Navigasi Mobile Robot Berbasis Trajektori dan Odometry dengan Pemulihan Jalur Secara Otomatis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Navigasi Mobile Robot Berbasis Trajektori dan Odometry dengan Pemulihan Jalur Secara Otomatis"

Transkripsi

1 Navigasi Mobile Robot Berbasis Trajektori dan Odometry dengan Pemulihan Jalur Secara Otomatis Jusuf Dwi Kariyanto 1, Ali Husein Alasiry 2, Fernando Ardila 3 Nofria Hanafi 4 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Electronics Engineering Polytechnic Institute of Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, INDONESIA Tel: +62 (31) ; Fax: +62 (31) jusuf_dk@yahoo.co.id Abstraks Sejauh ini banyak penelitian tentang kontrol pergerakkan mobile robot. Banyak tantangan yang dihadapi, diantaranya adalah sejauh mana mobile robot bisa mengatasi gangguan dan dituntut mencapai sebuah target posisi tertentu. Robot harus mampu mengetahui besarnya gangguan sehingga robot mampu bergerak kembali ke arah yang aman dan tetap berusaha mendekati target. Kebanyakan mobile robot tidak mengetahui dimana posisi robot saat bergerak, bagaimana navigasi robot untuk mencapai tujuan, dengan adanya gangguan yang datang dari luar dan robot dapat sampai pada tujuan. Oleh karena itu pada tugas akhir ini dibuat navigasi mobile robot berbasis trajektori dan odometry dengan pemulihan jalur secara otomatis untuk mencapai tempat tujuan dan mampu mengatasi gangguan dari luar yang menyebabkan robot berubah arah. Untuk mencapai target diam berupa sebuah posisi dalam koordinat kartesian (x_pos, y_pos, theta) diterapkan dengan teknik odometry. Data rotary encoder pada roda kanan dan kiri diolah dengan formula odometry dan dan dikonversi ke kinematika differential drive sehingga diperoleh data yang direspon oleh motor kanan dan kiri sehingga mobile robot mampu mengetahui posisinya dan jarak terhadap target saat itu. Implementasi metode ini sangat tepat dan memberikan banyak keunggulan. Mobile robot dengan kecepatan 0.52 m/s mampu mencapai target dengan error rata-rata 2,43 %. Pada kecepatan 0,75 m/s robot mampu mencapai target dengan error rata-rata 5,81 %. Pada kecepatan 0,52 m/s mobile robot dapat mengatasi gangguan yang ada dengan tetap mendekati target dengan penyimpangan jalur makasimal 10 cm sedangkan pada kecepatan 0,75 terjadi penyimpangan jalur sebesar 20 cm. Kata kunci : robot, navigasi,trajectory,odometry,differential I. PENDAHULUAN Sejauh ini banyak penelitian tentang kontrolpergerakkan robot secara konvensional. Sedangkan pada kenyataan suatu robot yang bergerak otonom, banyak tantangan yang dihadapi. Diantaranya adalah sejauh mana robot bisa mengatasi gangguan, dan dituntut mencapai sebuah target posisi tertentu. robot harus mampu mengetahui besarnya gangguan sehingga mampu bergerak kembali ke arah yang aman dan tetap berusaha mendekati target. kebanyakan robot tidak mengetahui dimana posisi robot sekarang[9], bagaimana navigasi robot untuk mencapai tujuan dengan adanya gangguan yang datang dari luar dan robot dapat sampai pada tujuan. Oleh karena itu pada tugas akhir ini dibuat robot yang dapat bernavigasi untuk mencapai tempat tujuan, dan mampu mengatasi gangguan dari luar yang menyebabkan robot berubah arah dengan robot tetap menuju target. Judul di ini di ambil berdasarkan masalah yang muncul pada Kones Robot Indonesia (KRI) Dimana robot terdiri dari 3 macam, yaitu 1 robot manual dan 2 robot otomatis. Robot manual dioperasikan oleh salah satu dari tim, sedangkan robot otomatis bekerja secara otomatis dengan target menyusun Loy Krathong dan memasang lilin. Navigasi robot otomatis tidak lagi menggunakan sensor garis untuk melaju menuju target, karena kegagalan pembacaan sensor garis sangat besar yang disebabkan bedanya intensitas cahaya pada masing-masing tempat. Maka dari itu sitem navigasi robot otomatis menggunakan metode berbasis odometry. Pada tugas akhir ini untuk mencapai target diam berupa sebuah posisi dalam koordinat kartesian (X_pos, Y_pos, theta) diterapkan dengan teknik odometry[2]. Data rotary encoder pada roda kanan dan kiri diolah dengan formula odometry sehingga robot mampu mengetahui posisinya dan jarak terhadap target saat itu. Implementasi metode ini sangat tepat dan memberikan banyak keunggulan. Permasalahan baru muncul pada saat kedua robot otomatis bekerja secara bersamaan, dimana tabrakan antara kedua robot bias saja terjadi. Robot mampu mengatasi gangguan yang ada dengan tetap mendekati target dan mencapainya dengan error kurang dari 5.81 %.. 1

2 A. Mikrokontroller[7] II. TINJAUAN PUSTAKA Mikrokontroler AT Mega 128 termasuk dalam keluarga AVR. Mikrokontroler AVR merupakan mikrokontroler berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computing) 8 bit. Mikrokontroler AVR didesain menggunakan arsitektur Harvard, di mana ruang dan jalur bus bagi memori program dipisahkan dengan memori data. Memori program diakses dengan singlelevel, di mana ketika sebuah instruksi dijalankan, instruksi lain berikutnya akan di prefetch dari memori program. ATmega128 memiliki throughputs mendekati 1 MIPS per MHz membuat desainer sistem dapat mengoptimalkan konsumsi daya yang diimbangi dengan kecepatan pemrosesan yang baik. Fitur yang dimiliki oleh AT Mega 128 adalah [1] Untuk pemrograman AT Mega 128 menggunakan pin PDO untuk MISO dan pin PDI untuk MOSI bukan menggunakan pin MISO dan MOSI yang ada pada paket IC AT Mega 128 karena umumnya kedua pin tsb dipakai untuk keperluan antarmuka SPI. Untuk pin konfigurasi pada paket IC AT Mega 128 dapat dilihat pada gambar 1. memperkuat torsi motor), selain itu robot dengan satu atau dua buah roda castor yang ditempatkan dibagian belakang robot yang berfungsi sebagai penyeimbang. Gambar 2. memperlihatkan arsitektur robot dilihat dari bagian atas. Jika kedua roda penggerak tersebut berputar dengan kecepatan yang sama maka robot tersebut akan bergerak dengan arah yang lurus, sedangkan jika kecepatan salah satu roda lebih lambat maka robot akan bergerak membentuk kurva dengan arah lintasan menuju salah satu roda yang bergerak lebih lambat. Gambar 2. Posisi dan Orientasi Mobile Robot Dalam Sistem Koordinat Cartesian[3] Gambar 1. Konfigurasi pin AT Mega 128[1] B. Sistem kemudi differential drive Salah satu jenis system kemudi mobile robot yang umum digunakan, terutama untuk dioperasikan dalam ruangan adalah mobile robot dengan pengemudian atau sistem penggerak diferensial (differential drive)[3]. Secara teknis, robot jenis ini pada dasarnya memiliki dua roda utama yang masing-masing digerakan oleh penggerak tersendiri (umumnya berupa motor DC magnet permanent dengan gear-pereduksi yang berfungsi untuk C. Model kinematika gerak mobile robot Pada Pada umumnya, kita dapat mengetahui posisi pergerakan robot berdasarkan kecepatan anguler rodarodanya, yang biasa disebut kinematik[10]. V R (t) = r.ώ. R (t) (1) V L (t) = r.ώ. L (t) (2) Namun, bagaimana kita dapat mengontrol robot untuk dapat bergerak sesuai dengan tujuan dengan memberikan input berupa posisi (x, y) dan sudut ( ), inilah yang disebut permasalahan kinematika terbalik (inverse kinematics problem). Sayangnya, pada differential drive robot memiliki pola non-holonomic, sehingga tidak dapat berpindah secara bergeser ke samping. D. Teori pendukung odometry Teori pendukung Sebuah metode dasar navigasi, digunakan oleh hampir semua robot, adalah odometry. Misalkan robot Anda dimulai pada start, menunjuk ke sumbuy. Posisi awal adalah (x, y, θ) = (0, 0, 0). Jika robot perjalanan (kira-kira) langsung selama tiga detik pada 1 m / s, menuju target yang dikehendaki misal (3, 0, 0) dengan sangat baik. Itulah esensi dari odometry.[11] Kecepatan motor memberi kita dua kuantitas yaitu tingkat di mana posisi mobile robot sudah berubah, dan tingkat di mana mobile robot bergerak maju. Yang harus kita 2

3 lakukan adalah mengintegrasikan dua kuantitas, dan kita akan memiliki posisi robot (x, y, θ). Kedengarannya agak sulit, tetapi rumus matematika akhirnya menjadi sangat sederhana. Dalam sistem nyata, data berasal dari sensor nyata yang diambil dengan sampel secara berkala. Setiap beberapa milidetik, kita mendapatkan pengukuran baru kecepatan motor kita. Misalkan Robot posisi di (x, y, θ). Mengingat bahwa panjang busur sama dengan jarijari kali sudut dalam, panjang busur ini adalah: d_center = (3) Mengingat geometri dasar, kita tahu bahwa: (4) (5) Jika d_baseline adalah jarak antara roda kiri dan kanan, kita dapat menulis: Mengurangkan (2) dari (3), kita melihat: (6) Gambar 3 Geometri Odometry. Selama periode waktu kecil, gerak robot dapat berbentuk busur.[11] Tergantung pada jenis sensor yang kita gunakan, kita mungkin mendapatkan bebrapa pengukuran kecepatan motor (dalam radian), atau perkiraan seberapa cepat motor berputar (tingkat sudut, radian / detik.) Mengingat jumlah rotasi dari motor dan diameter roda, kita dapat menghitung jarak yang sebenarnya. Misalkan roda kiri digerakkan oleh jarak d_left dan roda kanan telah pindah d_right Untuk beberapa periode waktu kecil (seperti yang d_left dan d_right pendek), kita cukup bisa berasumsi bahwa lintasan mobile robot adalah busur (lihat Gambar. 3) Masalah odometry adalah untuk memecahkan (x', y', ') yang diberikan (x, y, θ) dan d_baseline. Dalam gambar, robot bergerak berlawanan arah jarum jam. Keadaan awal (x, y, θ) mendefinisikan titik awal robot, dengan θ mewakili tujuan robotnya. Setelah robot telah digerakkan oleh d_left dan d_right, kita ingin menghitung posisi baru, (x', y', '). Titik tengah robot, perjalanan sepanjang busur juga. Kami menghitung pusat P lingkaran dengan memaksa d_left dan d_right menjadi dua busur dengan sudut yang sama φ. Dari ini, kita dapat menghitung posisi robot baru (x', y', '). (7) (8) (9) (10) Kemudian kita hitung posisi robot yang baru. Semua busur memiliki asal mula yang sama di titik P. Perhatikan bahwa sudut dasar robot sehubungan dengan sumbu x adalah θ π/2. koordinat P: (11) Py = y r_center sin(θ π/2) = y + rcenter cos(θ) (12) Sekarang kita dapat menghitung x' dan y' : Dan x' = Px + r_center cos(φ + θ π/2) (13) = x r_center sin(θ) + r_center = x + r_center [ sin(θ) + sin(φ)cos(θ) + sin(θ)cos(φ)] y' = Py + r_center sin(φ + θ π/2) Gambar 4 Geometri odometry Detil.[11] = y + r_center cos(θ) r_center cos(φ + θ) (14) = y + r_center [cos(θ) cos(φ)cos(θ) + sin(θ)sin(φ) 3

4 Jika φ adalah kecil, kita dapat menentukan sin (φ) = φ dan cos (φ) = 1. Maka didapatkan : x' = sin(θ) + φcos(θ) + sin(θ) = x + r_center φcos(θ) = x + d_center cos(θ) (15) Dan y' = y + r_center [cos(θ) cos(θ) + φsin(θ)] = y + r_center [φsin(θ)] = y + d_center sin(θ) Akhirnya, kita dapatkan persamaan odometry (x', y', ').: (16) d_center = (17) (18) ' = θ + φ (19) x' = x + d_center cos(θ) (20) y' = y + d_center sin(θ) (21) Gambar 5 Blok bagian sistem keseluruhan C. Perancangan dan pembuatan perangakat keras Rotary encoder Untuk mendeteksi perpindahan atau putaran motor digunakan sensor rotary encoder. Yang menjadi pilihan adalah Incremental Encoder. Rotary Encoder Relatif (sering disebut juga Incremental Encoder) digunakan ketika metode pengkodean absolut tidak bisa digunakan (disebabkan ukurandan bentuk piringan/cakram). Metode ini juga menggunakan piringan yang dipasang pada poros, tetapi ukuran piringan/cakram kecil, dengan jumlah garis radial yang banyak, seperti jeruji roda. Sebuah saklar optik, seperti photodiode, menghasilkan pulsa listrik. Kemudian rangkaian kontrol elektronika menghitung pulsa untuk menerjemahkan sudut putar dari poros. III. PERANCANGAN SISTEM A. Blok diagram system Secara keseluruhan, robot ini terbagi dalam beberapa blok, yaitu : Gambar 7 Incremental Rotary Encoder Berikut ini gambar rangkaian interface dengan mikrokontroler. Gambar 6. Diagram Blok Mobile Robot Berbasis Odometry. B. Perancangan desain dan pembuatan mekanik Robot didesain berbentuk kotak dengan dua motor dibelakang dan dua roda bebas di depan. Robot dibuat bertingkat dua, hal ini dikarenakan robot hanya berdiameter 14 cm, sedangkan rangkaian pendukung robot yang cukup banyak serta baterai yang cukup besar. Pada tingkat dasar terdiri dari motor kanan dan kiri, roda kanan dan kiri dengan rotary encoder, serta baterai 12 volt. Pada tingkat kedua berupa PCB rangkaian elektronika yang menyatu dengan lima buah sensor ultrasonic. Hal ini dimaksudkan demi pencapaian desain yang serendah mungkin supaya robot mempunyai keseimbangan beban yang baik. Gambar 8. Interface rotary encoder dengan mikrokontroler 4

5 Rangkaian Driver Motor H-Bridge 6 MOSFET Rangkaian driver motor ini dapat disebut juga rangkaian H- Bridge 6 transistor. Dimana terdiri dari 2 transistor PNP dan 4 transistor NPN. 16 Mhz Gambar 9. skema rangkaian driver motor H-Bridge "A" berupa input 1 (+5 V) ketika transistor Q1 R4 On maka Q5 akan turun turun menjadi 0,2 volt. Dengan demikian, transistor Q1 P-jenis diaktifkan. "B" input, 0 (0V) akan dinonaktifkan bila P6 transistor dan R2 melalui pintu gerbang transistor Q 2, tegangan rangkaian 12 volt akan naik. Bias tegangan transistor Q 4 on ktika transistor Q1 diaktifkan, akan mendekati 12 volt. Jadi, arus motor akan dari kiri ke kanan. Transistor Q7, Q5 diterapkan untuk input A = 1 dan B = 1, dengan menonaktifkan transistor MOSFET mencegah arus pendek. Sirkuit transistor Q 3 dan Q 4 dapat digunakan untuk daya MOSFET N-type. IRFZ44 yang mampu dilewati arus 50 ampere dan transistor sangat kuat. Kapasitas saat ini untuk transistor Q1 dan Q2 juga dekat dengan MOSFET N-jenis dapat digunakan dalam P-type MOSFET. IRF9540 dapat menampung 23 amp. Sirkuit 9 volt sampai 20 volt untuk bekerja secara lancar pada tegangan suplai. 12-volt tegangan suplai, Sesuai dengan nilai saat ini dari transistor seçilmellidir pendingin disukai, sampai 3 A ada saat ini tidak perlu menginstal pendingin. Kerugian kerugian hanya pada dc grafik (steady-state loss), switching (switching) kerugian tidak termasuk dalam meningkatkan frekuensi switching, kerugian akan meningkat transistor lebih banyak dan lebih akan mendapatkan panas. Minimum System ATmega128 Minimum system ATmega128 tidaklah sama dengan ATmega lainnya dimana PIN yang digunakan sebagai downloader bukan pada pin MOSI, MISO, SCK, RESET, (+), (-). perhatikan gambar rangkaian berikut ini untuk skematik rangkaian minimum system ATmega128. Gambar 10 Minimum system atmega128 [7] Rangkaian regulator switching Setiap mikrokontroller pasti membutuhkan sumber tegangan, lazimnya adalah 5 Volt (meskipun ada beberapa yang bisa memakai tegangan Volt). Tapi, apakah masih memakai LM7805 untuk sumber tegangan 5Volt? Anda perlu heatsink yang besar kan kalau memakai LM7805 karena panasnya terlalu panas. Tampaknya anda perlu mengucapkan selamat tinggal kepada LM7805, karena National Semiconductor sudah mengeluarkan LM2576 untuk regulator 5 volt berjenis Simple Switcher. Rangkaiannya (diambil dari datasheet LM2576): Gambar 11 PCB switching [4] Dengan beban 1 Ampere pada Output dan Input 12 Volt, LM2576 hanya hangat saja, karena bekerja dengan prinsip switching power supply. Komponen yang kritis adalah:coil L1 = 100uH Gunakan coil yang ukuran kawatnya cukup besar sehingga dapat dialiri arus cukup besar, mungkin anda perlu mencoba-coba dahulu induktor yang cocok. Terkadang agak sulit mencarinya di pasar lokal, tapi beberapa toko sudah menjualnya.catch Dioda 1N5822 Capasitor gunakan yang berkualitas tinggi (105 derajat celcius), biar enggak meletus! Untuk input lebih dari 12 volt saya sarankan memakai heatsink kecil.saat mendesain PCB, usahakan jalur Ground dibuat setebal dan sedekat mungkin dengan LM

6 D. Perancangan dan pembuatan perangakat luna Algoritma metode odometry distance = (left_encoder + right_encoder) / 2 theta += (left_encoder - right_encoder) /HEEL_BASE; X_position += distance * sin(theta); Y_position += distance * cos(theta); Target +=(((float)target-fabs(heading_error))*0.045); Target_Bearing = (Rads*(atan(y/x))); heading_error += target_bearing - (theta*rads); Steering+=((float)Heading_Error*Kp)+((float)D_Error* Kd); MKA= Target - Steering; MKI= Target + Steering; Gambar 12. Algoritma odometry Mekanisme Kerja : Pada start awal robot berada pada posisi (x=0,y=0,theta=0). Dengan ATtiny 2313 untuk membaca rotary encoder sehingga diketahui posisi dengan perhitungan di dalamnya. Dengan pengiriman serial, data scanning dan posisi dikirim ke ATMega 128 sebagai masternya. Di dalam ATMega 128 inilah metode odometry diterapkan. Dengan masukan berupa data scanning dan posisi tersebut kemudian diolah menggunakan metode odometry dan dikonversi ke kinematika differential drive sehingga diperoleh data agar direspon oleh motor vexta Robot bergerak dari Start menuju target berdasarkan titik koordinat yang kita inginkan berupa (x,y). Pada start awal nilai theta = 0, dan robot akan bergerak berdasarkan perubahan theta yang menyebabkan heading robot berubah. Pada saat robot bergerak secara otomatis robot mengambil titik sampling dalam hitungan waktu tertentu untuk mencapai target. Perhitungan metode odometry (a) (b) Gambar 14. simulasi odometry (a) tidak ada gangguan (b) ada gangguan Gambar 13. Proses navigasi robot untuk mencapai target Pada Gambar 14(a) robot bergerak dengan metode trajektori [6] dan odometry dimana tidak ada gangguan dari luar, maka robot dengan pasti akan mencapai target. Sedangkan Gambar 14(b), robot bergerak dari start kemudian di tengah jalan terdapat gangguan dari luar (tabrakan) yang menyebabkan robot keluar dari trak odometri. Dengan melihan data rotary pada saat terjadi tabrakan, maka besarnya error/penyimpangan jalur akan diketahui. Kemudian data error akan diolah untuk mendapatkan trak baru untuk mencapai target. Dengan kata lain robot merecord setiap pergerakan dari rotary robot melalui Xbee Pro dikirim ke PC. Dengan Visual Basic (VB), data diolah untuk mengetahui terjadinya error pada robot. Dan akan dilakukan pemulihan jalur secara otomatis berdasarkan data sebelumnya. Sehingga robot mendapatkan trak baru untuk mencapai target. 6

7 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA A. Pengujian Kecepatan motor Robot Tachometer Digital juga Incremental Encoder) digunakan ketika metode pengkodean absolut tidak bisa digunakan (disebabkan ukurandan bentuk piringan/cakram). Metode ini juga menggunakan piringan yang dipasang pada poros, tetapi ukuran piringan/cakram kecil, dengan jumlah garis radial yang banyak, seperti jeruji roda. Sebuah saklar optik, seperti photodiode, menghasilkan pulsa listrik. Kemudian rangkaian kontrol elektronika menghitung pulsa untuk menerjemahkan sudut putar dari poros. Pada pengujian kali ini, rotary di pasang tepat sejajar dengan roda belakang robot. UIntuk melihat data rotary maka robot dijalankan secara otomatis dengan kecepatan PWM 5. Robot akan berjalan maju dan rotary akan menghitung jarak yang telah ditempuh. Robot akan berhenti pada jarak yang telah ditentukan. Berikut adalah proses pengujian rotary. Gambar 15 Pengukuran PWM Dari data percobaan di atas diperoleh bahwa, motor baru bisa berputar setelah PWM mencapai 2(unsigned char) dan menghasilkan kecepatan 22rpm. Disini pengukuran dilakukan untuk mengetahui keseimbangan navigasi motor. Dimna kedua motor harus mempunyai respon yang sama. Kecepatan motor sebanding denga PWM, disini pada saat kecepatan mencapai 301rpm maka meskipun PWM dinaikan, kecepan motor akan konsatan. Hal ini dikarenakan motor mempunyai kecepatan maksimal sesuai dengan sepesifikasinya. Dengan respon motor yang sama diharapkan robot dapat berjalan lurus saat diberi PWM yang sama. Ketidak samaan respon kecepatan bisa dipengaruhi oleh faktor mekanik dan umur dari motor itu sendiri. Gambar 16 Pengukuran rotary B. Pengujian Rotary Encoder Untuk mendeteksi perpindahan atau putaran motor digunakan sensor rotary encoder. Yang menjadi pilihan adalah Incremental Encoder. Rotary Encoder Relatif (sering disebut Analisa : Data yang dihasilkan rotary berupa logic 0/1, yang dibaca oleh mikrokontroler melelui komparator internal. Dari data diatas diperoleh bahwa pulsa rotary kanan dan kiri hampir sama, ketidaksamaan ini disebabkan oleh permukaan lintasan dan getaran saat robot bergerak. Semakin besar jumlah pulsa rotary dalam satu putaran maka sensitifitass dari rotary sangatlah besar. 7

8 C. Pengujian Odometry Pada pengujian ini robot akan diberi jalur berupa beberapa titik koordinat (x,y) yang harus ditempuh. posisi awal robot sebelum bergerak adalah (0,0). secara umum seluruh lintasan robot dapat dibagi menjadi empat kuadran yaitu kuadran satu, dua, tiga dan empat. berikut pemetaan koordinat berdasarkan kuadrannya : Tabel 4.1. Pembagian Kuadran Kuadran X Y Letak terhadap titik awal Kanan depan Kiri depan Kiri belakang Kanan belakang Lintasan robot dibuat di PC dengan menggambar pada kotak yang tersedia. kotak-kotak ini memiliki ukuran 50 pixel x 50 pixel yang mana pada kondisi nyata kotak ini berukuran 50cm x 50cm. posisi awal robot digambarkan dengan kotak berwarna Biru sedangkan titik tujuan robot digambarkan dengan lingkaran kuning dengan garis tepi hitam dan berwarna putih pada target terdapat warna hitam pada bagian tengahnya Posisi target berada pada koordinat (x,y) dalam satuan cm. Sehingga kalau dihitung jarak menuju target sebesar total distance cm. Error diketahui dari jarak posisi akhir robot berhenti terhadap target berupa deadzone dengan radius 3cm. Ketika robot sudah masuk deadzone maka target telah tercapai. Berikut ini error pencapaian target dengan lima kali percobaan, dimana terdiri dari 5 macam target dan 5 kali percobaan setiap target Odometry dengan target 1 titik Robot berada pada posisi start, sebelum menerima data dari server. Data yang diterima robot berupa koordinat (x,y) yang akan dijadikan sebagai target. Dimana robot harus bias mencapai target tersebut. Disini pertama kali robot berada pada posisi star(0,0) dan di sart menuju target (250,450). Jalur lintasan robot ditunjukan dengan garis warna merah. BAB V KESIMPULAN Dari pengujian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Mobil robot telah berhasil bernavigasi odometry dengan tingkat error rata-rata 2,43% dan error maksimal 5,81%. 2. Robot dapat mengatasi gangguan yang datang tibatiba. Sehingga robot tidak berubah arah karena sebuah gangguan dan dapat kembali ke track semula dan kembali bergerak menuju target. 3. Kesalahan dalam pemasangan roda kanan dan kiri sangat mempengaruhi navigasi robot. 4. Faktor pengali encoder dalam konversi pulsa ke jarak tempuh yang tidak benar akan mempengaruhi titik X dan titik Y 5. Nilai wheel base yang tidak benar akan mempengaruhi sudut hadap robot. 6. Pencapaian target dengan teknik odometry sangat dipengaruhi oleh selip roda. Semakin panjang rute yang berbelok-belok maka potensi selip semakinbesar 7. Secara perhitungan di mikrokontroller (robot) hasil yang didapat mendekati 100% namun pada kondisi riil robot sering melenceng dari posisinya.. Gambar 17 Posisi start robot Gambar 1Kemampuan robot dalam mencapai target DAFTAR PUSTAKA [1] Mobile robot, [2] Anderson David, IMU Odometry, Article, October 2006 Dallas, Texas, [3] Borenstein J, Y. Koren.Potential Field Methods and Their Inherent Limitations for Mobile Robot Navigation, Paper; 1991 [4] Gregor Klancar, Drago Matko, Saso Blazic. Mobile Robot Control on a reference Path, Proc. Paper; June 2005 [5] Kwon Y.D, Lee Jin S. An Obstacle Avoidance Algorithm for Mobile Robot. Paper; [6] Setiawan Iwan, Perancangan dan Implementasi Sistem Kontrol Navigasi Robot Mobile Penjejak Trayektori Bezier, Paper, Laboratorium Teknik Kontrol Otomatis, Teknik Elektro Undip [7] Anonym (2010) datasheet ATmega 128, Atmel, Diakses pada 19 September

PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY

PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY Bayu Sandi Marta (1), Fernando Ardilla (2), A.R. Anom Besari (2) (1) Mahasiswa Program Studi Teknik Komputer, (2) Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry

Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV Pengujian Alat dan Analisa BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4. Tujuan Pengujian Pada bab ini dibahas mengenai pengujian yang dilakukan terhadap rangkaian sensor, rangkaian pembalik arah putaran

Lebih terperinci

Rancang Bangun Program Visualisasi Pergerakan Differential Drive Mobile Robot

Rancang Bangun Program Visualisasi Pergerakan Differential Drive Mobile Robot Rancang Bangun Program Visualisasi Pergerakan Erni Dwi Wahyuni Jurusan Teknik Informatika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember E-mail : ernidw@student.eepis-its.edu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN SKRIPSI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp & Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendeteksi pada robot menghindar halangan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendeteksi pada robot menghindar halangan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pendeteksi pada robot menghindar halangan banyak menggunakan sensor sebagai acuan dalam menghindari halangan. Pengaplikasian obstacle avoidance robot

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik robot. Sedangkan untuk pembuatan perangkat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah :

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana. simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal dasar tentang bagaimana simulasi mobil automatis dirancang, diantaranya adalah : 1. Menentukan tujuan dan kondisi pembuatan simulasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan BAB III MEODE PENELIIAN DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan dan penelitian laboratorium. Studi kepustakaan dilakukan sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Tujuan Tujuan dari pengujian alat pada tugas akhir ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kinerja sistem yang telah dibuat dan untuk mengetahui penyebabpenyebab ketidaksempurnaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat BAB III PERANCANGAN Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai perancangan dan realisasi sistem bagaimana kursi roda elektrik mampu melaksanakan perintah suara dan melakukan pengereman otomatis apabila

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM. didapat suatu sistem yang dapat mengendalikan mobile robot dengan PID BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dibahas hasil analisa pengujian yang telah dilakukan, pengujian dilakukan dalam beberapa bagian yang disusun dalam urutan dari yang sederhana menuju

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN BOR PCB OTOMATIS BERBASIS COMPUTER NUMERICAL CONTROL (CNC)

RANCANG BANGUN MESIN BOR PCB OTOMATIS BERBASIS COMPUTER NUMERICAL CONTROL (CNC) TUGAS AKHIR RE 1559 RANCANG BANGUN MESIN BOR PCB OTOMATIS BERBASIS COMPUTER NUMERICAL CONTROL (CNC) BAMBANG YUDHO HARYANTO NRP 2202100047 Dosen Pembimbing Ir.Djoko Purwanto,M.Eng,Ph.D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

kan Sensor ATMega16 Oleh : JOPLAS SIREGAR RISWAN SIDIK JURUSAN

kan Sensor ATMega16 Oleh : JOPLAS SIREGAR RISWAN SIDIK JURUSAN Rancang Bangun Robot Pemindah Barang Berdasarkan Garis Hitam Menggunak kan Sensor Warna RGB Berbasis Mikrokontroler ATMega16 LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaik kan Pendidikan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Robot Leader Dan Robot Follower Dengan Sistem Navigasi Sensor Infra Merah

Rancang Bangun Robot Leader Dan Robot Follower Dengan Sistem Navigasi Sensor Infra Merah The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Rancang Bangun Robot Leader Dan Robot Follower Dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PENDETEKSI HALANG RINTANG BERBASIS MIKROKONTROLER AVR SKRIPSI

RANCANG BANGUN ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PENDETEKSI HALANG RINTANG BERBASIS MIKROKONTROLER AVR SKRIPSI 1 RANCANG BANGUN ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PENDETEKSI HALANG RINTANG BERBASIS MIKROKONTROLER AVR SKRIPSI Oleh Wahyu Adi Nugroho NPM. 0734210306 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535

SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 3 PENERAPAN FILM Ba 0,55 Sr 0,45 TiO 3 (BST) SEBAGAI SENSOR CAHAYA DAN SENSOR SUHU PADA MODEL SISTEM PENGERING OTOMATIS PRODUK PERTANIAN BERBASIS ATMEGA8535 23 Pendahuluan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global

Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Neural Network Dengan Umpan Balik Kamera Pemosisian Global The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Pengendalian Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode

Lebih terperinci

Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID

Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID Journal of Electrical Electronic Control and Automotive Engineering (JEECAE) Pengendalian Gerak Robot Penghindar Halangan Menggunakan Citra dengan Kontrol PID Basuki Winarno, S.T., M.T. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 03, No 2 (2015), hal ISSN X IMPLEMENTASI ALGORITMA MAZE SOLVING PADA ROBOT LINE FOLLOWER

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 03, No 2 (2015), hal ISSN X IMPLEMENTASI ALGORITMA MAZE SOLVING PADA ROBOT LINE FOLLOWER IMPLEMENTASI ALGORITMA MAZE SOLVING PADA ROBOT LINE FOLLOWER [1] Mega Nurmalasari, [2] Dedi Triyanto, [3] Yulrio Brianorman [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jalan

Lebih terperinci

SISTEM ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PEMADAM API BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51. Budi Rahmani, Djoko Dwijo Riyadi ABSTRAK

SISTEM ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PEMADAM API BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51. Budi Rahmani, Djoko Dwijo Riyadi ABSTRAK SISTEM ROBOT PENGIKUT GARIS DAN PEMADAM API BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 Budi Rahmani, Djoko Dwijo Riyadi ABSTRAK Robot Pengikut Garis merupakan suatu bentuk robot bergerak otonom yang mempunyai misi

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK

SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK SISTEM KENDALI JARAK JAUH MINIATUR TANK TANPA AWAK OLEH : Eko Efendi (2211030009) Dio Adya Pratama (2211030036) Dosen Pembimbing : Suwito ST.,MT NIP. 19810105 200501 1004 Latar Belakang Meminimalisir prajurit

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 TROLI PENGIKUT OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER AVR Albertus Vendy Adhitya, Lanny Agustine*, Antonius Wibowo Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan. 33 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan

Lebih terperinci

ROBOT PENYUSUN BUKU PADA PERPUSTAKAAN DENGAN WEB CAMERA

ROBOT PENYUSUN BUKU PADA PERPUSTAKAAN DENGAN WEB CAMERA ROBOT PENYUSUN BUKU PADA PERPUSTAKAAN DENGAN WEB CAMERA Firdaus Surya Pradana 1, Ali Husein A 2, Taufiqurrahman 2,Edy Satriyanto 2 1 Penulis,Mahasiswa Jurusan Teknik Elektronika PENS-ITS 2 Dosen Pembimbing,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Pengerjaan Tugas Akhir ini dapat terlihat jelas dari blok diagram yang tampak pada gambar 3.1. Blok diagram tersebut menggambarkan proses dari capture gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS 3.1. Spesifikasi Perancangan Perangkat Keras Secara sederhana, perangkat keras pada tugas akhir ini berhubungan dengan rancang bangun robot tangan. Sumbu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Identifikasi Kebutuhan Proses pembuatan alat penghitung benih ikan ini diperlukan identifikasi kebutuhan terhadap sistem yang akan dibuat, diantaranya: 1. Perlunya rangkaian

Lebih terperinci

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt

PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt PENENTUAN SUDUT LENGAN ROBOT HUMANOID BERDASARKAN KOORDINAT YANG DIKIRIM DARI PC MENGGUNAKAN USER INTERFACE YANG DIBUAT DARI Qt Adiyatma Ghazian Pratama¹, Ir. Nurussa adah, MT. 2, Mochammad Rif an, ST.,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Rancangan Sistem Secara Keseluruhan Pada dasarnya Pengebor PCB Otomatis ini dapat difungsikan sebagai sebuah mesin pengebor PCB otomatis dengan didasarkan dari koordinat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini bertempat di laboratorium Terpadu Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung pada bulan Desember 2013 sampai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini Bluetooth sebagai alat komunikasi penghubung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API

ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API 168 Jupii: ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API ROBOT CERDAS BERKAKI PEMADAM API Keen Jupii 1), Ferry A.V. Toar 2) E-mail: te_02002@yahoo.com, toar@mail.wima.ac.id. ABSTRAK Pembuatan robot cerdas ini di latar

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN RPBOT PENGHISAP DEBU

BAB IV PENGUJIAN RPBOT PENGHISAP DEBU BAB IV PENGUJIAN RPBOT PENGHISAP DEBU 4.1 Umum Setiap perancangan perangkat elektronika baik otomotis maupun manual dibutuhkan tahap-tahap khusus guna untuk menghasilkan perangkat yang baik dan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain:

BAB III METODE PENELITIAN. diperlukan dengan beberapa cara yang dilakukan, antara lain: BAB III METODE PENELITIAN Dalam pembuatan kendali robot omni dengan accelerometer dan keypad pada smartphone dilakukan beberapa tahapan awal yaitu pengumpulan data yang diperlukan dengan beberapa cara

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang perancangan sistem yang dibuat dimana diantaranya terdiri dari penjelasan perancangan perangkat keras, perancangan piranti lunak dan rancang bangun

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER

PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Jurnal Sistem Komputer Unikom Komputika Volume 1, No.1-2012 PENGENDALIAN SUDUT PADA PERGERAKAN TELESKOP REFRAKTOR MENGGUNAKAN PERSONAL COMPUTER Usep Mohamad Ishaq 1), Sri Supatmi 2), Melvini Eka Mustika

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Nur Hudi, Lestari; Robot Omni Directional Steering Berbasis Mikrokontroler ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari Abstrak: Robot Omni merupakan seperangkat

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh : M. NUR SHOBAKH

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh : M. NUR SHOBAKH PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN ROBOT PENGIKUT GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER SEBAGAI MEJA PENGANTAR MAKANAN OTOMATIS Oleh : M. NUR SHOBAKH 2108 030 061 DOSEN PEMBIMBING : Dr. Ir. Bambang Sampurno,

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER

PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER PEMROGRAMAN ROBOT PENJEJAK GARIS BERBASIS MIKROKONTROLER Oleh : Ihyauddin, S.Kom Disampaikan pada : Pelatihan Pemrograman Robot Penjejak Garis bagi Siswa SMA Negeri 9 Surabaya Tanggal 3 Nopember 00 S SISTEM

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sudah menjadi trend saat ini bahwa pengendali suatu alat sudah banyak yang diaplikasikan secara otomatis, hal ini merupakan salah satu penerapan dari perkembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Proses alur penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tahap atau langkah-langkah yang peneliti lakukan mulai dari proses perancangan model hingga hasil akhir dalam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Perancangan merupakan proses yang kita lakukan terhadap alat, mulai dari rancangan kerja rangkaian hingga hasil jadi yang akan difungsikan. Perancangan dan pembuatan alat merupakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAKAN ROBOT BERODA TIGA UNTUK PEMBERSIH LANTAI Muhammad Firman S. NRP 2210 030 005 Muchamad Rizqy NRP 2210 030 047 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto Effendie AK, M.T NIP. 19570424

Lebih terperinci

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno

Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno 1 Perancangan Alat Fermentasi Kakao Otomatis Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno Anggara Truna Negara, Pembimbing 1: Retnowati, Pembimbing 2: Rahmadwati. Abstrak Perancangan alat fermentasi kakao otomatis

Lebih terperinci

Oleh : Pembimbing : Rachmad Setiawan, ST.,MT. NIP

Oleh : Pembimbing : Rachmad Setiawan, ST.,MT. NIP Oleh : Armaditya T. M. S. Syahdari Lutfi Akbar 2207030015 2207030057 Pembimbing : Rachmad Setiawan, ST.,MT. NIP. 19690529.199512.1.001 Bidang Studi Komputer Kontrol Program Studi D3 Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III Perancangan dan Pembuatan Alat BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Perancangan Alat 3.1.1. Blok Diagram Blok kontrol sistem penjejak matahari 4 arah adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Blok Perancangan Sistem Kontrol Sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM

PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM PENGATURAN KECEPATAN DAN POSISI MOTOR AC 3 PHASA MENGGUNAKAN DT AVR LOW COST MICRO SYSTEM Fandy Hartono 1 2203 100 067 Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. 2-1970 02 12 1995 12 1001 1 Penulis, Mahasiswa S-1

Lebih terperinci

BAGIAN DUA : INFORMASI LENGKAP MENGENAI ROBOT

BAGIAN DUA : INFORMASI LENGKAP MENGENAI ROBOT BAGIAN DUA : INFORMASI LENGKAP MENGENAI ROBOT 1. Nama Tim : Robot CETE 88 2. Robot : Jumlah Robot (a) Robot Manual 1 Unit (b) Robot Otomatis 3 Unit Pada bagian kedua ini akan di jelaskan deskripsi dari

Lebih terperinci

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya

Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Robot Bergerak Penjejak Jalur Bertenaga Sel Surya Indar Sugiarto, Dharmawan Anugrah, Hany Ferdinando Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Email: indi@petra.ac.id,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Didalam merancang sistem yang akan dibuat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelumnya, pertama-tama mengetahui prinsip kerja secara umum dari sistem yang akan dibuat

Lebih terperinci

Robot Line Follower Berbasis Mikrokontroler Atmega 16 dengan Menampilkan Status Gerak Pada LCD

Robot Line Follower Berbasis Mikrokontroler Atmega 16 dengan Menampilkan Status Gerak Pada LCD Robot Line Follower Berbasis Mikrokontroler Atmega 16 dengan Menampilkan Status Gerak Pada LCD Achmad Zakki Falani, Setyawan Budi Fakultas Ilmu Komputer Prodi Sistem Komputer, Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. (secara hardware).hasil implementasi akan dievaluasi untuk mengetahui apakah BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pelaksanaan dari perancangan telah dibuat dan dijelaskan pada Bab 3, kemudian perancangan tersebut diimplementasi ke dalam bentuk yang nyata (secara hardware).hasil implementasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

Teknik Elektronika Vol.2, No.2, 2015 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Teknik Elektronika Vol.2, No.2, 2015 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jurnal Elektro PENS www.jurnalpa.eepis-its.edu Teknik Elektronika Vol.2, No.2, 2015 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Sistem Navigasi Mobile Robot Omni Directional Menggunakan Multi Sensor Optical

Lebih terperinci

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL

PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL PENGENDALIAN POSISI MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE NEURAL NETWORK DENGAN UMPAN BALIK KAMERA PEMOSISIAN GLOBAL Randy Reza Kautsar (1), Bima Sena Bayu D S.ST M.T (2), A.R. Anom Besari. S.ST, M.T (2) (1)

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Sistem Gambaran sistem dapat dilihat pada blok diagram sistem di bawah ini : Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Berdasarkan blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR

ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR ALAT PENGINGAT DAN PEMBATAS KECEPATAN PADA KEDARAAN BERMOTOR Sigit Sulistio R. Enggal Desiyan Defri Yosrizal Jurusan Teknik Informatika STMIK PalComTech Palembang Abstrak Tingkat kecelakaan lalu lintas

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID

PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID PERANCANGAN PENGENDALI POSISI LINIER UNTUK MOTOR DC DENGAN MENGGUNAKAN PID Endra 1 ; Nazar Nazwan 2 ; Dwi Baskoro 3 ; Filian Demi Kusumah 4 1 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas

Lebih terperinci

MOBILE ROBOT DENGAN PENGONTROLAN PERINTAH SUARA BERBASIS ANDROID

MOBILE ROBOT DENGAN PENGONTROLAN PERINTAH SUARA BERBASIS ANDROID JURNAL MANUTECH 9 MOBILE ROBOT DENGAN PENGONTROLAN PERINTAH SUARA BERBASIS ANDROID Eko Sulistyo 1 1 Jurusan Teknik Elektro dan Informatika, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung Kawasan Industri

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan dari prototype yang dibuat, yaitu konsep dasar alat, diagram blok, perancangan elektronika yang meliputi rangkaian rangkaian elektronika

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE VIRTUAL FORCE FIELD (VFF) YANG DISEDERHANAKAN UNTUK KONTROL PERGERAKAN SOCCER ROBOT

IMPLEMENTASI METODE VIRTUAL FORCE FIELD (VFF) YANG DISEDERHANAKAN UNTUK KONTROL PERGERAKAN SOCCER ROBOT IMPLEMENTASI METODE VIRTUAL FORCE FIELD (VFF) YANG DISEDERHANAKAN UNTUK KONTROL PERGERAKAN SOCCER ROBOT Sandi Purnomo 1, Ali Husein Alasiry,S.T.,M.Eng 2, Endah Suryawati Ningrum,S.T.,M.T., 2 1 Penulis,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ROBOT THREE OMNI-DIRECTIONAL MENGGUNAKAN KONTROLER PID PADA ROBOT KONTES ROBOT ABU INDONESIA (KRAI)

IMPLEMENTASI ROBOT THREE OMNI-DIRECTIONAL MENGGUNAKAN KONTROLER PID PADA ROBOT KONTES ROBOT ABU INDONESIA (KRAI) IMPLEMENTASI ROBOT THREE OMNI-DIRECTIONAL MENGGUNAKAN KONTROLER PID PADA ROBOT KONTES ROBOT ABU INDONESIA (KRAI) Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh : RADITYA ARTHA ROCHMANTO NIM : 916317-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 1.1 Blok Diagram Sensor Kunci kontak Transmiter GSM Modem Recivier Handphone Switch Aktif Sistem pengamanan Mikrokontroler Relay Pemutus CDI LED indikator aktif Alarm Buzzer Gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT

EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Seminar Mesin elektrik dan elektronika daya(smed) 2005 hal IA-3 EMDEDDED ARRAY SENSOR UNTUK LINE FOLLOWING ROBOT Akhmad Hendriawan Jurusan Teknik Elektronika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Kampus

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK DIGITAL BERBASIS ARDUINO MENGGUNAKAN SENSOR ROTARY ENCODER KARYA ILMIAH

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK DIGITAL BERBASIS ARDUINO MENGGUNAKAN SENSOR ROTARY ENCODER KARYA ILMIAH PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK DIGITAL BERBASIS ARDUINO MENGGUNAKAN SENSOR ROTARY ENCODER KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi S-1 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT III.1. Analisa Permasalahan Masalah yang dihadapi adalah bagaimana untuk menetaskan telur ayam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang bersamaan. Karena kemampuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Agustus 2009, dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium Sistem

Lebih terperinci

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8

SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 SELF-STABILIZING 2-AXIS MENGGUNAKAN ACCELEROMETER ADXL345 BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8 I Nyoman Benny Rismawan 1, Cok Gede Indra Partha 2, Yoga Divayana 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari trainer kendali kecepatan motor DC menggunakan kendali PID dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN Rancangan Mesin Panjang Terpal PUSH BUTTON. ATMega 128 (Kendali Kecepatan Motor Dua Arah)

BAB IV PEMBAHASAN Rancangan Mesin Panjang Terpal PUSH BUTTON. ATMega 128 (Kendali Kecepatan Motor Dua Arah) BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Dalam proses produksi hal yang paling menonjol untuk menghasilkan suatu barang produksi yang memiliki kualitas yang bagus adalah bahan dan mesin yang digunakan.

Lebih terperinci