BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Di Indonesia jumlah penderita kanker tertinggi adalah perempuan dengan kanker payudara dan kanker leher rahim, sedangkan pada laki-laki adalah kanker paru-paru dan kanker kolorektal. Jenis kanker dengan insidensi tertinggi pada perempuan adalah kanker payudara (40 per 100 ribu perempuan), dan kanker leher rahim (17 per 100 ribu perempuan), sedangkan pada laki-laki didominasi oleh kanker paru-paru (26 per 100 ribu laki-kali), dan kanker kolorektal (16 per 100 ribu laki-laki) (IARC, 2012; Kemenkes, 2013). Kemoterapi merupakan salah satu penanganan dalam kanker. Efek samping yang penting untuk diwaspadai dari kemoterapi adalah penurunan sel darah putih secara drastis atau disebut neutropenia yang bisa meningkatkan risiko infeksi dan mengancam nyawa pasien. Hal ini merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup sering pada pasien kanker. Neutropenia pasca kemoterapi selain akan memperpanjang lama rawat dan meningkatkan risiko infeksi, juga menyebabkan tertundanya pemberian kemoterapi dan pengurangan dosis kemoterapi (Crawford dkk., 2003). Neutrofil berperan penting dalam pertahanan melawan infeksi dan sebagai mediator respon inflamasi (Schouten, 2006). Febril neutropenia adalah demam dengan axillary temperatur > 38,5 C selama 1 jam dan nilai absolute neutrophil 1

2 count (ANC) < 0.5 x 10 9 sel/l selama 48 jam (Aapro dkk., 2011). Neutropenia dapat terjadi tanpa demam yang didefinisikan sebagai jumlah ANC < 1,0 x 10 9 sel/l dan dapat menurun hingga < 0,5 x 10 9 sel/l selama 48 jam (Alberta Health Services, 2014; NCCN Guidelines, 2013). Neutropenia dapat terjadi pada kasus keganasan hematologi dan kanker padat. Sekitar 20-40% terjadi neutropenia pada kanker padat (Bolis dkk., 2013). Kanker padat terbanyak adalah kanker payudara, kanker paru, kanker ovari, kanker kolorektal (Aapro dkk., 2011; Cooper dkk., 2011). Mayoritas kejadian episode neutropenia terjadi pada siklus pertama kemoterapi pada kanker payudara sebanyak 71%, kanker limfoma sebanyak 70%, kanker kolon 53%, kanker ovarium sebanyak 46%, dan kanker paru sebanyak 60% (Crawford dkk., 2008). Pada penelitian Schwenkglenks dkk., (2006), menyatakan bahwa kejadian neutropenia pada siklus pertama dapat diprediksi akan terjadi di siklus ke dua dan seterusnya. Neutropenia diklasifikasikan berdasarkan common toxicity criteria (CTC). Durasi neutropenia tergantung dari regimen kemoterapi yang diberikan. Rata-rata waktu untuk mencapai ANC recovery jika nilai ANC 0,5-< 1,0 x 10 9 /L adalah 5 hari, ketika ANC mencapai 1,0-< 2,0 x 10 9 /L membutuhkan waktu 6 hari dan untuk kembali ke ANC normal 2,0 x 10 9 /L memerlukan waktu 9 hari (Lalami dkk., 2006). Sehingga semakin rendah nilai ANC maka recovery dan durasi neutropenia akan semakin lama. Neutropenia berkaitan dengan boddy mass index (BMI) yang rendah (Kim dkk., 2011). Secara keseluruhan, pasien dengan obesitas sangat kecil 2

3 kemungkinan mengalami toksisitas hematologi maupun penundaan siklus kemoterapi akibat myelosupresi (Peter dkk., 2007). Secara klinis, berat badan dan tinggi badan serta luas permukaan tubuh menjadi landasan dalam perhitungan dosis (Ansel dan Prince, 2006). Sehingga dengan berat badan berlebih dimungkinkan dosis filgrastim yang dibutuhkan juga besar. Namun, dalam prakteknya dosis filgrastim pada pasien neutropenia dengan berat badan berlebih kemungkinan kurang, karena obat yang dijaminkan adalah per vial. Kejadian efek samping kemoterapi terkait dengan regimen kemoterapi yang diberikan. Golongan antrasiklin dan alkylating memiliki efek myelosupresi. Menurut studi literatur, kejadian febril neutropenia pada pasien kanker padat adalah 33% (Sridhar, 1996). Kejadian febril neutropenia yang menerima regimen 5-FU, leucovorin, irinotecan, oxaliplatin untuk metastatic pancreatic cancer sebanyak 27% (Weycker dkk., 2014). Selain itu, regimen decetaxel dan doxorubicin pada 2 clinical trial pada kanker payudara sekitar 75% terjadi febril neutropenia pada siklus pertama (Crawford dkk., 2003). Kejadian neutropenia juga terjadi pada pasien kanker paru sebanyak 24-57% yang menerima doxetacel, carboplatin, doxorubicin, cyclophosphamide, dan etoposide, 22-33% pada pasien kanker ovari yang menerima doxetacel dan paclitaxel, 15% pada pasien kanker kolon yang menerima 5 FU dan leucovurin (Aapro dkk., 2011). Hematopoietic growth-stimulating factor adalah sitokin yang mengatur proliferasi, diferensiasi dan fungsi sel hematopoietik. Hematopoietic growthstimulating factor terdapat dalam 2 bentuk yaitu granulocyte colony stimulating factors (G-CSF) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM- 3

4 CSF). Contoh G-CSF yaitu lenograstim, filgrastim dan pegylated filgrastim sedangkan contoh GM-CSF yaitu sargramostim, ke dua jenis ini sudah banyak diteliti pada pasien kanker yang berisiko mengalami neutropenia sebagai pencegahan pada neutropenia maupun febril neutropenia (Schouten, 2006). European organisation for research and treatment of cancer (EORTC) 2010 menyebutkan filgrastim, lenograstim, pegfilgrastim (pegylated filgrastim) secara klinik direkomendasikan dalam pencegahan terjadinya febril neutropenia maupun terapi komplikasi akibat febril neutropenia. Penggunaannya dapat sebagai primary prophylaxis yaitu pemberian G-CSF setelah jam pada siklus pertama kemoterapi maupun secondary prophylaxis yaitu pemberian G-CSF setelah terjadinya neutropenia. Rekomendasi penggunaan G-CSF sebagai profilaksis dipertimbangkan untuk pasien dengan risiko 20% febril neutropenia, G-CSF tidak direkomendasikan jika risiko febril neutropenia kurang dari 10% (Aapro dkk., 2011). Studi meta-analisis yang dilakukan oleh Cooper dkk., (2011) menunjukkan bahwa profilaksis primer dengan G-CSF secara signifikan mengurangi insidensi febril neutropenia pada pasien dewasa yang menjalani kemoterapi pada kanker padat maupun keganasan hematologi. Penelitian ini menunjukkan pegfilgrastim mengurangi risiko febril neutropenia lebih besar dari pada filgrastim. Penelitian mengenai terapi filgrastim dengan dosis 100 µg/m 2 /hari setelah menerima regimen TAC (doxetacel, doxorubicin dan cyclophosphamide) disiklus pertama pada pasien kanker payudara dapat menaikkan nadir ANC dari 96/mm 3 hingga mencapai ANC recovery > 2000/mm 3 selama 9,8 hari (Park dkk., 2013). 4

5 Astuti (2004) melakukan evaluasi penggunaan G-CSF pada pasien kanker limfoma setelah pemberian kemoterapi yaitu menggunakan filgrastim sebagai terapi dan lenograstim sebagai profilaksis. Rata-rata durasi neutropenia pada pemberian filgrastim sebagai terapi adalah 4,81 hari, sedangkan lenograstim sebagai profilaksis adalah 1,75 hari. Persentase kejadian febril neutropenia pada pemberian filgrastim sebagai terapi adalah 75% sedangkan lenograstim sebagai profilaksis terjadi 25%, dimana kejadian infeksi pada pasien yang diterapi filgrastim sebesar 42,31% sedangkan profilaksis lenograstim sebesar 25%. Sehingga penggunaan antibiotik pada pasien yang diterapi filgrastim adalah 86,54%, sedangkan pada pasien yang menggunakan profilaksis lenograstim adalah 25%, dan outcome yang dilihat adalah adanya peningkatan leukosit setelah penggunaan G-CSF. Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa penggunaan profilaksis colony stimulating factor (CSF) dapat mengurangi risiko, keparahan, dan kejadian neutropenia serta durasi febril neutropenia, namun biaya menjadi faktor penghalang dalam penggunaan rutin untuk semua pasien yang menjalani kemoterapi myelosuppressive. Filgrastim dan pegfilgrastim saat ini disetujui oleh FDA untuk digunakan dalam mencegah neutropenia akibat kemoterapi. Adapun efek samping yang dilaporkan akibat penggunaan G-CSF di antaranya adalah nyeri tulang atau muskuloskeletal sekitar 20% dan leukositosis (jumlah sel darah putih > 100 x 10 9 /L) (Aapro dkk., 2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 328/MENKES/SK/VIII/2013 menetapkan filgrastim injeksi 300 mcg/ml dan 5

6 lenograstim injeksi 263 mcg/vial dijamin pembiayaan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, dan termasuk dalam formularium nasional dalam pengatasan neutropenia pra dan pasca kemoterapi (leukosit kurang dari 4000/mm 3 dan neutrofil kurang dari 1500/mm 3 ) (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Filgrastim adalah jenis produk G-CSF yang beredar di Indonesia, beberapa nama dagang obat ini adalah Leucogen, Leucocin dan Neupogen. Klinisi di RSUP Dr. Sardjito pada praktik sehari-hari menggunakan filgrastim sebagai terapi neutropenia. Di RSUP Dr. Sardjito digunakan dua merek dagang filgrastim yaitu A dan B. Dari segi harga filgrastim merek dagang B lebih mahal dari filgrastim merek dagang A. Namun, obat yang isinya sama antara satu produk dengan lainnya tentunya memiliki efektivitas yang sama. Obat yang memiliki bahan aktif yang sama, harus memenuhi standar uji bioekivalensi, jika dua produk dinyatakan bioekivalen maka kedua produk tersebut akan menunjukkan bioavailabilitas yang sama, sehingga kedua obat diharapkan dapat memberikan efek terapi yang sama (Peterson, 2011). Produk biosimilar dalam metode pembuatannya berbeda dengan produk generik konvensional. Contoh biosimilar yang disetujui oleh european medicine agency (EMA) adalah erythropoetin (epoetin), G-CSF (filgrastim) dan recombinant human growth hormone. Biosimilar filgrastim digunakan pada onkologi untuk pengatasan neutropenia dan epoetin untuk pengatasan anemia. Antara produk inovator dengan biosimilar memiliki kesetaraan yang sama dalam profil farmakokinetik, farmakodinamik, keamanan dan efektivitas (Aapro, 2013). Penelitian mengenai produk baru yang similar atau produk yang sama 6

7 dilakukan oleh del Giglio dkk., (2008) dan Gatzemeier dkk., (2009). Penelitian ini membandingkan XM02 (biosimilar filgrastim) dengan Neupogen dalam mengatasi neutropenia akibat efek myelosupresi kemoterapi. Penelitian memberikan hasil bahwa XM02 memiliki efek yang sama dengan Neupogen dalam mengurangi durasi neutropenia dan meningkatkan waktu ANC recovery, namun ada perbedaan respon di setiap jenis kanker. Penelitian Gatzemeier dkk., (2009), membandingkan efek XM02 dan Neupogen TM pada pasien Small Cell Lung Cancer (SCLC) maupun Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) terhadap durasi neutropenia di siklus pertama. Ratarata durasi neutropenia 0,5 hari untuk XM02 dan 0,3 hari untuk Neupogen. Serta rata-rata time to ANC recovery adalah 6,3 hari untuk XM02 dan 4,5 hari untuk Neupogen. Sedangkan penelitian del Giglio dkk., (2008), membandingkan efek durasi neutropenia setelah pemberian XM02 dan Neupogen TM pada pasien kanker payudara di siklus pertama. Hasil yang diperoleh adalah rata-rata durasi neutropenia 1,1 hari untuk XM02, dan 1,1 hari untuk Neupogen TM) serta plasebo 3,8 hari. Sedangkan rata-rata time to ANC recovery adalah 8,0 hari untuk XM02 dan 7,8 hari untuk Neupogen TM serta 14 hari untuk plasebo. Salah satu cara untuk mengurangi biaya setelah berakhirnya produk paten inovator adalah penggunaan biosimilar. Namun, karena variasi dalam proses manufaktur, biosimilar berbeda dengan produksi obat generik sintetis kimia. Obat generik memiliki komposisi kualitatif dan kuantitatif yang sama dengan produk asli, sedangkan biosimilar diproduksi oleh sintesis sel hidup. Akibatnya, 7

8 biosimilar kemungkinan tidak memiliki komposisi dan mekanisme farmakologi yang tepat sama dengan produk referensi (Haustein, 2012). Peran farmasis adalah mengevaluasi efikasi dan keamanan biosimilar yang digunakan karena biosimilar tidak sepenuhnya identik dengan produk inovator. Fakor biaya merupakan salah satu keuntungan biosimilar yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan suatu obat, namun biaya tidak harus menjadi bahan pertimbangan, melainkan berdasarkan data klinis yang sesungguhnya (Hoffman dkk., 2013). Penggunaan CSF sebagai profilaksis dan terapi sudah banyak diuji secara klinis di negara barat, namun di Indonesia belum banyak. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi penggunaan obat dalam waktu mencapai ANC recovery di antara produk filgrastim merek dagang A dan filgrastim merek dagang B, dengan judul penelitian "Evaluasi Efektivitas Filgrastim Pada Pasien Kanker Padat Yang Mendapatkan Kemoterapi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta". B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan waktu dalam mencapai ANC recovery antara filgrastim merek dagang A dan filgrastim merek dagang B pada pasien kanker padat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? 8

9 C. Tujuan Mengetahui perbedaan waktu dalam mencapai ANC recovery antara filgrastim merek dagang A dan filgrastim merek dagang B pada pasien kanker padat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemegang kebijakan dan lembaga terkait mengenai efektivitas beberapa merek dagang filgrastim pada pasien neutropenia akibat kemoterapi pada kanker padat. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian "Evaluasi Efektivitas Filgrastim Pada Pasien Kanker Padat Yang Mendapatkan Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta". Tempat penelitian dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, dengan sampel pasien kanker padat, periode Januari 2013-Maret 2015, metode penelitian yang digunakan adalah cohort retrospektif. Analisis penelitian menggunakan analisis paired sample t-test dan independen sample t-tes, analisis survival dengan kurva Kapplan Meier, serta uji Chi square test. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang disebutkan pada tabel 1 di bawah ini. 9

10 Tabel 1. Keaslian Penelitian Penelitian Tujuan Metode Jumlah sampel Hasil Pemberian Granulocyte Perbandingan proporsi Colony Stimulating Factor (G- neutropenia derajat 3-4 antara CSF) Sebagai Tindakan kelompok yang diberi G-CSF Preventif Primer Neutropenia dan yang tidak, mengetahui Derajat 3-4 Pada Penderita Kanker Payudara Usia Lanjut apakah pada pemberian penderita G-CSF kanker Yang Memperoleh Kemoterapi Ajuvant Fluorourasil, Epirubicin Dan Cyclophosphamid (FEC 100) (Murti, 2005). Evaluasi Penggunaan Granulocyte Colony Stimulating Factor Pada Pasien Kanker Limfoma Setelah Mendapat Kemoterapi di RS. Kanker Dharmais Jakarta, Periode Januari September 2003 (Astuti, 2004). payudara usia lanjut yang memperoleh kemoterapi adjuvan FEC 100 dapat mengurangi kejadian neutropenia derajat 3-4 atau mempersingkat lamanya neutropenia yang terjadi. Menggambarkan insidensi neutropenia, serta mengevaluasi G-CSF meliputi pola penggunaan di RS, respon klinik pasien, kesesuaian waktu pemberian, durasi pemberian dibanding guideline, gambaran biaya dalam satu episode. Rancangan uji klinis acak terkontrol. Dua kelompok yaitu perlakuan yang memperoleh kemoterapi FEC 100 dan G-CSF mulai hari ke 2 selama 14 hari 5 mcg/kg/bb dan kontrol yang menerima FEC 100 saja. Masing-masing kelompok terdapat neutropenia derajat 3 dan atau 4 positif, negatif dan lamanya neutropenia. Non-eksperimental studi cross sectional, dan rancangan deskriptif, dan pengambilan data secara retrospektif dari rekam medik januari september Metode pengambilan sampel consecutive sampling, yaitu pasien terdiagnosis kanker payudara yang memperoleh kemoterapi adjuvan FEC 100, berusia diatas 60 tahun. Dengan perhitungan besar sampel untuk uji klinis proporsi 2 kelompok didapatkan 26 pasien. Dari 276, 189 pasien kemoterapi dan 4 pasien (4 episode) G-CSF profilaksis. Dari 189 pasien terdapat 105 pasien neutropenia dan dari 105 pasien terdapat 149 episode dan dari 149 episode terdapat 68 episode yang menerima G-CSF terapi. Ada 16 episode dieksklusi sehingga jumlah sampel 56 kasus kanker limfoma, yang menerima G-CSF sebagai terapi 92,86% (52 episode pasien) dan profilakasis 7,14% (4 episode pasien), G-CSF nya neupogen (filgrastim 55,36%) dan granocyte (lenograstim 44,64%). G-CSF menurunkan kejadian neutropenia derajat 3-4, perbandingan rata-rata lama kejadian neutropenia derajat 3-4 dimana dengan pemberian G-CSF mempersingkat waktu neutropenia, penurunan risiko relatif neutropenia dan number need to treath. Insidensi neutropenia pada pasien kanker limfoma 55,56%, tidak mengalami onset neutropenia sebanyak 75%, rata durasi (yang sebagai terapi (setelah mengalami neutropenia) 4,81 hari, yang profilaksis (sebelum kemoterapi dan yang pada siklus sebelumnya pernah mengalami 1,75 hari), febril neutropenia (yang sebagai terapi 75% terjadi febril dan 25% profilaksis dan 11 pasien meninggal), infeksi (dengan terapi 42,31% dan profilaksis 25%), penggunaan AB (dengan terapi 86,54%, profilaksis 25%), hospital 10

11 length of stay (terapi 7 hari dan profilaksis 7,5 hari), outcome (terjadi peningkatan leukosit dan biaya (pasien G- CSF terapi 34,62% biaya > 8,5 juta dan 25% pada pasien yang menerima profilaksis). Pasien yang meninggal (terapi 21,15% dan 50% pada profilaksis), berdsarkan ASCO, 50% waktu pemberian profilaksis tidak sesuai dan 21,43% keterlambatan penggunaan profilaksis sekunder. XM02 is superior to placebo and equivalent to Neupogen in reducing the duration of severe neutropenia and the incidence of febrile neutropenia in cycle 1 in breast cancer patients receiving docetaxel/doxorubicin chemotherapy (del Giglio dkk., 2008). Membandingkan XM02 dengan Neupogen dan placebo, dimana XM02 merupakan biosimilar dari Neupogen dan dapat membuktikan bahwa XMO2 dapat fektif dalam menaikkan neutrofil pada pasien kanker payudara. Pasien dipilih secara acak menerima injeksi XM02, Neupogen dan placebo secara subcutan dengan dosis 5µg/kg/hari selama 5 hari sampai maksimum 14 hari setiap siklus. G-CSF harus dihentikan ketika ANC 10 x 10 9 /L atau setelah nadir dicapai. Dihitung rata-rata durasi neutropenia dan waktu mencapai ANC recovery serta analisa kovarian (ANCOVA) dari XM02 dan Neupogen. Total 348 pasien dengan kemoterapi docetaxel/doxorubicin. Kelompok XM02 (n = 140), Neupogen (n = 136) dan plasebo (n = 72). Grup plasebo ini adalah pasien yang menerima plasebo (hanya siklus pertama) kemudian siklus selanjutnya digantikan dengan terapi XM02. Hasil siklus pertama: Rata-rata durasi neutropenia adalah 1,1 hari (XM02), 1,1 hari (NeupogenTM)) dan plasebo 3,8 hari. Insidensi febril neutropenia adalah 12,1% (XM02), 12,5% (Neupogen TM), dan 36,1% (plasebo). Serta rata-rata time to ANC recovery adalah 8,0 hari (XM02), 7,8 hari (NeupogenTM) dan 14 hari (plasebo). 11

12 XM02, the First Biosimilar G- CSF, is Safe and Effective in Reducing the Duration of Severe Neutropenia and Incidence of Febrile Neutropenia in Patients with Small Cell or Non-small Cell Lung Cancer Receiving Platinum- Based Chemotherapy (Gatzemeier dkk., 2009). Menunjukkan bahwa G- CSF baru XM02 sama efektifnya dengan Neupogen dalam mengobati neutropenia pada pasien SCLC maupun NSCLC. Multinational, multicenter, randomized, controlled phase- III study. Pasien menerima XM02 dan Filgrastim pada siklus pertama kemoterapi, pada siklus berikutnya semua pasien menerima XM02. Pada tiap siklus, 24 jam setelah mendapat kemoterapi, pasien diberikan injeksi subcutan 5 µg/kg/hari XM02 atau Filgrastim selama 5 hari sampai maksimum 14 hari. G- CSF harus dihentikan ketika ANC 10 x 10 9 /L atau setelah nadir dicapai. Total 240 pasien, XM02 (n = 160) dan Filgrastim (Neupogen) (n = 80). Grup Filgrastim hanya pada siklus pertama kemudian siklus selanjutnya digantikan dengan terapi XM02. Hasil siklus pertama: Rata-rata durasi neutropenia adalah 0,5 hari (XM02), 0,3 hari (Neupogen ). Insidensi febril neutropenia adalah 15 % (XM02), 8,8% (NeupogenTM). Serta rata-rata time to ANC recovery adalah 6,3 hari (XM02), 4,5 hari (NeupogenTM). Breakthrough febrile neutropenia and associated complications among elderly cancer patients receiving myelosuppressive chemotherapy for solid tumors and lymphomas (Chan dkk., 2013). Mengetahui prevalensi, dampak dan prediksi faktor terjadinya febril neutropenia pada usia lanjut 65 tahun yang menerima adjuvan kemoterapi meskipun pasien telah di beri G- CSF. Observasional retrospektif kohort studi di National Cancer Centre Singapore (NCCS). Jumlah 145 pasien dengan berbagai ras wanita 93 (64,1%) dan pria 52 (35,9%). Sebanyak 704 siklus kemoterapi dan setiap pasien menerima rata-rata 4,86 siklus, usia rata-rata 69 tahun. Mayoritas pasien didiagnosis lymphoma (54,5%), kanker payudara (34,5%) dan small cell lung cancer (8,3%). Sebanyak 41,7% terjadi febril neutropenia pada siklus pertama pengobatan. Hanya sebagian kecil pasien yang menerima penundaan pengobatan atau pengurangan dosis (25% dan 12,5%). Total 24 pasien (16,6%) terjadi satu episode febril neutropenia dengan rata-rata ANC nadir pasien 0,71 x 10 9 /L. 12

13 A randomize, multi-center, open-label, phase II study of once-per-cycle DA-3031, a biosimilar pegylated GCSF, compared with daily filgrastim in patients receiving TAC chemotherapy for early- stage breast cancer (Park dkk., 2013). A prospective observational study to evaluate G-CSF usage in patients with solid tumors receiving myelosuppressive chemotherapy in Italian clinical oncology practice (Barni dkk., 2014). Mengevaluasi efikasi dan keamanan pemberian sekali sehari dari tiap siklus kemoterapi DA-3031 pada dua tingkat dosis dibandingkan dengan filgrastim harian pada pasien yang menerima TAC kemoterapi untuk kanker payudara stadium awal. Menilai kepatuhan pedoman dalam praktik onkologi di Italia. Pedoman praktik klinis merekomendasikan profilaksis primer dengan G-CSF pada pasien dengan risiko 20%. Italian Association of Oncology Medicine (AIOM) pedoman Italia merekomendasikan memulai G-CSF dalam jam setelah kemoterapi,sehari sekali sampai ANC 1 x 10 9 /L pasca-nadir. Pemilihan sampel dilakukan secara acak menerima filgrastim s.c 100 µg/m 2 /hari di sekitar 24 jam setelah kemoterapi dan berlanjut sampai ANC 5 x 10 9 /L setelah nadir atau sampai dengan 10 hari. Dan pegfilgrastim secara s.c. diinjeksi tunggal DA-3031 pada dosis 3,6 mg dan 6 mg per siklus kemoterapi pada hari ke 2 masing-masin siklus sekitar 24 jam setelah selesai kemoterapi. Prospective, studi observasional, pasien yang yang menggunakan G-CSF selama siklus kemoterapi. Pasien yang menerima filgastim 21 pasien dan pegfilgrastim DA-3031 dosis 3,6 mg 20 pasien dan 6 mg 20 pasien. Jumlah 512 pasien dari periode Oktober yang menggunakan G-CSF. Rata-rata nadir ANC: filgrastim 96/mm 3, pegfilgrastim DA-3031 dosis 3,6 mg adalah 136,7/mm 3 dan dosis 6 mg adalah 139,2/mm 3. Rata-rata time to ANC recovery: filgrastim 9,8 hari, pegfilgrastim DA-3031 dosis 3,6 mg adalah 10,1 hari dan dosis 6 mg adalah 9,9 hari. Insidensi febril neutropenia: Filgrastim 9,5%, Pegfilgrastim DA-3031 dosis 3,6 mg adalah 15% dan dosis 6 mg adalah 5%. Sebanyak 36 pasien (7%) terjadi neutropenia grade 3-4, jenis tumor solid yang umum menggunakan G- CSF adalah payudara (36%), paru-paru (18%), dan kolorektal (13%). G-CSF yang di berikan adalah G- CSF sehari sekali (Lenograstim sebanyak 40%, Filgrastim 26%) dan Pegfilgrastim 34%. G-CSF sehari sekali diberikan paling lambat 72 jam setelah kemoterapi sebanyak 42% dan pegfilgrastim diberikan paling lambat 72 jam dalam 8% dari siklus. G-CSF profilaksis di Italia diberikan kurang sesuai dengan evidence. 13

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu % pada solid tumor dan % pada keganasan hematologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Neutropenia merupakan komplikasi yang sering terjadi selama kemoterapi yaitu 20-40 % pada solid tumor dan 50-70 % pada keganasan hematologi. Durasi dan keparahan neutropenia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dari saluran pencernaan yang berfungsi menyerap sari makanan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker kolorektal didefinisikan sebagai tumor ganas yang terjadi pada kolon dan rektum. Kolon berada di bagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cyclophosphamide merupakan alkylating agent dari golongan nitrogen

BAB I PENDAHULUAN. Cyclophosphamide merupakan alkylating agent dari golongan nitrogen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Cyclophosphamide merupakan alkylating agent dari golongan nitrogen mustard dalam kelompok oxazophorin. Metabolit dari cyclophosphamide, phosphoramide mustard, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kardiotoksisitas adalah efek samping yang tidak diinginkan pada jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena efek kemoterapi. Diantara efek kardiotoksisitas pada

Lebih terperinci

Rosary, Hikari Ambara Sjakti Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Rosary, Hikari Ambara Sjakti Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Artikel Asli Penggunaan Granulocyte Colony-Stimulating Factor pada Pasien Tumor Padat yang Rosary, Hikari Ambara Sjakti Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah kanker dengan insidensi terbesar ketiga di dunia, dengan jumlah 1,4 juta kasus baru terdiagnosis pada tahun 2012. Kanker kolorektal merupakan

Lebih terperinci

CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI : DR. HARLINDA HAROEN, SP PD, K-HOM. TEMPAT TANGGAL LAHIR : CIMAHI, 26 MARET 1957.

CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI : DR. HARLINDA HAROEN, SP PD, K-HOM. TEMPAT TANGGAL LAHIR : CIMAHI, 26 MARET 1957. CURRICULUM VITAE DATA PRIBADI NAMA : DR. HARLINDA HAROEN, SP PD, K-HOM. TEMPAT TANGGAL LAHIR : CIMAHI, 26 MARET 1957. KEBANGSAAN : INDONESIA. ALAMAT RUMAH : JLN YOS SUDARSO NO 17, KAIRAGI WERU, MANADO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. belahan dunia. Data International Agency for Research on Cancer (IARC) GLOBOCAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. belahan dunia. Data International Agency for Research on Cancer (IARC) GLOBOCAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan utama dalam sepuluh tahun terakhir dengan kecenderungan peningkatan angka kejadian yang signifikan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh yang tidak terkontrol sehingga berubah menjadi sel kanker (1). Data Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan proliferasi maligna dari sel epitel pada duktus atau lobulus payudara (Fauci, 2008). Menurut data WHO, kanker payudara menempati posisi kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia. Satu diantara 4 kematian di Amerika disebabkan karena kanker. Kanker kolorektal merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for

BAB I PENDAHULUAN. pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada perempuan. Menurut riset yang dilakukan oleh International Agency for Reasearch on Cancer (IARC)

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2017 Kesehatan pissn eissn

Prosiding SNaPP2017 Kesehatan pissn eissn Prosiding SNaPP2017 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 GAMBARAN KLINIK PASIEN KANKER SERVIKS YANG MENDAPATKAN REGIMEN KEMOTERAPI CISPLATIN-VINKRISTIN-BLEOMISIN CLINICAL PICTURE OF CERVICAL CANCER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang

Lebih terperinci

EVALUASI OUTCOME KLINIK REGIMEN KEMOTERAPI BERBASIS CISPLATIN TERHADAP PASIEN KANKER SERVIKS

EVALUASI OUTCOME KLINIK REGIMEN KEMOTERAPI BERBASIS CISPLATIN TERHADAP PASIEN KANKER SERVIKS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 EVALUASI OUTCOME KLINIK REGIMEN KEMOTERAPI BERBASIS CISPLATIN TERHADAP PASIEN KANKER SERVIKS 1 Suwendar, 2 Achmad Fudholi, 3 Tri Murti Andayani,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sudah tidak asing lagi bagi masyarakat umum saat ini mengingat kejadian yang terus meningkat. Data terbaru dari Riskesdas 2013 menunjukkan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kanker payudara merupakan lesi yang sering ditemukan pada wanita dan berbahaya, serta merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker leher rahim. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nyeri merupakan pengalaman sensoris atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan ( Davis dan Walsh, 2004). Nyeri merupakan salah satu gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan bersifat menyebar pada organ tubuh yang lain

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker merupakan salah satu penyakit yang banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas. Di negara-negara barat, kanker merupakan penyebab kematian nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian ketujuh pada wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 239.000 kasus baru kanker ovarium dan 152.000 kasus meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kanker kolorektal merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia. Keganasan ini berkontribusi terhadap 9% seluruh kanker di dunia (World

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia. Di dunia, 12% seluruh kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Pertumbuhan sel tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara deskriptif analitik dengan tujuan untuk mencari hubungan antara jumlah obat dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor kolorektal merupakan neoplasma pada usus besar yang dapat bersifat jinak atau ganas. Neoplasma jinak sejati (lipoma, tumor karsinoid, dan leiomioma) jarang terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Kanker paru merupakan salah satu dari keganasan. tersering pada pria dan wanita dengan angka mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang. Kanker paru merupakan salah satu dari keganasan. tersering pada pria dan wanita dengan angka mortalitas BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan salah satu dari keganasan tersering pada pria dan wanita dengan angka mortalitas tertinggi di dunia, yaitu sebesar 1.590.000 kematian di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker adalah salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak. Kejadian kanker pada anak terus mengalami peningkatan dan menjadi salah satu penyebab kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan salah satu infeksi berat penyebab 2 juta kematian anak usia di bawah 5 tahun di negara berkembang pada tahun 2011 (Izadnegahdar dkk, 2013).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari

BAB I PENDAHULUAN. kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden karsinoma kolorektal masih cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya. Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian nomor 4 dari kematian karena kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan merupakan penyebab kematian kedua pada wanita setelah kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,.

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Al Baqarah ayat 233: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir dan batin. Selain memiliki nilai estetika, bagian tubuh

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA

EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA EVALUASI PENGGUNAAN TOKOLITIK PADA PASIEN DENGAN RISIKO KELAHIRAN PREMATUR DI TIGA RUMAH SAKIT DI YOGYAKARTA Yosi Febrianti 1*, Nurul Ambariyah 2, dan Chichi Kartika Haliem 1 1 Program Studi Profesi Apoteker,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau sering disebut juga sebagai tumor ganas (maligna) atau neoplasma adalah istilah umum yang mewakili sekumpulan besar penyakit yang bisa mengenai bagian manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah penderitanya dengan cukup signifikan. Padahal kanker adalah penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker payudara merupakan salah satu kanker dengan insidensi terbanyak, terutama pada wanita. Perkembangan terapi banyak dilakukan untuk meningkatkan survival

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA KANKER PARU DI RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI 2011- DESEMBER 2011 Christone Yehezkiel P, 2013 Pembimbing I : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sekarang ini, puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dituntut untuk menjadi gate keeper pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat menjalar ke tempat yang jauh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling banyak terjadi pada wanita. Penyakit ini didominasi oleh wanita (99% kanker payudara terjadi pada wanita) dan juga berhubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker Payudara merupakan masalah kesehatan di dunia, kejadian dan kematian akibat kanker payudara terus meningkat di semua negara, baik negara maju, berkembang, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patient safety merupakan isu global yang menjadi perhatian di seluruh dunia. Petient safety adalah salah satu komponen yang utama dan vital dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia akut merupakan keganasan yang sering ditemui pada anak, angka kejadian pada anak dibawah 14 tahun sebesar 30% dan 10% pada anak remaja usia 15-19 tahun (Ward

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal. dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma ovarium adalah keganasan yang berasal dari jaringan ovarium. Ovarian Cancer Report mencatat pada tahun 2014 karsinoma ovarium adalah karsinoma peringkat tujuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan salah satu kanker penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang dan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia sebagai penyebab utama kedua kematian di negara maju dan di antara tiga penyebab utama kematian di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah masalah kesehatan pada wanita baik di negara maju maupun di negara berkembang. Menurut Globocan, diestimasikan 14,1 juta kasus baru kejadian kanker

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada dekade mendatang, kanker diprediksi sebagai penyebab kesakitan dan kematian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini disiplin ilmu yang dipakai meliputi Bidang Farmakologi, Ilmu Mikrobiologi Klinik dan Ilmu Kesehatan Anak 4.2 Tempat dan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita diseluruh dunia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah kanker paru-paru. Kanker payudara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini menduduki peringkat kedua terbanyak penyakit kanker setelah kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian. nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker paru merupakan keganasan penyebab kematian nomer satu di dunia (Cancer Research UK, 2012). Mortalitas kanker ini tercatat sebesar 1.590.000 jiwa pada tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Hasil penelitian Tim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Limfoma dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu. Non Hodgkin Lymphoma (NHL) dan Hodgkin Lymphoma (HL).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Limfoma dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu. Non Hodgkin Lymphoma (NHL) dan Hodgkin Lymphoma (HL). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limfoma dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu Non Hodgkin Lymphoma (NHL) dan Hodgkin Lymphoma (HL). Sekitar 90% dari semua keganasan limfoma adalah NHL (Reksodiputro

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Kanker paru merupakan penyebab tertinggi kematian. akibat kanker di dunia, baik negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Kanker paru merupakan penyebab tertinggi kematian. akibat kanker di dunia, baik negara-negara maju maupun BAB I PENDAHULUAN I.A Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab tertinggi kematian akibat kanker di dunia, baik negara-negara maju maupun berkembang (Jemal et al., 2010). Di Amerika Serikat, kanker

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal

BAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang tumbuh secara terus-menerus dan tidak terkendali. Kasus kanker pada anak menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit kardiovaskular dan infeksi (Hauptman, et.al., 2013). Berdasarkan Global Health Estimates, WHO 2013

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisa pada umumnya mengalami anemia. Anemia pada pasien GGK terjadi terutama karena kekurangan erytropoietin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu sindroma/ kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit kompleks yang dicirikan dengan dengan pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol. Kanker dapat terjadi dengan berbagai

Lebih terperinci

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: BETTY MARTHA PAMUNGKAS K 100 080 168 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Warfarin merupakan antagonis vitamin K yang banyak digunakan sebagai antikoagulan oral untuk terapi tromboembolisme vena dan untuk mencegah emboli sistemik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv ABSTRAK...v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker

BAB I PENDAHULUAN. dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan penting di dunia, dimana saat ini merupakan peringkat kedua penyakit kanker setelah kanker paru-paru

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini

ABSTRAK. Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini ABSTRAK Gambaran Riwayat Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Pasien Kanker Payudara Sebagai Langkah Deteksi Dini Stephen Iskandar, 2010; Pembimbing pertama : Freddy T. Andries,

Lebih terperinci