UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI"

Transkripsi

1 UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI I Nyoman Sila dan I Ketut Supir Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS Universitas Pendidikan Ganesha I Dewa Ayu Made Budhyani, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, FTK Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang (1) karakteristik Uang Kepeng Cina sebagai media seni rupa tradisional Bali, (2) bentuk, fungsi, dan makna serta jenis-jenis karya seni rupa tradisional Bali dengan media Uang Kepeng Cina, (3) keberlangsungan dan perubahan bentuk serta fungsi Uang Kepeng Cina dalam seni rupa tradisional Bali di kawasan wisata Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif terkait dengan kajian estetika, semiotika, dan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) karakteristik Uang Kepeng Cina sebagai media perwujudan seni rupa tradisional Bali sesuai dengan bentuk Uang Kepeng Cina yang bulat dan berlubang di bagian tengah menjadi karya seni yang memiliki karakter unik dan khas dengan warna logam hitam, (2) bentuk karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina adalah dua dimensi dan tiga dimensi, fungsinya sebagai sarana upacara ritual dan karya seni rupa sekuler, maknanya ada yang mengandung simbolis dan makna hias, (3) keberlangsungan Uang Kepeng Cina karena kebutuhan upacara ritual, perubahan bentuk dan fungsi karena adanya pengaruh pariwisata, sehingga berkembang menjadi seni sekuler yang memiliki nilai estetis sebagai barang-barang cenderamata untuk menunjang pariwisata. Kata-kata kunci: uang kepeng Cina, seni rupa, pariwisata Abstract This study aims to examine the (1) characteristics Chinese Coin as the medium of traditional Balinese art, (2) form, function, and JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

2 meaning as well as other types of traditional Balinese art works with the media Chinese Coin, (3) continuity and change form and function Chinese Coin in traditional Balinese art in the tourist area of Gianyar, Bali Province. This study used a qualitative approach related to the study of aesthetics, semiotics, and ethnographic approaches. The data was collected through observation, interviews, documentation and analyzed qualitatively. The results showed that (1) characteristics Chinese Coins as the medium of traditional Balinese art embodiment in accordance with the form of Chinese Coins round and hollow in the middle of a work of art that has a unique and distinctive character with the color black metal, (2) forms of work Coins art of China is two dimensional and threedimensional, its function as a means of ritual and secular works of art, which contain no symbolic meaning and significance of ornamental, (3) sustainability Chinese Coins because of the need ceremonies, change of form and function because the influence of tourism, so it evolved into a secular art that has aesthetic value as souvenir items to support tourism. Keywords : Chinese Coin, visual arts, tourism Pendahuluan Uang Kepeng Cina dalam bahasa Bali disebut pipis bolong (bahasa kasar) atau jinah bolong (bahasa halus). Dalam bahasa Bali kata pipis bolong terdiri atas kata pipis yang berarti uang dan bolong berarti lubang. Hal ini karena Uang Kepeng Cina pada umumnya memiliki lubang; ada yang berlubang bundar, lubang bujur sangkar, lubang segi enam, dan lubang yang tidak beraturan (Tim Museum Bali, 1999/2000: 2) Berdasarkan atas jenisnya Uang Kepeng Cina termasuk sejenis uang logam (coins) yang pernah menjadi alat pembayaran yang sah (uang kartal) dalam sejarah transaksi pembayaran sejak zaman kerajaan di Indonesia termasuk di Bali. Bentuknya adalah bulat pipih, dibuat dari campuran logam seperti tembaga, kuningan, timah, dan perunggu. Pada bagian tengahnya berlubang ada yang bundar, bujur sangkar, segi enam, dan ada pula yang lubangnya tidak beraturan. Pada permukaannya berisi tanda, huruf atau cap pengusaha atau pemerintah pada jamannya. Uang Kepeng Cina merupakan salah satu mata uang suatu kerajaan atau negara sebagai alat tukar menukar, seperti untuk memungut pajak dan bea materai secara efektif dan dijamin oleh pemerintah. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

3 Penggunaan Uang Kepeng Cina pada masyarakat Bali ternyata sudah lama berlangsung yaitu pada pada pemerintahan raja-raja Bali Kuna (Goris, 1954). Penggunaan Uang Kepeng Cina untuk mempererat hubungan Cina dengan masyarakat Bali terungkap dalam sebuah cerita rakyat. Dikisahkan seorang raja Bali kuna yang bernama Jaya Pangus (anak dari Siwa Gandu) ingin kawin dengan putri Cina yang bernama Kang Chi Wie. Perkawinan ini tidak disetujui oleh ayah raja, akan tetapi sang raja bersikeras ingin mengawininya. Akhirnya Kang Chi Wie meminta persyaratan untuk tetap bersatunya masyarakat Bali dengan Cina, agar Uang Kepeng Cina dipergunakan dalam upacara-upacara ritual agama (uang kepeng kuci). Sejak saat itu putrinya disebut Balingkang (perpaduan antara raja Bali yang kawin dengan putri Cina) dari Marga (She) Kang. Di Bali penggunaan Uang Kepeng Cina sangat erat kaitannya dengan upacara ritual Agama Hindu. Penggunaan Uang Kepeng Cina terdapat pada setiap upacara ritual. Kehidupan masyarakat Bali yang taat sebagai penganut Agama Hindu tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan ritual. Dalam pelaksanaan upacara ritual itu selalu menggunakan banten. Pembuatan banten sebagai yadnya atau korban suci adalah perwujudan rasa syukur masyarakat. Oleh karena itu tidak mengherankan bila dalam beberapa naskah kuno, Pulau Bali sering disebut Nusa Banten, yang berarti pulau sesajen (I Wayan Ardika dan I Made Sutaba, 1997). Selain sebagai sarana upacara ritual, Uang Kepeng Cina sebagai wujud karya seni rupa juga digunakan dalam pelaksanaan upacara ritual seperti sebagai penghias pada seni bangunan (pelinggih) yang ada di Pura atau tempat-tempat suci (tempat persembahyangan) lainnya. Karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina tersebut seperti: salang, tamiang, dan lamak dan bentuk-bentuk lainnya. Bentuk-bentuk ini dironce atau dirakit dengan dikombinasikan menggunakan benang warna merah, hitam, dan putih, sehingga memiliki nilai magis dan nilai seni. Di Bali, dengan pesatnya perkembangan pariwisata, Uang Kepeng Cina digunakan sebagai media atau bahan dalam mewujudkan karya seni rupa yang bersifat sekuler. Barang (produk) ini digunakan sebagai souvenir atau cenderamata dalam menunjang pariwisata di Bali. Wujud yang ditampilkan dari Uang Kepeng Cina sangat unik dan menarik seperti patung oleg tamulilingan, patung Sri dan Sedana, patung tari kupu-kupu, patung Dewi Sri, hiasan dinding berwujud manusia laki-laki dan perempuan, kolase, dan lain-lain. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

4 Seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali, Uang Kepeng Cina menjadi cukup menarik sebagai bahan atau media dalam berkarya seni rupa. Uang Kepeng Cina mempunyai banyak fungsi tanpa meninggalkan nilai-nilai yang telah menjadi keyakinan masyarakat Hindu Bali. Uang Kepeng Cina sebagai sarana upacara ritual Agama Hindu masih tetap berjalan secara terus menerus, dan perkembangan selanjutnya Uang Kepeng Cina menjadi karya seni rupa dalam menunjang kawasan wisata di Kabupaten Gianyar berkembang dengan cepat dan sangat banyak variasinya, sehingga menjadi karya seni yang sangat unik dan menarik untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang dan keunikan yang terdapat pada karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina, maka dalam penelitian ini masalah yang sangat menarik untuk dikaji adalah (1) Bagaimanakah karakteristik Uang Kepeng Cina sebagai media dalam perwujudan karya seni rupa tradisional Bali? (2) Bagaimanakah bentuk, fungsi, dan makna, serta jenis-jenis karya seni rupa tradisional Bali dengan menggunakan media Uang Kepeng Cina? (3) Bagaimanakah keberlangsungan dan perubahan-perubahan bentuk dan fungsi Uang Kepeng Cina dalam karya seni rupa tradisional Bali di kawasan wisata Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali? Uang Kepeng Cina ada yang menyebut dengan nama Chineesche Duit, Chineese Coins (mata uang Cina). Penamaan tersebut memperkuat kenyataan bahwa Uang Kepeng Cina adalah uang dari negeri Cina, karena pada permukaan Uang Kepeng Cina tertera huruf Cina (Kanji). Oleh karena itu masuknya mata uang Cina ke Nusantara selalu dikaitkan dengan kedatangan orang Cina dan kontak perdagangan antara pedagang Cina dengan pedagang Nusantara (Ida Bagus Sidemen, 1998). Uang Kepeng Cina yang dipergunakan untuk sarana upacara ritual dianggap memiliki unsur-unsur yang disebut Panca Datu terdiri atas 5 (lima) jenis logam yaitu: perak, tembaga, emas, besi, dan logam campuran. Panca Datu merupakan simbol penyucian dan alat untuk menstanakan para dewa, dalam kaitannya dengan konsepsi pengider-ider yakni manifestasi Tuhan dalam menjaga keseimbangan dunia beserta isinya. Perak tempatnya di Timur (Dewa Iswara), Tembaga di Selatan (Dewa Brahma), Emas di Barat (Dewa Mahadewa), Besi di Utara (Dewa Wisnu), dan Logam campuran di Tengah (Dewa Siwa) (I Gusti Gede Ardana, 1983). Rangkaian Uang Kepeng Cina berbentuk manusia berupa simbolsimbol pemujaan disebut Pratima Rambut Sedana. Sebagaimana diketahui dalam liturgi Hindu manifestasi Tuhan dalam memberikan keselamatan serta JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

5 kemampuan kepada umatnya khususnya sebagai Dewa Uang disebut Sang Hyang Rambut Sedana. Upacara peringatan terhadap dewa tersebut dilakukan setiap enam bulan sekali menurut perhitungan kalender Bali yaitu hari Budha cemeng/wage, Wuku Klawu. Pada hari tersebut Pratima Rambut Sedana diupacarai secara khusus yang disebut Odalan Rambut Sedana (I Made Titib, 2001, I Made Gina, 2002). Bertepatan dengan hari tersebut umat Hindu pada umumnya tidak mau melakukan transaksi pembayaran hutang karena apabila dilakukan akan membawa sial atau pemborosan kepada yang melakukannya. Dalam perwujudan bentuk-bentuk yang ditampilkan dari Uang Kepeng Cina dalam karya seni rupa (Dwi Marianto, 2002, dan A.A.M. Djelantik, 1999) dinyatakan bahwa bentuk yang paling sederhana adalah titik. Titik tersendiri tidak mempunyai ukuran atau dimensi. Kumpulan dari beberapa titik akan mempunyai arti bila ditempatkan titik-titik itu dalam posisi tertentu. Kalau titik-titik itu berkumpul dalam jarak dekat dalam suatu lintasan, maka dapat membentuk garis. Pertemuan beberapa garis dapat membentuk sebuah bidang. Beberapa bidang bertemu dapat membentuk ruang. Titik, garis, bidang, dan ruang merupakan bentuk dasar dalam seni rupa. Semua karya seni memiliki form atau bentuk. Bentuk itu bisa realistik, abstrak, representasional atau nonrepresentasional, dibuat secara cermat dengan persiapan yang matang atau dibuat secara spontan ekspresif. Seniman menampilkan karyanya melalui medium yang dipilih. Elemen formal suatu karya seni meliputi: titik, garis, shape, cahaya, tekstur, massa, ruang, dan isi. Bagaimana elemen formal itu diorganisir sering dikatakan sebagai prinsip desain atau pengorganisasian elemen visual. Prinsip itu meliputi skala, proporsi, unity/kesatuan/kepaduan dalam keragaman, repetisi, ritme, keseimbangan, kekuatan arah, kontras, penekanan, dominasi, dan subordinasi. Bentuk yang terdapat pada karya seni di dalamnya termasuk unsur yang sangat dominan yang dapat membedakan dalam setiap penampilannya, seperti pada karya dwimatra dan trimatra. Wocius Wong (1986) menjelaskan, titik, garis, atau bidang akan menjadi bentuk jika terlihat. Sebuah titik pada kertas, betapapun kecilnya pasti mempunyai raut, ukuran, warna, jika harus tampak. Demikian pula halnya dengan garis dan bidang dalam rancangan dwimatra. Di samping itu (Wocius Wong, 1989), menyatakan, perancangan bentuk trimatra dapat diketahui dalam penampakannya terdiri atas tiga arah utama yaitu panjang, lebar, dan tinggi. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

6 Untuk mendapatkan ketiga matra sebuah benda, kita harus mengukur benda itu kearah tegak, lintang, dan bujur. Ketiga arah utama terdiri atas arah tegak ke atas dan bawah, arah lintang kekiri dan kanan, dan arah bujur ke depan dan belakang. Bentuk karya seni dari Uang Kepeng Cina di Bali dirancang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat terkait dengan kegiatan upacara agama Hindu. Wujud Uang Kepeng Cina tampil dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi yang di dalamnya mencakup unsur garis, bidang warna, tekstur, dan lain-lain. Karya seni dari Uang Kepeng Cina itu dibuat dengan teknik kombinasi berbagai media (bahan), seperti: kain, benang, manik-manik kaca, dan lain-lain. Ia merupakan sebuah simbol. Sebuah karya dapat dikatakan seni tidak saja terletak pada bentuk yang dapat memberi rasa puas, akan tetapi juga tampak ketika proses awal muncul dengan hebatnya, sehingga menghasilkan suatu bentuk yang khusus. Kesederhanaan atau kesempurnaan bentuk dan teknik pada dasarnya merupakan penilaian estetika. Franz Boas (1995) mengkaji keterkaitan bentuk dan teknik itu merupakan sesuatu yang selalu mengalami perkembangan sejalan dengan aktivitas manusia, karena alam dipandang tidak memberikan bentuk ideal, kecuali bila diberi sentuhan tangan terampil. Karya seni zaman primitif yang memiliki bentuk dan teknik sederhana memperlihatkan perasaan yang kuat bila dibandingkan bentuk terikat dengan pengalaman teknik yang hebat. Alam tampaknya tidak pernah memberikan bentuk kepuasan ideal formal, yakni jenis tertentu yang bisa ditiru, kecuali objek alami itu ditangani dan diolah melalui proses teknik menjadi bentuk baru yang dapat memberi kesan pada pikiran manusia. Terwujudnya Uang Kepeng Cina melalui berbagai bentuk sebagai karya seni rupa tradisional yang memiliki identitas Bali, walaupun tercipta sebagai seni tradisional yang diciptakan untuk sarana keperluan ritual upacara, kaidah-kaidah yang menjadi unsur-unsur dalam seni rupa, seperti garis, bidang, warna, dan tekstur sudah menjadi bagian di dalamnya. Seniman tradisional Bali walaupun tanpa memiliki pendidikan formal secara khusus dalam bidang seni rupa, namun mereka secara tidak langsung sudah melakukan kaidahkaidah yang terdapat dalam unsur-unsur fisik seni rupa. Pengalaman estetis juga menunjukkan, bahwa cita rasa seni yang dimiliki masyarakat Bali cukup tinggi, karena setiap hasil karya yang ditampilkan baik dalam kelompok sosial maupun individual seperti kegiatan upacara ritual agama Hindu yang selalu menampilkan unsur-unsur seni dalam menciptakan sarana dan JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

7 prasarananya. Demikian juga dalam suatu komunitas pengrajin, banyak muncul sertra-sentra kerajinan yang memiliki ciri khas masing-masing, menjadikan Bali sebagai penghasil seni kerajinan tradisional yang terkenal di Dunia. Seiring dengan perkembangan pariwisata di Bali karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina mengalami perubahan bentuk maupun fungsinya. Myron Weiner (1986), menyatakan bahwa perubahan atau perkembangan yang terjadi dalam masyarakat adalah karena ada pengaruh modernisasi. Kehidupan modern ditandai oleh berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi karena hal ini sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh umat manusia. Kehidupan modern mampu mengubah pola pikir dan cara pemecahan masalah yang lebih efektif dan lebih efesien. Gagasan baru dapat membimbing manusia untuk menghadapi persoalan masa kini dan masa mendatang dengan akibat-akibat timbulnya etos baru yang menempatkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai payung pengharapan bagi tercapainya kesejahteraan hidup. Pentingnya keahlian dan kreativitas sebagai ciri yang niscaya dari masyarakat modern. Kajian ini dilengkapi oleh Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya (2001), dalam hal tertentu, modernitas juga ditandai oleh semakin intensifnya hubungan sosial impersonal secara kolektif, yang mengakibatkan munculnya hubungan antarindividu yang tidak lagi berpijak pada the others, melainkan atas dasar tuntutan kemandirian. Menurut David C. Meclelland, dalam Weiner (1986), sumber terjadinya modernisasi itu karena adanya virus mental yang disebut n Ach (singkatan dari need for achievement), kebutuhan untuk meraih hasil. Suatu perubahan dalam masyarakat bisa terjadi pada nilai, norma, dan pola perilaku sosial organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan masyarakat (stratifikasi sosial), kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan sebagainya. Perubahan yang terjadi pada masyarakat dunia dewasa ini merupakan gejala yang normal. Pengaruh perubahan itu sendiri bisa merembet dengan cepat ke sektor lain, karena faktor teknologi komunikasi semakin canggih. Peralatan teknologi baru, yang ditemukan dan dirancang di suatu tempat, dengan cepat diketahui oleh masyarakat lain yang lokasinya berada jauh dengan lokasi tempat perancangan itu. Demikianlah suatu perubahan sosial yang memiliki prinsip saling sambungmenyambung antara masyarakat yang satu dengan yang lain, sehingga sangat sulit bagi suatu masyarakat untuk menutup diri (mengisolasi) dari rembetan perubahan sosial itu (H.R. Riyadi Soeprapto, 2002). JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

8 Metode Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, pendekatan yang digunakan adalah estetika, semiotika, dan Etnografi. (1) Teknik Penentuan informan. Informan dalam penelitian ini terutama adalah perajin yang berada di kawasan wisata Kabupaten Gianyar. Mereka ditunjuk secara purposive dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang kerajinan yang dibuat dan mewakili kelompok sosial dalam suatu komonitasnya. Penunjukannya diawali dengan menunjuk informan kunci, yang berperan memberikan informasi utama dan atau paling awal dan juga memberikan informasi tentang informan berikutnya. Pola semacam ini terus dilanjutkan (Snow ball) sehingga jumlah informan semakin besar. Selain itu juga ditunjuk informan dari pemuka agama, tokoh masyarakat terutama yang mengerti tentang keberadaan Karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina ditinjau dari bentuk, fungsi, dan makna. (2) Teknik Pengumpulan Data. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (a) Teknik Observasi. Teknik observasi yang dipergunakan adalah observasi secara mendalam. Sehubungan dengan itu peneliti langsung terjun ke lapangan mengamati perajin dalam membuat karyanya. Penelitian lapangan ini dilakukan guna mendapatkan data visual sebagai sumber primer, (b) Teknik wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam. Agar lebih terarah disusunlah pedoman wawancara dalam bentuk terbuka. Dengan teknik ini diharapkan bisa diperoleh data mengenai latar belakang pembuatan karya seni dari Uang Kepeng Cina melalui bentuk, fungsi, dan makna yang ditujukan kepada para perajin, dan masyarakat yang dianggap mengetahui tentang karya seni dari Uang Kepeng Cina tersebut, (c) Teknik Dokumentasi. Dalam penelitian ini digunakan pula dokumen, misalnya: buku-buku maupun dokumen berupa foto-foto, cerita rakyat, benda-benda yang dibuat dari Uang Kepeng Cina yang telah didokumentasikan, baik yang ada dilembaga pemerintah seperti Museum, Kantor Dinas Kebudayaan, ataupun yang berada pada pribadi perajin, pemuka agama, dan pemuka masyarakat. Penggunaan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk saling melengkapi dalam konteks triangulasi data. Dengan demikian, data yang terkumpul lebih terjamin keabsahannya. (3) Teknik Analisis Data. Penelitian ini menggunakan model penelitian grounded, sehingga analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan secara terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian. Dalam hubungan dengan hal ini dilakukan berbagai tindakan JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

9 seperti penggalian data secara intensif, kategorisasi data, penyusunan data, yang semuanya itu didasarkan pada perolehan data di lapangan. Selain itu, juga dilakukan interpretasi data. Dalam menginterpretasikan data digunakan pendekatan interpretatif kualitatif, yakni penafsiran dengan menggunakan pengetahuan, ide-ide dan konsep-konsep yang ada pada masyarakat perajin yang ditelaah. Dengan menggunakan model analisis data serupa itu, diharapkan dapat dihasilkan suatu deskripsi yang akurat yang terkait dengan sosiokultural masyarakat perajin yang diteliti. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gianyar dengan mengambil lokasi di Kecamatan Ubud, Kecamatan Sukawati, dan Kecamatan Gianyar. Dipilihnya tiga kecamatan ini karena karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina di samping digunakan sebagai sarana upacara ritual Agama Hindu, juga berkembang menjadi seni sekuler sebagai cenderamata untuk menunjang pariwisata. (1) Karakteristik Uang Kepeng Cina sebagai Media dalam Perwujudan Karya Seni Rupa Tradisional Bali, di Bali Uang Kepeng Cina memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan upacara ritual Agama Hindu. Ada yang digunakan dalam bentuk bijian (ketengan) sebagai sesari, ada pula yang digunakan dalam jumlah tertentu yang diikat dalam satu bendel. Uang Kepeng Cina memiliki karakter yang khas dalam perwujudan karya seni rupa di Bali melalui proses merangkai pada lubang ditengahnya dan memiliki warna hitam yang berkilau. (2) Bentuk, Fungsi, dan Makna serta Jenis-Jenis Karya Seni Rupa Tradisional Bali dengan Media Uang kepeng Cina, karya seni rupa trasional Bali yang dibuat dari Uang Kepeng Cina sebagai sarana untuk upacara ritual Agama Hindu dan sebagai seni sekuler di Bali sangat beraneka ragam, ada yang dua dimensi dan tiga dimensi, fungsi sebagai sesari dan hiasan, memiliki makna simbolis, dan jenis-jenis karya yang dihasilkan seperti: salang, tamiang, lamak, patung Sri dan Sedana, patung Dewi Sri, Patung Oleg Tamulilingan, dan Patung Ganesha. (3) Keberlangsungan dan Perubahan Bentuk, Fungsi Uang Kepeng Cina dalam Karya Seni Rupa Bali di Kawasan Wisata Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, keberlangsungan penggunaan Uang Kepeng Cina di Bali terus berlanjut, karena setiap uapacara ritual Agama Hindu di Bali selalu menggunakan Uang Kepeng Cina sebagai sesari maupun sebagai karya seni yang berguna sebagai sarana upacara ritual, maupun sebagai karya seni rupa yang berfungsi untuk menghias bangunan suci. Perubahan bentuk dan fungsi JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

10 Uang Kepeng Cina menjadi karya seni rupa sekuler merupakan kreativitas dari para seniman di Kabupaten Gianyar, sehingga karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina menjadi produk komudite pariwisata. Perubahan bentuk maupun fungsi perwujudan karya seni rupa dari Uang kepeng Cina dibuat melalui bentuk yang lain atau berbeda dengan yang digunakan sebagai sarana upacara ritual Agama Hindu. Karya Seni rupa dari Uang Kepeng Cina sebagai barang-barang souvenir atau cenderamata dibuat dengan berbagai fariasi bentuk, ukuran maupun warna untuk menunjang pariwisata, seperti Patung Dewi Sri, Patung Oleg Tamulilingan, dan Patung Ganesha. Pembahasan Karakteristik dari Uang Kepeng Cina dalam karya seni rupa tradisional Bali sangat berbeda dengan karya seni rupa dengan menggunakan media yang lain. Hal ini dapat diamati dari wujud karyanya melalui rangkaian dari Uang Kepeng Cina yang sangat unik ada yang dikombinasi dengan benang, dengan tali plastik, tali ijuk, dan lain-lain dalam suatu rangkaian, sehingga menjadi karya seni rupa yang sangat khas. Uang Kepeng Cina yang berwarna hitam dengan sedikit kilauan menjadikan karya tersebut sangat berkarakter sesuai dengan jenis dan wujud-wujud/tokoh yang dibuat. Dalam wujud manusia Uang Kepeng Cina dikombinasi dengan kayu seperti pada kepala, jari tangan, dan jari kaki. Bentuk, fungsi, makna, dan jenis karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina ini ada yang berbentuk geometris, ada juga yang berbentuk/berwujud manusia dua dimensi secara dekoratif, ada juga yang tiga dimensi yang mengandung makna simbolis dan berfungsi untuk hiasan. Adapun jenisjenis karya seni rupa dari Uang kepeng Cina yang digunakan sebagai sarana upacara ritual Agama Hindu di Bali adalah: Salang, Tamiang, Lamak, berbentuk dua dimensi yang mempunyai fungsi sebagai hiasan pada bangunan suci pada saat upacara ritual, Patung Sri dan Sedana, berbentuk tiga dimensi laki-laki dan perempuan sebagai simbul kesuburan. Patung Dewi Sri, Oleg Tamulilingan, dan Ganesha berbentuk tiga dimensi yang berfungsi sebagai seni sekuler. Berikut beberapa jenis patung dari Uang Kepeng Cina. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

11 Patung Sri dan Sedana Patung Oleg Tamulilingan Patung Ganesha Keberlangsungan penggunaan Uang Kepeng Cina seiring dengan keperluan upacara ritual agama Hindu di Bali, dan itu terus dibutuhkan sebagai sesari dan pelengkap dalam setiap upacara ritual. Perubahan bentuk dan fungsi terjadi pada karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina sangat dipengaruhi oleh pariwisata yang berkembang di Bali. Perubahan ini memberi dampak yang positif dalam mewujudkan keanekaragaman karya seni rupa tradisional Bali sebagai karya seni sekuler yang berkualitas dengan estetika tinggi merupakan kreativitas para seniman Bali dan khususnya seniman di Kabupaten Gianyar. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Uang Kepeng Cina dalam karya seni rupa tradisional Bali sebagai sarana upacara dan perkembangannya sebagai karya seni untuk cenderamata dalam menunjang pariwisata di Kabupaten Gianyar, maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Karakteristik Uang Kepeng Cina sebagai media dalam perwujudan karya seni rupa tradisional Bali, dapat dilihat pada Uang Kepeng Cina yang berbentuk bundar dengan lubang pada bagian tengahnya menjadikan karya seni rupa tersebut merupakan rangkaian dari beberapa Uang Kepeng Cina sampai menjadi sebuah bentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Uang Kepeng Cina yang berwarna hitam memilik karakter sebagai karya seni rupa yang khas, unik dan sangat menarik. (2) Bentuk, fungsi, dan makna, serta jenis-jenis karya seni rupa tradisional Bali dengan menggunakan media Uang Kepeng Cina, dapat dilihat pada bentuk karya seni dua dimensi dan tiga dimensi. Fungsi karya seni rupa dari Uang Kepeng JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

12 Cina ada sebagai pelengkap dalam upacara yang mempunyai makna simbolis seperti bentuk lamak, tamiang, salang, dan perwujudan Sri dan Sedana. (3) Keberlangsungan dan perubahan-perubahan bentuk dan fungsi Uang Kepeng Cina dalam karya seni rupa tradisional Bali sangat dipengaruhi oleh pariwisata yang berkembang pesat di Bali. Karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina sebagai sarana upacara ritual Agama Hindu masih tetap digunakan sesuai dengan jenisnya. Adanya kreativitas dari para seniman Bali pada umumnya dan Gianyar khususnya karya seni rupa dari Uang Kepeng Cina juga berkembang menjadi karya seni yang memiliki nilai estetis dalam menunjang pariwisata, seperti: Patung Dewi Sri, Patung Oleg Tamulilingan, dan Patung Ganesha. Daftar Rujukan Ardika, I Wayan dan I Made Sutaba, (ed) Dinamika Kebudayaan Bali. Denpasar: Upada Sastra. Boas, Frans Primitif Art. New York: Dover Publication, Inc. Djelantik, A.A.M Pengantar Ilmu Estetika. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Dwi Marianto, M Seni Kritik Seni. Yogyakarta: Lembaga Peukan nelitian Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Gina, I Wayan Kalender Bali. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja. Riyadi Soeprapto, HR Interaksionalisme Simbolik. Yogyakarta: Averroes Press. Sackari, Agus, dan Yan Yan Sunarya Desain dan Dunia Kesenirupaan Indonesia Dalam Wacana Transformasi Budaya. Bandung: Penerbit ITB. Sidemen, Ida Bagus, dkk., Sejarah Alih Fungsi Uang Kepeng (Pis Bolong) di Bali Abad Ke-19 Hingga Abad Ke-20. Denpasar: Dokumen Budaya Bali. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

13 Soedarsono, R.M Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Spradley, James P Metode Etnografi, Terjm. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogyakarta. Sudarma, I Putu Esensi Uang Kepeng dalam Ritual Hindu. Surabaya: Paramita Team Museum Bali. 1999/2000. Pameran Aktualisasi Uang Kepeng pada Masyarakat Bali. Denpasar: Museum Negeri Bali. Titib, I Made Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita Surabaya. Weiner, Myron, ed Modernisasi: Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wong, Wocius Beberapa Asas Merancang Dwimatra, Terjm. Adjat Sakri. Bandung: Penerbit ITB. Wong, Wocius Beberapa Asas Merancang Trimatra, Terjm. Adjat Sakri. Bandung: Penerbit ITB. JPPSH, Lembaga Penelitian Undiksha, Desember

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Menyimak kata Pis Bolong terasa aneh bagi kebanyakan orang, oleh karena pis bolong adalah sebutan lain dari uang kepeng

Lebih terperinci

INSTITUT SENI INDONESIA

INSTITUT SENI INDONESIA KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MERAJUT KEBERSAMAAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: NASIONAL PESTA KESENIAN BALI XXXIII 10 Juni-9 Juli 2011 Di Taman Budaya Denpasar

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Balinese Lamak PENCIPTA : Ni Luh Desi In Diana Sari, S.Sn.,M.Sn PAMERAN The Aesthetic Of Prasi 23 rd September 5 th October 2013 Cullity Gallery ALVA

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition

KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si. Art Exhibition KARYA ILMIAH: KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MELASTI PENCIPTA: A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn.,M.Si Art Exhibition Indonesian Institute of the Arts Denpasar Okinawa Prefectural University of Art OPUA

Lebih terperinci

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi

Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Perkembangan Bentuk Dan Fungsi Arca-Arca Leluhur Pada Tiga Pura Di Desa Keramas Blahbatuh Gianyar Suatu Kajian Etnoarkeologi Made Reisa Anggarini 1, I Wayan Redig 2, Rochtri Agung Bawono 3 123 Program

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang 55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Menurut berita-berita Cina, pulau Bali dikenal dengan nama P oli.

Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Menurut berita-berita Cina, pulau Bali dikenal dengan nama P oli. Alur Perkembangan Kebudayaan Bali III Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar 3. P oli dari Berita-berita Cina a. Berita-berita Cina Tentang Bali Menurut berita-berita Cina, pulau Bali

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper).

III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). III. Kerajinan dari Daur Ulang A. Produk Kerajinan dari Kertas Daur Ulang Banyak hal yang dapat diciptakan dari kertas seni (handmade paper). Akan tetapi, pada dasarnya unsur kreativitas dan pengalaman

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS

Lebih terperinci

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Oleh: Ni Kadek Karuni Dosen PS Kriya Seni Feldman menjelaskan bahwa fungsi-fungsi seni yang sudah berlangsung sejak zaman dahulu adalah untuk memuaskan: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB E)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB E) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB E) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah BAB V KESIMPULAN 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual Kuningan Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah merupakan seni pertunjukan yang biasa tetapi merupakan pertunjukan

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan. 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman perwujudan bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN Terciptanya suatu karya seni merupakan hasil dari representasi suatu fenomena yang berkembang baik disekitar lingkungan maupun di alam bawah sadar berupa dunia

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

Metode Penciptaan Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya Oleh: I Nyoman Suardina, S.Sn.,Msn

Metode Penciptaan Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya Oleh: I Nyoman Suardina, S.Sn.,Msn Metode Penciptaan Serikat Serangga Dalam Penciptaan Seni Kriya Oleh: I Nyoman Suardina, S.Sn.,Msn Dalam proses penciptaan karya seni kriya, tentu melalui berbagai tahapan. Tahapan tersebut harus terstruktur,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Wijaya Kusuma PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Exchange Program ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan perekonomian, salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi

Lebih terperinci

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta PENCIPTAAN COVER DIKSI, MAJALAH ILMIAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI Alamat Redaksi/ Tata Usaha: FPBS IKIP YOGYAKARTA Kampus Karang Malang Yogyakarta 55281 Oleh: Drs. Djoko Maruto NIP : 131411086 ( lama)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali

Gambar: 5. 5a. Pasar Bali Kelompok lukisan yang secara utuh mengalami pembaharuan pada bidang tema, proporsi, anatomi plastis, pewarnaan, dan sinar bayangan dalam lukis Pita Maha Oleh: Drs. I Dewa Made Pastika a. Judul lukisan

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat BAB V PENUTUP Melalui uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa karya seni lahir dari adanya proses cipta, rasa, dan karsa yang bertolak dari sebuah rangsangan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA

Lebih terperinci

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni merupakan bentuk ekspresi seniman memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi dan universal. Sesuai dengan salah satu sifat seni yakni

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek. melewati proses yang panjang, pengolahan ide, pengolahan bahan hingga

BAB V PENUTUP. Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek. melewati proses yang panjang, pengolahan ide, pengolahan bahan hingga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Karya Tugas Akhir ini berjudul Anatomi manusia sebagai objek penciptaan karya seni logam telah terwujud dengan beberapa tahapan dengan melewati proses yang panjang, pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. DESAIN BENTUK DASAR Sebelum memasuki proses ini, Sebelumnya penulis berkordinasi dengan dosen pembimbing mengenai desain yang seperti apa yang nantinya akan diproduksi. Penilaian

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Poster Jejak Rupa Pameran Lukisan Bali PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn SEBAGAI MEDIA PROMOSI PAMERAN JEJAK RUPA LUKISAN BALI Dalam Rangka

Lebih terperinci

FUNGSI SENI. Ayat Suryatna. dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus Abstrak

FUNGSI SENI. Ayat Suryatna. dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus Abstrak FUNGSI SENI Ayat Suryatna dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001 Abstrak Dalam kenyataannya, seni meliputi dua hal, yaitu proses penciptaan seni dan karya seni. Seni juga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRAK. ABSTRACT... DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN..

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Rwa Bhinneda PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA INTERNATIONAL EXHIBITION International Studio For Art And Culture FSRD

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Kerajinan kayu di desa Singakerta mengalami pertumbuhan yang sangat dinamis.

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN

SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN SKRIP KARYA SENI GENITRI OLEH: I PUTU GEDE WAHYU KUMARA PUTRA NIM: 201202010 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN SENI KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR DENPASAR

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Dewi Sita PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Kolaborasi antara FSRD ISI Denpasar dan ALVA (Architecture, Landscape,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan tentang sejarah / latar belakang munculnya kesenian dongkrek, khususnya pada bentuk topeng, unsur unsur rupa/visual

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN

WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN WARNA POLENG BUSANA PEMANGKU PENGLURAN PADA UPACARA PENGEREBONGAN DI PURA AGUNG PETILAN, KESIMAN Oleh I Gusti Agung Malini Mahasiswa S2 Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Selain ritual, menusukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurysta Tresna Sundi, 2014 Kajian Visual Desain Pada Kaos Pariwisata Pantai Pangandaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangandaran merupakan salah satu Kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 2012. Terbentuknya Kabupaten Pangandaran sebagai pemekaran dari kabupaten Ciamis-Jawa

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 208 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Merujuk uraian pada bab-bab yang terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perwujudan ragam hias kumudawati pada langit-langit pendhapa

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR...... ABSTRAK...... DAFTAR ISI...... DAFTAR TABEL...... DAFTAR LAMPIRAN...... Halaman i ii iii iv vi vii ix

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Pelebon PENCIPTA : I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn PAMERAN : Pameran Seni Rupa Truly Bagus II Harmony in Diversity Cullity Gallery, Faculty of Architecture,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bab ini yang akan dibahas lebih terfokus pada metode yang digunakan dalam pengumpulan data, pemilihan data serta teknik pengolahan yang akan digunakan agar mendapatkan

Lebih terperinci

Budaya Banten Tingkat Awal

Budaya Banten Tingkat Awal XIX. Budaya Banten Tingkat Awal Penelusuran sejarah kebudayaan manusia sangat diperlukan sebagai rekam jejak untuk mengetahui tingkat peradaan suatu bangsa. Asal usul manusia yang tinggal di wilayah tertentu

Lebih terperinci

Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu

Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu Oleh: I Made Dian Saputra*) Abstract Uang kepeng or which is in Bali society more knowledgeable by pis bolong is perforated represent one of

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:52 TAHUN 1992 SERI D NO. 52 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 11 TAHUN 1992 T E N T A N G PENGHARGAAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan

Lebih terperinci

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi 1 RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi Abstrak Relief of Tantri that is located in Pertapaan Gunung Kawi Bebitra. This area located

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Ruang aktif. 3.1.1. Pengertian ruang aktif. Ruang aktif adalah ruang yang memilki berbagai macam kegiatan, didalam ruangan tersebut adanya perubahan interior atau eksterior

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang didapati orang secara rasional dianggap abadi dan tetap berlaku. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang didapati orang secara rasional dianggap abadi dan tetap berlaku. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang memiliki keistimewaan. Adanya suatu keistimewaan ini melahirkan hak dari manusia tersebut untuk mendapat pengakuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI Uang Kepeng of All Time: Archaeological Perspective and Creative Economy in Bali Ni Komang Ayu Astiti Puslitbangjak

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010

DESKRIPSI DUKUH SILADRI. Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 DESKRIPSI FRAGMEN TARI DUKUH SILADRI Dipentaskan pada Festival Seni Tradisional Daerah se- MPU di Mataram, Nusa Tenggara Barat 1 Agustus 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT

PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT PENCURIAN PRATIMA DI BALI DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ADAT Oleh Ida Bagus Gede Angga Juniarta Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The pratima thievery

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah Pembendaharaan gerak dalam tari Bali merupakan salah satu unsur penting. Ditinjau berdasarkan sumber gerak yang digunakan,

1.1 Latar Belakang Masalah Pembendaharaan gerak dalam tari Bali merupakan salah satu unsur penting. Ditinjau berdasarkan sumber gerak yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembendaharaan gerak dalam tari Bali merupakan salah satu unsur penting. Ditinjau berdasarkan sumber gerak yang digunakan, tari Bali berhubungan erat dengan

Lebih terperinci