BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada konflik ideologis antara blok barat dan blok timur tetapi kini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada konflik ideologis antara blok barat dan blok timur tetapi kini"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berakhirnya perang dingin telah membuka era baru dalam pemahaman tentang keamanan. Pasca perang dingin keamanan tidak lagi dipahami dengan bertumpu pada konflik ideologis antara blok barat dan blok timur tetapi kini keamanan dipandang meliputi pula aspek-aspek ekonomi, pembangunan, sosialpolitik, hak asasi manusia, lingkungan hidup, konflik etnik, dan berbagai masalah sosial lainnya. Keamanan tidak lagi diartikan secara sempit sebagai hubungan konflik atau kerjasama antar negara, tetapi juga berpusat pada keamanan untuk masyarakat.1 Kejahatan internasional seperti terorisme, penyelundupan manusia, kejahatan lingkungan, kejahatan HAM dan sebagainya menunjukkan peningkatan cukup tajam dan berkembang menjadi isu keamanan internasional. Silang hubungan yang berlangsung dalam proses perubahan global, regional, dan domestik telah membentuk spektrum ancaman baik internasional maupun domestik yang bersifat kompleks. Berdasarkan kriteria isu keamanan, Buzan membagi keamanan ke lima dimensi, yaitu politik, militer, ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan tiap-tiap dimensi keamanan tersebut memiliki unit keamanan, nilai, dan karakteristik serta ancaman yang berbeda Dalby, S., (1992), Security, Modernity, Ecology : The Dilemmas of Post Cold War Security Discourse, Alternatives Vol. 17 : Halaman Buzan, B., (1991), People, States, and Fear : An Agenda for International Security Studies in Post-Cold War Era, Hempstead : Harvester Wheatsheaf : Halaman

2 Konsep keamanan tradisional dipandang banyak pihak mengalami pergeseran ke arah perlunya konsep baru tentang keaman non tradisional. Dilihat dari The Origin of Threats ancaman dalam konsep keamanan tradisional selalu dianggap datang dari negara asing, sedangkan kini menurut konsep keamanan non tradisional, ancaman dapat berasal dari lingkungan domestik maupun internasional. Sementara itu, bila dilihat dari The Nature of Threats, konsep keamanan tradisional melihat ancaman selalu bersifat militer dan karena itu pendekatan yang digunakan juga bersifat militeristik. Sedangkan menurut konsep keamanan non tradisional, bahwa dalam perkembangan nasional dan internasional, sebagaimana disebut diatas telah mengubah sifat ancaman menjadi lebih rumit dan kompleks dengan demikian persoalan keamanan menjadi jauh lebih komprehensif dikarenakan menyangkut aspek-aspek lain seperti ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, bahkan isu-isu lain seperti demokrasi, HAM, penyalahgunaan dan perdagangan narkoba, dan terorisme sehingga ancamanancaman terhadap keamanan, stabilitas nasional dan internasional diakibatkan dari adanya proses interaksi aktor negara dan non-negara.3 Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia modern dengan segala kompleksitas masalah yang dihadapi, maka konsep keamanan dalam politik dunia yang bersifat tradisional dan yang menekankan penggunaan solusi militer dalam mengatasi ancaman dipandang sudah tidak memadai lagi, karena itu perlu dilengkapi dengan pendekatan keamanan non tradisional yang lebih menekankan tentang arti pentingnya keamanan insani (Human Security). Ancaman terhadap suatu negara atau masyarakatnya tidak mesti selalu bersumber dari ancaman 3 Perwita, B., dan Yani, Y.M., (2006), Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung : Halaman

3 militer karena ancaman non militer juga harus diantisipasi mengingat dampaknya yang luas bagi masyarakat secara individu maupun kelompok. Pentingnya aspek kemanusiaan memengaruhi prinsip-prinsip yang mengatur penggunaan kekuatan militer dalam penyelesaian konflik internasional. 4 Salah satu ancaman terhadap keamanan masyarakat baik domestik maupun internasional adalah terorisme. Terorisme masih tetap menunjukkan wajahnya sebagai sebuah fenomena yang kompleks dengan mana kekerasan digunakan untuk memperoleh power guna mengubah, mengganti, atau mempengaruhi keadaan politik, sosial, ekonomi yang dipandang merugikan, tidak adil, menyengsarakan yang menyebar, meluas secara akut. Dalam dua dekade terakhir terorisme telah mengalami transformasi global dan memperbaiki diri baik secara teknis maupun kemampuan menyebarkan ancaman yang sangat serius dengan capaian global. Sampai saat ini belum ada tanda-tanda yang faktual bahwa terorisme telah menyurut, tetapi justru sebaliknya, yaitu terus bertahan dan berkembang di seluruh dunia, bahkan dengan globalisasi terorisme telah mengubah ruang lingkup dan penyebarannya.5 Terorisme global menjadi ancaman keamanan internasional yang memaksa semua negara untuk melakukan antisipasi yang tepat dan secara dini demi melindungi warga negaranya. Namun, karena pendekatan yang digunakan masih sebatas pada pendekatan militer dan politik internasional, tampak hasilnya belum menunjukkan tanda-tanda yang memuaskan. Hal ini mendorong perlunya pendekatan lain, satu diantaranya yaitu Human Security, apakah dapat digunakan 4 5 Jemadu, A., (2008), Politik Global dalam Teori dan Praktek, Graha Ilmu, Yogyakarta : Halaman 182. Kiras, James D., (2005), Terorism and Globalization in Baylis, John, Smith, Steve (ed), 2005, The Globalization of World Politics 3rd editon, Oxford University Press, New York: Halaman

4 sebagai pendekatan untuk mengatasi isu terorisme global. Salah satu konsep Human Security sebagaimana dikonstruksi oleh Mahbub ul Haq menarik untuk diteliti baik tentang kekuatan maupun kelemahannya serta relevansinya untuk digunakan dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional. Human Security sebagaimana ditawarkan oleh Mahbub ul Haq bisa digunakan sebagai pendekatan untuk mengkonstruksi penyelesaian konflik internasional dan ancaman terorisme dengan mengurai akar penyebab dari konflik dan ancaman terorisme internasional tersebut. Meskipun Haq memasukkan terorisme sebagai salah satu ancaman terhadap keamanan manusia, di samping obat-obatan, penyakit dan kemiskinan.6 Dalam konteks ini Haq tidak dan belum mengulas kaitan konsep Human Security gagasannya dengan masalah pencegahan dan atau penyelesaian ancaman terorisme, karenanya hal ini menarik untuk diteliti lebih jauh. B. RUMUSAN MASALAH Human Security seperti yang dikonstruksi oleh Mahbub ul Haq meskipun hendak memetakan masalah yang mendasari setiap isu keamanan internasional sebagai ancaman terhadap kemanusiaan kapan dan dimanapun melalui pelaksanaan sustainable development, namun kenyataannya dari waktu ke waktu konflik dan isu keamanan internasional masih selalu terjadi dan muncul di tengah kehidupan masyarakat internasional. Demikian halnya dengan terorisme sebagai salah satu fenomena konflik dan isu keamanan internasional maupun domestik apakah bisa dikonstruksi penyelesaiannya melalui pendekatan Human Security 6 Haq, Mahbub Ul; Global Governance for Human Security, dalam Majid Tehranian; (1999). World Apart : Human Security and Global Governance, New York : I.B. Tauris and Co. Ltd. Halaman 80. 4

5 Mahbub ul Haq? Hal ini menarik karena dalam kurun waktu 20 tahun terakhir fenomena terorisme masih tetap ada dengan segala dimensi dan ruang lingkupnya. Masalah-masalah problematik yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana relevansi konsep Human Security Mahbub ul Haq dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional? 2. Apa kekuatan dan kelemahan konsep Human Security Mahbub ul Haq sebagai pendekatan non konvensional dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional? C. KERANGKA TEORI Kanti Bajpai (2000) mengemukakan bahwa Human Security adalah konsep tentang perlindungan dan penciptaan kesejahteraan bagi setiap individu warga negara sehingga setiap individu manusia bisa mendapatkan keamanan dan kebebasan untuk memperoleh kesejahteraan mereka.7 Human Security didasarkan atas pandangan konstruksi sosial yang berasumsi apa yang disebut aman, aman dari apa, untuk siapa, dan bagaimana. Dan mendefinisikan keamanan dari hasil kesepakatan aktor yang terlibat dalam diskursus sosial. Human Security menekankan pada keadilan dan emansipasi dan menghubungkan politik domestik dan hubungan internasional, sebab gagasan Human Security menghadapkan negara dan kedaulatannya pada kedaulatan individu warganya. Human Security berusaha menggeser pemikiran keamanan dari dominasi keamanan negara ke keamanan manusia yang mencakup masalah kesejahteraan sosial, perlindungan HAM, kelompok minoritas, masalah-masalah 7 Bajpai, K., (2000), Human Security : Concept and Measurement, Kroc Institute Occasional paper#19:op:1, School for International Studies Jawaharlal Nehru Universities, New Delhi : Halaman 3. 5

6 sosial, ekonomi, dan politik. Human Security menghapuskan dikotomi antara pemikiran tradisional, Realis dan Non Realis, Hard Security dan Soft Security. Masalah utama yang menjadi perhatian dalam Human Security adalah demokratisasi dan HAM. Human Security juga dapat dideskripsikan dari pandangan sebagaimana dirumuskan oleh United Nation Development Program (UNDP), 1994, Redefening Security : The Human Dimension Current History vol. 94 : halaman Pasca Perang Dingin menimbulkan adanya pemahaman baru terutama di kalangan UNDP bahwa cara-cara militer tidak dapat digunakan lagi untuk mengatasi konflik internasional (sebagaimana doktrin Traditional Security) mengingat akar masalah dari konflik itu sangat luas dan kompleks. Atas dasar itu diperlukan pendekatan baru untuk menyelesaikan konflik berdasarkan akar masalahnya, dan akar masalah itu ternyata bersumber dari aspek politik, ekonomi, sosial budaya, agama, lingkungan hidup, bencana alam, obat-obatan terlarang. Konsep baru ini bersifat holistik dan komprehensif karena menyangkut semua segi kemanusiaan, maka lahirlah konsep baru tentang keamanan dalam interaksi global yang populer disebut Human Security Approach. J. Peter Burgess (2008) mengemukakan bahwa konsep Human Security lahir pada satu momen sejarah yang sangat penting yang memungkinkan perlunya pertimbangan untuk merumuskan kembali tentang konsep keamanan yang lebih bisa memenuhi perkembangan isu-isu keamanan global. Dua momen sejarah yang melatarbelakangi lahirnya konsep Human Security menurutnya adalah berakhirnya perang dingin sebagai konsep keamanan yang dibangun atas dasar geopolitik dan munculnya ancaman global dari fenomena terorisme transnasional. Human Security merupakan konsep keamanan yang berbeda sama sekali dengan 6

7 pendahulunya (traditional concept of security) karena Human Security ini sebagai konsep baru mencoba mendefinisikan kembali tentang apa yang dimaksud aman, aman dari ancaman apa, termasuk di dalamnya Human Security juga mendefinisikan kembali tentang peran dan bentuk-bentuk ancaman terhadap kemanusiaan. Dalam dunia yang terus berubah, pertanyaan keamanan tidak terkait dengan geopolitik dan isu-isu keseimbangan kekuatan militer, tetapi pertanyaan tentang keamanan dan ketidakamanan lahir dari penyakit, kelaparan, pengangguran, konflik sosial, kejahatan, politik yang represif, serta terorisme. Meskipun demikian J. Peter Burgess belum juga mengupas lebih lanjut tentang eksistensi Human Security kaitannya dengan upaya pencegahan terorisme yang terus berkembang dari waktu ke waktu sekalipun dia menyadari bahwa terorisme merupakan anak kandung dari kondisi sosial, politik, ekonomi, hukum internasional, lingkungan hidup yang tidak adil. 8 Stephen Hoadley (2006) memberikan pandangannya tentang Human Security sebagai konsep baru tentang keamanan secara menarik dan menurutnya Human Security muncul pada saat yang tepat yaitu saat pengaruh perang dingin semakin menurun sedangkan pengaruh penyebaran faham humanitarian internasional dan perlindungan HAM semakin mendapatkan peran dalam isu-isu keamanan internasional. Hal ini menunjukkan cerminan dari adanya individualisasi hukum internasional yang secara bertahap telah diterima dimana bukan hanya negara sebagai subjek hukum internasional. Individu juga dapat menjadi subyek hukum internasional. Selanjutnya Stephen Hoadley menegaskan bahwa konsep Human Security berperan sebagai instrumen legitimasi dalam 8 Burgess, Peter J., (2008), Non Military Security Challenges in Snyder, Craig A., 2008, Contemporary Security and Strategy 2nd Edition, Palgrave Macmillan, New York : Halaman

8 intervensi humanitarian. Dan sebagai instrumen intervensi humanitarian ia dapat menjadi landasan campur tangan dalam wilayah domestik suatu negara dengan tujuan terbentuknya keamanan bagi semua. Dalam pandangan Stephen Hoadley isu-isu utama dalam Human Security meliputi keamanan individu dari kejahatan dan kekerasan, akses kepada dasar-dasar dan sumber kehidupan bagi setiap orang serta perlindungan terhadap individu dari kejahatan dan terorisme, penyakit yang pandemik, kejahatan politik, serta perlindungan HAM, kebebasan dari kejahatan berbasis gender, hak atas komunitas budaya dan politik. Pencegahan dari kelangkaan sumberdaya alam, keberlanjutan lingkungan dari kerusakan serta polusi, baik udara maupun air.9 Human Security sebagai sebuah pendekatan non tradisional dapat berperan untuk digunakan dalam mengidentifikasi serta mendeskripsikan baik latar belakang maupun faktor-faktor penyebab timbul dan berkembangnya terorisme global. Jika terorisme global disebabkan oleh faktor sebagaimana disebutkan di muka baik karena faktor hegemoni Barat dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, lingkungan, dan sumber daya alam, maka jelas pendekatan tradisional yang mengedepankan penyelesaian secara militer tidak akan mampu menekan apalagi menghapuskan terorisme global. Demikian halnya ketika Human Security mampu mengidentifikasi latar belakang dan faktor penyebab yang lain dari berkembangnya terorisme global sebagai akibat adanya kerinduan terhadap peri kehidupan awal berkembangnya Islam dengan menerapkan tatanan Syariah dalam konteks negara dan transnasional, pendekatan tradisional lagi-lagi tidak akan mampu digunakan untuk memerangi terorisme karena dalam konteks ini 9 Hoadley, Stephen, The Evolution of Security Thinking : An Overview, in Hoadley, S. and Ruland, Jurgen, (2006), Asian Security Reassessed, Institute of Southeast Asian Studies, Singapore : Halaman

9 terorisme lahir dari pandangan ideologi (Islam) dan bukan dari persoalan militeristik. Human Security sebagai sebuah pendekatan baru non tradisional relevan untuk menekan perkembangan terorisme global karena Human Security dapat : 1. Melakukan identifikasi dan deskripsi berkaitan dengan latar belakang maupun faktor- faktor penyebab timbul dan perkembangannya terorisme internasional sebagai akibat dari hegemoni barat dalam bidang politik, ekonomi, kebudayaan, lingkungan hidup, sumber daya alam, hukum internasional dan hak asasi manusia sehingga dunia barat dipandang sebagai pihak yang harus bertanggung jawab karena menimbulkan konflik dan ketidakadilan serta ketimpangan global yang harus dilawan. 2. Bahwa jika faktor penyebab terorisme karena ketidakadilan dunia Barat dalam mengelola politik internasional yang tidak adil, maka dengan Human Security dapat dirumuskan upaya-upaya perbaikan-perbaikan hubungan Timur-Barat bersendikan tata kelola yang adil, bermartabat, tidak standar ganda dan berdasarkan prinsip kesamaan dan keseimbangan. Karena itu dalam konteks ini reformasi PBB khususnya Dewan Keamanan patut untuk dipertimbangkan sehingga tidak didominasi oleh kepentingan-kepentingan Barat. Sementara itu jika terorisme global disebabkan oleh faktor kapitalisme/liberalisme Barat sehingga menyebabkan pemiskinan negara berkembang, penguasaan sumbersumber finance oleh Barat, eksploitasi sumber daya alam oleh industri-industri liberalistik maka melalui Human Security sebab-sebab tersebut dapat ditekan melalui program-program restrukturisasi lembaga-lembaga keuangan dan perbankan internasional agar memberikan kebijakan yang adil dan seimbang 9

10 dalam sektor keuangan terhadap negara berkembang sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional mereka disamping juga mendorong perlunya kebijakan pembangunan yang memperhatikan dan melestarikan lingkungan hidup dengan prinsip membangun tanpa merusak lingkungan di samping terus dikembangkan upaya-upaya menemukan bahan baku substitutif dalam industri. Semuanya untuk mencegah pemiskinan negara dunia ketiga yang boleh jadi untuk saat ini menjadi lingkungan yang subur untuk timbuhnya benih-benih terorisme global. Karena itu restrukturisasi IMF, Bank Dunia, Ecosoc sangat mendesak untuk dilakukan. Seterusnya jika terorisme global disebabkan oleh faktor ideologi keagamaan, maka Human Security sebagai sebuah pendekatan dapat berperan secara efektif mengembangkan sebuah perangkat penyelaras sebagai antitesis fundamentalisme ideologi agama dengan mengembangkan dan mengimplementasikan perlunya ideologi baru yang berwawasan kemanusiaan baik dalam tataran kehidupan nasional (domestik) maupun dalam tataran hubungan antara aktor-aktor internasional. Ideologi baru ini di samping berbasis nilai-nilai kemanusiaan juga berbasis pada nilai-nilai kemanfaatan, toleransi, kerjasama, moderasi. P.R. Viotti dan M. Kauppi (1997) dalam bukunya yang berjudul International Relations and World Politics, menyebutkan adanya tiga faktor yang melatarbelakangi perkembangan terorisme, yaitu faktor domestik maupun global, ideologi, dan lingkungan. Teroris adalah indvidu yang secara kejiwaan berada dalam posisi kepribadian yang terbelah, mereka berada dalam pengalaman kekerasan, kekejaman secara imajiner dari hasil pemahaman dan persepsi mereka terhadap orang-orang yang dipandang kejam, tidak adil, rakus, dan hegemonik 10

11 dan itu harus dilawan. Teroris sebagian besar dalam melakukan aksi terornya dilandasi oleh ideologi tertentu (komunisme, fasisme, fundamentalis,dan lainlain). Dalam perspektif ideologi, ide-ide yang bertentangan dengan ideologi yang dianutnya adalah musuh yang harus dilenyapkan dengan segala cara. Faktor lingkungan mengaitkan terorisme dengan lingkungan dimana sesorang dibesarkan. Individu yang dibesarkan dalam kultur penuh penindasan dan kekerasan akan cenderung melakukan hal yang sama dalam penyelesaian persoalan yang dihadapinya. Kekerasan dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mencapai tujuan. Terlepas dari ketiga faktor di atas, setiap individu atau kelompok teroris tidak pernah terlepas dari masyarakatnya, baik secara ideologis, psikologis, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. 10 Kegley dan Wittkopf (2003) dalam bukunya berjudul World Politics : Trend and Transformation lebih menekankan kepada pendapatnya bahwa terorisme internasional menampilkan ciri-ciri baru yang sebelumnya tidak kita temukan. Aksi terorisme saat ini melibatkan suatu jaringan global melalui sel-sel yang sulit dideteksi yang beroperasi di berbagai negara serta melakukan koordinasi dan perencanaan yang sistematis sebelum suatu serangan dilancarkan. Kelompok teroris memanfaatkan arus globalisasi untuk memfasilitasi aktivitas mereka di mana batas-batas tradisional negara tidak lagi menjadi hambatan untuk menjalankan operasi mereka. Penggunaan teknologi yang canggih juga menjadi ciri baru dari gerakan terorisme. Penggunaan internet untuk menyebarkan informasi pembuatan bom atau untuk menampilkan gambar bagaimana kelompok teroris 10 melakukan eksekusi terhadap korban yang diculik merupakan Viotti, P.R., and Kauppi, M., (1997), International Relation and World Politics : Security, Economy, and Identity, Upper Saddle River : Prentice Hall : Halaman

12 perkembangan terbaru dalam pemanfaatan media massa untuk menyebarkan ketakutan dan kepanikan pada pihak lawan. Penggunaan serangan bunuh diri secara massal yang digerakkan oleh kebencian yang mendalam terhadap sasarannya merupakan elemen yang sulit diatasi hanya dengan respon militer karena para pelakunya justru melihat kematian sebagai senjata yang ampuh untuk mencapai tujuan politiknya.11 White, Little, dan Smith (1997) dalam bukunya yang berjudul Issues in World Politics secara eksplisit mengemukakan bahwa Hegemoni dunia Barat dalam bidang militer dan politik melahirkan dunia dalam ketidakadilan dan pengendalian negara-negara dunia ketiga oleh negara-negara Barat. Hegemoni secara ekonomis dan lingkungan melahirkan kemiskinan di negara-negara dunia ketiga karena sumber-sumber keuangan internasional, sumber-sumber produksi dan bahan produksi (SDA) dalam penguasaan negara-negara Barat. Dan karena itu menimbulkan persepsi di kalangan teroris bahwa Barat adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas semuanya. Nilai-nilai agama mengalami proses ideologisasi setelah absennya/ambruknya ideologi komunis yang secara diametral dijadikan perangkat untuk melakukan koreksi terhadap ideologi Barat (liberalisme, neoliberalisme). Ideologi agama (Islam) dipandang sebagai ideologi yang sempurna dan harus diterima sebagai mainstream untuk mengatur sendisendi kehidupan nasional dan internasional dalam segala bidang. Ideologi Barat dianggap bertentangan dan karena itu harus dihadapi dan dihilangkan pengaruhnya dalam kehidupan global. Kembali ke ajaran fundamental agama merupakan dasar-dasar perjuangan untuk mengembalikan romantisme kehidupan 11 Kegley, C., and Wittkopf, E.R., (2003), World Politics : Trend and Transformation, Belmont : Wadsworth. Halaman

13 negara dan tatanan global seperti pada awal keemasan Islam (masa Nabi Muhammad SAW, masa sahabat, masa Abbasyiah, dan masa Ummayah). 12 Sementara itu, dalam pandangan Michael Boyle (2008) dalam tulisannya yang berjudul Terorism and Insurgency dalam buku Craig A. Snyder berjudul Contemporary Security and Strategy terkait dengan penyebab kelahiran terorisme internasional disebutkan bahwa terorisme global disebabkan oleh upaya untuk membendung pengaruh Barat yang gagal dalam konteks politik demokrasi, ekonomi liberal, kebudayaan yang merusak nilai-nilai dan sendi moral, penyebaran ideologi pluralisme, di samping faktor-faktor lain seperti berkembangnya kemiskinan di negara-negara berkembang sebagai akibat dari tata ekonomi dunia yang tidak adil, penguasaan sumber-sumber daya alam untuk keperluan industri di Barat sehingga menimbulkan dampak sosial dan ekologi yang sangat hebat, pencemaran udara, bencana alam, penyakit. 13 Pandangan lain tentang sebab-sebab terorisme disampaikan oleh Abdullah Saeed sebagai berikut : akibat kolonialisme Barat atas wilayah Islam, pembatasan dan pengawasan sumber-sumber ekonomi negara muslin agar tetap lemah, pencegahan kekuatan muslim untuk bangkit melawan hegemoni Barat, politik standar ganda yang diterapkan oleh Barat, dan perasaan ketidakberdayaan dalam menghadapi dunia Barat yang dominan.14 Gus Martin (2003) dalam bukunya berjudul Understanding Terorism : Challenges, Persepctives, and Issues menyebutkan bahwa terorisme dapat White, B., Little, R., and Smith, M.(ed), (1997), Issues in World Politics, St. Martin Press Ing, New York : Halaman Snyder, C.A. (ed), (2008), Contemporary Security and Strategy 2nd edition, Palgrave Macmillan, New York : Halaman 173. Saeed, A. dalam Choir, T., Fanani, A. (ed), (2009), Islam dalam Berbagai Pembacaan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : Halaman

14 menjadi berskala internasional apabila diarahkan kepada simbol-simbol internasional, orang asing, atau target luar negeri, dilakukan oleh jaringan teroris yang melintasi batas-batas negara serta diarahkan untuk memengaruhi kebijakan dari pemerintahan asing sebagai agenda utama. Langkah untuk merespon terorisme internasional menurut Gus Martin adalah penggunaan kekuatan militer, operasional aparat intelejen, sangsi ekonomi, langkah diplomasi, dan reformasi sosial.15 Baik Kegley maupun Viotti, Snyder, dan Gus Martin belum memberikan solusi untuk menekan perkembangan terorisme internasional melalui pendekatan non tradisional, khususnya Human Security. Sekalipun Gus Martin telah mengemukakan perlunya respon terhadap perkembangan terorisme internasional, namun masih tampak dominan penggunaan pendekatan tradisional dalam bentuk penggunaan kekuatan militer, kekuatan intelejen, sangsi ekonomi, dan langkah diplomasi di samping respon reformasi sosial, tetapi reformasi sosial ini lebih menekankan kepada reformasi sosial yang bersifat domestik dan belum menyinggung pentingnya respon berdasarkan reformasi sosial berbasis Human Security. D. ARGUMEN UTAMA Bahwa Human Security menurut konsep Mahbub ul Haq sebagai sebuah pendekatan non tradisional relevan untuk melengkapi pendekatan tradisional dalam menekan perkembangan terorisme internasional karena mampu mengidentifikasi akar masalah dari lahirnya terorisme global serta menawarkan jalan keluar sesuai dengan faktor penyebabnya. 15 Martin, G., (2003), Understanding Terorism : Challenges, Perspectives, and Issues, SAGE Publications, London : Halaman

15 E. METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif non eksperimental melalui studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai konsep Human Security Mahbub ul Haq dan berbagai pustaka yang membahas tentang terorisme internasional. Jenis penelitian deskriptif kualitatif termasuk kategori penelitian sosial yang menggunakan format pengamatan post positivism dan bertujuan menggambarkan, meringkaskan, berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang menjadi obyek penelitian, serta berupaya menaruh realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang situasi atau fenomena tertentu. Jenis penelitian ini fokus pada unit tertentu dari berbagai fenomena sehingga memungkinkan studi ini dapat amat mendalam dan dengan demikian kedalaman data menjadi pertimbangan utama dalam penelitian model ini.16 1) Materi dan Subyek penelitian Bahan atau materi dalam penelitian ini adalah konsep Human Security menurut pendapat Mahbub ul Haq dan pustaka-pustaka yang membahas tentang terorisme internasional. Sedangkan subyek atau unit analisa dalam penelitian ini adalah Mahbub ul Haq peletak dasar Human Security. Sedangkan tingkat analisa berasal pada level personal. Penelitian ini dilakukan dengan memeriksa pemikiran subyek dalam bentuk konsep tentang Human Security dalam berbagai literatur. 16 Bungin, Burkha, M., (2008), Dasar-dasar Penelitian Sosial, Gramedia, Jakarta, Halaman

16 2) Cara Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian digunakan metode studi kepustakaan dan dokumentasi. Studi kepustakaan diarahkan untuk memperoleh data tentang konsep Human Security menurut pendapat Mahbub ul Haq dan juga untuk memperoleh data tentang terorisme internasional dalam segala aspeknya. Sedangkan dokumentasi diarahkan untuk memperoleh data tentang kejadiankejadian terorisme internasional baik sebab maupun latar belakangnya. Lebih lanjut dalam penelitian ini data dikumpulkan melalui metode penelusuran online yang membantu peneliti dalam menyediakan bahan-bahan sekunder yang dapat langsung dianalisis dengan metode analisis wacana kritis (critical discourse analysis).17 3) Variabel Penelitian 1. Konsep Human Security Mahbub ul Haq. 2. Isu terorisme internasional. 4) Alur Penelitian Penelitian dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah menyusun rancangan penelitian kualitatif non eksperimental. Tahap kedua adalah pengambilan data dengan metode pustaka dan dokumentasi. Dan tahap ketiga melakukan analisis data dan menyusun simpulan penelitian. 17 Bungin, Burkha, M., (2008), Dasar-dasar Penelitian Sosial, Gramedia, Jakarta, Halaman

17 5) Analisis hasil Penelitian Untuk menguji validitas data dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding data itu.18 Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan penggunaan sumber dan pustaka lain yang membahas tentang Human Security Approach di luar konsep Human Security Mahbub ul Haq. Hal yang sama juga dilakukan terhadap datadata tentang isu terorisme interasional. Hasil penelitian dianalisis dengan metode kualitatif. Analisis data kualitatif dilakukan secara berlanjut, berulang, dan terus menerus.19 Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data. Tahapan-tahapan analisis data kualitatif meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan (verifikasi). 6) Tujuan Penelitian Penelitian tentang penggunaan konsep Human Security Mahbub ul Haq dalam upaya pencegahan terorisme internasional memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui kekuatan dan kelemahan konsep Human Security Mahbub ul Haq sebagai pendekatan non konvensional. 2. Mengetahui relevansi konsep Human Security Mahbub ul Haq dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional Moleong, Lexy J, (2002), Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Miles, Mathew dan M Huberman, (1992), Analisis Data Kualitatif, Penerjemah : Tjejep Rohendi Rohidi, UI Press, Jakarta. 17

18 7) Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti bermanfaat untuk mempelajari konsep Human Security Mahbub ul Haq dan perkembangannya, kekuatan dan kelemahannya sebagai pendekatan non konvensional dalam menjawab isu-isu keamanan internasional 2. Bagi ilmu pengetahuan dapat dipergunakan sebagai sumber informasi tentang relevansi konsep Human Security Mahbub ul Haq dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional F. SISTEMATIKA PENULISAN Bahwa untuk memperoleh deskripsi tentang kerangka penelitian yang digunakan, dalam bab pendahuluan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka teori, argumen utama, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Pada BAB II tentang pendekatan keamanan non tradisional dan terorisme internasional. Bab ini membahas pembaharuan keamanan tradisional, konsep keamanan non tradisional dan terorisme internasional serta pemahaman terorisme internasional sebagai ancaman terhadap Human Security. Pada BAB III membahas tentang konsep Human Security Mahbub ul Haq, selanjutnya dibahas biografi singkat Mahbub ul Haq, pengertian dan gagasan utama Human Security menurut pendapat Mahbub ul Haq, latar belakang Human Security menurut Mahbub ul Haq, ruang lingkup Human Security menurut Mahbub ul Haq, dan implementasi Human Security menurut Mahbub ul Haq. 18

19 Sedangkan BAB IV berisi tentang analisis relevansi konsep Human Security Mahbub ul Haq dalam pencegahan perkembangan terorisme internasional dan analisis kekuatan serta kelemahan konsep Human Security Mahbub ul Haq sebagai pendekatan non konvensional bagi pencegahan perkembangan terorisme internasional. BAB V merupakan bab penutup yang berisi simpulan dan saransaran. 19

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara

BAB I PENDAHULUAN. berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dingin yang diiringi menyebarnya demokratisasi juga berarti terjadi penurunan ancaman dari luar yang akan dihadapi oleh banyak Negara di dunia.

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM

PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM PERSPEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL REALISM DAN NEO REALISM Sebelum PD I studi Hubungan Internasional lebih banyak berorientasi pada sejarah diplomasi dan hukum internasional Setelah PD I mulai ada

Lebih terperinci

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak

Tabel 1. Potensi Ancaman Perang Asimetris di Indonesia Ditinjau dari Berbagai Aspek Pelaku Sasaran Skala Metode Motif Dampak PERANG ASIMETRIS (Disarikan dari Nugraha, A & Loy, N 2013, Pembangunan Kependudukan untuk Memperkuat Ketahanan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Asymmetric War, Direktorat Analisis Dampak Kependudukan,

Lebih terperinci

Realisme dan Neorealisme I. Summary

Realisme dan Neorealisme I. Summary Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai BAB V PENUTUP Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai hubungan antara kebangkitan gerakan politik Islam dalam pergolakan yang terjadi di Suriah dengan persepsi Amerika Serikat, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan

BAB V KESIMPULAN. evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan BAB V KESIMPULAN Dari penjelasan pada Bab III dan Bab IV mengenai implementasi serta evaluasi kegagalan dan keberhasilan kebijakan War on Terrorism dapat disimpulkan bahwa kebijakan tersebut gagal. Pada

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity

DAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku : Bary, Buzan, 1991. People, State, Fear : an Agenda For International Secirity Studies in The Post Cold War Era, New York, London, Tokyo, Sidney, Singapore: Harpvester Wheatsheaf.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI

PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI PERANAN MORAL DALAM SISTEM POLITIK INTERNASIONAL YANG ANARKI A. Manusia, Politik dan Moral. Manusia adalah mahluk yang bermoral. Hal ini menjadi sesuatu yang mulai kabur dan berubah dalam hal keilmuan,

Lebih terperinci

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni Pengertian Dasar & Jenisnya Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional By Dewi Triwahyuni Definisi : Keamanan (security) secara umum dapat diartikan sebagai kemampuan mempertahankan diri (survival) dalam

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Kajian Pustaka Penelitian ini menggunakan kajian pustaka yang berkaitan mengenai respon negara terhadap terorisme serta upaya-upaya yang dilakukan negara untuk menangani terorisme.

Lebih terperinci

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan BAB V KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini, penulis akan menyimpulkan jawaban atas pertanyaan pertama yaitu mengapa Kanada menggunakan norma keamanan manusia terhadap Afghanistan, serta pertanyaan kedua yaitu

Lebih terperinci

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si

MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI. Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si MATA KULIAH TEORI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL TEORI-TEORI AKTOR HI Oleh : Dr. Agus Subagyo, S.IP., M.Si TEORI STATE CENTRIS TEORI TRANSNASIONAL CENTRIS TEORI GLOBAL CENTRIS TEORI STATE CENTRIS TEORI STATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi membuka kesempatan besar bagi penduduk dunia untuk melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah integrasi dalam komunitas

Lebih terperinci

There are no translations available.

There are no translations available. There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional.

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional. Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek: a. Origin

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk Indonesia yang dinamakan Indonesian Commission dan merupakan bagian dari Pusat Tindak Pencegahan

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai

Lebih terperinci

Hukum dan Globalisasi

Hukum dan Globalisasi Hukum dan Globalisasi Hikmahanto Juwana Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum UI SH (UI), LL.M (Keio University, Jepang), PhD (University of Nottingham, Inggris) 1 Apa itu Globalisasi? Multi makna

Lebih terperinci

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar. Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang)

NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) NATIONAL INSECURITY ; THREATS AND VULNERABILITIES (Ketidakamanan Nasional : Ancaman-Ancaman dan Kemudahan-Kemudahan (peluang) Untuk Diserang) Ketidakamanan (insecurity) merupakan perpaduan dari threats

Lebih terperinci

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan nasional

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN

APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN APLIKASI LANGGAM ARSITEKTUR MELAYU SEBAGAI IDENTITAS KAWASAN MENUJU KOTA BERKELANJUTAN Fakultas Teknik Universitas Riau, Email: hidayat79_iium@yahoo.com Abstract Perkembangan kota yang berkelanjutan (sustainable

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI INDONESIA

KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI INDONESIA KETAHANAN NASIONAL SEBAGAI PERWUJUDAN GEOSTRATEGI INDONESIA DISUSUN OLEH: FADHLAN PRATAMA MAS FADILLA IKBAL AIDA FADILAH AISYAH ZUCHRAINY GIVANRANGGA FEBBY AJI F ZEAN RAMADHAN F FATHIA AZ ZAHRA H I.A Pengertian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan 138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk

Lebih terperinci

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL

MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin

Lebih terperinci

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Kondisi Ekonomi Pembangunan di Indonesia Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017

PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 PENGUATAN KERJA SAMA PENEGAKAN HUKUM GLOBAL DAN REGIONAL Oleh: Viona Wijaya * Naskah diterima: 23 Agustus 2017; disetujui: 31 Agustus 2017 Dalam perkembangan pergaulan internasional saat ini, tidak mungkin

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes.

KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes. KONFLIK SOSIAL Drg. Handari Yektiwi, M.Kes. Saat ini kita bangsa Indonesia dihadapkan pada suatu masalah yang tiba2 saja berpotensi menjadi konflik berkepanjangan dan sulit dideteksi penyebabnya sehingga

Lebih terperinci

DEMOKRATISASI DIPLOMASI

DEMOKRATISASI DIPLOMASI DEMOKRATISASI DIPLOMASI Bima Arya Sugiarto icholson, seorang pakar diplomasi modern, pernah menyatakan bahwa diplomasi merupakan alat untuk mencapai kebutuhan nasional. Jika kebijakan luar negeri merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 6 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME I. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI Peran Pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan keberhasilan yang cukup berarti,

Lebih terperinci

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada

perkembangan investasi di Indonesia, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing, termasuk investasi oleh ekonomi rakyat. Sementara itu, pada ix B Tinjauan Mata Kuliah uku Materi Pokok (BMP) ini dimaksudkan sebagai bahan rujukan utama dari materi mata kuliah Perekonomian Indonesia yang ditawarkan oleh Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka. Mata

Lebih terperinci

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI

EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN DAN GLOBAL PASCA REFORMASI SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : FELIX PRASTYO NIM : 11.12.6219 KELOMPOK : J PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

KEWARGANEGARAAN KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika KEWARGANEGARAAN Modul ke: KETAHANAN NASIONAL DAN POLITIK STRATEGI NASIONAL Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan

Lebih terperinci

Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional

Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional Potensi Pertahanan di Indonesia sebagai Daya Dukung Pembangunan Nasional Kol Sus Drs. Khaerudin, MM dan Dr. Supandi, MM (Materi Kuliah Umum di Prodi PPKn FKIP UNS, 8 September 2017) 1. Pendahuluan Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional. Definisi Global Profesi Pekerjaan Sosial Pekerjaan sosial adalah sebuah profesi yang berdasar pada praktik dan disiplin akademik yang memfasilitasi perubahan dan pembangunan sosial, kohesi sosial dan pemberdayaan

Lebih terperinci

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA Diah Uswatun Nurhayati Pluralisme sering diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya ragam pemikiran, suku, ras, agama, kebudayaan ataupun peradaban. Pemicu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum, hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, yaitu Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang aktif, peserta didik sendiri yang membentuk pengetahuan. Pada proses belajar, peserta didik diharapkan mampu menyesuaikan konsep dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

WHAT IS GLOBALIZATION?

WHAT IS GLOBALIZATION? WHAT IS GLOBALIZATION? Thomas I Friedman (New York Times, 2000) Globalisasi Memiliki Tiga Dimensi : Pertama, dimensi idea atau ideologi, yaitu kapitalisme. Dalam pengertian ini termasuk seperangkat nilai

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf

PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL Oleh: Al Araf WHAT IS SECURITY? 1. Security = Securus (Latin) = terbebas dari bahaya, terbebas dari ketakutan, terbebas dari ancaman. 2. Dua Pendekatan: a) Traditional

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009 Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP Bab ini bertujuan untuk menjelaskan analisa tesis yang ditujukan dalam menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan hipotesa. Proses analisa yang berangkat dari pertanyaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan adalah kejahatankejahatan serius terhadap hak asasi manusia, selain kejahatan perang. Kejahatankejahatan tersebut secara

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada tanggal 12 Oktober 2002, Bali diguncang serangan bom di kawasan Legian, Badung dan Renon, Denpasar. Peristiwa ledakan pertama kali terjadi di kawasan padat wisata,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peristiwa pengeboman yang terjadi di Wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas. Mengakibatkan hilangnya nyawa serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah tiga institusi pilar Globalisasi.(Amin Rais, 2008: i) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam 30 tahun terakhir, dunia menyaksikan bangkitnya Imperialisme ekonomi yang dilancarkan Negara-negara Barat, Negara-negara eks kolonialis, lewat apa yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya

III. METODE PENELITIAN. jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya III. METODE PENELITIAN Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga mencakup penetapan tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data penelitian

Lebih terperinci

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI

CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI CEGAH PERKEMBANGAN RADIKALISME DENGAN DERADIKALISASI O L E H : PROF. DR. IRFAN IDRIS, MA DIREKTUR DERADIKALISASI BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME (BNPT) RI JOGJAKARTA, 11 JUNI 2014 1 Kerangka Konsepsi

Lebih terperinci

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis

Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis Indonesia dalam Lingkungan Strategis yang Berubah, oleh Bantarto Bandoro Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Konsep Dasar Ekonomi Pembangunan Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Permasalahan Pembangunan Ekonomi - Pendekatan perekonomian : Pendekatan Makro - Masalah dalam perekonomian : rendahnya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Hubungan Internasional merupakan hubungan yang melintasi batas wilayah suatu negara. Dimana dalam kehidupan internasional, setiap negara melakukan kerjasama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman sumber daya alam dan memiliki banyak suku yang berada diseluruh kepulauan Indonesia, mulai dari Aceh sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang 1 A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia yang menjadi negara kepulauan, mempunyai kemajemukan dari segala dimensi. Sebagai sebuah bangsa dengan warisan budaya yang masih mengakar dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perubahan yang terjadi di Indonesia selama setengah abad ini sesungguhnya telah membawa masyarakat ke arah yang penuh dengan fragmentasi dan kohesi sekaligus (Abdullah,

Lebih terperinci

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku

Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Indonesian Perspective, Vol. 2, No. 1 (Januari-Juni 2017): 77-81 Memahami Politik Luar Negeri Indonesia Era Susilo Bambang Yudhoyono secara Komprehensif: Resensi Buku Tonny Dian Effendi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III)

Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) Isu-isu Kontemporer Politik Cina (III) 1. LINGKUNGAN HIDUP Salah satu isu yang menjadi masalah domestik kontemporer di Cina adalah lingkungan hidup. Ini terkait dengan adanya proses industrialisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 pun tidak lepas dan luput dari persoalan yang berkaitan dengan ketahanan wilayah karena dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam

BAB IV PENUTUP. UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan UU Migas adalah UU yang lahir disebabkan, karena desakan internasional dalam pembentukkannya, desakan ini terjadi ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1997-1999

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci