ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT BERDASARKAN METODE ANALISIS ABC INDEKS KRITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT BERDASARKAN METODE ANALISIS ABC INDEKS KRITIS"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT BERDASARKAN METODE ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BAUBAU TAHUN 2016 Putri Ayu Lestary 1 Junaid 2 Lisnawaty 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123 Ayouputri14@yahoo.com 1 drs.junaid.kes@gmail.com 2 lisnaradhiyah@gmail.com ABSTRAK Instalasi farmasi merupakan revenue center utama dirumah sakit. Instalasi farmasi bertanggung jawab menyediakan perbekalan farmasi dengan jumlah yang cukup, pada waktu yang dibutuhkan dan dengan biaya yang serendah-rendahnya,mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan dirumah sakit menggunakan perbekalan farmasi dan 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi, besarnya kontribusi instalasi farmasi maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab. Penelitian ini dilakukan diinstalasi farmasi RSUD Kota Baubau, pada penggunaan obat-obatan tahun Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelompokan obat berdasarkan metode analisis ABC indeks kritis dalam rangka pengendalian obat diinstalasi farmasi RSUD Kota Baubau tahun Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan metode analisis ABC indeks kritis. Data yang diambil adalah data sekunder yang ada diinstalasi farmasi terhadap pemakaian obat serta data primer diperoleh dari pengisian daftar chek list obat oleh dokter-dokter yang terlibat dalam peresepan dan dianggap mengetahui kekritisan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada analisis ABC pemakaian dengan jumlah total pemakaian sebanyak didapatkan kelompok A sebanyak 42 item obat, kelompok B sebanyak 53 item obat, sedangkan pada kelompok C sebanyak 215 item obat. Pada analisis ABC investasi dengan total investasi sebanyak Rp didapatkan kelompok A sebanyak 36 item obat, Kelompok B sebanyak 57 item obat, sedangkan pada kelompok C sebanyak 217 item obat. Pada nilai kritis obat didapatkan kelompok X sebanyak 50 item obat, kelompok Y sebanyak 179 item obat, kelompok Z sebanyak 81 item obat, sedangkan pada kelompok O tidak ada. Pada analisis ABC indeks kritis didapatkan kelompok A sebanyak 37 item obat, Kelompok B sebanyak 133 item obat, sedangkan pada kelompok C sebanyak 140 item obat. Disarankan agar pihak rumah sakit untuk menggunakan metode analisis ABC indeks kritis agar lebih berfokus pada obat-obat yang memiliki nilai kritis dan nilai pemakaiannya lebih tinggi sehingga dapat ditangani lebih efisien. Kata kunci: Pengendalian, Persediaan Obat, analisis ABC indeks kritis, Instalasi Farmasi.

2 THE ANALYSIS OF THE INVENTORY CONTROL OF MEDICINE BASED ON METHOD OF ABC CRITICAL INDEX ANALYSE THE INDEX ABC CRITICAL IN PHARMACY INSTALATION PUBLIC HOSPITALS OF BAUBAU 2016 Putri Ayu Lestary 1 Junaid 2 Lisnawaty 3 The Faculty of Public Health of Halu Oleo University 123 Ayouputri14@yahoo.com 1 drs.junaid.kes@gmail.com 2 lisnaradhiyah@gmail.com ABSTRACT Pharmacy installation is the especial revenue center at hospital. Pharmacy installation hold responsible to provide the pharmacy provisions with the amount which enough, when required and with the rock bottom expense, considering that more than 90% the health service at hospital uses the pharmacy provisions and 50% from entire income of hospital is from management of pharmacy provisions. Big of contribution of pharmacy installation hence provisions of pharmacy goods need a management carefully and full of responsibility. This study is in installation of pharmacy in Public Hospitals of Baubau at medicines using in This study aims to know the subdividing of medicines based on to method ABC critical index analyze in order to operation medicine the installation of pharmacy in Public Hospital of Baubau The type of study was quantitative descriptive study with the approach was ABC critical index method. The data that used in this study is secondary data that contained in pharmacy installation about medicines usage and also primary data obtained from admission filling enlist the check list medicines by the doctors in concerned in prescribing and assumed to know critical medicines. The result of this study shows that at analysis of usage ABC with the total number of usage as much got in group A as much 42 medicines item, group B as much 53 medicines item, while at group C as much 215 medicines item. At analysis of investment ABC totally of investment as much Rp got in group A as much 36 medicines item, Group B as much 57 medicines item, while at group C as much 217 medicines item. At critical value of the drug got in group X as much 50 medicines item, group Y as much 179 medicines item, Z group as much 81 medicines item, while at group O was there no. At ABC critical index analysis was got of group A as much 37 medicines item, Group B as much 133 medicines item, while at group C as much 140 medicines item. Suggested that at a hospital to use the method analyze ABC critical index to be more focusing at the medicines owning critical value and assess its usage is higher so that can be handled by more efficient Keywords: Controlling, Medicine Provisions, ABC Critical Index, Pharmacy Instalation

3 PENDAHULUAN Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan disebut sarana kesehatan. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok ataupun masyarakat. 1 Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. 2 Dalam sebuah rumah sakit tentunya memiliki titik-titik utama (revenue centre) yang perlu diperhatikan guna menjamin berlangsungnya kegiatan pelayanan rumah sakit yang maksimal dan berkesinambungan. Ada 5 revenue center dalam rumah sakit yaitu instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium patologi klinik dan patologi anatomi, instalasi radiologi, dan instalasi farmasi. Instalasi farmasi merupakan merupakan revenue center utama mengingat bahwa lebih dari 90% pelayanan kesehatan di RS menggunakan perbekalan farmasi (obat obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis, alat kedokteran, dan gas medik), dan 50% dari seluruh pemasukan RS berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi. Mengingat besarnya kontribusi instalasi farmasi dan merupakan instalasi yang memberikan pemasukan terbesar di RS, maka perbekalan barang farmasi memerlukan suatu pengelolaan secara cermat dan penuh tanggung jawab. 3 Obat memegang peran yang penting dalam pelayanan kesehatan karena obat merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan. Obat merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan sehingga ketersediaannya harus terjamin dalam jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan, secara tepat waktu, merata, dan berkesinambungan. Biaya obat merupakan bagian terbesar dari anggaran kesehatan. Di beberapa negara maju berkisar antara 10% - 15% dari anggaran kesehatan dan di negara berkembang biaya ini lebih besar lagi antara 35% - 66%. 4 Manajemen persediaan merupakan jantung dari sistem persediaan obat. Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dan penyediaan, serta waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu proses, maka diperlukan persediaan. Empat faktor fungsi persediaan adalah faktor waktu, ketidakpastian waktu datang, ketidakpastian penggunaan, dan ekonomis. Dalam pengendalian persediaan terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi yakni stockout, stagnant, dan obat yang dibutuhkan sesuai dengan yang ada di persediaan. Stockout adalah manajemen persediaan dimana terdapat sisa obat akhir kurang dari jumlah pemakaian rata-rata tiap bulan selama satu bulan disebut stockout. Stockout adalah sisa stok obat pada waktu melakukan permintaan obat, stok kosong. Obat dikatakan stagnant jika sisa obat pada akhir bulan lebih dari tiga kali rata-rata pemakaian obat per bulan. 5 Analisis ABC disebut juga sebagai analisis Pareto atau hukum Pareto 80/20 adalah salah satu metode yang digunakan dalam manajemen logistik untuk membagi kelompok barang menjadi tiga yaitu A, B dan C. Kelompok A merupakan barang dengan jumlah item sekitar 20% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 80% dari nilai investasi total, kelompok B merupakan barang dengan jumlah item sekitar 30% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 15% dari nilai investasi total, sedangkan kelompok C merupakan barang dengan jumlah item sekitar 50% tapi mempunyai nilai investasi sekitar 5% dari nilai investasi total. Dengan pengelompokan tersebut maka cara pengelolaan masing-masing akan lebih mudah, sehingga perencanaan, pengendalian fisik, keandalan pemasok dan pengurangan besar stok pengaman dapat menjadi lebih baik. 6 Menurut American Hospital Associaton, 99,5% rumah sakit di negara tersebut satu atau lebih kekurangan obat enam bulan terakhir (Januari-Juni 2011). Diantara rumah sakit yang mengelami kekurangan sebanyak 21 atau lebih obat. 82% dari RS menunda perawatan pasien akibat kekurangan obat dan lebih dari setengahnya tidak mampu menyediakan obat sesuai dengan resep yang diberikan. Selain itu sebagian besar rumah sakit tersebut melaporkan biaya obat meningkat sebagai akibat dari kekurangan obat. 7 Berdasarkan hasil penelitian Mellen dan Pudjiraharjo, RSU Haji Surabaya juga mengalami Stock Out pada tahun 2012 selama Januari-april 2012 terdapat 116 jenis obat yang mengalami Stock Out yang mengakibatkan terjadinya kerugian

4 yang dialami oleh RSU Haji Surabaya yaitu sebesar Rp Hal serupa juga terjadi pada RSUD Kota Baubau yang telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Walikota Baubau Nomor : 81 Tahun 2014 tanggal 1 Januari RSUD Kota Baubau sebagai Instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dalam segala aktivitasnya. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), diharapkan menjadi contoh konkrit yang menonjol dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja). Berdasarkan hasil observasi di instalasi farmasi, masih terdapat masalah stock out obat yang dialami oleh RSUD Kota Baubau. Masalah stock out yang dialami RSUD Kota Baubau ini mengakibatkan sering dilakukannya pemesanan obat secara cito, artinya pemesanan dilakukan insidental dan harus dikirim saat itu juga. Namun sering terjadi keterlambatan pengiriman, sehingga terjadi pembelian obat diluar apotek RSUD Kota Baubau. Hal ini tentu menjadi sebuah kerugian, karena obat yang dipesan pada apotek luar harganya lebih mahal dibandingkan membeli ke distributor. Berdasarkan data yang diperoleh dari instalasi farmasi RSUD Kota Baubau, terdapat 150 jenis obat yang pernah dibeli ke apotek luar RSUD Kota Baubau pada tahun Hal ini menunjukan bahwa terdapat pada 150 jenis obat yang belum dapat disediakan dalam jumlah yang diminta pada waktu yang dibutuhkan sehingga harus dibeli secara cito ke apotek luar. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak manajemen instalasi farmasi RSUD Baubau menyatakan bahwa pengadaan obat dilakukan dengan sistem pembelian obat berdasarkan Permenkes Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengadaan Obat berdasarkan E-Katalog dan Non E- Katalog (Manual) yaitu pembelian obat dengan volume besar untuk setiap per satu tahun. Menurut pihak manajemen instalasi farmasi setelah dilakukan evaluasi, ditemukan bahwa ada sekitar (6,21%) obat yang ED pada tahun Expired date (ED) adalah tanggal yang menunjukan zat tersebut tidak dapat digunakan atau kadaluarsa. Obat yang mengalami ED terutama cairan dan obat antibiotik yang massa ED cukup singkat. Selain itu, banyaknya obat yang kosong salah satu penyebabnya adalah perencanaan dan pengendalian yang kurang baik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengelompokan obat dalam rangka pengendalian obat pasien menggunakan analisis ABC indeks Kritis di Instalasi Farmasi rawat inap RSUD Kota Baubau. METODE Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan metode Analisis ABC Indeks Kritis. Data yang diambil adalah data sekunder yang ada di instalasi farmasi terhadap pemakaian obat dan data primer didapat dari daftar chek list obat yang dibagikan kepada dokter umum dan dokter spesialis yang sering terlibat dalam peresepan obat pasien sehingga dapat diketahui tingkat kekritisan obat. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit umum daerah (RSUD) Kota Baubau yaitu dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh penggunaan obat di rumah sakit umum daerah Kota Baubau tahun pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh penggunaan obat RSUD Kota Baubau tahun Analisis data dengan menggunakan Microsoft Excel. 8 HASIL Kelompok Obat Berdasarkan ABC Pemakaian Distribusi Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis ABC Pemakaian Di RSUD Kota Baubau No Kelompok Jenis Obat Pemakaian n % n % 1. A B C Total Sumber : Data Primer diolah Juni 2016 Berdasarkan perhitungan analisis ABC Pemakaian pada tabel di atas menunjukan bahwa kelompok A dengan nilai pemakain tinggi, mendapatkan porsi nilai pemakaian sebesar 69,79% dari seluruh nilai pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat A ini terdiri dari 42 item obat atau sebanyak 13,55% dari keseluruhan obat yang digunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Kelompok B dengan nilai pemakain sedang, mendapatkan porsi nilai pemakaian sebesar 20,70% dari seluruh nilai pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat B ini terdiri dari 53 item obat atau sebanyak 17,10%

5 dari keseluruhan obat yang digunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Kelompok C dengan nilai pemakain rendah, mendapatkan porsi nilai pemakaian sebesar 9,51% dari seluruh nilai Kelompok Obat Berdasarkan ABC Nilai Investasi pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat C ini terdiri dari 215 item obat atau sebanyak 69,35% dari keseluruhan obat yang digunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Distribusi Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis ABC Investasi di RSUD Kota Baubau No Kelompok Jenis Obat Investasi n Persen (%) Jumlah (Rp) Persen (%) 1. A 36 11,61 Rp ,18 2. B 57 18,39 Rp ,32 3. C Rp ,50 Total Rp Sumber : Data Primer diolah Juni 2016 Berdasarkan perhitungan analisis ABC Investasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok A dengan nilai investasi tinggi, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 70,18% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat A ini terdiri dari 36 item obat atau sebanyak 11,61% dari keseluruhan obat yang digunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Kelompok B dengan nilai investasi sedang, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 20,32% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat ini terdiri atas 57 item obat atau sebanyak 18,39% dari total obat yang dipergunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Kelompok C dengan nilai investasi rendah, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 9,50% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat ini terdiri atas 217 obat atau sebanyak 70% dari total obat yang dipergunakan di RSUD Kota Baubau Tahun Nilai Kritis Obat Distribusi Pengelompokan Obat Berdasarkan Nilai Kritis Obat di RSUD Kota Baubau No Kelompok Nilai Kritis Obat n % 1. X 50 16,13 2. Y ,74 3. Z 81 26,13 4. O 0 0 Total Sumber : Data Primer diolah Juni 2016 Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa jumlah item obat pada kelompok X terdiri 50 i t e m o b a t dengan persentase sebesar 16,13% dari total keseluruhan obat. Pada kelompok Y terdapat 179 item obat dengan jumlah persentase sebesar 57,74% dari total keseluruhan obat. Pada kelompok Z terdapat 81 item obat dengan persentase sebesar 26,13% dari total keseluruhan obat sedangkan pada kelompok O tidak terdapat item obat dari total keseluruhan obat yang ada di RSUD Kota Baubau Tahun Kelompok Obat ABC Indeks Kritis Distribusi Pengelompokan Obat Berdasarkan Analisis ABC Indeks Kritis di RSUD Kota Baubau No Kelompok Jenis Obat Investasi Jumlah Persen (%) Jumlah (Rp) Persen (%) 1. A 37 11, ,48 2. B , ,82 3. C , ,71 Total Sumber : Data Primer diolah Juni 2016 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa jumlah obat pada kelompok A terdapat 37 item obat dengan persentase sebesar 11,94% dan besar investasi sebanyak Rp atau sebesar 55,48% dari total biaya pengeluaran obat di RSUD Kota Baubau selama tahun Pada obat kelompok B terdapat 133 item obat dengan persentase sebesar 42,90% dan besar investasi sebanyak Rp atau sebesar 34,82% dari total biaya pengeluaran obat di RSUD Kota Baubau selama tahun 2015, sedangkan pada kelompok C terdapat 140 item obat dengan persentase 45,16% dan menyerap biaya sebesar Rp atau sebesar 9,71% dari total biaya pengeluaran obat di RSUD Kota Baubau selama tahun 2015.

6 DISKUSI Analisis ABC Pemakaian Berdasarkan analisis ABC pamakaian pada tabel 2 menunjukan bahwa kelompok A dengan jumlah pemakaian sebanyak 42 item obat atau 13,55% dengan jumlah pemakaian atau 69,79% dari total keseluruhan obat selama satu tahun. Hasil penelitian dapat dilihat untuk kelompok nilai pemakaian yang tinggi memiliki jumlah item obat yang sedikit dapat dilihat pada kelompok A tetapi jumlah pemakaian yang banyak ada diantara kelompok obat B dan C dalam waktu setahun. Dengan jumlah pemakaian paling banyak perlu perhatian khusus agar tidak terjadi kekosongan obat di RSUD Kota Baubau. Hasil penelitian Atmajaya mengatakan bahwa untuk kelompok A dengan pemakaian paling banyak perlu dipastikan tersedianya stok obat yang cukup untuk menghindari terjadinya stock out yang dapat menghambat pelayanan pasien dan menimbulkan kerugian bagi rumah sakit. Obat kelompok A dengan analisis pemakaian terdiri dari 42 item obat yaitu, Ringer Laktat Inf, Asam Mefenamat 500 mg, Paracetamol 500 mg, Amoxicilin 500 mg, Metformin Tab, Methyl Prednisolon 4 mg Tab, Ranitidin 150 mg, Inh 300 mg, Cefadroxyl Tab, Ranitidin Inj, Vitamin B Complex, Dexamethason 0,5 mg, Ketorolac inj, Nacl 0,9 % Inf, Cefotaxim 1 gr, Amilodipine 5 mg, Rifampiicin 450 mg, Aqua Pro inj, Pyrazinamid 500 mg, Captopril 25 mg, Gliserill Guaiacolat 100 mg, Dexamethason inj, Ciprofloxacin 500 mg, Ceftriaxon 1 gr, Neurodex Tab, Antasida Doen, Diazepam 2 mg, Rifampiicin 300 mg, Clopidogrel Tab, Omeprazol Tab, Isosorbid 5 mg Tab, Cendo Berry Tab, Allopurinol Tab, Glicab 80 mg Tab, Induxin Inj, Aspilet 80 mg, Pyridoxin 10 mg (Vit. B6), Amilodipine 10 mg, Phenobarbital 30 mg, Natrium Diclofenac 50 mg, Ptu 100 mg, Asam Ascorbat (Vit. C). 9 Kelompok B terdiri dari 53 item obat atau 17,10% dengan jumlah pemakian atau 20,70% dari total keseluruhan obat. Kelompok B dengan nilai pemakaian sedang memiliki jumlah item sedang berada diantara kelompok A dan C. Kelompok obat B perlu perhatian khusus agar pengendalian persediaan selalu dapat terkontrol. Stok obat untuk kelompok B hendaknya ditekan serendah mungkin tetapi frekuensi pembelian dilakukan lebih sering. Hanya yang perlu diperhatikan adalah kerjasama yang baik dengan pihak supplier agar pemesanan dapat dipenuhi tapat waktu sehimgga tidak terjadi kekosongan persediaan. Kelompok B tidak perlu pengendalian obat secara ketat dan perlu peninjauan secara berkala dalam pemanfaatanya. Sedangkan untuk kelompok C terdiri dari 215 atau 69,35% item obat dengan jumlah pemakaian atau 9,51% dari total keseluruhan obat. Pada kelompok C pihak pengambil keputusan dapat mengambil langkah untuk mengurangi item obat pada kelompok C dengan memeperhatikan kandungan obat, misalnya untuk obat-obat yang memiliki kandungan yang sama hal ini dilakukan untuk meminimalisir variasi obat dan untuk mengantisipasi adanya obat-obat yang tidak berjalan. 10 Untuk obat kelompok C ini dapat menjadi prioritas utama untuk dikurangkan jika dana yang tersedia tidak cukup untuk permintaan kebutuhan obat. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rahman, dimana dari hasil penelitian diatas didapatkan bahwa pada kelompok A memiliki jenis obat sedikit akan tetapi memiliki pemakaian paling banyak. Pada kelompok B memiliki jenis obat sedang dan jumlah pemakaian obat tersebut setengah dari pemakaian obat pada kelompok A. Sedangkan pada kelompok C memiliki jenis obat yang banyak akan tetapi jumlah pemakaiannya sedikit dibandingkan pada jenis obat kelompok A dan kelompok B. 11 Analisis ABC Investasi Berdasarkan analisis ABC Investasi pada tabel 3 menunjukan bahwa kelompok A dengan nilai investasi tinggi sebanyak 36 item obat atau 11,61% yang memiliki nilai investasi tertinggi yaitu 70,18% atau dengan biaya investasi sebesar Rp dari total investasi keseluruhan. Obat kelompok A melalui analisis ABC investasi terdiri dari 36 item obat yaitu Albumin 100 inj, Ringer Laktat inf, Nacl 0,9 % inf, Aqua Pro inj, Citicoline inj, Fentanyl inj, Carsive (Nikardipin) inj, Sanmol inf, Cefotaxim 1 gr, Seftazidim inj, Metronidazole inf, Forelax tab, Ketorolac inj, Zibac inj, Paket Capd Rutin, Ceftriaxon 1 gr, Efedrin inj, Induxin inj, Novorapid inj, Clopidogrel tab, Avamys Spray, Recofol inj, Piracetam 3 gr inj, Antrain inj, Cendo Berry tab, Tarivid Otic, Ranitidin inj, Bupivacain inj, Apidra Solostar Pen, Farmavon inj, Citicoline kapl, Dexamethason inj, Catapres inj, Dextrose 5 %, Asam Tranexamat inj, Candesartan 8 mg tab. Untuk obat kelompok A diperlukan perlakuan khusus dari pihak manajemen instalasi farmasi RSUD Kota Baubau dalam pengendaliannya karena kelompok ini mempunyai nilai investasi besar dari kelompok obat B dan kelompok obat C sehingga besarnya nilai investasi pada kelompok obat A ini maka akan menyebabkan besarnya kerugian rumah sakit jika terdapat obat Expire Date. Oleh karena itu, dari pihak manajemen di instalasi farmasi perlu

7 dilakukan pemantauan dan peninjauan secara ketat guna mengendalikan persediaan obat pada kelompok A tersebut. Sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Heizer dan Render dalam Utari, kelompok A barang dengan jumlah fisik kecil dengan nilai investasi yang besar, sehingga obat tersebut harus memiliki kontrol persediaan yang lebih ketat, pencatatan harus lebih akurat serta frekuensi pemeriksaan harus lebih sering. Pengawasan fisik dapat dilakukan lebih ketat dan secara periodik setiap satu bulan. Kelompok B dengan nilai investasi sedang dengan jumlah item obat sebanyak 57 atau sebesar 18,39% dengan nilai investasi sebesar Rp atau sebesar 20.32% dari keseluruhan total investasi. kelompok obat B dengan nilai investasi sedang memerlukan perhatian khusus pada pengendalian agar selalu terkontrol, sedangkan persediaan minimum untuk kelompok obat ini harus dapat ditekan serendah mungkin. 10 Mengacu pada konsep yang dikemukakan oleh Heizer dan Render dalam Utari, kelompok B barang dengan jumlah fisik sedang, sehingga obat yang tergolong kelompok B memerlukan perhatian yang cukup penting setelah kelompok A. Perlu dilakukan pengawasan fisik yang dilakukan secara periodik setiap 3 bulan sekali dengan dasar perencanaan menggunakan penggunaan yang lalu agar obat kelompok B tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup. 12 Kelompok C, dengan nilai investasi rendah dengan jumlah item obat sebanyak 217 mempunyai persentase sebesar 70% dengan nilai investasi sebesar Rp dengan persentase sebesar 9,50% dari total investasi keseluruhan. Kelompok C merupakan kelompok dengan nilai investasi rendah dari total investasi obat secara keseluruhan di RSUD Kota Baubau. oleh Heizer dan Render dalam Utari, kelompok C barang dengan jumlah fisik besar dengan nilai investasi yang kecil, sehingga obat yang tergolong kelompok C tidak memerlukan pengendalian ketat seperti kelompok A dan B. Pengendalian dan pemantauan tidak ketat dan cukup sederhana, pengawasan fisik dapat dilakukan 6 bulan sekali. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Priatna mengatakan bahwa pada kelompok C merupakan kelompok dengan nilai investasi rendah dari total investasi obat, persediaan minimumnya dapat ditambah lagi, untuk memecah kekosongan persediaan. Tetapi untuk kelompok C dimana pemakaian rendah, investasi rendah, serta angka kekritisannya juga rendah maka dipertimbangkan untuk dilakukan pengadaannya dikurangi atau bahkan digantikan dengan jenis obat lain yang memiliki nilai pemakaian, nilai investasi atau nilai kekritisan yang lebih tinggi. Hasil penelitian Atmajaya menyatakan bahwa dengan menggunakan analisis ABC akan di dapat pengendalian lebih baik karena dapat diperlakukan kontrol selektif pada setiap kelompok obat. Selain itu, dengan analisis ABC maka biaya dapat dikurangi dan digunakan dengan lebih efisien dengan memprioritaskan pada kelompok obat tertentu. Keuntungan lainnya dengan menggunakan analisis ABC adalah meningkatkan pelayanan. Dengan analisis ABC maka organisasi dapat menyediakan persediaan dengan jenis, jumlah, dan waktu yang tepat sehingga dapat mengurangi pembelian segera dan ketidakmampuan memenuhi permintaan. Kelompok A adalah inventory dengan nilai investasinya tinggi dengan jumlah sekitar 80% atau mempunyai jumlah penggunaan tidak melebihi 10% dari total nilai inventory, kelompok B adalah inventory dengan nilai investasinya mencapai 15% dan mempunyai jumlah penggunaan hingga 20% dari total nilai inventory, sedangkan kelompok C adalah inventory dengan nilai investasinya tidak lebih dari 15% dan mempunyai nilai penggunaan mencapai 70% dari total nilai inventory. 13 Jika kita bandingkan dari hasil penelitian dengan teori maka akan didapatkan kesesuaian yaitu kelompok o b a t A dengan nilai investasi yang tinggi memiliki nilai item obat paling sedikit dibandingkan dengan kelompok B dan C. Kelompok o b a t B dengan investasi sedang maka jumlah item obat pun sedang, berada diantara kelompok A dan C, sedangkan untuk kelompok C yang memiliki nilai investasi rendah maka jumlah item obat pun akan semakin banyak. Dapat diartikan bahwa semakin tinggi nilai investasi obat, maka semakin kecil jumlah item obat dan untuk nilai investasi rendah jumlah item obat akan semakin besar. Nilai Kritis Obat Berdasarkan pengelompokan terhadap nilai kritis pada tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok X terdiri 50 i t e m obat dengan persentase sebesar 16,13% dari total keseluruhan obat dimana obat ini harus selalu ada dalam proses pelayanan terhadap pasien. Pada kelompok Y terdapat 179 item obat dengan persentase sebesar 57,74% dari total keseluruhan obat dimana obat dapat diganti dan apabila terjadi kekosongan obat kurang dari 48 jam dapat ditolerir. Pada kelompok Z terdapat 81 item obat dengan persentase sebesar 26,13% dari total keseluruhan obat dimana kelompok obat ini dapat diganti dan apabila

8 terjadi kekosongan obat boleh lebih dari 48 jam dapat ditolerir. Pengelompokan obat dengan mempertimbangkan nilai kritis obat berdasarkan dampak terhadap kesehatan pasien. Melihat pengaruh atau efek obat tersebut terhadap pasien, tentu hal ini sangat tergantung dari informan yang melakukan pengelompokan obat tersebut, sehingga sangat mungkin untuk item obat yang sama karena informanya berbeda maka kelompok obatnya pun menjadi berbeda pula. Selain itu karena belum adanya standar obat/formularium di RSUD Kota Baubau, jadi setiap dokter dapat meresepkan obat sesuai dengan keinginan mereka sendiri sehingga jumlah obat yang ada akhirnya tidak dapat dimanfaatkan bersama, karena jika obat A menurut dokter yang satu penting harus ada sedangkan dokter lain akan mempunyai pendapat yang berbeda begitu juga dengan obat yang lain. Sehingga akan memungkinkan timbulnya variasi obat yang sangat luas di RSUD Kota Baubau padahal dalam kenyataannya obat tersebut belum tentu kritis terhadap pelayanan pasien. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuliani yang dalam hasil penelitianya mengatakan bahwa dokter pada umumnya menganggap bahwa sangat sulit dalam menilai tingkat kekritisan obat serta tidak adanya standar obat yang ditentukan oleh pihak Rumah Sakit sehingga setiap dokter dapat meresepkan obat sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan terjadi variasi obat yang sangat luas. 14 Analisis ABC Indeks Kritis Analisis ABC indeks kritis mencakup jumlah pemakaian, nilai investasi, dan kritisnya terhadap pelayanan pasien. Dengan begitu maka barang yang nilainya rendah tetapi sebenarnya kritis dalam pelayanan pasien akan tetap diperhatikan dengan semestinya. Tetapi pada analisis ABC indeks kritis ada kemungkinan terjadi bias yang besar karena setiap pengguna obat (user) dalam hal ini dokter yang memberikan peresepan obat mempunyai keinginan masingmasing dan agak sulit menilai obat yang jumlahnya banyak. Berdasarkan analisis ABC indeks kritis pada tabel 5 menunjukan bahwa kelompok A dengan nilai indeks kritis antara 9,5-12 didapatkan 37 item obat atau 11,94% dengan investasi sebesar Rp atau 55,48% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah item obat kelompok A lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok B dan C akan tetapi besar investasi pada pengadaan obat kelompok A ini sangat besar sehingga perlu perhatian yang lebih dalam bentuk pengendaliannya, sebab jika tidak mendapat perhatian yang khusus maka akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi RSUD Kota Baubau. Pengendalian untuk setiap obat akan berbeda, untuk obat kelompok A maka diperlukan kontrol yang sangat ketat sehingga kontrol dapat dilakukan oleh top level manajemen. Kontrol dapat dialkukan setiap hari atau setiap minggu. Obat kelompok A perlu perhatian khusus baik dalam perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Dalam perencanaan memerlukan perhitungan peramalan yang akurat untuk mengurangi pemborosan biaya, penyimpanan perlu diberi label dan dalam distribusi harus dijaga keamananya. kelompok B dengan nilai indeks kritis antara 6,5-9,4 didapatkan 133 item obat atau 42,90% dengan investasi sebesar Rp atau 34,82% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun Pengawasan terhadap obat kelompok B analisis ABC indeks kritis ini juga perlu diperhatikan dan tingkat persediaan dapat ditekan serendah mungkin. Kelompok B merupakan kelompok yang berperan penting dalam pengobatan namun tidak sekritis pada kelompok A sehingga tidak perlu dilakukan pemantauan untuk semua item obat. Umumnya kelompok B hanya sebagian saja yang perlu dipantau dengan model perhitungan kuantitatif yang sesuai. kelompok C dengan nilai indeks kritis antara 4,0-6,4 didapatkan 140 item obat atau 45,16% dengan investasi sebesar Rp atau 9,71% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun Kelompok ini nilai investasinya tidak terlalu besar sehingga pengendaliannya tidak terlalu ketat. Bentuk pengendalian kelompok ini meliputi kontrol yang cukup yang dilakukan oleh departemen pengguna yang dapat dilakukan setiap 3 bulan sekali dan perkiraan kasar dapat digunakan sebagai dasar perencanaan untuk pengadaan berikutnya. KESIMPULAN 1. Berdasarkan analisis ABC pemakaian, didapatkan bahwa kelompok A terdiri dari obat kelompok A dengan nilai pemakaian tinggi, mendapatkan porsi sebesar 69,79% dari seluruh nilai pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat ini terdiri dari 42 item obat atau sebanyak 13,55% dari keseluruhan obat di RSUD Kota Baubau. Kelompok obat B dengan nilai pemakaian sedang, mendapatkan porsi nilai pemakaian sebesar 20,70% dari seluruh

9 nilai pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat ini terdiri dari 53 item obat atau sebanyak 17,10%. Kelompok C dengan nilai pemakaian rendah, mendapatkan porsi nilai pemakaian sebesar 9,51% dari seluruh nilai pemakaian sebanyak item obat. Kelompok obat ini terdiri dari 215 item obat atau sebanyak 69,35%. 2. Berdasarkan analisis ABC Investasi didapatkan bahwa kelompok A dengan nilai investasi tinggi, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 70,18% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat A ini terdiri dari 36 item obat atau sebanyak 11,61%. Kelompok B dengan nilai investasi sedang, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 20,32% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat ini terdiri atas 57 item obat atau sebanyak 18,39%. Kelompok C dengan nilai investasi rendah, mendapatkan porsi nilai investasi sebesar 9,50% dari seluruh nilai investasi dengan biaya sebesar Rp Kelompok obat ini terdiri atas 217 obat atau sebanyak 70%. 3. Berdasarkan nilai kritis obat menunjukan jumlah item obat pada kelompok X terdiri 50 i t e m o b a t dengan persentase sebesar 16,13%. Kelompok Y terdapat 179 item obat dengan jumlah persentase sebesar 57,74% dari total keseluruhan obat. Pada kelompok Z terdapat 81 item obat dengan persentase sebesar 26,13% 4. Berdasarkan analisis ABC indeks kritis menunjukan jumlah obat pada kelompok A terdapat 37 item obat dengan persentase 11,94% dan besar investasi sebanyak Rp atau sebesar 55,48% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun Pada obat kelompok B terdapat 133 item obat dengan persentase sebesar 42,90% dan besar investasi sebanyak Rp atau sebesar 34,82% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun 2015, sedangkan pada kelompok C terdapat 140 item obat dengan persentase 45,16% dan menggunakan biaya sebesar Rp atau sebesar 9,71% dari total biaya pengeluaran obat selama tahun SARAN 1. Sebaiknya dalam pembuatan formulariun obat di RSUD Kota Baubau, mesti melibatkan banyak pihak yang terlibat dalam penggunaan obat, bukan dari pihak manjemen dan apoteker saja untuk mementukan obat yang akan dipakai, akan tetapi juga melibatkan dokter. 2. Diperlukan perbaikan sistem perencanaan dan pengendalian untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sehingga memudahkan dalam menyusun kebutuhan persediaan obat agar tidak banyak terjadi kekosongan obat ataupun Expire Date. 3. Perlu diterapkan analisis ABC pemakaian, ABC nilai investasi dan ABC indeks kritis untuk memberikan priorotas yang berbeda terhadap setiap kelompok obat. Metode tersebut dapat membantu pihak manajemen untuk lebih berfokus pada barang-barang atau obat-obat yang memiliki nilai kritis dan nilai pemakaiannya lebih tinggi sehingga dapat ditangani lebih efisien. DAFTAR PUSTAKA 1. Azwar, Azrul. (2010). Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang: Binarupa Aksara 2. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasi di Rumah Sakit. 3. Sucianti, S dan Adisasmito, W.B.B. (2006). Analisis Perencanaan Obat Berdasarkan ABC Indeks Kritis di Instalasi Farmasi. Jurnal manajemen Pelayanan Kesehatan, 09, Rahmawatie, Erni dan Stefanus Santosa (2015). Sistem Informasi Perencanaan Pengadaan Obat Di Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Jurnal Pseucode, Volume 2 Nomor 1, Februari Mellen, R.C dan pudjirahardjo, W.J. (2013). Faktor Penyebab Dan Kerugian Akibat Stockout Dan Stagnant Obat Di Unit Logistik Rsu Haji Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol. 1(1), pp Maimun, Ali. (2008). Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Kombinasi Metode Konsumsi Dengan Analisis Abc Dan Reorder Point Terhadap Nilai Persediaan Dan Turn Over Ratio Di Instalasi Farmasi Rs Darul Istiqomah Kaliwungu Kendal. Tesis Universitas Diponegoro: Semarang. 7. Fadhila, Rahmi. (2013). Study Pengendalian Persediaan Obat Generik Melalui Metode ABC, EOQ, dan ROP di Gudang Farmasi RSI Asshobirin tahun UIN : Jakarta 8. Febriawati, Henni (2013). Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit. Yogyakarta : Gosyen Publishing. 9. Atmaja, Hermina Karuna (2012). Penggunaan Analisis ABC Indeks Kritis untuk pengendalain persediaan Obat Antibiotik di Rumah Sakit M.H Thamrin Salemba Januari 2012.

10 Program Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit. Depok. 10. Priatna, Heri. (2010). Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A Pada Analisis ABC di RS Melati Tangerang Tahun Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Depok. 11. Rahman, (2014). Analisis Pengendalian Obat Berdasarkan Metode Pareto Di Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun Jurusan Kesehatan Masyarakat. Kendari. 12. Utari, Anindita. (2015). Cara Pengendalian Persediaan Obat Paten dengan Metode Analisis ABC, Metode Economic Order Quantity (EOQ), Buffer Stock dan Reorder Point (ROP) di Unit Gudang Farmasi Rumah Sakit Zahira Tahun Skripsi program studi kesehatan masyarakat. Universitas Islam Negri Syarifhidatullah. 13. Winasari, Ajrina, (2015). Gambaran Penyebab Kekosongan Stok Obat Paten dan Upaya Pengendaliannya Di Gudang Medis Instalasi Farmasi Rsud Kota Bekasi Pada Triwulan I Tahun UIN: Jakarta. 14. Zuliani, Nur Eni, (2009). Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik dengan Analisis ABC Indeks Kritis di RSUD Pasar Rebo. Program Sarjana Kesehatan Masyarakat. Depok.

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 1/NO.4/ Oktober 2016; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 1/NO.4/ Oktober 2016; ISSN X, ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN METODE ABC INDEKS KRITIS DI PUSKESMAS KANDAI TAHUN 2016 Vera Reski 1 Ambo Sakka 2 Cece Suriani Ismail 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo 123 verareski@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan. Rumah sakit memiliki fungsi pelayanan medis, penunjang medis, pelayanan dan asuhan

Lebih terperinci

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

*FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI ANALISIS INVESTASI PENGGUNAAN OBAT OLEH PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DAN JAMKESDA DI RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012 AMBO SAKKA, RAHMAN, LA ODE ALI IMRAN AHMAD)*

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat VOLUME 5 Nomor 02 Juli 2014 Artikel Penelitian PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT UMUM DENGAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI IFRSI SITI KHADIJAH

Lebih terperinci

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013

The Analysis of Jamkesmas Drug Planning Using Combination Methods ABC and VEN in Pharmacy Installation of RSUD Dr. M. M. Dunda Gorontalo 2013 Analisis Perencanaan Obat Jamkesmas dengan Metode Kombinasi ABC dan VEN di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. M. Dunda Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 The Analysis of Jamkesmas Drug Planning

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat merupakan bagian dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian Rumah Sakit menurut UU RI No.23 Tahun 1992 adalah sarana kesehatan yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Farmasi merupakan salah satu fasilitas yang paling banyak digunakan di Rumah Sakit dan merupakan daerah dimana sejumlah besar uang digunakan untuk pembelian barang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN 60 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Kegiatan Manjemen Persediaan di RSUD Pasar Rebo Metode yang dipakai untuk perencanaan obat di RSUD Pasar Rebo adalah dengan menggunakan acuan tahun sebelumnya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di rumah sakit, merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI FARMASI Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan VOLUME 09 No. 01 Maret 2006 Halaman 19-26 Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Artikel Penelitian ANALISIS PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ABC INDEKS KRITIS DI INSTALASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan keadaan seseorang dimana status fisik, mental serta sosial yang sempurna dan tidak hanya sekedar bebas dari penyakit atau ketidakseimbangan. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN 75 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Pengelompokkan Analisis ABC Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan data obat antibiotik yang dipakai di apotik Rumah Sakit Pertamina Jaya, data harga obat antibiotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah,

BAB I PENDAHULUAN. obat yang dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya ketepatan jumlah, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen logistik obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat yang dikelola secara optimal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI DESEMBER 2011 Benedicta Dwi Ariyanti, Sandi Iljanto Progam Studi Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya

BAB I PENDAHULUAN. yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu pelayanan yang penting dalam pelayanan penunjang medis yaitu farmasi. Instalasi farmasi di rumah sakit merupakan satu satunya instalasi yang mengelola perbekalan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERENCANAAN OBAT BERDASARKAN ANALISIS ALWAYS BETTER CONTROL (ABC) DAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI INSTALASI FARMASI RSUD MELAWI KABUPATEN MELAWI KALIMANTAN BARAT Oleh: DWI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Instalasi farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit, merupakan suatu unit atau bagian yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis biaya pesediaan..., Diah Fitri Ayuningtyas, FKM UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari tatanan pelayanan kesehatan di Indonesia, rumah sakit merupakan institusi yang kompleks, dinamis, kompetitif, padat modal dan padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lain pelayanan berbagai jenis laboratorium, gizi/makanan dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan undang-undang No. 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di RSUD Cicalengka Tahun 2014

Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di RSUD Cicalengka Tahun 2014 Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Antibiotik di RSUD Cicalengka Tahun 2014 Planning and Controlling Analysis of Antibiotics Drug Inventory at RSUD Cicalengka in 2014 Gita Gilang Kencana

Lebih terperinci

ANALISIS ABC DALAM PERENCANAAN OBAT ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA

ANALISIS ABC DALAM PERENCANAAN OBAT ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA 51 Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research 2016, 01, 51-57 ANALISIS ABC DALAM PERENCANAAN OBAT ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI SURAKARTA Tina Hari Yanti 1 dan Yeni Farida 1* 1 D3 Farmasi

Lebih terperinci

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN

EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN EVALUASI PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO BERDASARKAN ANALISIS ABC-VEN Vionita Martini Mumek 1), Gayatri Citraningtyas 1), Paulina V.Y. Yamlean 1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan rujukan yang berfungsi menyelenggarakan pengobatan dan pemulihan, peningkatan serta pemeliharaan kesehatan.

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA KEKOSONGAN STOK OBAT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI TERJADINYA KEKOSONGAN STOK OBAT DAN UPAYA PENGENDALIANNYA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN Skripsi, Juni 2017 AYU PUTU ANGGITA WULANDARI FAKTOR- FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang mengalami perkembangan ke arah lembaga usaha sehingga pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedang mengalami perkembangan ke arah lembaga usaha sehingga pengelolaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan sedang memasuki lingkungan global yang kompetitif dan terus berubah. Sektor rumah sakit di Indonesia sedang mengalami

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN OBAT GENERIK DENGAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN OBAT GENERIK DENGAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN OBAT GENERIK DENGAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP (Studi Kasus Di Unit Gudang Farmasi RS PKU Aisyiyah Boyolali) Puguh Ika Listyorini APIKES Citra Medika Surakarta, e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007).

oleh petugas di Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat merupakan salah satu komponen penting dan tidak tergantikan dalam pelayanan kesehatan, baik pelayanan kesehatan primer maupun pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekosongan obat merupakan masalah dalam pelayanan farmasi yang penting untuk ditindaklanjuti dengan segera karena obat merupakan bagian utama dalam proses penyembuhan

Lebih terperinci

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu :

Rumah Sakit XYZ merupakan salah satu rumah sakit negeri yang ada di Kabupaten Bandung. Rumah sakit ini memiliki sepuluh instalasi, yaitu : BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Perbedaan Fixed-order dan Fixed-time Tabel 2.1 Tingkat Service Level...

DAFTAR TABEL. Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Tabel 2.1 Perbedaan Fixed-order dan Fixed-time Tabel 2.1 Tingkat Service Level... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Hak Cipta... ii Halaman Pernyataan Keaslian... iii Halaman Pernyataan Persetujuan... iv Halaman Persetujuan... v Halaman Pengesahan... vi Halaman Persembahan... vii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004 menjelaskan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PERSEDIAAN OBAT REGULER DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PERSEDIAAN OBAT REGULER DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi PENERAPAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI PERSEDIAAN OBAT REGULER DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT IMPLEMENTATION OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan jasa atau perusahaan manufaktur pasti memerlukan persediaan. Jika tidak ada persediaan maka perusahaan akan dihadapkan pada risiko tidak

Lebih terperinci

KLASIFIKASI OBAT GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN ANALISIS ABC- VED DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA. Oleh : Miftakhul Arfah Hadiani

KLASIFIKASI OBAT GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN ANALISIS ABC- VED DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA. Oleh : Miftakhul Arfah Hadiani KLASIFIKASI OBAT GAWAT DARURAT MENGGUNAKAN ANALISIS ABC- VED DI INSTALASI FARMASI RSUD Dr MOEWARDI SURAKARTA Oleh : Miftakhul Arfah Hadiani Abstrak RSUD Dr Moewardi adalah rumah sakit pemerintah daerah

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA

ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA ANALISIS PERSEDIAAN PRODUK FARMASI CAIRAN INFUS PADA PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) PT. DOS NI ROHA SAMARINDA THE ANALYSIS OF THE SUPPLY OF INTRAVENOUS LIQUID TO BIG PHARMACEUTICAL PRODUCT DISTRIBUTOR PT.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR UNIVERSITAS UDAYANA ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK PADA INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA KOTA DENPASAR KADEK AYUMI MEITA SARI NIM. 0820025043 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit menurut Permenkes No. 147 tahun 2010 merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kegiatan utamanya melayani dan menjual jasa perawatan kepada perorangan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT-OBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT-OBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT-OBATAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI Fitria Yunita, Imran, dan Mudatsir Abstrak. Manajemen pengelolaan obat-obatan dirumah sakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. secara ekonomi. Instalasi farmasi rumah sakit adalah satu-satunya unit di rumah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan obat menurut Siregar dan Amalia (2003) merupakan salah satu manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan karena

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT SMF INTERNIST DENGAN ANALISIS ABC DI RSU HASANAH GRAHA AFIAH PERIODE JANUARI-DESEMBER

GAMBARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT SMF INTERNIST DENGAN ANALISIS ABC DI RSU HASANAH GRAHA AFIAH PERIODE JANUARI-DESEMBER GAMBARAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT SMF INTERNIST DENGAN ANALISIS ABC DI RSU HASANAH GRAHA AFIAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Arinditya Septiandri Pujiastuti dan Ede Surya Darmawan FKM Universitas Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013

ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013 ANALISIS PERENCANAAN OBAT DENGAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI RSUD MUNTILAN PERIODE TAHUN 2013 Hesti Krisnaningtyas 1), Fitriana Yuliastuti 2), Tiara Mega Kusuma 3) Email : fitriana.yuliastuti@yahoo.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan / BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan / atau spesialistik serta

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aditama Y T, (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA. Aditama Y T, (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Aditama Y T, (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia. Azwar, Azrul, (2009). Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga, Bina Putera Aksara,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY

PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) MULTI ITEM PADA PT NISSAN MOTOR DISTRIBUTOR INDONESIA Saptono Kusdanu Waskito.,

Lebih terperinci

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga PEMANFAATAN EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) DAN ANALISA ABC (ALWAYS BETTER CONTROL) UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PERSEDIAAN OBAT DI UNIT USAHA APOTEK PRIMKOPAL RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA DIAJUKAN UNTUK

Lebih terperinci

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN

PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN PENGALAMAN DAN TANTANGAN MANAJEMEN OBAT DAN VAKSIN DI RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI DALAM ERA JKN VISI Menjadikan RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi Sebagai Tempat Tujuan Pelayanan Kesehatan Yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siska dan Syafitri (2014) mengemukakan bahwa pengendalian persediaan barang merupakan suatu masalah yang sering dihadapi oleh suatu perusahaan, di mana sejumlah barang

Lebih terperinci

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ. Diterima: 1 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016 EVALUASI MANAJEMEN PERSEDIAAN PUPUK PT. ABC MENGGUNAKAN METODE EOQ Chella Masquita Febilia 1 dan Dyah Febriantina Istiqomah 2 1 Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16, Malang 65145,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT BPJS PADA TAHAP PENYIMPANAN DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD RATU ZALECHA

EVALUASI PENGELOLAAN OBAT BPJS PADA TAHAP PENYIMPANAN DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD RATU ZALECHA EVALUASI PENGELOLAAN OBAT BPJS PADA TAHAP PENYIMPANAN DI GUDANG INSTALASI FARMASI RSUD RATU ZALECHA Depy Oktapian Akbar 1, Nurul Mardiati 1, Siti Maulid Agustina 1 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Borneo

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan obat, indikator efisiensi, Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara, metode Hanlon

ABSTRAK. Kata kunci: pengelolaan obat, indikator efisiensi, Instalasi Farmasi RSUD Karel Sadsuitubun Kabupaten Maluku Tenggara, metode Hanlon EVALUASI PENGELOLAAN OBAT DAN STRATEGI PERBAIKAN DENGAN METODE HANLON DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAREL SADSUITUBUN KABUPATEN MALUKU TENGGARA TAHUN 2012 Wirdah Wati R., 1 Achmad Fudholi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah persediaan merupakan salah satu masalah penting yang harus diselesaikan oleh perusahaan. Salah satu upaya dalam mengantisipasi masalah persediaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif dengan desain penelitian studi kasus menggunakan pendekatan dekriptif analitik bersifat retrospektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual kembali.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) yaitu bidang: Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Ibu dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu teknologi yang sedang mengalami perkembangan pesat pada saat ini. Kemajuan TI ini membuat para penggunanya dapat mengakses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan bagian penting dalam rangka pembangunan nasional. Dalam Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dinyatakan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PENGADAAN BAHAN MAKANAN KERING BERDASARKAN METODE EOQ PADA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

ANALISIS MODEL PENGADAAN BAHAN MAKANAN KERING BERDASARKAN METODE EOQ PADA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG ANALISIS MODEL PENGADAAN BAHAN MAKANAN KERING BERDASARKAN METODE EOQ PADA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Tesis S2 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA CV.X TUGAS AKHIR

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA CV.X TUGAS AKHIR ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS ABC, EOQ DAN ROP PADA CV.X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik ELISA MAHARANI TARIGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, sistem jaminan kesehatan di Indonesia saat ini mulai memasuki fase baru. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB VI HASIL PENELITIAN BAB VI HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2008 di Sub Unit Gudang farmasi RS. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, yang merupakan Sub Unit dari Unit Pelaksana

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN OBAT BPJS DENGAN METODE KONSUMSI DI INSTALASI FARMASI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2014

ANALISIS PERENCANAAN OBAT BPJS DENGAN METODE KONSUMSI DI INSTALASI FARMASI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2014 ANALISIS PERENCANAAN OBAT BPJS DENGAN METODE KONSUMSI DI INSTALASI FARMASI RSUD TIDAR KOTA MAGELANG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2014 ANALYSIS OF DRUG PLANNING BASED ON CONSUMPTION METHOD IN PHARMACY UNIT TIDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan dari penelitian yang akan di lakukan, terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biaya yang diserap untuk penyediaan obat merupakan komponen terbesar dari pengeluaran rumah sakit. Di banyak negara berkembang belanja obat di rumah sakit dapat menyerap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 ABSTRACT EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN OBAT DI INSTALASI FARMASI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG TAHUN 2007 Muhammad Djatmiko, Eny Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim Semarang 39 ABSTRACT Drug management in

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT TERINTEGRASI ANTAR GUDANG FARMASI KESEHATAN DAN PUSKESMAS DI KABUPATEN SIDOARJO

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT TERINTEGRASI ANTAR GUDANG FARMASI KESEHATAN DAN PUSKESMAS DI KABUPATEN SIDOARJO PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN PERSEDIAAN OBAT TERINTEGRASI ANTAR GUDANG FARMASI KESEHATAN DAN PUSKESMAS DI KABUPATEN SIDOARJO Lea Anumerta a, Mahendrawathi Er b a Manajemen Teknologi Informasi Program

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT GENERIK DENGAN METODE MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) DI UNIT FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT GENERIK DENGAN METODE MMSL (Minimum-Maximum Stock Level) DI UNIT FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA Jurnal Manajemen Kesehatan STIKES Yayasan Rs.Dr.Soetomo, Vol.2 No.2 Oktober 2016 : 143-152 PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT GENERIK DENGAN METODE MMSL (Minimum-Maimum Stock Level) DI UNIT FARMASI RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato HASIL WAWANCARA 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENELITIAN 4.1.1 WAWANCARA Tabel 1. Data hasil wawancara mengenai perencanaan obat di Instalasi Farmasi RSUD Pohuwato URAIAN HASIL WAWANCARA Sistem perencanaan

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan.

Manajemen Operasi. Manajemen Persediaan. Manajemen Operasi Manajemen Persediaan budi.harsanto@gmail.com PENTINGnya Persediaan Melibatkan dana/modal yg sangat besar Berpengaruh pd MO, MP, MK Darah The Material Flow Cycle Tujuan Menyediakan persediaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI PENGELOLAAN TINGKAT PERSEDIAAN OBAT DENGAN CONTINOUS REVIEW SYSTEM

PENGEMBANGAN APLIKASI PENGELOLAAN TINGKAT PERSEDIAAN OBAT DENGAN CONTINOUS REVIEW SYSTEM PENGEMBANGAN APLIKASI PENGELOLAAN TINGKAT PERSEDIAAN OBAT DENGAN CONTINOUS REVIEW SYSTEM Abi Arga Hadityarista Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013

Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 Evaluasi Perencanaan Obat Antibiotik Berdasarkan Metode ABC di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Tahun 2013 TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN OBAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK CONTINUOUS REVIEW (S,S) SYSTEM PADA BAGIAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT AMC 1 Destaria Madya Verawaty, 2 Dida Diah Damayanti,

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang di dunia industri persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Hanya perusahaan yang mampu menekan biaya produksi seminimal mungkin

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO. Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. SANTOSA AGRINDO Ira Mutiara 1, Moh. Mukhsin 2 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang Email: iramutiara37@hotmail.com 2 Universitas Sultan Ageng

Lebih terperinci

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR GAMBARAN PERESEPAN OBAT PASIEN RAWAT JALAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Persediaan adalah suatu elemen yang penting dalam operasional perusahaan. Tanpa adanya persediaan perusahaan akan dihadapkan pada risiko tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2008 SKRIPSI

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2008 SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT ANTIBIOTIK DENGAN ANALISIS ABC INDEKS KRITIS DI RSUD PASAR REBO TAHUN 2008 SKRIPSI ENI NUR ZULIANI 1005000653 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 3 Nomor 1

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 3 Nomor 1 Pengendalian Persediaan Obat Kemoterapi Melalui Pendekatan Analisis ABC Indeks Kritis di Ruang Pencampuran Instalasi Farmasi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2015 Chemotherapy Drugs Inventory Control

Lebih terperinci

BAB V METODE PENELITIAN

BAB V METODE PENELITIAN BAB V METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisa pengendalian persediaan obat generik melalui pendekatan analisis ABC di Gudang Farmasi Rumah Sakit Jantung

Lebih terperinci

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan

Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016 39 WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016 WAITING TIME SERVICES OUTPATIENT PRESCRIPTION IN DEPOT PHARMACY RSUD GUNUNG JATI CIREBON IN 2016 Aida

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS

SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN DAN PENGADAAN OBAT DI IFRS Yohan Wahyudhi Eghva Garilda O.V. Dhien Setiani Nurfitriyani Him Ahmath Ria Widyaswari Warantia Citta C.P. Arifin Santoso Feolistin M.P. FA/7514

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berorientasi kepada produk ( product oriented), juga berorientasi kepada pasien

PENDAHULUAN. berorientasi kepada produk ( product oriented), juga berorientasi kepada pasien 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan Kefarmasian di rumah sakit (1). Pelayanan Kefarmasian

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN EVALUASI MANAJEMEN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP KABUPATEN PURBALINGGA BERDASARKAN TIGA BESAR ALOKASI DANA PENGADAAN OBAT R. Adi Soeprijanto, Indri Hapsari, Wahyu Utaminingrum Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen persediaan yang meliputi prinsip, konsep serta teknik dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas-aktivitas penanganan barang dalam persediaan memiliki

Lebih terperinci

Efektifitas Metode ABC (Activity Based Costing) dalam Analisis Perencanaan Obat JKN di Puskesmas Dagangan Kabupaten Madiun

Efektifitas Metode ABC (Activity Based Costing) dalam Analisis Perencanaan Obat JKN di Puskesmas Dagangan Kabupaten Madiun Efektifitas Metode ABC (Activity Based Costing) dalam Analisis Perencanaan JKN di Puskesmas Dagangan Kabupaten Madiun Edy Bachrun Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dapat bersifat promosi (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat adalah keadaan baik segenap badan serta bagian bagiannya, sedangkan pengertian kesehatan adalah keadaan sehat serta kebaikan

Lebih terperinci