PENGENALAN OBAT SITOSTATIKA. Dra. Sri Kadarinah, Apt.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENALAN OBAT SITOSTATIKA. Dra. Sri Kadarinah, Apt."

Transkripsi

1 PENGENALAN OBAT SITOSTATIKA Dra. Sri Kadarinah, Apt. Pelatihan Handling Sitostatika RSUP Dr. Sardjito, 24 Mei 2016

2 Manajemen Pasien Kanker Pasien Teamwork : Radiologist Dokter Cytopatologist Apoteker Perawat Protokol (Standard) Catatan Medik Laboratory

3 Prinsip : Oncologi Aspect Patients & Family aspect Outcome & side effect monitoring

4 Oncology Aspect Pasien Diagnose: - Patologi : - Histologi? - Invasi? - Tumor biologi : Her 2 Neu, CD20 Staging Catatan Medik : - Anamnesa - Pemeriksaan Laborat, EKG, fisik - Karnosfky - ECOG

5 Patients & Family aspect Pengelolaan kepada Px dan Keluarga : Pemberian Informasi tentang : Tujuan pemberian kemoterapi Rejimen dan Siklus Efek samping Living with chemoterapy Informed consent

6 Outcome Terapi Yang diharapkan Eficacy Outcome improvement Safety perhatikan efek samping Specificity Selectivity Karakter sel kanker Mekanisme obat kanker Reduksi sel tumor setelah kemoterapi Rational px financial?

7

8 Tujuan : 1. Kuratif : Penyembuhan * Kanker dini * Kanker yang khemosensitif : leukemia, limfoma maligna * 70 % sembuh dengan pembedahan 2. Palliatif :Meringankan * Kanker yang sudah metastase * Memperbaiki kualitas hidup * Mengatasi komplikasi yang terjadi * Mengurangi dan meringankan kesakitan penderita

9

10

11

12

13

14 Cara terapi : 1. Operasi 2. Radioterapi 3. Kemoterapi 4. Hormon terapi 5. Immuno terapi

15 PENGENALAN OBAT KANKER = SITOSTATIKA Kemoterapi : * Pengobatan Kanker dengan obat anti kanker (Sitostatika) * Obat Hazard * Sifat : - Karsinogenik - Mutagenik - Teratogenik - Exposure

16 (Haskell, 1999) Natural history of cancer Neoplasms arise from transformed cells by a process known as multistep carcinogenesis Initiation Promotion Conversion Progression Geneti c change Clonal expansion Genetic change Normal cell Heredity Chemicals Radiation Viruses } { Preneoplastic lesion Inflamation Endocrine factors Nutrition Malignant lesion Invasion &/or Metastasis

17 1. Multistep 2. Membutuhkan waktu 3. Setiap perubahan bertahap - herediter - virus - kimia - makanan - paparan - radiasi 4. Selalu menimbulkan perubahan genetik (perubahan pada tingkat DNA, RNA, Protein Biomarker)

18 Kanker : Pertumbuhan berlebihan Gangguan diferiensiasi sel dan jaringan mirip jaringan asli desakan akibat pertumbuhan tumor * invasif * metastatif menyebar ke tempat lain pertumbuhan sel baru gangguan sistemik, akibat sekunder (perdarahan, benjolan)

19 The Hallmarks of Cancer

20 6 ciri perubahan sel kanker Sel membelah harus ada sinyal Membelah terus-menerus Enabling replication immortality Angiogenesis untuk suplai makanan Invasif - protein dirusak oleh enzim Metastasis

21 Pengaruh terhadap sistem immune Struktur genetik tidak stabil Targeting therapy

22 DIFFERENT TYPES OF CANCERS Carcinomas: most common types of cancer, arise from cells that cover external & internal body surfaces (e.g. breast, lung, colon) Sarcomas: cancers arising from cells found in the supporting tissues of body (e.g. bone, cartilage, fat, connective tissue, muscle) Lymphomas: cancers that arise in lymph nodes & tissues of the body s immune system Leukemias: cancers of immature blood cells that grow in bone marrow & tend to accumulate in large numbers in the bloodstream

23 DASAR KEMOTERAPI Mekanisme Kerja Obat Kanker Terutama bekerja pada DNA yang merupakan komponen utama gen yang mengatur pertumbuhan dan deferensiasi sel Terapi berhasil baik bila dosis yang digunakan mematikan sel tumor ganas dan tidak mengganggu sel normal yang berproliferasi

24 Cara kerja : 1) Menghambat atau mengganggu sintese DNA dan atau RNA 2) Merusak replikasi DNA 3) Mengganggu transkripsi DNA 4) Mengganggu kerja gen 5) Target terapi

25 Kinetika Siklus Sel M = Fase mitose G 1 = Fase pertumbuhan ke-1 S = Fase sintese G 2 = Fase pertumbuhan ke-2 G 0 = Fase berhenti tumbuh

26 Pada akhir fase G 1 RNA Pada fase S replikasi DNA Ke fase G 2 DNA Fase M sintesa protein dan RNA berkurang secara tiba-tiba terjadi pembelahan sel Sel masuk ke G 1 atau G 0 (Istirahat) Dalam fase G 0 sel masih potensial berproliferasi Stem sel (sel individual) (sel ini yang dapat menambah jumlah sel kanker)

27 Appllied therapeutics, 10 th ed, 2013

28 Obat Anti Kanker : 1. Cell Cycle Spesific (CCS) - Memperlihatkan toksisitas selektif terhadap fase tertentu dari siklus sel - Aktif terhadap sel kanker dengan proliferasi tinggi - Untuk mendapatkan efek maksimal sebaiknya obat diberikan secara intermitten dengan dosis tinggi contoh : MTX, 5FU, Vincristin, Vimblastin 6 MP, L. Asparaginase

29 2. Cell Cycle Non Spesific ( CCNS ) - Terbukti efektif untuk mengatasi keganasan hematologis - Berkerja pada fase pertumbuhan sel atau sedang dalam keadaan istirahat contoh : - gol Alkilator, gol Antibiotik ( Dactinomycin, Doxorubicin), Cisplatin

30 KLASIFIKASI OBAT ANTIKANKER GOLONGAN SUB GOLONGAN I. Alkilator Mustar Nitrogen Mekloretamin Siklofosfamid Melfalan Mustar urasil Derivat Etilenamin Alkil Sulfonat Nitrosourea II. Anti Metabolit Analog Pirimidin 5-fluorourasil Sitarabin 6-Azauridin OBAT Trietilenmelamin (TEM) Trietilentriofosformelamid (tio-tepa) Busulfan Karmustin (BCNU) Lomustin (CCNU) Semujstin (metal CCNU) Floksuridin (FUDR) Analog Purin 6-Merkaptopurin 6-Tioguanid (T6) Antagonis Folat Metotreksat III. Produk Alamiah Alkaloid Vinka Vinblastin (VLB) Vinkristin (VCR) Antibiotik Enzim Daktinomisin Mitomisin Antrasiklin: Daunorubisin Doksorubisin Mitramisin Bleomisin L-asparaginase

31 KLASIFIKASI OBAT ANTIKANKER GOLONGAN SUB GOLONGAN OBAT IV. Hormon Hormon adrenokortikosteroid Progestin Estrogen Androgen Prednison Hidroksiprogesteron kaproat Hidroksiprogesteron asetat Magestreol asetat Dietilstilbestrol Etinil estradiol Testosteron propionate Fluoksimesteron V. Isotop Radioaktif Fosfor Natrium fosfat (P 32 ) Iodium Natrium Iodida (I 131 ) VI. Lain-lain Substitusi urea Hidroksi urea Derivat metilhidrazin Prokarbazin VII. Targeted therapy

32 VII. Targeted therapy ( Monoclonal antibody) * Antibodi monoklonal hanya mengenal satu target protein (antigen) * Menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan cara menghambat protein tertentu * Contoh : Rituximab, Trastuzumab Pengobatan Ca mammae HER 2+ (pada Ca mammae sel kankernya mempunyai jumlah gen HER 2 yang banyak)

33 Targeted Therapy HER2 (Human Epidermal Growth Receptor 2) Protein yang ditemukan dalam sel payudara normal membantu pertumbuhan sel normal Pada kanker payudara dengan jenis HER 2+ sel kanker mempunyai banyak protein HER 2 dipermukaan sel kanker membelah dan tumbuh dengan cepat Kanker payudara agresif Pengobatannya dengan jenis antibodi monoklonal target reseptor HER 2

34

35

36

37 Log Cell Kill Hypothesis ( Skipper et all) Tumbuhnya sel kanker bertambah secara logaritmik sel yang mati secara logaritmik pula

38 Matinya sel tumor oleh obat kanker mengikuti orde pertama Pasien dengan kanker metastatik sel kanker Kalau obat anti kanker dapat membunuh 99,9% sel kanker masih tertinggal 10 8 sel kanker (Apa bedanya dengan Infeksi Bakteri?? ) Status imunologik pasien penting

39 Implikasi klinik tentang tumor burden dan log cell kill hypothesis adalah : Untuk memperbesar daya bunuh, obat anti kanker perlu dipakai kombinasi secara bersamaan (polifarma) Regimen Untuk membunuh sel kanker sebanyak mungkin, pengobatan harus diulang misalnya : 6 siklus setiap 21 hari Lebih baik memulai pengobatan sewaktu tumor kecil ( atau neo adjuvan)

40

41 Contoh Kombinasi Obat (Multiple Drug) yang sering digunakan * CHOP * R-CHOP * BEACOPP * Cisplatin - 5 FU * Paxlitacel Carboplatin * FOLFOX * FOLFIRI

42 CONTOH OBAT SITOSTATIKA Alkylating Agent Cyclophosphamide Metabolisme : hati ESO : nefrotoksik Dosis tinggi ditambah dengan antidotum, uroprotectif Stabilitas : 24 jam

43 Antimetabolit Methotrexate Dosis tinggi harus bersama dengan anti toksin folinic acid Metabolisme : hati Stabilitas : 24 jam Flurourasil Digunakan untuk kanker padat (solid) Obat tunggal berhasil % Rejimen : CMF, CAF untuk Ca mammae Rejimen : Folfox, Folfiri untuk Ca recti

44 Golongan Antibiotika Doxorubicin Pemberian : hanya IV Sering menyebabkan rasa sakit pada tempat suntikan Konseling obat : - Urin warna oranye - Hindari sinar matahari langsung - Interaksi dengan obat-obat jantung Maximal Dosis

45 Vinka Alkaloid Pengobatan Leukemia Limfoblastik Akut (ALL), Limfoma Berktt, NHL, Retinoblastoma dan lain-lain Pemberian Vinkristin (tunggal) pada ALL 50 60% kasus remisi dalam waktu 3-4 minggu Remisi 90% dengan kombinasi Prednison, MTX, 6MP

46 MANAJEMEN TOKSISITAS OBAT KANKER

47 Faktor yang harus diperhatikan pada pemberian Kemoterapi: Low therapeutic index Dosis toksik obat kanker Faktor Eliminasi dan metabolisme obat : - Renal, hepar dysfunction - Farmakokinetik Keadaan masa tubuh - Umur - Obesitas Komorbiditas - GI tract - Respiratory system - Interaksi obat adjusment dose

48 Hal lain yang harus diperhatikan Obat kemoterapi Manajemen mual / muntah, fatigue, mukositis Infeksi Ekonomi / keuangan Securing drugs Oncology emergencies - SVC obstruction (Gangguan aliran darah,vena cava ) - Hypercalcemia - Spinal cord compresion

49 SIDE EFFECTS OF CYTOTOXIC DRUGS Acute and delayed - Bone marrow suppression - Gastro-intestinal : vomiting / nausea/ diarrhoea - Skin : alopecia, deformation of nails - Bladder : cystitis Late - Secondary malignancy - Gonadal : oligospermy, sterility, teratogenicity

50

51 A. Gastrointestinal toxicities *1. Efek kemoterapi terhadap proliferasi sel kanker 2. Efek farmakologi obat kemoterapi (Individual) - Mukositis - Konstipasi 3. Dapat terjadi 5 7 hari setelah kemoterapi dan membutuhkan 2-3 minggu untuk perbaikan kesehatan

52 * Diare 1. Terjadi karena rusaknya sel epitel, mempengaruhi flora usus 2. Dehidrasi 3. Terutama pada pemberian 5 FU continuous infusion atau 5 FU + Leucovurin + Irinotecan 4. Obat anti diare yang dipilih Loperamid 4mg, dilanjutkan 2mg segera setelah diare, sampai 6 mg/hari 5. Minum air sebanyak-banyaknya, mengatur

53 * Konstipasi, Abdominal pain, Ileus 1. Terutama pada pemberian Vincristin Vinblastin 2. Disebabkan pemberian Supportive therapy seperti 5 HT 3 (anti emetik), pemberian opiat 3. Stimulan Laxative

54 B. CINV 1. Hampir semua obat Kemoterapi menyebabkan mual/muntah 2. Obat anti mual/muntah yang direkomendasikan 5HT 3 : Ondansetron, dolasetron, Granisetron, Palonsentron - Obat adisional : Benzodiazepin, Olanzapin

55 C. Nephrotoxicity 1. Ginjal eliminasi beberapa obat kanker asam urat meningkat 2. Cisplatin dosis normal, kumulatif ( GFR) 3. MTX HD 1g/m 2 4. Ifosfamide 5. Mitomycin D. Cardiotoxicity 1. Golongan Antracyclin (Doxorubicin, Epirubicin CCNS) 2. 5FU, Cisplatin, Paclitaxel, Trastuzumab 3. Interaksi dengan obat-obat jantung Monitor

56 E. Neurotoxicity 1. gol. Vinka alkaloid Peripheral, Central, gol. Taxane & Cisplatin Autonomic neuropathy 2. - MTX - Cytarabin Central neurotoxicity - Ifosfamid 3. Oxaliplatin - Neuropathy akut kebas - > dosis kumulatif 200mg/m 2 F. Pulmonory toxicity - Bleomycin - maksimal dosis kumulatif : 300 unit

57 G. Hematological toxicity - Mielosupresi : ES paling besar - Efek signifikan mengganggu pembentukan sel darah (didalam bone marrow) - Gangguan hematopoiesis * Neutropeni (neutrophil) G-CSF rekombinan (Filgastrim ) * Trombositopenia (platelet) - tranfusi darah * Anemia (Eritrosit) trasfusi darah I. Infeksi Harus dijaga tidak kena infeksi

58 NAUSEA DAN VOMITING Merupakan efek samping yang umum pada penggunaan kemoterapi Selain berdampak pada sikap dan kualitas hidup pasien, juga dapat menyebabkan komplikasi serius, yang akhirnya akan berpengaruh pada kelanjutan proses terapi yang dijalani

59 MANAJEMEN MUAL DAN MUNTAH 1. Pasien diberi obat anti mual dan muntah sebelum dan selama kemoterapi 2. Pemberian premedikasi dilanjutkan hidrasi dan rehidrasi 3. Pemberian intravena dilanjutkan per oral

60

61 Pathophysiology of Chemotherapy-Induced Emesis

62 Impuls saraf afferent Pusat Muntah (meduulla) CTZ Pharynx Sal. Cerna Korteks serebral Impuls saraf efferent Muntah Salivation centre Otot abdominal Pusat pernapasan Saraf cranial

63 Yang mempengaruhi CINV atau RTINV atau CCRT : 1.Rejimen (obat kemoterapi ) 2.Dosis obat SS 3.Route pemberian 4.Target radioterapi (Whole body? Sebagian?) 5. Individual (umur? Sex? )

64 Tipe mual muntah : 1.Acute onset 2.Delayed onset 3.Anticipatory 4.Breakthrough 5.Refractory

65 Tipe CINV 1. Acute nausea vomiting - segera terjadi setelah pemberian kemoterapi - akan berlanjut 5-6 jam setelah kemoterapi 2. Delayed vomiting - > 24 jam setelah pemberian kemoterapi - mual muntah bisa timbul jam setelah pemberian kemoterapi - terus terjadi 6-7 hari setelah kemoterapi - contoh : Cisplatin Carboplatin Cyclophosphamide Doxorubicin

66 3. Anticipatory Nausea and Vomiting (ANV) - Diberikan sebelum pemberian kemoterapi siklus berikutnya - Karena rasa mual muntah tidak terjadi pada kemoterapi yang pertama - pemberian obat, relaksasi otot 4. Breakthrough Vomiting - rasa mual muntah dapat diatasi dengan minum obat anti emetik secara langsung - pengobatan campuran Dexamethason dengan olanzapine 5. Refractory emesis - Terjadi pada kemoterapi siklus berikutnya

67 Anti-emetic Agents Serotonin receptor antagonists (5-HT3) Corticosteroids Dopamine receptor antagonists Benzodiazepines NK-1 receptor antagonists 67

68 Empat kelompok resiko emetik kemoterapi : Multinational Association of Supportive Care in Cancer, June 2004

69 Resiko emetik kemoterapi penggunaan iv Klasifikasi resiko emetik Obat kemoterapi (insiden emetik tanpa antiemetik) High Moderate Low Minimal Cisplatin Cyclophosphamide > 1500 mg/m 2 Carboplatin Cyclophosphamide < 1500 mg/m 2 Doxorubicin Paclitaxel Docetaxel Methotrexate 5 Fluorouracil Bleomycin Vincristine Vinblastine

70 EMETOGENICITY OF CT DRUGS * Level 1 (<10% frequency) Bleomycin Cladaribine Fludaribine Interferon Melphalan Vincristine Vinblastine vinorelbine * Level 2 (10-30% frequency) Asparaginase Cytarabine (<1g/m² Doxorubicin (<20mg/m²) Etoposide 5FU (<1000mg/m²) Gemcitabine Methotrexate (>50mg/m² <250mg/m²) Mitomycin Paclitaxel Teniposide Thiotepa Topotecan

71

72

73

74 PROTOKOL KEMOTERAPI

75 Yang harus diperhatikan dalam protokol kemoterapi 1. Diagnosis Rekam Medis (Protokol) 2. Rejimen kemoterapi, durasi, interval ( Dosing schedule ) - Terapi maksimal dengan minimal toksisitas - Drug rest agar mendapatkan recovery normal cell 3. Adjusment dose KAP - dosis kumulatif - elderly / anak-anak 4. Dasar : AUC obat-obat tertentu 5. Dasar : BSA

76 MAXIMAL DOSES * Pasien mendapat kemoterapi dengan obat yang sama (sebelumnya) atau CCRT ** Pasien belum pernah mendapat kemoterapi dengan obat yang sama

77 Spesial Pre dan Co-Medication - Pemberian Ifosfamid dan Cyclophosphamide (dengan dosis >400 mg/m 2 ) harus + MESNA (Uroprotective) agar tidak terjadi Cystitis - Pemberian MTX HD harus + As folat inj (antidotum, obat untuk megaloblastic anemia, chemoprotectant) - MTX untuk pengobatan RA + asfolat (Weekly) - Obat-obatan premedikasi : * Deksametason * Diphenhydramiun * Ranitidin

78 Contoh permintaan obat (protokol Kemoterapi) sesuai regimen di Royal Marsden Hospital

79

80 Tugas Apoteker I. Verifiasi Protokol * Standar ( EBM)? * Protokol? ** Sudah ditulis secara Clear - Rejimen obat - Dosis - Route, frekwensi - Kapan mulai pengobatan - Durasi - Kapan (mungkin) harus distop? Data apa saja yang dibutuhkan

81 * Pre medikasi, Diluen, Hidrasi, * Dobel cek * Ada adjusment dose? II. Clinical Cheks * Hasil Laboratorium (pendukung) * Maksimun dosis (anak/dewasa/geriatri) * Apa ada dosis kumulatif * Pastikan tidak ada penulisan dalam singkatan * Pastikan tidak ada Trailing zero contoh : 2 mg bukan 2,0mg - Data laboratorium apa saja yang dibutuhkan?

82 III. Penulisan Etiket / Warning * Vincristin? * MTX HD? * MTX (Diagnosa : RA)? * Cyclophosphamide > 450 mg, Ifosfamid IV. Kemoterapi oral? Keuntungan /Perhatian : Kepatuhan Monitoring teknik (aseptik) << Standar << Mahal Patient education

83

84

85 Dasar kalkulasi obat sitostatika I. BSA (Body Surface Area) DuBois & DuBois (1916) BSA = x Ht (m) x Wt (kg) Boyd (1935) BSA = x Ht (cm) 0.3 x Wt (g) Gehan & George (1970) BSA = x Ht (cm) x Wt (kg) Haycock et al. (1978) BSA = x Ht (cm) x Wt (kg) Mosteller (1987) BSA = Ht (cm) x Wt (kg) ( x log(wt))

86 dengan memperhatikan : * Faktor fisik pasien ( ECOG) * Faktor psikis pasien II. Fungsi ginjal - GFR * Estimasi GFR * CrCl * serum creatinine

87 Rumus-rumus Cockcroft and Gault (140 age) wt (72 SCr) Jelliffe [ (age 20)] [1 (0.01 sex)] (BSA/1.73) Wright (SCr ) [6580 (38.8 age)] BSA [1 (0.168 sex)] SCr MDRD 3277 x (Cr) x (Age) x (0.742 x sex) Cockcroft and Gault yang > baik ( tidak bias )

88 III. Dosis Carboplatin (Calvert Formula) * CrCl 70% filtrasi glomerulus ~ GFR * Dasar perhitungan menggunakan AUC Dosis (mg) = target AUC x (GFR + 25) * AUC ~ nadir trombositopeni AUC 4-6 : pasien yang sudah menjalani terapi dengan siklus 3 mingguan kondisi baik (tak ada hematological toxicity ) AUC 2 pasien dengan Weekly regime

89 Contoh kasus 1 Wanita 53 tahun Diagnosis : Breast cancer Mendapatkan kemoterapi regimen FAC, Tramadol tab BB = 61 Kg, TB = 161 cm Pemeriksaan sebelum Kemoterapi : 1. Hb.12, L4000, T Bill. Normal, SGOT,SGPT normal 3. ECHO, EF=65% 4. Serum kreatinin 0,90 mg/dl

90 PERHITUNGAN DOSIS Perhitungan dosis : LPT = BB X TB = 1, FAC = 5 FU 500 mg/m 2 iv hari 1 Doxorubicin 50 mg/m 2 iv hari 1 Cyclophosphamide = 500 mg/m 2 Dosis yang dibutuhkan pasien = 1. Doxorubicin 1,6 x 50 mg /m 2 = 80 mg 2. Cyclophosphamide 1,6 x 500 mg /m 2 = 800 mg 3. 5 FU 1,6 x 500 mg /m 2 = 800 mg

91 Premedikasi? Hidrasi : senyawa yang di ekskresi di ginjal ( senyawa platinum,co: Cisplatin) H 2 antagonis Anti alergi Anti emetik? Pelarut, Stabilitas Dosis Efek samping 5 FU : hiperpigmentasi, nail change Cyclophosphamid : Alopecia, thrombocytopenia Doxorubicin : acute cardiotoxicity FAC konstipasi KIE? Obat supportif? Mucositis,Paliatif( MST tabl)

92 Contoh kasus 2 Laki-laki : 60 th Diagnosa : NSCLC Regimen : Paclitaxel - Carboplatin BB : 52,5 kg TB : 160 cm Perhitungan dosis : Dosis : Paclitaxel = mg / m 2 Carboplatin dihitung dengan metode Calvert : 5 x (GFR + 25 ) mg atau 6 x (GFR + 25 ) mg AUC 5 atau 6,ditentukan dokter

93 LPT = BB X TB 3600 = 1,52 Dosis sesuai LPT dan Calvert Paclitaxel = 205 mg sediaan yang ada = 30 mg/ml dan 100 mg/ml Carboplatin =? sediaan yang ada = 450 mg/45ml dan 150 mg/15ml diulang tiap 21 hari Cek dosis Sediakan pelarut yang sesuai

94 Premedikasi Hidrasi : dengan NaCl : 0,9 % H 2 antagonis Anti alergi Anti emetik : high emetogenic moderate emetogenic low emetogenic

95 Hidrasi : 30 menit sebelum kemoterapi Premedikasi diberikan 30 menit sebelum kemoterapi H 2 antagonis : Ranitidin inj Anti alergi : Diphenhydramin inj Anti emetik : Setrovel inj Beri lagi hidrasi NaCl 0,9 %

96 Soal DRP di Bagian Onkologi Ca mamae 1. Ny. H K, pasien ca mammae dr Sp PD KHOM BB =64 kg TB= 161 cm, kemo dengan regimen Paclitaxel tunggal siklus ke 2 dengan interval 21 hari. Dosis yang diberikan 240 mg, * Bagaimana dosis yang diberikan tersebut? * Pelarut yang cocok * Bagiamana Handling sitostatika?

97 2. Ny. E S, pasien ca mamae dr SP PD KHOM BB= 55 kg TB = 160 kg, kemo dengan regimen Docetaxel tunggal dosis 120 mg siklus ketiga dengan interval 21 hari. * Bagaimana dosis yang diberikan tersebut? * Apakah anti emetika yang diberikan? * Pelarut yang cocok * Bagaimana Handling sitostatika?

98 Kasus 3 Nama : Ny. SH No. CM : Umur : 50 tahun Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 55 kg Diagnosis : Ca. Recti Regimen : Xelox-Avastin Rencana : 8 siklus, interval 21 hari, sekarang : siklus ke 1

99 Program : 1. Injeksi Delladryl 2cc/i.v 2. Injeksi Dexamethasone 4 ampul/i.v 3. Avastin 300 mg dalam NaCl 0,9% 500 cc dalam 90 menit dengan infus pump 4. NaCl 0,9% 250 cc guyur + MgSO4 1,5 cc dalam 1 jam 5. NaCl 0,9% 250 cc guyur + Ca. Glukonas 5 cc dalam 1 jam 6. Injeksi Dexamethasone 4 ampul/ i.v 15 menit sebelum kemoterapi 7. Setrovell 1 ampul/i.v 15 menit sebelum kemoterapi 8. Rexta 200 mg dalam NaCl 0,9 % 250 cc/2 jam 9. Xeloda mulai hari ke 2-15

100 Kasus 4 : Data Pasien : Nurmala Pasien anak Diagnosis : ALL Regimen : CVAD Vincristin 2,4 mg dilarutkan NaCl 0,9% 25 ml IV Push Bolus

101 Kasus : 5 Tn. M. CM pasien NHL, BB 75 kg TB 165 cm kemoterapi siklus 2 rencana siklus 3x tiap 21 hari oleh dokter Sp. PD. KHOM mendapat regimen kemoterapi R-ICE yaitu : - Mabthera 600 mg dalam NS 250 ml selama 3 jam hari 1 - Etoposide 100 mg dalam NS 500 ml selama 3 jam hari Carboplatin 450 mh dalam D5 100 selama 30 menit hari 4 - Mesna 800 mg dalam NS 100 ml/30 menit/6 jam (4x pemberian) hari 4 Uroprotective -- Holoxan 5000 mg dalam D5 500 ml selama 4 jam hari 4

102

103

STUDI KASUS PELATIHAN HANDLING CYTOTOXIC RABU, 25 NOVEMBER 2015

STUDI KASUS PELATIHAN HANDLING CYTOTOXIC RABU, 25 NOVEMBER 2015 STUDI KASUS PELATIHAN HANDLING CYTOTOXIC RABU, 25 NOVEMBER 215 1. Pasien bernama Ny. M dengan umur 55 tahun, tinggi badan 155 cm, berat badan 48 kg menderita kanker payudara. Oleh dokter Sp.PD-KHOM diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker Kanker adalah penyebab utama kematian di sleuruh dunia, terhitung 8,2 juta kematian pada tahun 2012. Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk kelompok besar penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk

Lebih terperinci

Mechanisms of drug resistance: antineoplastic

Mechanisms of drug resistance: antineoplastic Mechanisms of drug resistance: antineoplastic Dept. of Pharmacology and Therapeutic, School of Medicine, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 2009, FK USU, Medan Resistensi Obat Resistensi obat

Lebih terperinci

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION

INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION Yudha Haryono, dr., Sp. S Neurology Departement of Madical Faculty Airlangga University Dr. Soetomo General Hospital Surabaya JW MARRIOTT, CNE

Lebih terperinci

SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas.

SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. SITOSTATIKA = ONKOLITICA (Yun. kytos= sel, stasis= terhenti ongkos= benjolan, lysis= melarutkan) Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya: penggunaan obat-obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Satu diantara 4 kematian di Amerika disebabkan karena kanker. Kanker kolorektal merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan suatu penyakit yang menakutkan bagi kaum wanita tetapi pada laki-laki pun memiliki kemungkinan untuk terserang meskipun kemungkinan itu kecil.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG

PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENATALAKSANAAN SARKOMA UTERI YANG BERULANG PENDAHULUAN Sarkoma uteri adalah tumor mesodermal yang jarang dijumpai, yang pada umumnya dikatakan kurang dari 5% dari seluruh kanker pada uterus, namun penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neutropenia merupakan komplikasi yang sering terjadi selama kemoterapi yaitu 20-40 % pada solid tumor dan 50-70 % pada keganasan hematologi. Durasi dan keparahan neutropenia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular.

BAB 1 PENDAHULUAN. abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kanker adalah suatu proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) selular. Sel abnormal ini

Lebih terperinci

OBAT SITOSTATIKA KANKER

OBAT SITOSTATIKA KANKER OBAT SITOSTATIKA KANKER : Penyakit yg disebabkan oleh timbulnya st populasi sel yg terus menerus membelah diri secara tak terkendali Pengobatan : - Pembedahan - Radiasi - Khemoterapi ( Sitostatika ) -

Lebih terperinci

Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta

Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta Majalah Dyah Aryani Farmasi Perwitasari Indonesia, 17(2), 91 97, 2006 Kajian penggunaan antiemetika pada pasien kanker dengan terapi sitostatika di rumah sakit di Yogyakarta Study of antiemetic pattern

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.10 No. 02 Desember 2013 ISSN

PHARMACY, Vol.10 No. 02 Desember 2013 ISSN EVALUASI KEPATUHAN DAN RESPON MUAL MUNTAH PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO EVALUATION OF ADHERENCE AND NAUSEA VOMITTING RESPONSE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker

BAB I PENDAHULUAN. termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker menjadi salah satu masalah kesehatan banyak negara di dunia dan termasuk penyakit yang menjadi perhatian serius pada bidang kedokteran. Kanker menjadi penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, penyakit kanker menyebabkan kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker

Lebih terperinci

Obat yang bertujuan menghancurkan sel-sel maligna. Selalu diberikan multidrug.

Obat yang bertujuan menghancurkan sel-sel maligna. Selalu diberikan multidrug. Oleh: Isnaini Sesudah menyelesaikan topik ini, diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan mekanisme kerja, indikasi, dan efek samping penggunaan antikanker Menjelaskan prinsip penggunaan antikanker Obat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan insidensi terbanyak, terutama pada wanita. Perkembangan terapi banyak dilakukan untuk meningkatkan survival

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PENGOBATAN PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI INSTALASI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE PERIODE

KAJIAN POLA PENGOBATAN PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI INSTALASI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE PERIODE KAJIAN POLA PENGOBATAN PENDERITA KANKER SERVIKS PADA PASIEN RAWAT INAP DI INSTALASI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE PERIODE 2014-2015 Yuniar Firsty Oktavia Lantika, Rolan Rusli, Welinda Dyah Ayu Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009

Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 Lampiran 1. Data Efisiensi Biaya Penggunaan Obat Kanker Payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pasien : Jamkesmas Bulan : Mei 2009 NO NO MR NAMA OBAT KEMOTERAPI BIAYA LFT PASIEN Nama Obat Permintaan Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

Evaluasi Clinical Outcomes dan ManajemenTerapi Penyakit pada Pasien di Bangsal Onkologi Hospital Universiti Sains Malaysia (HUSM) TESIS.

Evaluasi Clinical Outcomes dan ManajemenTerapi Penyakit pada Pasien di Bangsal Onkologi Hospital Universiti Sains Malaysia (HUSM) TESIS. Evaluasi Clinical Outcomes dan ManajemenTerapi Penyakit pada Pasien di Bangsal Onkologi Hospital Universiti Sains Malaysia (HUSM) TESIS Oleh: DIANA LAILA RAMATILLAH 1121213012 PROGRAM MAGISTER FARMASI

Lebih terperinci

Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta

Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta GIVE CHILDREN WITH CANCER A CHANCE FOR A CURE. PEDIATRIC CANCER IS NOT PREVENTABLE, BUT IT CAN BE DETECTED AT EARLY STAGES. PARAMETER ANAK DEWASA Lokasi Jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek sangat luas sehingga banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek sangat luas sehingga banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kortikosteroid adalah obat yang memiliki efek sangat luas sehingga banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Glukokortikoid merupakan salah satu kortikosteroid

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA TERAPI KANKER PAYUDARA DENGAN KEMOTERAPI PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

GAMBARAN POLA TERAPI KANKER PAYUDARA DENGAN KEMOTERAPI PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA GAMBARAN POLA TERAPI KANKER PAYUDARA DENGAN KEMOTERAPI PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA Anggra Olgabella Esthetica Aragon, Fitria Dyah Ayu Surya Negara Program Studi Farnasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel. Sel merupakan satuan hidup yang paling kecil yang sanggup hidup mandiri. Mekanisme pertumbuhan sel ini teratur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand, Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan

Lebih terperinci

LIMFOMA MALIGNUM DAN KEMOTERAPI

LIMFOMA MALIGNUM DAN KEMOTERAPI LIMFOMA MALIGNUM DAN KEMOTERAPI IRZA WAHID SUBBAGIAN HEMATOLOGI ONKOLOGI MEDIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FK UNAND RS DR M DJAMIL PADANG LIMFOMA MALIGNUM NON HODGKIN DEFINISI Sekelompok keganasan primer

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh ZAHARA NUR RAHMAWATI K.100 050 088 FAKULTAS

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) The Functional Living Index-Emesis Scale (Skala FLIE) merupakan suatu instrumen berupa kuesioner berdasarkan The Functional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kardiotoksisitas adalah efek samping yang tidak diinginkan pada jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena efek kemoterapi. Diantara efek kardiotoksisitas pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau sering disebut juga sebagai tumor ganas (maligna) atau neoplasma adalah istilah umum yang mewakili sekumpulan besar penyakit yang bisa mengenai bagian manapun

Lebih terperinci

Buklet ini ditujukan bagi mereka yang baru terdiagnosis

Buklet ini ditujukan bagi mereka yang baru terdiagnosis Buklet ini ditujukan bagi mereka yang baru terdiagnosis Buklet edukasi untuk pasien Buklet ini ditujukan bagi Anda yang baru saja terdiagnosis kanker payudara, untuk membantu Anda lebih memahami tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma

BAB I PENDAHULUAN. melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. Kanker kulit non melanoma merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN

KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN KANKER/NEOPLASIA/KEGANASAN Klonalitas :perubahan sel berproliferasi sel ganas Autonomi : Pertumbuhan tdk diatur dg benar oleh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan Anaplasia : Tdk tdp diferensiasi

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER NASOFARING DENGAN KEMOTERAPI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER NASOFARING DENGAN KEMOTERAPI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER NASOFARING DENGAN KEMOTERAPI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : PRIYANTI RAHAYU K 100 060 021 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, yang tidak hanya terdapat pada manusia tetapi pada hewan dan tumbuh-tumbuhan, akibat adanya kerusakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Salah satu jenis kanker yang memiliki potensi kematian terbesar

Lebih terperinci

Dewi, N.L.P.R. 1, Ariawati, K. 2, Niruri, R. 1

Dewi, N.L.P.R. 1, Ariawati, K. 2, Niruri, R. 1 Efektivitas Ondansetron dalam Menangani Mual dan Muntah Pasca Kemoterapi Sakit Umum Pusat Sanglah Dewi, N.L.P.R. 1, Ariawati, K. 2, Niruri, R. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin

Patogenesis. Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular. Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Patogenesis Sel MM berinteraksi dengan sel stroma sumsum tulang dan protein matriks ekstraselular Adhesion-mediated signaling & produksi sitokin Cytokine-mediated signaling pertumbuhan dan ketahanan sel

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM DI RUANG B3 GYNEKOLOGI RS Dr. KARIADI SEMARANG A. Definisi Ca ovarium adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel cepat disertai

Lebih terperinci

Antikanker. Kuntarti, SKp., M.Biomed

Antikanker. Kuntarti, SKp., M.Biomed Antikanker Kuntarti, SKp., M.Biomed Kanker Penyakit sel yang ditandai dgn gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan ploriferasi dan fungsi homeostasis. Sel normal tumbuh lambat, terkontrol & predictable

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari 5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat kemoterapi vinkristin Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari tanaman Vinca Rosea yang memiliki anti kanker yang diberikan secara intravena

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER SERVIKS DENGAN TERAPI SITOSTATIKA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER SERVIKS DENGAN TERAPI SITOSTATIKA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIKA PADA PASIEN KANKER SERVIKS DENGAN TERAPI SITOSTATIKA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD. Dr. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : RATIH MARDIANI K 100 060 022 FAKULTAS

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel ke dalam populasi jaringan

Lebih terperinci

Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan.

Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan. Pengobatan Kanker DEFINISI RESPON TERHADAP PENGOBATAN Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan. Pengobatan yang paling berhasil menyebabkan

Lebih terperinci

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir.

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir. Uji Pra-Klinik Uji Pra-Klinik dimaksudkan untuk mengetahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan ataukah tetap aman dipakai. Karena itulah penelitian toksisitas merupakan cara potensial

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun (Permono,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU Dr. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 2012 SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. Halaman

DAFTAR GAMBAR. Halaman DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii ABSTRAK... x ABSTRACT... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data primer berupa gambaran histologi ginjal dan kadar kreatinin hewan coba setelah pemberian polisakarida krestin (PSK) dari jamur Coriolus versicolor

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kanker 1. Definisi Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostatis lainnya pada organisme multiseluller

Lebih terperinci

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2013, hlm Vol. 10 No. 1 ISSN :

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2013, hlm Vol. 10 No. 1 ISSN : JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 013, hlm. 14-1 Vol. 10 No. 1 ISSN : 1693-5683 PENGGUNAAN OBAT SITOSTATIKA PADA ANAK-ANAK YANG MELAKUKAN KEMOTERAPI DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 010 MARIA

Lebih terperinci

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah

Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Perbedaan Terapi Kemoradiasi dan Radiasi terhadap Kesembuhan Kanker Payudara Pasca Bedah Sulistyani Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Correspondence to : Sulistyani Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

leukemia Kanker darah

leukemia Kanker darah leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan

Lebih terperinci

Secondary Brain Tumor

Secondary Brain Tumor Secondary Brain Tumor Dr. Nurhayana Lubis Dr. Widi Widowati Dr. Semuel Wagio Dr. Teguh AR, SpS (K) Neuro-Onkologi Dept. Neurologi Mei 2006 Pendahuluan Lokasi yang berbeda dari otak mempunyai fungsi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang. Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker. Menurut WHO penderita kanker payudara sekitar 8-9% terjadi pada wanita akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi

BAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

ABSTRAK PENATALAKSANAAN LIMFOMA NON HODGKIN S DENGAN STEM CELL. Aldo Yustianto M. Pembimbing : Freddy Tumewu A., dr., M.S.

ABSTRAK PENATALAKSANAAN LIMFOMA NON HODGKIN S DENGAN STEM CELL. Aldo Yustianto M. Pembimbing : Freddy Tumewu A., dr., M.S. ABSTRAK PENATALAKSANAAN LIMFOMA NON HODGKIN S DENGAN STEM CELL Aldo Yustianto M. Pembimbing : Freddy Tumewu A., dr., M.S. Limfoma non Hodgkin s adalah kanker pada jaringan limfoid yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Xerostomia Umumnya perhatian terhadap saliva sangat kurang. Perhatian terhadap saliva baru timbul apabila terjadinya pengurangan sekresi saliva yang akan menimbulkan gejala mulut

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Diperkirakan satu dari lima orang dewasa mengalami nyeri dan setiap

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100%

BAB VI PEMBAHASAN. Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% 63 BAB VI PEMBAHASAN Pemeriksaan tumor pada kolon secara makroskopis, berhasil tumbuh 100% dari masing-masing kelompok dan bersifat multipel dengan rerata multiplikasi dari kelompok K, P1, P2, dan P3 berturut-turut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2008, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data WHO (World Health Organization) tahun 2008, sekitar 7,6 juta orang meninggal karena kanker dari 58 juta kematian di dunia. Lebih dari 70% kasus

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RS X NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RS X NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PARU DI INSTALASI RAWAT INAP RS X NASKAH PUBLIKASI Oleh : ESTY JAYANTI K100080175 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013 i

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Di Indonesia jumlah penderita kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling sering ditemui dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita oleh kaum wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia, dengan jumlah 1,4 juta kasus baru terdiagnosis pada tahun 2012. Kanker kolorektal merupakan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN 92 PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GEA DI RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT dr. SUYOTO PUSREHAB KEMHAN MONITORING OF DRUG THERAPY IN PATIENTS GEA ON PATIENTS IN dr. SUYOTO Satya Candra Indra Yanih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kejadian kanker kulit sekitar 3,5 juta kasus pertahun, dimana basal cell carcinoma merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari keseluruhan kejadian kanker, kanker kulit (melanoma dan non melanoma) meliputi separuh dari kasus kanker. 1,2 Di Amerika Serikat, pada tahun 2012 diperkirakan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD X TAHUN 2 NASKAH PUBLIKASI Oleh: BETTY MARTHA PAMUNGKAS K 8 68 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

GAMBARAN FUNGSI GINJAL PADA ANAK DENGAN TERAPI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI PUSAT KANKER ANAK ESTELLA RSUP PROF DR RD KANDOU

GAMBARAN FUNGSI GINJAL PADA ANAK DENGAN TERAPI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI PUSAT KANKER ANAK ESTELLA RSUP PROF DR RD KANDOU Jurnal e-clinic (ecl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015 GAMBARAN FUNGSI GINJAL PADA ANAK DENGAN TERAPI LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT DI PUSAT KANKER ANAK ESTELLA RSUP PROF DR RD KANDOU Kartini W. Adam

Lebih terperinci

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS

II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian

Lebih terperinci

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Praktika Senior PRAKTIKA SENIOR. Oleh: FOURLINA NOVIYANI NDRAHA

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Praktika Senior PRAKTIKA SENIOR. Oleh: FOURLINA NOVIYANI NDRAHA APLIKASI TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGATASI MASALAH NUTRISI DALAM ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RINDU B2A RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Disusun dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Kemoterapi Kanker Payudara di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung

Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Kemoterapi Kanker Payudara di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 204, hlm. 8392 ISSN 69383 Vol. 2, No. 2 Evaluasi Reaksi Obat Merugikan pada Pasien Kemoterapi Kanker Payudara di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung (Evaluation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian medication error (kesalahan pengobatan) merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu dari kanker kulit yang sering dijumpai setelah basalioma. Insidensi diperkirakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karsinoma epidermoid (squamous cell carcinoma) adalah suatu proliferasi ganas dari keratinosit epidermis yang merupakan tipe sel epidermis yang paling banyak dan merupakan

Lebih terperinci

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection

Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection ORIGINAL ARTICLE Radiotherapy Reduced Salivary Flow Rate and Might Induced C. albicans Infection Nadia Surjadi 1, Rahmi Amtha 2 1 Undergraduate Program, Faculty of Dentistry Trisakti University, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit kompleks yang ditandai dengan adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab utama kematian di dunia.

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENDERITA KANKER DI RS KANKER DHARMAIS JAKARTA

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENDERITA KANKER DI RS KANKER DHARMAIS JAKARTA UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP MUAL MUNTAH LAMBAT AKIBAT KEMOTERAPI PADA ANAK USIA SEKOLAH YANG MENDERITA KANKER DI RS KANKER DHARMAIS JAKARTA TESIS OLEH : SITI RUKAYAH 1006834006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV) masih merupakan masalah yang umum. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien pascaoperasi dengan

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu : Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik. Pemakaian obat

Lebih terperinci