KAJIAN TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERT ANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVIT AS ALAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERT ANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVIT AS ALAM"

Transkripsi

1 Seminar TallUnan Pengawasan Pemanfaatan Tenag~ Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN KAJIAN TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERT ANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVIT AS ALAM Pande Made Udiyani, Muhammad Budi Setiawan Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR) - BATAN ABSTRAK KAJIAN TERHADAp PENCEMARAN LINGKUNGAN DI DAERAH PERTANIAN BERDASARKAN DATA RADIOAKTIVITAS ALAM. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis program intensifikasi pertanian, khususnya dalam penggunaan pupuk, dengan penekanan pada sudut pandang ekologi (fisik) di dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan di daerah-daerah pertanian. Kajian juga dilakukan guna memberikan informasi kepada mayarakat tentang pencemaran yang dihasilkan akibat penggunaan pupuk kimia dan daerah-daerah pertanian yang sudah jenuh dengan pupuk buatan. Kajian dilakukan terhadap d~_(agl~ivitas alam di daerah pertanian di Pulau Jawa yang diambil dengan metode carborne surveidan data perilaku petani dalam penggunaan pupuk kimia. Dari kajian"'diperoleh-peritaku petani dalam penggunaan pupuk kimia mempengaruhi tingkat pencemaran dan kejenuhan lingkungan terhadap pupuk kimia di daerah pertanian. Kenaikan pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia mempunyai korelasi yang besar dengan tingkat radioaktivitas alam di daerah tersebut. Radioaktivitas alam bisa digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pupuk dari batuan fosfat dan kalium (TSP,NPK, SP-26). Selain itu dapat digunakan juga untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian. Kata kunci : Daerah pertanian, pencemaran, radioaktivitas alamo ABSTRACT STUDY OF CONTAMINATION IN AGRICULTURAL ENVIRONMENT BASED ON NATURAL RADIOACTIVITY DATA. This study is aimed to analyze the agricultural intensification program, particularly in the use of chemical fertilizer, from the view of ecology in the sustainable natural resources management in the agricultural areas. This study is also aimed to provide information to the public about the contamination caused by the use of chemical fertilizers; as well as to provide a view of agricultural are as which has saturated with chemically fertilizers._sjudy was done over natural radioactivity data in Java island obtained usin~arborne su~ method, and the data of farmers tradition and habit on chemical fertilizer~-usage. It is obtained that farmers habit in the use of chemical fertilizers affects the level of contamination and saturation of the environment of the agricultural areas to the chemical fertilizers. The increase of contamination caused by the use of chemical fertilizers has a significant correlation to the natural radioactivity in those areas. Natural radioactivity data can be used as an indicator of contamination caused by chemical fertilizer in the agricultural areas, particularly those fertilizers from phosphate and potassium (TSP, NPK, KCI, SP 26). It can also be used to measure saturation level of chemical fertilizer usage in the agricultural area. Keywords: Agricultural area, Contaminant, Natural radioactivity. 172

2 Seminar TahunanPengawasan Pemanfaatan TenagaNuklir -Jakarta, II Desember 2003 ISSN PENDAHULUAN Bagian terbesar zat radioaktif yang mencemari ekosistem berasal dari sumber alami, yaitu sinar kosmik dan bahan radioaktif yang dikandung kerak bumi.(\) Zat radioaktif primordial (zat radioaktif yang telah ada dalam kerak bumi antara lain kalium, torium dan uranium), terdapat pada semua jenis batuan yang membentuk bumi seperti batuan andesit, basalt, pasir, batuan serpih dan lainnya.(2,3) Pemakaian deposit fosfat alam biasanya mengandung zat radioaktif dari deret uranium yang relatif tinggi kadarnya (± 150 Bq/kg). Sebagian batuan fosfat yang ditambang kemudian dijadikan pupuk, bagian lainnya digunakan untuk menghasilkan komoditi lain seperti asam fosfat. Selain uranium di dalam pupuk fosfat juga terkandung unsur radioaktif torium dan kalium.(i) Pupuk dan pestisida yang mengandung bahan-bahan kimia dan sebagian zat radioaktif banyak digunakan untuk program intensifikasi pada masa revolusi hijau. Di Indonesia, revolusi hijau dilaksanakan dalam bentuk intensifikasi pertanian dan dilaksanakan secara massal melalui program Bimbingan Masyarakat (Bimas).(4) Program intensifikasi pertanian mencakup penggunaan pup uk kimia yang diperkenalkan melalui penyuluhan. Sejak Pel ita I (Tahun 1967), pemerintah Indonesia menanamkan modal dalam berbagai usaha, diantaranya pabrik-pabrik bahan kimia untuk menghasilkan pupuk, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong terus produksi beras.(5) Penggunaan pupuk kimia yang berjalan lama, dilakukan secara intensif, dan cenderung dalam jumlah yang berlebihan, mengakibatkan bahan-bahan kimia yang terdapat pada pupuk kimia tersebar dan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dampak yang timbul antara lain adalah adanya pencemaran tanah dan air, menurunkan tingkat kesuburan tanah, dan ketergantungan petani secara ekonomi dan sosial. Kandungan zat radioaktif alam pada batuan fosfat dan kalium yang digunakan sebagai bahan dasar pupuk kimia dapat digunakan sebagai indikator banyaknya pupuk kimia dan rentang waktu proses akumulasi pencemaran pupuk di lingkungan. Karena umumnya waktu paruh zat radioaktif tersebut sangat panjang, antara lain Torium 232 (1,41 x 1010 tahun), Uranium 238 (4,51 x 109 tahun), dan K-40 (1,3 x 109 tahun), tidak akan ada batasan penentuan pencemaran lingkungan akibat penggunaan pupuk yang berhubungan dengan sejarah waktu penggunaannya. 173

3 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN Berdasarkan penelitian dari peneliti terdahulu (6), diketahui bahwa (1) terdapat perbedaan nyata antara paparan radiasi alam yang berasal dari batuan yang ada di kerak bumi dengan sebaran radiasi alam karena adanya perpindahan radiasi akibat kegiatan manusia yang membantu menyebarkan radiasi alam ke lingkungan yang lebih luas; (2) terdapat hubungan antara paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif dengan daerahdaerah pertanian; (3) terdapat hubungan antara penyebaran zat radioaktif di daerah pertanian dengan perilaku petani yaitu rentang waktu menggunakan pupuk, banyaknya pupuk yang digunakan, dan pola tanam dalam penggunaan pupuk. Tulisan ini bermaksud menganalisis program intensifikasi pertanian khususnya dalam penggunaan pupuk dengan ditinjau sudut pandang ekologi (fisik) di dalam pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan khususnya daerah-daerah pertanian. Kajian juga dilakukan terhadap paparan radiasi alam yang terdapat di daerah-daerah pertanian, guna memberikan informasi kepada mayarakat tentang pencemaran yang dihasilkan akibat penggunaan pupuk kimia dan daerah-daerah pertanian yang sudah jenuh dengan pupuk buatan, yang diukur dari kandungan radioaktif alam dan paparan radiasi alam yang ada di lingkungan terse but. Metode pengkajian dilakukan sebagai berikut : Data-data pemetaan radioaktivitas di daerah pertanian yang diambil dengan cara menyapu area daerah pertanian menggunakan metode car borne survey, dikorelasikan dengan data perilaku petani dalam penggunaan pupuk pupuk kimia, mencakup banyaknya penggunaan pupuk yang digunakan per area daerah pertanian, rentang waktu penggunaan pupuk kimia, dan tradisi serta kebiasaan setempat dalam penggunaan pupuk kimia. Data radioaktivitas dan perilaku petani diambil dari daerah pertanian di Pulau Jawa, karena intensifikasi pertanian dalam budidaya padi sawah di Pulau Jawa sudah berjalan dalam jangka waktu lama dan terus-menerus. Manfaat kajian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi oleh para peneliti di BA TAN dalam mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan, terutama dalam hal pertanian. Diharapkan dengan data dan analisis yang diperoleh bisa membantu instansi terkait untuk meningkatkan produksi pertanian dengan penggunaan pupuk yang optimal sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. 174

4 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 DesemblK.2003 ISSN CARA PENGAMBILAN DATA Lokasi Pengambilan Data Lokasi pengambilan data dilakukan di Pulau Jawa. Pengambilan data pemetaan paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif dilakukan di seluruh Pulau Jawa, dan survai data sosial dilaksanakan setelah memperoleh data tentang peta radiasi Pulau Jawa. Pengambilan data di laboratorium untuk mengetahui konsentrasi zat radioaktif di berbagai jenis pupuk. Berdasarkan data ini dipilih 6 lokasi penelitian untuk mendapatkan data tentang perilaku petani dalam penggunaan pupuk, dengan 100 orang responden petani setiap lokasi. Pemilihan lokasi menggunakan metode purposif (metode penentuan lokasi yang dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti dan sesuai dengan kaidah statistika), sedangkan pemilihan individu petani dilakukan secara acak. Lokasi penelitian sosial dipilih daerah pertanian yang mempunyai konsentrasi zat radioaktif tertinggi dan terendah dari provinsi di Pulau Jawa yang mempunyai perbedaan budaya. Cara Pengumpulan Data Pengukuran zat radioaktif pada berbagai jenis pupuk yang digunakan petani dilakukan dengan alat MCA (lvfulti Channel Analyzer). Pemetaan paparan radiasi dan jenis zat radioaktif khususnya di daerah-daerah pertanian di Pulau Jawa dilakukan dengan cara : Lokasi penelitian dibagi dalam petak luasan dengan ukuran 20 krn x 20 km. Setiap petak mewakili luasan 400 km2 Masing-masing luasan dilakukan pengukuran dengan melintasi jalan yang mewakili daerah contoh (Metode Carborne Survey). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrometer gama NaI(Tl), dengan be saran yang dapat dihitung dan diukur adalah: paparan radiasi total, konsentrasi kalium, uranium, dan torium. Analisis data menggunakan paket program NAGABAT. Pengambilan data sosial (perilaku petani dalam penggunaan pupuk) berdasarkan data dari peta paparan radiasi yang diperoleh dari survai I, dipilih daerah pertanian yang mempunyai paparan tinggi dan rendah dari masing-masing propinsi di Pulau Jawa. Pemilihan kecamatan, desa, kelompok tani dari masing-masing kabupaten yang dipilih, dilakukan secara purposif. Untuk masing-masing daerah contoh diambil secara acak 100 orang responden individu petani. Pengambilan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan 175

5 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tellilga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN dengan wawancara berdasarkan panduan isian kuesioner dan data informal lainnya. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data diolah melalui proses pemindahan, editing, tabulasi, analisis statistika (non parametrik), dan interpretasi data. Data kualitatif dilakukan dengan interpretasi dari hasil wawancara yang mendalam terhadap responden petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di daerah daerah pertanian di Pulau Jawa ditampilkan pada Tabel 1. - Tabel 4. Tabell. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Banten Paparan U-238 0,8715 0,7092 0,9009 0,6455 0,9826 0,43490,3668 1,2868 1,2558 1,6135 1,2287 1,0947 1,0026 2,74950,5684 2,63880,7215 K 2,52220,4344 2,43930,4816 3,34080,5772 4,25680,5860 2,41830,4605 3,78890,6659 3,71960,4649 3,3620,5402 3,35330,6145 3,1445 2,7217 4,1702 2,3955 2,8423 2,5519 2,4829 2,0731 2,1005 2,0873 2,7479 1,9548 1,6666 Th (%) (ppm) (ppm) Daerah (j..tr/jam) Radioaktivitas alam di daerah pertanian di Propinsi Banten masih berada pada rentang rata-rata radioaktivitas alam di lingkungan di Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan bahwa pertanian di propinsi ini dalam penggunaan pupuk bisa dianggap masih wajar (sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh Dinas Pertanian setempat), disamping itu juga lahan pertanian di Propinsi Banten sudah banyak yang telah beralih fungsi menjadi daerah peruntukan perumahan dan industri. Karena itu, bisa dikatakan bahwa pencemaran akibat penggunaan pupuk kimia di Propinsi Banten masih dalam batasan. 176

6 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta,,II Desembe.r2003 ISSN Tabel 2. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Barat U-238 0,3754 0, ,8936 0,5264 0,9867 0,9905 0,9715 0,7362 1,2004 1,2638 4,31810,2396 1,3982 1,2676 1,6113 1,0089 1,1837 2,72620,4171 3,34110,6302 4,99780,4243 2,96280,5261 2,69340,5049 2,18420,4343 1,38340,2373 5,04450,3977 3,62010,3621 3,69560,6098 K(%) 3,23910,6654 3,2019 3,20430,6393 3,33360,5807 2,4378 4,1543 3,1957 3,9401 2,6115 1,28460,7411 5,6048 2,0349 2,8391 2,9267 2,0656 2,5106 0,9346 2,1107 2,8794 1,1649 Paparan 4,014 Th (ppm) 0,6235 (ppm) Daerah (IlWiam) Radioaktivitas alam di daerah pertanian wilayah Karawang relatif lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Propinsi Jawa Barat. Karena daerah Karawang merupakan lumbung beras di daerah Jabar dan bahkan di Pulau Jawa. Sebagai salah satu cara untuk menaikkan produksi beras maka pilihan penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia secara intensif adalah cara yang paling mudah. Hal ini berbeda dengan daerah pertanian lainnya di Jawa Barat seperti daerah Cianjur yang menggunakan bibit lokal dengan tidak memerlukan konsumsi pupuk kimia yang banyak dibanding bibit unggul. Sedangkan untuk daerah Ciamis, keadaan radioaktivitas alam di daerah pertanian menunjukkan besaran yang berarti dibandingkan daerah pertanian lainnya di Jawa Barat, selain karena banyak menggunakan bibit unggul, juga batuan tanah pembentuk daerah pertaniannya termasuk batuan yang mengandung radioaktivitas alam yang besamya lebih dari rata-rata radioaktivitas alam di Pulau Jawa. 177

7 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN Tabel 3. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Timur Paparan U-238 2,7502 3,04360,5759 2,28880,8816 3,22570,5435 2,19040,3718 2,03450,4105 2,95370,3189 2,02650,3657 4,11740,7160 1,90410,3548 3,02880,5696 3,31550,6266 0,9667 3,87150,8457 1,54220,3956 3,36260,5071 1,66481,0269 1,89990,3925 4,57750,8949 0,4675 0,7615 0,9395 0,8544 0,8798 0,9931 0,6346 0,7578 0,7110 0,5167 0,4661 1,2008 0,7064 0,6025 0,5113 0,68690,5688 1,0509 K(%) 2,6524 3,2444 2,1735 2,5629 2,4028 2,7367 1,8671 1,6583 1,6958 1,8307 1,4043 1,1321 1,1344 1,2717 1,6138 1,7642 1,1849 1,2772 Th (ppm) (ppm) Oaerah (~R/jam) Data radioaktivitas alam daerah pertanian di Propinsi Jatim rata-rata tidak menunjukkan perbedaan yang berarti antar satu daerah pertanian dengan daerah lainnya. Model pertanian di Jawa Timur umumnya diselingi dengan pertanian bukan sawah yang menggunakan pupuk kimia tidak sebanyak penggunaan pertanian sawah. Data radioaktivitas alam daerah pertanian di Jateng paling tinggi dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Jawa. Dari laporan Departemen Pertanian (Sejarah Bimas, 1995), Propinsi Jawa Tengah mempunyai sejarah yang panjang dalam tradisi penggunaan pupuk kimia. Beberapa daerah pertanian di Jateng sudah mengenal penggunaan pupuk kimia sejak awal abad ke-19. Perilaku petani dalam penggunaan pupuk kimia di daerah ini mengakibatkan adanya kecenderungan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan, sehingga pencemaran lingkungan dari penggunaan penyubur ini tidak bisa dihindari. Dari data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk dapat disimpulkan bahwa ada korelasi pencemaran lingkungan di daerah pertanian dengan data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk (tradisi atau kebiasaan penggunaan pupuk, jangka waktu dan jumlah penggunaan pupuk kimia). 178

8 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN Kenaikan radioaktivitas di daerah pertanian berkorelasi dengan kenaikan pencemaran pupuk kimia di daerah terse but. Radioaktivitas alam bisa digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pup uk dari batuan fosfat dan kalium (TSP,NPK, SP-26). Selain itu data-data terse but dapat digunakan juga untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian, sebagai masukan bagi Dinas Pertanian didalam pengelolaan ekonomi, produksi pangan, dan pembangunan berkelanjutan. Proses pembuatan pupuk kimia dari batuan fosfat dan kalium yang mengandung unsurunsur radionuklida alam (U-238, Th-232, dan K-40) yang bertujuan untuk meningkatkan kadar fosfat dan kalium akan menambah pula kadar radioaktivitas alam di dalam pupuk terse but. Tabel 4. Paparan radiasi dan konsentrasi zat radioaktif alam di Propinsi Jawa Tengah Paparan U-238 3,4926 2,9742 2,9604 4,3875 3,9907],5229 4,0346 2,6557 3,5544],6306 2,5344 2,8647 3,7956 2,684 3,6615 2,9154 2,404 2,32470,5402 3,40980,7845 ],8]42 0,9] 0,53 0,8] 0,9649 2,7159],0560 0,6724 0,65] 0,5547 3,5454],0496 9,58700,782 3,05240,6954 ],0438 2,35220,4 10,3018],5839 8,3341],7] 7,4969],363 12,5632 6,0468],2909 2,27720,3385 7,9060],3825 9,0248],6]59 8,9693], ,96941,7084 2,43540, ,76271, , ,27361,2648 ],3935 4,2] ],3530 3,79310,7798 ],4]68 3,80780,7252 ],4967 3,62470,5807 7,0810 K(%) 13,132],5534 2,806 10,2612 ]3,5644 ]2,6979 ]3,9121 ]2, , , ,8326 3,3 2,6824 2,6924 2,7368 6,8254 2,] ],7232 7,6662 2,0374 9,3447 6,3287 7,3999 8,9470 7,5476 ],7739 ],7602 1,7673 ],7176],34] ]906,5306 Th (ppm) ]26 ]295 ]8 ]27] ]0,4807 0, ,6787 (ppm) ] ]25 3] Oaerah (IlR/jam) 179

9 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN Karena sifat radioaktivitas alam yang umumnya mempunyai waktu paruh yang sang at panjang, maka pembahasan dan kajian yang me libatkan sifat-sifat ini di dalam kajian lingkungan yang berkelanjutan akan banyak membantu. Kendala rentang waktu yang lama, yang selama ini membatasi kajian lingkungan hidup yang berkelanjutan bisa teratasi. Tidak hanya lingkungan fisik yang dapat dikaji, tetapi lingkungan non-fisik yaitu budaya, sosial, dan ekonomi yang berhubungan dengan pertanian atau lingkungan alam bisa ditelusuri. Kerjasama dengan instansi lain di luar BAT AN dan masyarakat nuklir seperti ini diharapkan akan menghilangkan salah persepsi tentang nuklir di masyarakat, sehingga diharapkan masyarakat tidak anti nuklir. KESIMPULAN Radioaktivitas alam rata-rata di daerah pertanian di daerah Banten (K:0,5402 % U-238: 1,0026 ppm; Th-232: 2,4829 ppm; Paparan radiasi 3,1445 ~RJjam), daerah Jawa Barat (K: 0,5049 %; U-238: 0,9905 ppm; Th-232: 2,8391 ppm; Paparan radiasi 3,2019 ~R/jam), Jawa Timur (K: 0,5759 %; U-238: 0,7615 ppm; Th-232: 1,8671 ppm; Paparan radiasi: 2,7502 ~R/jam), dan Jawa Tengah (K: 1,0560 %;U-238 2,1906 ppm; Th-232 6,3287 ppm; Paparan radiasi 7,0810 ~RJjam). Terdapat korelasi antara pencemaran lingkungan di daerah pertanian dengan data radioaktivitas alam dan perilaku petani dalam penggunaan pupuk (tradisi atau kebiasaan penggunaan pupuk, jangka waktu dan jumlah penggunaan pupuk kimia). Kenaikan radioaktivitas di daerah pertanian berkorelasi dengan kenaikan pencemaran pupuk kimia di daerah tersebut. Radioaktivitas alam dapat digunakan sebagai indikator pencemaran pupuk kimia di daerah pertanian, terutama pupuk dari batuan fosfat dan kalium (TSP,NPK, SP-26), disamping itu dapat juga digunakan untuk mengukur tingkat kejenuhan penggunaan pupuk kimia di daerah pertanian. Data ini dapat dipergunakan sebagai bagian sistem informasi manajemen bagi Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam perancangan sistem pembangunan yang berkelanjutan. 180

10 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakart~, 11 Desembtr 2003 ISSN DAFTARACUAN 1. THA YIB, M.H., "Radioeko1ogi", Pusat Pendidikan dan Latihan, Badan Tenaga Atom Nasional, Jakarta UNSCEAR, "Sources and Effect of Ionizing Radiation", New York: United Nation, BOWEN, H.J.M., "Environmental Chemistry of The Elements", Academic Press, Sydney, DEPT AN, "Sejarah Bimas (Perkembangan Intensifikasi Pertanian dan Peranannya dalam pembangunan pertanian)", Sekretariat Badan Pengendali Bimas, Jakarta TJONDRONEGORO, S.M.P., Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan di Pulau Jawa, Majalah Prisma 2: 21. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta, UDIY ANI, P.M., "Sebaran zat radioaktif ke lingkungan dan hubungannya dengan perilaku penggunaan pupuk o1eh petani, Disertasi, Institut Pertanian Bogor, DISKUSI Pertanyaan (Dartion, S.Korn) : Sumber Th, U, K selain pupuk buatan? Daerah Th, U, K hingga se1ain dari pupuk pertanian, apa mungkin sumber lain? Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Sumber Th, U, K selain dari pupuk buatan, juga berasal dari batuan. Berdasarkan variabe1 yang sarna Genis batuan yang sarna) di pilih daerah pertanian, sehingga diperkirakan daerah pertanian terse but hanya berasal dari pupuk kimia. 181

11 Seminar Tahunan Pengawasan Pcmanfaatan Tcnaga Nuklir - jjkarta, II Dcscmbcr 2003 ISSN Pertanyaan (Djarwani - Universitas Indonesia) : Apakah sudah ada kurva hubungan antara kondisi tanah dengan pemberian pupuk kimia? Kurva kalibrasi dapat dipakai untuk mengetahui kejenuhan, per hitung an dapat dilakukan di LAK. Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Kurva dimaksud belum dibuat. Penelitian kami barn difokuskan untuk penelitian awal. Tapi, ide untuk mendapatkan kurva tersebut mudah-mudahan menjadi inspirasi untuk penelitian berikutnya dan penelitian lain. Pertanyaan (Karnoyo, P2RR - BATAN): Aplikasi penggunaan pupuk kenapa tidak dihitung, sehingga akan diketahui penggunaan pupuk yang tidak menyebabkan pencemaran lingkungan tetapi produksi meningkat? Jawaban (Pande Made Udiyani, P2TRR - BATAN): Penggunaan pupuk didaerah pertanian sudah diatur oleh dinas pertanian. Kecenderungan penggunaan pupuk yang berlebihan tergantung dari perilaku dan sosial budaya dari petani. Penggunaan pupuk yang berlebihan merupakan salah satu ekses negatif dari revolusi hijau yang diterapkan secara represif oleh pemerintah secara sentralistik. 182

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK

Lebih terperinci

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH Heni Susiati *) dan Pande Made Udiyani **) ABSTRAK PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan penduduk dunia khususnya di negara-negara Asia Tenggara menghendaki adanya pemenuhan kebutuhan bahan makanan yang meningkat dan harus segera diatasi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari, Wahyu P Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI

Lebih terperinci

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) 1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2002, konsumsi beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN 1 Istiantoro, 2 Azis Nur Bambang dan 3 Tri Retnaningsih Soeprobowati

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA ISSN 1979-2409 Penentuan Kadar Uranium Dalam Sampel Yellow Cake Menggunakan Spektrometer Gamma (Noviarty, Iis Haryati) PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG ISSN 852-4777 PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG Sri Wahyunigsih (1) dan Yusuf Nampira (1) 1. Pusat Teknologi Bahan Bakar

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK

TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP TEKNOLOGI PERTANIAN TERPADU USAHATANI PADI ORGANIK (Studi Kasus : Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ) Melfrianti Romauli *), Lily Fauzia **),

Lebih terperinci

MATERI-1. Sejarah Kesuburan Tanah

MATERI-1. Sejarah Kesuburan Tanah MATERI-1 Sejarah Kesuburan Tanah (Resume: Tisdale & Nelson, 1975) ZAMAN PURBA: Pengenalan tentang tanah subur Pengalaman dalam hal bercocok tanam Penemuan bahan2 penyubur tanah ABAD KE-18: Awal penelitian2

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN Suwarno Asisten Direktur Perum Perhutani Unit 2 PENDAHULUAN Perusahaan Umum (Perum) Perhutani Unit 2 berdasar Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 2010 mendapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering)

Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Penetapan Rekomendasi Pemupukan Dengan PUTK (Perangkat Uji Tanah Lahan Kering) Hingga saat ini di sebagian besar wilayah, rekomendasi pemupukan untuk tanaman pangan lahan kering masih bersifat umum baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan sandang dan papan. Pangan sebagai kebutuhan pokok bagi kehidupan umat manusia merupakan penyedia

Lebih terperinci

AGRITECH : Vol. XV No. 1 Juni 2013 : ISSN : ANALISIS INTEGRASI PADI IKAN DALAM PERSPEKTIF AGRO EKONOMI

AGRITECH : Vol. XV No. 1 Juni 2013 : ISSN : ANALISIS INTEGRASI PADI IKAN DALAM PERSPEKTIF AGRO EKONOMI AGRITECH : Vol. XV No. 1 Juni 2013 : 53 59 ISSN : 1411-1063 ANALISIS INTEGRASI PADI IKAN DALAM PERSPEKTIF AGRO EKONOMI Atikah Nurhayati Fakultas Pertanian Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang-Banten

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kondisi saluran sekunder sungai Sawojajar Saluran sekunder sungai Sawojajar merupakan aliran sungai yang mengalir ke induk sungai Sawojajar. Letak

Lebih terperinci

PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT

PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT Hasi/ Penelilian dan Kegialan PTLR Tahun 2006 ISSN 0852-2979 PENYIMPANAN LlMBAH RADIOAKTIF DIINTERM STORAGE I, INTERM STORAGE II DAN PSLAT Sagino Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN ABSTRAK PENYIMPANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A

ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A ANALISIS USAHATANI PADI RAMAH LINGKUNGAN DAN PADI ANORGANIK (Kasus: Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: RIDWAN A14104684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain berperan sebagai makanan pokok, beras juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR POSTER PERFORMANCE EVALUATION OF GAMMA SPECTROMETER WHICH USING LIQUID NITROGEN FOR COOLING ITS DETECTORS Daya

Lebih terperinci

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

APLIKASI IRIGASI DALAM RANGKA INTENSIFIKASI PADA DAERAH IRIGASI CIRASEA KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh: TOSAN SUBIYANTORO NIM :

APLIKASI IRIGASI DALAM RANGKA INTENSIFIKASI PADA DAERAH IRIGASI CIRASEA KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT. Oleh: TOSAN SUBIYANTORO NIM : APLIKASI IRIGASI DALAM RANGKA INTENSIFIKASI PADA DAERAH IRIGASI CIRASEA KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENENTUAN LAPISAN TERKONTAMINASI RESIDU PUPUK MENGGUNAKAN METODA KELISTRIKAN PADA LAHAN PERTANIAN CEPAT PANEN

PENENTUAN LAPISAN TERKONTAMINASI RESIDU PUPUK MENGGUNAKAN METODA KELISTRIKAN PADA LAHAN PERTANIAN CEPAT PANEN DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.ere.02 PENENTUAN LAPISAN TERKONTAMINASI RESIDU PUPUK MENGGUNAKAN METODA KELISTRIKAN PADA LAHAN PERTANIAN CEPAT PANEN Ladaya A. Rakhmawati 1, a), Eleonora Agustine 1,

Lebih terperinci

Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer

Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer TUGAS AKHIR Pengaruh Panjang Gelombang Terhadap Daya Serap Pupuk NPK Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer (Effect of Wavelength Optimization toward The Absorption of NPK Fertilizer using a Spectrophotometer)

Lebih terperinci

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH 31 RESPON PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH (Kasus di Wilayah Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas) FARMERS RESPONSE TO THE PROGRAM OF INCREASING THE PRODUCTION

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO Muhammad Arhan Rajab 1, Sumantri 2 Universitas Cokroaminoto Palopo 1,2 arhanrajab@gmail.com

Lebih terperinci

Beras dan perkembangannya.

Beras dan perkembangannya. SUMBER DAYA AIR Latar belakang Beras dan perkembangannya. Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia, mulai Pelita I pada era tahun 70-an pemerintah sangat peduli untuk meningkatkan produksi padi,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI PENGARUH PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP KADAR N, P, DAN K TANAH, SERAPAN N, P, DAN K SERTA PERTUMBUHAN PADI DENGAN SISTEM SRI (System of Rice Intensification) SKRIPSI Oleh : SRY MALYANA

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008.

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008. PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008. ENDANG SUKESI, BUDI PRAYITNO PUSAT TEKNOLOGI BAHAN BAKAR NUKLIR BATAN Gedung 20 - Kawasan Puspiptek - Serpong

Lebih terperinci

PROSPEK DAN PERMASALAHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK (SPO) Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

PROSPEK DAN PERMASALAHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK (SPO) Syekhfani. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 1 PROSPEK DAN PERMASALAHAN SISTEM PERTANIAN ORGANIK (SPO) Syekhfani Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya 2 MANUSIA SEDIKIT TRADISIONAL/SUBSISTEN NENEK-MOYANG (SISTEM ALAMI) LAHAN LUAS AIR CUKUP TANAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *)

PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI. Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) PEMBUATAN PUPUK FOSFAT DARI BATUAN FOSFAT ALAM SECARA ACIDULASI Faleh Setia Budi, Aprilina Purbasari *) Abstract Phosphate rock containing P 2 O 5 can be used as raw material of phosphate fertilizer. Phosphate

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan salah satu unsur alam yang sama pentingnya dengan air dan udara. Tanah adalah suatu benda alami, bagian dari permukaan bumi yang dapat ditumbuhi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. variabel X yang akan diukur untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan 37 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1.Variabel (X) Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diuraikan beberapa batasan, dan ukuran dari variabel

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, Penerapan, Pupuk organik, Tanaman Padi. iii

ABSTRAK. Kata Kunci : Pengetahuan, Penerapan, Pupuk organik, Tanaman Padi. iii ABSTRAK I Wayan Budi Artawan. Nim. 1205315093. Judul Tingkat Pengetahuan Petani dalam Penggunaan Pupuk Organik dan Penerapannya pada Budidaya Tanaman Padi Sawah (Kasus di Subak Penarungan, Kecamatan Mengwi,

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

KAJIAN RADIOAKTIVITAS UNTUK PENGAWASAN BERBAGAI BAHAN BANGUNAN

KAJIAN RADIOAKTIVITAS UNTUK PENGAWASAN BERBAGAI BAHAN BANGUNAN KAJIAN RADIOAKTIVITAS UNTUK PENGAWASAN BERBAGAI BAHAN BANGUNAN Eny Erawati, Wiwied Wahyu U.P Staf Bidang Pengkajian Industri dan Penelitian, BAPETEN Abstrak Telah dilakukan analisis kandungan radioaktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang semakin pesat, khususnya dalam bidang teknologi dan industri, serta makin meningkatnya penggunaan zat-zat radioaktif diberbagai bidang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI. Oleh :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI. Oleh : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KOPI ROBUSTA DI KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Oleh : MUHAMMAD DANAR ISYARIANSYAH PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG

PENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG PENENTUAN KONSENTRASI RADIONUKLIDA ALAM DAN LOGAM BERAT DI PERAIRAN SEMENANJUNG LEMAHABANG Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif ABSTRAK PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BOGOR TAHUN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia dengan luas lahan yang sangat luas dan keanekaragaman hayati yang beragam. Budidaya padi masih menjadi

Lebih terperinci

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN USAHATANI CABAI SEBAGAI DAMPAK DARI PEMBELAJARAN FMA (STUDI KASUS DI DESA SUNJU KECAMATAN MARAWOLA PROVINSI SULAWESI TENGAH) Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI Endjang Sujitno, Kurnia, dan Taemi Fahmi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Jalan Kayuambon No. 80 Lembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Oleh karena itu, pertanian memegang peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI UBI KAYU Gibson F. Ginting, Hiras M.L. Tobing dan Thomson Sebayang 085372067505, franseda19@rocketmail.com Abstrak Tujuan dari penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pertanian organik sudah lama dikenal oleh manusia yakni sejak ilmu bercocok tanam pertama kali diterapkan. Pada saat itu semuanya dilakukan dengan cara tradisional dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI

KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI KAPASITAS PETERNAK PADA TEKNOLOGI PENGOLAHAN JERAMI PADI SEBAGAI PAKAN DALAM MENDUKUNG INTEGRATED FARMING SYSTEM POLA SAPI POTONG DAN PADI Agustina Abdullah, Hikmah M.Ali, Jasmal A.Syamsu Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN AGRO TECHO PARK PEMANFAATAN HASIL LITBANG PERTANIAN TERPADU DAERAH DI KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI MELON DI KABUPATEN NGAWI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI MELON DI KABUPATEN NGAWI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI MELON DI KABUPATEN NGAWI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Agronomis Padi merupakan salah satu varietas tanaman pangan yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009 ABSTRAK Endang Sukesi, Sudaryati, Budi Prayitno Pusat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian. Gambar Peta Provinsi Banten LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar Peta Provinsi Banten 142 Lampiran 2. Kuesioner penelitian PERSEPSI PENYULUH PERTANIAN LAPANG TENTANG PERANNYA DALAM PENYULUHANPERTANIAN PADI DI PROVINSI

Lebih terperinci

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132 JMS Vol. 3 No. 1, hal. 32-40, April 1998 Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132 Diterima tanggal 20 Desember

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia

I. PENDAHULUAN. pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian bersifat substansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuh kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan sebagai penyumbang

Lebih terperinci

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 1) PEMASYARAKATAN PERTANIAN ORGANIK SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DALAM PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN 2) Suhartini Abstrak Dewasa ini masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN

Lebih terperinci

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara

Untuk menunjang pertumbuhannya, tananam memerlukan pasokan hara Penentuan Takaran Pupuk Fosfat untuk Tanaman Padi Sawah Sarlan Abdulrachman dan Hasil Sembiring 1 Ringkasan Pemanfaatan kandungan fosfat tanah secara optimal merupakan strategi terbaik untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masalah pada sistem usaha tani modern. Beberapa di antaranya mengenai

BAB V KESIMPULAN. masalah pada sistem usaha tani modern. Beberapa di antaranya mengenai BAB V KESIMPULAN Menguatnya pertanian organik di Desa Dowaluh tidak terlepas dari adanya masalah pada sistem usaha tani modern. Beberapa di antaranya mengenai mahalnya saprodi, ketidakmampuan petani untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek pengembangan beras dalam negeri cukup cerah terutama untuk mengisi pasar domestik, mengingat produksi padi/beras dalam negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007 PERHITUNGAN PEMBUATAN KADMIUM-109 UNTUK SUMBER RADIASI XRF MENGGUNAKAN TARGET KADMIUM ALAM Rohadi Awaludin Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR), BATAN Kawasan Puspiptek, Tangerang, Banten ABSTRAK PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang, salah satu diantaranya adalah bidang pertanian. Pembangunan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012 Hasil Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahun ISSN 0852-2979 ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Lebih terperinci