Obat yang bertujuan menghancurkan sel-sel maligna. Selalu diberikan multidrug.
|
|
- Hamdani Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Oleh: Isnaini Sesudah menyelesaikan topik ini, diharapkan mahasiswa mampu: Menjelaskan mekanisme kerja, indikasi, dan efek samping penggunaan antikanker Menjelaskan prinsip penggunaan antikanker
2 Obat yang bertujuan menghancurkan sel-sel maligna. Selalu diberikan multidrug. Tergantung: 1.Tipe kanker 2.Kondisi fisiologis pasien 3.Seberapa jauh kanker itu telah bermetastasis
3 Sebagian besar antikanker lebih efektif terhadap sel kanker yang berada dalam siklus sel daripada fase istirahat. Tetapi sel normal yang berproliferasi cepat juga terpengaruh oleh antikanker, seperti sel folikel rambut, sumsum tulang, dan epitel usus. Tipe kanker hematologi (nonsolid) lebih responsif terhadap terapi antikanker dibanding kanker tipe solid (karsinoma, sarkoma)karena: 1.Kecepatan pertumbuhan 2.Kemudahan akses/distribusi antikanker. Pada sel tumor yang solid, bagian luarnya lebih vaskuler, tetapi bagian dalamnya cenderung nekrotik (vaskularisasinya tidak memadai)
4 1. Alkylating agent (zat pengalkil): Nitrogen mustard: mekloretamin, melfalan, klorambusil, siklofosfamid, ifosfamid. Nitrosourea: karmustin (BCNU), lomustin (CCNU) Lain-lain: sisplatin, karboplatin, busulfan, dakarbazin, prokarbazin, tiotepa. 2. Antimetabolit: metotreksat, merkaptopurin, tioguanin, fluorourasil, gemsitabin, sitarabin, pentostatin. 3. Antibiotika: daunorubisin, doksorubisin, bleomisin, daktinomisin, mitomisin, plikamisin. 4. Obat hormonal: prednison, tamoksifen, flutamid, leuprolid, goserelin. 5. Alkaloid tanaman: vinkristin, vinblastin, etoposid, teniposid, paklitaksel, topotekan. 6. Lain-lain: asparaginase, hidroksiurea. 1. Toksisitas selektif terhadap fase sel tertentu dari siklus sel (cell cycle spesific/css): vinkristin, vinblastin, merkaptopurin, hidroksiurea, metotreksat dan asparaginase. 2. Toksisitas non-spesifik terhadap fase sel tertentu dari siklus sel (cell cycle non spesific/ccns): alkylating agent, antibiotik, sisplatin, prokarbazin dan nitrosourea.
5 Alkilasi adalah ikatan kovalen gugus alkil ke molekul lain. Alkilasi terjadi melalui pembentukan ion karbonium bermuatan positif, yang akan bereaksi dgn ion yang kaya elektron (DNA atau RNA), dan mengakibatkan modifikasi asam nukleat. Biasanya alkylating agent mempunyai 2 gugus pengalkil, sehingga dapat membentuk crosslink kovalen antara rantai-rantai asam nukleat yang berdekatan, yang lebih sulit diperbaiki dibanding ikatan kovalen biasa. Cross-link ini juga mencegah pemisahan rantai ganda DNA saat siklus sel. Senyawa yang menyerupai struktur metabolik normal (asam folat, pirimidin, atau purin); sehingga dapat menghambat enzim-enzim yang diperlukan untuk regenerasi asam folat atau aktivasi pirimidin atau purin untuk sintesis DNA atau RNA pada sel kanker. Antimetabolit biasanya membunuh sel pada fase S. Asam folat sangat penting untuk reaksi yang dikatalisasi oleh enzim yang mentransfer gugus metil dan gugus-gugus yang berkaitan selama sintesis purin dan pirimidin.
6 Metotreksat (MTX) menghambat secara kompetitif enzim dihidrofolat reduktase, yang mengkatalisis reduksi dihidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat. Ini memblokade regenerasi asam tetrahidrofolat sehingga mencegah sintesis purin dan pirimidin. Dengan demikian, MTX adalah antagonis folat dan spesifik untuk sel dalam siklus sel fase S. Fluorourasil (5-FU) (antagonis pirimidin) bekerja dengan menghambat sintesis pirimidin dan pembentukan DNA. Sitarabin (sitosin arabinosid atau Ara-C) (antagonis pirimidin) tetapi melalui jalur yang lebih kompleks. Obat ini harus mengalami perubahan enzimatik menjadi derivat sitosin trifosfat, yang merupakan bentuk aktifnya, dan diinkorporasi ke dalam DNA. Pada dosis tinggi, Ara-C juga berikatan dengan dan menghambat DNA polimerase secara kompetitif. Gemsitabin (dfd) (antagonis pirimidin) adalah prodrug yang bila masuk ke dalam sel harus difosforilasi oleh deoksisitidin kinase menjadi bentuk aktif yang menghambat sintesis DNA. Kematian sel terjadi karena inkorporasi dfd sitosin trifosfat ke dalam DNA, yang menghambat elongasi rantai DNA. Antagonis purin yaitu merkaptopurin (6-MP) dan tioguanin (6-TG) juga harus mengalami aktivasi menjadi bentuk nukleotid, yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif dari beberapa enzim dalam jalur sintesis purin. Inhibitor adenosin deaminase pentostatin sangat aktif terhadap hairy cell leukemia.
7 Bleomisin membentuk kompleks tertier dengan oksigen dan Fe(II) yang mampu menyebabkan pemotongan rantai ganda DNA. Plikamisin (mitramisin) berinterkalasi ke dalam DNA terutama pada pasangan basa guanin-sitosin. Doksorubisin (adriamisin) dan daunorubisin (daunomisin) adalah antrasiklin yang berinterkalasi di antara basa-basa dalam DNA rantai ganda, meracuni topoisomerase II, melepaskan radikal bebas, dan mungkin merusak fungsi membran sel. DNA topoisomerase II sangat penting untuk replikasi DNA. Doksorubisin dan daunorubisin menghambat enzim ini dengan menstabilkan kompleks kovalen DNA intermediat-enzim, mencegah potongan-potongan DNA bersatu lagi sehingga terjadi kematian sel. Daktinomisin (aktinomisin D) berinterkalasi ke dalam DNA pada lokasi yang sama dengan plikamisin, sehingga menghambat transkripsi. Selain itu, daktinomisin menyebabkan pemutusan DNA rantai tunggal, mungkin melalui pembentukan radikal bebas, dan mencegah sintesis RNA. Mitomisin mula-mula mengalami aktivasi di dalam sel, mengakibatkan pembentukan derivat yang bekerja dengan meng-cross-linking DNA melalui alkilasi. Vinkristin dan vinblastin berikatan erat dengan tubulin, memblokade polimerisasi mikrotubulus, sehingga mengganggu pembentukan mitotic spindle selama mitosis pada fase M siklus sel. Paklitaksel (taksol) yang bekerja sebagai inhibitor mitosis, berikatan secara spesifik dan reversibel pada tubulin, tetapi tidak seperti obat antitubulin lain, dia menstabilkan mikrotubulus dalam bentuk terpolimerisasi. Etoposid (VP-16) adalah derivat podofillotoksin semisintetik yang dibuat dari mandrake merupakan inhibitor topoisomerase II. Teniposid adalah analog etoposid dengan mekanisme kerja yang sama.
8 Steroid menembus membran plasma dan berikatan dengan reseptor sitoplasma, yang kemudian memasuki nukleus dan berinteraksi dengan kromatin spesifik untuk menginduksi sistensis mrna khusus. Translasi mrna ini menyebabkan terbentuknya protein baru yang merubah reaksi fisiologis atau biokimia. Tamoksifen (obat antiestrogen) bekerja dengan berikatan dengan reseptor estrogen dan memblokade transkripsi-tergantungestrogen pada sel dalam fase G 1. Dengan memblokade pengikatan esrogen, tamoksifen dapat menurunkan stimulasi produksi TGF-α dan sekresi protein yang berkaitan. Sekitar 70% wanita postmenopause dengan tumor payudara yang mempunyai reseptor estrogen berespon baik terhadap terapi antiestrogen. Leuprolid dan goserelin adalah analog GnRH yang menghambat pelepasan gonadotropin dan mengakibatkan kadar testosteron seperti pada keadaan kastrasi. Kedua obat ini tersedia dalam bentuk depot dan dapat diberikan setiap bulan sekali. Keduanya adalah agonis dan antagonis LHRH. Mula-mula kedua obat tersebut menyebabkan peningkatan kadar gonadotropin, lalu diikuti oleh penurunan gonadotropin dalam 2-3 minggu. Flutamid (antiandrogen) yang menghambat pengikatan androgen pada reseptornya di nukleus. Flutamid menyebabkan peningkatan kadar testosteron dalam darah, tetapi testosteron ini tidak efektif karena flutamid memblokade kerja testosteron. L-asparaginase diberikan untuk menghidrolisis asparagin yang diperlukan untuk pertumbuhan dalam jumlah besar oleh sel tumor dibanding oleh sel normal. Dengan demikian kadar asparagin menurun, dan menghambat sintesis protein dan asam nukleat. Pendekatan ini selektif untuk sel kanker yang tidak mempunyai asparagin sintetase sehingga tidak mampu mensintesis asparagin. Hidroksiurea menghambat ribonukleotid reduktase, yang mereduksi ribonukleosid difosfat menjadi deoksiribonukleotid yang diperlukan untuk sintesis DNA. Diduga hidroksiurea berikatan dengan Fe nonheme yang diperlukan oleh enzim untuk aktivitasnya. Dengan demikian obat ini spesifik untuk fase S.
9 Awalnya pasien berespon baik terhadap antikanker, tetapi kemudian tumor dapat kambuh dan obat yang sama tidak lagi efektif. Beberapa mekanisme terjadinya resistensi: Dari sisi antikanker Penurunan uptake obat aktif ke dalam sel kanker, misalnya pada resistensi MTX, daktinomisin Kegagalan obat untuk dimetabolisme menjadi zat yang mampu memproduksi efek sitotoksik, misalnya pada resistensi siklofosfamid. Peningkatan konversi obat menjadi metabolit yang tidak aktif, misalnya pada resistensi siklofosfamid. Peningkatan transpor obat ke luar dari sel kanker, misalnya pada resistensi doksorubisin, daunorubisin, daktinomisin, etoposid, teniposid, vinkristin, dan vinblastin. Dari sisi sel kanker Reparasi kerusakan DNA yang ditimbulkan obat, misalnya pada resistensi bleomisin. Amplifikasi gen atau peningkatan transkripsi gen yang mengakibatkan lebih banyaknya enzim target dalam sel kanker, misalnya pada resistensi MTX. Penurunan kemampuan enzim target untuk berikatan dengan obat, misalnya pada resistensi MTX. Peningkatan kadar scavenger sulfhidril (glutation, metallotionein), misalnya pada resistensi alkylating agent. Perubahan kadar protein target, misalnya pada resistensi tenoposid dan etoposid. Peningkatan ekspresi protein antiapoptosis, seperti bcl-2. Efek samping obat antikanker (yang terkait terhadap sel normal yang berproliferasi cepat) : Depresi sumsum tulang: Leukopenia dan infeksi Imunosupresi Trombositopenia Anemia Saluran cerna: Ulkus oral atau intestinal Diare Mual, muntah Folikel rambut: alopesia Gonad: gangguan haid, termasuk menarkhe prematur, gangguan spermatogenesis. Luka: gangguan penyembuhan Janin: teratogenesis, terutama pada semester pertama.
10 Efek samping yang tidak tergantung pada proliferasi sel: Bleomisin: fibrosis paru, pneumonitis Busulfan: fibrosis paru Doksorubisin, daunorubisin: kardiotoksik Sisplatin: nefrotoksik, ototoksik, neuropati perifer Siklofosfamid: sistitis hemoragik Vinkristin: neurotoksik Sitarabin: kerusakan otak, ototoksik. Kombinasi antikanker umumnya didisain agar toksisitasnya tidak tumpang tindih. Antikanker diberikan sebagai terapi primer bila tumornya diketahui sensitif terhadap kemoterapi, atau bila pembedahan atau radiasi tidak bisa dilakukan. Tujuan pemberian antikanker (kemoterapi) pada seorang pasien bisa untuk: * Kuratif: untuk memperoleh remisi komplit dan menyembuhkan pasien, misalnya pada penderita Hodgkin * Paliatif: untuk mengurangi gejala tetapi dengan hanya sedikit harapan untuk memperoleh remisi komplit atau kesembuhan (misalnya kanker esofagus, dimana kemoterapi digunakan untuk mengurangi disfagia). * Ajuvan: untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan atau untuk memperpanjang masa survival bebas-penyakit tanpa ada kanker yang terdeteksi, tetapi dicurigai ada sejumlah sel kanker subklinis (mis kemoterapi pada kanker payudara atau kanker kolorektal sesudah reseksi bedah). Walaupun koriokarsinoma dan hairy cell leukemia diterapi dengan obat tunggal, hampir semua kanker lain diterapi dengan kombinasi obat. Pilihan obat dan dosis masih tetap bersifat empirik, beberapa panduan yang perlu diperhatikan ketika memilih kombinasi obat: Gunakan obat-obat yang menunjukkan aktivitas terhadap tipe tumor yang diterapi. Gunakan obat-obat yang toksisitasnya minimal dan tidak saling tumpang tindih pada satu organ. Dosis setiap obat harus optimal dan diberikan secara konsisten.
11 Beberapa kombinasi obat yang dipakai sekarang: MOPP: mekloretamin, vinkristin, prokarbazin, prednison; untuk limfoma Hodgkin. ABVD: doksorubisin, bleomisin, vinblastin, dakarbazin; untuk limfoma Hodgkin. CMF: siklofosfamid, metotreksat, 5-fluorourasil; untuk kanker payudara. CAF: siklofosfamid, doksorubisin, 5-fluorourasil; untuk kanker payudara. BEP: bleomisin, etoposid, sisplatin; untuk kanker sel germinal CHOP: siklofosfamid, doksorubisin, vinkristin, prednison; untuk limfoma Vinkristin, prednison, asparaginase, daunorubisin; untuk ALL Sitarabin, plus mitoxantron atau idarubisin atau daunorubisin; untuk AML Hidroksiurea, interferon; untuk CML Paklitaksel, karboplatin; untuk kanker ovarium 5-FU, leukovorin; untuk kanker kolorektal. Kemoterapi adalah terapi sistemik, maka tidak mungkin memberikan obat pada tumor tanpa merusak jaringan normal. Toksisitas jaringan normal bisa bersifat akut (mual, muntah, alopesia, supresi sumsum tulang) atau tertunda. Yang akut biasanya reversibel. Toksisitas yang tertunda biasanya bisa berupa fibrosis paru, sterilitas, neuropati, nefropati, leukemia, dan kardiotoksik.
12 Pengubah respon biologis (biologic response modifiers) berguna untuk memperbaiki kemampuan sistem kekebalan dalam menemukan dan menghancurkan kanker. Bahan tersebut digunakan untuk fungsi-fungsi berikut: Merangsang respon anti-tumor tubuh dengan meningkatkan jumlah sel pembunuh tumor atau menghasilkan 1 atau lebih bahan kimia pembawa pesan (mediator) Secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor atau bahan kimia pembawa pesan Mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon kekebalan Merubah sel-sel tumor untuk meningkatkan kemungkinan mereka memicu suatu respon kekebalan atau membuat selsel tumor lebih mungkin dirusak oleh sistem kekebalan Memperbaiki toleransi tubuh terhadap terapi penyinaran atau bahan-bahan kimia yang digunakan dalam kemoterapi. Golongan obat ini menstimulasi sistem imun manusia untuk merusak sel tumor. Misalnya interferon α dan β ternyata efektif untuk hairy cell leukemia dan beberapa kanker kulit tertentu, dan bisa menjadi ajuvan untuk terapi CML dan LNH. Interleukin-2 ternyata bermanfaat untuk terapi kanker paru, ginjal, dan kolorektal. Interferon merupakan protein alamiah yang diproduksi oleh sel sebagai sistem imun yang melawan bahan asing seperti virus, parasit dan sel tumor. Interferon menolong respon imun dengan menghambat replikasi tumor dalam sel induk, mengaktifkan sel pembunuh alami dan makropage, meningkatkan adanya antigen pada limposit, dan meningkatkan resistensi sel induk terhadap infeksi virus. Pemberian interferon menimbulkan rasa mengantuk, sakit kepala, demam, malaise, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan rasa lelah serta gejala-gejala yang menyerupai flu. Efek samping lain meliputi supresi sumsum tulang, diare dan perubahan status mental meliputi depresi, ansietas dan insomnia. Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan rambut rontok. Leukopenia yang berkaitan dengan dosis dilaporkan timbul dengan interferon jenis rekombinan maupun alamiah. Selain itu biasanya terjadi iritasi pada bekas suntikan. Cara pemberian interferon adalah secara intramuscular dan subkutan, intravena, intralesi, intraperitoneal, intravesikal, dan intrateka.
13 Respon terapi yang ditimbulkan oleh interferon dipengaruhi oleh banyak sedikitnya reseptor molekul yang terlarut. Bila molekul reseptor yang terlarutnya banyak maka respon terapi yang ditimbulkan oleh interferon akan kecil, begitu juga sebaliknya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan penjelasan yang sebaik-baiknya akan terjadinya efek samping dari penggunaan obat pengubah respon biologis tersebut. Selain itu perawat juga harus memperhatikan keadaan klien terhadap kemungkinan terjadinya efek samping tersebut sehingga klien merasa tenang. Karena pada bekas suntikan biasanya terjadi iritasi maka perlu penyuntikan pada daerah yang lain pada pemberian interferon berikutnya.
SITOSTATIKA. Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas.
SITOSTATIKA = ONKOLITICA (Yun. kytos= sel, stasis= terhenti ongkos= benjolan, lysis= melarutkan) Adalah: zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas. Prinsipnya: penggunaan obat-obatan
Lebih terperinciPada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan.
Pengobatan Kanker DEFINISI RESPON TERHADAP PENGOBATAN Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan. Pengobatan yang paling berhasil menyebabkan
Lebih terperinciOBAT SITOSTATIKA KANKER
OBAT SITOSTATIKA KANKER : Penyakit yg disebabkan oleh timbulnya st populasi sel yg terus menerus membelah diri secara tak terkendali Pengobatan : - Pembedahan - Radiasi - Khemoterapi ( Sitostatika ) -
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Xerostomia Umumnya perhatian terhadap saliva sangat kurang. Perhatian terhadap saliva baru timbul apabila terjadinya pengurangan sekresi saliva yang akan menimbulkan gejala mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan suatu penyakit yang menakutkan bagi kaum wanita tetapi pada laki-laki pun memiliki kemungkinan untuk terserang meskipun kemungkinan itu kecil.
Lebih terperinciLeukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru
Lebih terperinciINTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION
INTRATHECAL CHEMOTHERAPY INDICATION AND PATIENT SELECTION Yudha Haryono, dr., Sp. S Neurology Departement of Madical Faculty Airlangga University Dr. Soetomo General Hospital Surabaya JW MARRIOTT, CNE
Lebih terperinciPenggolongan obat. Zat pengalkilasi. Antimatabolit. Antimitotika. Antibiotika. Imunomodulansia. Hormon dan antihormon. Obat lainnya.
Penggolongan obat Zat pengalkilasi Antimatabolit Antimitotika Antibiotika Imunomodulansia Hormon dan antihormon Obat lainnya Obat alternatif 1. Zat pengalkilasi Zat pengalkilasi adalah zat antikanker pertama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker atau keganasan merupakan pertumbuhan sel-sel yang abnormal yang tumbuh secara terus-menerus dan tidak terkendali. Kasus kanker pada anak menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciEVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK DALAM PENATALAKSANAAN MUAL MUNTAH KARENA KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh ZAHARA NUR RAHMAWATI K.100 050 088 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada wanita dengan insiden lebih dari 22% (Ellis et al, 2003) dan angka mortalitas sebanyak 13,7% (Ferlay
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi yang menempati urutan keempat dari semua jenis kanker ginekologi yang paling sering terjadi diseluruh dunia dan merupakan
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciLimfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Terapi kanker payudara yang berlaku selama ini adalah dengan pembedahan, radioterapi dan sitostatika. Pembedahan dan radioterapi bersifat terapi definitif lokal, sedangkan
Lebih terperinciBAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia
BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal, paru, lambung dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun dari jaringan yang merupakan kumpulan dari sejumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker disebut juga neoplasma, adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat,
Lebih terperinciObat-obat Hormon Hipofisis anterior
Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Gonadotropin korionik (Chorex) Menstimulasi produksi testosteron dan progesteron untuk mengobati hipogonadisme pada pria. Menginduksi ovulasi pada wanita dengan ovarium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, penyakit kanker menyebabkan kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciKEMOTERAPI PADA ANAK
KEMOTERAPI PADA ANAK Pembimbing : Dr. Srie Enggar Kencana Dewi, Sp.A Disusun oleh : Kianti Raisa Darusman 030 97 082 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PERIODE 3 JUNI
Lebih terperinciTERAPI GEN. oleh dr.zulkarnain Edward MS PhD
TERAPI GEN oleh dr.zulkarnain Edward MS PhD Pendahuluan Penyakit-penyakit metabolik bawaan biasanya akibat tidak adanya gen atau adanya kerusakan pada gen tertentu. Pengobatan yang paling radikal adalah
Lebih terperinciII. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS
II. KERJA BAHAN TOKSIK DALAM TUBUH ORGANISMS A. Interaksi Senyawa Kimia dengan Organisme Ilmu yang mempelajari tentang interaksi senyawa kimia dengan organisme hidup disebut farmakologi, dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel-sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi tinggi di dunia adalah
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari
5 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat kemoterapi vinkristin Vinkristin adalah senyawa kimia golongan alkaloid vinca yang berasal dari tanaman Vinca Rosea yang memiliki anti kanker yang diberikan secara intravena
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Kanker kepala dan leher (KKL) adalah semua kanker yang tumbuh di kranial klavikula, kecuali kanker otak dan sumsum tulang belakang. KKL mempunyai kesamaan dalam hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia atau lebih dikenal kanker darah atau sumsum tulang merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang berasal dari mutasi sel normal.
Lebih terperinciBIOTEKNOLOGI. Struktur dan Komponen Sel
BIOTEKNOLOGI Struktur dan Gambar Apakah Ini dan Apakah Perbedaannya? Perbedaan dari gambar diatas organisme Hidup ular organisme Hidup Non ular Memiliki satuan (unit) dasar berupa sel Contoh : bakteri,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia kasus kanker rongga mulut berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Sekitar 90-95% dari total kanker pada rongga mulut merupakan kanker sel skuamosa
Lebih terperinciTEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN
TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker
Lebih terperinciSINTESIS PROTEIN. Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya
SINTESIS PROTEIN Yessy Andriani Siti Mawardah Tessa Devitya Sintesis Protein Proses dimana kode genetik yang dibawa oleh gen diterjemahkan menjadi urutan asam amino SINTESIS PROTEIN EKSPRESI GEN Asam nukleat
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini
BAB 6 PEMBAHASAN Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi
Lebih terperinciModel Matematika Terapi Gen untuk Perawatan Penyakit Kanker
Model Matematika erapi Gen untuk Perawatan Penyakit Kanker Dwi Lestari Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Email: dwilestari@uny.ac.id weestar9@yahoo.com Abstrak Pembahasan model matematika terapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia tahun 2010 menunjukan, kasus rawat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering ditemukan terutama di negara berkembang dan menempati urutan kedua setelah kanker payudara. Data Sistem Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leukemia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietik (McKenzie, 1996). Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol dari klon sel darah immatur yang
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperincileukemia Kanker darah
leukemia Kanker darah Pendahuluan leukemia,asal kata dari bahasa yunani leukos-putih,haima-darah. leukemia terjadi ketika sel darah bersifat kanker yakni membelah tak terkontrol dan menggangu pembelahan
Lebih terperinciMODEL MATEMATIKA TERAPI GEN UNTUK PERAWATAN PENYAKIT KANKER
MODEL MAEMAIKA ERAPI GEN UNUK PERAWAAN PENYAKI KANKER - 8 Dwi Lestari Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY dwilestari@uny.ac.id, weestar91@yahoo.com Abstrak Pembahasan model matematika terapi gen untuk
Lebih terperinciTINJAUAN TENTANG HIV/AIDS
BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV
Lebih terperinciKanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru
Lebih terperinciOBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23
OBAT YANG MEMPENGARUHI REPRODUKSI PRIA KELOMPOK 23 Etiologi Sebagian besar kelainan reproduksi pria adalah oligospermia yaitu jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter semen dalam satu kali
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkembang memalui serangkaian fase yang disebut siklus sel. 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupakan kumulatif antara masuknya sel baru dan keluarnya sel yang ada pada populasi. Masuknya sel ke dalam populasi jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand, Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2000, kematian akibat kanker. diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2000, kematian akibat kanker diperkirakan mencapai 7 juta kematian (12% dari semua kematian) di seluruh dunia, menyusul kejadian kematian akibat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TIJAUA PUSTAKA A. Kanker dan Kanker Payudara Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya abnormalitas regulasi pertumbuhan sel dan meyebabkan sel dapat berinvasi ke jaringan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit penyebab kematian utama di dunia setelah penyakit jantung (Baratawidjaya & Rengganis, 2010). Data WHO menunjukkan terdapat sekitar 7,4 juta
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciEFEK DAN MEKANISME TOKSIK
EFEK DAN MEKANISME TOKSIK Efek toksik sangat bervariasi dalam sifat, organ sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Pengertian yang mendalam mengenai ciri-cirinya berguna untuk menilai bahayanya bagi kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi yang kompleks terhadap agen penyebab jejas, seperti mikroba dan kerusakan sel. Respon inflamasi berhubungan erat dengan proses penyembuhan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinci4. Antibiotika (sitotoksik)
4. Antibiotika (sitotoksik) Beberapa antibiotika yang berasal dari jenis jamur Streptomyces juga berkhasiat sitostatis, disamping kerja antibakterinya. - Mekanisme kerja; mengikat DNA secara kompleks,
Lebih terperinciImunologi Transplantasi. Marianti Manggau
Imunologi Transplantasi Marianti Manggau Golongan darah ABO dan sistem HLA merupakan antigen transplantasi utama, sedang antibodi dan CMI (cell mediated immunity) berperan pada penolakan imun. Kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker. Paru, prostat, kolorektal, lambung, dan hati merupakan 5 organ
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau sering disebut juga sebagai tumor ganas (maligna) atau neoplasma adalah istilah umum yang mewakili sekumpulan besar penyakit yang bisa mengenai bagian manapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit multifaktorial yang timbul dari tidak seimbangnya protoonkogen, antionkogen, gen yang mengendalikan apoptosis, dan gen yang mengatur perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) atau tumor prostat jinak, menjadi masalah bagi kebanyakan kaum pria yang berusia di atas 50 tahun. BPH pada pria muncul tanpa ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut
Lebih terperinciPerangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)
Perangai Biologik Sel Kanker dan Onkogenesis DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Sel kanker : sel normal yang telah mengalami perubahan menjadi sel berproliferasi melampaui batas pertumbuhan normal
Lebih terperinci5. Kerja enzim dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut, kecuali. a. karbohidrat b. suhu c. inhibitor d. ph e. kofaktor
1. Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan adalah. a. suhu b. cahaya c. hormon d. makanan e. ph 2. Hormon yang termasuk ke dalam jenis hormon penghambat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemoterapi dalam tatalaksana kanker masih merupakan tindakan utama disamping radiasi dan pembedahan. Pemberian sitotoksika atau antikanker merupakan tindakan utama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditunjukkan oleh adanya keinginan untuk. untuk mengembangkan budidaya dan produksi tanaman obat (Supriadi dkk,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data menunjukkan bahwa sekitar 80 % penduduk dunia memanfaatkan obat tradisional yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan. Hal ini timbul sebagai
Lebih terperinciSUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016
SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016 BSK sudah lama diketahui diderita manusia terbukti ditemukan
Lebih terperinciBAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI
1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciBAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan
Lebih terperinciPend h a uluan Etiologi PUD B l e dik um t e h a i u t pas iti Beberapa pilihan terapi
TERAPI HORMONAL & NONHORMONAL DALAM PENATALAKSANAAN PERDARAHAN UTERUS DISFUNGSI (PUD) Pendahuluan Etiologi PUD Belum diketahui i pasti Beberapa pilihan terapi Pendahuluan Pembagian : PUD akut kronis Perimenarcheal
Lebih terperinciREKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si
REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi
Lebih terperinciTargeted Delivery of Saporin Toxin by Monoclonal Antibody to the Transcobalamin Receptor, TCblR/CD320
Targeted Delivery of Saporin Toxin by Monoclonal Antibody to the Transcobalamin Receptor, TCblR/CD320 Introduction Uptake vitamin B12 (cobalamin; CBL) dimediai oleh reseptor transcobalamin (TCblR/CD320)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan penyakit keganasan yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Penyakit kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, invasi jaringan, dan metastasis yang luas (Chisholm-Burns et al., 2008). Menurut
Lebih terperinciSri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta
Sri Mulatsih RSUP Dr Sardjito,Yogyakarta GIVE CHILDREN WITH CANCER A CHANCE FOR A CURE. PEDIATRIC CANCER IS NOT PREVENTABLE, BUT IT CAN BE DETECTED AT EARLY STAGES. PARAMETER ANAK DEWASA Lokasi Jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di dunia. Menurut World Health Organization (WHO), negara negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin menggunakan
Lebih terperinciREGULASI EKSPRESI GEN PADA ORGANISME EUKARYOT
REGULASI EKSPRESI GEN PADA ORGANISME EUKARYOT Morfologi dan fungsi berbagai tipe sel organisme tingkat tinggi berbeda, misalnya: neuron mamalia berbeda dengan limfosit, tetapi genomnya sama Difenrensiasi
Lebih terperinciMATERI GENETIK. Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed.
MATERI GENETIK Oleh : TITTA NOVIANTI, S.Si., M. Biomed. PENDAHULUAN Berbagai macam sifat fisik makhluk hidup merupakan hasil dari manifestasi sifat genetik yang dapat diturunkan pada keturunannya Sifat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, jumlah penderita kanker di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi peningkatannya dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Tubuh manusia selalu mengalami pembelahan sel yang dikendalikan oleh gen. Keberadaan zat karsinogen dalam tubuh menyebabkan gen tidak bisa mengendalikan pembelahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autoimun merupakan suatu respon imun terhadap antigen jaringan sendir yang terjadi akibat kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan self tolerance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Analisis Farmakoekonomi Farmakoekonomi adalah ilmu yang mengukur biaya dan hasil yang diperoleh dihubungkan dengan penggunaan obat dalam perawatan kesehatan. Analisis farmakoekonomi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas
A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada hewan uji tikus putih yang diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu 4 (LPPT 4) Universitas Gadjah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir I yang berjudul Perbedaan Massa Tumor, Kadar Hemoglobin,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun (Permono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker payudara menempati urutan pertama pada wanita setelah kanker leher rahim. Di Indonesia 96% tumor payudara justru dikenali oleh penderita itu sendiri sehingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemoterapi 1. Definisi kemoterapi Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prognosis Kanker Payudara Prognosis dipengaruhi oleh ukuran tumor, metastasis, derajat diferensiasi, dan jenis histopatologi. Menurut Ramli (1994), prognosis kanker payudara
Lebih terperinciOPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik
OPC plus Tablet, Herbal Antioksidan Terbaik OPC plus tablet adalah herbal berbahan biji anggur yang kaya akan bahan kimia oligomeric proanthocyanidin complexes (OPC). OPC adalah bahan kimia nabati alami
Lebih terperinci