembuktian, baik JPU maupun pembela nampak menempatkan Eurico (bersama milisi sipilnya) di luar konteks operasi militer dan kontrol menyeluruh TNI. Hal ini berarti telah terjadi penyangkalan bahwa Eurico melakukan tindakan kriminal atas pengetahuan dan dukungan TNI sebagai aparat negara Indonesia, yang menjadikannya memenuhi syarat untuk tunduk di bawah yurisdiksi pengadilan HAM. Padahal, jika posisi Eurico dilepaskan dari keterkaitannya dengan TNI, maka seharusnya Eurico didakwa sebagai seorang kriminal biasa dan bukan sebagai pelaku kejahatan terhadap kemanusiaan. Jika disimak seluruh proses persidangan terhadap Eurico, maka terlihat betapa tidak seriusnya seluruh rangkaian konstruksi yang didakwakan terhadap dirinya. Karena dalam seluruh rangkaian persidangan ini Eurico seakan bertindak sendiri atas kehendaknya secara personal tanpa ada kaitannya dengan berbagai operasi aparat keamanan dan ambisi politik yang direncakan di Jakarta dan Dili saat itu. Dengan mengemukan ini bukan berarti Eurico secara individu tidak bertanggungjawab atas berbagai kejahatan yang dilakukannya atas nama integrasi dengan Indonesia. Bagaimana pun Eurico harus dituntut secara maksimal atas kejahatan yang didakwakan pada dirinya. Penilaian Terhadap Requisatoir (Tuntutan Pidana) Eurico Guteres Pada Hari kamis tanggal 31 Oktober 2002 yang lalu. Sebuah tuntutan pidana (requisatoir) dijatuhkan oleh tim jaksa Penuntut Umum (Muhammad Yusuf dan Dien Murdinah) Eurico Guterres. Tuntutan pidana ini dijatuhkan setelah hampir 5 bulan proses persidangan dilakukan. Tuntutan terhadap Eurico Guteres ini juga merupakan tuntutan pertama dari sembilan berkas perkara (tahap 2) yang telah disidangkan oleh pengadilan Ham ad hoc tim-tim yang bertempat di PN Jakarta Pusat. Untuk itu perlu dikemukakan poin-poin penilaian yang penting sekali untuk disikapi. Fakta Hukum dalam Pemeriksaan Saksi 2 Selengkapnya lihat artikel Ben Saul Was the Conflict in East Timor Genocide and Why Does It Matter? dalam Melbourne Journal of International Law, vo.2, issue 2, 2001, hal

3 Dalam tuntutanya 3, JPU dengan nyata menyatakan bahwa : Telah dilakukan pemeriksaan atas sebanyak (19) sembilan belas orang saksi, dengan rincian sebagai berikut: 18 belas orang saksi A Charge terdiri dari 11 orang didengar keterangannya di depan persidangan dan 7 orang dimana Berita Acara Pemeriksaannya dibacakan, dan dari 7 orang saksi ini 5 orang saksi yang dibacakan keterangannya diberikan dibawah sumpah. 1 orang saksi A de Charge memberikan keterangan di bawah sumpah sesuai agamanya. (lihat Tabel) No Nama Statusnya berdasarkan JPU 1 ALFREDO SANCHES A Charge 2 JULIO DE SOUSA A Charge 3 DOMINGOS BOAVIDA A Charge 4 MANUEL. V. CARRASCALAO A Charge 5 BASILIO DIAS ARAUJO A Charge 6 JOSE AFAT A Charge 7 SOEDJARWO A Charge 8 ABILIO J.O. SOARES A Charge 9 JOAO D.S. TAVARES A Charge 10 AGUSTINUS B. A Charge PANGARIBUAN 11 DOMINGGOS M.D. SOARES A Charge 12 LEANDRO ISAAC BAP A Charge 13 VICTOR dos SANTOS (APIN) BAP A Charge 14 SANTIAGO do SANTOS BAP A Charge 15 FLORINDO de JESUS BAP A Charge 16 MARIA C. CARRASCALAO BAP A Charge 17 JUANICO DASIVA BAP A Charge 18 SUPARNO BAP A Charge 19 MARCELINO MARTIN XIMENES A de Charge Asumsi bahwa ke 18 orang saksi (pemeriksaan 11 orang dan 7 orang BAP dibacakan) tersebut menurut jaksa adalah saksi yang memberatkan terdakwa atau a charge menurut penilaian kami merupakan penilaian yang terlalu optimis oleh JPU. Bila JPU menyatakan bahwa ke-18 orang tersebut merupakan saksi yang dipanggil oleh JPU yang diharapkan dapat menguatkan dakwaannya maka hal ini dapat dibenarkan, namun bila JPU menyatakan bahwa ke 18 orang tersebut merupakan saksi yang memberatkan terdakwa, maka hal itu harus diklarifikasi kembali. 3 Lihat Tuntutan Pidana Dalam Perkara Pelanggran HAM Berat di Timor-Timur A.N terdakwa Eurico Guteres oleh Penuntut umum Ad Hoc Muhammad Jusuf, SH MM dan Dien Murdinah, SH. Hal 9 No IV. 3

4 Menurut hasil monitoring, ke 18 orang tersebut yang telah memberikan kesaksiannya, hanya beberapa orang saja yang memang memberatkan dakwaan dari JPU, itu pun yang paling memberatkan adalah kesaksian dari 5 orang yang BAP nya dibacakan di pengadilan selebihnya dari kualitas kesaksian mereka tidak memberikan hasil yang signifikan bagi dakwaan. (lihat tabel) Daftar Saksi dan Penilaian kualitas pemeriksaan Kesaksian Selama Monitoring No Nama saksi Statusnya Kualitas Pemeriksaan 1 ALFREDO SANCHES Korban Memberatkan 2 JULIO DE SOUSA Bukan korban Tidak signifikan 3 DOMINGOS BOAVIDA korban Tidak signifikan 4 MANUEL. V. Korban Tidak signifikan CARRASCALAO 5 BASILIO DIAS ARAUJO Bukan korban Tidak signifikan 6 JOSE AFAT Camat Maubara Memberatkan 7 SOEDJARWO Dandim 1627 Dilli Tidak signifikan 8 ABILIO J.O. SOARES Gubernur Tim-Tim Tidak signifikan 9 JOAO D.S. TAVARES Hadir pd rapat akbar Tidak signifikan 10 AGUSTINUS B Kasatserse Polres Dilli Tidak signifikan PANGARIBUAN 11 DOMINGGOS M.D. SOARES Bupati Dilli Tidak signifikan 12 LEANDRO ISAAC* Anggota CNRT Memberatkan 13 VICTOR dos SANTOS korban Memberatkan (APIN)* 14 SANTIAGO do SANTOS* korban Memberatkan 15 FLORINDO de JESUS* korban Memberatkan 16 MARIA C. CARRASCALAO* korban Memberatkan 17 JUANICO DASIVA* Bukan korban Tidak signifikan 18 SUPARNO* Bukan korban Tidak signifikan * BAP Dibacakan Perimbangan saksi Perlu mendapat perhatian juga, bahwa berdasarkan jumlah komposisi orang yang memberikan kesaksian yang diajukan oleh jaksa dan diajukan oleh Terdakwa (penasehat hukum terdakwa) terlihat sangat tidak berimbang. Saksi yang diajukan oleh JPU berjumlah 18 orang, sedangkan saksi yang diajukan oleh penasehat hukum terdakwa Cuma berjumlah 1 orang yakni: MARCELINO MARTIN XIMENES. Hal ini penting sekali untuk diperhatikan, mengapa saksi yang diajukan oleh terdakwa hanya ada satu orang. Hal ini seharusnya diperhatikan oleh hakim persidangan karena bila proses berjalannya pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang berjalan tidak imbang dikhawatirkan prinsip fair trial tidak akan belaku disini. Padahal seorang terdakwa dalam kasus 4

