BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai
|
|
- Irwan Hermanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan perekonomian, salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi juga menjadi salah satu jalur penyebarluasan agama dan kebudayaan. Jalur perdagangan dianggap sebagai salah satu jalur yang paling mendukung penyebarluasan agama maupun kebudayaan antar negara, karena adanya interaksi yang tinggi dalam kegiatan perdagangan. Aktivitas perdagangan yang dilakukan masyarakat Bali Kuna dengan pedagang-pedagang dari bangsa lain seperti Tiongkok, India, Arab dll, menyebabkan masuk dan berkembangnya budaya-budaya luar, yang bahkan mengalami integrasi dengan budaya lokal. Interaksi perdagangan antara Tiongkok dengan daerah-daerah di Asia Tenggara, diperkirakan terjadi sekitar tahun 550 M. Ketika itu Tiongkok mengalihkan jalur perdagangan yang semula melalui daratan Asia Tengah ke China Selatan melalui Selat Malaka. Hal ini mengakibatkan orang Tionghoa menaruh perhatian terhadap daerah Asia Tenggara, dan menyinggahi kota-kota pelabuhan yang dilalui. Berdasarkan berita-berita Tiongkok tertua menyebutkan bahwa Fahsien seorang pendeta Budha dari Tiongkok, dalam perjalanannya pulang ke Tiongkok melalui Srilanka tahun 413 M, singgah di Yeh Poti yang dihubungkan dengan tempat Jawa Dwipa dan dari tempat ini langsung menuju ke Tiongkok. Adanya interaksi antara orang Tionghoa dengan masyarakat 1
2 2 Bali, tertuang dalam berita tertua tentang Bali yang diduga satu-satunya dari Tiongkok yaitu dalam Tambo dinasti Tang Kuna tahun 618M. Tambo ini menyebutkan bahwa di sebelah timur kerajaan Holing terletak Poli, sedangkan di sebelah baratnya terletak To-Po-Teng. Holing yang dimaksud adalah Kerajaan Kaling atau Kalingga yang terletak di pesisir Jawa Tengah yang menganut agama Budha Hinayana (Ardana dalam Sulistyawati, 2008: 10-12). Pendapat tersebut ditegaskan oleh P.Pelliot yang mengidentifikasi Po-li dengan Bali dan To-po-teng adalah pulau Sumatra. Dalam kitab Dinasti Tang Baru, juga disebutkan Ho-ling yang disebut dengan nama She-po, terletak di lautan sebelah selatan, sedangkan sebelah timurnya adalah Po-li (Bali). Sebelah baratnya adalah To-po-teng (Sumatra), dan sebelah utaranya adalah Chenla (Kamboja) (Harthawan, 2011: 21-22). Aktivitas perdagangan antara Tiongkok dengan Bali dimulai dari daerah pelabuhan di Bali utara yang disebut kota pelabuhan Desa Julah, menasa di Buleleng Timur, di Bali selatan disebut Banjar Belanjong Desa Sanur. Melaui daerah-daerah pelabuhan tersebut, perdangan antara Tiongkok dan Bali memasuki desa-desa lain di Bali seperti Renon di Denpasar, dan di Bali utara sampai ke pedalaman yaitu Desa Sukawana, Kintamani (Ardana dalam Sulistyawati, 2008: 21). Perdagangan masyarakat Bali dengan Tiongkok dianggap sebagai salah satu faktor yang menyebabkan percampuran budaya Bali dan Tiongkok terjadi. Percampuran budaya Tiongkok dengan budaya lokal di Bali merupakan salah satu bentuk percampuran budaya yang masih berjalan baik hingga saat.
3 3 Percampuran budaya yang terjadi antara Tiongkok dengan budaya lokal Bali menimbulkan berbagai dampak sosial budaya. Menurut Koentjaraningrat (2015: 2), terdapat tujuh unsur kebudayaan universal dan merupakan unsure-unsur yang pasti ditemukan dalam di semua kebudayaan dunia. Hal ini sebagaimana diungkapkan Sulistyawati (2008: 2-17), terdapat tujuh unsur universal yang dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pengaruh budaya Tiongkok terhadap peradaban kebudayaan di Bali. Pertama, pengaruh sistem religi dan upacara keagamaan. Pengaruh ini dapat dilihat dari pemujaan terhadap Ratu Gede Subandar dan Ratu Ayu Subandar, pemujaan terhadap Ida Ratu Tuan Baris Cina, pemujaan terhadap Barong Landung, dan penggunaan uang kepeng sebagai sarana upakara. Kedua, pengaruhnya terhadap sistem organisasi dan kemasyarakatan yang dapat dilihat dari sistem dan organisasi dagang besar antar pulau, penyalur dan pengecer. Ketiga, pengaruhnya terhadap sistem pengetahuan yang meliputi pengetahuan perdagangan antar pulau, pengetahuan perdagangan tetap (pasar) dengan uang kepeng, dan pengetahuan metalurgi. Keempat, pengaruh terhadap bahasa, pengaruh ini dapat dilihat dari banyaknya nama desa yang memakai nama Tiongkok, nama tanaman, dan juga bahasa dan sastra bahkan nama kerajaan. Kelima, pengaruhnya terhadap kesenian, yang bisa dilihat dari Tari Barong Landung, Tari Baris Cina dan Cerita Sampik Ing Tay. Keenam, pengaruh terhadap sistem pencarian mata hidup, pengaruh ini dilihat dari berkembangnya sistem perdagangan antar desa, antar pulau maupun internasional, dan juga berkembangnya sistem pasar tetap. Ketujuh, pengaruhnya terhadap
4 4 teknologi dan peralatan, yang meliputi ornament bangunan Bali, penggunaan porselin tiongkok dan teknik cor logam. Dilihat dari besarnya pengaruh budaya Tiongkok di Bali, salah satu unsur yang masih bertahan hingga saat ini adalah pengaruhnya terhadap sistem religi dan upacara, terutama dalam penggunaan uang kepeng sebagai sarana upakara. Menurut dugaan para ahli purbakala, uang kepeng Cina diperkirakan mulai beredar Bali sekitar abad ke tujuh Masehi sebagai alat pembayaran (Widana dalam Sulistyawati, 2008: 146). Uang kepeng yang digunakan sebagai alat upakara pada zaman dahulu, adalah uang kepeng berhuruf Cina. Uang kepeng ini terbuat dari logam besi dan tembaga yang dilubangi di bagian tengahnya (bolong) sehingga dalam masyarakat Bali seringkali disebut dengan pipis bolong atau pis bolong (Ardhana dalam Sulistyawati (2008: 9)).Uang kepeng yang awalnya merupakan alat pertukaran, dalam perkembangannya memiliki peranan yang besar dalam proses ritual keagamaan Hindu di Bali. Hal ini menunjukkan, telah terjadi percampuran budaya antara budaya Tiongkok dengan budaya lokal di Bali. Proses penyebarluasan agama dan kebudayaan, maupun percampuran budaya masih terjadi hingga era globalisasi saat ini. Bali sebagai salah satu daerah industri pariwisata tidak bisa lepas dari besarnya arus globalisasi. Wisatawan asing dari manca negara berdatangan ke Bali untuk menikmati wisata budaya, alam dan religi. Kedatangan wisatawan tersebut tentunya membawa unsur-unsur kebudayaan dari negara masing-masing. Tingginya interaksi masyarakat lokal Bali dengan wisatawan asing, lambat laun dapat menyebabkan unsur-unsur kebudayaan luar secara perlahan mempengaruhi
5 5 kebudayaan lokal. Uang kepeng merupakan salah satu budaya lokal yang berada ditengah era globalisasi dan perkembangan industri pariwisata di Bali. Globalisasi merupakan suatu era di mana percampuran budaya menjadi hal yang tidak asing lagi. Menurut Ritzer dan Goodman (2005: 568), globalisasi pada titik ekstrem, globalisasi kultural atau budaya dapat dilihat sebagai suatu ekspansi transnasional dimana banyak input budaya lokal dan global yang saling berinteraksi untuk menciptakan perpaduan yang mengarah pada pencangkokkan budaya atau heterogenitas. Trend menuju homogenitas, diidentikkan sebagai imperialiasme budaya, atau bertambahnya pengaruh internasional terhadap kebudayaan tertentu. Globalisasi, telah menyebabkan ruang dan waktu tidak menjadi kendala, dalam proses penyebarluasan maupun percampuran antar unsur kebudayaan. Pietterse dalam Barker (2011: 120) mengemukakan bahwa kebudayaan-kebudayaan introvert yang muncul telah memburamkan kebudayaan translokal, sehingga kebudayaan translokal menjadi terdesak mudur, namun di sisi lain kebudayaan translokal yang terbentuk dari berbagai unsur menjadi semakin muncul. Dalam era globalisasi, masyarakat cenderung akan menggantikan segala sesuatu yang lokal dan tradisional, dengan produk baru yang lebih modern dan sifatnya mendunia. Globalisasi menyebabkan masyarakat seringkali meninggalkan unsur-unsur budaya lokal, dan larut dalam modernisasi. Pola hidup masyarakat yang semakin modern, juga menyebabkan masyarakat lebih mudah menerima pengaruh-pengaruh budaya dari luar. Percampuran kebudayaan menjadi semakin tak terelakkan dalam era globalisasi. Bukan hanya percampuran kebudayaan, globalisasi juga telah melahirkan
6 6 modernitas dalam kehidupan masyarakat. Berman dalam Barker (2011: 141) menyatakan bahwa modernitas mengacu pada bentuk-bentuk kultural manusia yang terikat dengan modernisasi. Industri, teknologi dan sistem komunikasi mengubah dunia manusia dan terus menerus melakukannya tiada akhir. Giddens dalam Barker (2011: 138) mengemukakan bahwa terdapat beberapa institusi dalam modernitas, salah satunya adalah kapitalisme. Masyarakat Bali kontemporer adalah masyarakat Bali yang hidup dalam era globalisasi, dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, kemudahan akses, dan juga informasi. Masyarakat Bali kontemporer merupakan masyarakat yang terbentuk sebagai bagian dari modernitas. Menurut Barker (2011: 143), modernitas memiliki sisi gelap, yaitu citra diri modernisme. Citra diri modernitas ini meliputi citra keasyikan, janji kemajuan teknologi, dan pudarnya tradisi yang digantikan dengan yang baru. Globalisasi dengan modernitas di dalamnya, pada kenyataannya tidak mampu menyingkirkan uang kepeng yang merupakan salah bentuk budaya lokal. Pemanfaatan uang kepeng merupakan salah satu percampuran kebudayaan Tiongkok di Bali yang berlangsung sejak zaman dahulu, mampu bertahan hingga era globalisasi. Hal tersebut merupakan bukti nyata bahwa terdapat unsur-unsur kebudayaan lokal yang tetap mampu bertahan ditengah gempuran globalisasi. Uang kepeng yang memiliki nilai historis mampu bertahan dalam masyarakat Bali dewasa ini. Gempuran budaya luar, sebagai akibat globalisasi dan pesatnya perkembangan industri pariwisata di Bali tidak menggeser pemanfaatan uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Uang kepeng dalam
7 7 masyarakat Bali kontemporer, bahkan direproduksi kembali sehingga tidak tersisihkan ditengah derasnya arus globalisasi. Sisi gelap modernitas yang cenderung mengesampingkan budaya lokal, tidak sepenuhnya terjadi dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Kapitalisme berkembang pesat dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer, seiring dengan perkembangan industri pariwisata di Bali turut menyebabkan uang kepeng semakin berkembang. Masyarakat Bali kontemporer tidak meninggalkan sepenuhnya budaya lokal dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-harinya. Kehidupan berdasarkan religi dan adat istiadat masih dipegang teguh, bukan hanya karena warisan dari nenek moyang, tetapi juga kesadaran bahwa masyarakat Bali kontemporer bisa hidup dan berkembang dari industri pariwisata yang mengandalkan adat istiadat dan budaya sebagai salah satu komoditinya. Kapitalisme telah mengubah keberadaan uang kepeng menjadi salah satu komoditi yang menunjang perkembangan sektor pariwisata di Bali. Perkembangan kapitalisme telah menyebabkan uang kepeng yang alih-alih musnah, menjadi semakin eksis dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Kapitalisme mengambil celah tersebut, dan masyarakat Bali kontemporer memanfaatkan transformasi uang kepeng. Dinamika yang terjadi dalam perkembangan uang kepeng di Bali, sejalan dengan perkembangan modernitas termasuk kapitalisme didalamnya. Kapitalisme telah menimbulkan berbagai dinamika uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer yang meliputi transformasi bentuk dan transformasi fungsi uang kepeng. Penelitian dari A.A Gde Dira (2010), mengungkapkan
8 8 bahwa terdapat perubahan bentuk uang kepeng dari berhuruf Cina ke uang kepeng aksara Bali. Hal ini merupakan salah satu bentuk perubahan uang kepeng yang sejalan dengan perkembangan kapitalisme. Perkembangan uang kepeng ke dalam bentuk ekonomi kreatif dalam kategori seni kriya, juga telah memantapkan peranan kapitalisme dalam dinamika uang kepeng selama ini. Eksistensi uang kepeng semakin terlihat ketika terjadi perkembangan tatanan perekonomian masyarakat. Kemajuan perekonomian dewasa ini, telah mengganti posisi uang kepeng sebagai alat pembayaran sah dengan Rupiah. Namun, di sisi lain penggunaan uang kepeng sebagai sarana upakara, tidak bisa digantikan dengan mata uang Rupiah. Penggunaan mata uang Rupiah sebagai mata uang resmi di Indonesia, yang sekaligus sebagai alat pertukaran resmi, tidak serta merta merubah pemanfaatan uang kepeng dalam sarana upakara. Menurut Saputra (2012: 5), sejak tahun 1951 pemerintah RI mengeluarkan undang-undang tentang Uang RI sebagai alat pembayaran sah. Namun, uang kepeng saat itu masih saja berlaku di Bali sebagai sarana upakara, hal inipun berlanjut hingga saat ini. Setelah jaman kemerdekaan Indonesia, pemerintah telah memberlakukan mata uang Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah. Hal tersebut menyebabkan uang Hindia-Belanda dan uang Kepeng ditarik sebagai uang kartal, dan digantikan dengan uang Rupiah. Penarikan uang kepeng sebagai uang kartal, menyebabkan peredaran uang kepeng lambat laun semakin menipis, sehingga uang kepeng sempat mengalami kelangkaan di Bali. Ketika uang Hindia-Belanda dan uang kepeng ditarik sebagai uang kartal, uang
9 9 kepeng masih difungsikan oleh masyarakat Bali sebagai sarana upakara, dan bertahan hingga saat ini. Gempuran globalisasi, perubahan sosial budaya, perkembangan industri pariwisata dan perekonomian masyarakat yang terjadi dewasa ini, tidak mengubah pemanfataan uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Peranan kapitalisme sebagai salah satu instrumen modernitas tidak bisa dipungkiri dari eksistensi dan dinamika uang kepeng. Penggunaan uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer merupakan sesuatu yang mengakar dalam kehidupan budaya dan religi masyarakat Hindu di Bali. Eksistensi dan dinamika perkembangan uang kepeng hingga saat ini, menjadi semakin perlu untuk dikaji secara lebih mendalam dalam tatanan masyarakat Bali kontemporer. Dengan demikian, melihat derasnya pengaruh modernisasi terhadap kehidupan dan budaya lokal masyarakat Bali kontemporer, dimana uang kepeng justru masih tetap eksis, sehingga menjadi menarik dan relevan untuk dikaji dengan pendekatan cultural studies. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana dinamika uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer? 2. Mengapa uang kepeng masih tetap eksis dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer?
10 10 3. Bagaimana makna uang kepeng bagi masyarakat Bali kontemporer? 1.3 Tujuan Penelitian Secara garis besar penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer ditengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan kapitalisme. Mengingat uang kepeng memiliki nilai historis yang pemanfataannya masih berjalan sampai dengan saat ini. 2. Penelitian ini berupaya mengungkap dinamika dan eksistensi uang kepeng dalam sebuah kajian kritis atas fenomena yang ada, sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian, yaitu. 1. Untuk memahami dinamika uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali, mulai dari masyarakat Bali Kuna hingga masyarakat Bali kontemporer. 2. Untuk memahami ideologi yang ada dibalik tetap eksisnya uang kepeng dan faktor-faktor lain yang turut melatar belakangi eksistensi uang kepeng dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer.
11 11 3. Untuk memahami makna uang kepeng bagi masyarakat Bali kontemporer. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis 1. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu kajian budaya (cultural studies), khususnya yang berkaitan dengan tinggalan budaya, maupun benda yang direproduksi kembali oleh masyarakat yang memiliki nilai historis dan berkaitan erat dengan kehidupan sosial budaya dan religi masyarakat dewasa ini. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi bagi para akademisi, dalam mengkaji fenomen kajian budaya dalam kaitannya antara benda bernilai historis dengan kehidupan masyarakat dewasa ini Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam upaya melestarikan nilai-nilai religi dan sosial budaya dalam kehidupan masyarakat.
12 12 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membangun partisipasi masyarakat umum untuk turut aktif dan peduli terhadap nilai-nilai luhur yang dijunjung dalam kehidupan sosial budaya dan religi terutama yang berkaitan dengan pemanfaatan benda-benda budaya yang bernilai historis. 3. Bagi kebudayaan, diharapkan penelitian ini dapat membuka wawasan yang lebih mendalam akan makna dari tinggalan budaya lainnya yang berhubungan erat dengan kehidupan masyarakat dewasa ini, sehingga masyarakat lebih peduli dan lebih mencintai tinggalan budaya, dan tetap menjunjung nilai-nilai budaya dan religi dalam pemanfaatan tinggalan budaya baik yang ada maupun yang direproduksi kembali.
BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau
Lebih terperinciOleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar. Menurut berita-berita Cina, pulau Bali dikenal dengan nama P oli.
Alur Perkembangan Kebudayaan Bali III Oleh: Hendra Santosa, Dosen PS Seni Karawitan ISI Denpasar 3. P oli dari Berita-berita Cina a. Berita-berita Cina Tentang Bali Menurut berita-berita Cina, pulau Bali
Lebih terperinciKerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)
Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Menyimak kata Pis Bolong terasa aneh bagi kebanyakan orang, oleh karena pis bolong adalah sebutan lain dari uang kepeng
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Kemajemukan itu dapat dikenali dari keanekaragaman budaya, adat, suku, ras, bahasa, maupun agama. Kemajemukan budaya menjadi
Lebih terperinciMenengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei
Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu
Lebih terperinci2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,
Lebih terperinciKERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA
KERAJAAN HINDU-BUDHA DAN ISLAM DI INDONESIA BESERTA PENINGGALANNYA STANDAR KOMPETENSI: 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah suatu Negara yang berbentuk Republik, dengan banyak Pulau di dalamnya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan di dalamnya tumbuh berbagai
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2
SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 4. INDONESIA MASA HINDU BUDHALatihan Soal 4.2 1. Persentuhan antara India dengan wilayah Nusantara didorong oleh berbagai faktor, salah satu faktor yang paling penting
Lebih terperincicommit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi tabut di Bengkulu semula merupakan ritual yang sakral penuh dengan religius-magis yaitu merupakan suatu perayaan tradisional yang diperingati pada tanggal 1
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan
Lebih terperinci2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional
Lebih terperinciKERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH
41 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH Kerangka Berpikir Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah
Lebih terperinciMASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan
MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan Budaya merupakan suatu hal yang dihasilkan masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pulau Bangka merupakan pulau kecil di sebelah selatan Sumatra. Pulau ini sudah terkenal sejak abad ke-6. Hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan prasasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang kaya budaya dan keberagaman etnis, bahasa, tradisi, adat istiadat, dan cara berpakaian. Indonesia terkenal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu
BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multikultural (multibudaya) dan tercampur menjadi satu wadah masyarakat urban
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keragaman fenomena sosial budaya menandai kehidupan masyarakat modern, khususnya yang hidup di kota besar. Masyarakat modern yang hidup dikota besar tidak lepas dari
Lebih terperinci2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang terletak di benua asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra, yaitu samudra
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan
BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan bagian yang melingkupi kehidupan manusia. Kebudayaan yang diiringi dengan kemampuan berpikir secara metaforik atau perubahan berpikir dengan
Lebih terperinciAKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)
AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi
Lebih terperinciJurnal Edu Science (JES) (ISSN: X) Vol.1 No.1 Edisi April 2014
PENGARUH KEBUDAYAAN ASING TERHADAP KEBUDAYAAN LOKAL (STUDI KASUS PEMUDA-PEMUDI DESA N6 BILA HULU KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Tengku Akhirul Program Studi Pendidikan PKn, STKIP Labuhanbatu Email : tengku@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masala Adat adalah prilaku yang terus menerus dilakukan yang akan menimbulkan kebiasaan pribadi, kebiasaan pribadi kemudian ditiru oleh orang lain lambat laun orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan
Lebih terperinci2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan Pariwisata dunia berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNWTO, World Tourism barometer pada tahun 2014 bahwa wilayah Asia Pasifik merupakan
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lampau dimana kawasan Sumatera Utara masuk dalam wilayah Sumatera Timur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara adalah suatu kawasan yang banyak menyimpan bentukbentuk kesenian tradisional Melayu. Hal ini berkaitan dengan sejarah masa lampau dimana kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang tidak terlepas dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perdagangan, sektor perekonomian, dan sektor transportasi. Dari segi. transportasi, sebelum ditemukannya mesin, manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Kuda dalam perkembangannya telah ada ketika manusia mulai melakukan aktivitas produksi yang tidak dapat dipenuhi dari hasil produksinya sendiri. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat sangat menguntungkan dikarenakan berdekatan dengan kota Surabaya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara mempunyai kebudayaan yang beraneka ragam. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai adat dan kebiasaan masing-masing.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinciKAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D
KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
Lebih terperinciB. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa
A. Latar Belakang KOPI, Dewasa ini, tradisi masyarakat menjadi perhatian aset warisan bangsa. Hal ini disebabkan karena dinamika zaman telah mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Tradisi masyarakat selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 32 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 32 TAHUN 2010 TENTANG KAMPUNG BUDAYA GERBANG KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi
BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas formal namun semua itu tidak begitu subtansial. Mitos tidak jauh dengan
1 BAB I PENDAHULUAN E. Latar Belakang Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan kemajemukan dilihat dari berbagai aspek segi dan dimensi. Dari kemajemukan yang banyak ini, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku etnis dan bangsa yang memiliki ciri khas masing-masing. Dari berbagai suku dan etnis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia kaya akan keragaman warisan sejarah, seni dan budaya yang tercermin dari koleksi yang terdapat di berbagai museum di Indonesia. Dengan tujuan untuk mempromosikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi sudah melewati proses sejarah yang sangat panjang, suatu fenomena yang dirasakan semakin kuat mencengkram memasuki abad dua puluh satu ini. Umat manusia
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Cirebon adalah salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada dipesisir utara Jawa Barat dan termasuk ke dalam wilayah III (Cirebon,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyebaran agama Islam di Yogyakarta khususnya untuk kalangan etnis Tionghoa sudah terjadi sejak lama. Orang-orang China yang bermukim di Jawa adalah orang-orang
Lebih terperinciJURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)
JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan ekonomi yang sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi kota adalah perdagangan. Sektor ini memiliki peran penting dalam mendukung
Lebih terperinciBAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual
BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Dengan pentingnya peranan pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upacara Adat Labuh Saji berlokasi di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, pada tahun ini upacara dilaksanakan pada tanggal 13 Juni hal tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha melaksanakan program pemerintah tentang peraturan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah (Undang-Undang No. 22 & 32 Tahun 1999), setiap pemerintah daerah
Lebih terperinciDESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang
Lebih terperinciABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING
ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING MODEL PENGEMBANGAN PERAN LEMBAGA SOSIAL DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS MASYARAKAT SUKU USING BERBASIS KEARIFAN LOKAL Ketua/Anggota Peneliti: Dra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI TEORETIS DAN FOKUS PENELITIAN A. Deskripsi Teoretis 1. Hakikat Tradisi dan Kebudayaan Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai nasionalisme dan kecintaan terhadap bangsa sendiri merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh warga negara. Hal ini tidak terlepas dari kepedulian kepada
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG
DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG. 197207191997032001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR 2013 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maluku Utara merupakan sebuah Provinsi yang tergolong baru. Ini adalah provinsi kepulauan dengan ciri khas sekumpulan gugusan pulau-pulau kecil di bagian timur wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciBahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional
Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional Oleh : Andy Wijaya NIM :125110200111066 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peranan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,
Lebih terperinciGlobalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
Globalisasi Peredaran Narkoba Oleh Hervina Puspitosari, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. Pendahuluan Globalisasi itu seperti dua sisi koin yang berbeda. Bukan hanya memberikan dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 kepulauan yang berlokasi disepanjang khatulistiwa di Asia Tenggara yang tentunya memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam
Lebih terperinci