PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA OLEH MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA OLEH MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H"

Transkripsi

1 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA OLEH MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

2 RINGKASAN MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI. Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta (dibimbing oleh SYAMSUL HIDAYAT PASARIBU). Pembangunan ekonomi yang tidak merata di berbagai wilayah menyebabkan ketimpangan antara perdesaan dengan perkotaan. Pedesaan di Indonesia banyak terdapat masyarakat yang miskin, karena sebagian besar mereka bekerja di sektor pertanian. Sektor pertanian semakin lama semakin tidak berkembang, sehingga penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak. Disisi lain di perkotaan banyak tersedia lapangan kerja dengan penghasilan yang lebih tinggi dari pada di desa. Masyarakat pedesaan yang ingin meningkatkan taraf hidupnya mencoba melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan migrasi ke kota. Dengan harapan mereka dapat memperoleh pekerjaan yang layak dan penghasilan yang lebih tinggi. DKI Jakarta merupakan kota sekaligus salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki jumlah migrasi masuk terbesar di Indonesia. Namun dari tahun ke tahun jumlah migrasi yang masuk tetap menunjukan angka yang tinggi. Oleh karena itu, masalah migrasi ke DKI Jakarta dapat menjadi topik yang menarik dan hangat untuk di teliti. Penelitian ini difokuskan pada bagaimana pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi penduduk di berbagai propinsi di Indonesia untuk melakukan migrasi ke DKI Jakarta. Metode analisis yang digunakan adalah metode panel data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series lima tahuanan dari tahun 1985 sampai 2005 dan data cross sectian, yang terdiri dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita tiap propinsi, jumlah migrasi masuk dari setiap propinsi ke Jakarta, dan data tingkat Upah Minimum Regional (UMR) tiap propinsi. Semuaya dibandingkan terhadap DKI Jakarta, karena Jakarta merupakan wilayah yang menjadi objek kajian penelitian. Model yang paling baik yang di dapatkan dari hasil estimasi adalah model efek tetap (fixed effect model). Dari hasil estimasi yang dilakukan didapatkan, bahwa variabel PDRB mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,285. Ini menunjukkan bahwa jika tingkat PDRB propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi yang masuk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,285 persen. Sedangkan variabel UMR mempunyai hubungan yang negatif sebesar 0,063. Artinya jika tingkat UMR di propinsi selain Jakarta meningkat relatif terhadap Jakarta sebesar 1 persen maka jumlah migrasi penduduk ke DKI Jakarta akan berkurang sebesar 0,063 persen. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya pemerintah daerah selain Jakarta mengoptimalkan potensi yang ada di wilayahnya masing-masing untuk meningkatkan PDRB perkapita. Selain itu juga perlu dilakukan peningkatan anggaran untuk pembangunan, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

3 PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP TINGKAT MIGRASI KE PROPINSI DKI JAKARTA Oleh MOCHAMAD HENRY KURNIAWAHYUDI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Mochamad Henry Kurniawahyudi Nomor Registrasi Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S NIP Tanggal Kelulusan :

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2007 M. Henry Kurniawahyudi H

6 i RIWAYAT HIDUP Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22 November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996 sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah aktif sebagai pengurus dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Ekonomi (FORMASI), Syariah Economic Club (SES-C), dan Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC).

7 ii KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-nya penulis mendapat kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita, Rasulullah Saw, yang telah mengajarkan al-islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat manusia. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang bermanfaat. 3. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Warsa dan Ibunda Siti Basiroh atas doa, bimbingan, dan dukungannya selama penulis menjalani pendidikan.

8 iii 4. Opi, Winsih, Kang Ade, dan Muthia Ningrum yang telah membantu penulis untuk memperoleh literatur yang dapat membantu penulis menyeleseikan skripsi. 5. Teman-temen kosan Al Izzah yang telah banyak membantu penulis baik dalam masalah teknis maupun non teknis. 6. Rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40 (Vera, Ramadania, Karina, Halida, Dindin, Agung) yang selalu membantu penulis dalam bertukar pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesei. 7. Seluruh staf dan pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi dan semua pihak yang membantu penulis selama melaksanakan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan serta memberikan khasanah baru dalam bidang ilmu ekonomi. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bogor, Juli 2007 M. Henry Kurniawahyudi H

9 i RIWAYAT HIDUP Mochamad Henry Kurniawahyudi dilahirkan di Semarang pada tanggal 22 November 1984 merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Mohlasin dan Ibu Siti Basiroh. Penulis menjalani pendidikan di bangku sekolah dasar dari tahun 1991 sampai dengan tahun 1996 di SDN Kebondowo 2 Semarang, kemudian dari 1996 sampai dengan 1997 di SDN Jadimulya Cirebon. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 1997 sampai tahun 2000 di SLTP Negeri 2 Cirebon. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMUN 1 Cisarua Bandung dan lulus pada tahun Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama mengikuti pendidikan di bangku kuliah aktif sebagai pengurus dalam beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Ekonomi (FORMASI), Syariah Economic Club (SES-C), dan Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC).

10 ii KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb. Segala puji hanya untuk Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta beserta isinya. Berkat rahmat dan karunia-nya penulis mendapat kemudahan dan kemampuan dalam setiap langkah penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Qudwah Hasanah kita, Rasulullah Saw, yang telah mengajarkan al-islam sebagai jalan hidup sehingga membawa keselamatan bagi umat manusia. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi terhadap Tingkat Migrasi ke Propinsi DKI Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada: 1. Syamsul Hidayat Pasaribu, S.E., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran, ilmu dan membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Sahara S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan Widyastutik S.E., M.Si selaku komisi pendidikan, yang telah memberi saran-saran dan ilmu yang bermanfaat. 3. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Warsa dan Ibunda Siti Basiroh atas doa, bimbingan, dan dukungannya selama penulis menjalani pendidikan.

11 iii 4. Opi, Winsih, Kang Ade, dan Muthia Ningrum yang telah membantu penulis untuk memperoleh literatur yang dapat membantu penulis menyeleseikan skripsi. 5. Teman-temen kosan Al Izzah yang telah banyak membantu penulis baik dalam masalah teknis maupun non teknis. 6. Rekan-rekan Departemen Ilmu Ekonomi angkatan 40 (Vera, Ramadania, Karina, Halida, Dindin, Agung) yang selalu membantu penulis dalam bertukar pikiran selama proses pengerjaan skripsi sampai dengan skripsi ini selesei. 7. Seluruh staf dan pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi dan semua pihak yang membantu penulis selama melaksanakan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih banyak kekurangan. Dengan kerendahan hati, penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan penulis. Semoga hasil dari skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun semua pihak yang membutuhkan serta memberikan khasanah baru dalam bidang ilmu ekonomi. Wassalamu alaikum Wr.Wb. Bogor, Juli 2007 M. Henry Kurniawahyudi H

12 iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Migrasi Penyebab Migrasi Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) Upah Minimum Regional (UMR) Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Model dan Motode Estimasi Model Pooled Model Efek Tetap (Fixed Effects) Model Efek Acak (Random Effects) Evaluasi Model... 30

13 v IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Migrasi dan Evaluasi Model Interpretasi Model Implikasi Kebijakan V. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 45

14 vi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Migrasi Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Lahir (Lifetime Migrants), 1990, 2000, dan Persentase Migran Masuk ke DKI Jakarta Tahun Kerangka Identifikasi Autokorelasi Hasil Estimasi Panel Data... 33

15 vii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran... 21

16 viii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data PDRB dengan Harga Berlaku dalam Jutaan Data UMR per Bulan tiap Propinsi dalam Rupiah Data Jumlah Migrasi Penduduk Masuk Jakarta dalam Jiwa Persentase Rasio PDRB Berdasarkan Harga Berlaku tiap Propinsi terhadap Jakarta Persentase Rasio UMR tiap Propinsi terhadap DKI Jakarta dalam Persen Hasil Estimasi Model Pooled Hasil Estimasi Model Fixed Effect Hasil Estimasi Model Fixed Effect dengan White Heteroskedasticity Hasil Estimasi Model Random Effect... 54

17 ix

18 iv DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Migrasi Penyebab Migrasi Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) Upah Minimum Regional (UMR) Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Model dan Motode Estimasi Model Pooled Model Efek Tetap (Fixed Effects) Model Efek Acak (Random Effects) Evaluasi Model... 30

19 v IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Migrasi dan Evaluasi Model Interpretasi Model Implikasi Kebijakan V. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 45

20 vi DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Migrasi Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Lahir (Lifetime Migrants), 1990, 2000, dan Persentase Migran Masuk ke DKI Jakarta Tahun Kerangka Identifikasi Autokorelasi Hasil Estimasi Panel Data... 33

21 vii DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran... 21

22 viii DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data PDRB dengan Harga Berlaku dalam Jutaan Data UMR per Bulan tiap Propinsi dalam Rupiah Data Jumlah Migrasi Penduduk Masuk Jakarta dalam Jiwa Persentase Rasio PDRB Berdasarkan Harga Berlaku tiap Propinsi terhadap Jakarta Persentase Rasio UMR tiap Propinsi terhadap DKI Jakarta dalam Persen Hasil Estimasi Model Pooled Hasil Estimasi Model Fixed Effect Hasil Estimasi Model Fixed Effect dengan White Heteroskedasticity Hasil Estimasi Model Random Effect... 54

23 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di wilayah perkotaan dan pedesaan yang tak seimbang menimbulkan berbagai dampak positif dan negatif yang sepatutnya mendapat perhatian serius dari pemerintah dan berbagai pihak, terutama dikaitkan dengan isu kemiskinan dan pemerataan. Salah satu isu yang sering disoroti adalah tingginya arus migrasi terutama desa ke kota yang semakin meningkat intensitasnya (Sunario, 1999). Mobilitas penduduk menuju daerah perkotaan di Indonesia semakin meningkat dengan pesat ditunjukkan dengan angka pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi. Utamanya terjadi pada periode tahun (7,85 persen per tahun). Tingkat pertumbuhan penduduk kota pada periode turun menjadi 2,01 persen, tetapi dilihat dari persentase dari penduduk yang tinggal di kota tampak semakin meningkat dengan pesat. Sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan persentase penduduk kota sebesar 22,38 persen, kemudian meningkat menjadi 35,91 persen pada tahun Kondisi sepuluh tahun kemudian pada tahun 2000 persentase penduduk kota di Indonesia telah mencapai sebesar 42,43 persen. Pembangunan yang tidak seimbang dan disparitas antar daerah menyebabkan perpindahan penduduk yang dapat menimbulkan masalah baik di daerah yang ditinggalkan maupun daerah yang dituju. Daya tarik kota seperti, kesempatan memperoleh pendidikan, pekerjaan, wiraswasta dan penawaran jasa lainnya, sebagai bagian dari proses modernisasi, antara lain merupakan komponen

24 2 yang dapat memotivasi sehingga memperbesar arus perpindahan itu baik untuk tujuan menetap, sementara, atau mungkin perpindahan sirkuler (Artika, 2003). Selain itu menurut Hauser et al (1985) arus penduduk dari desa ke kota sebagian besar akibat daya tarik upah yang lebih tinggi berkat daya produksi yang lebih tinggi di kota. Penggunaan teknologi pada abad XX pun diduga dalam rangka pembangunan ekonomi, ternyata melahirkan tata industri yang bersifat padat modal dan bukan yang bersifat padat karya. Sehingga kebijakan ini cenderung mendorong buruh petani ke perkotaan. Di bidang industri ternyata mengalami keterbatasan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, mungkin saja arus penduduk dari desa ke kota tetap berjalan terus dan semakin cepat, sementara kesempatan kerja di kota tetap terbatas. Menurut Todaro dan Smith (2004), kebijakan yang dijalankan pada dekade yang lalu, yang lebih mengutamakan modernisasi industri, kecanggihan teknologi, dan pertumbuhan metropolis, jelas telah menciptakan ketimpangan geografis dalam penyebaran kesempatan atau peluang-peluang ekonomi, sekaligus menjadi penyebab utama perpindahan secara besar-besaran penduduk desa ke kota yang terus menerus. Kebijakan pemerintah seringkali bias kota, yaitu dengan mementingkan investasi industri dan mengabaikan sektor pertanian. Pemerintah mementingkan investasi untuk bidang sarana umum yang dibangun di kota dengan alasan kota adalah pusat kegiatan ekonomi (Manning dan Effendi, 1985). Kedua hal tersebut di atas merupakan penyebab terjadinya migrasi penduduk dari desa ke kota. Di pedesaan pertanian tidak dapat menampung jumlah tenaga kerja

25 3 yang semakin meningkat dari tahun ketahun, didukung dengan masuknya teknologi sehingga sektor pertanian menjadi padat modal. Sektor non pertanian di pedesaan hampir tidak berkembang, keadaan sebaliknya bisa terjadi di perkotaan, yaitu luasnya kesempatan untuk dapat bekerja di sektor non pertanian. Hal ini membuat adanya keterkaitan masyarakat desa pergi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan penghasilan yang lebih tinggi yang tidak diperoleh selama mereka tinggal di desa (Suharso, 1994). Migrasi umumnya dilakukan untuk memperbaiki taraf hidup secara ekonomi. Salah satu daya tarik kota yaitu banyaknya peluang kerja di luar sektor pertanian. Sehingga adanya migrasi desa kota berakibat pada pergeseran mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di kota. Peluang memperoleh pekerjaan di desa dirasakan hanya pada sektor non pertanian terutama bidang industri dan jasa (Erwindo et al, 1992). Migrasi desa-kota merupakan suatu faktor utama yang mendorong pesatnya pertumbuhan kota di negara berkembang (Manning dan Effendi, 1985). Namun migrasi yang terlalu cepat dan tidak teratur mengakibatkan penduduk desa yang berbondong-bondong mencari pekerjaan di kota mengalami kekecewaan karena besarnya jumlah mereka yang mencari pekerjaan. Maka timbul persaingan di antara mereka sendiri di tambah dengan persaingan dari penduduk kota. Para migran yang berasal dari desa rata-rata berpendidikan rendah dan ketrampilan yang dimiliki juga terbatas. Tapi adanya persaingan di dunia kerja mengharuskan mereka untuk mempunyai kemampuan yang lebih dari orang lain. Kemampuan para migran yang terbatas menyebabkan mereka tersingkir dari pekerjaan pada

26 4 sektor formal yang akhirnya mengharuskan mereka untuk masuk pada sektor informal. Tabel 1.1. Migran Masuk dan Keluar DKI Jakarta Menurut Tempat Lahir (Lifetime Migrants), 1990, 2000, dan 2005 dalam jiwa Tempat Lahir/ Tempat Tinggal Sekarang Migran Masuk Migran Keluar Migran Masuk Migran Keluar Migran Masuk Migran Keluar Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Sumatra Selatan Lampung Prop lain di Sumatra Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku+Irja Jumlah Sumber: BPS (1992, 2001, 2006) Kota besar seperti Jakarta merupakan daerah tujuan utama bagi pelaku mobilitas penduduk. Pada periode , pertumbuhan penduduk di DKI Jakarta mencapai 3,08 persen pertahun, kemudian turun menjadi 0,14 persen per tahun pada periode tahun Selain karena turunnya angka fertilitas, migrasi keluar DKI Jakarta (utamanya ke kota-kota sekitarnya) diperkirakan menjadi faktor utama penurunan tingkat pertumbuhan penduduk.

27 5 Sensus penduduk tahun 1971, 1980, 1990, dan 2000 menunjukkan bahwa dari seluruh provinsi di Indonesia, DKI Jakarta merupakan daerah penerima migran terbesar, dimana sekitar 40 persen penduduknya berstatus migran. Setelah DKI Jakarta, Propinsi Lampung dan Kalimantan Timur tercatat sebagai daerah penerima migran kedua dan ketiga terbesar. Mengingat karakteristik daerah yang berbeda maka migran yang masuk ke tiga propinsi tersebut juga mempunyai perbedaan karakteristik. Sebagai pusat bisnis, industri dan pemerintahan, migran yang masuk ke Jakarta mempunyai karakteristik yang khusus, terutama sebagian diantaranya mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang masuk ke daerah berbasis pertanian seperti Lampung. Tabel 1.2. Persentase Migran Masuk ke DKI Jakarta Tahun 2005 Nama Propinsi Migran masuk Persentase (%) Sumatra Utara Sumatra Barat Riau Sumatra Selatan Lampung Prop. lain di Sumatra Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku+Irian Jaya Jumlah Sumber : BPS 2005 (diolah) Migran masuk seumur hidup ke DKI Jakarta di dominasi oleh mereka yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur secara berturut-turut

28 6 (SUPAS, 2005). Sebagaimana terlihat pada Tabel 1.2. Selanjutnya, tiga propinsi di Pulau Sumatra, yaitu Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan juga memberikan kontribusi yang besar pada migran masuk seumur hidup ke DKI Jakarta. DKI Jakarta merupakan kota yang menarik bagi para pengangguran di desa untuk mengadu nasib. Walaupun hidup dalam segala keterbatasan namun para migran merasa bahwa dirinya lebih baik dari pada sebelumnya. Walaupun pendapatan yang didapatkan kecil tapi itu lebih tinggi dibandingkan ketika di desa. Berbagai masalah mulai timbul akibat semakin tingginya tingkat kepadatan penduduk di Jakarta. Salah satu masalah fisik yang dihadapi Jakarta adalah kehadiran rumah liar dan pemukiman-pemukiman kumuh. Para pendatang baru yang umumnya miskin biasanya menetap di gubuk kardus seadanya di tempattempat umum, sehingga mengganggu ketertiban masyarakat umum Perumusan masalah Besarnya jumlah penduduk yang melakukan migarsi ke Jakarta tidak terlepas dari kelemahan pembangunan di daerah luar Jakarta. Hal ini terlihat dari rendahnya tingkat upah dibandingkan di daerah dengan tingkat upah di Jakarta. Pertumbuhan jumlah migrasi ke Jakarta setiap tahun yang ralatif besar di dorong oleh keinginan untuk memperbaiki kesejahteraan hidup di Jakarta sementara jumlah lapangan kerja tak mampu lagi menyerap lapangan kerja. Setiap tahun DKI kedatangan sekitar penduduk baru yang masuk bersama pemudik pasca lebaran (Dinas Kependudukan DKI, 2005).

29 7 Sedangkan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah tidak bertambah, bahkan sebaliknya, terutama ketersediaan lapangan pekerjaan. Jumlah migrasi masuk yang bersih DKI Jakarta relatif paling tinggi dibandingkan dengan wilayah propinsi lainnya. Jumlah penduduk DKI Jakarta murni pada tahun 2005 sebesar jiwa, namun jika ditambah dengan para tenaga kerja dari sekitar Jakarta yang comuting mencapai lebih dari 12 juta orang. Jumlah migran yang masuk tahun 2005 sebesar jiwa. Padahal pertumbuhan penduduknya yang murni sangat rendah yaitu 0,17 persen per tahun, dilihat dari kepadatan penduduk Jakarta menempati posisi tertinggi yaitu orang per kilometer persegi pada tahun Di sisi tingkat UMR daerah DKI Jakarta memiliki peringkat paling tinggi dibandingkan propinsi lainnya di Indonesia yaitu sebesar Rp Sedangkan jumlah seluruh Pendapatan Regional Domestik Bruto sebesar Rp juta pada tahun Di siai lain kelambatan dan ketidakmerataan pembangunan ekonomi di daerah luar Jakarta mengakibatkan masyarakat daerah untuk migrasi ke Jakarta untuk mencari pendapatan yang lebih tinggi. Akibatnya terjadi kepadatan penduduk yang tinggi dan pengangguran di Jakarta. Dampak kepadatan dan pengangguran ini timbul berbagai masalah sosial dan ekonomi. Diantaranya kriminalitas meningkat, pemukiman kumuh timbul dimana-mana, kemacetan tinggi, menurunya tingkat pelayanan dan prasarana perkotaan, dan akhirnya mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk Jakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka ada permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, yaitu

30 8 bagaimanakah pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mendorong penduduk untuk melakukan migrasi ke DKI Jakarta Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi migrasi ke DKI Jakarta. Faktor yang akan dianalisis diantaranya yaitu tingkat upah yang dalam hal ini Upah Minimum Regional dan Produk Domestik Regional Bruto perkapita Kegunaan penelitian Kegunanaan dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihakpihak yang terkait dalam mengambil keputusan. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui lebih jauh tentang masalah kependudukan di DKI Jakarta.

31 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Migrasi Migrasi menurut Rusli (1994) adalah suatu gerak penduduk secara geografis, spasial atau teritorial antara unit-unit geografis yang melibatkan perubahan tempat tinggal yaitu dari tempat asal ke tujuan. Sedangkan Lee (1966) mengatakan bahwa yang disebut migrasi haruslah melibatkan faktor terjadinya perubahan tempat tinggal yang permanen dengan tidak usah memperhatikan jarak yang ditempuh dalam proses perpindahan tersebut. Menurut Munir (1981), dalam menelaah migrasi ada dua dimensi penting yang perlu ditinjau, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Ukuran yang pasti untuk dimensi waktu tidak ada, karena sulit menetapkan berapa lama seseorang pindah tempat tinggal agar dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunkan devinisi yang digunakan dalam sensus penduduk. Contoh, Sensus Penduduki Tahun 1961, batasan waktu bagi penentuan migran adalah 3 bulan, sedangkan untuk sensus penduduk Tahun 1971 dan 1980 selama 6 bulan. Mantra (1980) mengatakan bahwa seseorang dikatakan melakukan migrasi jika melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (untuk jangka waktu relatif tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari suatu unit geografis ke unit geografis lainnya. Mobilitas penduduk horizontal atau geografis meliputi semua gerakan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Dari berbagai pengertian migarsi tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa pengertian

32 10 migrasi adalah suatu mobilitas penduduk dari suatu tempat atau lokasi geografis ke tempat atau lokasi geografis lainnya dengan melewati batas administrasi suatu daerah atau wilayah dengan maksud untuk mempertahankan hidup dan atau memperbaiki hidup. Secara garis besar, dimensi daerah dibedakan atas perpindahan antar negara yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional. Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam suatu negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administrasi lainnya dikenal dengan migrasi intern. Menurut Rusli (1995) berdasarkan bentuknya mobilitas dibagi menjadi dua yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non-permanen atau sirkuler. Mobilitas permanen atau migrasi adalah perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas non permanen adalah gerak penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan tidak ada niat untuk menetap di daerah tujuan yang terdiri dari dua, yaitu sirkulasi dan komutasi. Jadi perbedaan ini berdasarkan niatan, bukan lamanya setiap perpindahan, dan akibatnya beberapa perpindahan sirkuler mungkin lebih lama dari migrasi. Definisi migran menurut PBB (2000) adalah seseorang yang berpindah tempat kediaman dari suatu unit administratif atau politis ke unit daerah administratif atau daerah politis yang lain. Untuk menentukan seseorang disebut migran atau bukan, konsep operasional Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990 dan 2000 menetapkan minimal lamanya tinggal di daerah tujuan enam bulan dan unit daerah migrasinya kabupaten atau kota. Banyak ahli dan penelitian mengatakan

33 11 bahwa migran bersifat selektif (Lee, Suharso, dan Hugo, 1981). Terdapat ciri khusus yang membedakan migran dan non migran, terutama dalam hal umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan jenis pekerjaan. Dengan adanya sifat selektif dalam proses migrasi maka timbullah ciri-ciri atau sifat-sifat karakteristik dari mereka yang turut serta dalam proses migrasi tersebut. Kebanyakan terdiri dari mereka yang masih berumur muda terutama antara tahun, belum menikah, rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi daripada mereka yang tidak turut bermigrasi. Serta kebanyakan dari mereka bermigrasi dengan alasan untuk memperbaiki nasib kehidupan Penyebab Migrasi Menurut Hugo (1981) migrasi dilakukan seseorang karena adanya tekanan lingkungan alam, ekonomi, sosial dan budaya. Menghadapi tekanan lingkungan ini ada tiga kemungkinan yang dilakukan masyarakat. Pertama, mereka yang bertahan di tempat, karena menganggap tempat yang sekarang adalah tempat terbaik dan dianggap paling banyak memberikan kemungkinan bagi terpenuhinya kebutuhan hidup tentu saja tidak dilupakan kemungkinan usaha perbaikan lingkungan hidupnya dan pembaharuan. Kedua, mereka pindah tempat atau migrasi. Ketiga, mereka melakukan peralihan antara keduanya, yaitu tetap tinggal tinggal di tempat lama tetapi mencari pekerjaan baru secara berkala dan terus menerus atau commutery. Mengingat bahwa sebagian besar masyarakat di pedesaan sudah tidak memiliki tanah pertanian, sedangkan mereka yang mengaku sebagai keluarga petani sebagian besar hanya memiliki tanah yang sempit ditambah pula bahwa

34 12 jumlah hari dan jam kerja di sektor pertanian jauh dibawah jam kerja normal (untuk ukuran kerja penuh), maka agar dapat mempertahankan hidupnya dari hari ke hari mereka harus dapat mencari pekerjaan di luar sektor pertanian (Suharso, 1978). Namun untuk mencari pekerjan di luar sektor pertanian tersebut diperlukan adanya kecakapan atau ketrampilan tertentu atau bahkan diperlukan sejumlah uang sebagai modal usaha, suatu hal yang sebagian besar dari mereka justru tidak memilikinya. Tidaklah mengherankan jika mereka terpaksa harus menerima pekerjaan yang biasa disebut dengan istilah pekerja kasar. Seperti buruh bangunan, penarik becak, buruh pabrik, pedagang keliling, dan sebagainya. Menurut Hardjosudarmo (1965) terjadinya migrasi disebabkan oleh tiga faktor yaitu: 1) Faktor pendorong (push factor) yang ada pada daerah asal, yakni adanya pertambahan penduduk yang mengakibatkan timbulnya tekanan penduduk, adanya kekeringan sumber alam, adanya fluktuasi iklim, dan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan. 2) Faktor penarik (pull factor) yang ada pada daerah tujuan, yakni adanya sumber alam serta sumber mata pencaharian baru, adanya pendapatanpendapatan baru, dan iklim yang sangat baik. 3) Faktor lainnya (other factor), yakni adanya perubahan-perubahan teknologi, seperti munculnya mekanisasi pertanian yang bias menyebabkan berkurangnya permintaan tenaga kerja untuk pertanian. Hal ini memaksa buruh tani untuk pindah ke tempat atau pekerjaan lain. Selain itu juga karena adanya perubahan pasar, faktor agama, politik, dan faktor pribadi.

35 13 Sedangkan menurut Sumaryanto dan Halim (1989) dalam Refiani (2006), arus dan volume migrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersifat daya tarik (pull) atau daya dorong (push). Daya tarik dapat berupa produktivitas kerja yang lebih tinggi di daerah tujuan atau fasilitas lain yang memungkinkan individu itu memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sedangkan daya dorong pada umumnya berupa suatu set peubah yang menyebabkan individu itu merasa sulit memperbaiki taraf hidupnya di tempat asal. Sebagai contoh, pemilikan aset yang rendah, kesempatan kerja yang sempit, produktivitas kerja di tempat asal yang rendah, dan lain-lain. Perbedaan tingkat gerak penduduk di desa-desa berkaitan dengan ketimpangan sosial dan regional. Munir (1981) mengelompokkan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong misalnya : 1) Makin berkurangnya sumber-sumber alam, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya masih sulit diperoleh seperti hasil tambang, kayu dan bahan dari hasil pertanian. 2) Menyempitnya lapangan kerja di daerah asal (misalnya pedesaan) akibat masuknya teknologi yang menggunakan mesin-mesin (capital intensive). 3) Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama dan suku di daerah asal. 4) Tidak cocok lagi dengan adat, budaya dan kepercayaan di tempat asal. 5) Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak bisa menegembangkan karir pribadi.

36 14 6) Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit. Sementara faktor-faktor penarik antara lain: 1) Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan untuk memasuki lapangan kerja. 2) Kesempatan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3) Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. 4) Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenagkan, misalnya iklim, perumahan, sekolah, dan fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya. 5) Tarikan dari orang yang diharapkan sebagai tempat berlindung. 6) Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik orang-orang dari desa atau kota kecil. Mantra (1994) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah. Todaro dan Smith (2004) menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional. Faktor yang mempengaruhi untuk melakukan migrasi ke perkotaan karena adanya dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di pedesaan. Dengan demikian migrasi dari pedesaan ke perkotaan mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara pedesaan dan perkotaan. Kebutuhan hidup yang terus meningkat menuntut setiap orang terutama para kepala keluarga untuk mencari penghasilan yang lebih besar. Jika di daerah tempat tinggal dianggap tidak dapat menyediakan lapangan pekerjaan yang

37 15 mempunyai penghasilan yang layak maka mereka akan lebih memilih untuk bermigrasi. Pilihan ini merupakan pilihan terbaik mereka, meskipun belum pasti apakah mereka akan mendapatkan pekerjaan atau tidak di tempat tujuan. Wilayah perkotaan dengan proses pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan fasilitas yang lengkap mendorong setiap orang terutama pengangguran untuk mengadu nasib. Arus masuk migrasi akan semakin banyak dalam waktu yang relatif cepat. Migrasi masuk ke kota (termasuk kota Jakarta) sangat erat kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang bersifat bias kota (urban bias). Pembangunan di DKI Jakarta yang memiliki peran dan fungsi sebagai pusat kegiatan ekonomi, telah menarik penduduk desa untuk datang kota ini dalam upaya mendapatkan kesempatan kerja atau usaha, lebih-lebih ketika lapangan pekerjaan di desa sangat terbatas. Fenomena ini sejalan dengan teori Todaro (2004) yang menjelaskan terjadinya perpindahan penduduk disebabkan oleh tingginya upah atau pendapatan yang dapat diperoleh di daerah tujuan. Kesenjangan upah atau pendapatan yang besar antara desa dan kota mendorong penduduk desa untuk datang ke kota. Perusahaan akan selalu berusaha untuk memperoleh keuntungan maksimal, dengan menjual produk yang dihasilkan di pasar barang dan memperoleh tenaga kerja di pasar faktor produksi dalam kondisi pasar persaingan sempurna (Wiranatakusumah, 1998). Kota merupakan pasar tenaga kerja dan juga tempat bisnis perusahaan-perusahaan. Dengan demikian kota menjadi tujuan migrasi yang tepat bagi pengangguran. Pengangguran di Indonesia merupakan

38 16 akibat perbedaan kerangka kerja dari pembangunan. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi migrasi desa-kota yang meningkatkan angkatan kerja di kota. Para migran yang masuk ke perkotaan yang tidak terserap di sektor modern harus menciptakan suatu lapangan kerja sendiri atau bekerja pada usahausaha rumah tangga milik keluarga atau kenalan mereka agar bisa tetap hidup (Todaro, 2004). Seperti pedagang keliling, pedagang asongan di trotoar atau jalanan, pembuatan papan nama, tambal ban dan sebagainya. Sedangkan yang mempunyai ketrampilan khusus akan mencari pekerjaan sebagai mekanik, tukang kayu, tukang cukur, tukang ojek motor, dan sebagainya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas harga dasar berlaku maupun atas dasar harga konstan (BPS, 2005). PDRB propinsi menunjukkan tingkat kemajuan ekonomi propinsi tersebut, semakin besar jumlah PDRB propinsi tersebut maka semakin baik pula kondisi perekonomian propinsi tersebut, sehingga semakin banyak penduduk yang akan datang ke propinsi itu untuk bekerja atau mencari penghidupan yang lebih baik.

39 Upah Minimum Regional (UMR) Upah adalah kompensasi yang diberikan kepada para pekerja harian atau borongan yang besarnya telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Sedangkan gaji adalah kompensasi yang diberikan perusahaan kepada seseorang atau karyawan secara periodik biasanya sebulan sekali (Sari dan Hoeriah, 2004). Upah Minimum Regional (UMR) adalah upah yang ditetapkan oleh pemerintah melalui keputusan mentri yang dinilai dan diukur dari kebutuhan hidup minimum (Sari dan Hoeriah, 2004). UMR tiap propinsi atau tiap kabupaten/kota di Indonesia berbeda-beda sesuai dengan kondisi perekonomian masing-masing daerah. Setiap pekerja ataupun buruh berhak mendapatkan upah minimal sama dengan UMR yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat, dan perusahaan atau pengusaha harus memberikan upah kepada pekerja mereka tidak boleh dibawah standar UMR Penelitian Terdahulu Analisis serta kajian terhadap fenomena migrasi telah dilakukan baik di dalam maupun di laur negeri. Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian terdahulu dengan berbagai pendekatan yang secara khusus menganalisis terjadinya migrasi. Solimano (2002) melakukan penelitian di Argentina mengungkapkan bahwa migrasi penduduk ke Amerika Serikat dan Eropa atau negara yang lebih maju dengan pendekatan ekonomi dan politik. Model yang digunakan adalah dengan pendekatan Ordinary Last Square (OLS) : NM t = a + bx 1t + cx 2(t-1) + dx 3t + ex 4t + random term t (2.1)

40 18 dimana : NM X 1 = net migrasi penduduk dari negara pengirim ke negara penerima, = menunjukan rasio GDP real perkapita negara penerima terhadap GDP real perkapita negara pengirim, X 2 X 3 X 4 = lag net migrasi, = indeks ekonomi negara penerima migran, = indeks rezim pemerintahan apakah autoritarian atau demokrasi. Pendekatan ekonomi dengan melihat tingkat rasio pendapatan nasional negara asal dengan negara tujuan. Sedangkan aspek politik dengan memasukkan rezim pemerintahan di negara asal yaitu Argentina. Hasilnya diketahui bahwa hubungan yang positif dan signifikan antara selisih pendapatan nasional negara penerima dengan negara pengirim migran. Romdiati dan Noveria (2004) melakukan analisis mobilitas penduduk antar daerah dalam rangka pengendalian migrasi masuk ke DKI Jakarta. Dalam penelitian ini diungkapkan bahwa Jakarta sebagai kota metropolitan yang menjadi pusat dari berbagai kegiatan pembangunan. Jakarta menjadi tujuan utama migrasi penduduk dari berbagai daerah dalam jumlah yang besar. Mereka datang ke kota ini untuk memperoleh manfaat dari semua kesempatan yang tersedia, terutama kesempatan ekonomi. Masih terbukanya peluang untuk melakukan usaha ekonomi, khususnya di sektor informal diketahui sebagai penyebab utama perpindahan penduduk dari berbagai daerah, termasuk mereka yang berketrampilan rendah menuju Jakarta. Arus migrasi menuju kota Jakarta tampak

41 19 semakin diwarnai oleh pola mobilitas non-permanen dengan ciri-ciri kurang terampil, bekerja di sektor informal dan tinggal di permukiman kumuh. Selain itu beberapa penelitian menunjukkan besarnya orientasi migran non-permanen pada desa asalnya, yaitu terlihat dari peningkatan kehidupan keluarga migran di desa asal yang terlihat membaik sebagai dampak adanya anggota keluarga yang melakukan mobilitas non-permanen ke kota (Hugo, 1975; Mantra et al, 1988; Saefullah, 1992). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu, bahwa penelitian ini hanya menganalisis faktor faktor ekonomi yang mempengaruhi migrasi tanpa menganalisis faktor non ekonomi. Penelitian ini juga menganalisis migrasi tiap propinsi dalam satu negara ke salah satu propinsi yang paling maju di negara tersebut. Sedangkan penelitian Solimano menganalisis migrasi internasional dari satu negara ke negara lainnya, yaitu dari Argentina ke Amerika Serikat dan Eropa dengan menyertakan faktor politik berupa rezim pemerintahan. Perbedaan dengan penelitian Mantra, kalau mantra menganalisis migrasi antar daerah dalam propinsi di Jawa Tengah dengan melihat faktor ekonomi dan sosial seperti pendidikan dan status perkawinan. Sedangkan penelitian Hugo menganalisis migrasi di Jawa Barat dan hampir sama dengan penelitian Mantra hanya berbeda wilayah saja Kerangka Pemikiran Migrasi yang dilakukan oleh penduduk di pengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi terdiri dari lag tingkat upah dan lag besarnya tingkat perekonomian antara wilayah luar Jakarta

42 20 terhadap wilayah Jakarta. Sedangkan faktor non ekonomi terdiri dari perbedaan kondisi sosial budaya, politik, keamanan, dan iklim. Namun yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah pada faktor ekonomi, dimana lag upah dianalisis dengan menggunakan variabel UMR tiap propinsi dan lag besarnya perekonomian dianalisis dengan variabel PDRB berdasarkan harga berlaku tiap propinsi di Indonesia. Migrasi yang dilakukan penduduk di daerah asal juga dipengaruhi adanya faktor pendorong seperti fasilitas dan sarana yang tidak memadai, lapangan pekerjaan yang sempit, kualitas pendidikan yang rendah, atau penghasilan yang rendah serta kondisi iklim atau keamanan yang tidak baik, sehingga mendorong masyarakat untuk bermigrasi. Namun di Jakarta terdapat faktor penarik yang mempengaruhi masyarakat di luar Jakarta untuk melakukan migrasi. Diantaranya fasilitas dan sarana yang lengkap seperti fasilitas pendidikan, olahraga, keagamaan, rekreasi dan hiburan. Selain itu juga tersedia lapangan pekerjaan yang lebih luas serta penghasilan yang lebih tinggi. Sehingga mempengaruhi masyarakat luar Jakarta untuk mengadu nasib ke Jakarta. Semakin banyaknya masyarakat yang bermigrasi ke Jakarta mengakibatkan jumlah penduduk semakin meningkat. Sehingga menimbulkan berbagai masalah diantaranya masalah sosial, ekonomi, dan kependudukan. Oleh karena itu pemerintah DKI Jakarrta harus bekerja sama dengan pemerintah daerah selain Jakarta untuk mengatasi hal tersebut.

43 21 Penduduk luar Jakarta Migrasi Jakarta Faktor Non Ekonomi -Sosial budaya -Politik -Keamanan -Iklim Faktor Ekonomi -Gap tingkat upah -Gap besarnya tingkat perekonomian Masalah sosial, ekonomi dan kependudukan Jakarta Keterangan : Alur permasalahan Ruang lingkup Kebijakan Pemda Jakarta dan Pemda selain Jakarta Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian 2.7. Hipotesis Secara umum ada dua faktor yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat migrasi penduduk, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi gerak penduduk. Faktor ekonomi ini diantaranya adalah tingkat upah kemudian kondisi perekonomian wilayah. Sedangkan faktor non ekonomi seperti keamanan, politik, sosial budaya juga mempengaruhi namun lebih kecil. Yang menjadi hipotesisi dari penelitian ini yaitu :

44 22 1. Tingkat Produk Domestik Regional Bruto perkapita tiap propinsi di luar Jakara memiliki hubungan yang negatif terhadap jumlah migrasi ke Jakarta. 2. Tingkat upah selain Jakarta memiliki hubungan yang negatif terhadap tingkat migrasi ke DKI Jakarta.

45 23 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series lima tahunan (1985, 1990, 1995, 2000, dan 2005) dan cross section yang terdiri dari data migrasi masuk ke DKI Jakarta, data jumlah penduduk tiap propinsi di Indonesia, data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tiap propinsi berdasarkan harga berlaku, data Upah Minimum Regional (UMR) tiap propinsi. Proses pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran data ke Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, media internet, surat kabar, dan literatur-literatur yang berkaitan. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB berdasarkan harga berlaku. Ini dimaksudkan untuk melihat perbandingan kesejahteraan antara daerah propinsi selain Jakarta terhadap Jakarta pada tahun yang bersangkutan. Setiap propinsi memiliki PDRB yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi perekonomiannya. UMR yang digunakan pada tahun 1985 masih berupa KFM (Kebutuhan Fisik Minimum), karena kebijakan pemerintah yang mengatur tentang UMR belum dibuat. Namun yang berlaku tahun 1985 adalah kebijakan KFM pekerja. Sehingga untuk data tahun 1985 masih menggunakan data KFM, dan untuk tahun 1990 hingga 2005 menggunakan data UMR karena kebijakan pemerintah tentang UMR sudah dikeluarkan. Selain itu UMR yang digunakan adalah UMR nominal, yaitu nilai UMR pada tahun yang bersangkutan. Hal ini untuk menunjukkan

46 24 bahwa penduduk yang melakukan migrasi ke Jakarta hanya melihat beasarnya nilai nominal upah yang akan mereka dapatkan pada tahun tersebut atau hanya melihat nilai upah relatif Jakarta terhadap propinsi selain Jakarta, tanpa memperhitungkan nilai rill upah tersebut Teknik Pengolahan Data Data diolah dengan menggunakan program software Eviews 4.1. Tahaptahap pengolah data : Pertama, data PDRB bedasarkan harga berlaku tiap propinsi dibagi dengan PDRB bedasarkan harga berlaku DKI Jakarta. Kedua, data UMR tiap propinsi di Indonesia dibagi dengan UMR DKI Jakarta. Ini dimaksudkan karena DKI Jakarta merupakan propinsi utama tujuan migrasi penduduk dari seluruh propinsi di Indonesia. Walaupun dari propinsi DKI Jakarta ada penduduk yang bermigrasi ke tiap propinsi di Indonesia, namun jumlah penduduk yang masuk ke DKI Jakarta lebih besar dari pada jumlah penduduk yang pindah ke luar Jakarta. Bentuk fungsi persamaannya adalah sebagai berikut. UMR PDRB Log MIG = Log, (3.1) UMR. JKT PDRB. JKT dimana : MIG : jumlah migrasi penduduk berbagai propinsi ke Jakarta (jiwa), UMR UMR.JKT PDRB PDRB.JKT : tingkat UMR tiap propinsi selain Jakarta (rupiah), : tingkat UMR Jakarta (rupiah), : PDRB tiap propinsi selain Jakarta (rupiah), : PDRB DKI Jakarta (rupiah).

47 Model dan Metode Estimasi Salah satu langkah dalam penelitian ini adalah menentukan model umum yang digunakan dengan menggunakan analisis fungsi regresi. Penggunaan fungsi regresi ditujukan untuk menangkap berbagai kemungkinan migrasi dari variabelvariabel yang diestimasi. Bentuk model umum yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Log MIG it = α i + β 1 Log RUMR it + β 2 Log RPDRB it + ε it (3.2) dimana : MIG it RUMR it = jumlah migrasi penduduk ke DKI Jakarta, = rasio tingkat upah minimum regional tiap propinsi terhadap upah minimum regional Jakarta, RPDRB it α i β 1 β 2 i t ε = rasio tingkat PDRB tiap propinsi terhadap PDRB Jakarta, = interesep model yang berubah-ubah tiap propinsi, = slope variabel UMR, = slope variabel PDRB, = propinsi ke-i, = pada tahun ke-t, = error/simpangan. Teknik estimasi dalam penelitian ini menggunakan metode panel data. Model ini menggunakan kombinasi set data runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Model yang digunakan mengacu pada penelitian migrasi internasional yang dilakukan oleh Andres Solimano tahun Analisis panel data adalah subjek dari salah satu bentuk yang cukup aktif dan inovatif dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa pustaka yang dijadikan dasar teori

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa pustaka yang dijadikan dasar teori 10 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan beberapa pustaka yang dijadikan dasar teori dalam penelitian ini. Adapun pustaka tersebut adalah teori migrasi, penyebab migrasi, migrasi sebagai investasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MIGRASI KE PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI BAGIAN DARI INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) HAIRUL H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MIGRASI KE PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI BAGIAN DARI INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) HAIRUL H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI MIGRASI KE PROVINSI DKI JAKARTA SEBAGAI BAGIAN DARI INVESTASI SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) HAIRUL H14080035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami MIGRASI Oleh : CHOTIB Donovan Bustami 1. Konsep dan Definisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi. Komponen ini bersama dengan dua komponen lainnya, kelahiran dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA OLEH DADAN HUDAYA H14103O74 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN DADAN HUDAYA.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA TERHADAP PELUANG PERMINTAAN KREDIT SEPEDA MOTOR OLEH MOCHAMAD GIRI AKBAR H14103098 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh Noviyani H

HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh Noviyani H HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA Oleh Noviyani H14103053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H ANALISIS FAKTOR FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN BERDASARKAN PERSPEKTIF PERUSAHAAN OLEH FITRI FARAHNITA H14104049 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Regional Bruto tiap provinsi dan dari segi demografi adalah jumlah penduduk dari 54 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil dari estimasi faktor-faktor yang memengaruhi migrasi ke Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari investasi sumber daya manusia. Adapun variabel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Bangsa dan Negara Indonesia sebagai negara berkembang yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI PROVINSI JAWA BARAT SEBELUM, PADA MASA, DAN SETELAH KRISIS EKONOMI OLEH ANA PERTIWI H14103069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH FLUKTUASI NILAI TUKAR PADA EKSPOR KOMODITI UNGGULAN PERTANIAN (KARET DAN KOPI) DI INDONESIA OLEH : RATIH NURALITHA PRATIKA H14103051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH (1994-2007) Disusun Oleh : LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN

DAN. Oleh H DEPARTEMEN MEN DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS PRODUKSI LISTRIK DI KAWASAN TIMUR INDONESIA Oleh SIGIT YUSDIYANTO H14104079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEM

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 1 ANALISIS PENGARUH PERKEMBANGAN PASAR MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh GILMAN PRADANA NUGRAHA H14103024 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H14104123 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan distribusi pendapatan antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H

ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H ANALISIS PRODUKTIVITAS FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI ALAS KAKI DI INDONESIA OLEH SITTI NURYANI H14103002 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ANALISIS PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN PILIHAN JASA LEMBAGA PEMBIAYAAN (KREDIT KONSUMSI MOBIL) OLEH RATU DEWI HILNA ANGGRAENI H14104072 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H

ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H ANALISIS INTEGRASI PASAR KOPRA DUNIA DENGAN PASAR KOPRA DAN MINYAK GORENG KELAPA DOMESTIK OLEH NOFA HARRY REGOWO H14103041 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan 300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan

Lebih terperinci

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 2 Juni 2013 PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU. Yusni Maulida PENGARUH TINGKAT UPAH TERHADAP MIGRASI MASUK DI KOTA PEKANBARU Yusni Maulida Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau Kampus Bina Widya Km 12.5, Simpang Baru, Pekanbaru

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam studi ini, yang terdiri dari spesifikasi model, definisi operasional variabel, data dan sumber data, serta metode

Lebih terperinci

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H

KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H KETIMPANGAN DAN PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KAWASAN BARAT INDONESIA (KBI) OLEH RINDANG BANGUN PRASETYO H14084020 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian dilakukan di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Dengan pertimbangan di setiap wilayah mempunyai sumber daya dan potensi dalam peningkatan pertumbuhan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN OLEH ANDRI PRIYANTO H14094023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan suatu negara diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator yang digunakan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, ketimpangan, dan mengatasi kemiskinan (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, ketimpangan, dan mengatasi kemiskinan (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan proses dari berbagai dimensi yang melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap, mental dan kelembagaan, termasuk pula laju perubahaan

Lebih terperinci

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DAERAH DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI JAWA BARAT OLEH ANDROS M P HASUGIAN H14101079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H14103902 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM : 1215151009 ABSTRAK Kemiskinan menjadi masalah besar di Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( ) SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT (1996-2010) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thomas Maltus mengatakan dalam bukunya yang berjudul Essay on the principle of population merumuskan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi sebagai konsep pertambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta). BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara kerja atau prosedur mengenai bagaimana kegiatan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan dan memahami objek-objek yang menjadi sasaran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H14103088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Amalia Dwi Syahputri Lubis H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Amalia Dwi Syahputri Lubis H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA 1976-2006 Oleh : Amalia Dwi Syahputri Lubis H14104101 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI dan MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

KONVERGENSI PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE OLEH MASRUKHIN H

KONVERGENSI PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE OLEH MASRUKHIN H KONVERGENSI PENDAPATAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2000-2007 OLEH MASRUKHIN H14052576 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses perubahan pada masyarakat yang diikuti penyesuaian sistem sosial untuk mencapai kesejahterahan masyarakat. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci