STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL PENELITIAN FUNDAMENTAL STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI Oleh : Drs. I Wayan Mudra, M.Sn Prof. Drs.A.A. Rai Kalam Drs. I Nyoman Ngidep Wiyasa, M.Si Drs. I Wayan Sukarya DIBIAYAI DARI DANA DP2M DITJEN DIKTI SURAT PERJANJIAN NO. 058/SP2H/PP/DP2M/III/2007 DIREKTORAT JENDERALPENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN JURUSAN KRIYA SENI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2007

2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR 1. Judul STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap Drs. I Wayan Mudra, M.Sn b. Jenis Kelamin Laki-laki c. NIP d. Pangkat/Golongan Pembina/Iva e. Jabatan Fungsional Lektor Kepala f. Fakultas/Jurusan FSRD/Kriya g. Perguruan Tinggi ISI Denpasar h. Pusat Penelitian LP2M ISI Denpasar 3. Jumlah Tim Peneliti 4 orang 4. Lokasi Penelitian Bali 5. Masa Penelitian April 2007 Januari Biaya yang disetujui Rp ,- (Dua puluh tujuh juta rupiah) Mengetahui Denpasar, 30 Desember 2007 Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain Ketua Peneliti Institut Seni Indonesia Denpasar Drs. I Wayan Karja, MFA Drs. I Wayan Mudra, M.Sn. NIP NIP Menyetujui Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) ISI Denpasar Prof. Drs. A.A. Rai Kalam NIP ii

3 RINGKASAN Penelitian ini menggunakan pendekatan rasional-empiris (induktif kualitatif) yaitu dimulai dengan problematik yang dihadapi peneliti. Permasalahan yang dihadapi peneliti adalah infotmasi tentang uang kepeng secara ilmiah kepada masyarakat belum banyak disampaikan, balk sebagai benda upakara, pengembangan produk kerajinan maupun terkait dengan konsep ajeg Bali. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi melalui pemotretan. Sesuai dengan variabel yang ditetapkan sumber datanya adalah uang kepeng yang dipakai produk kerajinan, produk seni kerajinan yang menggunakan bahan uang kepeng, perajin yang membuat produk seni kerajinan tersebut, budayawan, tokoh agama dan tokoh akademisi. Pengambilan data dilakukan teknik sampel tenatama produk kerajinan yang terbuat dari bahan uang kepeng. Karena cukup banyak kelompok-kelompok perajin yang menggunakan uang kepeng sebagai benda kerajinan yang terfokus di 3 wilayah yaitu Kabupaten Gianyar, Klungkung dan Kota Denpasar. Jenis produk yang dibuat hampir sama sehingga memungkinkan pengambilan datanya dilakukan dengan pendekatan sampel. Uang kepeng sebagai produk kerajinan di Bali saat ini (2007) dapat dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu jenis patung, tamiang/lamak, dan bendabenda berfungsi. Jenis patung yang dibuat seperti patung rambut sedana, patung dewa-dewi, patung saraswati, patung Gajah, patung legong, patung Kresna dan lain-lain. Uang kepeng sebagai tamiang, bentuknya dapat dilihat seperti tamiang bundar, persegi, salang, capah, ceniga, dan lain-lain- Sedangkan uang kepeng sebagai benda-benda berfungsi pakai dapat dilihat dalam bentuk bokor, tempat daksina, tempat perhiasan, pabuan, dan lain-lain. Bendabenda berfungsi pakai ini paling sedikit jenisnya dibandingkan bentuk yang lain. Semua jenis benda yang terbuat dan Uang kepeng ini pada mulanya hanya dibuat untuk kepentingan terkait dengan upacara Agama Hindu di Bali. Namun karena bentuknya yang indah dan unik, maka diminati oleh wisatawan. Maka perajin juga membuat benda-benda ini untuk memenuhi permintaan wisatawan. Pencetakan uang kepeng di Bali dilakukan oleh UD. Kamasan di Kabupaten Klungkung yang mencetak uang kepeng bertuliskan huruf Bali dan UD. Mulya Mengwi di Kabupaten Badung yang mencetak uang kepeng bertuliskan huruf Cina. Pencetakan uang kepeng ini sebagai upaya untuk memenuhi masyarakat Bali dari kelangkaan uang kepeng. Kaitan pencetakan uang kepeng dengan ajeg Bali, secara jelas tidak diuangkap oleh para narasumber, namun dan pendapatnya mengindikasikan bahwa usaha pencetakan uang kepeng tersebut sebagai upaya melestarikan penggunaan uang kepeng dalam kehidupan berbudaya dan beragama Hindu di Bali. Kalau dicermati melestarikan dalam hal ini mengadung arti memelihara atau mengajegkan Bali melalui pemakaian uang kepeng dalam kehidupan berbudaya dan beragama di Bali. Karena banyak yang khawatir jika pencetakan uang kepeng tidak dilakukan kelangkaan yang kepeng akan terus berlanjut dan suatu saat akan lenyap secara perlahan. Menurut mereka usaha pencetakan Uang kepeng ini patut didukung untuk meminimalisir penggunaan uang kepeng polos iii

4 oleh masyarakat dengan bahan yang tidak ada kandungan panca datunya. Jika hal ini dilakukan terus menerus akan secara perlahan menurunkan nilai-nilai dan makna uang kepeng pada upacara yadnya. Pada gilirannya akan berpengaruh terhadap keajegan Bali secara umum. SUMMARY This research use approach rasional-empiris (inductive qualitative), started with problematik researcher. Problems researcher is information about money of kepeng scientifically not yet to society as object of upakara, product development and also related to concept ajeg Bali. Technique data collecting done by observation, interview, and photograph. As according to specified variable. the source of its data is money of kepeng weared product, artistic crafting product using money materials of kepeng, craftman making artistic product crafting, culture figure, religion figure and academician figure. Intake of data done by technique of sampel especially made crafting product of money materials of kepeng. Because a lot crafmans of kepeng money as focused in 3 region that is Sub Province of Gianyar, Klungkung and Town of Denpasar. made Type Product much the same to so approach of sampel. Money of Kepeng as crafting product in Bali in this time (2007) can be grouped in 3 type that is idol type, tamiang/lamak, and functioning objects. Idol type like rambut sedana idol, dewa-dewi idol, saraswati idol, elephant idol, legong ido, Kresna idol and others. Money of Kepeng as tamiang, its form can be seen like domed tamiang, square, salang, capah, ceniga, and others. Money of kepeng as functioning objects wear can be seen like bokor, place of daksina, ornament place, pabuan, and others. Functioning objects wear the least compared to other form. All made object type money of kepeng this in the beginihg only made for Hindu -ritual in Bali. Because its unique and beautiful, hence enthused by tourist. Craftmans make this objects to fulfill request of tourist. Printing money of kepeng in Bali done by UD. Kamasan in Sub-Province of Klungkung printing money of kepeng write down Bali letter and UD. Mulya Mengwi in Sub-Province of Badung printing money of kepeng write down Chinese letter. Printing money of kepeng as effort to fulfill Bali society from rare of kepeng money. Related printing money of kepeng with Bali ajeg, do not clearly by guest speaker, but from its opinion we have indication that effort printing money of kepeng mentioned as effort preserve usage money of kepeng in cultured life and believe Hindu in Bali. If careful preserve in this case meaning look after of Bali culture by usage money of kepeng in cultured life and believe in Bali. Because a lot worry if printing money of kepeng do not he done the rare of money of kepeng still going on and in a moment will vanish s;owly. According to them the effort printing money of kepeng this make proper to be supported for the minimum usage money of kepeng artless by society with materials no content of Panca Datu. if this matter be done continuously will slowly degrade money meaning and values of kepeng in upakara yadnya in Bali. In turn will have an effect on to keajegan of Bali in general. iv

5 PRAKATA Kami patut bersyukur kehadapan Tuhan yang Maha Kuasa, karena berkat ridonyalah penelitian ini dapat diselesaikan sesuai jadwal. Laporan penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan tentang pencetakan uang kepeng di Bali kaiatannya dengan pengembangan produk seni kerajinan dan konsep ajeg Bali. Peneliti menggucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu terwujudnya laporan penelitian ini, diantaranya UD. Kamasan di Kabupaten Klungkung dan UD. Mengwi di Kabupaten Badung di Propinsi Bali. Disamping itu ucapan terimakasih juga ditujukan kepada perajin yang menggunakan uang kepeng sebagai bahan kerajinan, budayawan, tokoh agama, akademisi dan Dinas Kebudayaan Propinsi Bali yang telah banyak membantu dalam proses pengumpulan data, serta kepada berbagai pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami telah berusaha mewujudkan hasil penelitian ini dengan maksimal, namun kami menyadari bahwa hasil yang kami sajikan ini masih jauh dari ukuran sempurna, karena keterbatasan-keterbatasan kami dan kendala-kendala yang ditemukan dilapangan. Untuk itu kami berharap ada koreksi atau tanggapan positif dari berbagai pihak yang kompeten untuk memberikan argumennya secara positif, guna perbaikan-perbaikan pada penelitian-penelitian selanjutnya. Walaupun demikian besar harapan kami penelitian ini semoga bermanfaat. Terimakasih. Denpasar, Desember Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... RINGKASAN DAN SUMMARY... PRAKATA... DAFTAR ISI... Halaman i ii v vi I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN YANG TELAH DILAKUKAN Tinjauan Uang Kepeng di Bali Uang Kepeng dalam Upacara Agama Hindu di Bali Uang Kepeng sebagai Benda Kerajinan Sekilas tentang Produk Seni Kerajinan Tinjauan Ajeg Bali... 7 III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 9 IV. METODE PENELITIAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan uang kepeng Bali sebagai bahan produk seni kerajinan di Bali a. Jenis uang kepeng yang dipakai produk seni kerajinan b. Teknik pembuatan produk seni kerajinan yang menggunakan uang kepeng c. Produk seni kerajinan yang dapat dibuat dengan menggunakan uang kepeng Pencetakan Uang Kepeng Bali a. Pencetakan Uang Kepeng pada UD. Kamasan di Kabupaten Klungkung b. Pencetakan Uang Kepeng pada UD. Mulya Mengwi di Kabupaten Badung c. Jenis-jenis uang kepeng Bali d. Jenis-jenis huruf yang dicetak pada uang kepeng Bali Kaitan Pencetakan Uang Kepeng dengan Konsep Ajeg Bali VI. KESIMPULAN DAN SARAN VII. DAFTAR PUSTAKA VIII. LAMPIRAN vi

7 I. PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan uang kepeng sebagai produk seni kerajinan. Kedua ingin mengetahui cara pencetakan uang kepeng di Bali serta kaitannya dengan konsep Ajeg Bali. Beberapa sumber menyebutkan uang kepeng ada di Bali mulanya berasal dari China, bentuknya pipih, bundar dan bagian tengahnya berlobang segi empat dan bertuliskan huruf China. Beberapa tahun terakhir di Bali muncul kerajinan pencetakan uang kepeng bertuliskan huruf Bali dengan mengadopsi teknologi dari luar Bali. Munculnya kerajinan pencetakan uang kepeng ini mungkin terkait dengan makin mahalnya uang kepeng China yang diperlukan untuk perlengkapan upakara dalam Agama Hindu di Bali. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang signifikan tentang uang kepeng, jenis-jenis produk seni kerajinan yang dapat dibuat dan uang kepeng yang bemilai tinggi dan juga dapat diketahui bagaimana proses pencetakan uang kepeng di Bali dan menjadi kemudahan masyarakat untuk mendapatkan uang kepeng. Hasil penelitian lainnya adalah memberikan informasi yang valid tentang bagaimana uang kepeng tersebut digunakan sebagai sarana upakara dalam Agama Hindu di Bali, apa makna yang terkandung didalamn.ya. Ini perlu diteliti karena informasi yang benar kepada generasi penerus perlu terus dilakukan untuk pelestarian budaya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Manfaat lain yang diharapkan adalah memberikan gambaran yang lebih jelas apakah pencetakan uang kepeng Bali terkait dengan konsep kesadaran ajeg Bali. Karena saat ini di Bali muncul fenomena demam Ajeg Bali, sehingga terlalu mudah mengatakan segala sesuatu tindakan atau proses yang mengangkat ikon-ikon tradisional Bali kerapkali dikaitkan dengan konsep Ajeg Bali. Apakah itu betul atau hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lain. Hal ini perlu diteliti untuk mencari kebenarannya. 1

8 II. KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN YANG SUDAN DILAKSANAKAN 1. Tinjauan Uang Kepeng di Bali Pada abad ke-7 Masehi berdasarkan berita- berita China dari dinasti Tang, di Bali telah beredar uang kepeng yang berasal dari China diduga pada permulaannya adalah berfungsi sebagai alat tukar. Di Bali uang kepeng disebut pis bolong atau jinah bolong. Pis atau pipis adalah kata bahasa Bali yang artinya uang. Kata pis lebih lasim penggunaannya sampai sekarang. Bolong adalah kata Bahasa Bali yang artinya lubang. Dengan demikian pis bolong artinya uang yang berlubang. Bentuknya bulat ditengahnya berlubang segi empat bujur sangkar atau segi enam sama sisi. Pis bolong adalah sekeping uang logam yang terbuat dari emas, perak, tembaga atau timah 1. Berikut contoh uang kepeng. Beberapa contoh uang kepeng. Berdasarkan bukti- bukti prasasti Sukawana A 1 yang berangka tahun 882 Masehi uang kepeng itu diduga.telah mempunyai fungsi dalam hubungannya dengan upacara Agama Hindu di Bali. Menurut Subrata, masyarakat Bali diperkirakan sudah mengenal uang kepeng, sejak berdirinya Kerajaan Singasari hingga Majapahit. Berdasarkan peninggalan-peninggalan yang ditemukan di Bali ternyata terdapat jenis uang kepeng buatan dari Luar Negeri seperti China, Korea, Jepang, Anam dan juga buatan Indonesia 2. Hartawan seorang kolektor uang kepeng asal Tegal Kubu, Samplangan, Gianyar Bali yang sempat membantu mengklasifikasikan koleksi Museum Bali, mengatakan dan perburuannya terhadap uang kepeng dimulai tahun 1995 ditemukan bahwa uang kepeng tak hanya berasal dari Cina. Dia mendapatkan literatur memuat jenis uang kepeng asal negara lain. Selain Cina, ada empat (4) negara yang memproduksi uang kepeng, antara lain : Vietnam, Jepang, Korea, dan Indonesia. Dari jumlah yang beredar di pasaran dunia, termasuk Bali, produksi Cina paling banyak. 1 I.B. Sidemen. Nilai Historis Uang Kepeng. Percetakan Rejeki, Yogyakarta, 2002, hal http/ 2

9 Khusus uang kepeng Cina, diproduksi sejak jaman Dinasti Han (206 SM- 220M). Dinasti berikutnya juga menciptakan uang serupa, seperti Dinasti San Kuo ( M), Dinasti Suei ( M), Dinasti Tang ( M), Dinasti Sung ( ), Dinasti Yuan ( M), Dinasti Ming ( M), dan Dinasti Ching ( M). Uang kepeng dari dinasti terakhir inilah sekarang banyak beredar di masyarakat (Bali), yang cirinya terlihat pada kedua sisi bertuliskan huruf Cina. Sedangkan uang kepeng jaman sebelumnya hanya satu sisi saja 3. Subrata juga menulis, asal pis bolong Cina dapat dikenali dari huruf yang tercetak pada kedua permukaannya. Tanpa melalui penelitian yang mendalam pun seseorang akan menyatakan huruf itu adalah Cina. Namun, penelitian secara kritis ilmiah yang dilakukan beberapa pakar numistik telah menemukan uang logam yang pernah beredar di Nusantara tak semuanya berasal dari Cina. Pis bolong yang ditemukan di Bali yang disebut pis faring, dicetak pada masa pemerintahan Dinasti Keshogunan Tokugawa di Jepang (1769 M-1860 M). Demikian juga satu jenis pis bolong yang oleh masyarakat Sembalun, Lombok Timur disebut pis jepun diperkirakan berasal dari Jepang. Dalam bahasa Sembalun, negeri Jepu itu sama dengan Jepang 4. Selain sebagai alat transaksi pembayaran dan upacara, menurut penuturan para tetua di Bali bahwa Pis Bolong yang memiliki keunikan dan ciri tertentu selalu menjadi incaran terutama para remaja. Tempo dulu dikalangan remaja ada yang gemar untuk mendapatkan PIS REJUNA yaitu pis bolong yang bergambar Tokoh Pewayangan yang paling cakap dalam memanah yaitu Sang ARJUNA. Oleh para remaja Pis Bolong bergambar Arjuna ini dipercaya bisa digunakan untuk memikat gadis. Disamping Pis Arjuna ada juga yang disebut Pis Jaran yang dipercaya memiliki khasiat memberi kekuatan menyamai Kuda. Pis ini biasanya dipercaya digunakan di dalam pertandingan lari, sepak bola dan olah raga lain yang memerlukan stamina kuat untuk bertanding. Ada juga yang disebut Pis Tualen, Pis Sangut yang kegunaannya sesuai dengan karakter tokohtokoh yang ada dalam pewayangan itu 5. Terkait dengan jenis pis bolong di atas, penelitian I.B. Sidemen juga menyebutkan ada kepercayaan masyarakat Bali tempo lulu meyakini beberapa jenis pis bolong yang memiliki kekuatan gaib. Uang kepeng seperti ini disebut pis jimat, jenisnya antara lain : Pis Jogor Manik, Pis Anoman, Pis Kresna, Pis Dedari, Pis Rama, Pis Jaran, Pis Jaring, Pis Ghana, Pis tanpa nama, Pis Rejuna, Bali Galang.com

10 Pis Siwa, dan Pis Bima. Jenis-jenis pis bolong ini hanya ditemukan masingmasing satu biji Uang Kepeng dalam Upacara Agama Hindu di Bali Masyarakat Hindu di Bali hingga kini masih akrab dengan pis bolong. Kendati sejak tahun 1951 pemerintah RI telah mengeluarkan undang-undang tentang uang RI sebagai alat pembayaran yang sah, pis bolong masih saja berlaku di Bali, terutama sebagai sarana upakara. Sesungguhnya sebagian besar upakara agama Hindu di Bali menggunakan pis bolong. Bahkan, dalam jenis-jenis upakara tertentu, peranan pis bolong menjadi sesuatu yang penting. Penggunaan pis bolong sebagai bagian sarana upakara yang berlangsung hingga sekarang, menjadikan jumlah pis bolong asli di Bali semakin berkurang, karena tak dicetak dan tak diekspor lagi oleh negara Cina. Untuk memenuhi permintaan masyarakat akan uang kepeng semakin meningkat, maka dilakukan dengan mencetak pis bolong tiruan. Bahkan, ada uang kepeng berbahan baku seng yang hanya dibuatkan lubang tanpa disertai huruf pada kedua sisinya. Namun, uang ini pun laku di pasaran. Dan segi ekonomi pencetakan uang kepeng baru (tiruan) tentu sangat menjanjikan. Karena itu, banyak yang berupaya mencetak uang kepeng. Keinginan untuk mencetak uang kepeng baru dengan menggunakan bahan baku panca datu pun muncul belakangan. Bahkan, upaya itu sudah terwujud dengan dicetaknya uang kepeng beraksara Bali yang diprakarsai oleh Lembaga Pelestarian Warisan Budaya Bali. Uang kepeng itu diberi nama jinah upakara. Pencetakan uang kepeng yang konon melibatkan para perajin Bali itu tentu diharapkan memberi nilai tambah bagi masyarakat 7. Arti uang kepeng dalam upacara Hindu di Bali Bahan: Bahan uang kepeng mengandung unsur-unsur Pancadatu. Unsur-unsur Pancadatu adalah tembaga, timah, besi, perak dan emas. Bentuk: Uang kepeng dari segi bentuknya merupakan lambang daripada windu (bulatan). Bilangan satuan: Pada zaman dahulu satuan uang kepeng merupakan satuan bilangan yang terkecil sehingga paling mudah untuk menentukan jumlah satuan. Masing-masing-masing bilangan 1 sampai 9 mengandung arti 6 I.B. Sidemen, Op.cit. hal

11 simpolis urip. Sesuai dengan urip pengider-ideran. Dipergunakan pada waktu orang melakukan upacara pemegatan (pemutusan) dalam upacara kematian dan upacara perceraian. Fungsi uang kepeng: Uang kepeng dipergunakan sebagai sarana untuk melengkapi upakara Panca Yadnya, misainya dalam banten, dalam buah lis, orti, dan sebagainya. Dapat juga berfungsi sebagai alat- alat upakara yang sifat menghias, seperti : lamak tamiang, salang, payung pagut, panyeneng, kolem, lontek dan lain-lain. Disamping itu pis bolong digunakan sebagai sesari, singgel, ukur atau preraga, bekal kubur (galeng watangan dan bukubuku penyolasan), cegceg, sekarura dan lain-lain. Pis bolong juga kerap digunakan sebagai arca pemujaan yang disebut rambut sedana. Mengingat semakin langkanya uang kepeng di Bali maka dalam beberapa hal seperti sesari/sesantun, penebusan, pengargan tirta dan lain-lain dapat disesuaikan dengan uang yang mempunyai nilai tukar yang sah 8. Kaitannya. dengan kelangkaan uang kepeng di Bali, Ida Pandita Nabe Sri Bhagawan Dwija Warsa Nawa Sandhi menyebutkan bahwa Paruman.Sulinggih pernah memutuskan tentang penggunaan uang-kepeng yang dituangkan dalam Kesatuan Tafsir Terhadap Aspek-aspek Agama Hindu, bahwa pis bolong bisa diganti dengan uang Rupiah resmi yang berlaku sekarang, misalnya dengan uang logam. Jadi jika dalam lontar disebut menggunakan pis bolong solas keteng maka kita dapat menggunakan uang logam pecahan Rp. 100,- atau lebih sebanyak 11 biji Uang kepeng sebagai Benda Kerajinan. Uang kepeng di Bali disamping terkait dengan agama, dewasa ini dikembangkan sebagai bahan produk kerajinan, misalnya sebagai bahan patung yang dipadukan dengan bahan kayu. Usaha ini dilakukan oleh beberapa perajin di Kabupaten Gianyar dan Klungkung Bali. Kaitannya dengan kerajinan ini, pada website Indosiar dimuat para perajin di Bali selama ini dikenal kreatif dalam menciptakan berbagai bentuk benda seni. Bahkan uang kepeng sekalipun bisa mereka sulap menjadi benda seni bernilai tinggi yang nilainya jutaan rupiah. Produk kerajinan yang dibuat misainya berbagai jenis patung. Made Sughandi, perajin uang kepeng asal Desa Kamasan Klungkung mengatakan, patung dari uang kepeng ini menjadi peluang bisnis yang cukup menjanjikan

12 Berdasarkan komoditi yang diperdagangkan, PKB 2005 mulai dipamerkan kerajinan uang kepeng atau pis bolong. Kerajinan uang kepeng ikut diperdagangkan karena merupakan salah satu kebutuhan upacara masyarakat Bali 11. Pada media Bisnis Bali berikutnya juga memuat kerajinan uang kepeng, baik dalam bentuk patung yang menggambarkan tokoh pewayangan maupun dalam bentuk gantungan tamiang atau lamak sangat diminati konsumen. Meski harga yang ditawarkan cukup mahal, tak mengurangi minat konsumen untuk inembeli barang kerajinan itu. Salah seorang perajin dan UD. Kamasan Bali, Maha Yana, menuturkan, kerajinan uang kepeng ini diminati konsumen lokal dan asing. Menurutnya bentuk yang unik dan menarik menyebabkan kerajinan uang kepeng ini sangat diminati konsumen.jika dibandingkan dengan barang kerajinan Iainnya, katanya, kerajinan uang kepeng ini harganya cukup mahal. Uang kepeng yang berbentuk gedong dengan tinggi sekitar 10 cm dijual dengan harga Rp Sementara kerajinan uang kepeng yang berbentuk patung yang menggambarkan tokoh pewayangan (rambut sedana) dengan tinggi sekitar 40 cm, harganya bisa mencapai Rp 7 juta. Jika tinggi patungnya mencapai 70 cm, harganya bisa mencapai Rp 8 juta. Mahalnya harga kerajinan uang.kepeng itu, menurut Maha Yana, disebabkan bahan baku kerajinan itu menggunakan uang kepeng yang asli. Disamping itu, proses pembuatannya juga cukup rumit dan menggunakan teknik tersendirik untuk menonjolkan karakter seni yang diinginkan. Patung ini dirancang dengan pola merangkai uang kepeng sehingga membentuk satu kesatuan. Waktu pengerjaannya sekitar 1 bulan untuk ukuran patung setinggi 40 cm. Sementara itu, Yani salah seorang perajin dari UD Rai menambahkan, permintaan uang kepeng saat ini cukup tinggi. Jika ada kegiatan upacara keagamaan di Bali, permintaan uang kepeng biasanya juga mengatami lonjakan Sekilas tentang Produk Seni Kerajinan Di masyarakat produk seni kerajinan terdiri dari berbagai jenis, misalnya dilihat dari bahannya terdiri dari produk kerajinan logam, perak, emas, kayu, bambu, keramik, batu padas, kombinasi dari berbagai bahan, dan lain-lain. Pada dunia pendidikan produk kerajinan ini lebih dikenal dengan produk seni kriya, tentu jangkauan kriya lebih luas dari sekedar produk seni kerajinan. Sifat produk seni kerajinan umumnya adalah indah, menyenangkan, mudah dipahami, 11 Bali.com.2004/03/ Bali.com.2005/06/23 6

13 harganya terjangkau, unik, mencerminkan budaya lokal, kreatif, ketrampilan tinggi, dan lain-lain. Gustami juga menyebutkan seni kriya adalah suatu karya yang unik dan karakteristik mengandung nilai-nilai simbolik, estetik, filosofis dan fungsional, perwujudannya didukung oleh craftmanship yang tinggi 13. Selaras hal tersebut Soedarso, SP, menambahkan seni kriya selalu menuntut ketekunan, ketelitian dan kesabaran yang tinggi dalam penciptaannya 14. Prof. Yusuf Affendi D, MA. pada Semiloka Metode Penelitian dan Penciptaan Seni Institut Seni Indonesia Denpasar 15 Desember 2005 di Hotel Sahid - Pantai Kuta Bali, menulis kriya seni yang kreatif adalah kriya seni yang dapat dinikmati, ditanggapi, dimiliki oleh banyak orang. Bukan seni/desain kriya yang sangat terbatas 15. Menurut Peter Dormer kekuatan dan nilai karya kriya (craft) terletak apa yang tampil dan terlihat pada karya tersebut (obsorbed simply by looking). Dari penampilan tersebut akan dapat dilihat kualitas teknik, pengolahan material, dan keindahan. Craft adalah ketrampilan membuat sesuatu 16. Kerajinan patung atau jenis lainnya yang terbuat dari uang kepeng ini termasuk produk kriya yang menampilkan ketrampilan cukup tinggi, indah dan menarik. Penelitian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya adalah uang kepeng kaitannya dengan penggunaannya dalam Agama Hindu. 5. Tinjauan Ajeg Bali Konsep ajeg Bali, bukanlah konsep yang stagnan, yaitu sebuah pembaharuan terus menerus secara sadar oleh manusia Bali. Tujuannya menjaga identitas, ruang serta proses budaya Bali, muaranya adalah upaya peningkatan kekuatan manusia Bali agar tidak jatuh di bawah penaklukan. hegomoni budaya global. Kesadaran ini sangat penting, banyak yang khawatir masa depan Bali, karena orang Bali kurang eling (sadar). Jika kesadaran ini tidak muncul, maka agama, adat dan budaya Bali akan dikesampingkan dan lenyap secara perlahan. Memang belum ada konsep baku tentang ajeg Bali, tetapi paling tidak Pemerintah Daerah Bali, legisitif, yudikatif, Pemda Kabupaten dan Kota harus memiliki kebijakan yang memihak kepada pelestarian agama, budaya, lingkungan dan masyarakat Bali. Berbicara keajegan Bali dapat disoroti dari berbagai bidang seperti : agama, seni budaya, pariwisata, niaga, pertanian, lingkungan, transportasi, politik, pendidikan, tata ruang, arsitektur dan lainlain SP. Gustami, Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. BP. ISI, Yogyakarta, 1992, hal SP. Soedarso, Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni. BP. ISI, Yogyakarta, 1999, hal.3 15 Prof. Yusuf Affendi D, MA. Proses Artistik Kriya Menuju Industri Seni Makalah Semiloka Metode Penelitian dan Penciptaan Seni Institut Seni Indonesia Denpasar 15 Desember di Hotel Sahid-Pantai Kuta Bali. 16 Asmudjo Jono Irianto, Kriya Kontemporer Indonesia Yang Mana?, Visual Art, Pebruari/ Maret, 2005, h ABG Satria Narada, Ajeg Bali, Balipost, 2004, hal.ii-v 7

14 Perubahan sikap masyarakat dalam berbudaya karena adanya berbagai macam kepentingan yang secara sadar atau tidak sadar dapat membawa dampak yang kurang baik terhadap keajegan suatu budaya. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh eksternal dan internal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perubahan adalah pertambahan penduduk, penerapan penemuan baru, harus sekularisasi, ekonomi, warna politik suatu negara dan lain-lain. Menurut Kuntjaraningrat kreativitas-kreativitas baru dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap perubahan budaya tersebut terlepas dari perubahan yang membawa dampak positive atau negative 18. Seperti misalnya kreatifitas perajin yang tidak terpikirkan sebelumnya menggunakan bahan uang kepeng sebagai bahan seni kerajinan patung, atau perubahan sikap penggunaan uang kepeng China ke uang kepeng Bali. Salah satu pendapat tentang ajeg Bali adalah ajeg Bali cirinya adalah Satyam (kebenaran), Siwam (kesucian), dan Sundaram (keindahan). Semuanya harus dipenuhi. Bahkan tidak saja dalam bentuk phisik, misalnya, cara membuang sampah, tetapi juga non-phisik. Tidak ada judi (tajen, bola adil, permainan dadu) 19. Lain halnya dengan I Ketut Gobyah, Bali akan ajeg kalau Panca Yadnya itu dilakukan dengan benar sesuai dengan konsepnya dalam Sastra Drstha. Perwujudan Panca Yadnya ini harusnya mampu membangun kesetaraan dan kebersamaan yang sinergis. Menjaga kelestarian lingkungan rohani, sosial dari alam. Itulah ciri ajegnya Bali 20. Konsep ajeg Bali yang dikemukakan di atas semuanya bermuara pada bagaimana Bali supaya tetap lestari dengan ke-bali-annya. Bali yang tetap ajeg dengani jati dirinya yang asli, Bali yang indah, nyaman, ramah, sopan, dan harmonis. 18 Kuntjacaningrat, Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan, PT. Gramedia, Jakarta, Th.1974, Hal /12/

15 III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Jenis uang kepeng yang dipakai produk seni kerajinan. b. Teknik Pembuatan produk seni kerajinan yang menggunakan uang kepeng. c. Jenis jenis produk kerajinan yang dibuat dari bahan uang kepeng. d. Teknik pencetakan uang kepeng Bali. e. Jenis jenis uang kepeng Bali. f. Jenis-jenis huruf yang dicetak pada uang kepeng Bali. g. Kaitan pencetakan uang kepeng dengan konsep ajeg Bali 2. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat hasil penelitian ini adalah berupa kajian hasil penelitian yang diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi yang signifikan kepada masyarakat luas dan instansi terkait tentang uang kepeng, jenis-jenis produk seni kerajinan yang dapat dibuat dari uang kepeng yang bernifai tinggi dan jugs dapat diketahui bagaimana proses pencetakan uang kepeng di Bali dan menjadi kemudahan masyarakat untuk mendapatkan uang kepeng. Disamping itu sebagai sumber informasi tentang bagaimana uang kepeng tersebut digunakan sebagai sarana upakara dalam Agama Hindu di Bali, apa makna yang terkandung didalamnya. Hal ini perlu disampaikan dengan benar kepada genefasi penerus untuk pelestarian budaya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Manfaat ini dapat dikatakan sebagai pelestarian budaya yang unik. Penelitian ini memberikan gambaran yang lebih jelas apakah pencetakan uang kepeng Bali terkait dengan konsep kesadaran ajeg Bali atau hanya sebagai komoditi terkait ekonomi semata. 9

16 IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan rasional-empiris (induktif kualitatif). Menurut DR. Gempur Santoso, Drs, M.Kes. metode ini dimulai dengan problematik yang dihadapi peneliti. Problematik atau permasalahan tersebut dikaji secara teoritis dicari dasar-dasar rasionalitasnya 21. Demikian juga Bogdan dan Taylor menjelaskan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati 22. Permasalahan yang dihadapi peneliti adalah informasi tentang uang kepeng secara ilmiah kepada masyarakat belum banyak disampaikan, balk sebagai benda upakara maupun terkait dengan benda kerajinan. Pada penelitian ini data dikumpulkan berdasarkan pengamatan langsung terhadap: a. Benda uang kepeng. b. Produk kerajinan dari bahan uang kepeng. c. Proses pembuatan uang kepeng Bali. d. Hasil wawancara dengan narasumber tentang hubungan pencetakan uang kepeng dengan konsep ajeg Bali. Untuk mebedah tujuan. penelitian yang pertama akan ditetapkan sumber datanya adalah uang kepeng yang dipakai produk kerajinan, produk seni kerajinan yang menggunakan bahan uang kepeng, serta perajin yang membuat produk seni kerajinan tersebut. Hanya perajin sebagai sumber data diambil secara keseluruhan (penelitian populasi), sedangkan yang lainnya memakai pendekatan sample, termasuk untuk tujuan penelitian yang kedua dan ketiga. 1. Variabel dan Sumber Data Dalam membahas STUDI UANG KEPENG SEBAGAI PRODUK SENI KERAJINAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONSEP AJEG BALI DI BALI, variabel (obyek penelitian) dan sumber datanya dapat dijabarkan sebagai berikut: No Obyek Penelitian (Variabel) 1 Penggunaan uang kepeng Bali sebagai bahan produk seni kerajinan di Bali 2 Pencetakan Uang Kepeng Sub Variabel a. Jenis uang kepeng yang dipakai produk seni kerajinan b. Teknik Pembuatan produk seni kerajinan yang mengunakan uang kepeng c. Jenis-jenis produk seni kerajinan yang dapat dibuat dengan menggunakan bahan uang kepeng, a. Pencetakan Uang Kepeng pada UD Kamasan di Kabupaten Sumber Data Uang kepeng, Produk seni kerajinan yang dibuat dengan menggunakan bahan uang kepeng dan Perajin membuat kerajinan dengan uang kepeng. 21 Dr. Gempur Santoso, Drs. M.Kes, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Prestasi Pustaka, h Maleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, hal. 3 10

17 di Bali 3. Kaitan Pencetakan Uang Kepeng Bali dengan Konsep Ajeg Bali. Klungkung b. Pencetakan Uang Kepeng pada UD. Mulya Mengwi di Kabupaten Bandung c. Jenis-jenis uang kepeng Bali d. Jenis-jenis huruf yang dicetak pada uang kepeng Bali a. Apakah ada kaitan pencetakan uang kepeng dengan konsep Ajeg Bali, b. Kalau ada bagaimana kaitan tersebut. Perajin uang kepeng Bali Budayawan, tokoh agama, tokoh akademisi, tokoh adat. Disamping itu juga dipakai sumber data berupa buku-buku, jurnal dan internet. 2. Teknik Pengumpulan Data. a. Obsevasi dan wawancara. Metode ini dilakukan dengan mendatangi langsung tempat-tempat pencetakan uang kepeng Bali tempat kerajinan yang menggunakan uang kepeng seperti di Dusun Tojan, Desa Kamasan Kabupaten Klungkung, mendatangi tokoh agama, budayawan, tokoh akademisi dan tokoh adat. Dalam observasi disertai wawancara dengan sumber data dan pengamatan terhadap sumber data yang berupa benda. b. Teknik dokumentasi. Pengumpulan data dengan teknik kami lakukan dengan cara memotret sumbersumber data seperti uang kepeng, teknik pembuatan uang kepeng, teknik pembuatan produk seni kerajinan dari uang kepeng dan sumber data lainnya, dan sarana upakara yang menggunakan uang kepeng. 3. Instrumen Penelitian Alat pencatat untuk teknik observasi dan wawancara berupa buku catatan yang dilengkapi dengan variabel penelitian. Wawancara dilakukan dengan bebas sesuai dengan variabel untuk menghindari. suasana perbincangan yang terlalu formal dan terkesan kaku. 4. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian Bali (8 kabupaten dan satu kota antara lain : Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar). Pengambilan sampel akan lebih difokuskan di Kabupaten Gianyar dan Klungkung, karena daerah tersebut lebih banyak terdapat tempat-tempat seni kerajinan yang terbuat dari uang kepeng. Penelitian ini dikerjakan mulai bulan April

18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelusuran, saat ini (2007) Di Bali ditemukan 2 usaha kerajinan pembuatan uang kepeng yang bertujuan melayani kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan uang kepeng. Usaha tersebut adalah UD. Kamasan Bali di Desa Kamasan Kabupaten Klungkung dan UD. Mulya Mengwi di Desa Mengwitani Kabupaten Badung. Disamping untuk kebutuhan masyarakat lokal, hasil produksinya juga dibuat dalam bentuk benda-benda kerajinan untuk kepentingan keagamaan di Bali dan memenuhi kebutuhan pariwisata sebagai benda seni. UD Mulya Mengwi bahkan telah mengeksport uang kepeng dan kerajinan patung yang terbuat dari uang kepeng keluar negeri seperti ke China walaupun dalam jumlah yang masih sedikit. Foto I Pintu. masuk UD Kamasan Bali di Kabupaten Klungkung Foto 2 Pintu masuk UD. Mulya Mengwi di Kabupaten Badung. Kedua usaha ini memiliki perbedaan dalam proses produksi dan bahan yang digunakan sebagai uang kepeng, namun sasaran pasar hampir sama.. Walaupun memiliki perbedaan proses dan bahan yang dipakai, karya kerajinan yang dibuat dari uang kepeng jenisnya hampir sama seperti bentuk patung, lamak, dan benda-benda berfungsi lainnya. Sehingga dalam bentuk benda kerajinan perbedaannya hampir tidak kelihatan, dan perbedaan tersebut dapat dikenali jika diamati secara lebih detail, yaitu terlihat jenis huruf dan wujud visual uang yang dipakainya. UD. Mulya Mengwi lebih banyak menggunakan uang kepeng bertuliskan huruf Cina sebagai hasil cetakannya, sedangkan UD Kamasan uang kepeng yang dipakai bertuliskan huruf Bali. Dengan adanya pembuatan uang kepeng di Bali, maka berkembang usahausaha pembuatan patung dan benda hias lainnya dengan menggunakan uang kepeng seperti di Kota Denpasar; Desa Mas Kabupaten Gianyar, dan di beberapa tempat lainnya. 12

19 Perkembangan pembuatan ini mengindikasikan permintaan pasar terhadap benda kerajinan ini semakin meningkat baik oleh masyarakat Bali maupun untuk memenuhi permintaan konsumen luar negeri. Munculnya usaha-usaha pencetakan uang kepeng ini sebagai upaya penyediaan kebutuhan masyarakat Hindu Bali dan kelangkaan uang kepeng dan melestarikan penggunaan uang kepeng pada upakara yadnya. Ada rasa keprihatinan yang sama dari kedua pendiri usaha ini sehingga mereka mendirikan usaha pencetakan uang kepeng ini. Keprihatinan tersebut adalah dalam pelaksanaan upacara keagarnaan di Bali ditemukan masyarakat yang penggunaan uang kepeng tanpa tulisan yang terbuat dari seng. Masyarakat menyebut uang kepeng jenis ini dengan nama uang kepeng palsu, yang terdiri dari satu unsur logam. Menurut mereka uang kepeng tersebut jelas tidak memenuhi unsur Panca Datu, sehingga tidak layak dipergunakan sebagai benda upakara di Bali. Rasa fanatisme bisa dimaklumi karena uang kepeng dalam Agama Hindu memiliki makna mendalam yang dapat dipertanggungjawabkan secara filosofis dan ilmiah. Disisi yang lain masyarakat yang menggunakan uang kepeng tersebut tidak dapat disalahkan, karena beragama adalah masalah kebebasan,. masalah kepercayaan dan rasa yaitu rasa nyaman. Karena bagi mereka penggunaan tersebut memberikan rasa nyaman dilihat dari harga yang relatif lebih murah dan mudah mendapatkannya, walaupun uang tersebut dianggap tidak memenuhi persyaratan sebagai perlengkapan upakara karena tidak mengandung unsur Panca Datu (besi, perak, tembaga dan perunggu) yang diartikan sebagai lima kekuatan hidup yang dipengaruhi oleh kekuatan Panca Dewata yaitu Wisnu, Iswara, Brahmana, Mahadewa, dan Siwa. Dari sisi yang lain pula penggunaan uang kepeng ini dapat mengaburkan nilai-nilai makna yang semestinya ada pada uang kepeng yang dipakai upakara.yadnya. 1. Penggunaan uang kepeng Bali sebagai bahan produk seni kerajinan di Bali a. Jenis uang kepeng yang dipakai produk seni kerajinan Perajin tidak menentukan dengan pasti jenis uang kepeng yang peruntukannya sebagai benda kerajinan. Penggunaan ini lebih disebabkan taktor ketersediaan uang kepeng tersebut UD. Kamasan di Kabupaten Klungkung dan perajin di sekitarnya, untuk membuat kerajinan patung yang akan disakralkan maupun tidak adalah uang kepeng untuk perlengkapan upakara keagamaan di Bali yang disebut dengan Jinah Upakara. Uang kepeng jenis ini permukaannya yang pertama terdiri dari empat jenis huruf dan dibaliknya terdiri dari dua huruf Bali. Jenis uang kepeng ini lebih banyak dicetak, karena permintaan masyarakat lebih banyak dari jenis yang lainnya. Munculnya penggunaan uang kepeng sebagai benda kerajinan ini setelah adanya pencetakan uang kepeng di Bali. Karena setelah adanya pencetakan uang ini, ketersediaannya menjadi lebih banyak. Disamping itu disebabkan oleh faktor kreatifitas masyarakat Bali cukup tinggi dalam melihat peluang-peluang pengembangan industri kerajinan ini. 13

20 Berbeda dengan sebelumnya penggunaan uang kepeng China tidak banyak dimanfaatkan sebagai kerajinan, karena sangat terbatas. Sehingga pemanfaatannya difokuskan untuk kepentingan upacara agama. Kelangkaan uang kepeng Cina di Bali saat ini (2007) disebabkan uang tersebut tidak diproduksi lagi di Cina sedangkan penggunaannya di Bali semakin banyak dibutuhkan karena pelaksanaan upacara keagamaan belakangan ini frekuensinya semakin meningkat. Sehingga harganya menjadi lebih mahal dari uang cetakan Bali. Menurut beberapa perajin uang kepeng cetakan Bali lebih mudah digunakan sebagai benda kerajinan dibandingkan dengan uang kepeng China. Karena lebih mudah dibuat sedikit melengkung yang diperlukan dalam membuat bagian-bagian bundar dan sebuah benda kerajinan uang kepeng seperti membuat bulatan lengan, badan dan sebagainya. Namun beberapa perajin patung uang kepeng masih bertahan untuk menggunakan uang kepeng buatan Cina sehingga harganya relatif lebih mahal dari patung yang dibuat dengan bahan uang kepeng cetakan. b. Teknik pembuatan produk seni kerajinan yang menggunakan uang kepeng Dalam pembuatan kerajinan ini, uang kepeng dapat dikatakan hanya sebagai media penghias dari produk yang akan dibuat, bukan sebagai benduk dasar. Proses menghiasnya dilakukan dengan cara merangkai atau menyusun uang kepeng secara teratur dan terukur, serta diikat dengan benang nilon berwarna hitam, seperti terlihat pada gambar berikut : Benang Foto 3. Detail rangkaian uang kepeng sebagai benda kerajinan 14

21 Susunan uang kepeng yang teratur dan terukur membuat wujud visual dari benda kerajinan yang dibuat menjadi indah. Susunan uang kepeng yang dirangkai dengan benang nilon tersebut hasilnya menyerupai anyaman, karena terlihat saling tumpang. Disamping itu penggunaan uang kepeng ini dapat memberikan kesan kuno dan antik. Bagi orang Bali yang mempergunakan untuk benda-benda keagamaan dapat membangun rasa kesakralannya. Produk-produk kerajinan yang terbuat dari uang kepeng ini terdiri dari bentuk patung, tamiang/lamak yang berbentuk lingkaran atau persegi lainnya dan barang berfungsi lainnya. Dengan. demikian teknik pembuatan dari masingmasing tersebut sedikit berbeda antara benda yang satu dengan yang lainnya tergantung dari bentuk dan fungsinya. Teknik dari pembuatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Teknik pembuatan patung. Dalam membuat patung, perajin terlebih dahulu mempersiapkan bagian badan yang terbuat dari kayu yang akan ditutupi dengan rangkaian uang kepeng. Jenis kayu yang dapat dipakai sebagai bahan badan adatah kayu suar, kayu sengon, kayu cendana, waru, dan lain-lain. Bagian badan ini dibuat potos tanpa ukiran atau ornamen lainnya, serta bentuknya sesuai dengan patung yang akan dibuat, seperti tertihat pada gambar berikut Foto 4. Bagian dalam patung uang kepeng 15

22 Disamping bagian badan, perajin mempersiapkan bagian kaki, tangan, dan kepala yang juga terbuat dari media kayu. Bagian-bagian ini dibuat lepas dan difinishing sebelum dipasang atau digabungkan dengan badannya. Finishing dilakukan dengan cara dicat, dibubuhi lapisan prada, pernis dan sebagainya. Bagian-bagian ini diperlukan sudah jadi, supaya patung yang akan dibuat dapat diperkirakan besar dan tingginya. Pembentukan produk ini dimulai dari bawah ke atas yaitu dan bagian alas patung. Pembentukan awal dilakukan dengan membuat alas patung berbentuk kotak dengan rangkaian uang kepeng dengan menggunakan benang sebagai pengikat. Benang yang dipergunakan adalah benang yang memiliki kekuatan balk untuk mendapatkan hasil produk yang berkualitas baik seperti yang disebutkan sebelumnya. Setelah alasnya selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan pemasangan bagian kaki yang terbuat dari kayu. Kemudian dan bagian kaki ini dimulai rangkaian uang kepeng kepinggang, badan tangan sampai kepala. Setelah semua selesai dilanjutkan dengan membuat hiasan dipinggang, hiasan iengan dan bagian-bagian lainnya dengan rangkaian uang kepeng. Bagian ini dibuat terlepas dan dipasang setelah prosesnya selesai. Wujud-wujud patung uang kepeng tersebut dapat dilihat pada uraian selanjutnya. Teknik pembuatan tamiang/lamak. Bentuk dasar tamiang/lamak bermacam-macam, diantaranya lingkaran, segi empat atau persegi lainnya, bahannya terbuat dari bahan bambu atau kawat. Pada bagian-bagian tertentu diisi rangkaian uang kepeng dengan cara disusun dengan jarak dan ukuran yang saina. Untuk keragamanan dan keindahan, beberapa bentuk tamiang dipadukan dengan unsur-unsur penghias lainnya seperi hiasan dari benang dengan aneka warna, ukiran dari kayu, topeng, dan sebagainya. Fungsi tamiang hanya sebagai media hias kaitannya dengan- upacara keagamaan, tetapi bukan untuk disakralkan. Masing-masing perajin memiliki desain-desain yang berbeda-beda terutama dalam pengembangan dengan unsur tambahan lainnya. Namun bentuk dasarnya hampir sama pada setiap perajin. Karena pengembangan variasivariasi ini, memberikan pilihan yang lebih banyak kepada konsumen dilihat dad bentuk, ukuran dan harga. 16

23 Teknik pembuatan barang berfungsi Barang-barang berfungsi yang terbuat dari uang kepeng lebih banyak terkait dengan kebutuhan masyarakat Hindu di Bali, karena banyak dimanfaatkan untuk kepentingan ritual. Benda-benda tersebut misalnya tempat daksina, bokoran, kotak perhiasan, tempat tisu, tempat cermin dan sebagainya. Pembuatan benda ini juga diawali dengan pembuatan kerangka sesuai bentuk dasar benda tersebut. Kerangka tersebut dapat dibuat dengan kawat ataupun bambu, kemudian dirangkaikan dengan uang kepeng sehingga terbentuk wujud yang diinginkan. Untuk rangka yang lebih kuat dipergunakan potongan aluminun yang dirangkai dengan las. Namun akibatnya benda yang akan dibuat menjadi lebih berat dinadingkan dengan menggunakan kawat. 17

24 c. Produk seni kerajinan yang dapat dibuat dengan menggunakan uang kepeng Produk seni kerajinan dari uang kepeng ini dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Patung 18

25 19

26 20

27 21

28 22

29 23

30 24

31 25

32 26

33 27

34 28

35 29

36 30

37 31

38 2. Pencetakan Uang Kepeng Bali Pencetakan uang kepeng Bali di Bali, seperti yang disebutkan sebelumnya ada dua tempat masing-masing memiliki perbedaan. a. Pencetakan Uang Kepeng pada UD Kamasan di Kabupaten Klungkung. Pembuatan modul uang kepeng. Model uang kepeng yang dimaksud adalah model/bentuk uang kepeng yang akan dicetak yang dibuat dalam bentuk lempengan berukuran 25 x 30 cm bahkan lebih dari jumlah tersebut dengan bahan besi. Dalam lempengan tersebut dapat dibuat sampai 20 biji cetakan. Untuk mempercepat proses mencetak maka cetakan ini dibuat lebih dari satu untuk satu jenis uang kepeng. Dengan demikian pekerjaan membuat cetakan yang mengahabiskan waktu dibandingkan proses yang lainnya dapat dilakukan sesuai kebutuhan. Contoh-contoh cetakan tersebut seperti pada gambar berikut : 32

39 33

40 Pembuatan bahan cetakan Bahan cetakan uang kepeng tersebut adalah tanah dengan butiran sangat halus, khusus didatangkan dari Jawa. Warnanya coklat kemerahan. a. Pembuatan cetakan Proses ini diawali dengan menyiapkan model cetakan uang kepeng seperti gambar di atas serta tanah halus sebagai bahan cetakan. Model yang sudah disatukan dengan pengikat pinggiran yang terbuat dari kayu berbentuk segi empat, kemudian diisi adonan tanah halus dibauri sedikit air supaya tidak lengket. Cetakan yang sudah berisi tanah diinjak-inajk untuk membuat cetakan menjadi padat dan rata sehingga cetakannya menjadi sempurna dan kuat. 34

41 35

42 36

43 37

44 38

45 39

46 b. Pencetakan Uang Kepeng pada UD Mulya Mengwi di Kabupaten Bandung. UD. Mulya Mengwi mencetak uang kepeng dengan teknik cetak dengan mesin, bukan teknik cor seperti yang dilakukan UD Kamasan. Urutannya kerjanya bahan berupa plat kuningan persegi dari Cina dicetak dengan mesin, kemudian dihaluskan. Jika diperiukan uang kepeng hitam, hasil cetakan kemudian direndam dengan cairan tertentu, diangkat kemudian disemprot dengan api dan gas elpiji. Karena tekniknya lebih sederhana tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit dari UD Kamasan. Jenis uang kepeng yang dicetak adalah uang kepeng bertuliskan huruf Cina. 40

47 41

48 c. Jenis jenis uang kepeng Bali. Bentuk Uang kepeng yang berkaitan upakara Yadnya di Bali disebut Jinah Upakara Yadnya. Dilihat dari bentuknya uang kepeng yang dicetak di Bali berbentuk bundar pipih dan ditengah-tengah berlubang. Bentuk lubangnya bermacammacam ada yang bundar, segiempat, bundar, segi enam, segi lima, dan segi delapan. Selain uang untuk upakara, juga dibuat uang dengan symbol-simbol tokoh pewayangan dan binatang. Nama-nama uang kepeng tersebut disesuaikan dengan tokoh atau binatang yang dipakai seperti gambar di bawah ini. Foto 67. Jenis jenis uang kepeng yang dicetak UD Kamasan. Bahan Dilihat dari bahannya uang kepeng yang dicetak di Bali ini mengandung Panca Datu. Panca Datu dalam kaitan Upakara Yadnya Agama Hindu di Bali diartikan sebagai lima kekuatan hidup yang dipengaruhi oleh kekuatan Panca Dewata, antara lain : 1. Besi adalah kekuatan Dewa Wisnu berwarna hitam dan berada di utara. 2. Perak adalah kekuatan Dewa Iswara berwarna putih dan berada di timur. 3. Tembaga adalah kekuatan Dewa Brahma berwarna merah berada di arah selatan. 4. Emas adalah kekuatan Dewa Mahadewa berwarna kuning berada di barat. 5. Perunggu-Kuiungan adalah kekuatan Dewa Siwa berwarna-warni berada di arah tengah/pusat. 42

49 d. Jenis jenis huruf yang dicetak pada uang kepeng Bali Uang kepeng Bali yang dikhususkan sebagai sarana perlengkapan sarana upakara yang disebut dengan Jinah Upakara Yadnya terdiri dari : Permukaan pertama terdiri dari empat huruf Bali antara Lain Sa, ba, ta, dan a (dalam huruf Bali). Pemakaian huruf ini diambil dari konsep purwa daksina dalam ajaran Agma Hindu di Bali. Purwa Daksina artinya perputaran depan kekanan, aksara se selalu terletak di purwa (didepan), daksina dikanan, prastima dibelakang, dan utara dikiri, Permukaan kedua, terdiri dari 2 huruf Bali yaitu Ang dan Ah. Permukaan yang bertuliskan huruf ini menurut perajin setempat disebut dengan bagian trepnya. Makna lambang ini adalah konsep Rwa Bineda (dua yang berbeda), Purusa Predhana, Akasa Pretiwi. Ang dan Predhana melambangkan wanita, huruf ah serta purusa melambangkan laki-laki. Dalam Agama Hindu yang siwaistik sesuatu itu dilihat dari prosesi dari bawah ke atas (sor ke lor). Sehingga di dalam jinah upakara yadnya huruf Ang diletakkan disisi bawah dan Ah di atas. Uang kepeng yang memakai symbol yang disebut dengan Padma. Padma dilambangkan dengan 8 daun dan bunga lembar bunga dibuat melingkar pada permukaan uang kepeng sesuai 8 arah penjuru mata angin. Bunga teratai melambangkan kesucian, dan daunnya berjumlah 8 helai (Asta Dala, bagian tengah/lobangnya berbentuk segi delapan melambangkan pusat perputaran. Padma juga melambangkan sembelan Dewata Nawa Sanga. 43

50 3. Kaitan Pencetakan Uang Kepeng dengan Konsep Ajeg Bali Dan sumber data yang diwawancarai terdiri dari tokoh agama, budayawan, instansi terkait akademisi, lebih banyak mengatakan bahwa pencetakan uang kepeng Bali terkait dengan pelestarian Budaya Bali, tetapi tidak secara jelas mengatakan usaha ini merupakan upaya mengajegkan Bali. Namun banyak yang memuji, bahwa usaha ini patut dihargai dalam mempertahankan nilai-nilai budaya dalam beragama khususnya dalam Agama Hindu di Bali. Mereka secara tidak jelas berani mengkaitkan dengan upaya Ajeg Bali, karena mereka tidak mengetahui secara pasti definisi yang jelas dari konsep Ajeg Bali. Bagi mereka yang penting ada usaha-usaha dalam bentuk apapun menghidupkan budaya-budaya Bali yang bernilai postif. Karena disadari atau tidak pengaruh teknologi dan informasi yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu dapat melemahkan rasa memliki dan melestarikan budaya yang dimiliki oleh setiap orang temasuk orang Bali. Pendapat tersebut terkait dengan pendapat yang ditulis pada Buku Ajeg Bali. Memang belum ada konsep Ajeg Bali yang baku, namun paling tidak ada kesadaran untuk ingat (eling) dengan Budaya Bali bagi setiap orang yang tinggal di Bali. Setiap orang hendaknya mempunyai niat bagaimana menjaga Bali supaya tetap aman, nyaman, kebaliannya yang positif masih tetap ajeg. Kalau merujuk tujuan dari Konsep ajeg Bali dalam buku Ajeg Bali adalah menjaga identitas, ruang serta.proses budaya Bali, muaranya adalah upaya peningkatan kekuatan manusia Bali agar tidak jatuh di bawah penaklukan hegomoni budaya global. Kesadaran ini sangat penting, banyak yang khawatir masa depan Bali, karena orang Bali kurang eling (sadar). Jika kesadaran ini tidak muncul, maka agama, adat dan budaya Bali akan dikesampingkan dan lenyap secara perlahan. Terkait dengan. pencetakan uang kepeng, merupakan upaya menguatkan budaya Bali melalui pemakaian uang kepeng dalam berbagai kegiatan keagamaan di Bali. Jika usaha ini tidak dilakukan akan terjadi kekurangan uang kepeng. Kekurangan uang kepeng karena uang kepeng Cina yang sejak dulu dipakai sebagai perlengkapan upakara di Bali tidak diproduksi lagi di negeri asalnya Cina. Kesadaran masyarakat akan nilai-nilai uang kepeng pada upakara yadnya akan menghilang secara perlahan. Indikasinya telah terlihat dari pemakaian uang kepeng polos yang terbuat dari sejenis seng berkualitas rendah serta bahannya yang tidak memiliki unsur Panca Datu. Walaupun disadari harga uang kepeng polos tersebut harganya lebih murah namun unsur Panca datunya tidak ada. Mengajegkan Bali dapat dilakukan dalam berbagai bidang: agama, seni budaya, pariwisata, niaga, pertanian, lingkungan, transportasi, politik, pendidikan, tata ruang, arsitektur dan lain-lain 23. Pencetakan uang kepeng merupakan upaya pelestarian budaya Bali melalui seni budaya dan agama. Serta pencetakan ini berdampak positif terhadap pengembangan-pengambangan baru dalam produk seni kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. 23 ABG Satria Narada, Ajeg Bali, Balipost, 2004, hal.ii-v 44

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni)

Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Kerajinan Pis Bolong di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Skriya Seni) Menyimak kata Pis Bolong terasa aneh bagi kebanyakan orang, oleh karena pis bolong adalah sebutan lain dari uang kepeng

Lebih terperinci

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI

UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI UANG KEPENG SEPANJANG MASA: PERSPEKTIF ARKEOLOGI DAN EKONOMI KREATIF DI PROVINSI BALI Uang Kepeng of All Time: Archaeological Perspective and Creative Economy in Bali Ni Komang Ayu Astiti Puslitbangjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang

Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Fungsi Produk Seni Kerajinan Ukir Kayu Guwang Oleh: Ni Kadek Karuni Dosen PS Kriya Seni Feldman menjelaskan bahwa fungsi-fungsi seni yang sudah berlangsung sejak zaman dahulu adalah untuk memuaskan: (1)

Lebih terperinci

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa Kapal, Sebagai sentra Pemasaran Produk Gerabah di Bali. Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, MSn., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Tulisan ini adalah data awal penelitian Hibah Bersaing Tahun I Tahap 1

Lebih terperinci

Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu

Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu Dekonstruksi Uang Kepeng Aksara Bali dalam Masyarakat Hindu Oleh: I Made Dian Saputra*) Abstract Uang kepeng or which is in Bali society more knowledgeable by pis bolong is perforated represent one of

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana

BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI. I Wayan Dirana BERKURANGNYA PERAJIN PRETIMA DI BANJAR ANGGABAYA PENATIH, DENPASAR TIMUR, BALI I Wayan Dirana Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar diranawayan@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar 80235 Website

Lebih terperinci

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN Agama Hindu merupakan agama yang ritualnya dihiasi dengan sarana atau upakara. Ini bukan berarti upakara itu dihadirkan semata-mata untuk menghias pelaksanaan

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni)

Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung Oleh: I Made Berata (dosen PS Kriya Seni) Seni kerajinan logam merupakan salah satu ekspresi budaya masyarakat Bali yang telah ditekuni sejak zaman Bali kuna. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng,

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali. satu Kotamadya, yang diantaranya: Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Gambaran Kondisi Kepariwisataan Daerah Bali Sebagai pulau yang mempunyai luas daratan ± 5.632,86 km², Bali merupakan kesatuan wilayah Propinsi yang terbagi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu ABSTRAK Perancangan Pasraman Hindu di Buleleng merupakan suatu upaya dalam memberikan pembinaan serta pendidikan secara mental dan fisik baik jasmani maupun rohani kepada seluruh masyarakat Hindu, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah hasil karya cipta manusia yang memiliki nilai estetik dan nilai artistik. Karya seni rupa tercipta dengan mengolah konsep titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan meningkatkan perekonomian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat, terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang belum mampu memenuhi kebutuhannya sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keunggulan sebagai negara manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan menengah

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UKBM 3.1/4.1/1/1-1 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.1/4.1/1/1-1 PENTINGKAH LAPORAN HASIL OBSERVASI Kompetensi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LP2M) Jln. Nusa Indah (0361) 227316 Fax. (0361) 236100 Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kegiatan perekonomian, salah satunya perdagangan. Aktivitas perdagangan bukan hanya sebagai penggerak perekonomian, tetapi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan 149 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan imajinasi keindahan telah direspon positif oleh masyarakat sebagai apresiator dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:52 TAHUN 1992 SERI D NO. 52 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 11 TAHUN 1992 T E N T A N G PENGHARGAAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Pasca Perang Dunia II, industri kerajinan tangan dengan berbagai keunggulan seni dan budayanya menjadi perhatian serius dari berbagai negara. 10 Juni 1964,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhiasan adalah salah satu bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam ritual masyarakat pramoderen Indonesia, sehingga meskipun hingga kini lembaga pendidikan

Lebih terperinci

TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER

TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER LAPORAN PENCIPTAAN DANA DIPA ISI DENPASAR 2009 TRANSFORMASI JEJAHITAN DALAM PENCIPTAAN KARYA LUKIS KONTEMPORER OLEH Dra. Ni Made Purnami Utami, M.Erg NIP. 196901021993032001 DIBIAYAI DARI DANA DIPA ISI

Lebih terperinci

UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era.

UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era. UANG KEPENG DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT HINDU BALI DI ERA GLOBALISASI Kepeng in Bali Hindu Society Perspective in Globalization Era Alumnus Program Studi Kajian Budaya Pasca Sarjana Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN SEMINAR TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang; rumusan masalah; tujuan; serta metodologi penelitian penyusunan landasan konsepsual Museum Nelayan Tradisional Bali di Kabupaten Klungkung.

Lebih terperinci

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar.

Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Dinamika Pertumbuhan Kerajinan Kayu Di Desa Singakerta Kiriman: Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Kerajinan kayu di desa Singakerta mengalami pertumbuhan yang sangat dinamis.

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, akan tetapi luas tanah yang semakin menyempit membuat petani berpikir bekerja dibidang lain yaitu industri dan kerajinan rumah tangga.

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG

DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA TEDUNG AGUNG Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXII Di Depan Gedung Jaya Sabha Denpasar 12 Juni 2010 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn.

Lebih terperinci

INSTITUT SENI INDONESIA

INSTITUT SENI INDONESIA KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: MERAJUT KEBERSAMAAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: NASIONAL PESTA KESENIAN BALI XXXIII 10 Juni-9 Juli 2011 Di Taman Budaya Denpasar

Lebih terperinci

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Salah satu perayaan agama hindu

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG PENGHARGAAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,

Lebih terperinci

Kerajinan Fungsi Hias

Kerajinan Fungsi Hias Kerajinan Fungsi Hias KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama kehidupan masyarakat mempunyai andil besar dalam menopang perekonomian. Hasil yang diperoleh umumnya

Lebih terperinci

UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI

UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI UANG KEPENG CINA : MEDIA SENI RUPA TRADISIONAL BALI I Nyoman Sila dan I Ketut Supir Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS Universitas Pendidikan Ganesha I Dewa Ayu Made Budhyani, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. DESAIN BENTUK DASAR Sebelum memasuki proses ini, Sebelumnya penulis berkordinasi dengan dosen pembimbing mengenai desain yang seperti apa yang nantinya akan diproduksi. Penilaian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI 2010 17/04/51/Th. V, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI PEBRUARI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 207.195 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 201.457

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, yang tidak terlepas dari perdagangan internasional yakni ekspor. Zakaria (2012) menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG ` BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN KABUPATEN BADUNG KEPADA KABUPATEN BULELENG, JEMBRANA, TABANAN, BANGLI, KLUNGKUNG, DAN KARANGASEM

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR...... ABSTRAK...... DAFTAR ISI...... DAFTAR TABEL...... DAFTAR LAMPIRAN...... Halaman i ii iii iv vi vii ix

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN

TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN TEPI ZAMAN Oleh I Nyoman Laba A. PENDAHULUAN Terciptanya suatu karya seni merupakan hasil dari representasi suatu fenomena yang berkembang baik disekitar lingkungan maupun di alam bawah sadar berupa dunia

Lebih terperinci

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK

Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud. Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah Tinggal Dengan Gaya Bali Modern Di Ubud Oleh: I Made Cahyendra Putra Mahasiswa Desain Interior FSRD ISI Denpasar ABSTRAK Rumah adat Bali adalah cerminan dari budaya Bali yang sarat akan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi

Lebih terperinci

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU 2.1. Kain Batik Basurek Bengkulu Kain Basurek merupakan salah satu bentuk batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI 2011 39/08/51/Th. V, 1 Agustus PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JUNI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 245.652 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 245.248

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2015 30/05/51/Th. IX, 4 Mei 2015 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2015 mencapai 305.272 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG Disusun Oleh : Bunga Perdana Putrianna Febrina 0301605010 JURUSAN ANTROPOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu Netty Juliana Abstrak Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menciptakan kreasi baru ragam hias Gorga Desa Naualau namun tidak menghilangkan bentuk aslinya. Ornamen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran di Indonesia. Persoalan pengangguran dan kemiskinan merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada semakin majunya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang namun tidak dibarengi dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016 PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI SEPTEMBER 2016 70/11/51/Th. X, 1 November 2016 Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan 2016 mencapai 445.576 kunjungan, dengan wisman yang datang melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan

Lebih terperinci

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I. BAB I. GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. Pendahuluan BATU PUTIH. GALERI SENI UKIR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang a. Kelayakan Proyek Daerah Istimewa Yogyakarta secara geografis berada di pesisir pantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebuah pulau kecil dengan beribu keajaiban di dalamnya. Memiliki keanekaragaman yang tak terhitung jumlahnya. Juga merupakan sebuah pulau dengan beribu kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masuk dan berkembangnya Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada sekitar abad IV sampai pada akhir abad XV M, telah meninggalkan begitu banyak peninggalan arkeologis.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain produk menjadi hal yang penting dalam mempertahankan serta menjaga minat beli konsumen maupun pasar. Produk yang terkesan monoton dan tidak variatif akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING GERABAH KREATIF ELEKTROPLATING MENUJU CRAFT AWARENESS DALAM PASAR GLOBAL. Oleh:

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING GERABAH KREATIF ELEKTROPLATING MENUJU CRAFT AWARENESS DALAM PASAR GLOBAL. Oleh: SENI LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING GERABAH KREATIF ELEKTROPLATING MENUJU CRAFT AWARENESS DALAM PASAR GLOBAL Oleh: Arif Suharson, S.Sn., M.Sn. NIDN: 0022067501 Febrian Wisnu Adi, S.Sn., M.A. NIDN: 0010028001

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di Kepulauan Nusantara dengan bangga dalam hal keanekaragaman kebudayaan.

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG

DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG DESKRIPSI KARYA PRASI DEWI SARASWATI IDA AYU KADE SRI SUKMADEWI, S.SN.,M.ERG. 197207191997032001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) DENPASAR 2013 1

Lebih terperinci

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN Oleh Nyoman Ayu Permata Dewi Mahasiswa Pasca Sarjana Pengkajian Seni ISI Denpasar Email :permatayu94@gmail.com ABSTRAK Kain

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

Penggunaan Kajang dalam Ritus Kematian (Kelepasan) Klen Brahmana Buddha di Desa Budakeling dan Sebarannya di DesaBatuan

Penggunaan Kajang dalam Ritus Kematian (Kelepasan) Klen Brahmana Buddha di Desa Budakeling dan Sebarannya di DesaBatuan Penggunaan Kajang dalam Ritus Kematian (Kelepasan) Klen Brahmana Buddha di Desa Budakeling dan Sebarannya di DesaBatuan (Kajian Antropologi Agama) Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian sebagai salah

Lebih terperinci

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET 2012 23/05/51/Th. VI, 1 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI MARET Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 230.957 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 222.950

Lebih terperinci

Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma Oleh Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si

Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma Oleh Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si Hasil Karya Seni Patung Modern dari Transpormasi Nilai-Nilai Ceritera Sutasoma Oleh Drs. I Dewa Putu Merta, M.Si Judul Bahan Ukuran : Keseimbangan Vertikal : Kayu Suar : 70 x 20 20 cm Gb.5 Keseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia ini penuh dengan adat istiadat yang sangat beraneka ragam, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia ini penuh dengan adat istiadat yang sangat beraneka ragam, terutama di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia ini penuh dengan adat istiadat yang sangat beraneka ragam, terutama di bagian permainan tradisional yang pada jaman sekarang kurang diminati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kharissa Probosiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kharissa Probosiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan merupakan bentuk pendidikan menengah yang menyelenggarakan dan mempersiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011

PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI 2011 46/09/51/Th. V, 5 September PERKEMBANGAN PARIWISATA BALI JULI Kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali pada bulan mencapai 283.524 orang, dengan wisman yang datang melalui bandara sebanyak 279.219

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasar data-data yang berhasil dihimpun dan dianalisis oleh penulis, dihasilkan kesimpulan sebagai berikut: Kesenian Buaya Putih ada sekitar tahun 1990-an namun

Lebih terperinci

Disusun Oleh: I NYOMAN TRI BUDI UDAYANA NIM

Disusun Oleh: I NYOMAN TRI BUDI UDAYANA NIM PENGOLAHAN BAHAN PERPUSTAKAAN FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITS UDAYANA TAHUN 2015 TUGAS AKHIR Disusun Oleh: I NYOMAN TRI BUDI UDAYANA NIM. 1221503010 PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM :

ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : ARTIKEL KARYA SENI TRIDATU OLEH : I WAYAN ENDRA WIRADANA NIM : 201202011 PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN JURUSAN KARAWITAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Abstrak Tridatu

Lebih terperinci

SURAT TUGAS Nomor: 42/UN48.15/KP/2012

SURAT TUGAS Nomor: 42/UN48.15/KP/2012 : Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.S : Prof. Dr. Nyoman Dantes, Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd Prof. Dr. I Ketut Dharsana,M.Pd Prof. Dr. Putu Budi Adnyana, M.Si Guru dan Kualitas Pembelajaran Melalui Pelatihan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan masyarakat masa lampau merupakan catatan sejarah yang sangat penting dan berharga. Kebudayaan tersebut dapat menjadi pedoman atau pegangan hidup bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Data Produk BAB II IDENTIFIKASI DATA A. Data Produk 1. Sejarah SuryoArt Craft Agus Suryono dulu adalah seorang desain interior dan properti kemudian menjadi karyawan perbankan, pada tahun 2011 pak Suryono memutuskan

Lebih terperinci

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan Yulia Ardiani Staff UPT Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Perayaan kemenangan dharma melawan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (genus Glycine) merupakan jenis tanaman pangan yang tergolong ke dalam tanaman polong-polongan. Biji kedelai merupakan bahan baku utama pembuatan makanan pokok

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK IKM PERHIASAN JAWA TENGAH

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK IKM PERHIASAN JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK IKM PERHIASAN JAWA TENGAH KEGIATAN PEMBINAAN LINGKUNGAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DI WILAYAH IHT BIDANG IATEA TAHUN ANGGARAN 2016 DINAS

Lebih terperinci