LAPORAN HASIL PENELITIANN DOSEN MUDA. SINTESIS DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR Bi-2223 UNTUK BAHAN KABEL TRANSMISI DAYA OLEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN HASIL PENELITIANN DOSEN MUDA. SINTESIS DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR Bi-2223 UNTUK BAHAN KABEL TRANSMISI DAYA OLEH"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL PENELITIANN DOSEN MUDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR Bi-2223 UNTUK BAHAN KABEL TRANSMISI DAYA OLEH NURMALITA, M.Si EVI YUFITA, M.Si Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2013 Nomor : 187/UN11/S/LK-PNBP/2013 Tanggal 13 Mei 2013 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS SYIAH KUALA DESEMBER, 2013

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1. Judul Penelitian : Sintesis Superkonduktor Bi-2223 Untuk Bahan Kabel Transmisi Daya 2. Bidang Ilmu Penelitian : Fisika Material 3. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap : Nurmalita, M.Si b. Jenis Kelamin : Perempuan c. NIP : d. Pangkat/Golongan : Penata Muda/ IIIa e. Jabatan Fungsional : Lektor f. Jurusan/Fakultas : Fisika/MIPA 4. Jumlah Tim Peneliti : 2 orang 5. Lokasi Penelitian : Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Syiah Kuala 6. Waktu penelitian : 1 Tahun 7. Biaya : Rp ,- Banda Aceh, Mengetahui Dekan Fakultas MIPA, Ketua Peneliti, (DR. Hizir) (Nurmalita, M.Si) NIP NIP Menyetujui, Ketua lembaga penelitian (Prof. DR. H. Hasanuddin, M.S) NIP i

3 RINGKASAN Pada penelitian ini dilakukan sintesis superkonduktor Bi-2223 serta dikaji karakteristik dari superkonduktor tersebut. Material Bi-2223 ialah superkonduktor yang tidak mengandung elemen beracun dan memiliki keunggulan dalam hal suhu transisi dan rapat arus kritis yang cukup tinggi sehingga berpotensi besar untuk aplikasi divais superkonduktor yang berkerja pada suhu nitrogen cair, khususnya sebagai kabel penyalur daya ( superconducting wire). Namun karakteristik Bi-2223 ini belum sepenuhnya diketahui dan banyak hal dalam teori superkonduktifnya yang masih menjadi misteri. Untuk kajian secara teoritis guna mengungkap sifat transport arus dan sifat magnetic superkonduktor Bi-2223 tentulah sangat dibutuhkan sampel bahan yang berfasa murni, bebas impuritas dan memiliki derajat kristalinitas yang tinggi. Tantangan utama saat ini adalah sulitnya memperoleh senyawa Bi dalam fasa murni dan berkualitas tinggi, sehingga berbagai metode sintesis terus dilakukan secara intensif sejak tahun 1987 diberbagai laboratorium negara maju. Para peneliti sebelumnya mendapatkan hasil yang berbeda dan bervariasi tentang karakteristik material Bi- 2223, yang mungkin disebabkan oleh perbedaan proses sintesis yang dilakukan. Sintesis material Bi-2223 dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain metode solid state reaction, metode melt textured growth, metode flux, metode self-flux, dan metode yang menggunakan dopan (doping). Berdasarkan hasil para peneliti sebelumnya dapat disimpulkan bahwa metode dan parameter sintesis sangat mempengaruhi karakteristik serta struktur kristal senyawa Bi-2223 yang dihasilkan. Pada penelitian ini, superkonduktor Bi-2223 disintesis dengan metode solid state reaction yang sederhana dan murah namun berpeluang besar untuk mendapatkan hasil yang berkualitas melalui pemberian dopan Pb sebagai subtitusi parsial Bi dan optimasi parameter sintesis (suhu sintering dan waktu sintering). Proses sintesis dimulai dengan mencampur menjadi satu semua bahan awal berupa serbuk yaitu Bi 2 O 3, PbO, SrCO 3, CaCO 3, dan CuO dengan kadar berat sesuai rumus kimia Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y. Selanjutnya bahan dikalsinasi pada suhu C selama 20 jam, dan kemudian dicetak menjadi pelet. Pelet disintering dan selanjutnya mengalami furnace cooling ke suhu ruang. Untuk mendapatkan hasil optimum dilakukan optimasi parameter sintering yaitu variasi suhu (840 0 C, C, dan C) dan waktu (30 jam, 32 jam dan 34 jam). Akhirnya sampel yang diperoleh dikarakterisasi dengan uji pola XRD ( kualitas kristal), uji efek Meissner (magnetic), dan uji struktur/morfologi permukaan menggunakan SEM/EDAX. Dari data dan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan waktu sinter menurunkan Fraksi volume Bi Harga Fv tertinggi yaitu 75.67% dimiliki sample dengan waktu sinter 32 ii

4 jam pada suhu sinter C. Nilai Fv terendah 54.85% dimiliki oleh sample dengan waktu sinter 34 jam. Peningkatan suhu sinter ternyata menurunkan fraksi volume fasa 2223 yang terbentuk. Fraksi volume tertinggi yaitu 75.67% terdapat pada sample dengan suhu sinter C, sedangkan fraksi volume terendah 54.85% dimiliki sample dengan suhu sinter C dan waktu sinter 34 jam. Selain itu peningkatan suhu sinter menurunkan orientasi fasa 2223 yang terbentuk. Orientasi fasa tertinggi yaitu 39.19% terdapat pada sample dengan suhu sinter C, sedangkan fraksi volume terendah 24.54% dimiliki sample dengan suhu sinter C. Peningkatan waktu sinter juga telah mengurangi porisitas bahan dan mampu meningkatkan konektivitas antar grain.. Demikian juga halnya kristal yang terbentuk semakin lebih terorientasi sumbu c yang memberikan peluang meningkatnya nilai rapat arus. Disisi lain, ukuran diameter grain terbesar yaitu 0.84 nm justru diperoleh pada sampel yang memiliki fraksi volume terendah. Hal ini disebabkan oleh sifat multifase dari pembentukan bahan. Dari hasil analisis data secara menyeluruh diperoleh kesimpulan bahwa sampel yang diperoleh memiliki peluang yang cukup baik sebagai untuk aplikasi bahan superkonduktor dengan meningkatkan sifat-sifat bahan melalui optimasi parameter sintesis lebih lanjut meliputi kemurnian bahan-bahan awal, variasi metode sintesis, dan pemilihan suhu pemanasan. Informasi lebih dalam tentang sampel hasil eksperimen ini dapat ditingkatkan lagi dengan kaji lanjut mengenai sifat magnetic dan sifat transport bahan, melalui pengukuran kurva resistivitas, pengukuran nilai rapat arus, dan permagraph. Kata kunci : Superkonduktor Bi-2223, metode solid state reaction, dopan Pb, XRD, SEM/EDAX,sintering iii

5 SUMMARY In this research, the synthesis of superconducting Bi-2223 and studied the characteristics of the superconductor. The material is superconducting Bi-2223 that do not contain toxic elements and has an advantage in terms of the transition temperature and critical current density is high enough so that the great potential for application of superconducting devices that work at liquid nitrogen temperatures, especially as power transmission cables (superconducting wire). However, the characteristics of Bi-2223 is not yet fully known and many things in superkonduktifnya theory that remains a mystery. For theoretical studies in order to reveal the nature of current transport and magnetic properties of superconducting Bi sample would have been very necessary ingredient pure phase, free of impurities and has a high degree of crystallinity. The main challenge today is the difficulty of obtaining compounds in the Bi-2223 phase pure and high quality, so that the various methods of synthesis continued intensively since 1987 in various laboratories developed countries. Previous researchers get different results and varies on material characteristics Bi-2223, which may be caused by differences in the synthesis process is carried out. Synthesis of Bi material can be done by several methods, such as solid state reaction method, melt textured growth method, flux method, the self-flux method, and a method of using dopants. Based on the results of previous researchers concluded that the method and parameters greatly affects the characteristics of the synthesis and crystal structure of Bi-2223 compounds are produced. In this study, superconducting Bi-2223 were synthesized by solid state reaction method is simple and inexpensive but has a great opportunity to get quality results through the provision of dopant partial substitution of Pb as Bi and optimization of the synthesis parameters (sintering temperature and sintering time). Synthesis process begins by mixing all the ingredients into a powder form that is the beginning of Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3, and CuO with appropriate levels of heavy chemical formula Bi1.4Pb0.6Sr2Ca2Cu3Oy. Furthermore, the material was calcined at a temperature of C for 20 hours, and then molded into pellets. Disintering pellets and subsequently undergo furnace cooling to room temperature. To obtain optimum results to be optimized sintering parameters are temperature variations (8400C, 8430C, and 8460C) and time (30h, 32h and 34h). Finally, the samples obtained were characterized by XRD pattern test (crystal quality), test the Meissner effect (magnetic), and a test structure / surface morphology using SEM / EDAX. From the data and the results of the analysis conducted it is concluded that the increase in sintering time lowering the volume fraction Bi Price highest Fv owned 75.67% by the time the iv

6 sample sintered sintered 32 hours at a temperature of C. Lowest Fv value 54.85% owned by the sample with sinter time 34 hours. Increasing the sintering temperature turns down the volume fraction of the 2223 phase is formed. Highest volume fraction contained 75.67% of the sample with the sintering temperature of C, while the lowest volume fraction of the sample with 54.85% owned C sintering temperature and sintering time of 34 hours. Besides lowering the sintering temperature increases the orientation of the 2223 phase is formed. Orientation highest phase contained 39.19% of the sample with the sintering temperature of C, while the lowest volume fraction of the sample with 24.54% owned sinter temperature C. Increasing the sintering time has also been able to reduce the porosity of materials and improve connectivity between grains. Similarly, the crystal c-axis oriented more and more that provide opportunities in the value of current density. On the other hand, the size of the largest grain diameter is 0.84 nm it was obtained on a sample that has the lowest volume fraction. This is due to the nature of the formation of multiphase materials. From the results of a thorough analysis of the data it is concluded that the samples obtained have a pretty good chance as to the application of superconducting materials to enhance the properties of the material through further optimization of the synthesis parameters include the purity of the starting materials, synthesis method variation, and selection of heating temperature. More information about the sample in the experimental results can be enhanced by further examine the nature of the magnetic and transport properties of the material, through the measurement of the resistivity curve, measuring the value of current density, and permagraph. Keywords: Superconducting Bi-2223, solid state reaction method, dopant Pb, XRD, SEM / EDAX, sintering v

7 PRAKATA Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT peneliti panjatkan karena berkat rahmat dan karunianya, sehingga laporan akhir penelitian dosen pemula ini bisa selesai tepat pada waktunya. Penelitian dosen pemula ini berjudul Sintesis Superkonduktor Bi-2223 Untuk Bahan Kabel Transmisi Daya. Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih memiliki kekurangankekurangan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan untuk menyempurnakan laporan ini. Banda Aceh, 29 November 2013 Peneliti vi

8 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN i RINGKASAN...ii SUMMARY..iv PRAKATA..vi DAFTAR ISI.vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN xi BAB 1. PENDAHULUAN.1 BAB 2. PERUMUSAN MASALAH 3 BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN..11 BAB 5. METODE PENELITIAN.12 BAB 6. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB 7. SIMPULAN DAN SARAN...35 DAFTAR PUSTAKA.36 vii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 6.1 Data Variable Karakteristik dari Sampel 26 viii

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Grafik Resistivitas vs Temperatur..5 Gambar 3.2 Sifat Diamagnetik material superkonduktor tipe I dan II pada keadaan suhu dibawah Tc 6 Gambar 3.3. Sifat Diamagnetik (efek Meissner) superkonduktor. Magnet permanen melayang diatas superkonduktor yang terdapat di dalam termos pendingin 6 Gambar 3.4. Hamburan sinar-x oleh atom 7 Gambar 3.5. Difraksi sinar-x oleh Kristal..8 Gambar 3.6 Pola XRD superkonduktor Bi Gambar 3.7 Struktur berlapis dari kristal Bi Gambar 5.1. Skema rancangan penelitian...14 ix Halaman Gambar 5.2. Diagram kalsinasi.16 Gambar 5.3. Diagram Sintering..16 Gambar 6.1 Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C.20 Gambar 6.2Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C..21 Gambar 6.3 Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 22 Gambar 6.4 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C.23 Gambar 6.5 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C..24 Gambar 6.5 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C...25 Gambar 6.7 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 26 Gambar 6.8 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C.27 Gambar 6.9 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C.28 Gambar 6.11 Hubungan antara Fraksi volume terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, C, dan C..30

11 Gambar 6.12 Hubungan antara Impuritas (I) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, C, dan C..30 Gambar 6.13 Hubungan antara Prosentase fasa terorientasi (P) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, C, dan C 31 Gambar 6.14 Hubungan antara Diameter grain (D) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, C, dan C 31 x

12 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN.40 LAMPIRAN B PERSONALIA TENAGA PENELITI.42 LAMPIRAN C BCHP..46 LAMPIRAN D PROSIDING SEMINAR...52 LAMPIRAN E RINCIAN DANA PENELITIAN 53 DRAFT Artikel Jurnal DRAFT Artikel Prosiding xi

13 xii

14 BAB 1. PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk dunia yang sangat pesat telah membawa konsekuensi pada meningkatnya kebutuhan energi, khususnya energi listrik. Kabel daya listrik yang menghubungkan stasiun penggerak daya listrik ke tempat pengguna selalu terbuat dari material dengan resistansi listrik (ρ) yang rendah untuk memperoleh efisiensi penghantaran yang tinggi. Resistansi listrik terjadi apabila arus yang terdiri daripada muatan listrik (seperti elektron) mengalami tumbukan atau penyerakan dan menyebabkan kehilangan energi. Resistansi listrik di dalam bahan menyebabkan tidak semua energi listrik yang masuk dapat digunakan sepenuhnya. Kabel transmisi daya yang umum digunakan berasal dari material-material konduktor (ρ=10-8 Ω.m) maupun semikonduktor (ρ= Ω.m) yang secara alamiah memiliki keterbatasan efesiensi disebabkan resistansi bahan selama proses penghantaran daya sehingga sebagian energy listrik terbuang sia-sia dalam bentuk panas. Selain itu untuk mengantisipasi kemungkinan terbakarnya bahan karena panas yang timbul, maka kabel penyalur daya umumnya dibuat dalam ukuran besar sehingga menjadi kurang praktis. Hal ini telah mendorong usaha untuk mencari sumber material terbarukan, sebagai pengganti material konvensional tersebut. Salah satu sumber material alternatif yang aman, dan memiliki sifat hantaran listrik yang nilainya tak berhingga karena resistansinya nol (ρ= 0) adalah superkonduktor. Melihat aktivitas kehidupan sehari-hari semakin meningkat, maka penciptaan peralatan elektrik dengan menggunakan bahan superkonduktor semakin diperlukan untuk menghemat energi dan memberikan berbagai kemudahan yang lebih baik dan menguntungkan manusia. Disebabkan bahan superkonduktor dapat mengalirkan arus tanpa resistansi elektrik maka hal ini membuat revolusi dalam bidang teknik elektro dengan menggantikan tembaga(cu) dan rangkaian fluks besi(fe) di dalam rotor generator, juga di dalam mesin-mesin superkonduktor satu-kutub, dan generator magneto. Penggunaan bahan superkonduktor ini menyebabkan penghematan energi karena bahan mempunyai resistansi sama dengan nol maka masalah panas yang terjadi pada peralatan elektronik seperti pada cip-cip elektronik dan mikrokomputer dapat diatasi. Penciptaan sistem pengangkutan terapung seperti kereta api terapung dan kereta api elektrik juga dapat dilaksanakan. Penciptaan ini berdasarkan sifat diamagnetik bahan superkonduktor pada suhu titik lebur nitrogen cair. Di dalam bidang kedokteran, bahan-bahan yang bersifat superkonduktor dipakai pada peralatan MRI 1

15 (Magnetic Resonance Imager) untuk mendeteksi lebih baik sistem tubuh manusia. Penggunaan bahan superkonduktor dapat menyebabkan ukuran peralatan semakin kecil, seperti penggunaan komputer dimana kerangka utama dapat dikecilkan keukuran tas tangan. Pemakaian dan penggunaan bahan-bahan superkonduktor yang mempunyai resistan elektrik sama dengan nol, kemungkinan akan menggantikan pemakaian dan penggunaan bahan-bahan konduktor elektrik biasa dan ia akan menjadi bahan yang paling penting di masa depan. Walaupun terdapat beberapa masalah tentang bahan superkonduktor, tetapi pasaran dunia untuk memproduksi bahan superkonduktor mendekati US$ 5,0 juta pada tahun 2010 dan diramalkan akan meningkat menjadi US$ 38,0 juta pada tahun 2020 (Eddy Marlianto, 2008). Dari ramalan ini jelas bahwa superkonduktor akan menjadi bahan industri terpenting di dunia pada abad yang akan datang. Bahkan kemungkinan kegunaan bahan superkonduktor dapat meliputi peralatan yang belum dipikirkan saat ini. Transmisi daya oleh material superkonduktor bisa memiliki efesiensi hingga mencapai 100 %, dimana tingginya efesiensi ini disebabkan kelakuan spesifik dari muatan pembawa (carrier) dalam bahan superkonduktor sehingga tidak mengalami resistensi selama proses penghantaran daya dan dengan demikian maka tak ada energy listrik yang terbuang menjadi panas. Salah satu jenis material superkonduktor yang dapat digunakan sebagai kabel transmisi daya (superconducting wire) adalah superkonduktor Bi Kabel penyalur daya yang difabrikasi dari bahan superkonduktor Bi-2223 ini dapat menghantarkan arus Ampere per cm2 pada suhu 4,2 K (sekitar 200 kali kemampuan kabel tembaga biasa) dan Ampere pada 77 K. Superkonduktor Bi-2223 merupakan salah satu material superkonduktor yang sangat menarik untuk diteliti. Hal ini dikarenakan superkonduktor Bi2223 memungkinkan untuk didoping dengan unsur lain, sehingga akan didapatkan material baru yang memiliki sifat-sifat yang unik. Berdasarkan uraian di atas, maka material superkonduktor Bi-2223 dapat menjadi salah satu kandidat bahan superkonduktor yang sangat menjanjikan dimasa yang akan datang untuk diaplikasikan pada berbagai jenis komponen elektronika, terutama untuk superconducting wire. Akan tetapi, karakteristik superkonduktor Bi-2223 belum banyak diketahui, bahkan beberapa peneliti sebelumnya mendapatkan hasil yang berbeda, sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Material superkonduktor dapat disintesis dengan beberapa metoda yaitu metoda solid state reaction, metoda melt textured growth, metoda flux, metoda self-flux, dan metoda yang 2

16 menggunakan dopan (doping). Diantara beberapa teknik tersebut, metoda solid state reaction merupakan teknik sintesis yang paling murah dan sederhana. Namun demikian, peluang untuk mendapatkan hasil sampel bahan yang berkualitas masih terbuka lebar melalui optimasi parameter sintesis dan pemberian dopan. Metoda solid state reaction telah digunakan dalam beberapa dekade untuk menumbuhkan superkonduktor. Dalam proses sintesis, bahan awal berupa serbuk yaitu Bi2O3, PbO, SrCO3, CaCO3, dan CuO dengan kadar berat sesuai rumus kimia yang diinginkan dari superkonduktor Bi-2223 dicampur menjadi satu dalam mortar keramik dan digerus. Selanjutnya bahan dicetak menjadi pelet dan dikalsinasi. Pelet akhirnya disintering dalam tungku (furnace). Karakteristik sampel yang dihasilkan berupa kualitas kristal, struktur, temperatur transisi, rapat arus kritis, sifat magnetik dan morfologi permukaan sangat dipengaruhi oleh komposisi bahan awal, pemberian dopan, proses percampuran dalam mortar dan parameter sintering berupa pemilihan suhu dan jangka waktu sintering. BAB 2. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh para peneliti didunia diperoleh kesimpulan bahwa metode sintesis sangat berpengaruh pada karakteristik superkonduktor Bi2223. Berbagai metode sintesis terus dikembangkan untuk mendapat material superkonduktor yang berkualitas baik. Penelitian ini adalah sintesis superkonduktor Bi-2223 yang memiliki rumus kimia lengkap Bi1.4Pb0.6Sr2Ca2Cu3Oy, yang dilakukan dengan metode solid state reaction. Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh informasi tentang : 1. Karakteristik superkonduktor Bi-2223 yang ditumbuhkan dengan metoda solid state reaction, yang meliputi kualitas kristal (persentase fraksi volume, persentase fasa terorientasi sumbu c kristal), sifat magnetik (efek Meissner), morfologi grain permukaan dan persentase atomik unsur-unsur yang terkandung dalam sampel. 2. Pengaruh parameter-parameter sintesis (suhu sintering, waktu sintering) terhadap karakteristik kualitas kristal, sifat magnetic, dan morfologi permukaan. 3. Peluang pemanfaatan (aplikasi) superkonduktor Bi-2223 sebagai kabel transmisi daya (superconducting wire). 4. Peluang penggunaan teknik solid state reaction sebagai salah satu metoda penumbuhan superkonduktor Bi-2223 yang sederhana dan murah. 3

17 BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Superkonduktor Bi-2223 Salah satu bahan superkonduktor yang banyak dikaji adalah system Bi-Sr-Ca-Cu-O atau BSCCO yang dikenal juga sebagai bahan superkonduktor berbasis Bi, yang ditemukan pertama kali pada tahun Minat tersebut berkaitan dengan suhu kritis (Tc) yang lebih tinggi dari system tersebut sehingga bisa beroperasi pada suhu nitrogen cair (77K) dan tidak mengandung elemen tanah jarang yang mahal. Walaupun memiliki Tc yang lebih rendah dari system berbasis Tl dan Hg, system ini tidak mengandung elemen beracun (Nurmalita, 2011). Dalam system Bi dikenal 3 fasa superkonduktif yang berbeda yaitu fasa Bi-2201 (Akimitsu dkk, 1987), fasa Bi-2212 (Maeda dkk,1988), dan fasa Bi-2223 (Maeda dkk, 1988). Tatanama untuk ketiga fasa tersebut berdasarkan rumus kimia Bi2Sr2Can-1CunOy (n=1, 2, dan 3) dengan masing-masing fasa memiliki Tc~10K, Tc~80K, dan Tc~110K berturut-turut. Superkonduktor Bi-2223 berperan penting dalam aplikasi divais elektronik yang lebih bervariasi disebabkan memiliki Tc paling tinggi diantara anggota dari system Bi dan mempunyai rapat arus yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai material kabel transmisi daya listrik (superconducting wire) yang dapat menghantarkan arus ampere per cm2 pada suhu 4,2 K (sekitar 200 kali kemampuan kabel tembaga biasa) dan ampere pada suhu 77 K (suhu nitrogen cair, yang biasanya dipakai sebagai pendingin dalam teknologi aplikasi superkonduktor). Namun kendala yang masih menjadi tantangan besar sampai saat ini adalah kesulitan memperoleh bahan superkonduktor Bi-2223 yang memiliki suhu kritis mendekati suhu ruang, mempunyai fasa murni, mikrostruktur yang baik, tahan terhadap medan magnet tinggi dan arus besar sehingga pengaplikasiannya tidak memerlukan biaya yang besar Karakteristik Superkonduktor Bi Resistivitas Nol (ρ = 0 ) Apabila material Bi-2223 didinginkan, maka resistivitas listriknya menjadi hilang (nol) ketika berada dibawah suatu harga suhu tertentu yang dinamakan sebagai suhu kritis (Tc) material tersebut. Suhu kritis (Tc) superkonduktor Bi-2223 ialah ~ 110K. 4

18 Gambar 3.1 Grafik Resistivitas vs Temperatur Menurut teori Bardeen-Cooper-Schrieffer (BCS), kehilangan resistansi dalam superkonduktor disebabkan pada temperatur yang rendah (dibawah suhu kritis bahan) ternyata muatan pembawa (carrier) akan mengalami keadaan yang lebih tertib dan membentuk pasangan yang disebut pasangan Cooper (Nurmalita, 2012). Pasangan-pasangan muatan pembawa ini bergerak dengan momentum yang sama tanpa mengalami sembarang proses yang dapat menyebabkan kehilangan energi. Pergerakan pasangan Cooper di dalam bahan superkonduktor adalah ibarat sepasukan tentara yang berbaris rapi dan berjalan dengan kecepatan yang sama dan tidak terjadi pelanggaran diantara mereka. Hal ini yang menyebabkan elektron dapat bergerak tanpa resistansi oleh apapun. Pasangan Cooper terbentuk sebagai hasil interaksi elektron dengan getaran kisi kristal (fonon) Efek Meissner Superkonduktor Bi-2223 ketika berada dibawah suhu kritisnya akan bersifat diamagnetic sempurna, yaitu menolak semua fluks magnetic dari medan luar. Sifat diamagnetic ini dikenal juga sebagai efek Meissner. Pada tahun 1933, Meissner dan Ochsenfeld mengamati sifat kemagnetan superkonduktor. Ternyata superkonduktor berkelakuan sebagai bahan diamagnetik sempurna (superkonduktor tipe I). Bahan superkonduktor ketika suhunya dibawah Tc akan menolak medan magnet sehingga apabila sebuah magnet permanen diletakkan di atas bahan superkonduktor maka magnet tersebut akan melayang. Jadi kerentanan magnetnya (susceptibility) χ = -1, bandingkan dengan konduktor biasa yang memiliki χ = Fenomena efek Meissner ini tidak terjadi pada bahan non superkonduktor. Jika bahan non superkonduktor diletakkan di atas suatu magnet permanen, maka fluks magnet dari magnet permanen akan menerobos ke dalam bahan, sehingga terjadi induksi magnet di dalam bahan. Untuk sifat magnetic dari superkonduktor Bi-2223 ketika suhunya di bawah Tc digambarkan secara skematik pada Gambar 3.2. Pada gambar tersebut bahan Bi-2223 tidak sepenuhnya menolak fluks magnet medan luar, tapi masih ada daerah-daerah tertentu yang masih bisa diterobos oleh fluks 5

19 magnet. Hal ini dikarenakan suhu kritis yang tinggi dari bahan Bi-2223 sehingga ia dikelompokkan kedalam superkonduktor suhu kritis tinggi (SKST) yang mengalami fluktuasi termal (superkonduktor tipe II). Gambar 3.2 Sifat Diamagnetik material superkonduktor tipe I dan II pada keadaan suhu dibawah Tc Gambar 3.3. Sifat Diamagnetik (efek Meissner) superkonduktor. Magnet permanen melayang diatas superkonduktor yang terdapat di dalam termos pendingin Pola XRD X-Ray difraction atau difraksi sinar-x adalah alat diagnosa yang ampuh dan tidak merusak untuk menganalisa fase kristalin suatu sampel dan menentukan sifat struktural dari fase tersebut seperti orientasi dominan dan ukuran kristal. 6

20 Prinsip dasar dari XRD adalah difraksi sinar-x oleh atom-atom kristal. Ketika sebuah sinar-x monokromatik menumbuk atom seperti diperlihatkan pada Gambar 3.4, dua proses hamburan terjadi. Elektron-elektron yang terikat kuat akan mengalami osilasi dan memancarkan sinar-x dengan panjang gelombang yang sama dengan panjang gelombang sinar-x datang. Elektron-elektron yang terikat tidak terlalu kuat akan menghamburkan sebagian dari sinar-x yang datang dan dalam prosesnya sedikit menaikkan panjang gelombang sinar-x yang dihamburkan. Hamburan yang pertama disebut hamburan koheren dan hamburan kedua disebut hamburan inkoheren, keduanya terjadi secara simultan dan di segala arah. Gambar 3.4. Hamburan sinar-x oleh atom Jika atom tersebut merupakan bagian dari kumpulan atom yang tersusun dalam ruang secara teratur dan periodik seperti dalam sebuah kristal, sebuah fenomena lain terjadi. Radiasi hamburan koheren dari semua atom saling menguatkan pada arah tertentu dan saling meniadakan pada semua arah yang lain, yang menghasilkan sinar difraksi. Gambar 3.5 memperlihatkan seksi sebuah kristal, atom-atomya tersusun pada bidang bidang paralel A, B, C,..., yang tegak lurus pada bidang gambar dan terpisah sejauh d. SinarX yang benar-benar paralel, benar-benar monokromatik dengan panjang gelombang λ menumbuk kristal ini dengan sudut, dimana diukur antara sinar datang dan bidang kristal. Sinar yang terhambur oleh semua atom pada semua bidang yang memiliki fase yang sama akan saling menguatkan satu sama lain (interferensi konstruktif) membentuk sinar difraksi. Pada semua arah yang lain dalam ruang sinar terhambur tidak sefase dan saling meniadakan satu sama lain (interferensi destruktif). Sinar difraksi lebih kuat dibanding dengan jumlah seluruh sinar terhambur pada arah yang sama, karena penguatan yang terjadi, tetapi sangat lemah dibanding dengan sinar datang karena atom-atom kristal menghamburkan hanya sebagian kecil energi sinar-x yang datang. 7

21 Gambar 3.5. Difraksi sinar-x oleh kristal Sinar-sinar terhambur misalnya sinar 1 dan 2 akan memiliki fase yang sama jika beda lintasannya sama dengan seluruh jumlah n panjang gelombang, atau jika: n λ = 2 d sin θ dimana n disebut orde refleksi. Hubungan ini pertama kali dirumuskan oleh W. L. Bragg dan dikenal sebagai hukum Bragg. Hukum Bragg menyatakan syarat yang harus dipenuhi jika suatu difraksi terjadi. Skema difraktometer sinar-x diperlihatkan pada Gambar 3.5. Sinar X dari sumber dibuat divergen, dan ketika mengenai sampel sinar tersebut dihamburkan ke segala arah. Untuk difraksi yang teramati, maka sudut datang yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar-x datang dengan permukaan sampel akan sama dengan sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar pantul (sinar difraksi) dengan permukaan sampel dan akan memenuhi hukum Bragg. Sinar yang dipantulkan akan dideteksi dan intensitasnya diukur oleh detektor sebagai fungsi dari 2θ. Untuk pergerakan sumber sinar-x sebesar θ maka detektor bergerak sebesar 2θ. Superkonduktor Bi-2223 yang didoping Pb memiliki rumus senyawa dengan komposisi nominal Bi1.6Pb0.4Sr2Ca2Cu3Oy. Superkonduktor ini mempunyai pola XRD seperti diperlihatkan pada Gambar

22 Gambar 3.6 Pola XRD superkonduktor Bi-2223 Dari analisa terhadap puncak-puncak pola XRD akan diperoleh informasi kualitas kristal (fraksi volume, impuritas, persentase fasa yang terorientasi sumbu c, dan diameter grain). Struktur kristal Bi-2223 dengan doping Pb adalah ortorombik dengan susunan berlapis seperti diperlihatkan pada Gambar 3.7. Gambar 3.7 Struktur berlapis dari kristal Bi Morfologi Permukaan Berdasarkan interprestasi terhadap foto permukaan (SEM/EDAX) diketahui pertumbuhan kristal bertipe laminar. Mikrostruktur berupa lempengan berukuran sangat tipis, tersusun seperti tumpukan lembaran kertas. Terdapat beberapa tipe permukaan batas butir dan 9

23 adanya ruang kosong antar butir (voids), yang menunjukkan perlunya optimasi mikrostruktur pada bahan superkonduktor Bi Metoda Sintesis Superkonduktor Bi-2223 Dalam beberapa tahun terakhir para ahli telah berlomba-lomba melakukan penelitian guna memperoleh bahan superkonduktor Bi-2223 yang mempunyai karakteristik ideal. Usaha yang dilakukan para peneliti diantaranya adalah mengembangkan berbagai teknik-teknik sintesis dan optimasi parameter-parameter sintesis, maupun pengontrolan bahan-bahan awal dengan pemberian dopan, baik yang bersifat aditif maupun substitusif. Dopan berperan penting dalam pembentukan superkonduktor Tc tinggi. Dopan dapat berupa subtitusi artinya mengganti atom asli didalam superkonduktor dengan atom dopan yang ukurannya tidak jauh berbeda dengan ukuran atom aslinya, atau dopan juga dapat berupa aditif artinya menambahkan atom-atom dopan kedalam atom-atom asli superkonduktor. Keluarga superkonduktor Tc tinggi seperti Bi-2223 dapat diekstensifikasi melalui subtitusi khusus dari elemen-elemen tunggal. Selain oksigen, telah pula dilakukan penelitianpenelitian yang menggunakan dopan Pb. Dari hasil yang dilaporkan, penggunaan dopan Pb dalam sintesis polikristal sistem Bi, selain memudahkan pembentukan senyawa bersangkutan dengan kemurnian fasa yang tinggi, juga mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang dihasilkannya (Nurmalita, 2012). Karena kemiripan ukuran ion dan persyaratan valensi dari atom Pb maka telah diyakini bahwa penambahan Pb sebagai dopan menghasilkan subtitusi atom Bi oleh atom Pb pada lapisan ganda Bi-O. Pendopingan dengan Pb pada superkonduktor Bi-2223 dapat meningkatkan stabilitas fasa dan laju formasi pembentukan fasa. Dalam penelitian ini Pb mengsubstitusi Bi sebesar 0.4 dalam perbandingan molar senyawa sehingga komposisi nominal senyawa adalah Bi1.6Pb0.4Sr2Ca2Cu3Oy. Penumbuhan kristal superkonduktor Bi-2223 ini dapat dilakukan dengan beberapa metode berbeda antara lain metode Fluks Halida Alkali, metode Fluks Carbonat Alkali, metode Self Fluks dan metode Melt Textured Growth. Selain itu, sintesis dapat dilakukan juga dengan metode lainnya yaitu metode Solid State Reaction Metode Solid State Reaction Metode Solid state reaction ialah metode reaksi padatan. Metode ini merupakan metode sintesis kristal superkonduktor Bi-2223 yang paling sederhana dan murah dari segi minimnya peralatan sintesis yang diperlukan. Metode ini dilakukan dengan pemilihan suhu sintering 10

24 didaerah suhu yang masih dibawah titik leleh fase zat. Dengan demikian sifat pelelehan ingkongruen yang merupakan ciri khas pada bahan superkonduktor dapat dihindari sehingga pertumbuhan fase Bi-2223 yang diinginkan memiliki fraksi volume yang cukup tinggi (diatas 50 %). Beberapa penelitian terbaru pada superkonduktor Bi-2223 dengan dopan Pb telah dilakukan menggunakan metode ini dan melibatkan unsur dopan tambahan dari elemen lainnya seperti Fe, Sn, Al, Ni atau Mn. Hasil yang telah dilaporkan ialah dengan penambahan dopan Fe memberikan peningkatan kristalinitas, ukuran butir, dan konektivitas antar butir (O. Ozturk dkk, 2012). Sedangkan penambahan nanopartikel SnO2 dalam bahan awal telah memberikan peningkatan sifat mekanik (R. Awad dkk, 2012). Untuk sintesis yang melibatkan dopan Al telah meningkatkan kekuatan ikatan antar atom (MB. Solunke dkk, 2005), sedangkan penambahan dopan Ni telah melemahkan ikatan antar butir (GY. Hermiz dkk, 2012). Untuk sintesis dengan pemberian dopan Mn telah meningkatkan ukuran butir dan memperkecil ruang kosong antar butir (R. Kumar dkk, 2012). Sintesis Bi-2223 dengan rumus kimia Bi1.6Pb0.4Ca2Cu3O10+δ juga telah dilakukan melalui metoda solid state reaction dimana pellet disinter pada suhu 8400C selama 34 jam dan berhasil diperoleh sampel bahan yang mempunyai struktur kristal ortorombik dengan parameter kisi a = Å, b = Å dan c = Å berdasarkan hasil analisa pola XRD. Dari foto SEM/EDAX terhadap morfologi permukaannya didapat informasi komposisi kation rata-rata dalam rasio 2:2:2:3 ditemukan hampir pada tiap titik, dimana pada daerah yang sama juga memperlihatkan mikrostruktur yang sangat seragam yaitu butiran yang terorientasi acak dan porositas rendah yang menunjukkan kompaknya koneksi antar butir kristal (Indu Verma dkk, 2012). Kajian tentang mikrostruktur Bi-2223 masih minim, terutama dalam kaitannya dengan pengaruh metode dan parameter sintesis. Bahkan beberapa peneliti mendapatkan hasil yang bervariasi. Oleh karena itu, kajian sifat mikro bahan perlu terus dilakukan sebagai upaya membuka peluang pemanfaatan material ini menjadi lebih optimal. BAB 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk membuat sampel bahan superkonduktor Bi-2223 dengan metode solid state reaction, sekaligus diperoleh informasi 11 tentang karakteristik

25 superkonduktor yang dihasilkan sehingga diketahui peluang aplikasinya sebagai bahan kabel transmisi daya (superconducting wire). BAB 5. METODE PENELITIAN 5.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 5.2 Bahan dan Alat Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bi2O3 (99.99%), CaCO3 (99.9%), SrCO3 (99.9%), dan CuO (99.99%) sebagai bahan utama, 2. PbO (99.99%), sebagai bahan dopan, 3. Nitrogen cair (sebagai pendingin ). Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Neraca Sartorius, untuk menimbang bahan-bahan utama dan bahan dopan, 2. Mortar keramik, untuk wadah mencampur bahan-bahan, 3. Mesin press hidrolik dan cetakan untuk membentuk bahan serbuk menjadi pellet, 4. Furnace, untuk memanaskan sampel (proses kalsinasi dan sintering), 5. Peralatan XRD, untuk karakterisasi pola XRD, 6. Meissner kit, untuk karakterisasi efek Meissner, 7. SEM dan EDAX, untuk karakterisasi morfologi permukaan dan persentase atomik unsur-unsur yang terkandung dalam superkonduktor. 12

26 5.3.Desain Penelitian Proses sintesis superkonduktor Bi-2223 diawali dengan menimbang bahan-bahan awal berupa serbuk Bi2O3, SrCO3, CaCO3, CuO dan bahan dopan PbO, dengan perbandingan kadar massa sesuai rumus kimia Bi1.6Pb0.4Sr2Ca2Cu3Oy. Langkah selanjutnya adalah mencampur semua bahan tersebut dalam mortar keramik sambil sesekali digerus untuk optimasi proses percampuran. Tahapan selanjutnya adalah mencetak hasil campuran bahan menjadi pelet dengan menggunakan mesin press hidrolik. Selanjutnya pelet dikalsinasi dalam tungku (furnace). Hasil kalsinasi kemudian disintering. Suhu dan jangka waktu sintering divariasikan untuk mengetahui pengaruh kedua parameter tersebut terhadap karakteristik superkonduktor yang dihasilkan. Variasi ini guna mendapatkan karakteristik superkonduktor Bi-2223 yang terbaik, sehingga memenuhi syarat untuk diaplikasikan sebagai superconducting wire. Untuk mengetahui karakteristik dan struktur superkonduktor yang telah disintesis dilakukan pengujian kualitas kristal dengan analisa pola XRD, sedangkan pengujian sifat magnetik menggunakan Meissner kit yang dilengkapi nitrogen cair sebagai pendingin. Untuk karakterisasi morfologi permukaan dan persentase atomik unsur-unsur yang terkandung dalam superkonduktor dilakukan pemotretan SEM/EDAX. Skema rancangan penelitian yang akan dilakukan diperlihatkan pada Gambar

27 Penimbangan bahan Bi O, SrCO, CaCO,, CuO, PbO Pencampuran dan penggerusan semua bahan awal di dalam mortar peletisasi kalsinasi sintering Karakterisasi : pola XRD, uji Meissner, Foto SEM/EDAX Analisa Data/Hasil Gambar 5.1. Skema rancangan penelitian Masing-masing mata rantai dari proses sintesis dalam diagram pada Gambar 5.1 dapat dijelaskan secara rinci berikut ini : Penimbangan Pada awalnya bahan-bahan berupa serbuk ditimbang terlebih dahulu, dimana berdasarkan perhitungan berat molekul maka untuk membuat sebuah pellet bahan superkonduktor Bi2223 berukuran massa 5 gram maka dibutuhkan : Bi2O3 = gram SrCO3 = gram CaCO3 = gram CuO = gram 14

28 PbO = gram Dalam penelitian ini dibuat 9 buah pellet Percampuran dan Penggerusan Bahan-bahan awal berupa padatan serbuk halus Bi O, SrCO, CaCO, CuO dan bahan dopan serbuk PbO yang sudah ditimbang berdasarkan komposisi molar, dicampur menjadi satu. Agar bahan-bahan tersebut dapat bercampur secara homogen, dilakukan pengadukan dan penggerusan secara bersamaan dengan mortar dan pastel keramik selama sekitar 48 jam secara bertahap sampai bahan terasa halus. Tujuan dari pengadukan dan penggerusan selain membuat bahan awal superkonduktor menjadi semakin halus, juga diharapkan lebih meningkatkan homogenitas campuran bahan. Dengan bahan yang halus dan homogen akan terjadi peningkatan efektivitas reaksi padatan untuk membentuk benih-benih senyawa Peletisasi Sampel serbuk hasil penggerusan dimasukkan ke dalam lubang cetakan berbentuk silinder dengan diameter ±1 cm yang terbuat dari baja, kemudian dipress secara aksial dengan alat press hidrolik sehingga bahan tercetak menjadi bentuk pelet dengan tebal ±3 mm. Peletisasi bertujuan untuk meningkatkan efektivitas reaksi padatan. Reaksi padatan mudah berlangsung bila bahan-bahan pembentuknya berukuran kecil dan jarak antar atom berdekatan satu sama lain Kalsinasi Pada proses selanjutnya pelet diletakkan dalam wadah tahan panas yaitu krucibel alumina dan dipanaskan dalam tungku (furnace) selama 20 jam pada suhu 810oC dan selanjutnya didinginkan kesuhu ruang tanpa mengeluarkannya dari tungku (furnace cooling). Proses ini disebut kalsinasi, yaitu proses pemanasan yang umumnya dimaksudkan untuk menghilangkan gugus karbonat pada bahan. Pada proses kalsinasi ini juga diharapkan mulai terbentuk benih-benih senyawa (prekursor) yang nantinya akan membentuk superkonduktor Bi Diagram proses kalsinasi ditunjukkan pada Gambar

29 T( C) 810 Furnace cooling t (jam) 20 jam Gambar 5.2. Diagram kalsinasi Sintering Dalam proses sintering ini, sampel berbentuk pelet yang telah dikalsinasi mengalami pemanasan kembali dalam tungku. Dengan laju 600 ºC per jam, suhu tungku dinaikkan dari suhu ruang hingga mencapai suhu sintering yang diinginkan. Suhu yang dipilih divariasikan yaitu T=8400C, 8430C, dan 8460C. Sedangkan waktu sintering untuk masing-masing suhu tersebut juga divariasikan yaitu t=30 jam, 32 jam, dan 34 jam. Dengan pemilihan variasi suhu dan waktu sintering demikian maka diperlukan 9 buah pelet. Diagram proses sintering ditunjukkan pada Gambar 5.3. T(0C) T (0C),t (jam) 6000C/jam furnace cooling t (jam) Gambar 5.3. Diagram Sintering 16

30 5.4 Metode Karakterisasi Sampel yang telah selesai dibuat kemudian dikarakterisasi dengan uji pola XRD, uji foto SEM/EDAX, dan uji efek Meissner Pola Difraksi Sinar-X Untuk karakterisasi struktur kristal dilakukan pemotretan pola XRD. Data diambil dalam rentang 2θ = 5o sampai 70o, dengan modus scaning kontinu, dan step size sebesar 2θ = 0,05 serta waktu 2 detik per step. Selanjutnya pola difraksi sampel dibandingkan dengan pola difraksi Bi-2223 standar yang terdapat pada Gambar 2.6. Dengan mengetahui pola XRD dapat dilihat dan dipelajari perkembangan fasa yang terbentuk. Selain itu dapat ditentukan karakteristik kristalinitas senyawa yang terbentuk termasuk jenis fasa impuritas serta bidang-bidang kristal yang terorientasi sumbu c. Untuk mengamati evolusi pertumbuhan fasa Bi-2223 dilakukan perhitungan fraksi volumenya berdasarkan spektrum XRD, dengan menggunakan rumus (C. B Mao dkk, 1996): Fv = ( ) ( % ) (5.1) Untuk mengetahui jumlah impuritas yang mungkin muncul maka digunakan rumus (C.B. Mao dkk, 1996) : = % (5.2) Sedangkan prosentasi fasa Bi-2223 yang terorientasi pada sumbu c dihitung dengan menggunakan rumus (S. Li, M. Bredehoft dkk, 1997): P= ( ( ) ) % (5.3) Selanjutnya untuk mengetahui ukuran diameter rata-rata partikel digunakan persamaan Scherrer-Warren : D = 0.941λ / β cos θβ (5.4) Dimana : Fv = fraksi volume 17

31 P = fasa terorientasi I = Impuritas I(2223) = intensitas puncak difraksi fasa Bi-2223 I(total) = intensitas seluruh puncak difraksi I(00ℓ) = intensitas puncak difraksi fasa Bi-2223 dengan ℓ bilangan genap D = Ukuran diameter rata-rata partikel λ = panjang gelombang sinar X β = FWHM dari puncak intensitas tertinggi θβ = sudut dimana terdapat puncak intensitas tertinggi Foto SEM Morfologi grain sampel dianalisa dengan Scanning Electron Microscopy (SEM). Hal ini digunakan untuk melihat ukuran, bentuk dan tekstur grain. Scanning ini dilakukan dengan alat SEM JEOL JSM-35C di Laboratorium Rekayasa Teknik Mesin Unsyiah. Sebelum difoto, sampel ditempatkan pada holder dan direkat dengan dobel selotip. Selanjutnya sisi samping disekeliling sampel dicoating dengan pasta perak. Holder lalu dipasang pada peralatan SEM. Sinyal yang digunakan adalah sinyal elektron sekunder. Elektron sekunder, berupa energi rendah sekitar 0-10 ev, diemisikan dari permukaan sampel lalu ditangkap bayangannya oleh pemercepat berkas elektron terfokus yang memiliki beda potensial antara 5 dan 40 kv. 1. Analisis struktur bahan dengan SEM dilakukan dengan prosedur Melakukan pengukuran struktur bahan dengan SEM berdasarkan parameter tertentu. 2. Mengatur faktor pembesaran sehingga diperoleh gambar struktur bahan yang optimum 3. Melakukan pemotretan pada posisi tertentu. 4. Melakukan interpretasi berdasarkan hasil foto yang diperoleh Uji Efek Meissner Pengujian efek Meissner ini dilakukan dengan cara yaitu bahan superkonduktor direndam ke dalam nitrogen cair, kemudian magnet diletakkan di atas bahan superkonduktor tersebut, dan jika bahan superkonduktor itu menunjukkan karakteristik bahan superkonduktor 18

32 yang baik maka magnet akan terlihat melayang di atas bahan superkonduktor (terjadinya penolakan medan magnet). BAB 6. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Hasil Eksperimen Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan sampel Bi-2223 dengan rumus lengkap Bi2-xPbxSr2CaCu2Oy. Suhu Sintering dan waktu sintering divariasikan untuk melihat pengaruhnya pada sampel yang dihasilkan. Untuk mempermudah penyajian data sampel dan analisanya, setiap sampel diberi kode yang mencantumkan perangkat parameter sintesis menurut format : suhu sintering/jangka waktu sintering. Sebagai contoh, sampel dengan kode 840/30 berarti sampel tersebut dibuat pada suhu sintering 840oC selama 30 jam. Semua sampel bentuknya berupa pelet berdiameter sekitar 1 cm dengan tebal sekitar 3 mm. Pengaruh parameter pada sampel yang dihasilkan tersebut akan dibahas atas dasar hasil pengukuran spektrum XRD, foto SEM/EDAX, dan iji efek Meissner. Sesuai dengan tujuan eksperimen untuk menelaah pengaruh variasi suhu sintering (840oC, 843oC, dan 846oC) dan waktu sintering (30 jam, 32 jam, dan 34 jam) pada kualitas sampel, maka hasil eksperimen yang disajikan berikut ini akan disusun terpisah untuk sampel yang dihasilkan dengan suhu sinter yang berbeda, yaitu 840oC, 843oC, dan 846oC. Hasil Pengukuran Pola Difraksi Sinar-X 19

33 840/30 * π * π π 113 π * / / π π π Gambar 6.1 Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8400C 20 * *

34 / * / π * * * π * * / Gambar 6.2Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8430C 21 *

35 π 846/ * π * 846/ * π 30 * / π * π π * Gambar 6.3 Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8460C

36 Hasil Rekaman Foto SEM/EDAX Gambar 6.4 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8400C 23

37 840/30 840/32 840/34 Gambar 6.5 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8400C 24

38 843/30 843/32 843/34 Gambar 6.5 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8430C 25

39 843/30 843/32 843/34 Gambar 6.7 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8430C 26

40 846/30 846/32 846/34 Gambar 6.8 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8460C 27

41 846/30 846/32 846/34 Gambar 6.9 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8460C 28

42 6.2. Analisa Data Dalam pasal ini dilakukan analisis korelasi antara parameter proses (suhu sinter dan waktu sinter) dan karakteristik sampel yang dihasilkan.dari hasil pengukuran karakteristik sampel, dapat dihitung nilai dari fraksi volume 2212 yang terbentuk, prosentase fasa terorientasi, impuritas serta diameter rata-rata grain berdasarkan persamaan yang telah dibahas dalam bab III. Sebelum dilakukan analisis korelasi tersebut, hasil perhitungan variabel karakteristik akan dirangkum dalam Tabel 6.1. Tabel 6.1 Data Variable Karakteristik dari Sampel Hasil perhitungan Suhu Waktu sinter sinter Fraksi volume Impuritas T (0C) t(jam) Fv (%) I(%) /34 843/30 Nama Prosentase Fasa Diameter terorientasi rata-rata P(%) D(nm) / / Sampel 840/30 840/32 843/32 846/32 846/ Untuk melukiskan pola hubungan antara parameter proses dan karakteristik sampel, maka data dalam tabel 6.1 dituangkan dalam bentuk grafik variasi parameter karakteristik terhadap variasi suhu sinter dan waktu sinter. 29

43 T = 840 C T = 843 C T = 846 C Fv (%) waktu sinter (jam) Gambar 6.11 Hubungan antara Fraksi volume terhadap waktu sinter pada suhu sinter 8400C, 8430C, dan 8460C T = 840 C T = 843 C 50 T = 846 C I (%) waktu sinter (jam) Gambar 6.12 Hubungan antara Impuritas (I) terhadap waktu sinter pada suhu sinter 8400C, 8430C, dan 8460C 30 34

44 T = 840 C T = 843 C T = 846 C P (%) suhu sinter (jam) Gambar 6.13 Hubungan antara Prosentase fasa terorientasi (P) terhadap waktu sinter pada suhu sinter 8400C, 8430C, dan 8460C T = 840 C T = 843 C T = 846 C D (nm) waktu sinter (jam) Gambar 6.14 Hubungan antara Diameter grain (D) terhadap waktu sinter pada suhu sinter 8400C, 8430C, dan 8460C 31

45 6.3. Pembahasan Sampel Hasil Sintesis dengan Suhu sinter 840oC Dari spektrum XRD yang diperlihatkan dalam Gambar 6.1 tampak puncak-puncak yang muncul sudah dominan dari fasa Bi-2223, meskipun masih ada sedikit impuritas yang berasal dari fasa Bi-2212 (tanda *), Bi-2201 (tanda π), dan impuritas lain. Untuk fasa Bi-2223 juga sudah memiliki puncak-puncak dengan pola indeks hk = 00 dengan berupa bilangan genap. Dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian fasa Bi-2223 yang terbentuk dalam sampel sudah terorientasi. Hasil perhitungan fraksi volume 2223 dan prosentasi fasa terorientasi ditunjukkan pada Tabel 6.1. Dari hasil tersebut tampak bahwa penambahan waktu sinter sangat berpengaruh pada pembentukan fase Fraksi volume fasa 2223 terbesar diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 32 jam yaitu sebesar 72.63%. Dengan penambahan waktu sinter dari 30 jam menjadi 32 jam fraksi volume 2223 meningkat. Hal ini bisa dilihat dengan berkurangnya impuritas. Pada waktu sinter meningkat lagi menjadi 34 jam kristalinitas meningkat yang ditunjukkan oleh membesarnya diameter rata-rata grain tapi fraksi volume 2223 justru menjadi menurun sedangkan impuritas bertambah dan mempunyai nilai terbesar yaitu 32.97%. Hubungan waktu sinter dengan fasa terorientasi ditunjukkan dalam Gambar Prosentase fasa terorientasi terbesar yaitu 30.62% diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 32 jam, yang juga mempunyai fraksi volume 2223 tertinggi. Hal ini disebabkan fasa 2223 yang terbentuk dengan bidang selain 00 pada sampel ini lebih sedikit meskipun ukuran diameter grainnya lebih kecil dibanding sampel yang waktu sinternya 34 jam. Sedangkan prosentase fasa terorientasi terendah diperoleh dari sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 29.26%. Hasil pengamatan SEM diperlihatkan dalam Gambar 6.4. Dari hasi SEM tersebut terlihat bahwa untuk semua sampel tekstur butir-butir kristalnya berbentuk seperti lembaran dan pada umumnya terorientasi acak meskipun rata-rata 30% bidang kristalnya sudah terorientasi dalam arah sumbu c. Dari rekaman SEM tersebut tampak bahwa dengan bertambahnya waktu sinter porisitas berkurang dan konektivitas antar grain meningkat. Sampel dengan waktu sinter 32 jam mempunyai prosentase fasa terorientasi terbesar dan nampak dari SEM pada sampel ini butir kristalnya lebih terorientasi dibanding sampel lainnya. Untuk sampel ini ukuran butirannya dimana berdasarkan spectrum XRD juga dapat 32

46 dihitung yaitu rata-rata diameternya adalah nm. Sedangkan sampel dengan waktu sinter 30 jam mempunyai fasa terorientasi paling rendah, terlihat juga dari hasil SEM pada sampel ini orientasinya kurang teratur. Ukuran butiran pada sampel ini rata-rata berkisar 0.26 nm. Berdasarkan rekaman EDAX tampak bahwa semua sampel sudah mengandung unsur-unsur kimia seperti yang diharapkan. Selanjutnya hasil dari uji Meissner memperlihatkan bahwa untuk semua sampel relative sudah bersifat diamagnetic, dimana potongan kecil magnet permanen mengapung diatas sampel pellet yang direndam dalam Nitrogen cair, meskipun gaya levitasi magnetic tersebut relative kecil hanya berjarak sekitar 1 mm saja. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dengan suhu sinter 840oC ini dengan penambahan waktu sinter membuat fraksi volume 2223 yang terbentuk relative stabil, meskipun ketika waktu sinter ditambah jadi 34 jam membuat impuritas bertambah berupa fasa suhu rendah. Hal ini disebabkan oleh sifat multiphase dari bahan superkonduktor berbasis Bi, dimana sangat sulit menghindari hadirnya fasa-fasa yang tak diharapkan selama proses pembentukan Bi Dipihak lain, penambahan waktu sinter membuat ukuran grain dan konektivitas antar grain semakin meningkat, dimana porositas juga makin berkurang sehingga berpeluang untuk meningkatnya nilai rapat arus bahan. Dari hasil yang diperlihatkan oleh sampel-sampel dengan suhu sinter 840oC maka perlakuan panas yang optimum untuk memperoleh senyawa fase Bi-2223 dengan fraksi volume yang cukup besar dan prosentase fasa terorientasi yang cukup baik adalah dengan waktu sinter 32 jam Sampel Hasil Sintesis dengan Suhu Sinter 843oC Dari spektrum XRD yang diperlihatkan dalam gambar 6.2 tampak puncak-puncak yang muncul sebagian memiliki pola indeks hk = 00 dengan berupa bilangan genap. Dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian fasa Bi-2223 yang terbentuk dalam sampel sudah terorientasi. Hasil perhitungan fraksi volume 2223 dan prosentasi fasa terorientasi ditunjukkan pada tabel 6.1. Dari hasil tersebut tampak bahwa penambahan waktu sinter berpengaruh pada pembentukan fasa Bi Fraksi volume fasa 2223 terbesar dperoleh pada sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 75.67%. Dengan penambahan waktu sinter menjadi 32 jam fraksi volume 2223 menurun, tapi kristalinitas meningkat dengan membesarnya ukuran grain dan meningkatnya fasa terorientasi. Ketika waktu sinter ditambah lagi menjadi 34 jam fraksi volume 2223 kembali bertambah sedangkan impuritas berkurang. Hubungan waktu sinter 33

47 dengan fasa teorientasi ditunjukkan dalam gambar Prosentase fasa terorientasi terbesar dipeoleh pada sampel dengan waktu sinter 34 jam dan bukan pada sampel yang mempunyai fraksi volume 2223 tertinggi. Hal ini disebabkan fasa 2223 yang terbentuk dengan bidang selain 00 lebih banyak pada sampel yang mempunyai fraksi volum tertinggi. Sedangkan prosentase fasa terorientasi terendah diperoleh dari sampel dengan waktu sinter 30 jam, yaitu sebesar 27.65%. Hasil rekaman SEM dan EDAX diperlihatkan pada Gambar 6.6 dan Gambar 6.7. Dari hasil tersebut semua bahan menunjukkan masih adanya porisitas pada morfologi permukaan. Meskipun demikian penambahan waktu sinter sampai 34 jam telah berhasil mengurangi terbentuknya pori. Hal ini sangat konsisten dengan meningkatnya orientasi grain yang juga mempunyai nilai terbesar pada sampel dengan waktu sinter 34 jam ini, seperti yang terlihat pada foto SEM.. Namun demikian, peningkatan waktu sinter telah menurunkan ukuran grain bahan yang berpengaruh pada meningkatnya batas butir yang berpotensi mengurangi harga rapat arus. Berdasarkan pola XRD maka harga fasa terorientasi paling rendah terdapat pada sampel dengan waktu sinter 30 jam, terlihat juga dari foto SEM pada sampel ini orientasinya sangat tidak teratur. Ukuran diameter butir pada sampel ini rata-rata 0.47 nm. Hasil uji Meissner pada semua sampel telah menunjukkan sifat diamagnetic bahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dengan suhu sinter 843oC ini dengan penambahan waktu sinter telah mengurangi porisitas bahan dan meningkatkan konektivitas antar grain.. Demikian juga halnya kristal yang terbentuk semakin lebih terorientasi sumbu c yang memberikan peluang meningkatnya nilai rapat arus. Disisi lain, ukuran diameter grain terbesar yaitu 0.84 nm justru diperoleh pada sampel yang memiliki fraksi volume terendah Hal ini disebabkan oleh sifat multifase dari pembentukan bahan. Dari hasil yang diperlihatkan oleh sampel-sampel dengan suhu sinter 843oC maka pemanasan yang optimum untuk memperoleh senyawa fase Bi-2223 dengan fraksi volume yang cukup besar adalah pada waktu sinter 30 jam Sampel Hasil Sintesis dengan Suhu Sinter 846oC Dari spektrum XRD yang diperlihatkan dalam Gambar 6.3 tampak puncak-puncak yang muncul sudah dominan dari fasa Bi-2223, meskipun masih ada sedikit impuritas yang berasal dari fasa Bi-2212, Bi-2201, dan impuritas lain. Untuk fasa Bi-2223 juga sudah 34

48 memiliki puncak-puncak dengan pola indeks hk = 00 dengan berupa bilangan genap. Dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian fasa Bi-2223 yang terbentuk dalam sampel sudah terorientasi. Hasil perhitungan fraksi volume 2223 dan prosentasi fasa terorientasi ditunjukkan pada Tabel 6.1. Dari hasil tersebut tampak bahwa penambahan waktu sinter sangat berpengaruh pada pembentukan fase Fraksi volume fasa 2223 terbesar diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 63.31%. Dengan penambahan waktu sinter dari 30 jam menjadi 32 jam dan kemudian menjadi 34 jam fraksi volume 2223 makin menurun. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya impuritas seperti pada Gambar Meningkatnya impuritas juga diikuti dengan menurunnya kristalinitas bahan. Meningkatnya waktu sinter telah menaikkan porositas antar grain dan mengurangi diameter rata-rata grain Hubungan waktu sinter dengan fasa terorientasi ditunjukkan dalam Gambar Prosentase fasa terorientasi terbesar yaitu 35.07% diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 32 jam, yang juga mempunyai ukuran grain tertinggi yaitu 0.7 nm. Hal ini disebabkan fasa 2223 yang terbentuk dengan bidang 00 pada sampel ini lebih banyak dan terlihat jelas pada foto SEM Sedangkan prosentase fasa terorientasi terendah diperoleh dari sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 24.54%. Dari hasil SEM pada Gambar 6.7 tersebut terlihat bahwa untuk semua sampel tekstur butir-butir kristalnya berbentuk seperti lembaran dan pada umumnya terorientasi acak meskipun rata-rata 30% bidang kristalnya sudah terorientasi dalam arah sumbu c. Dari rekaman SEM tersebut tampak bahwa dengan bertambahnya waktu sinter porisitas meningkat dan konektivitas antar grain menurun. Sampel dengan waktu sinter 32 jam mempunyai prosentase fasa terorientasi terbesar dan nampak dari SEM pada sampel ini butir kristalnya lebih terorientasi dibanding sampel lainnya. Berdasarkan rekaman EDAX pada Gambar 6.8 tampak bahwa semua sampel sudah mengandung unsur-unsur kimia seperti yang diharapkan. Selanjutnya hasil dari uji Meissner memperlihatkan bahwa untuk semua sampel relative sudah bersifat diamagnetic, dimana potongan kecil magnet permanen mengapung diatas sampel pellet yang direndam dalam Nitrogen cair. Dari hasil yang diperlihatkan oleh sampelsampel dengan suhu sinter 840oC maka perlakuan panas yang optimum untuk memperoleh senyawa fase Bi-2223 dengan fraksi volume yang cukup besar, prosentase fasa terorientasi yang cukup baik, dan ukuran grain yang cukup besara adalah dengan waktu sinter 32 jam. 35

49 6.3.4 Perbandingan Antara Sampel dengan Suhu Sinter 840oC, 8430C, dan 846oC Hasil perhitungan fraksi volume Bi-2223 yang diperoleh pada sampel-sampel hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa sampel-sampel dengan suhu sinter 843oC menunjukkan nilai yang lebih baik daripada sampel dengan suhu sinterr 840oC dan 846oC. Sedangkan prosentasi fasa terorientasi yang lebih baik juga dicapai oleh sampel-sampel dengan perlakuan suhu sinter 843oC. Ukuran grain rata-rata terbesar dicapai oleh sampel dengan suhu sinter 843oC. Hal ini konsisten dengan nilai fraksi volume dan prosentasi fasa terorientasi yang lebih baik yang juga dicapai oleh sampel dengan perlakuan suhu sinter 843oC, dibandingkan dengan sampelsampel bersuhu akhir 840odan 846oC. Derajat orientasi kristal yang tinggi sangat penting bagi bahan sebab untuk mendapatkan nilai rapat arus kristis Jc yang lebih tinggi diperlukan kristal superkonduktor yang memiliki ukuran grain kristal yang cukup besar dengan tingkat kesejajaran yang tinggi pula. Waktu sinter yang optimum untuk sampel dengan suhu sinter 840oC adalah 32 jam. Demikian juga untuk perlakuan dengan suhu sinter 846oC waktu optimumnya adalah 32 jam. Sedangkan waktu optimum untuk suhu sinter 8430C adalah 30 jam. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini telah dilakukan eksperimen sintesis kristal superkonduktor Bi-2223 dengan metode solid state reacton. Dalam eksperimen ini telah dilakukan variasi suhu sinter dan jangka waktu sinter. Dari data dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Peningkatan waktu sinter menurunkan Fraksi volume Bi Harga Fv tertinggi yaitu 75.67% dimiliki sample dengan waktu sinter 32 jam pada suhu sinter 8300C. Fraksi volume terendah 54.85% dimiliki oleh sample dengan waktu sinter 34 jam. 36

50 2. Peningkatan suhu sinter menurunkan fraksi volume fasa 2223 yang terbentuk. Fraksi volume tertinggi yaitu 75.67% terdapat pada sample dengan suhu sinter 8430C, sedangkan fraksi volume terendah 54.85% dimiliki sample dengan suhu sinter 8460C dan waktu sinter 34 jam. 3. Peningkatan suhu sinter menurunkan orientasi fasa 2223 yang terbentuk. Orientasi fasa tertinggi yaitu 39.19% terdapat pada sample dengan suhu sinter 8430C, sedangkan fraksi volume terendah 24.54% dimiliki sample dengan suhu sinter 8460C.. 4. Peningkatan waktu sinter telah mengurangi porisitas bahan dan meningkatkan konektivitas antar grain.. Demikian juga halnya kristal yang terbentuk semakin lebih terorientasi sumbu c yang memberikan peluang meningkatnya nilai rapat arus. Disisi lain, ukuran diameter grain terbesar yaitu 0.84 nm justru diperoleh pada sampel yang memiliki fraksi volume terendah Hal ini disebabkan oleh sifat multifase dari pembentukan bahan. Dari hasil analisis data secara menyeluruh diperoleh kesimpulan bahwa sampel yang diperoleh memiliki peluang yang cukup baik sebagai bahan superkonduktor dengan meningkatkan sifat-sifat bahan melalui optimasi parameter sintesis lebih lanjut meliputi kemurnian bahan-bahan awal, variasi metode sintesis, dan pemilihan suhu pemanasan. Informasi lebih dalam tentang sampel hasil eksperimen ini dapat ditingkatkan lagi dengan kaji lanjut mengenai sifat magnetic dan sifat transport bahan, melalui pengukuran kurva resistivitas, pengukuran nilai rapat arus, dan permagraph. DAFTAR PUSTAKA Akimitsu, J., Yamazaki, A., Sawa, H., Fujiki, H.,1987, Superconductivity in the Bi Sr Cu O system. Japan. J. Appl. Phys. 26 (Part 2, 12), L2080 L2081 C.B. Mao, L. Zhou, X.Y. Sung and X.Z. Wu, 1996, The Effect of The Silver Layer on Texture Growth and Microsructure in Silver-seathed (Bi, Pb)2Sr2Ca2Cu3Ox Superconductors Tape, IOP Publishing Ltd Eddy Marlianto, 2008, Studi Ultrasonik Superkonduktor Suhu Tinggi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Fisika Superkonduktor, FMIPA Universitas Sumatera Utara-Medan 37

51 G.Y.Hermiz,B.A.Aljurani,H.A.Thabit, 2012, Mechanical Properties of Bi1.6Pb0.4Sr1.8Ba0.2Ca2Cu3 xnixo10+δ Superconducting System, J Supercond Nov Magn 25: Indu Verma,R. Kumar,V. Ganesan,A. Banergee, 2012, Synthesis and Magnetic Properties of (Bi, Pb)2Sr2Ca2Cu3O10+δ Superconductor, J Supercond Nov Magn 25: Maeda, H., Tanaka, Y., Fukutomi, M., Asano, T, 1988, A new high-tc oxide superconductor without a rare earth element, Jpn. J. Appl. Phys. 27 (Part 2, 2), L209 L210 M B Solunke, P U Sharma, M P Pandya, V K Lakhani, K B Modi, P Venugopal Reddy, S S Shah, 2005, Ultrasonic studies of aluminium-substituted Bi(Pb)-2223 superconductors, Journal of Physics PRAMANA c Indian Academy of Sciences Vol. 65, No. 3 pp Nurmalita, 2011, The Effect of Pb Dopant on The Volume Fraction of BSCCO-2212 Superconducting Crystal, Jurnal Natural FMIPA Universitas Syiah Kuala Nurmalita, 2012a, Pengaruh Dopan Pb Terhadap Fraksi Volume Kristal Superkonduktor B(P)SCCO-2212, Prosiding Semirata BKS PTN wilayah Barat, FMIPA Universitas Negeri Medan Nurmalita, 2012b, The Effect of Pb Dopant on The Critical Temperature of BSCCO-2212 Superconducting Crystal, Prosiding Annual International Conference 2nd Universitas Syiah Kuala Nurmalita, 2012c, Suhu Kritis Superkonduktor Bi2-xPbxSr2CaCu2Oy, Jurnal Sains MIPA, FMIPA Universitas Lampung O. Ozturk, E. Asikuzun, S. Kaya, M. Coskunyurek, G. Yildirim, M. Yilmazlar, C. Terzioglu, 2012, Physical Properties and Diffusion-Coefficient Calculation of Iron Diffused Bi-2223 System, J Supercond Nov Magn 25: R. Awad, A.I. Abou-Aly, M.M.H. Abdel Gawad, I. G-Eldeen, 2012, The Influence of SnO2 Nano-Particles Addition on the Vickers Microhardness of (Bi, Pb)-2223 Superconducting Phase, J Supercond Nov Magn 25: R. Kumar,Indu Verma,Nidhi Verma,V.Ganesan, 2012, Effect of Mn on the Surface Morphological Properties of (Bi, Pb)2Sr2Ca2Cu3 xmnxo10+δ(bi -2223) Superconductor, J Supercond Nov Magn 25:

52 S. Li, M. Bredehoft, Q.Y. Hu, H.K. Liu, S.X. Dou and W. Gao, 1997, The Effect of Annealing and Mechanical Deformation on The Grain Alignment of (Bi, Pb) 2 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O 8+x Superconductors, Iphysica C

53 LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN 1. Laboratorium Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala 2. Peralatan Pendukung No. Nama Alat Kegunaan -Untuk memanaskan sampel (proses kalsinasi dan sintering) 1 Furnace -Furnace mampu beroperasi hingga suhu 12000C 2 Mortar dan pastel -Untuk wadah mencampur dan menggerus bahan-bahan awal - alat terbuat dari keramik kualitas tinggi sehingga mencegah kontaminasi terhadap bahan yang digerus - 3 Timbangan Cetakan 3 sampel dan Mesin press hidrolik 3 4 Krusibel alumina Alat XRD Menimbang bahan-bahan awal - Kualitas timbangan cukup baik dengan ketelitian tinggi -Untuk mencetak campuran serbuk bahan awal menjadi padatan berbentuk pellet -cetakan pellet terbuat dari baja, sedangkan mesin press mampu memberikan tekanan aksial hingga 10 ton/cm2 -Untuk wadah pelet selama kalsinasi dan sintering dalam furnace -Terbuat dari porselen AlO3 sehingga tahan suhu tinggi dan tidak berkontaminasi dengan pelet -Untuk mengetahui kualitas dan struktur kristal sampel superkonduktor -Alat XRD tersebut adalah tipe terbaru 40 Lokasi Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah

54 dan tercanggih saat ini di Indonesian, namun hanya untuk sampel berbentuk serbuk 5 6 Meissner kit Alat SEM/EDAX Untuk mengetahui sifat sampel superkonduktor magnetic Untuk mengetahui morfologi permukaan dan persentase kandungan unsur-unsur atomik sampel superkonduktor 41 Lab. Fisika Material, FMIPA Unsyiah. Laboratorium Fakultas Teknik, Unsyiah

55 LAMPIRAN B Daftar Riwayat Hidup KetuaPeneliti 1.Nama Lengkap dan gelar Nurmalita, M.Si. 2.Jenis kelamin Perempuan 3. Tempat/Tgl Lahir Langsa/16 Oktober Alamat Lr.T.Abdullah-Krungcut-Desa Baet 5.NIP Pangkat/Golongan Penata Muda/IIIa 7.Jabatan Fungsional Lektor 8.Jurusan Jurusan Fisika 9.Fakultas FMIPA Universitas Syiah Kuala 11.Riwayat Pendidikan No. Pendidikan Ijazah/tahun Spesialisasi 1 Universitas Syiah Kuala S1 Fisika /1995 Fisika 2 Institut Teknologi Bandung S2 Fisika/2002 Fisika Material 12. Pengalaman Penelitian : No. Tahun Judul Penelitian Sintesis dan Karakterisasi Superkonduktor Bi-2212 dengan Metode Self Flux Sumber biaya Mandiri Sintesis dan Karakterisasi Superkonduktor Mandiri Bi-2212 Dengan Metode Melt Textured Growth 13. Publikasi No. Tahun Judul Penelitian Suhu Kritis Superkonduktor Bi2-xPbxSr2CaCu2Oy, Jurnal Sains MIPA, Universitas Lampung The Effect of Pb Dopant on The Critical Temperature of BSCCO-2212 Superconducting Crystal, Prosiding Annual International Conference 2nd Universitas Syiah Kuala Pengaruh Dopan Pb Terhadap Fraksi Volume Kristal Superkonduktor B(P)SCCO-2212, Prosiding Semirata BKS PTN wilayah Barat, Universitas Negeri Medan The Effect of Pb Dopant on The Volume Fraction of BSCCO-2212 Superconducting Crystal, Jurnal Natural, Universitas Syiah Kuala 42

56 Banda Aceh, 29 November 2013 Anggota Peneliti, Nurmalita, M.Si NIP

57 Daftar Riwayat Hidup Anggota Peneliti 1. Nama Lengkap dan Gelar : Evi Yufita, M.Si. 2. Jenis Kelamin : Perempuan 3. Tempat/Tanggal Lahir : Kota Bakti, 20 September Alamat : Jl Peurada I No.7, Banda Aceh 5. NIP : Pangkat/Golongan : Penata /IIIc 7. Jabatan Fungsional : Lektor 8. Jabatan Struktural : - 9. Jurusan/Prodi : Fisika / Fisika 10. Fakultas : MIPA 11. Riwayat Pendidikan : No. Pendidikan Ijazah/Tahun Spesialisasi 1. Universitas Syiah Kuala S1 Fisika/1999 Fisika 2. Institut Teknologi Bandung S2 Fisika/2002 Fisika Material.12. Pengalaman Penelitian No. Tahun Judul Penelitian Sumber Biaya Deposisi Lapisan Tipis Zinc Oxide (ZnO) Dengan Metode Spin Coating DPA-SKPD Pemanfaatan Ampas Tebu Sebagai bahan Baku Pembuatan Papan Partikel 2007 Kajian Pemanfaatan Tongkol Jagung Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Briket DPA-SKPD 2000 Kajian Konduktivitas Termal pada Material Komposit Polyester dengan Bahan Pengisi Limbah Serbuk Kayu Penggergajian. DPA-SKPD 44 Program Penelitian IPTEK

58 Pembuatan Program Visualisasi Fungsi Gelombang Schrodinger dan Kontur Distribusi Elektron pada atom Hidrogen Berbasis Java Apple DPA-SKPD 2002 Studi Penumbuhan Film Tipis GaSb Di Atas Substrat GaAs dengan Metode MOCVD Reaktor Vertikal BPPS Dikti 13. Publikasi No. Tahun Judul Penelitian Analysis Quality Control (QC) on Scan in RSUZA Banda Aceh an effort to get in bast quality in image, Prosiding Annual international conference Universitas Syiah Kuala Deposisi Lapisan Tipis Zinc Oxide (ZnO) Dengan Metode Spin Coating, Prosiding Semirata BKS PTN Wilayah Barat Studi Morfologi Permukaan Film Tipis GaSb di atas Substat GaAs dengan Metode Reaktor Vertikal, Jurnal natural FMIPA Unsyiah Studi Laju Penumbuhan Film Tipis GaSb di atas Substat GaAs dengan Metode Reaktor Vertikal, Jurnal Rekayasa Fakultas Teknik Unsyiah Banda Aceh, 29 November 2013 Anggota peneliti, Evi Yufita, M.Si NIP

59 LAMPIRAN C (BCHP) SKIM PENELITIAN DOSEN MUDA Nomor BCHP : 187/H11.2/BCHP/2013 Tahun Anggaran

60 Keterangan Penelitian Judul Penelitian : Sintesis dan Karakterisasi Superkonduktor Bi-2223 untuk Bahan Kabel Transmisi Daya Peneliti Utama : Nurmalita, M.Si Institusi Peneliti : Universitas Syiah Kuala Bidang Fokus : Material Maju Superkonduktor Tahun Pelaksanaan : 2013 Biaya : Rp ,- Tujuan : Sintesa Material dan Karakterisasinya Sasaran Akhir Tahun : Dihasilkan sampel material Superkonduktor Bi berikut karakteristiknya, yang selanjutnya akan dipublikasikan Nomor BCHP : 187/H11.2/BCHP/ Mei Tanggal

61 Catatan Kemajuan Penelitian Tanggal Kegiatan Catatan Kemajuan 20 Juni 2013 I. Penimbangan Bahan Desain dicek ulang dengan referensi yang didasari hasil perhitungan berat molekuler. - Timbang bahan bahan awal menurut komposisi Bi1.4Pb0.6Sr2Ca2Cu3Oy menggunakan timbangan digital seperti pada gambar dibawah ini.. 25 Juni 2013 II. Pencampuran dan Penggerusan Bahan-bahan yang sudah ditimbang lalu dicampur dan digerus. Penggerusan dilakukan secara manual dengan mortar dan pastel kurang lebih selama 24 jam secara bertahap 48 Diperoleh campuran serbuk yang diharapkan sudah sangat homogen dan halus.

62 4 Juli 2013 III. Pengepresan Campuran serbuk dimasukkan kedalam cetakan berbentuk pellet dengan ketebalan sekitar 6 mm lalu dipress dengan tekanan 8 ton menggunakan mesin press hidrolik seperti yang tampak pada gambar berikut. 15 Juli 2013 IV. Pemanasan (Proses Kalsinasi) 9 buah pellet dikalsinasi secara serentak didalam furnace dengan pemrograman suhu yang sama Diperoleh 9 buah pellet. Setiap pellet diukur ketebalan dan beratnya masing-masing.

63 buah pellet ditempatkan ke dalam 4 buah krusibel kemudian dimasukkan ke dalam furnace (tungku). Proses kalsinasi berguna untuk menghilangkan gugus karbonat dan membentuk senyawa oksida. Hasil kalsinasi menunjukkan bahwa permukaan pellet lebih licin dan rata dibandingkan sebelum kalsinasi. Terjadi penyusutan dalam ukuran berat setiap pellet, tetapi ketebalan pellet meningkat. V. Pemanasan (Proses Sintering) 25 Juli buah pellet yang sudah dikalsinasi dipanaskan lebih lanjut. Proses ini dinamakan sintering. Masing-masing pellet memiliki pemrograman suhu sintering yang berbeda satu sama lain. Tujuannya untuk melihat pengaruh suhu dan waktu sintering terhadap pembentukan kristal superkonduktor. Sintering dilakukan menggunakan furnace seperti tampak pada gambar dibawah ini 50 9 buah pelet yang telah disintering diukur kembali berat, diameter dan ketebalannya masing-masing. Pada semua pellet terjadi penyusutan berat, namun diameter dan ketebalannya meningkat.

64 12 agustus 24 agustus 2 September 10 september 10 Oktober Uji Pola XRD Perekaman Foto SEM/EDAX Uji Messner Analisa data dan rekap hasil Penulisan laporan Nomor BCHP : 187/H11.2/BCHP/2013 Banda Aceh, 29 November 2013 Diketahui oleh, Ketua Lembaga penelitian, Prof. DR. H. Hasanuddin, M.S NIP

65 LAMPIRAN D PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN I. 1. Skim Penelitian : Penelitian Dosen Muda 2. Judul : Sintesis Superkonduktor Bi-2223 Untuk Bahan Kabel Transmisi Daya 3. Ketua Peneliti/Penyaji : Nurmalita, M.Si 4. Hari/Tanggal : 2 Desember Tempat : AAC Dayan Dawood Universitas Syiah Kuala II. Pertanyaan : 1. Prof. rer.nat Rinaldi Idroes : Apa rencana keluaran III. Tanggapan : publikasi jurnal dan prosiding IV. Saran : 1. DR. Syaukani : untuk dilanjutkan ke skim penelitian yang lebih tinggi Moderator Banda Aceh, Ketua Peneliti, DR. Syaukani Nurmalita, M.Si 52

66 LAMPIRAN E RINCIAN DANA PENELITIAN 1. Gaji dan Upah No. Pelaksana Jumlah Personil (10 bulan) Biaya Satuan (Rp.) Jumlah (Rp.) 1 Ketua peneliti 1 x , Anggota Peneliti 1 x , Total Bahan Habis Pakai No. Uraian Volume 1 Bi2O3 (99.99%) Harga Satuan (Rp.) 50 gram , ,00 2 CaCO3 (99.9%) 50 gram , ,00 3 SrCO3 (99.9%) 50 gram , ,00 4 CuO (99.99%) 50 gram , ,00 5 PbO (99.99%) 50 gram , ,00 6 Nitrogen cair 1 liter , ,00 Total Jumlah (Rp.) ,00 3. Perjalanan No. 1 Dari / Ke Seminar Jumlah personil 1 orang Rincian (Rp.) ,00 Total Jumlah (Rp.) , ,00 4. Pengeluaran lain-lain No. 1 Uraian Biaya pemotretan/scanning sampel - X-Ray Diffraction - SEM / EDAX - Uji efek Meissner Volume 9 sampel 53 Harga Satuan (Rp.) ,00 Jumlah (Rp.) ,00

67 Biaya dokumentasi dan pembuatan laporan Penelusuran pustaka, fotokopi, penjilidan Administrasi surat menyurat Jurnal FMIPA Unsyiah Biaya pemeliharaan alat - Furnace (pemanas) - Mesin press hidrolik 9 sampel , ,00 9 sampel , ,00 10 eks , , , ,00 400,000, , , ,00 1 unit , ,00 1 unit ,00 Total , ,00 Rekapitulasi No. Jenis Pengeluaran Jumlah (Rp) Gaji dan Upah Bahan Habis Pakai Biaya Publikasi , , ,00 4 Biaya lain-lain a. Pemotretan/Scanning sampel/uji Meissner b. Dokumentasi dan pembuatan laporan c. Penelusuran pustaka, fotokopi, penjilidan d. Administrasi surat menyurat e. Biaya pemeliharaan alat Total , ,00

68 Synthesis and Surface Morphological Properties of Bi-2223 Superconductors* Nurmalita 1 dan Evi Yufita 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Syiah Kuala nurmalitapatra@ymail.com Abstrak. Penelitian tentang pengaruh suhu sintering dan waktu sinter terhadap kristal superkonduktor Bi-2223 bertujuan untuk mengetahui kualitas kristal superkonduktor yang terbentuk pada setiap variasi suhu selama proses sintering dalam sintesis. Eksperimen pembentukan kristal dilakukan dengan metode Solid State Reaction pada variasi suhu sintering C, dan C selama periode waktu 30 jam,32 jam, dan 34 jam. Pengukuran pola spektrum XRD sampel yang dihasilkan menunjukkan bahwa peningkatan waktu sintering telah menurunkan fraksi volume fase superkonduktiv dalam eksperimen ini. Harga Fv tertinggi yaitu 75.67% dimiliki sample dengan waktu sinter 32 jam pada suhu sinter C. Suhu kritis terendah 54.85% dimiliki oleh sample dengan waktu sinter 34 jam pada suhu sinter C. Sedangkan peningkatan suhu sinter menurunkan fraksi volume fasa 2223 yang terbentuk. Fraksi volume tertinggi yaitu 75.67% terdapat pada sample dengan suhu sinter C, sedangkan fraksi volume terendah 54.85% dimiliki sample dengan suhu sinter C dan waktu sinter 34 jam. Hasil rekaman SEM dan EDAX menunjukkan penambahan waktu sinter sampai 34 jam telah berhasil mengurangi terbentuknya pori dan meningkatnya orientasi grain yang juga mempunyai ukuran terbesar pada sampel dengan waktu sinter 34 jam. Namun demikian, peningkatan waktu sinter telah menurunkan ukuran grain bahan yang berpengaruh pada meningkatnya batas butir yang berpotensi mengurangi harga rapat arus. Hasil uji Meissner pada semua sampel telah menunjukkan sifat diamagnetic bahan. Kata kunci : Superkonduktor Bi-2223, metoda solid state reaction, XRD, SEM, sintering *Didanai oleh Universitas Syiah Kuala melalui Proyek penelitian Dosen Muda Tahun

69 PENDAHULUAN Superkonduktor adalah bahan penghantar listrik yang memiliki resistansi nol (superconducting) ketika berada dibawah suhu tertentu yang dinamakan dengan suhu kritis (T c ) bahan tersebut. Generasi awal superkonduktor yang disebut superkonduktor konvensional umumnya berupa senyawa atau paduan logam dan memiliki T c rendah sehingga kurang menarik. Teknologi superkonduktor mulai berkembang pesat sejak ditemukannya superkonduktor suhu kritis tinggi (SKST) pada tahun SKST ad alah berupa bahan oksida atau keramik yang berinduk pada senyawa kuprat (Cu-O) dengan komposisi kimiawi yang multi komponen. Akibatnya bahan SKST bersifat multifase, struktur kristalnya berlapis, derajat anisotropinya tinggi dan panjang koherensinya yang pendek. Walau belum tuntas dalam pemahaman dasarnya, bahan SKST telah dikembangkan dalam aplikasi teknologi yang bervariasi luas, mulai dari aplikasi piranti elektronik, transmisi daya berkapasitas besar, peralatan yang menggunakan medan magnet berkekuatan tinggi, sampai dengan berbagai peralatan teknik yang mengandalkan efek levitasi magnetik seperti misalnya SMES ( superconducting magnetic energy storage system). Riset yang sangat intensif terus dilakukan untuk menghasilkan pemahaman menyeluruh tentang persoalan fisis yang berkaitan dengan aspek teoritis, eksperimen, maupun aplikasinya. Salah satu bahan SKST yang banyak dikaji adalah system Bi-Sr-Ca- Cu-O (BSCCO) yang dikenal juga sebagai bahan superkonduktor berbasis Bi. Dalam sistem ini dikenal 3 fase superkonduktif yang berbeda yaitu fase 2201, fase 2212 dan fase Sintesis sampel kristal BSCCO ini dapat dilakukan dengan beberapa metode berbeda antara lain metode Traveling Solvent Floating Zone (TSFZ), metode fluks Halida Alkali, metode fluks Carbonat Alkali, metode Self Fluks dan metode Solid State Reaction (Nurmalita, 2011). Metoda Solid state reaction ialah metode reaksi padatan. Metoda ini merupakan metoda sintesis kristal superkonduktor Bi-2223 yang paling sederhana dan murah dari segi minimnya peralatan sintesis yang diperlukan. Metoda ini dilakukan dengan pemilihan suhu sintering didaerah suhu yang masih dibawah titik leleh fase zat. Dengan demikian sifat 2

70 pelelehan ingkongruen yang merupakan ciri khas pada bahan superkonduktor dapat dihindari sehingga pertumbuhan fase Bi-2223 yang diinginkan memiliki fraksi volum yang cukup tinggi (diatas 50 %). Dalam beberapa tahun terakhir para ahli telah berlomba-lomba melakukan penelitian terhadap bahan ini guna memperoleh bahan superkonduktor Bi-2223 yang mempunyai karakteristik ideal. Usaha yang dilakukan para peneliti diantaranya adalah pengontrolan bahan-bahan awal dengan pemberian dopan, baik yang bersifat aditif maupun substitusif. Dopan dapat berupa subtitusi artinya mengganti atom asli didalam superkonduktor dengan atom dopan yang ukurannya tidak jauh berbeda dengan ukuran atom aslinya, atau dopan juga dapat berupa aditif artinya menambahkan atom-atom dopan kedalam atom-atom asli superkonduktor. Keluarga superkonduktor T c tinggi seperti Bi-2223 dapat diekstensifikasi melalui subtitusi khusus dari elemen-elemen tunggal. Selain oksigen, telah pula dilakukan penelitian-penelitian yang menggunakan dopan Pb. Dari hasil yang dilaporkan, penggunaan dopan Pb dalam sintesis polikristal sistem Bi, selain memudahkan pembentukan senyawa bersangkutan dengan kemurnian fasa yang tinggi, juga mempengaruhi sifat-sifat senyawa yang dihasilkannya. Karena kemiripan ukuran ion dan persyaratan valensi dari atom Pb maka telah diyakini bahwa penambahan Pb sebagai dopan menghasilkan subtitusi atom Bi oleh atom Pb pada lapisan ganda Bi-O. Pendopingan dengan Pb pada superkonduktor Bi-2223 dapat meningkatkan stabilitas fasa dan laju formasi pembentukan fasa. Beberapa penelitian terbaru pada superkonduktor Bi-2223 dengan dopan Pb telah dilakukan menggunakan metoda Solid sate reaction dan melibatkan unsur dopan tambahan dari elemen lainnya seperti Fe, Sn, Al, Ni atau Mn. Hasil yang telah dilaporkan ialah dengan penambahan dopan Fe memberikan peningkatan kristalinitas, ukuran butir, dan konektivitas antar butir (O. Ozturk dkk, 2012). Sedangkan penambahan nanopartikel SnO 2 dalam bahan awal telah memberikan peningkatan sifat mekanik (R. Awad dkk, 2012). Untuk sintesis yang melibatkan dopan Al telah meningkatkan kekuatan ikatan antar atom (MB. Solunke dkk, 2005), sedangkan penambahan dopan Ni telah melemahkan ikatan antar butir (GY. Hermiz dkk, 2012). Untuk sintesis dengan pemberian dopan Mn meningkatkan ukuran butir dan ruang kosong antar butir (R. Kumar dkk, 2012). Sintesis 3

71 Bi-2223 dengan rumus kimia Bi 1.6 Pb 0.4 Ca 2 Cu 3 O 10+δ juga telah dilakukan melalui metoda solid state reaction dimana pellet disinter pada suhu C selama 34 jam dan berhasil diperoleh sampel bahan yang mempunyai struktur kristal ortorombik dengan parameter kisi a = Å, b = Å dan c = Å berdasarkan analisa pola XRD. Dari foto SEM/EDAX terhadap morfologi permukaannya didapat informasi komposisi kation rata-rata dalam rasio 2:2:2:3 ditemukan hampir pada tiap titik, dimana pada daerah yang sama juga memperlihatkan mikrostruktur yang sangat seragam,yaitu butiran yang terorientasi acak dan porositas rendah yang menunjukkan kompaknya koneksi antar butir kristal (Indu Verma dkk, 2012). Tulisan ini mengulas tentang metode sintesis dan kualitas kristal sampel superkonduktor Bi-2223 yang terbentuk pada setiap variasi suhu sinter dan waktu sinter yang digunakan dalam sintesis. METODE PENELITIAN Eksperimen ini telah dilakukan di laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. PERALATAN DAN BAHAN Peralatan yang digunakan adalah furnace segiempat, neraca sartorius, beker gelas, mortal dan pastel keramik, krucibel alumina, dan cetakan sampel. Bahan yang dipakai adalah Bi 2 O 3 (99.9%), PbO (99.9%), SrCO 3 (99.995%), CaCO 3 (99.0%), CuO (99.99%), HNO 3 (65.%), aquades, pasta perak Ag dan Aseton. RANCANGAN PROSES SINTESIS Pada penelitian ini, superkonduktor Bi-2223 akan disintesis dengan metoda solid state reaction yang sederhana dan murah namun berpeluang besar untuk mendapatkan hasil yang berkualitas melalui pemberian dopan Pb sebagai subtitusi parsial Bi dan optimasi parameter sintesis berupa variasi suhu sintering. Proses sintesis dimulai dengan mencampur menjadi satu semua bahan awal berupa serbuk yaitu Bi 2 O 3, PbO, SrCO 3, CaCO 3, dan CuO yang telah ditimbang sesuai dengan kadar berat mengikuti rumus kimia Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y. Selama proses pencampuran bahan juga dilakukan penggerusan secara manual dan bertahap. Selanjutnya bahan dikalsinasi pada suhu C selama 24 4

72 jam, dan kemudian dicetak menjadi pelet. Pelet disintering dan selanjutnya mengalami furnace cooling ke suhu ruang. Untuk mendapatkan hasil optimum akan dilakukan optimasi parameter sintering yaitu variasi suhu sintering C, dan C serta variasi waktu sinter 30 jam, 32 jam, dan 34 jam. Akhirnya sampel yang diperoleh dikarakterisasi dengan uji pola XRD ( kualitas kristal), uji efek Meissner (magnetic), dan uji struktur/morfologi permukaan menggunakan SEM. ANALISA DATA Pada semua sampel yang peroleh dilakukan pengukuran pola XRD, uji Meissner, dan foto SEM. Pola XRD Untuk karakterisasi kualitas kristal dilakukan pengukuran pola XRD. Untuk mengamati evolusi pertumbuhan fase 2223 dilakukan perhitungan fraksi volumenya berdasarkan spektrum XRD, dengan menggunakan rumus (C.B.Mao, 1996) : Fv = I (2223) (1) I (total) Untuk mengetahui jumlah impuritas yang mungkin muncul maka digunakan rumus (C.B. Mao dkk, 1996) : = % (2) Sedangkan fraksi volume fase 2223 yang terorientasi pada sumbu c dihitung dengan menggunakan rumus (C.B.Mao, 1996) : P = I (00 l ) (3) I total 2223 Selanjutnya untuk mengetahui ukuran diameter rata-rata partikel digunakan persamaan Scherrer-Warren : 5

73 D = 0.941λ / β cos θ β (4) Dimana : Fv P I I(2223) I(total) = fraksi volume = fasa terorientasi = Impuritas = intensitas puncak difraksi fasa Bi-2223 = intensitas seluruh puncak difraksi I(00 ) = intensitas puncak difraksi fasa Bi-2223 dengan bilangan genap D = Ukuran diameter rata-rata partikel λ = panjang gelombang sinar X β = FWHM dari puncak intensitas tertinggi θ β = sudut dimana terdapat puncak intensitas tertinggi Uji Meissner Untuk karakterisasi sifat magnetic bahan maka dilakukan uji Meissner. Uji ini dilakukan dengan mencelupkan sampel pelet kedalam Nitrogen cair lalu diatasnya diletakkan sepotong kecil magnet permanen. Bahan bersifat diamagnetic jika magnet melayang diatas pellet. Foto SEM/EDAX Untuk mengetahui morfologi permukaan bahan dan kandungan unsure-unsur bahan maka dilakukan pemotretan SEM/EDAX pada sampel pelet. Dari foto tersebut dapat diketahui karakteristik grain, pore, grain boundary, dan kandungan unsure-unsur. 6

74 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel hasil sintesis berupa 6 buah pellet dengan ketebalan sekitar 5 mm dan berdiameter sekitar 1 cm. Untuk memudahkan maka sampel diberi nama sesuai kode yang mencantumkan perangkat parameter sintesis menurut format : suhu sintering/jangka waktu sintering. Sebagai contoh, sampel dengan kode 843/30 berarti sampel tersebut dibuat pada suhu sintering 843oC selama 30 jam. Seluruh sampel diuji karakterisasinya meliputi pola XRD, uji Meissner, dan foto SEM/EDAX. Pola XRD untuk sampel dengan suhu sinter 8430C dicantumkan pada Gambar 1, sedangkan sampel dengan suhu sinter 846 0C diperlihatkan pada Gambar / * / * * π π * * * / *

75 Gambar 1. Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8430C π 846/ * π * 846/ * π 30 * / π π π * Gambar 2 Pola XRD sampel Bi-2223 dengan suhu sinter 8460C *

76 Dari hasil spectrum XRD, dapat dihitung nilai dari fraksi volume 2223 yang terbentuk, prosentase fasa terorientasi, impuritas serta diameter rata-rata grain menggunakan persamaan (1), (2 ), (3), dan persamaan (4). Hasil perhitungan karaktristik seluruh sampel dirangkum pada Tabel 1. Tabel 1. Data Variable Karakteristik dari Sampel Suhu Nama sinter Sampel T ( 0 C) 843/30 Hasil perhitungan Waktu Prosentase Fasa Diameter sinter Fraksi volume Impuritas terorientasi rata-rata t(jam) Fv (%) I(%) P(%) D(nm) / / / / / Untuk melukiskan pola hubungan antara parameter proses dan karakteristik sampel, maka data dalam Tabel 1 dituangkan dalam bentuk grafik variasi parameter karakteristik terhadap variasi suhu sinter dan waktu sinter. Fv (%) T = 843 C T = 846 C waktu sinter (jam) 9

77 Gambar 3 Hubungan antara Fraksi volume terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, dan C I (%) waktu sinter (jam) T = 843 C T = 846 C Gambar 4. Hubungan antara Impuritas (I) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, dan C P (%) T = 843 C T = 846 C suhu sinter (jam) Gambar 5 Hubungan antara Prosentase fasa terorientasi (P) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, dan C D (nm) waktu sinter (jam) T = 843 C T = 846 C

78 Gambar 6. Hubungan antara Diameter grain (D) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C, dan C 843/30 843/32 843/34 11

79 Gambar 7 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 843/30 843/32 843/34 Gambar 8 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 12

80 846/30 846/32 846/34 Gambar 8 Foto SEM sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 13

81 846/30 846/32 846/ /34 Gambar 9 Rekaman EDAX sampel Bi-2223 dengan suhu sinter C 14

82 Untuk sampel-sampel yang disinter pada suhu C dari spektrum XRD yang diperlihatkan dalam Gambar 1 tampak puncak-puncak yang muncul sebagian sudah memiliki pola indeks hk = 00 dengan berupa bilangan genap. Dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian fasa Bi-2223 yang terbentuk dalam sampel sudah terorientasi. Meskipun ada sejumlah puncak impuritas yang berasal dari fasa Bi-2212 (tanda *) dan fasa 2201 (tanda π), namum yang dominan adalah puncak-puncak fasa Bi Hasil perhitungan fraksi volume 2223 dan prosentasi fasa terorientasi dari sampel yang disinter pada suhu C ditunjukkan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut tampak bahwa penambahan waktu sinter berpengaruh pada pembentukan fasa Bi Fraksi volume fasa 2223 terbesar dperoleh pada sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 75.67%. Dengan penambahan waktu sinter menjadi 32 jam fraksi volume 2223 menurun, tapi kristalinitas meningkat dengan membesarnya ukuran grain dan meningkatnya fasa terorientasi. Ketika waktu sinter ditambah lagi menjadi 34 jam fraksi volume 2223 kembali bertambah sedangkan impuritas berkurang. Hubungan waktu sinter dengan fasa teorientasi ditunjukkan dalam Gambar 5. Sedangkan hubungan antara ukuran grain dengan waktu sinter dapat dilihat pada Gambar 6. Prosentase fasa terorientasi terbesar diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 34 jam dan bukan pada sampel yang mempunyai fraksi volume 2223 tertinggi. Hal ini disebabkan fasa 2223 yang terbentuk dengan bidang selain 00 lebih banyak pada sampel yang mempunyai fraksi volum tertinggi. Sedangkan prosentase fasa terorientasi terendah diperoleh dari sampel dengan waktu sinter 30 jam, yaitu sebesar 27.65%. Hasil rekaman SEM dan EDAX untuk sampel dengan suhu sinter C diperlihatkan pada Gambar 7 dan Gambar 8. Dari hasil tersebut semua bahan menunjukkan masih adanya porisitas pada morfologi permukaan. Meskipun demikian penambahan waktu sinter sampai 34 jam telah berhasil mengurangi terbentuknya pori. Hal ini sangat konsisten dengan meningkatnya orientasi grain yang juga mempunyai nilai terbesar pada sampel dengan waktu sinter 34 jam ini, seperti yang terlihat pada foto SEM.. Namun demikian, peningkatan waktu sinter telah menurunkan ukuran grain bahan yang berpengaruh pada meningkatnya batas butir yang berpotensi mengurangi harga rapat arus. Berdasarkan pola XRD maka harga fasa terorientasi paling rendah terdapat pada sampel dengan waktu sinter 30 jam, terlihat juga dari foto SEM pada sampel ini orientasinya sangat tidak teratur. Ukuran diameter butir pada 15

83 sampel ini rata-rata 0.47 nm. Hasil uji Meissner pada semua sampel telah menunjukkan sifat diamagnetic bahan. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel dengan suhu sinter 843 o C ini dengan penambahan waktu sinter telah mengurangi porisitas bahan dan meningkatkan konektivitas antar grain.. Demikian juga halnya kristal yang terbentuk semakin lebih terorientasi sumbu c yang memberikan peluang meningkatnya nilai rapat arus. Disisi lain, ukuran diameter grain terbesar yaitu 0.84 nm justru diperoleh pada sampel yang memiliki fraksi volume terendah Hal ini disebabkan oleh sifat multifase dari pembentukan bahan. Dari hasil yang diperlihatkan oleh sampel-sampel dengan suhu sinter 843 o C maka pemanasan yang optimum untuk memperoleh senyawa fase Bi-2223 dengan fraksi volume yang cukup besar adalah pada waktu sinter 30 jam. Selanjutnya untuk sampel hasil sintesis dengan suhu sinter 846 o C dari spektrum XRD yang diperlihatkan dalam Gambar 2 tampak puncak-puncak yang muncul sudah dominan dari fasa Bi-2223, meskipun masih ada sedikit impuritas yang berasal dari fasa Bi-2212 (tanda *), Bi-2201 (tanda π), dan impuritas lain. Untuk fasa Bi-2223 juga sudah memiliki puncak-puncak dengan pola indeks hk = 00 dengan berupa bilangan genap. Dari hasil spektrum tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian fasa Bi-2223 yang terbentuk dalam sampel sudah terorientasi. Hasil perhitungan fraksi volume 2223 dan prosentasi fasa terorientasi sampel yang disinter pada C ditunjukkan pada Tabel 6.1. Dari hasil tersebut tampak bahwa penambahan waktu sinter sangat berpengaruh pada pembentukan fase Fraksi volume fasa 2223 terbesar diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 63.31%. Dengan penambahan waktu sinter dari 30 jam menjadi 32 jam dan kemudian menjadi 34 jam fraksi volume 2223 makin menurun. Hal ini bisa dilihat dengan meningkatnya impuritas seperti pada Gambar 4. Meningkatnya impuritas juga diikuti dengan menurunnya kristalinitas bahan. Meningkatnya waktu sinter telah menaikkan porositas antar grain dan mengurangi diameter rata-rata grain Hubungan waktu sinter dengan fasa terorientasi ditunjukkan dalam Gambar 5. Prosentase fasa terorientasi terbesar yaitu 35.07% diperoleh pada sampel dengan waktu sinter 32 jam, yang juga mempunyai ukuran grain tertinggi yaitu 0.7 nm seperti tampak pada Gambar 6. Hal ini disebabkan fasa 2223 yang terbentuk dengan bidang 00 pada sampel ini lebih banyak dan terlihat jelas pada foto SEM Sedangkan prosentase fasa terorientasi terendah diperoleh dari sampel dengan waktu sinter 30 jam yaitu sebesar 24.54%. 16

84 Dari hasil SEM pada Gambar 8 tersebut terlihat bahwa untuk semua sampel tekstur butirbutir kristalnya berbentuk seperti lembaran dan pada umumnya terorientasi acak meskipun rata-rata 30% bidang kristalnya sudah terorientasi dalam arah sumbu c. Dari rekaman SEM tersebut tampak bahwa dengan bertambahnya waktu sinter porisitas meningkat dan konektivitas antar grain menurun. Sampel dengan waktu sinter 32 jam mempunyai prosentase fasa terorientasi terbesar dan nampak dari SEM pada sampel ini butir kristalnya lebih terorientasi dibanding sampel lainnya. Berdasarkan rekaman EDAX pada Gambar 9 tampak bahwa semua sampel sudah mengandung unsur-unsur kimia seperti yang diharapkan. Selanjutnya hasil dari uji Meissner memperlihatkan bahwa untuk semua sampel relative sudah bersifat diamagnetic, dimana potongan kecil magnet permanen mengapung diatas sampel pellet yang direndam dalam Nitrogen cair. Dari hasil yang diperlihatkan oleh sampelsampel dengan suhu sinter 840 o C maka perlakuan panas yang optimum untuk memperoleh senyawa fase Bi-2223 dengan fraksi volume yang cukup besar, prosentase fasa terorientasi yang cukup baik, dan ukuran grain yang cukup besara adalah dengan waktu sinter 32 jam. Hasil perhitungan fraksi volume Bi-2223 yang diperoleh pada sampel-sampel hasil penelitian ini jika dibandingkan antara sampel dengan suhu sinter C, dan 846 o C memperlihatkan bahwa sampel-sampel dengan suhu sinter 843 o C menunjukkan nilai yang lebih baik daripada sampel dengan suhu sinter 846 o C. Sedangkan prosentasi fasa terorientasi yang lebih baik juga dicapai oleh sampel-sampel dengan perlakuan suhu sinter 843 o C. Ukuran grain rata-rata terbesar dicapai oleh sampel dengan suhu sinter 843 o C. Hal ini konsisten dengan nilai fraksi volume dan prosentasi fasa terorientasi yang lebih baik yang juga dicapai oleh sampel dengan perlakuan suhu sinter 843 o C, dibandingkan dengan sampelsampel bersuhu akhir 846 o C. Derajat orientasi kristal yang tinggi sangat penting bagi bahan sebab untuk mendapatkan nilai rapat arus kristis Jc yang lebih tinggi diperlukan kristal superkonduktor yang memiliki ukuran grain kristal yang cukup besar dengan tingkat kesejajaran yang tinggi pula. Waktu sinter yang optimum untuk sampel dengan perlakuan suhu sinter 846 o C adalah 32 jam. Sedangkan waktu optimum untuk suhu sinter C adalah 30 jam. 17

85 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini telah dilakukan eksperimen sintesis kristal superkonduktor Bi-2223 dengan metode solid state reacton. Dalam eksperimen ini telah dilakukan variasi suhu sinter dan jangka waktu sinter. Dari data dan hasil analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Peningkatan waktu sinter menurunkan Fraksi volume Bi Harga Fv tertinggi yaitu 75.67% dimiliki sample dengan waktu sinter 32 jam pada suhu sinter C. Fraksi volume terendah 54.85% dimiliki oleh sample dengan waktu sinter 34 jam pada suhu sinter C. 2. Peningkatan suhu sinter menurunkan fraksi volume fasa 2223 yang terbentuk. Fraksi volume tertinggi yaitu 75.67% terdapat pada sample dengan suhu sinter C, sedangkan fraksi volume terendah 54.85% dimiliki sample dengan suhu sinter C dan waktu sinter 34 jam. 3. Peningkatan suhu sinter menurunkan orientasi fasa 2223 yang terbentuk. Orientasi fasa tertinggi yaitu 39.19% terdapat pada sample dengan suhu sinter C, sedangkan fraksi volume terendah 24.54% dimiliki sample dengan suhu sinter C.. 4. Penambahan waktu sinter telah mengurangi porisitas bahan dan meningkatkan konektivitas antar grain. Demikian juga halnya kristal yang terbentuk semakin lebih terorientasi sumbu c yang memberikan peluang meningkatnya nilai rapat arus. Disisi lain, ukuran diameter grain terbesar yaitu 0.84 nm justru diperoleh pada sampel yang memiliki fraksi volume terendah Hal ini disebabkan oleh sifat multifase dari prose pembentukan bahan. Dari hasil analisis data secara menyeluruh diperoleh kesimpulan bahwa sampel yang diperoleh memiliki peluang yang cukup baik sebagai bahan superkonduktor dengan meningkatkan sifat-sifat bahan melalui optimasi parameter sintesis lebih lanjut meliputi kemurnian bahan-bahan awal, variasi metode sintesis, dan pemilihan suhu pemanasan. Informasi lebih dalam tentang sampel hasil eksperimen ini dapat ditingkatkan lagi dengan kaji lanjut mengenai sifat magnetic dan sifat transport bahan, melalui pengukuran kurva resistivitas, pengukuran nilai rapat arus, dan permagraph. 18

86 UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih disampaikan kepada Universitas Syiah Kuala yang telah mendanai penelitian ini melalui proyek Penelitian Dosen Muda tahun anggaran 2013 nomor:187/un11/s/lk- PNBP/2013 tanggal 13 mei DAFTAR PUSTAKA Akimitsu, J., Yamazaki, A., Sawa, H., Fujiki, H.,1987, Superconductivity in the Bi Sr Cu O system. Japan. J. Appl. Phys. 26(Part 2, 12), L2080 L2081 Eddy Marlianto, 2008, Studi Ultrasonik Superkonduktor Suhu Tinggi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Fisika Superkonduktor, FMIPA Universitas Sumatera Utara-Medan G.Y.Hermiz,B.A.Aljurani,H.A.Thabit, 2012, Mechanical Properties of Bi1.6Pb0.4Sr1.8Ba0.2Ca2Cu3 xnixo10+δ Superconducting System, J Supercond Nov Magn 25: Indu Verma,R. Kumar,V. Ganesan,A. Banergee, 2012, Synthesis and Magnetic Properties of (Bi, Pb)2Sr2Ca2Cu3O10+δ Superconductor, J Supercond Nov Magn 25: Maeda, H., Tanaka, Y., Fukutomi, M., Asano, T, 1988, A new high-tc oxide superconductor without a rare earth element, Jpn. J. Appl. Phys. 27(Part 2, 2), L209 L210 M B Solunke, P U Sharma, M P Pandya, V K Lakhani, K B Modi, P Venugopal Reddy, S S Shah, 2005, Ultrasonic studies of aluminium-substituted Bi(Pb)-2223 superconductors, Journal of Physics PRAMANA c Indian Academy of Sciences Vol. 65, No. 3 pp Nurmalita, 2011, Effect of Pb Dopant on The Volume Fraction of BSCCO-2212 Superconducting Crystal, Jurnal Natural FMIPA Universitas Syiah Kuala O. Ozturk, E. Asikuzun, S. Kaya, M. Coskunyurek, G. Yildirim, M. Yilmazlar, C. Terzioglu, 2012, Physical Properties and Diffusion-Coefficient Calculation of Iron Diffused Bi-2223 System, J Supercond Nov Magn 25:

87 R. Awad, A.I. Abou-Aly, M.M.H. Abdel Gawad, I. G-Eldeen, 2012, The Influence of SnO2 Nano-Particles Addition on the Vickers Microhardness of (Bi, Pb) Superconducting Phase, J Supercond Nov Magn (2012) 25: R.Kumar,Indu Verma,Nidhi Verma,V.Ganesan, 2012, Effect of Mn on the Surface Morphological Properties of (Bi, Pb)2Sr2Ca2Cu3 xmnxo10+δ(bi-2223) Superconductor, J Supercond Nov Magn 25:

88 POLA XRD SUPERKONDUKTOR Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y * (XRD Spectra of Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y Superconductors) Nurmalita 1 dan Evi Yufita 1 Abstrak. Telah dilakukan analisa terhadap pola XRD superkonduktor Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y yang dipreparasi pada suhu sinter C selama 30 jam, 32 jam, dan 34 jam. Berdasarkan perhitungan dari pola XRD bahwa penambahan waktu sinter membuat fraksi volume yang terbentuk relative stabil, meskipun ketika waktu sinter ditambah jadi 34 jam membuat impuritas bertambah berupa fasa suhu rendah. Dipihak lain, penambahan waktu sinter membuat ukuran grain dan konektivitas antar grain semakin meningkat, dimana porositas juga makin berkurang sehingga berpeluang untuk meningkatnya nilai rapat arus bahan. Keywords: Superconductor Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y, metode solid state reaction. * Didanai oleh Universitas Syiah Kuala melalui Proyek Penelitian Dosen Muda Tahun Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Syiah Kuala 1

89 1. PENDAHULUAN Salah satu bahan superkonduktor yang banyak dikaji adalah system Bi-Sr-Ca-Cu-O atau BSCCO yang dikenal juga sebagai bahan superkonduktor berbasis Bi, yang ditemukan pertama kali pada tahun Minat tersebut berkaitan dengan suhu kritis (Tc) yang le bih tinggi dari system tersebut sehingga bisa beroperasi pada suhu nitrogen cair (77K) dan tidak mengandung elemen tanah jarang yang mahal. Walaupun memiliki Tc yang lebih rendah dari system berbasis Tl dan Hg, system ini tidak mengandung elemen beracun (Nurmalita, 2011). Dalam system Bi dikenal 3 fasa superkonduktif yang berbeda yaitu fasa Bi-2201 (Akimitsu dkk, 1987), fasa Bi-2212 (Maeda dkk,1988), dan fasa Bi-2223 (Maeda dkk, 1988). Tatanama untuk ketiga fasa tersebut berdasarkan rumus kimia Bi 2 Sr 2 Ca n-1 Cu n O y (n=1, 2, dan 3) dengan masing-masing fasa memiliki Tc~10K, Tc~80K, dan Tc~110K berturut-turut. Superkonduktor Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y merupakan keluarga Bi berfasa 2223 yang didopan dengan Pb. Untuk sistem Bi, substitusi sebagian kecil atom Bi oleh atom Pb diketahui berpengaruh positif terhadap meningkatnya kualitas kristal superkonduktor yang terbentuk (Nurmalita, 2012). Beberapa penelitian terbaru pada superkonduktor Bi-2223 dengan dopan Pb telah dilakukan menggunakan metode solid state reaction dan melibatkan unsur dopan tambahan dari elemen lainnya seperti Fe, Sn, Al, Ni atau Mn. Hasil yang telah dilaporkan ialah dengan penambahan dopan Fe memberikan peningkatan kristalinitas, ukuran butir, dan konektivitas antar butir (O. Ozturk dkk, 2012). Sedangkan penambahan nanopartikel SnO 2 dalam bahan awal telah memberikan peningkatan sifat mekanik (R. Awad dkk, 2012). Untuk sintesis yang melibatkan dopan Al telah meningkatkan kekuatan ikatan antar atom (MB. Solunke dkk, 2005), sedangkan penambahan dopan Ni telah melemahkan ikatan antar butir (GY. Hermiz dkk, 2012). Untuk sintesis dengan pemberian dopan Mn telah meningkatkan ukuran butir dan memperkecil ruang kosong antar butir (R. Kumar dkk, 2012). Sintesis Bi-2223 yang menggunakan dopan Pb untuk mengsubstitusi Bi dengan perbandingan molar 0.4 juga telah dilakukan melalui metoda solid state reaction dan berhasil diperoleh sampel bahan yang mempunyai struktur kristal ortorombik dengan parameter kisi a = Å, b = Å dan c = Å. Dari foto SEM/EDAX terhadap morfologi permukaannya didapat informasi komposisi kation rata-rata dalam rasio 2:2:2:3 ditemukan hampir pada tiap titik, dimana pada daerah yang sama juga memperlihatkan mikrostruktur yang sangat seragam yaitu butiran yang terorientasi acak dan porositas rendah yang menunjukkan kompaknya koneksi antar butir kristal (Indu Verma dkk, 2012). 2

90 Dalam tulisan ini dilakukan analisis terhadap pola XRD sampel superkonduktor Bi 1.4 Pb 0.6 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y yang disintesa menggunakan metode solid state reaction dimana sampel pellet disinter pada suhu Cdengan perlakuan variasi waktu sinter 30 jam, 32 jam, dan 34 jam. Karakteristik sampel yang terbentuk dianalisis berdasarkan pola XRD, meliputi perhitungan fraksi volume, impuritas, prosentase fasa terorientasi, dan ukuran rata-rata grain. 2. PREPARASI SAMPEL Sampel disintesa dengan metode solid state reaction menggunakan bahan-bahan awal dengan kemurnian tinggi, yaitu Bi 2 O 3 (99.99%), CaCO 3 (99.9%), SrCO 3 (99.9%), dan CuO (99.99%) sebagai bahan utama, serta PbO (99.99%), sebagai bahan dopan. Proses sintesis superkonduktor Bi-2223 diawali dengan menimbang bahan-bahan awal berupa serbuk dengan perbandingan kadar massa sesuai rumus kimia Bi 1.6 Pb 0.4 Sr 2 Ca 2 Cu 3 O y. Langkah selanjutnya adalah mencampur semua bahan tersebut dalam mortar keramik sambil sesekali digerus untuk optimasi proses percampuran. Tahapan selanjutnya adalah mencetak hasil campuran bahan menjadi pelet dengan menggunakan mesin press hidrolik. Selanjutnya pelet dikalsinasi pada suhu C selama 24 jam dalam tungku ( furnace). Hasil kalsinasi kemudian disinterring pada suhu C dan jangka waktu sintering divariasikan (30 jam, 32 jam, dan 34 jam) untuk mengetahui pengaruh parameter tersebut terhadap karakteristik superkonduktor yang dihasilkan. 3. PEMBAHASAN Semua sampel yang telah disinterring dilakukan pengukuran pola XRD. Untuk mempermudah penyajian data sampel dan analisanya, setiap sampel diberi kode yang mencantumkan perangkat parameter sintesis menurut format : suhu sintering/jangka waktu sintering. Sebagai contoh, sampel dengan kode 840/30 berarti sampel tersebut dibuat pada suhu sintering 840 o C selama 30 jam.pola XRD sampel yang telah diukur diperlihatkan pada Gambar 1. Spektrum diukur dari sudut 2θ = 10 0 sampai sudut 2θ = 55 0 menggunakan peralatan XRD dengan sumber CuKα yang memiliki panjang gelombang Å. Polapola grafik intensitas yang dihasilkan selanjutnya dihitung dan diperoleh karakteristik sampel yang terangkum pada Tabel 1. 3

91 840/30 * π * /32 * π π π * / π π π * Gambar 1 Pola XRD sampel dengan suhu sinter C Tabel.1 Data Variable Karakteristik dari Sampel Suhu Nama sinter Sampel T ( 0 C) 840/30 Hasil perhitungan Waktu Prosentase Fasa Diameter sinter Fraksi volume Impuritas terorientasi rata-rata t(jam) Fv (%) I(%) P(%) D(nm) / /

92 Untuk melukiskan pola hubungan antara parameter proses dan karakteristik sampel, maka data dalam tabel 1 dituangkan dalam bentuk grafik variasi parameter karakteristik terhadap variasi waktu sinter. Fv (%) waktu sinter (jam) Gambar 2. Hubungan antara Fraksi volume terhadap waktu sinter pada suhu sinter C I (%) waktu sinter (jam) Gambar 3. Hubungan antara Impuritas (I) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C 40 P (%) suhu sinter (jam) Gambar 4. Hubungan antara Prosentase fasa terorientasi (P) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C 5

93 0.6 D (nm) waktu sinter (jam) Gambar 5. Hubungan antara Diameter grain (D) terhadap waktu sinter pada suhu sinter C 840/30 840/32 840/34 Gambar 6. Foto SEM sampel dengan suhu sinter C 6

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C

The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C The Effect of Sintering Time on Surface Morfology of Pb-Doped Bi-2223 Oxides Superconductors Prepared by the Solid State Reaction Methods at 840 o C Evi Yufita dan Nurmalita* Laboratorium Fisika Material,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan material yang dapat mengalirkan arus listrik tanpa adanya hambatan atau resistansi (ρ = 0), sehingga dapat menghantarkan arus listrik tanpa kehilangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.8, No.2, April 2005, hal 53-60 Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena

I. PENDAHULUAN. Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Superkonduktor merupakan suatu bahan dengan konduktivitas tak hingga, karena sifat resistivitas nol yang dimilikinya dan dapat melayang dalam medan magnet. Kedua sifat

Lebih terperinci

XRD ANALYSIS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD

XRD ANALYSIS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD Jurnal Natural Vol. 13, No.1, 213 XRD ANALYSS OF Bi-2212 SUPERCONDUCTORS: PREPARED BY THE SELF-FLUX METHOD Nurmalita, Nailul Amani#, Fauzi Jurusan Fisika FMPA, Universitas Syiah Kuala #Email: nailul.usk@gmail.com

Lebih terperinci

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3

Lebih terperinci

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metoda Lelehan Indras Marhaendrajaya Laboratorium Fisika Zat Padat Jurusan Fisika FMIPA UNDIP Abstrak Telah dilakukan sintesis superkonduktor BPSCCO-2223

Lebih terperinci

PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212

PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212 PENGARUH DOPAN Pb TERHADAP FRAKSI VOLUME KRISTAL SUPERKONDUKTOR B(P)SCCO-2212 { THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF B(P)SCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL } Nurmalita Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF

SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF SINTESIS SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN VARIASI Bi DAN Pb MELALUI METODE SOL GEL DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR X MENGGUNAKAN METODE RIETVELD FULLPROF YUNI SUPRIYATI M 0204066 Jurusan Fisika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor

SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor 2. Teori Superkonduktor 2.1. Pengertian Superkonduktor SUPERKONDUKTOR 1. Sejarah Superkonduktor Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908,

Lebih terperinci

The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion

The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion The DC Electrical Resistivity Curves of Bismuth-2212 Ceramic Superconductors: Evaluation of the Hole-Carrier Concentrations per-cu Ion Nurmalita* Laboratorium Fisika Material, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO

Lebih terperinci

THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL

THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL Jurnal Natural Vol. 11, No. 2, 2011 THE EFFECT OF Pb DOPANT ON THE VOLUME FRACTION OF BSCCO-2212 SUPERCONDUCTING CRYSTAL Nurmalita Jurusan Fisika FMIPA Universitas Syiah Kuala Email : nurmalitapatra@yahoo.com

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BSCCO-2223 YANG DISINTESIS DENGAN METODE REAKSI PADATAN Disusun Oleh : SARI MAHMUDAH M0207057 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223

OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223 Berkala Fisika Indoneia Volume 8 Nomor 1 Januari 2016 OPTIMASI KOMPOSISI MOLAR AWAL OFF-STOIKHIOMETRI PADA SINTESIS SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-2223 Dwi Teguh Rahardjo E-mail: teguhra@yahoo.com, teguhra@gmail.com

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz

Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Efek Atmosfer Udara dan Oksigen Terhadap Struktur Kristal dan Kristalografi Material Superkonduktor (Bi0,40Pb0,45)Sr2(Ca0,40Y0,70)Cu2Oz Zahratul Jannah AR Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM.

ABSTRAK. Kata Kunci: Superkonduktor Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz, wet-mixing, nanopartikel, sintering, ferromagnetik, XRD, TEM, VSM. ABSTRAK Telah dilakukan sintesis mengenai optimasi waktu sintering pada pembentukan kristal nanopartikel Bi2Sr2(Ca1,5Nd0,25Gd0,25)Cu3Oz dengan metode wet-mixing. Proses sintesis dilakukan dengan melakukan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 216 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI UNDER-DOPED SUPERKONDUKTOR DOPING ELEKTRON Eu

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI 130801041 DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ

PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR OPTIMUM DOPED DOPING ELEKTRON Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor PENGARUH KONDISI ANNEALING TERHADAP PARAMETER KISI KRISTAL BAHAN SUPERKONDUKTOR

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2 Hendri, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb Oleh: Tahta A 1, Darminto 1, Malik A 1 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER

NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER NANOKRISTALISASI SUPERKONDUKTOR (Bi,Pb) 2 Sr 2 CaCu 2 O 8+δ DENGAN METODE PENCAMPURAN BASAH DENGAN VARIASI SUHU DAN WAKTU KALSINASI DAN SINTER UTIYA HIKMAH, DARMINTO, MALIK ANJELH B. Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Anorganik Program Studi Kimia ITB. Pembuatan pelet dilakukan di Laboratorium Kimia Organik dan di Laboratorium Kimia Fisik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali

Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : xnd x )Cu 3 O 10+δ ) M. Sumadiyasa Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana Bali Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : 1-5 1 Pengaruh Penggantian Ca dengan Nd pada Pembentukan Fase Bi-2223 pada Superkonduktor Sistem (Bi,Pb)-Sr-Ca-Cu-O: (Bi 1.4 Pb 0.6 )Sr 2 (Ca 2-x Nd x )Cu 3 O δ

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup:

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Superkoduktor yang mencakup: Teknologi Superkomputer dan Teknologi Transmisi Daya Listrik serta Teknologi Kereta Api Berkecepatan Tinggi. Oleh

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ (ECCO) UNTUK UNDER-DOPED Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menampilkan bentuk struktur mikro sampel, cuplikan yang terdapat pada sample holder dietsa dengan larutan HCL yang telah diencerkan dengan aquades. Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan HCL pekat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

PENGUJIAN KONDUKTIVITAS LISTRIK ALUMINIUM-DOPED ZnO PADA TEMPERATUR TINGGI

PENGUJIAN KONDUKTIVITAS LISTRIK ALUMINIUM-DOPED ZnO PADA TEMPERATUR TINGGI PENGUJIAN KONDUKTIVITAS LISTRIK ALUMINIUM-DOPED ZnO PADA TEMPERATUR TINGGI SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh: HUSEIN JAYA ANDIKA NIM. I 0411025 PROGRAM

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN Pengaruh Variasi Massa... (Annisa Dyah ) 238 PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF MATERIAL MASS ON

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI

Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI Pengaruh Temperatur Leleh Terhadap Rapat Arus Kritis Pada Kristal Superkonduktor Bi-2223 Dengan Menggunakan Metode Self-Fluks SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu : preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN

PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN PROSES PEMBUATAN MATERIAL SUPERKONDUKTOR BSCCO DENGAN METODA PADATAN Lusiana Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan E-mail : lusianand@yahoo.com Intisari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi sampel dan uji sifat fisis akan dilakukan di Laboratorium Fisika Material

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN 286 Kristal Sn(S.4Te.6)... (Erda Harum Saputri) PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S,4 Te,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN THE EFFECT OF FLOW HEATING TIME FOR CRYSTAL QUALITY

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan penelitian ini maka dipilih metode eksperimen. 3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION

SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION SINTESIS LAPISAN TIPIS SEMIKONDUKTOR DENGAN BAHAN DASAR TEMBAGA (Cu) MENGGUNAKAN CHEMICAL BATH DEPOSITION Yolanda Oktaviani, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas e-mail: vianyolanda@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IX SUPERKONDUKTOR

BAB IX SUPERKONDUKTOR BAB IX SUPERKONDUKTOR MATERI SUPERKONDUKTIVITAS 9.1. Superkonduktor suhu kritis rendah. 9.1.1.klasifikasi logam ( isolator, semikonduktor, konduktor,konduktor bagus,superkonduktor) 9.1.2.efek Meissner,suhu

Lebih terperinci

Menyetujui Komisi Pembimbing:

Menyetujui Komisi Pembimbing: \ Judul Tesis : PENGARUH UKURAN BUTIRAN DAN SUHU SINTERING TERHADAP KONDUKTIVITAS LISTRIK DAN MIROSTRUKTUR KERAMIK YITTRIA ST#JILlZED ZIRKONIA SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT FUEL CELL Nama Mahasiswa : Chaudra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Magnet permanen adalah salah satu jenis material maju dengan aplikasi yang sangat luas dan strategis yang perlu dikembangkan di Indonesia. Efisiensi energi yang tinggi

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BAHAN MIKROPARTIKEL BERBASIS BSCCO FASA 2223 DI DOPING Sn DAN Pb

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BAHAN MIKROPARTIKEL BERBASIS BSCCO FASA 2223 DI DOPING Sn DAN Pb PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR BAHAN MIKROPARTIKEL BERBASIS BSCCO FASA 2223 DI DOPING Sn DAN Pb Eidi Sihombing *) dan Hariyati Lubis Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN Mardiah dan Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail:

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus

BAB I PENDAHULUAN. energi listrik. Pemanfaatan energi listrik terus berkembang tidak hanya berfokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin meningkat, kebutuhan akan sumber energi meningkat pula. Termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM) Kaspul Anuwar 1, Rahmi Dewi 2, Krisman 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA-Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun tanpa adanya sumber tegangan (Rusdi, 2010). Suatu superkonduktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun tanpa adanya sumber tegangan (Rusdi, 2010). Suatu superkonduktor II. TINJAUAN PUSTAKA A. Superkonduktor 1. Definisi dan Sejarah Superkonduktor Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan di bawah suatu nilai suhu tertentu. Sehingga superkonduktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun Sebelumnya, pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun Sebelumnya, pada 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penemuan Superkonduktor Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Sebelumnya, pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik Program studi Kimia FMIPA ITB sejak bulan September 2007 hingga Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike Kammerlingh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike Kammerlingh 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Superkonduktor Sifat superkonduktivitas bahan ditemukan pertama kali oleh Heike Kammerlingh Onnes pada tahun 1911. Pada saat itu, dia sedang mencoba mengamati hambatan jenis (resistivity)

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibutuhkan oleh setiap negara yang ingin maju. Perkembangan IPTEK dapat mendorong kemajuan suatu negara. Kemajuan luar biasa

Lebih terperinci

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN Preparasi dan Karakterisasi.(Iin Astarinugrahini) 298 PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN PREPARATION AND CHARACTERIZATION

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) H.Kurniawan 1), Salomo 2), D.Gustaman 3) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1] BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Momen Magnet Sifat magnetik makroskopik dari material adalah akibat dari momen momen magnet yang berkaitan dengan elektron-elektron individual. Setiap elektron dalam atom mempunyai

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF

KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF KARAKTERISASI SUPERKONDUKTOR YBa 2 Cu 3 O 7-x DAN ANALISIS POLA DIFRAKSI SINAR-X MENGGUNAKAN CELREF DISUSUN OLEH: AHMAD FAJAR PURWANTO M0209003 SKRIPSI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb

Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X B-81 Sintesis dan Karakterisasi XRD Multiferroik BiFeO 3 Didoping Pb Tahta A, Malik A. B, Darminto Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci