Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu"

Transkripsi

1 Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu Oleh: I Made Dian Saputra*) Abstract Uang kepeng or which is in Bali society more knowledgeable by pis bolong is perforated represent one of medium of ceremony (yadnya) owning role which important so. Uang kepeng or pis bolong initially represent the money kartal from country China of taken as appliance convert in course of commerce. Process entry of this money to Bali effect of existence of commerce with the merchant from China at a period of empire Jayapangus. The making of uang kepeng from this China as ceremony medium cannot be discharged from existence of process of nuptials of king Jayapangus with the merchant child from China the name is Kang Chi Wie. In its growth uang kepeng experience of the good dekonstruksi from motif facet and also also use. From motif facet, uang kepeng experience of the change, from uang kepeng which have motif of article China, but now blessing innovate from artist from countryside Kamasan, regency Klungkung, uang kepeng have been printed with the motif of Bali letter. Not only that furthermore growth of uang kepeng at the moment have been made upon which to make assorted of decoration in the form of tamiang, bokoran, and statue. Key word: dekontruction, Uang kepeng, Bali letter, Hindu society I. PENDAHULUAN Masyarakat Hindu di Bali hingga kini masih akrab dengan pis bolong. Sebutan lain dari pis bolong adalah uang kepeng. Uniknya, kendati tidak berfungsi sebagai alat tukar lagi, uang kepeng masih berfungsi sebagai sarana upakara. Dahulu di Bali, uang kepeng difungsikan sebagai uang kartal (alat tukar yang sah). Bahkan sempat berfungsi ganda sebagai alat tukar dan sarana budaya dan sekarang, uang kepeng juga dipakai sebagai media seni. Banyak sekarang patung dibuat dengan media uang kepeng seperti patung Cili, orang menari, dan patung garuda. Sesungguhnya sebagian besar upakara agama Hindu di Bali menggunakan uang kepeng. Dalam jenisjenis upakara tertentu, peranan uang kepeng menjadi sangat mencolok. Misalnya digunakan sebagai sesari, singgel, ukur atau preraga, bekal kubur (galeng watangan dan buku-buku penyolasan), cegceg, sekarura dan lainlain. Uang kepeng juga kerap digunakan sebagai arca pemujaan yang disebut rambut sedana. Tak hanya itu, uang kepeng juga digunakan sebagai seni hias, terutama hiasan pura atau pemerajan seperti lamak, tamiang, kolem, salang, payung pagut dan lontek. *) I Made Dian Saputra, SS., adalah Dosen di Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar Ketika di Bali muncul wacana ajeg Bali, banyak masyarakat yang berorientasi, ajeg Bali sebagai upaya melestarikan seluruh aspek budaya, nilai, norma dan adat ke-bali-an. Ada pula sebagian masyarakat yang menafsirkan wacana ajeg Bali mengajak semua warga Bali untuk 1

2 kembali kepada prilaku budaya orang Bali yang dahulu. Wacana mengembalikan Bali seperti Bali terdahulu melahirkan upaya pelestarian seluruh aspek yang berkaitan dengan Bali yang dirasa sudah memudar. Salah satu upaya pelestarian tampak pada upaya pencetakan kembali uang kepeng di Bali. Di Bali kemudian muncul uang kepeng dengan memakai aksara Bali. Uang ini dikenal dengan nama uang kepeng aksara Bali yang terbuat dari 5 unsur (panca datu). Kerajinan pembuatan uang kepeng aksara Bali hadir tepatnya di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung. Made Swecita berusaha merintis kerajinan uang kepeng aksara Bali sehingga tumbuh menjadi sebuah industri rumah tangga dan berbadan hukum dengan ijin usaha : 28999/IK.189/ /0146. Made Suecita berupaya berkreasi dengan mengkonstruksi uang kepeng yang dapat menunjukkan identitas Bali. Uang kepeng yang lazimnya dalam bentuk fisik memakai hurup China, kini dibuat bertuliskan aksara Bali dari bahan panca datu. Proses produksi yang dilakukan di Desa Kamasan, Klungkung sejak 29 April 1994, hingga kini telah berhasil mencetak biji, dengan harga sampai di masyarakat Rp 700 per biji. Harga itu masih jauh lebih murah dibanding uang kepeng asli yang mencapai 2000 rupiah per biji. Berkat kreatifitasnya menyebabkan Pemkab Klungkung menuai prestasi penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai pemrakarsa pembuatan uang kepeng (uang bolong) terbesar. Berdiameter 77 sentimeter dengan ketebalan 1,5 sentimeter. Penghargaan Muri diterima Bupati Klungkung Wayan Candra dari Manajer Muri Paulus Pangka, S.H. di wantilan gedung Balai Budaya, Klungkung (Bali Post edisi 7 mei 2007). Kehadiran uang kepeng aksara Bali rupanya menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat. Uang kepeng ini ditanggapi positif oleh bapak Bupati Klungkung karena telah mampu menimbulkan bentuk usaha baru sehingga mampu meraih penghargaan. Ditambah juga uang kepeng ini banyak direkomendasikan oleh para pemuka agama karena dianggap sesuai dengan nilai agama dan dan mampu menunjukkan simbol identitas Bali yang kental dengan Hindunya. Namun disisi lain ternyata masyarakat menanggapinya lain. Masyarakat lebih cenderung berupaya memilih untuk tetap memakai uang kepeng asli China, alternatif kedua yang dipakai yaitu masyarakat ternyata lebih meilih memakai uang kepeng tiruan dari seng dibandingkan uang kepeng aksara Bali. Fenomena di atas tentunya bukan permasalahan yang kecil. Ketika masyarakat Bali sudah nyaman memakai uang kepeng China kemudian muncul uang kepeng aksara Bali yang lebih menonjolkan identitas Hindu sebagai rekontruksi uang kepeng China. Pemuka agama ikut juga merekomendasikan masyarakat Bali untuk memakai uang kepeng aksara Bali sebagai sarana upakara dengan himbauan di pasupati (diupacarai) terlebih dahulu. Hal ini merupakan fenomena yang sangat menarik untuk diteliti. Kiranya sangat menarik untuk dikupas mengenai kelahiran uang kepeng aksara Bali di Bali. Apakah keberadaan uang kepeng aksara Bali dengan memakai simbol-simbol Bali merupakan bentuk pelestarian uang kepeng guna mendukung segala ritual di Bali, atau justru ada maksud lain dari pembuatan uang kepeng yang menempatkan simbol Hindu di dalamnya. Dasar pemikiran ini kiranya menjadi landasan masalah dipilihnya uang kepeng aksara Bali sebagai bahan pemikiran dalam tulisan ini. II. PEMBAHASAN 2.1 Dekonstruksi Uang Kepeng 2

3 Dekonstruksi dapat diartikan sebagai pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah tersusun sebagai bentuk yang sudah baku. Dalam teori kontemporer dekonstruksi sering diartikan sebagai pembongkaran, pelucutan, penghancuran, penolakan dan berbagai istilah dalam kaitannya penyempurnaan arti semula. Dalam mendekonstruksi dilakukan pengurangan intensitas oposisi biner, sehingga unsurunsur yang dominan tidak selalu mendominasi unsur-unsur yang lain. Sebaliknya unsur-unsur yang semula selalu terlupakan, terdegredasikan dan termarginalisasikan, seperti kelompok minoritas, kelompok yang lemah dapat memberi perhatian yang memadai bahkan secara seimbang dan proposional. Dalam dekonstruksi dilakukan semacam pembongkaran, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah penyusunan kembali dalam tatanan dan tataran yang signifikan sesuai dengan hakikat objek sehingga aspek-aspek yang dianalisis dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Teori dekonstruksi dimanfaatkan untuk menganalisis gejala-gejala kontemporer, khususnya melalui cara kerjanya yang dikenal dengan membongkar dianggap sebagai salah satu cara yang tepat untuk memahami plurarisme budaya. Untuk membangun kembali, maka pembongkaran harus diikuti oleh pembangunan kembali, sekaligus menggantikannya dengan cara-cara yang baru sehingga dapat memperoleh temuan yang baru (Ratna, 2005: ) Dekontrsuksi dalam hubungan pelestarian uang kepeng aksara Bali adalah berusaha untuk membongkar secara menyeluruh mengenai keberadaan uang kepeng aksara Bali dalam aplikasinya di masyarakat. Sejauh mana pelaksanaan atau fungsi uang kepeng tersebut, apakah pelestarian yang dikatakan memang untuk kelangsungan sarana keagamaan atau ada tujuan lain dibalik pelestarian tersebut. Dalam hal ini juga berusaha membongkar pemakaian simbol-simbol Hindu dalam wujud fisik uang kepeng aksara Bali. Berdasarkan sumber sumbersumber sejarah yang berkaitan dengan uang kepeng, bahwa pada awalnya adalah uang logam (coine), yaitu sekeping logarn (emas, perak, tembaga, atau timah) yang ditandai dengan gambar (image) dan huruf atau angka (superscription) dari stempel penguasa di atas permukaannya. Yang dimaksud penguasa adalah negara atau kerajaan, dan karena itu hubungan antara kerajaan atau negara dengan sistem keuangannya sangat dekat. Kedekatan ini berlaku sepanjang sejarahnya berabadabad. Akan tetapi sulit untuk disangkal bahwa uang tidak selamanya muncul atas kreasi negara atau kerajaan, karena ada juga uang yang lebih dahulu ada sebelum munculnya sebuah negara atau kerajaan (Sidemen, 2002: 37-38). Dalam buku Nilai Historis Uang Kepeng karangan Ida Bagus Sidemen (2002) di ungkapkan bahwa uang kepeng sudah beredar sebagai alat pembayaran yang utama di pulau Bali untuk paling tidak tahun yang lalu. Jenis yang beragam dari uang logam ini, terbuat dari berbagai macam logam dan dengan tulisan yang berbeda, yang menjadi kesamaan adalah semua jenis uang logam ini mempunyai lubang di tengah, mirip ring untuk baut, yang membolehkan mereka untuk di renteng atau di ikat bersama untuk menjadi kesatuan-kesatuan mata uang yang lebih besar. Dalam perjalanannya, sejak awal abad masehi, di Asia telah terjadi kontak dagang yang sangat ramai antara India dengan China. Kontak dagang ini dilaksanakan melalui jalur darat dan laut. Jalur laut tampaknya lebih membawa 3

4 implikasi terhadap daerah - daerah yang dilaluinya termasuk Indonesia. Indonesia yang terletak dipersilangan lalu lintas dagang ini, telah menempatkan Indonesia sebagai jalur perdagangan internasional. Melalui kontak dagang tersebut Indonesia mulai mendapatkan pengaruh kebudayaan India dan China. Dari India diperoleh agama dan budaya Hindu, sedangkan dari China mendapatkan pengaruh kesenian dan uang kepeng. Uang kepeng yang pernah menjadi alat perdagangan yang sah sulit diungkapkan sejak kapan mulai dipergunakan di wilayah nusantara. Penggunaan uang kepeng baru terungkap ketika nusantara berada dalam kekuasaan kerajaan Majapahit. Arjan Vas, (1995: ) menjelaskan bahwa pemerintahan Majapahit sengaja mengimpor uang kepeng untuk mempermudah transaksi perdagangan di seluruh wilayah Indonesia. Uang kepeng yang dimpor memiliki tanda - tanda yang sangat mencolok yaitu bentuk bulat dengan sebuah lubang persegi empat di tengahnya dan pada bagian permukaannya ditulisi huruf China dan bernama Chineesche coins (Lifrinck, 1917: 103). Sedangkan pada masyarakat Bali dikenal dengan nama pipis bolong. Pengaruh China tampaknya terus menyusup mengikuti perkembangan Majapahit terhadap wilayah nusantara termasuk Bali. Bali sebagai salah satu kekuasaan Majapahit juga ikut terlibat dalam kontak dagang tersebut. Keterlibatan tersebut membawa dampak masuknya uang kepeng sebagai alat pembayaran yang sah di Bali. Sudana dan Budiastra (1998: 14-15) mengungkapkan bahwa pada saat pemerintahan raja Jayapangus, Etnis China telah berdomisili dan melaksanakan perdagangan di Bali, seorang warga China bernama Subandar bersama putrinya Kang Chi Wie datang menghadap Raja dan memohon untuk mengijinkan warga China untuk melakukan perdagangan di Kintamani. Subandar sangat senang karena permohonan tersebut disetujui sang Raja. Kemudian agar para warga China lebih leluasa untuk melakukan perdagangan maka timbul niat Subandar untuk menikahkan putrinya dengan dengan raja. Sebelum pernikahan dilaksanakan Kang Chi Wie memohon kepada raja agar uang kepeng yang selama ini digunakan sebagai alat pembayaran, juga harus dihadirkan dalam setiap upacara di Bali. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memperkuat persatuan masyarakat China dengan masyarakat Bali. Ketika Belanda datang ke Bali melalui proses penaklukan ( ), pemerintah kolonial Belanda memperlakukan uang kepeng dan uang Hindia Belanda sebagai alat pembayaran yang sah di Bali. Dalam peredarannya, nilai tukar uang kepeng lebih rendah dibanding uang Belanda. Satuan uang Belanda yang disebut sen nilai tukarnya sama dengan 5 keteng uang kepeng, namun pemerintah Belanda cukup toleran kepada eksistensi uang kepeng yang sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Bali baik sebagai uang kartal maupun sarana upacara. Untuk itulah uang kepeng masih diperkenankan hadir bersama uang Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945, dan bahkan sesudah disahkannya undang-undang keuangan pada tahun 1951 yang menyatakan rupiah adalah satu-satunya mata uang Indonesia, uang kepeng terus beredar sebagai media yang dapat ditukar sebagai keragaman media yang mudah ditukarkan untuk melakukan kegiatan perdagangan atau tukar-menukar barang dan jasa lokal untuk memenuhi kebutuhan lokal sampai awal tahun 1970an. Dengan begitu peredaran uang kepeng sebagai alat pertukaran 4

5 dihentikan hanya 38 tahunan yang lalu, dan masih menjadi kenangan pada sebagian besar orang Bali. Kebanyakan orang Bali yang berusia di atas 60 tahun mengingat kembali bahwa orang-tua mereka memberi mereka uang saku dalam bentuk uang kepeng, yang dengan uang kepeng tersebut, mereka bisa membeli makan siang dan makanan kecil di sekolah atau membayar untuk hiburan. Orang dewasa yang lebih tua mengingat bahwa di dalam banjar mereka, pemerintahan tradisional kuno yang demokratis, memungut denda untuk dibayarkan dalam bentuk uang kepeng untuk kesalahan karena tidak mematuhi peraturan desa atau mengikuti pertemuan tepat pada waktunya. Orang lain, terutama para wanita, mengingat bahwa mereka memakai uang kepeng untuk membeli hampir semua kebutuhan sehari-hari rumah tangga di pasar. Tetapi bagaimanapun tanpa melihat usia atau jenis kelamin, setiap orang Bali mengenal uang Kepeng sebagai media upacara dalam agama Hindu. Kendati sejak tahun 1951 pemerintah RI telah mengeluarkan undangundang tentang uang RI sebagai alat pembayaran yang sah, tetapi uang kepeng masih saja berlaku di Bali terutama sebagai sarana upakara. Keadaan ini berlanjut hingga sekarang. Hingga kini uang kepeng di Bali berfungsi religius dan budaya. Penggunaan uang kepeng sebagai sarana upacara panca yadnya antara lain dalam lis, orti, pedagingan, rambut sedana, pakelem, kwangen, tamiang dan lain-lain. Dalam seni budaya uang kepeng dijadikan berbagai bentuk hiasan. Karena semakin langkanya uang kepeng asli China, belakangan beredar uang kepeng dari seng yang dibolongkan (dilubangi). Uang kepeng ini dirasa sebagai alternatif lain yang mampu menggantikan posisi uang kepeng China. Keberadaan uang kepeng seng semakin banyak ditemui di masyarakat, hal ini sejalan dengan pelaksaan upacara umat Hindu yang selalu menghadirkan uang kepeng di dalamnya. Dalam penelitian di perpustakaan Nasional Rl di Jakarta dalam tahun 1993 dan 1998, juga telah dibaca dengan teliti sekitar 33 lembar naskah lontar yang bertuliskan huruf Bali berbahasa Bali menggunakan cap stempel dari penguasa. Hampir semua dari naskah ini menyebutkan satuan keteng atau kepeng di belakang atau di depan angka menyebutkan angka huruf Bali. Di samping itu ditemukan pula bahwa ada beberapa di antara naskah-naskah itu yang memuat informasi tentang peranan orang China sebagai pedagang candu dan pelepas uang kepeng Sekitar abad XIX di Bali telah ada perkampungan orang-orang China dengan jumlah penghuni lebih banyak yang kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Setelah jaman kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia memberlakukan uang rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Sedangkan uang Hindia Belanda dan uang kepeng yang beredar sebelumnya ditarik dari peredarannya sebagai uang kartal. Ketika uang Hindia Belanda dan uang kepeng ditarik sebagai uang kartal, uang kepeng masih tetap terjaga hingga sekarang terutama dalam fungsinya sebagai sarana upacara. Dengan perkembangan Pariwisata di daerah Bali, kreativitas seni masyarakat Bali yang dijiwai oleh budaya dan agama Hindu telah melahirkan beberapa bentuk dan ragam kesenian yang bahan ada terbuat dari uang kepeng. Kreativitas seni yang menggunakan uang kepeng antara lain seperti kolose dan sarana permainan. Kolose merupakan salah satu hasil karya seni dari uang kepeng yang dibuat dengan tehnik menempel. Dewasa ini di Bali hasil karya seni ini masih dipajangkan di musium Bali berupa tiga buah patung yakni 5

6 sebuah patung Oleg dan dua buah patung Rambut Sedana. Disamping itu uang kepeng juga dimanfaatkan sebagai sarana permainan. Beberapa permainan rakyat yang mempergunakan uang kepeng diantaranya permainan pelinceran, matotog dan makeles. Permainan rakyat tersebut sering dengan perkembangan jaman sudah ditinggalkan. Mengingat seringnya masyarakat Hindu di Bali melaksanakan upacara dan banyaknya kreativitas seni masyarakat yang menggunakan uang kepeng, keperluan atas uang kepeng semakin meningkat yang berdampak pada makin menyusut dan langkanya peredaran jumlah uang tersebut. Selain itu kelangkaan juga dipicu oleh banyaknya pengunaan uang kepeng sebagai souvenir atau koleksi yang banyak dikirim keluar negeri. Oleh karena uang kepeng semakin langka, sementara masyarakat Bali masih menganggap uang tersebut memiliki peranan penting dalam upacara, menimbulkan niat sebagian masyarakat Bali untuk mencetak uang kepeng tiruan secara informal. Dewasa ini uang kepeng tiruan banyak beredar di Bali terutama dipasarpasar tradisional. Disetiap pasar tradisional hampir semuanya akan ditemukan lokasi khusus sebagai tempat transaksi jual beli uang kepeng. Dalam transaksi tersebut, uang kepeng tiruan harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan uang kepeng asli. Transaksi dalam jumlah besar terjadi setiap tahun yakni pada bulan-bulan tertentu seperti : Juli, Maret, April, Agustus dan September. Bulan-bulan tersebut bagi umat Hindu di Bali sangat baik untuk melangsungkan upacara keagamaan terutama Manusia Yadnya dan Pitra Yadnya. Dalam setatus sebagai benda yang diperdagangkan, uang kepeng dikaitkan sebagai benda yang dibutuhkan untuk pelengkap upacara misalnya penebaran uang kepeng pada upacara sekarura dalam upacara ngaben, menenggelamkan uang kepeng ke dalam laut dalam upacara mapakelem dan lain sebagainya (Sudarma, 2008: 13-15). 2.1 Komodifikasi Seni Kerajinan Uang Kepeng Aksara Bali di Desa Kamasan Masyarakat Hindu di Bali hingga kini masih akrab dengan uang kepeng. Kendati sejak tahun 1951 pemerintah Rl telah mengeluarkan undang-undang tentang uang Rl sebagai alat pembayaran yang sah, uang kepeng masih saja berlaku di Bali, terutama sebagai sarana upakara. Peranan uang kepeng menjadi sesuatu yang penting. Penggunaan uang kepeng sebagai bagian sarana upakara yang berlangsung hingga sekarang, menjadikan jumlah uang kepeng asli di Bali sernakin berkurang, karena tak dicetak dan tak diekspor lagi oleh negara China. Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan uang kepeng semakin meningkat, maka dilakukan dengan rnencetak uang kepeng tiruan. Bahkan, ada uang kepeng berbahan baku seng yang hanya dibuatkan lubang tanpa disertai huruf pada kedua sisinya. Namun, uang ini pun laku di pasaran. Dari segi ekonomi pencetakan uang kepeng baru (tiruan) tentu sangat menjanjikan. Karena itu, banyak yang berupaya mencetak uang kepeng. Keinginan untuk mencetak uang kepeng baru dengan menggunakan bahan baku panca datu pun muncul belakangan. Bahkan, upaya itu sudah terwujud dengan dicetaknya uang kepeng beraksara Bali yang diprakarsai oleh Lembaga Pelestarian Warisan Budaya Bali. Uang kepeng itu dibernama jinah upakara ( 2004/11/02). Munculnya usaha-usaha pencetakan uang kepeng ini sebagai upaya penyediaan kebutuhan masyarakat Hindu Bali dari kelangkaan uang kepeng dan melestarikan penggunaan uang kepeng pada upakara 6

7 yadnya. Ada rasa keprihatinan yang sama dari kedua pendiri usaha ini sehingga mereka mendirikan usaha pencetakan uang kepeng ini. Keprihatinan tersebut adalah dalam pelaksanaan upacara keagamaan di Bali ditemukan masyarakat yang penggunaan uang kepeng tanpa tulisan yang terbuat dari seng. Masyarakat menyebut uang kepeng jenis ini dengan nama uang kepeng palsu, yang terdiri dari satu unsur logam. Menurut mereka uang kepeng tersebut jelas tidak memenuhi unsur Panca Datu, sehingga tidak layak dipergunakan sebagai benda upakara di Bali. Rasa fanatisme bisa dimaklumi karena uang kepeng dalam Agama Hindu memiliki makna mendalam yang dapat dipertanggung jawabkan secara fiiosofis dan ilmiah. Disisi yang lain masyarakat yang menggunakan uang kepeng tersebut tidak dapat disalahkan, karena beragama adalah masalah kebebasan, masalah kepercayaan dan rasa yaitu rasa nyaman. Karena bagi mereka penggunaan tersebut memberikan rasa nyaman dilihat dan harga yang relatif lebih murah dan mudah mendapatkannya, walaupun uang tersebut dianggap tidak memenuhi persyaratan sebagai perlengkapan upakara karena tidak mengandung unsur panca datu (besi, perak, tembaga dan perunggu) yang diartikan sebagai lima kekuatan hidup yang dipengaruhi oleh kekuatan panca dewata yaitu Wisnu, Iswara, Brahma, Mahadewa, dan Siwa Dan sisi yang lain pula penggunaan uang kepeng ini dapat mengaburkan nilai-nilai makna yang semestinya ada pada uang kepeng yang dipakai upakara yadnya. Dari dasar keperihatinan itulah salah satu perajin atau bisa digolongkan pelaku industri yang mengembangkan uang kepeng menjadi banyak ragam produk kerajinan dan perhiasan tersebut adalah I Made Sukma Swacita. Pria yang berdomisili di Desa Tojan Klungkung, Bali ini sudah menggeluti produksi uang kepeng sejak Produk yang digunakan untuk keperluan upacara adat dan aneka produk kerajinan serta perhiasan itu digarap Sukma Swacita bersama sekitar 50 karyawannya di suatu tempat usaha bernama UD Kamasan Bali. Uniknya, produksi uang kepeng tersebut dilakukan Sukma Swacita juga menggunakan logam dari barang bekas (limbah), sebut saja dari panci, kandungan logam dalam peralatan elektoronik dan listrik bekas serta barang-barang lainnya bahan uang kepeng meliputi, antara lain dalam perbandingan unsur-unsur kuningan 50 %, tembaga 25 %, timah 15 %, dan aluminium 10 %. Sebaliknya, unsur-unsur panca datu, seperti emas, perak, dan besi, hanya sebagai pelengkap. Dan produk uang kepengnya kini sudah banyak dikenal oleh pembeli-pembeli serta kolektor baik di dalam maupun luar negeri. Selain unik, produksi uang kepeng Sukma Swacita juga bermotif atau berlambang layaknya uang kepeng kuno yang biasa digunakan di era kerajaan dari Hindu. Jadi meski merupakan produksi baru, uang kepeng Sukma Swacita tetap bercirikan produk kuno yang sudah langka. Hal inilah yang membuat produk kerajinan dan hiasan berbahan baku uang kepeng UD Kamasan Bali yang merupakan salah satu binaan Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Departemen Perindustrian (Depperin) ini banyak diminati para pembeli. Alasannya unik dan antik serta memiliki motif dengan lambang-lambang yang indah dari warisan nenek moyang. Sukma Swacita dan para karyawannya kini bisa memproduksi ribuan uang kepeng atau dengan berat total mencapai 401,5 kilogram per bulan. Dengan tersedianya produksi uang kepeng di Kamasan tercipta ide-ide kreatifitas masyarakat Kamasan sebagai benda kerajinan dengan melihat peluang - 7

8 peluang pengembangan industri kerajinan ini, Hal ini pula menjadikan Desa Kamasan terkenal dengan pengrajin uang kepeng. 2.3 Pembuatan Benda-Benda Kerajinan dari Uang Kepeng Seniman tidak menentukan dengan pasti jenis uang kepeng yang peruntukannya sebagai benda kerajinan. Penggunaan ini lebih disebabkan faktor ketersediaan uang kepeng tersebut. UD Kamasan di Kabupaten Klungkung dan perajin disekitarnya, untuk membuat kerajinan patung yang akan disakralkan maupun tidak adalah uang kepeng untuk perlengkapan upakara keagamaan di Bali yang disebut dengan jinah upakara. Sanjaya (39 tahun) sebagai seorang pengrajin uang kepeng memaparkan bahwa uang kepeng jenis ini permukaannya yang pertama terdiri dari jenis huruf dan dibaliknya terdiri dari dua huruf Bali. jenis uang kepeng ini lebih banyak dicetak, karena permintaan masyarakat lebih banyak dari jenis yang lainnya. Munculnya penggunaan uang kepeng adanya pencetakan uang kepeng di Bali. Karena setelah adanya pencetaan uang ini, ketersediaannya menjadi lebih banyak. Di samping itu disebabkan oleh faktor kreatifitas masyarakat Bali cukup tinggi dalam melihat peluang - peluang pengembangan industri kerajinan ini. Berbeda dengan sebelumnya penggunaan uang kepeng China tidak banyak dimanfaatkan sebagai kerajinan, karena sangat terbatas. Sehingga pemanfaatannya difokuskan untuk kepentingan upacara agama. Kelangkaan uang kepeng China di Bali saat ini (2007) disebabkan uang tersebut tidak diproduksi lagi di China sedangkan penggunaannya di Bali semakin banyak dibutuhkan karena pelaksanaan upacara keagamaan belakangan ini frekuensinya semakin meningkat. Sehingga harganya menjadi lebih mahal dari uang cetakan Bali. Menurut beberapa perajin uang kepeng cetakan Bali lebih mudah digunakan sebagai benda kerajinan dibandingkan dengan uang kepeng China. Karena lebih mudah dibuat sedikit melengkung yang diperlukan dalam membuat bagian-bagian bunciar dari sebuah benda kerajinan uang kepeng seperti membuat bulatan lengan, badan dan sebagainya. Namun beberapa perajin patung uang kepeng masih bertahan untuk menggunakan uang kepeng buatan China sehingga harganya relatif lebih mahal dari patung yang dibuat dengan bahan uang kepeng cetakan. Teknik pembuatan produk seni kerajinan yang menggunakan uang kepeng ini, uang kepeng dapat dikatakan hanya sebagai media penghias dari produk yang akan dibuat, bukan sebagai bentuk dasar. Proses menghiasnya dilakukan dengan cara merangkai atau menyusun uang kepeng secara teratur dan terukur, serta diikat dengan benang berwarna seperti ditunjkan pada gambar sebagai berikut. 8

9 Gambar 1. Rangkaian uang kepeng disusun secara teratur Dokumen: Dian, 2011 Susunan uang kepeng yang teratur dan terukur membuat wujud visual dari benda kerajinan yang dibuat menjadi indah. Susunan uang kepeng yang dirangkai dengan benang nilon tersebut hasilnya menyerupai anyaman, karena terlihat saling tumpang. Di samping itu penggunaan uang kepeng ini dapat memberikan kesan kuno dan antik. Bagi orang Bali yang mempergunakan untuk benda-benda keagamaan dapat membangun rasa kesakralannya. Produk-produk kerajinan yang terbuat dari uang kepeng ini terdiri dari bentuk patung, tamiang/lamak yang berbentuk lingkaran atau persegi lainnya dan barang berfungsi lainnya. Dengan demikian teknik pembuatan dari masingmasing tersebut sedikit berbeda antara benda yang satu dengan yang lainnya tergantung dari bentuk dan fungsinya. Tamiang/lamak bermacam-rnacarn, diantaranya lingkaran, segi empat atau persegi lainnya, bahannya terbuat dari bahan bambu atau kawat. Pada bagianbagian tertentu diisi rangkaian uang kepeng dengan cara disusun dengan jarak dan ukuran yang sama. Untuk keragamanan dan keindahan, beberapa bentuk tamiang dipadukan dengan unsur-unsur penghias lainnya seperti hiasan dari benang dengan aneka warna, ukiran. dan kayu, topeng, dan sebagainya. Fungsi tamiang hanya sebagai media hias kaitannya dengan upacara keagamaan, tetapi bukan untuk disakralkan. Masing-masing perajin memiliki desain-desain yang berbeda-beda terutama dalam pengembangan dengan unsur tambahan lainnya. Namun bentuk dasarnya hampir sama pada setiap perajin. Karena pengembangan variasi-variasi ini. memberikan pilihan yang lebih banyak kepada konsumen dilihat dari bentuk, ukuran dan harga seperti dalam gambar berikut: Gambar 2. Rangkaian uang kepeng disusun membentuk sebuah patung Dokumen: Dian, 2011 Barang-barang berfungsi yang terbuat dari uang kepeng lebih banyak terkait dengan kebutuhan masyarakat 9

10 Hindu di Bali, karena banyak dimanfaatkan untuk kepentingan ritual. Benda-benda tersebut misalnya tempat daksina, bokoran, kotak perhiasan, tempat tisu, tempat cermin dan sebagainya. Pembuatan benda ini juga diawali dengan pembuatan kerangka sesuai bentuk dasar benda tersebut, Kerangka tersebut dapat dibuat dengan kawat ataupun bambu, kemudian dirangkaikan dengan uang kepeng sehingga terbentuk wujud yang diinginkan. Untuk rangka yang lebih kuat dipergunakan potongan aluminun yang dirangkai dengan las. Namun akibatnya benda yang akan dibuat menjadi lebih berat dibandingkan dengan menggunakan kawat. III. PENUTUP Keberadaan uang kepeng aksara Bali merupakan upaya penyediaan kebutuhan masyarakat Hindu Bali dari kelangkaan uang kepeng dan melestarikan penggunaan uang kepeng pada upakara yadnya. Ada rasa keprihatinan yang sama dari kedua pendiri usaha ini sehingga mereka mendirikan usaha pencetakan uang kepeng ini. Keprihatinan tersebut adalah dalam pelaksanaan upacara keagamaan di Baii ditemukan masyarakat yang penggunaan uang kepeng tanpa tulisan yang terbuat dari seng. Masyarakat menyebut uang kepeng jenis ini dengan nama uang kepeng palsu, yang terdiri dari satu unsur logam. Menurut mereka uang kepeng tersebut jelas tidak memenuhi unsur panca datu, sehingga tidak layak dipergunakan sebagai benda upakara di Bali. Penggunaan unsur panca datu (besi, perak, tembaga dan perunggu) yang diartikan sebagai lima kekuatan hidup yang dipengaruhi oleh kekuatan panca dewata yaitu Wisnu, Iswara, Brahma, Mahadewa, dan Siwa. Sisi yang lain pula penggunaan uang kepeng ini dapat menyiratkan nilainilai makna yang semestinya ada pada uang kepeng yang dipakai upakara yadnya. DAFTAR PUSTAKA Arjan, Van Aelst Batavia Cas Coin, Dalam Oriental Numismatic News LetterBarker, Chris Cultural Studies, Teori dan Praktek. Jogjakarta: Bandung Covarrubias, M. (1937) Island of Bali, Edisi pertama, Knopff, New york; dipublikasikan kembali pada 1998 oleh Periplus, Singapore. Djelantik, A.A.M Pengantar Dasar Ilmu Estetika Jilid I Estetika Instrumental. Denpasar: STSI Eco, Umberto Ateory of Semiotics. Bloomington: Indiana University Pers Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia. Liefrich, F.A Landesverordeningen Van Inlandsche of Bali. S Graravenhagen: Martinus Nijhofl. Poerwadarminta,W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Ratna, Nyoman Kutha Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sairin, Sjafri, Perubahan Sosial masyarakat Indonesia, Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar Setyaprana, Jessica Inkulturasi Budaya jawa dalam Interior Gereja Mundi di Surabaya. Surabaya : Universitas Kristen Petra. Sidemen, Ida Bagus. (2002) Nilai Historis Uang Kepeng (Historical Value of Uang Kepeng). Bali: Larasan-Sejarah. Denpasar, 10

11 Sobur Alex Analisis Teks Media. Bnadung. PT. Remaja Rosdakarya. Sudana, I Nengah dan Made Budiastra Aktualisasi Uang Kepeng Pada Masyarakat Bali. Tanpa Penerbit: Denpasar. Sutrisno, Mudji dan Christ Vwerhaak Estetika Filsafat Keindahan. Yogyakarta. Swellengrebel, J.L Bali Studies in Life, Though and Ritual. Dordrecgt: Foris Publications. Warren, C. (1993), Adat and Dinas: Balinese Communities in the Indonesian State, Oxford 11

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Menyimak kata Pis Bolong terasa aneh bagi kebanyakan orang, oleh karena pis bolong adalah sebutan lain dari uang kepeng

Lebih terperinci

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI Uang Kepeng of All Time: Archaeological Perspective and Creative Economy in Bali Ni Komang Ayu Astiti Puslitbangjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan perekonomian, salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi

Lebih terperinci

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni)

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Seni kerajinan logam merupakan salah satu ekspresi budaya masyarakat Bali yang telah ditekuni sejak zaman Bali kuna. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI

UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI I Nyoman Sila dan I Ketut Supir Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS Universitas Pendidikan Ganesha I Dewa Ayu Made Budhyani, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan fakta dan data yang ditemukan di lapangan serta kajian terhadap komodifikasi kain tenun songket Bali di tengah perkembangan industri kreatif fesyen di Denpasar dengan

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

INSTITUT SENI INDONESIA

INSTITUT SENI INDONESIA KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MERAJUT KEBERSAMAAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: NASIONAL PESTA KESENIAN BALI XXXIII 10 Juni-9 Juli 2011 Di Taman Budaya Denpasar

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI

STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI Oleh : Drs. I Wayan Mudra, M.Sn Prof. Drs.A.A. Rai Kalam Drs. I Nyoman

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Oleh: Ni Kadek Karuni Dosen PS Kriya Seni Feldman menjelaskan bahwa fungsi-fungsi seni yang sudah berlangsung sejak zaman dahulu adalah untuk memuaskan: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. pengarang untuk memperkenalkan kebudayaan suatu daerah tertentu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya sastra merupakan suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Werren dan Wellek, 2014:3). Sastra bisa dikatakan sebagai karya seni yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat, terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era.

UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era. UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era Alumnus Program Studi Kajian Budaya Pasca Sarjana Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Batasan Pengertian Judul Museum :Gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UKBM 3.1/4.1/1/1-1 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.1/4.1/1/1-1 PENTINGKAH LAPORAN HASIL OBSERVASI Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut

METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Data yang informasi yang dipakai untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: 1. Buku Permainan Tradisional

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PROSESI LAMARAN PADA PERKAWINAN ADAT JAWA (Studi Kasus Di Dukuh Sentulan, Kelurahan Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama, IDG Windhu Sancaya Pura Besakih: Di antara Legenda dan Sejarah Penguasa Bali IDG Windhu Sancaya* Judul buku : Pura Besakih; Pura, Agama, dan Masyarakat Bali Penulis : David J. Stuart Fox Penerjemah: Ida

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah

BAB I PENDAHULUAN. Mada 1990) 1 P4N UG, Rencana Induk Pembangunan Obyek Wisata Desa Wisata Kasongan (Universitas Gajah BAB I PENDAHULUAN Di Indonesia keramik sudah dikenal sejak jaman dahulu. Keramik disebut juga gerabah, termasuk bata dan genteng. Bata dan genteng sudah digunakan sejak jaman majapahit. Terbukti dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya, kekayaan budaya yang dimiliki bangsa ini terdapat disetiap daerah terdiri dari keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Gelebet, dalam bukunya yang berjudul Aristektur Tradisional Bali (1984: 19), kebudayaan adalah hasil hubungan antara manusia dengan alamnya. Kelahirannya

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen

Lebih terperinci

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KRIYA LOGAM. Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KRIYA LOGAM Oleh: B Muria Zuhdi JURUSAN PENDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PERALATAN DAN BAHAN BAHAN 1. Aluminium 2. Baja 3. Besi 4. Emas 5. Kuningan/Loyang 6. Monel

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan dengan bagian manapun juga di dunia ini. Setiap suku di Indonesia mempunyai ciri khas

Lebih terperinci

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI

2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori. a. Brand. Brand adalah kumpulan dari simbol konkret seperti nama, logo, slogan dan

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori. a. Brand. Brand adalah kumpulan dari simbol konkret seperti nama, logo, slogan dan 23 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori a. Brand Brand adalah kumpulan dari simbol konkret seperti nama, logo, slogan dan pola desain. Pengenalan Brand dan reaksi lain dibuat berdasarkan akumulasi pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang 55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri besar maupun kecil. Pemasaran bertujuan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta

BAB V PENUTUP. Pengkajian uraian dari berbagai aspek historis tentang tarian Deo Tua dalam upacara minta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Seni tradisi merupakan warisan nenek moyang yang masih berkembang di masyarakat dan mengandung nilai-nilai budaya masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan nasional. Pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik dan peninggalan yang dimaksud masih tetap berdiri tegar diperkampunganperkampungan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci