Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah PT. Dirgantara Indonesia (Persero) PT. Dirgantara Indonesia (DI) (nama bahasa Inggris: Indonesian Aerospace Inc.) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. DI didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur. Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service) untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi subkontraktor untuk industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic, Fokker dan lain sebagainya. Cikal bakal PT Dirgantara Indonesia sebenarnya telah mulai muncul sejak masa awal kemerdekaan Indonesia. Saat itu upaya perintisan dilakukan dengan peralatan dan material yang cukup sederhana. Tercatat dalam sejarah, pesawat pertama yang diterbangkan tahun 1948 di lapangan udara Maospati dengan nama RI- X WEL-1 hasil rancangan Wiweko Soepono. Disusul tahun 1954, Nurtanio Pringgoadisuryo pun berhasil merancang sebuah pesawat dengan nama NU-200. Tidak hanya itu, badan yang diprakarsai Nurtanio bernama Depot Penyelidikan, Percobaan dan Pembuatan Pesawat Terbang (DPPP) yang didirikan Agustus 1961 telah mampu membuat pesawat terbang eksperimental seperti Belalang (pesawat latih), Si Kunang (pesawat olah raga), Kolintang dan Gelatik. Pada tahun 1962 nama DPPP diubah menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (Lapip) sesuai dengan misi dan sasaran yang ingin dicapainya. Selanjutnya pada tahun 1966 diubah lagi menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (Lipnur) sebagai penghormatan jasa-jasa Nurtanio yang meninggal saat uji terbang. Fase pendahuluan perkembangan industri penerbangan nasional kemudian memasuki tonggak pertama ketika aset Lipnur (TNI AU) dengan ATTP (Pertamina) dilebur menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio, 23 Agustus Industri ini 5

2 menjadi salah satu kekuatan dirgantara nasional sebab dari situlah sejarah industri pesawat terbang modern selanjutnya dibangun untuk menghadapi tantangan zaman serta dipacu percepatannya. Pada periode ini juga, segala aspek baik infrastruktur, fasilitas, sumber daya manusia, hukum dan peraturan, beserta semua yang berkaitan dan mendukung keberadaan industri pesawat terbang diatur secara menyeluruh. Tanggal 11 Oktober 1985, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio diubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) setelah melakukan pembangunan berbagai fasilitas serta sarana dan prasarana yang diperlukan. Industri ini kemudian mengembangkan teknologi canggih dan konsep transformasi teknologi yang memberikan hasil yang optimal sebagai upaya untuk menguasai teknologi penerbangan dalam waktu yang relatif singkat yaitu 20 tahun. Berpegang pada filsosofi transformasi teknologi Begin at the End and End at the Beginning IPTN telah berhasil mentransfer teknologi penerbangan yang rumit dan terbaru. IPTN secara khusus telah menguasai design pesawat terbang, rekayasa pengembangan serta manufaktur pesawat komuter kecil dan sedang. IPTN bekerja sama dengan pihak pabrikan melaksanakan pembuatan berbagai jenis pesawat terbang, seperti C212 Aviocar, C235, NBO105, NBK117, BN109, SA330 Puma, NAS332 Super Puma dan Nbell412. Hal ini kemudian berlanjut pada keberhasilan membuat pesawat N250 dan N2130. Perjalanan sejarah IPTN kemudian memasuki masa-masa sulit manakala krisis moneter yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 ternyata meluas ke arah krisis multi dimensi yang meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial, budaya, hukum, akhlak dan hankam. Dampaknya pada kehidupan masyarakat Indonesia sangat besar, tidak terkecuali bagi kelangsungan IPTN. Dampak krisis tersebut memaksa pemerintah menyurutkan dukungan secara politis dan mengurangi suntikan dana yang sebelumnya merupakan sendi tempat IPTN bergantung. Hal inilah yang tidak diantisipasi oleh IPTN, diperparah lagi dengan kondisi internal IPTN yang secara finansial dan menejerial kurang mandiri. Di tengah mulai memburuknya kondisi IPTN, Presiden RI, KH. Abdurrahman Wahid pada tanggal 24 Agustus 2000 meresmikan perubahan nama menjadi PT Dirgantara Indonesia. Perubahan nama tersebut dimaksudkan untuk memberi nafas dan paradigma baru bagi perusahaan. Meski persoalan yang timbul pun semakin rumit dan kompleks, hal ini disebabkan volume bisnis jauh lebih kecil dari sumber daya 6

3 yang tersedia, pengaruh SP-FKK sangat besar dalam pengelolaan perusahaan, budaya organisasi tidak sehat, Direksi tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ketidakadaan modal kerja, beban gaji melebihi kemampuan serta beban hutang yang masih besar (SLA & RDI). Upaya penyelamatan PT DI akhirnya dilakukan didasarkan atas beberapa fakta bahwa PT DI adalah aset nasional, industri strategis yang mendukung kepentingan nasional dan memiliki kemampuan kedirgantaraan. Strategi penyelamatan yang dilakukan diawali dengan tahap Rescue (sampai dengan Desember 2003), Recovery (Januari-Desember 2004) dan kemudian dilanjutkan dengan tahap Pertumbuhan bisnis. Penyelamatan perusahaan dan penanganan karyawan diantaranya dilakukan dengan: 1. Program pengrumahan sementara yang berlaku bagi seluruh karyawan selama 6 bulan untuk Stop-Bleeding, peningkatan produktivitas dan pemulihan kepercayaan pelanggan. 2. RUPS luar biasa berupa pinjaman modal kerja senilai US $ 39 Juta untuk PAF/TUDM/MPA-AU/BAe, restrukturisasi keuangan PMS dan RDI/SLA, pencabutan SKEP sistem pengupahan 15/10/02 kembali ke sistem sebelumnya, seleksi ulang seluruh karyawan, rasionalisasi 6000 Karyawan, jual aset nonproduktif serta pengubahan susunan BOD & BOC. 3. Program seleksi ulang karyawan oleh Konsultan SDM independen "Perso Data". 4. Program Re-staffing (pemanggilan karyawan yang lulus seleksi ulang). 5. Program Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dilakukan dengan sosialisasi secara cascade dan melalui media massa. 6. Program Re-development/Career Change Program berupa konversi kompetensi, penyaluran ke BUMN lain, penyaluran ke perusahaan swasta lain, penyaluran ke luar negeri, Training Entrepreneurship dan Family Counseling. 7. Konsep PT DI baru, Re-Focus lini usaha (terbagi menjadi 4: Aircraft, Aerostructure, Maintenance dan Engineering Service), organisasi baru, restrukturisasi sumber daya, bisnis proses baru dan budaya perusahaan baru. Saat ini PT DI masih tetap terus berproduksi untuk berusaha memenuhi kontrak kerja yang telah disepakatinya. Meski dengan berbagai kendala dan kekurangan yang ada. Bagaimanapun langkah-langkah yang telah diambil diharapkan cukup memadai memperbaiki kinerja, efisiensi dan efektifitas 7

4 perusahaan. Sehingga bukan hal yang mustahil PT DI nantinya bangkit kembali sebagaimana yang diharapkan seluruh bangsa dan negara ini Deskripsi Bisnis Meliputi sebagai berikut : 1. Manufaktur pesawat terbang dan helikopter. 2. Jasa Engineering/Rancang bangun. 3. Jasa perawatan pesawat dan mesin pesawat. 4. Jasa manufaktur (pesawat, pertahanan dan industrial Visi dan Misi 1. Visi Menjadi perusahaan berbasis teknologi dirgantara yang unggul dalam rekayasa, rancang bangun, manufaktur, dan produksi pesawat terbang untuk angkutan penumpang dan kargo, baik untuk kepentingan komersial maupun militer yang mampu meraih keuntungan berdasarkan keunggulan kompetitif pada pasar domestik dan regional. 2. Misi a. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada aspek bisnis dan komersil dan dapat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya. b. Sebagai pusat keungulan di bidang industri dirgantara, terutama dalam rekayasa, rancang bangun manufactur, produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersil dan militer dan juga untuk aplikasi di luar industri dirgantara. c. Menjadikan perusahaan sebagai pemain kelas dunia di industri global yang mampu bersaing dan melakukan aliansi strategis dengan industri dirgantara kelas dunia lainya Strategi Dalam jangka panjang terdapat dua tahap sasaran perusahaan : 1. Tahap konsolidasi dan survival ( ). 2. Tahap tumbuh dan sehat (2004 dan seterusnya). Langkah-langkah strategis meliputi empat upaya : 1. Reorientasi bisnis. 8

5 2. Restrukturisasi sumber daya manusia dan organisasi. 3. Restrukturisasi keuangan dan permodalan. 4. Program peningkatan kinerja keuangan Pengabdian Masyarakat Sejak tahun 1995 PT Dirgantara Indonesia membentuk Tim Pembina Pabrik Domestik (TP2D) yang bertujuan mendorong pertumbuhan industri nasional. Aktivitas yang dilakukan adalah pelatihan-pelatihan teknologi dan peningkatan SDM kepada industri kecil dan menengah yang berbasis teknologi. Telah dibina 30 perusahaan yang terdiri dari industri manufaktur, pemeliharaan bengkel, supplier, laboratorium dan perusahaan penerbangan. Saat ini sedang disiapkan program yang sama untuk perusahaan yang tergabung dalam ASPEP (Asosiasi Permesinan dan Pekerjaan Logam) Budaya Perusahaan Budaya perusahaan PT. Dirgantara Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Solid, kompak dan bersinergi sebagai tim, bersikap tulus dan terbuka untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Professional, ahli dan kompeten sesuai dengan norma profesinya. 3. Excellent, tekad untuk memperoleh keunggulan dan standar kualitas tertinggi. 4. Enthusiast, semangat dan gairah dalam bekerja dan menghadapi tantangan. 5. Dignity, martabat berlandaskan iman dan taqwa Produk dan Jasa 1. Produk a. Aircraft Full Development : 1) N250 2) N2130 b. Aircraft Joint Development and Production: 1) CN235 Sipil 2) CN235 Militer 3) CN235 Maritim c. Aircraft under license Production : 1) NC212 9

6 d. Helicopter under license Production : 1) NBELL-412 HP/SP medium twin helicopter 2) Super Puma NAS-332 heavy helicopter 3) NBO-105 CB/CBS light twin helicopter e. Subcontract Program : 1) Boeing B737, B757, B767 2) Lockhead F16 3) Mitsubishi Heavy Industry 4) Airbus A330, A340, A Jasa a. Engineering work packages; design, development. Testing. b. Manufacturing subcontracts. c. Aircraft Maintenance Repair and Overhaul (MRO). d. Engine Maintenance Repair and Overhaul (MRO). e. Aircraft Industrial Tooling & Equipment Manufacturing 2.8. Hasil yang telah dicapai 1. Produk dan Jasa a. Memproduksi sekitar 298 unit pesawat terbang dan helikopter (97 unit NC212, 38 unit CN235, 114 unit NBO105, 27 unit NBELL412, 22 NAS332). b. Memproduksi unit roket dan 150 unit terpedo. c. Memproduksi unit komponen pesawat terbang (F-16, Boeing, Airbus). 2. Penguasaan Teknologi a. Engineering approval: sertifikasi komponen dan pesawat dari DGAC, IMAA, serta JAA Eropa. b. Quality Assurance approval: General Dynamic dengan persyaratan U.S. Military Specification MIL A, Bae, Lockhead, The Boeing Company, Daimler-Benz Aerospace, dan DGA c. Fabrication Approval : CASA, The Boeing Company, Fokker, Helikopter Textron dan Bell. d. Product Support, Maintenance & Overhaul 10

7 1) Aircraft Services Approval : DGAC (sertifikat menejemen organisasi), Terms of Approval Sultanete dari OMAN (DGCAM), HANKAM (sertifikat stasiun perbaikan pesawat militer). 2) Nusantara Turbin & Propulsi Approval : a) Otoriti: DGAC, FAA, ATO dari Filipina, DGCAM OMAN, TNI-AU, GCA dari Malaysia. b) Manajemen: ISO-9002 (QSC-5508) dari DNV Belanda. c) Manufaktur: Allison-Rolls Royce, Rolls Royce, Garret-Allied Signal, Pratt & Whitney United Technology, General Electric, CFM International, Solar Turbine - Caterpilar, Union Pump, Cooper Industries. e. Rancang bangun 1) Rancang bangun dan pengembangan N250 pesawat turbo prop berkapasitas orang dengan teknologi canggih di kelasnya. Tahap yang dicapai : produksi prototip dan terbang perdana. 2) Rancang bangun N2130 pesawat turbo jet regional berkapasitas orang. Tahap yang dicapai desain pendahuluan (preliminary design) Tata Kerja Perusahaan Secara garis besar proses produksi pesawat mencakup beberapa tahapan, diantaranya: 1. Gudang penyimpanan Sebelum bahan baku diproses menjadi komponen terlebih dahulu dilakukan evaluasi dan pengujian Quality Assurance melalui destruction inspection maupun non-destruction inspection. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui kualitas dan adanya korosi. Selanjutnya bahan baku tersebut ditempatkan di gudang penyimpanan sesuai dengan spesifikasinya. 11

8 2. Pre-cutting Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting sesuai dengan permintaan bagian produksi disertai job card yang tersedia. Proses ini dilaksanakan antara lain untuk menghemat bahan yang diproses, memudahkan pelaksanaan dan pengontrolan bahan. Bahan yang telah dipotong diperiksa kembali oleh Quality Assurance dan dikirim ke Fabrikasi untuk proses selanjutnya. 3. Fabrikasi Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan helikopter serta membuat dan menyiapkan tool dan jig sebagai alat bantu pembuatan kompenen. Pembuatan komponen dilakukan melalui proses permesinan maupun tanpa proses pembentukan (machining shop and sheet metal forming). Perlakuan lain yang diterapkan untuk komponen di atas: a. Proses machining and forming Suatu perlakuan pelapisan komponen secara kimiawi sehingga komponen lebih tahan korosi. Selain di atas terdapat perlakuan lain terhadap komponen dengan cara chemical milling. Komponen yang mendapat perlakuan di atas antara lain yang dibuat pada sheet metal forming, machining shop juga komponenkomponen yang dibentuk dengan cara stretch forming dan rubber press. b. Heat treatment Suatu perlakuan yang diterapkan terhadap bahan baku sehingga lebih memudahkan proses pembuatan komponen. Proses yang dilakukan antara lain: pengerasan, pelunakan dan penormalan kembali. Ketiga hal tersebut di atas dilakukan dengan cara pemanasan, pendinginan dan kombinasi antara pemanasan dan pendinginan. Komponen yang memerlukan perlakuan di atas adalah komponen yang dibuat dengan cara pengepresan. c. Surface treatment Suatu perlakuan lanjut agar komponen-komponen di atas lebih tahan korosi. Sebelum komponen-komponen di atas dirakit dibagian fixed wing dan rotary wing diadakan pengujian final oleh bagian Quality Assurance sesuai data yang 12

9 tercantum dalam dokumen. Selain itu disini juga bisa melakukan pengecatan dasar ataupun finishing. 4. Rotary Wing Bertugas merakit pesawat helikopter dari struktur awal sampai final, termasuk di dalamnya mesin, sistem elektrik, sistem avionik, interior dan sebagainya. Perakitan yang disesuaikan dengan pesanan atau kebutuhan pemesan yang disesuaikan dengan misi dan fungsi pesawat tersebut dalam operasi. 5. Fixed Wing rotary wing. Bertugas merakit pesawat bersayap tetap dan proses perakitannya sama seperti 13

10 2.10. Manajemen Mutu 1. Manajemen Mutu a. Quality Management System AS9100. Direktorat Aerostructure merupakan satu dari lima direktorat yang ada di PT. DI. Direktorat Aerostructure bertugas mengerjakan proses fabrikasi atau manufacturing part dan komponen pesawat terbang dan tools penunjangnya seperti dies untuk pembentukan parts yang terbuat dari lembaran Al, fixture sebagai pencekam material selama proses permesinan, mould untuk cetakan pada proses bonding dan composite serta jig untuk perakitan komponen dan pembuatan pesawat terbang. Disamping itu juga didukung oleh CATIA dan sistem IRP untuk mengontrol semua progress status produksi parts and component agar sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. Direktorat Aerostructure telah melengkapi sistem manajemen mutu AS9100 yang setara dengan ISO 9001 : regulasi keselamatan penerbangan dan Nadcap untuk special proses seperti Heat Treatment Process, Shot Peening Process, NDT (Penetran, Magnetic Paticle Inspection, Radiografi, Ultrasonic, Edddy Current), Chemical Process, Bonding & Composite, Welding. Secara sederhana system managemen mutu merupakan bagian integral dari bisnis proses berserta kegiatan produksi yang secara periodic dilakukan pengukuran, analisis dan perbaikan yang berbasis MAI (measurement, analysis and improvement) sebagaimana ditunjukan oleh Gambar 2.1 Gambar 2.1. Quality Management System AS

11 Dari Gambar 2.1 dapat diketahui bahwa dalam menjalankan bisnis proses Aerostructure menetapkan KPI (key performance indicator) yang tertuang dalam quality objective untuk seluruh bidang dan fungsi di lingkunganya. Tingkat efektivitas sistem managemen mutu akan diindikasikan oleh MAI dan dibandingkan dengan quality objective. Penyimpangan terhadap quality objective merupakan indicator perlunya tindakan perbaikan atau improvement sehingga preventif action akan berjalan efektif. b. Langkah Proses Dalam menjalankan bisnisnya, agar tercipta suatu proses usaha yang sistematis dan terarah, Aerostructure menjalankan alur proses bisnisnya seperti terlihat pada Gambar 2.2 Gambar 2.2. Diagram alur proses bisnis utama 15

12 Dari Gambar 2.2 diatas bisa dilihat bahwa jika mendapat order, Direktorat Aerostructure langsung melakukan perencanaan produksi parts yang antara mencakup drawing, material, NCOD, cutter, tool and jigs, routing dan perencanaan relevan lainnya yang berkaitan dengan pemenuhan terhadap order tersebut. Setelah semua perencanaan lengkap, maka proses selanjutnya yaitu proses manufacturing parts & components. Proses pengerjaan ini bisa melalui proses machining, forming, dan bonding & composite. Proses dan sistem manufacturing parts & components di Direktorat Aerostructure bisa dilihat pada Gambar 2.3 dibawah ini. Gambar 2.3. Closed Up Manufacturing Parts & Component 16

13 2.11. Manajemen sumber daya manusia di direktorat aerostructure 1. Penerpan Sistem Penilaian Kinerja di Direktorat Aerostructure Untuk mempertahankan kinerja dan menjaga kualitas Sumber Daya Manusia yang berada di lingkungan PT. Dirgantara Indonesia (DI) khususnya pada Divisi Aerostructure (AE), pihak Manajemen SDM melakukan sistem penilaian kinerja guna mencapai tujuan organisasi. Saat ini, jumlah karyawan yang berada di lingkungan PT. DI baik yang berstatus karyawan tetap maupun kontrak berjumlah ± pegawai dari yang semulanya berjumlah pegawai (akhir era 90an). a. Kriteria Penilaian Personil Dalam melakukan penilaian terhadapat kinerja karyawan, PT. DI menerapkan sistem penilaian kinerja yang di dalamnya memuat 10 kriteria penilaian, yaitu: 1) Absensi dan datang / pulang ke / dari kantor tidak tepat pada waktunya 2) Kemauan bekerja dan semangat pengabdian 3) Prestasi kerja 4) Tanggung jawab 5) Ketabahan (kesanggupan mengatasi masalah dalam usaha penyelesaian tugas) 6) Prakarsa 7) Kemampuan bekerja secara efektif bersama orang lain 8) Kelakukan / kebribadian 9) Kejujuran, dan 10) Kapasitas kerja dihubungkan dengan tingkat pendidikan dan potensi untuk mengembangkan diri. Dari 10 kriteria di atas, masing-masing kriteria memiliki bobot penilaian berkisar antara 0 sampai dengan 100 dengan penilaian bersifat kualitatif. Dalam melakukan proses penilaian kinerja karyawan, Departemen Manajemen SDM memberikan wewenang penuh kepada masing-masing manager yang berkoordinasi dengan supervisor untuk melakukan penilaian terhadap kinerja karyawan yang dipimpinnya. Kriteria dari seorang karyawan yang memiliki predikat dengan kinerja baik adalah karyawan yang memiliki nilai berkisar antara 55 sampai dengan 100 atau yang memiliki skor total (dari 10 kriteria penilaian) minimal 550. Apabila seorang karyawan yang berstatus kontrak memperoleh nilai yang berkisar antara 55 s/d 95, maka karyawan tersebut akan mendapatkan rekomendasi untuk di perpanjang. Sedangkan seorang karyawan yang memperoleh nilai 95, maka karyawan tersebut 17

14 secara otomatis di perpanjang dan mendapatkan rekomendasi untuk kenaikan pangkat (promosi). Untuk karyawan yang berstatus sebagai karyawan tetap, proses penilaian kinerja dapat dikatakan tidak berjalan secara efektif. Hal itu mulai terjadi sejak PT. DI mengalamai kemunduran yang disebabkan oleh besarnya hutang yang ditanggung pihak perusahaan. Mulai saat itu, motivasi kerja karyawan mulai berkurang, banyak karyawan yang diberhentikan atau pergi meninggalkan PT. DI. b. Hasil Kerja dan Produktivitas Dalam melakukan penilaian kinerja karyawan, aspek penilaian hasil kerja dan produktivitas juga merupakan salah satu aspek yang penting selain daripada aspek 10 kriteria penilaian di atas. Penilaian hasil kerja dan produktivitas didasari kepada uraian pekerjaan (job description). Berikut ini adalah uraian pekerjaan untuk karyawan kontrak pada Departemen Manufacturing Development Machining & Forming yang tertera pada Tabel 2.1 di bawah ini Tabel 2.1. Uraian Pekerjaan No Uraian pekerjaan Pengetahuan/kemampuan 1 Mengumpulkan, menyiapkan dan memproses data-data spesifikasi dan safety yang diperlukan untuk proses produksi dan ispeksi pada proses machining & forming. 2 Menumpulkan, menyiapkan dan memproses data-data material dan dimensi terhadap fasilitas dan metoda inspeksi yang ada. 3 Mengumpulkan, menyiapkan dan memproses data-data untuk kebutuhan evaluasi kesesuaian Memahami mekanisme proses machining/forming. Memahami persyaratan spesifikasi material metal yang digunakan. Memahami MSDS setiap bahan dan safety proses machining/forming. Memahami persyaratan spesifikasi dan technical material dan proses yang digunakan untuk proses machining/forming. Memahami aliran proses dan persyaratannya. Memahami dan mengimplementasi metoda improvement proses 18

15 antara aktual proses produksi / inspeksi terhadap spesifikasi produksi dan persyaratan drawing. 4 Mengumpulkan, menyiapkan dan memproses data-data kegagalan proses terhadap spesifikasi produksi dan requirement drawing dihubungkan dengan material / metoda / fasilitas produksi / inspeksi yang ada. 5 Membantu pelaksanaan percobaan / kualifikasi proses machining/forming sesuai persyaratan spesifikasi produksi. 6 Membuat laporan hasil percobaan / kualifikasi yang telah dilakukan. 7 Mengikuti pelatihan untuk meningkatkan kemampuan, keterampilan dan menambbah wawasan. 8 Menghitung kebutuhan raw material dan consumable yang diperlukan untuk proses produksi / inspeksi machining/forming. Memahami arti kerjasama dengan fungsi terkait. Memahami dan mengimplementasi metoda improvement seperti statistic untuk penyajian dan pengolahan data. Memahami relasi cause and effect untuk mengungkap sumber variasi kualitas proses. Mampu menyiapkan test plan untuk eksperimen kualifikasi proses machining/forming berdasarkan persyaratan drawing. Mampu membuat technical report Mampu bekerja secara team. Mampu dan bersedia untuk mengikuti pelatihan proses machining/forming dan pelatihan relevan dengan proses produksi terkait. Mampu memnghitung kebutuhan material untuk improvement proses machining/forming. 19

16 c. Evaluasi Setelah dilakukan proses penilaian, langkah selanjutnya yang dilakukan pihak Manajemen SDM adalah melakukan evaluasi terhadap kinerja karyawan yang mana data tersebut diperoleh dari manager masing-masing departemen Dari hasil evaluasi tersebut, predikat penilaian terbagi menjadi dua kategori, yaitu kategori kompeten dan kategori kurang kompeten. Bagi karyawan yang mendapatkan predikat kompeten, karyawan tersebut akan mendapatkan perpanjangan kontrak atau bahkan promosi jabatan. Sedang bagi karyawan yang termasuk kedalam kategori kurang kompeten, maka pihak Manajemen SDM akan mengirim karyawan tersebut kepada pihak Diklat untuk mendapatkan pelatihan lebih lanjut. Pelatihan tersebut terbagi ke dalam tiga kategori yaitu: 1) Training kebutuhan customer 2) Training sesuai plan training 3) Training penyegaran (refreshing training) 20

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1. LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pesawat merupakan sarana transportasi yang memiliki arti yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan pertahanan, terutama menyadari

Lebih terperinci

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang

Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang Struktur Organisasi Perusahaan. Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu bagan yang memperlihatkan adanya suatu hubungan kerja diantara setiap bagian, serta menggambarkan hubungan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam melaksanakan penelitian pada PT. Dirgantara Indonesia penulis memperoleh data dan mengetahui pelaksanaan perencanaan pajak pasal 21 atas

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan Pada awalnya untuk merencanakan serta membuat pesawat terbang di Indonesia, baru terwujud ssetelah proklamasi kemerdekaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Kegiatan penelitian dan percobaan terbang di Bumi Nusantara ini dimulai hanya satu tahun setelah Penerbangan Pesawat udara pertama dilakukan oleh persaudaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Dimana dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam setiap perusahaan. Dimana dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberhasilan dan kelangsungan kegiatan suatu industri, sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja yang dimilliki. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero)

TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero) BAB II TINJAUAN PT. DIRGANTARA INDONESIA (Persero) 2.1 Sejarah PT.dirgantara Indonesia PT Dirgantara Indonesia (persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero)

BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero) BAB II TINJAUAN UMUM PT. DIRGANTARA INDONESIA (persero) 2.1 Sejarah PT.dirgantara Indonesia PT Dirgantara Indonesia (persero) merupakan salah satu perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia Pada tahun 1976 merupakan era baru bagi bangsa Indonesia karena dengan dikeluarakanya peraturan Pemerintah No. 12 tanggal 5

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang industri pesawat terbang. PT. Dirgantara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memenuhi keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan-keadaan. cara yang dapat dilakukan untuk memperkecilnya adalah menerapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung dari jenis industri, teknologi serta upaya pengendalian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Era globalisasi menuntut segala aspek kehidupan seluruh masyarakat untuk berubah, lebih berkembang dan maju. Salah satu mekanisme yang menjadi ciri globalisasi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih

BAB I PENDAHULUAN. Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Seiring kondisi perekonomian Indonesia yang saat ini sudah mulai pulih dari krisis dan mulai masuknya era globalisasi, perusahaan dituntut untuk mampu mempertahankan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak industri yang mengalami perkembangan salah satunya adalah PT DI (Dirgantara Indonesia). Perusahaan ini merupakan satu-satunya badan usaha milik negara

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Profil Umum PT. Indopelita Aircraft Service adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri penerbangan yang ada di Indonesia. PT. Indopelita Aircraft Services adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT. Dirgantara Indonesia adalah satu satunya industri yang memproduksi pesawat terbang di Indonesia. Pada awalnya didirikan pada tanggal 26 April 1976 dengan nama PT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kerja Praktek. Dalam era globalisasi saat ini pemanfaatan berbagai macam aplikasi suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kerja Praktek. Dalam era globalisasi saat ini pemanfaatan berbagai macam aplikasi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja Praktek Dalam era globalisasi saat ini pemanfaatan berbagai macam aplikasi suatu perangkat lunak (software) sangat banyak digunakan oleh berbagai macam perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya PT. Dirgantara Indonesia (Persero) PT Dirgantara Indonesia adalah industri pesawat terbang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. yang ikut melahirkan PT. Dirgantara Indonesia, tanggal 23 Agustus 1976 dengan

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. yang ikut melahirkan PT. Dirgantara Indonesia, tanggal 23 Agustus 1976 dengan BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Sejarah Singkat PT. Dirgantara Indonesia Didasari kebutuhan untuk melayani diri sendiri transportasi udara yang mampu menghubungkan semua titik di Negara kepulauan ini,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (DI) yang sebelumnya bernama IPTN (Industri Pesawat Terbang Nurtanio) merupakan perintis industri pesawat terbang yang ada di Indonesia. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang menghadapi era globalisasi, dimana persaingan antar perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedang menghadapi era globalisasi, dimana persaingan antar perusahaan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang menentukan keberhasilan perusahaan, untuk mencapai tujuannya. Kini dunia sedang menghadapi era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia kedirgantaraan sudah mengalami kemajuan yang amat pesat. Selain di bidang pesawat komersil yang ditandai bermunculannya maskapaimaskapai penerbangan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang PT Dirgantara Indonesia atau Indonesian Aerospace (Iae) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan pesawat dan helikopter. Perusahaan ini memproduksi beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada hasil penelitian, akan dibahas mengenai gambaran umum perusahaan, sejarah singkat perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi,

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISIS WAKTU PENGERJAAN PART NO. D57450081200 (BRACKET) DI MESIN QUASER MV-184C PT. DIRGANTARA INDONESIA AEROSPACE (IAe) BANDUNG Diajukan untuk memenuhi persyaratan kelususan Mata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepercayaan kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie untuk menghimpun segala potensi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kepercayaan kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie untuk menghimpun segala potensi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Melalui PP No. 12 tanggal 5 April 1976 pemerintah memberikan kepercayaan kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie

Lebih terperinci

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014

PERANCANGAN PRODUK. Chapter 3. Gasal 2014 PERANCANGAN PRODUK Chapter 3 Gasal 2014 Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id Blog : http://debrina.lecture.ub.ac.id/ 29/09/2014 Perancangan Produk -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang ini juga diiimbangi dengan tingkat persaingan yang tinggi pula.

BAB I PENDAHULUAN. peluang ini juga diiimbangi dengan tingkat persaingan yang tinggi pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dunia usaha di Indonesia telah berkembang dengan sangat pesat. Dimana dengan semakin banyaknya jenis kebutuhan manusia, maka semakin banyak pula bermunculan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan ekonomi suatu negara. Dalam kaitannya dengan hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, industri menempati posisi sentral dalam perekonomian suatu negara. Hal ini berdasarkan perannya yang sangat besar dalam mempercepat proses perkembangan

Lebih terperinci

PROFIL DIRGANTARA INDONESIA

PROFIL DIRGANTARA INDONESIA BAB I PROFIL DIRGANTARA INDONESIA 1.1 Sejarah Dirgantara Indonesia PT Dirgantara didirikan pada tahun 1976, merupakan salah satu perusahaan penerbangan yang memiliki kompetensi utama dalam merancang pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, hampir semua pekerjaan manusia telah dibantu oleh alat-alat yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, contohnya mesin. Dengan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat dalam menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat dalam menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat, khususnya di bidang industri, industri pesawat terbang merupakan salah satu kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha. wadah apa perusahaan didirikan. Ini berhubungan dengan produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, Dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Dirgantara Indonesia merupakan salah satu perusahaan dirgantara di Asia Tenggara. Hingga saat ini banyak negara-negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris dan Spanyol yang membeli kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap sistem membutuhkan kegiatan perawatan agar kegiatan operasi yang dilakukan berjalan dengan lancar, begitupun dengan pesawat terbang. Perawatan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Dengan visi, misi dan tujuan tersebut, secara bertahap semua program studi di UNSURYA akan berbasis pada industri penerbangan.

Dengan visi, misi dan tujuan tersebut, secara bertahap semua program studi di UNSURYA akan berbasis pada industri penerbangan. atau UNSURYA adalah universitas swasta, yang berawal dari Institut Teknologi Dirgantara (ITD) yang didirikan pada tahun 1988. Pada tahun 1989, ITD berubah menjadi Sekolah TinggiTeknologi Dirgantara (STTD).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menciptakan produk-produk yang berkualitas dan berstandar

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menciptakan produk-produk yang berkualitas dan berstandar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perindustrian di Indonesia sedang berkembang pesat, banyak sekali industri-industri baru yang bermunculan. Perkembangan tersebut bukan tanpa hambatan, banyak

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 57 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Inkoasku merupakan salah satu perusahaan industri otomotif yang bergerak dalam bidang Wheel Rim Manufakturing.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X Final Draft Menunggu Paraf KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN PESAWAT TEMPUR IF-X DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia bisnis menuntut agar setiap perusahaan yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia bisnis menuntut agar setiap perusahaan yang bergerak di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia bisnis menuntut agar setiap perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun non manufaktur untuk berlomba-lomba menciptakan suasana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kedirgantaraan terutama dalam proses perancangan dan pembuatan komponen pesawat

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

Tidak dipungkiri lagi, bahwa pasar persaingan dalam negri dipenuhi oleh

Tidak dipungkiri lagi, bahwa pasar persaingan dalam negri dipenuhi oleh 2 Tidak dipungkiri lagi, bahwa pasar persaingan dalam negri dipenuhi oleh konsumen-konsumen yang sensitive terhadap harga dan kualitas. Produk dengan harga murah dan kualitas baik adalah produk yang paling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung

Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika, Politeknik Pos Indonesia Bandung Perancangan Sistem Informasi Supply Chain Management (Pengadaan Barang) Bengkel Perawatan dan Penjualan suku cadang Pesawat Studi kasus: Bengkel perawatan Pesawat Ai Rosita Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luar biasa. Meningkatnya keperluan masyarakat untuk menggunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi saat ini berkembang semakin pesat, khususnya di bidang industri. Pesawat terbang merupakan salah satu kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Penyajian data 4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan Awal mulanya pada tahun 2006 perusahaan ini didirikan oleh dua pemegang saham dengan nama PT Citra Profoam Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Latar Belakang Berdirinya PT. Dirgantara Indonesia

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Latar Belakang Berdirinya PT. Dirgantara Indonesia BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan Latar Belakang Berdirinya PT. Dirgantara Indonesia Pesawat terbang merupakan alat transportasi yang memegang peran penting didalam bidang transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia, perusahaan publik, bank dan BUMN wajib memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di Indonesia, perusahaan publik, bank dan BUMN wajib memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, perusahaan publik, bank dan BUMN wajib memiliki unit audit internal untuk membantu memastikan sistem pengendalian intern di perusahaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perekonomian di Indonesia benar-benar menjadi sorotan dan seringkali menjadi topik pembicaraan di berbagai kalangan masyarakat. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun, transportasi dibagi menjadi beberapa jenis yaitu transportasi darat, udara dan laut.

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

LAMPIRAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LAMPIRAN LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS PT. CISANGKAN 1. Commisaris Fungsi : Merencanakan dan menentukan visi dan misi serta mengawasi kegiatan perusahaan maupun kinerja serta jalannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, telah mendorong perusahaan-perusahaan yang ada untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, telah mendorong perusahaan-perusahaan yang ada untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ekonomi dan perkembangan IPTEK sekarang ini, telah mendorong perusahaan-perusahaan yang ada untuk memasuki lingkungan bisnis yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu competitive advantage bagi suatu organisasi adalah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu competitive advantage bagi suatu organisasi adalah memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu competitive advantage bagi suatu organisasi adalah memiliki sumber daya manusia dengan kinerja yang baik. Sumber daya manusia dengan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia memiliki salah satu aktivitas yang pasti dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu berpindah-pindah tempat. Namun, manusia memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Gramedia Printing berdiri sejak tahun 1972, terletak di Jl. Palmerah Selatan 22-28 Jakarta dengan Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri secara dinamis telah berkembang pesat menimbulkan persaingan yang kompetitif bagi industri-industri didalamnya. Kemampuan untuk terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari maupun di bidang industri manufaktur, persediaan tidak dapat dihindari. Tanpa adanya persediaan, perusahaan manufaktur harus siap menghadapi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Berbagai Bagian dalam Organisasi Perusahaan Elektronik Jakarta Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perusahaan elektronik membagi tugas dan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya

BAB I PENDAHULUAN. Apakah Anda puas dengan hasil investasi perusahaan Anda pada inovasi? Persentase responden yang menjawab ya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kebanyakan perusahaan, investasi dalam inovasi mengikuti siklus boom-bust. Survei tahunan yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Industri mengkonfirmasi

Lebih terperinci

Analisa Kasus PHK. Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok. PT Dirgantara Indonesia. Oleh: Kelompok 2 (Karet / Hevea Braziliensis)

Analisa Kasus PHK. Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok. PT Dirgantara Indonesia. Oleh: Kelompok 2 (Karet / Hevea Braziliensis) Analisa Kasus PHK PT Dirgantara Indonesia Ditinjau dari Teori Egoisme Kelompok Oleh: Kelompok 2 (Karet / Hevea Braziliensis) ARIE WIBOWO IRAWAN (P056110763.40E) BASUKI RAHMANTO (P056110803.40E) MOCHAMAD

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Singkat Sumber yang dipergunakan untuk membuat profil PT PINDAD adalah www.pindad.com dan www.wikipedia.org. Dengan menggunakan kedua website tersebut sebagai sumber,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 45 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. GMF Aero Asia PT. GMF Aero Asia (Garuda Maintenance Facility) merupakan anak perusahaan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawatan IGTE & Power Services GMF Aeroasia berdiri sejak tahun 2011, merupakan perusahaan mandiri dan merupakan anak perusahaan dari PT GMF Aeroasia yang bergerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki era perdagangan bebas, saat ini persaingan dunia usaha dan perdagangan semakin kompleks dan ketat. Hal tersebut tantangan bagi Indonesia yang sedang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Pada Zaman modern ini alat transportasi sangatlah penting, baik untuk mengangkut barang ataupun manusia. Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha. Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Apabila seseorang atau sekelompok orang ingin mendirikan perusahaan, ada dua hal yang perlu diputuskan, yaitu dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang PT. IRC INOAC INDONESIA adalah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufactur komponen karet untuk otomotif dan juga industrial parts. Untuk tahun 2009

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MRO INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 12 Mei 2015

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MRO INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 12 Mei 2015 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA KONFERENSI AVIATION MRO INDONESIA (AMROI) JAKARTA, 12 Mei 2015 Yang terhormat. : Saudara Menteri Perhubungan, atau yang mewakili; Jajaran Pengurus Indonesian Aircraft

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri manufaktur pesawat terbang semakin berkembang, baik pesawat untuk penumpang maupun barang. Hal ini mendasari pelanggan mengharapkan produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

Lampiran Nomor 1 : Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia URAIAN UMUM PERUSAHAAN

Lampiran Nomor 1 : Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia URAIAN UMUM PERUSAHAAN Lampiran Nomor 1 : Gambaran Umum PT. Dirgantara Indonesia URAIAN UMUM PERUSAHAAN A. PT. DIRGANTARA INDONESIA 1) Masa perintis PT. Dirgantara Indonesia Lima faktor utama yang mendukung berdirinya PT. Dirgantara

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 16 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Tinjauan Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan Garuda Indonesia adalah sebuah perusahaan milik negara Republik Indonesia. Garuda Indonesia berkantor pusat di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bridgestone Tire Indonesia, merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ban. Agar perusahaan tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan memberikan kontribusi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Teknologi

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Manusia adalah makhluk hidup sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menunjukkan korelasi yang sebanding dengan output perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. akan menunjukkan korelasi yang sebanding dengan output perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan industri di era global saat ini meningkat sangat pesat. Persaingan ini timbul sebagai salah satu konsekuensi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah PT. Samudra Marine Indonesia yaitu perusahaan jasa pembuatan kapal, perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang menghasilkan pelumas (oli). PT. Federal Karyatama berusaha untuk tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini alat transportasi masal mengalami pergeseran dari masa ke masa, manusia pada saat ini dapat menjangkau lokasi yang mereka inginkan sekalipun menuju

Lebih terperinci

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation

2017, No personel ahli perawatan harus memiliki sertifikat kelulusan pelatihan pesawat udara tingkat dasar (basic aircraft training graduation BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1384, 2017 KEMENHUB. Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan Pesawat Udara. Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 147. Pencabutan. MENTERI PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN (INDUSTRI) 2.1 Sejarah Perusahaan A. Sejarah Aisan Nasmoco Industri di Indonesia Pada tahun 1997, Aisan Co. Ltd mendirikan manufaktur anak perusahaan di Indonesia bekerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini turut menyumbangan kemudahan dalam menciptakan inovasi-inovasi produk baru yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di 41 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. SENTRA MAHAKARYA INTEGRA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi alluminium extrusion di Jakarta. Perusahaan ini berkantor di JL. Palmerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Gambar 1.1 Logo PT Pindad (Persero) Sumber: wikipedia, 2013 PT Pindad adalah perusahaan industri manufaktur Indonesia

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Dirgantara Indonesia (PT DI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan pesawat dan helikopter, serta untuk industri pesawat dunia. Pada saat ini, PT DI sedang melakukan

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja

Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja 90 Bab IV Pengembangan Model Pengukuran Kinerja IV.1 Studi Lapangan Menurut Sushil dan Shankar (2004), SCOR mencakup semua indikator kinerja yang diperlukan dalam sistem rantai pasok dan mencoba mencakup

Lebih terperinci

Kurikulum Prodi per Semester

Kurikulum Prodi per Semester Kurikulum Prodi per Semester Keterangan jenis prasyarat: (A). MK prasyarat bisa diambil bersamaan pada semester berjalan atau semester sebelumnya (B). MK prasyarat sudah memiliki nilai (C). MK prasyarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Kata manajemen sudah sangat dikenal di masyarakat. Manajemen juga mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan sistem produksi yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, karena analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan cara menjelaskan fakta yang ada dilapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia usaha jauh berkembang dengan pesat baik dalam skala besar maupun kecil dan juga perkembangan di sektor industri yang memiliki peran penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah PT. Nikkatsu Electric Works PT. Nikkatsu (lengkapnya PT. Nikkatsu Electric Works yang beralamat di Jl.Cimuncang no.70 Bandung) adalah perusahaan swasta nasional dengan status

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Nomer :.. Tgl Terbit : 5 September 2013 Revisi :.. Halaman : 1 dari 7 UP PAITON

1. PENDAHULUAN. Nomer :.. Tgl Terbit : 5 September 2013 Revisi :.. Halaman : 1 dari 7 UP PAITON Halaman : 1 dari 7 PENGADAAN DAN PEMASANGAN ELEMENT AIR HEATER SAH ME #2 2017 1. PENDAHULUAN PT PJB Unit Pembangkitan Paiton memiliki dua buah unit PLTU yaitu PLTU unit 1 dan 2. Salah satu peralatan utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern. Banyak keputusan strategis yang bergantung kepada informasi. Sebagaimana diketahui,

Lebih terperinci