5 kriminal berhak untuk memeriksa atau, diperiksa, para saksi yang memberatkan dirinya dan menghadirkan serta memeriksa para saksi atas namanya dalam keadaan yang sama terhadap saksi yang memberatkan dirinya 4. Sedikitnya saksi a de charge yang dapat dihadirkan oleh tim penasehat hukum terdakwa tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: Pertama, para saksi yang akan diajukan kebanyakan tinggal di Atambua sehingga sulit untuk menghadirkannya. Kedua, karena kurangnya dana yang dimiliki terdakwa dan tim penasehat hukum untuk membiayai kedatangan para saksi a de charge tersebut 5. Dalam menanggapi kesulitan tim penasehat hukum terdakwa untuk menghadirkan saksi a de charge tersebut, ketua majelis hakim yang memeriksa berkas perkara Eurico Gutteres, Herman Keller Hutapea menyatakan bahwa hal itu merupakan kepentingan terdakwa dan majelis hakim telah memberikan kesempatan kepada tim penasehat hukum terdakwa, namun karena limit waktu yang diberikan telah melewati batas-batas waktu tertentu, maka dengan terpaksa majelis hakim akan membatasinya 6. Tuntutan JPU tetap mengukuhkan bahwa yang terjadi di Timor Timur merupakan bentrokan sipil tanpa sangkut paut Militer Asumsi yang masih tetap dipertahankan dalam persidangan pengadilan HAM Tim-Tim mengenai beberapa peristiwa pasca jejak pendapat yang terjadi di Timor-Timur adalah bahwa hal tersebut dilatarbelakangi pertikaian antara dua kelompok yang ada saat itu di timor-timur yaitu kelompok pro kemerdekaan dan kelompok pro integrasi. Oleh karena hampir dalam keseluruhan eksplorasi pemeriksaan kesaksian diarahkan ke skenario tersebut tanpa berusaha mengkaitkannya dengan kebijakan militer/tni saat itu. Dalam Tuntutan terhadap Eurico Guterres ini pun, JPU dalam beberapa penjelasaanya masih tetap memperkukuh skenario ini. Misalnya JPU menjelaskan bahwa benar pada sekitar awal tahun 1999 situasi kota Dilli umumnya mengalami tensi yang memanas disebabkannya munculnya kelompok prokemerdekaan dan pro integrasi. Bahwa tak jarang menimbulkan pertentangan fisik, khususnya didaerah sekitar Dilli, antara lain 4 Judisial System Monitoring Program, Kejaksaan Agung Tim-tim Melawan Joni Marques dan 9 orang lainnya, Dili Timor-Timur, Maret 2002 hal Dalam persidangan tanggal 26 September 2002, terdakwa dan tim penasehat menyatakan bahwa saksi yang meringankan/saksi a de charge yang akan diajukan berjumlah 4 orang, yang semuanya berasal dari Atambua, NTT. Namun, karena permasalahan dana maka para saksi yang akan diajukan ini terhambat kedatangannya ke Jakarta, sehingga pada akhirnya terdakwa dan tim penasehat hukum hanya mampu menghadirkan 1 orang saksi a de charge. 6 Lihat transkrip persidangan tanggal 26 September

6 Maubara, Liquica, Turiscai, Alas dan Ainaro. 7 Hal itu juga diperkuat dari berbagai kesaksian yang ada misalnya kesaksian dari Soedjarwo 8, Abelio Soares 9. Dakwaan Eurico seharusnya menggunakan delik by commision Dakwaan terhadap Eurico Guterres dalam berkas dakwaan JPU dinyatakan bahwa terdakwa dikenai pasal 42 ayat (2) a dan b. Pasal pada intinya ini menyatakan bahwa terdakwa bersalah karena membiarkan terjadinya perbuatan cimes against humanity yang dilakukan oleh anak buahnya dalam konteks komando sipil. Oleh karena itu maka dakwaan JPU lebih menekankan bahwa terdakwa melakukan delik by omission (delik pembiaran), bukan delik melakukan atau menyuruh untuk melakukan (delik by comission). Alasan JPU dalam dakwaan yang menerapkan delik by ommision ini merupakan suatu kelemahan tersendiri 10. Karena terhadap terdakwa Eurico Guterres seharusnya adalah delik by comission. Dalam penjelasan JPU dalam Requisatoir terhadap Eurico Guterres, di temukan bahwa banyak sekali penjelasan-penjelasan dari jaksa maupun eksplorasi dari berbagai pemeriksaan kesaksian yang mengarahkan bahwa perbuatan Eurico Guterres sebenarnya adalah perbuatan langsung. (delik by commission) Dalam Tuntutan tersebut jaksa mengakui dan menjelaskan bahwa : sesuai dengan keterangan saksi Basilio yang dikuatkan dengan keterangan terdakwa, bahkan menurut keterangan Manuel V Carascalao, Santiago dos Santos 11, dan Maria C Carrascalao justru dalam sambutannya terdakwa menyebutkan kata-kata agar keluarga manuel Viegas Carrascalao dihabiskan 12 atau dinyatakan juga oleh JPU dalam tuntutannya bahwa: bahkan berdasarkan keterangan Leandro Isac 13 justru terdakwa memimpin 7 Lihat amar Tuntutan Eurico Guterres hal Lihat kesaksian Soedjarwo dalam tuntutan hal 22, yang menguraikan tentang berbago bentrokan yang terjadi diantara kelompok prointegrasi dan prokemerdekaan. 9 Lihat kesaksian dari Abelio dalam tuntutan Eurico hal 26, yang menyatakan bahwa kelompok prointegrasi kembali exist karena melihat adanya kegiatan fretilin semakin meningkat, seperti dilakukan pelatihan dari luar negeri. 10 Lihat Progres report terdahulu mengenai kritisi terhadap dakwaan delik omission dalan surat dakwaan para terdakwa kasus Tim-Tim. 11 Saksi mendengar Eurico Guterres memberi komando bahwa bahwa semua pemimpin CNRT harus dihabiskan dan khusus keluarga Manuel Carascalao harus dihabiskan. Lihat juga tuntutan JPU hal Lihat Tuntutan Pidana Eurico Guterres hal dalam kesaksiannya Leandro Isac menyatakan bahwa para komandan milisi yang hadir tersebut adalah Eurico Guterres yang adalah pemimpin milisi aitarak membuat pernyataan politik bahwa pemimpin CNRT harus dibunuh, dan saksi juga memiliki copy dari pernyataan Eurico tersebut. Lihat juga tuntutan JPU hal 39. 6

7 pawai dengan sepeda motor sebelum melakukan penyerangan terhadap pengungsi yang berlindung di rumah Manuel Carascalao. 14 Tuntutan Pidana Yang Minimun Tuntutan Pidana dari JPU terhadap Eurico Guterres menyatakan bahwa Eurico Guteres terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana pelanggaran HAM yang berat berupa kejahatan terhadap kemanusiaan, sebagaimana yang disebut pada dakwaan pertama yaitu pasal 42 ayat (2) a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9 huruf a dan pasal 37 UU No 26 tahun 2000, dan dakwaan kedua yaitu melanggar pasal 42 ayat (2) a dan b jis pasal 7 huruf b, pasal 9 huruf h dan pasal 40 UU No 26 tahun Tuntutan pidananya selama 10 tahun. Tuntutan pidana terhadap Eurico oleh JPU bisa dikatakan merupakan tuntutan minimalis karena Pasal 9 huruf a dalam UU No 26 tahun 2000 mengatur ancaman pidananya adalah maksimal 25 tahun dan minimal 10 tahun. Sedangkan Pasal 9 huruf h dalam UU No 26 Tahun 2000 ancaman pidannya paling lama 20 tahun dan paling singkat adalah 10 tahun. Padahal dalam tuntutan ini Eurico jelas-jelas telah memenuhi secara sah dan meyakinkan telah melanggar pasal-pasal tersebut. Jumlah tuntutan tersebut menurut hemat kami sangat bertolak belakang dengan penjelasan JPU sebelumnya dan oleh karena itu asumsi kami menyatakan bahwa tuntutan memang sudah direncanakan atau disiapkan sejak semula yang berasal Rencana Tuntutan (rentut) Jaksa Agung Kesimpulan Mencermati proses persidangan terhadap terdakwa Eurico Gutteres sampai dengan tahap penuntutan dan membandingkannya dengan berkas-berkas lain, ada beberapa hal yang patut untuk dicatat: - Dalam surat tuntutannya, ada kemajuan yang dilakukan oleh jaksa, yaitu dengan merujuk pada beberapa praktek hukum internasional yang bertipikal mirip dengan kasus Eurico Gutteres. Namun ternyata jaksa penuntut umum masih melakukan kesalahan yang sama dengan tiga berkas kasus Timtim yang telah diputus hakim. o Pertama, paparan dalam amar tuntutan yang demikian percaya diri ternyata tidak diimbangi dengan tuntutan hukuman yang memadai. Eurico dituntut dengan tuntutan minimum yaitu 10 tahun penjara. o Kedua, dakwaan terhadap Eurico bersifat by ommission (pembiaran), namun dalam proses pembuktian dan pemeriksaan saksi, ternyata JPU mengarahkannya pada pembuktian kejahatan by commission (melakukan langsung). Hal ini memang tidak bisa dihindarkan karena sejak awal memang dakwaan terhadap Eurico akan lebih tepat jika dalam posisi sebagai pelaku kejahatan by commission ketimbang by ommission. Dalam 14 Lihat juga Tuntutan Eurico Guterres hal 78 7

8 sejarah praktek hukum pidana di Indonesia, perbedaan arah pembuktian dengan isi dakwaan bisa jadi akan berakhir dengan putusan bebas demi hukum, karena majelis hakim biasanya sangat berpegang erat pada asas positivisme proses hukum dalam mengambil keputusan. o Ketiga, ketidakmampuan JPU menterjemahkan tanggung jawab komando dalam berkas Eurico Gutteres. JPU seringkali terjebak dalam ambiguitas antara tanggung jawab komando secara struktural dengan tanggung jawab komando di lapangan. Hal ini mempunyai konsekuensi yang fatal: Jika yang dimaksud tanggung jawab komando adalah tanggung jawab komando di lapangan, maka dakwaan by ommission terhadap Eurico seharusnya adalah dakwaan by ommission; sementara jika yang dimaksud adalah tanggung jawab komando secara struktural (dengan asumsi bahwa kaitan hirarkial antara TNI dengan milisi pro-integrasi terbukti), maka posisi Eurico sebagai wakil panglima PPI mengundang pertanyaan, kenapa bukan Joao Tavares, sebagai panglima PPI yang menjadi terdakwa? - Dibandingkan dengan terdakwa yang berasal dari kalangan militer, pembelaan terhadap Eurico berkesan tidak maksimal. Hal ini bisa dilihat dari komposisi saksi dimana saksi meringankan yang diajukan oleh pihak terdakwa (a decharge) hanya satu orang dibandingkan dengan 10 orang saksi memberatkan dari pihak penuntut umum. Selain itu, para saksi yang berasal dari TNI ternyata memberikan keterangan yang tidak signifikan bagi dakwaan. Adapun sepertiga dari kesaksian hanya dalam bentuk pembacaan kesaksian BAP. - Dengan menggunakan pasal 42(2) tentang tanggung jawab komando sipil terhadap Eurico Gutteres, maka JPU harus bisa membuktikan bahwa organisasi milisinya adalah suatu organisasi yang powerful secara operasional dan mempunyai hirarki yang jelas dan baku. Terutama yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, pendanaan, dan hubungannya dengan satuan-satuan milisi bersenjata yang bertebaran di Timor timur. Sehingga dapat dibuktikan bahwa apa yang disebut dengan kontrol efektif memang eksis. - Tidak ditempatkannya posisi Eurico di tempat yang sewajarnya selama proses persidangan, serta minimnya kesaksian dari kalangan kalangan militer terhadapnya, juga tidak adanya saksi perwira tinggi militer yang diajukan oleh pembela dan JPU yang tampil di muka persidangan, menimbulkan kesan bahwa Eurico merupakan alat cuci tangan petinggi militer dalam pengadilan ad hoc ini. Jakarta, 12 November

PROGRESS REPORT IX. Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur. Jakarta, 20 Desember 2002.

PROGRESS REPORT IX. Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur. Jakarta, 20 Desember 2002. PROGRESS REPORT IX Pemantauan Pengadilan HAM Ad Hoc Perkara Pelanggaran HAM berat di Timor-timur Jakarta, 20 Desember 2002. KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN TANPA PENANGGUNG JAWAB Lembaga Studi dan Advokasi

Lebih terperinci

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Progress Report II Monitoring Pengadilan HAM Adhoc Untuk Perkara Pelanggaran Berat HAM di Timor Timur

Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Progress Report II Monitoring Pengadilan HAM Adhoc Untuk Perkara Pelanggaran Berat HAM di Timor Timur Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Progress Report II Monitoring Pengadilan HAM Adhoc Untuk Perkara Pelanggaran Berat HAM di Timor Timur I. Pengantar Pada bulan April 2002, masing-masing Majelis

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan

UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan UU Pengadilan Hak Asasi Manusia: Sebuah Tinjauan Ifdhal Kasim Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) A. Pengantar 1. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc untuk Timor Timur tingkat pertama telah berakhir.

Lebih terperinci

PROGRESS REPORT NO. 1

PROGRESS REPORT NO. 1 PROGRESS REPORT NO. 1 MONITORING PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA KASUS TIM-TIM ELSAM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jalan siaga II No 31 Pejaten Barat Jakarta 12510 Indonesia Tel : (62-61) 797 2662,

Lebih terperinci

Program Monitoring Pengadilan HAM Progress Report # 1 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) PROGRESS REPORT #1

Program Monitoring Pengadilan HAM Progress Report # 1 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) PROGRESS REPORT #1 PROGRESS REPORT #1 MONITORING PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA KASUS TIM-TIM ELSAM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jalan siaga II No 31 Pejaten Barat Jakarta 12510 Indonesia Tel : (62-61) 797 2662, 791

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual Hukum Acara Pidana dibuat adalah untuk melaksanakan peradilan bagi pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dan Mahkamah Agung dengan mengatur hak serta

Lebih terperinci

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM

Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 26 Tahun Tentang. Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 53 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN (yang telah disahkan dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 18 Juli 2006) RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Putusan Sela Daud Sihombing Tanggal 14 Juni 2004

Putusan Sela Daud Sihombing Tanggal 14 Juni 2004 Putusan Sela Daud Sihombing Tanggal 14 Juni 2004 Putusan sela Putusan Sela Nomor 2/A/Abepura/02/2004 demi keadilan terhadap kasus Abepura. Majelis Hakim pengadilan Hak Asasi Manusia pada pengadilan negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Peradilan Pidana Peradilan Pidana di Indonesia di selenggarakan oleh lembaga - lembaga peradilan pidana, yaitu Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan serta Lembaga Pemasyarakatan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

ALUR PERADILAN PIDANA

ALUR PERADILAN PIDANA ALUR PERADILAN PIDANA Rangkaian penyelesaian peradilan pidana terdiri atas beberapa tahapan. Suatu proses penyelesaian peradilan dimulai dari adanya suatu peristiwa hukum, misalnya seorang wanita yang

Lebih terperinci

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION )

PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION ) PENDAPAT HUKUM ( DISSENTING OPINION ) I. Pendahuluan 1. Mengingat sidang permusyawaratan Majelis Hakim tidak dapat dicapai mufakat bulat sebagaimana diatur di dalam pasal 19 ayat ( 5 ) Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DISTRIBUSI II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama : BANGUN ARITONANG Als PAK ENJEL

PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama : BANGUN ARITONANG Als PAK ENJEL PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 140/Pid.B/2013/PN.Unh.

P U T U S A N Nomor : 140/Pid.B/2013/PN.Unh. P U T U S A N Nomor : 140/Pid.B/2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana, pada tingkat pertama yang diperiksa

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 311/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : NURZANI Als ZANI Bin ATIN (Alm)

P U T U S A N Nomor : 311/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. : NURZANI Als ZANI Bin ATIN (Alm) P U T U S A N Nomor : 311/Pid.B/2013/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Bangkinang yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan

Lebih terperinci

Evaluasi Kritis Atas Kelemahan UU Peradilan HAM 1

Evaluasi Kritis Atas Kelemahan UU Peradilan HAM 1 Evaluasi Kritis Atas Kelemahan UU Peradilan HAM 1 Oleh : Budi Santoso 2 Dari proses peradilan HAM ad hoc Kasus Timor Timur Pasca Jajak Pendapat yang telah berlangsung hingga sekarang ini kita telah bisa

Lebih terperinci

Perlindungan Saksi di Pengadilan HAM dan Beberapa Masalahnya 1

Perlindungan Saksi di Pengadilan HAM dan Beberapa Masalahnya 1 Perlindungan Saksi di Pengadilan HAM dan Beberapa Masalahnya 1 Supriyadi Widodo Eddyono 2 Pengantar Perlindungan saksi yang di praktekkan selama ini dalam kasus-kasus Hak Asasi Manusia di Indonesia sebenarnya

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 133/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 40 Tahun / Tahun : Kel. Lalosabila Kec. Wawotobi Kab.

P U T U S A N Nomor : 133/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 40 Tahun / Tahun : Kel. Lalosabila Kec. Wawotobi Kab. P U T U S A N Nomor : 133/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-3 Pelanggaran HAM Menurut Undang-Undang No.39 tahun 1999 pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang

Lebih terperinci

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998

Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Briefing Pers Menyongsong Pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc Untuk Kasus Penghilangan Orang Secara Paksa 1997/1998 Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) Jakarta, 7 November 2009 I. Pendahuluan Menjelang

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO TERHADAP KEJAHATAN KEMANUSIAAN

PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO TERHADAP KEJAHATAN KEMANUSIAAN PERTANGGUNGJAWABAN KOMANDO TERHADAP KEJAHATAN KEMANUSIAAN (ANALISIS PUTUSAN NO. 45 PK/PID/HAM AD HOC/2004) Oleh : Faisal, SH., M.H.* Abstract Topics in this paper, will attempt to restore the accumulation

Lebih terperinci

MAKALAH. PENGADILAN HAM DI INDONESIA (Catatan Kritis Terhadap Pengadilan HAM Ad Hok Timor Timur dan Tanjung Priok)

MAKALAH. PENGADILAN HAM DI INDONESIA (Catatan Kritis Terhadap Pengadilan HAM Ad Hok Timor Timur dan Tanjung Priok) JAMUAN ILMIAH RULE OF LAW/RECHTSSTAAT: PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN DI INDONESIA Hotel Grand Mercure Jakarta Harmony, 29 November -1 Desember 2016 MAKALAH PENGADILAN HAM DI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa salah satu alat

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 30 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. No. 30 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 30 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.789, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPT. Kerjasama. Penegak Hukum. Penanganan Tindak Pidana. Terorisme PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/K.BNPT/11/2013

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id. P U T U S A N No. 11 / Pid.B / 2014 / PN. Sbg

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id. P U T U S A N No. 11 / Pid.B / 2014 / PN. Sbg P U T U S A N No. 11 / Pid.B / 2014 / PN. Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat pertama, telah

Lebih terperinci

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara 1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara pidana 2. PRAPERADILAN ADALAH (Ps 1 (10)) wewenang pengadilan

Lebih terperinci

Analisis Kasus. 1

Analisis Kasus.  1 ANALISA TERHADAP PUTUSAN KASUS PERBUATAN TIDAK MENYENANGKAN ATAS TERDAKWA HIDAYAT LUKMAN ALIAS TEDDY Desita Sari, S.H., Indah Lisa Diana, S.H dan Alfian Pada masa reformasi seperti sekarang ini, media

Lebih terperinci

Pengadilan Negeri tersebut; Telah membaca seluruh berkas perkara: Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan terdakwa.

Pengadilan Negeri tersebut; Telah membaca seluruh berkas perkara: Telah mendengar keterangan saksi-saksi dan terdakwa. PUTUSAN Nomor : 63/Pid.B/2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang bersidang dan mengadili perkaraperkara pidana pada pengadilan tingkat pertama yang

Lebih terperinci

Pembuktian : Tanggungjawab Komando

Pembuktian : Tanggungjawab Komando Pembuktian : Tanggungjawab Komando I. Pendahuluan Saat ini Pengadilan HAM Tanjung Priok telah memasuki tahap pembuktian, yaitu tahap pemeriksaan saksi. Bahkan, dalam salah satu berkas, yaitu berkas perkara

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N No : 590/PID/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada peradilan tingkat banding dengan acara

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN A. Hal-Hal Yang Menjadi Dasar Penyidik Memerlukan Keterangan Ahli Di Tingkat Penyidikan Terkait dengan bantuan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 134/Pid.B/2013/PN.Unh. : RUSLAN Als. DEDE Bin LASEDA. Umur/Tanggal lahir : 28 Tahun / 13 Agustus 1984

P U T U S A N Nomor : 134/Pid.B/2013/PN.Unh. : RUSLAN Als. DEDE Bin LASEDA. Umur/Tanggal lahir : 28 Tahun / 13 Agustus 1984 P U T U S A N Nomor : 134/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara I. PEMOHON Bachtiar Abdul Fatah. KUASA HUKUM Dr. Maqdir Ismail, S.H., LL.M., dkk berdasarkan surat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 64/Pid.B/2013/PN.Unh.

PUTUSAN Nomor : 64/Pid.B/2013/PN.Unh. PUTUSAN Nomor : 64/Pid.B/2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang bersidang dan mengadili perkaraperkara pidana pada pengadilan tingkat pertama yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 129/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

Perlindungan Saksi dan Korban Catatan Atas Pengalaman Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Pelanggaran HAM Berat di Timor-Timur

Perlindungan Saksi dan Korban Catatan Atas Pengalaman Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Pelanggaran HAM Berat di Timor-Timur Catatan Atas Pengalaman Pengadilan HAM Ad Hoc Kasus Pelanggaran HAM Berat di Timor-Timur Supriyadi Widodo Eddyono Wahyu Wagiman Zainal Abidin Jakarta 2005 kami dari NTT naik Kapal yang biayanya ini sekali,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor : 53/Pid.B/2014/PN-Sbg

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor : 53/Pid.B/2014/PN-Sbg P U T U S A N Nomor : 53/Pid.B/2014/PN-Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan

Lebih terperinci

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT

PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT PENYULUHAN INFORMASI DARI BAGIAN KEJAHTAN BERAT TUNTUTAN KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN UNTUK MANTAN MENTERI PERTAHANAN INDONESIA, KOMANDAN MILITER TERTINGGI INDONESIA DAN GUBERNUR TIMOR LESTE Resolusi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hak asasi manusia

Lebih terperinci

P U T U S A N No : 134 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No : 134 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No : 134 /Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan acara biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N Nomor 98/Pid.B/2014/PN-Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan

Lebih terperinci

PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DI BAWAH STANDAR. Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk.

PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DI BAWAH STANDAR. Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk. PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DI BAWAH STANDAR Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk. PENGANTAR Timor-Timur yang tadinya adalah provinsi ke 27 Republik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1492, 2014 KEJAKSAAN AGUNG. Pidana. Penanganan. Korporasi. Subjek Hukum. Pedoman. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-028/A/JA/10/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 18 Tahun / 01 Juni : Desa Lahunggubi Kec. Pondidaha Kab.

P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh. Umur/Tanggal lahir : 18 Tahun / 01 Juni : Desa Lahunggubi Kec. Pondidaha Kab. P U T U S A N Nomor : 127/Pid.B/2013/PN.Unh DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara pidana pada peradilan tingkat pertama

Lebih terperinci

PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DIBAWAH STANDAR. Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk.

PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DIBAWAH STANDAR. Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk. PENGADILAN HAM AD HOC TIMOR TIMUR DIBAWAH STANDAR Preliminary Conclusive Report Perkara Timbul Silaen, Abilio Soares dan Herman Sediyono dkk. PENGANTAR Timor-Timur yang tadinya adalah provinsi ke 27 Republik

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu alat bukti

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

*12269 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*12269 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 26/2000, PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA *12269 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 26 TAHUN 2000 (26/2000) TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 208, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4026) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 33/PID.SUS.Anak/2014/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR :239 / PID B / 2013/PN. BJ. menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa:----------------------

P U T U S A N NOMOR :239 / PID B / 2013/PN. BJ. menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa:---------------------- P U T U S A N NOMOR :239 / PID B / 2013/PN. BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan

Lebih terperinci

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA

PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA PENJATUHAN PIDANA BERSYARAT DAN MASALAHNYA SERTA KAITANNYA DENGAN PEMBINAAN DISIPLIN PRAJURIT DI KESATUANNYA 1. PENDAHULUAN Fakta dalam praktek peradilan pidana sering ditemukan pengadilan menjatuhkan

Lebih terperinci

PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008

PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA. R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008 PENGANTAR HUKUM ACARA PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA R. Herlambang Perdana Wiratraman Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 2 Juni 2008 Pokok Bahasan Apa prinsip-prinsip dan mekanisme hukum acara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 353 / PID B / 2013 /PN. BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 353 / PID B / 2013 /PN. BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 353 / PID B / 2013 /PN. BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 147 /Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor : 147 /Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 147 /Pid.B/2014/PN. BJ.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang mengadili perkara-perkara pidana biasa dalam peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

SUYETNO Binjai. 37 Tahun/16 Desember Laki-laki. Indonesia. Kabupaten Langkat Islam. Wirawasta.

SUYETNO Binjai. 37 Tahun/16 Desember Laki-laki. Indonesia. Kabupaten Langkat Islam. Wirawasta. P U T U S A N No. 487/PID.Sus/2014/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tgl.lahir : 41 tahun/18 Agustus 1971

P U T U S A N. Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur/Tgl.lahir : 41 tahun/18 Agustus 1971 P U T U S A N Nomor : 430/PID/2014/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat Banding,

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA A. Undang Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban Undang - undang ini memberikan pengaturan

Lebih terperinci

P U T U S A N No. 370/PID.B/2014/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N No. 370/PID.B/2014/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 370/PID.B/2014/PN.Bj DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 128 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. No. 128 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N No. 128 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Unaaha yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada peradilan tingkat pertama dengan

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI P U T U S A N. Nomor : 788/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI P U T U S A N. Nomor : 788/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 788/PID.SUS/2016/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di

Lebih terperinci

PENGADILAN MILITER II-08 J A K A R T A P U T U S A N Nomor : 26-K/PM II-08/AD/II/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Militer II-08 Jakarta yang bersidang di Jakarta dalam

Lebih terperinci

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bukan berdasarkan atas kekuasaan semata. Indonesia

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan akal budi dan nurani yang memberikan kepadanya kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk, yang

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab Program Studi Ilmu Hukum-Universitas Narotama Surabaya Abstrak Maraknya peredaran narkotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam buku pedoman Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUHAP) disebutkan bahwa tujuan hukum acara pidana adalah

Lebih terperinci

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud

Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud 15 Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Adapun jenis-jenis pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat, sebagai berikut: 1. Kejahatan Genosida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan

BAB I PENDAHULUAN. proses acara pidana di tingkat pengadilan negeri yang berakhir dengan pembacaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam persidangan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir dengan terdakwa mantan Deputi V Badan Intelijen Negara (BIN) Muchdi Purwopranjono yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 309/Pid.B/2014/PN.Sbg

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor 309/Pid.B/2014/PN.Sbg P U T U S A N Nomor 309/Pid.B/2014/PN.Sbg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama

Lebih terperinci

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp TAMBAHAN BERITA NEGARA RI MA. Uang Pengganti. Tipikor. Pidana Tambahan. PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA

Lebih terperinci

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG

INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL NUREMBERG PENGADILAN HAM A. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL (IMT) NUREMBERG B. INTERNATIONAL MILITARY TRIBUNAL FOR THE FAR EAST (IMTFE TOKYO C. INTERNATIONAL TRIBUNAL FOR THE PROSECUTION OF PERSONS RESPONSIBLE FOR

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017 Keterangan Saksi Yang Diberikan di Bawah Sumpah dan Tidak Hadir Dalam Persidangan Disamakan Nilainya dengan Keterangan Saksi Di Bawah Sumpah Yang Diucapkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 38 / Pid.Sus/ 2015 / PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 38 / Pid.Sus/ 2015 / PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 38 / Pid.Sus/ 2015 / PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Binjai mengadili perkara pidana dengan acara biasa pada peradilan tingkat pertama,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan transparansi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Tentang Kejaksaan a. Pengertian, Kedudukan, serta Tugas dan Wewenang Kejaksaan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia,

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN PUTUSAN NOMOR 29/PID/2017/PT MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat banding telah menjatuhkan putusan sebagai

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara

Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Tanggung Jawab Komando Dalam Pelanggaran Berat Hak Asasi Manusia Oleh : Abdul Hakim G Nusantara Impunitas yaitu membiarkan para pemimpin politik dan militer yang diduga terlibat dalam kasus pelanggaran

Lebih terperinci