BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan yang semakin pesat, khususnya dalam bidang teknologi dan industri, serta makin meningkatnya penggunaan zat-zat radioaktif diberbagai bidang ilmu pengetahuan, menyebabkan perlunya pemikiran terhadap perencanaan pengelolaan lingkungan secara baik. Masalah pengelolaan dan keselamatan lingkungan di Indonesia akhir-akhir ini menjadi masalah yang menarik dikaji secara cermat. Agar tidak terjadi kerusakan terhadap lingkungan, maka perlu kiranya dipelajari masalah analisis dampak lingkungan yang didalamnya tercakup pula analisis radioaktivitas lingkungan. Dalam analisis semacam ini perlu ditentukan batasan seberapa jauh dapat diterima penyimpangan keadaan lingkungan dari keadaan semula. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan dan menilai keadaan suatu lingkungan. Menurut Bintarto (1989, dalam Saputro, 2013) lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia baik benda maupun non benda yang dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh sikap ataupun tindakan manusia. Menurut Mulyanto (2007, dalam Saputro, 2013) interaksi antara organisme atau makhluk hidup termasuk perilaku manusia dengan kedua faktor biotik dan abiotik akan membentuk suatu ekosistem. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejateraan manusia serta makhluk hidup lain (UURI Nomor: 32, 2009). Menurut Udiyani (2007), radioaktivitas lingkungan menurut asalnya ada dua macam yaitu: radioaktivitas buatan adalah zat radioaktif yang secara sengaja 1

2 2 digunakan sebagai bahan baku dalam suatu proses, atau sebagai produk dan limbah hasil produksi. Contohnya hasil irradiasi untuk obat, pengawetan makanan, pemuliaan bibit, dan untuk menghasilkan energi. Zat radioaktif pencemar yang masuk ke ekosistem akan mengikuti lintas rantai makanan makhluk hidup dalam biosfer dan berakhir pada jaringan tubuh manusia. Radioaktivitas alam adalah radioaktif yang ada di sekitar lingkungan kita yang berasal dari radiasi yang ada di bumi (radiasi primordial) dan radiasi yang berasal dari luar bumi (radiasi kosmogenis). Kedua macam radiasi tersebut sudah ada sejak terbentuknya bumi (Wardhana, 1995). Radionuklida alam penyumbang terbesar terhadap besarnya paparan gamma ke manusia adalah anak luruh U-238, Th-232, dan K-40 (UNSCEAR, 2000). Penerimaan dosis efektif dari radiasi alami oleh penduduk bumi telah diestimasikan oleh United Nations Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation (UNSCEAR), dengan rerata sebesar 2,4 msv per tahun, sedangkan paparan radiasi terproyeksi dari sumber alamiah sekitar 76,58% dari paparan total oleh manusia yang berasal dari segala jenis radiasi. Sementara itu ambang batas penerimaan dosis efektif rata-rata radiasi gamma di permukaan tanah adalah 0,4 msv/tahun atau pada interval 0,3-0,6 msv/tahun. Dosis efektif rata-rata yang diterima penduduk bumi yang berasal dari radiasi alam disajikan pada Tabel 1.1. (UNSCEAR, 2000). Teori Kant, Buffon, Laplace, Planetesimal Hypothesis, Tidal, Lyttleton, dan teori Weizsaecker merupakan teori yang mencoba menjawab mengenai bagaimana dan waktu terbentuknya bumi ini Proses terbentuknya bumi ini dan waktu terbentuknya, belum ada satu teoripun yang dapat menjelaskannya dengan pasti. Hal ini karena usia bumi jauh lebih tua dari usia keberadaan manusia di bumi ini. (Ardianto, 2009).

3 3 Tabel 1.1. Dosis efektif rata-rata yang diterima penduduk bumi yang berasal dari sumber radiasi alam gamma No Sumber Eksposur eksternal a) Kosmik b) Gamma pada teresterial Eksposur internal a) Pernafasan (gas radon) b) Makanan dan minuman Dosis efektif rata-rata (msv/tahun) 0,4 0,4 1,2 0,3 Interval (msv/tahun) 0,3-1,0 0,3-0,6 0,2-10 0,2-0,8 Total 2, Sumber: UNSCEAR, 2000 Bumi sebagai tempat manusia dan makhluk hidup lainnya melakukan kegiatannya tersusun atas empat (sfera), yaitu: atmosfera, hidrosfera, lithosfera dan biosfera. Semua lapisan tersebut menjadi suatu sistem, yang dalam jangka panjang telah mencapai keseimbangan. Dalam studi ilmu lingkungan, lapisan (sfera) tersebut disederhanakan menjadi komponen: udara, daratan, air dan biotik. Komponen darat itu tersusun oleh tanah dan batuan dengan berbagai struktur. Tanah merupakan bagian batuan yang telah lapuk. Batuan dengan berbagai macam variasi dan keadaannya merupakan wadah dari sebagian besar kegiatan makhluk hidup di bumi ini serta menjadi sumber (resources) bagi kehidupan (PPLH UGM, 2001 dalam Ardianto 2009). Menurut Aarkrog (1979, dalam Sasongko 1997) secara hipotesis radiasi yang membahayakan kehidupan dan sistem biologis, mungkin justru merupakan salah satu prasyarat perkembangan bilogis dan kondisi kehidupan. Radiasi ekstrateresterial dalam bentuk sinar kosmik dari angkasa luar dan radiasi teresterial dari materi planet bumi telah mempengaruhi kehidupan di bumi sejak jutaan tahun yang lampau. Sejak 1940-an saat fisi nuklir mulai mewujud, radiasi lingkungan radionuklida buatan manusia telah menjadi masalah serius. Awal 1950-an, radioekologi telah menjadi

4 4 kajian serius di Amerika Serikat sebagai sikap antisipasi manusia terhadap kontaminasi radioaktif lingkungan. Radioekologi berkembang menjadi kajian ilmiah yang secara sistematis menelaah perilaku, distribusi dan mekanisme perpindahan radionuklida dalam berbagai ekosistem (Dahlgaard, 1991 dalam Sasongko, 1997). Kajian tentang radioaktivitas alam pada suatu ekosistem yang berkaitan dengan paparan radiasi (gross), identifikasi radionuklida, dosis radiasi, konsentrasi dan mekanisme perpindahan radionuklida dalm komponen-komponen penyusun ekosistem merupakan syarat yang harus diperhatikan dalam membahas kualitas lingkungan dari aspek radioekolgis (Sasongko, 1997). Salah satu contoh ekosistem adalah ekosistem gunungapi. Gunungapi mempunyai pengertian yang cukup kompleks, berikut ini: a) Merupakan bentuk timbulan di permukaan bumi yang dibangun oleh timbunan rempah gunungapi; b) dapat diartikan sebagai jenis kegiatan magma yang sedang berlangsung; dan c) merupakan tempat munculnya batuan leleran dan rempah lepas gunungapi yang berasal dari dalam bumi (Alzwar, 1987). Planet bumi mempunyai banyak cairan. Faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsur radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Suatu unsur radioaktif yang terkandung di dalam mineral, pada saat unsur tersebut meluruh menjadi unsur radioaktif yang susunannya lebih stabil, akan mengeluarkan sejumlah bahang (tenaga) panas yang mampu melelehkan batuan di sekitarnya. Secara umum batuan dari gunungapi memiliki kadar radionuklida yang lebih tinggi dari pada batuan endapan. Kerapatan radionuklida berbeda-beda bergantung kepada jenis tanah dan unsur pembentuknya, dan ini adalah penyebab utama adanya perbedaan dosis radiasi dari suatu tempat dengan lainnya (Ardianto, 2009). Apabila radionuklida yang berasal dari batuan mencemari airtanah yang dipakai sebagai sumber air minum, maka akan menyebabkan terganggunya kesehatan penduduk yang memanfaatkannya. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi radiasi dengan

5 5 materi. Interaksi radiasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu, interaksi radiasi partikel bermuatan (alfa dan beta), radiasi partikel yang tidak bermuatan (neutron) dan yang terakhir adalah radiasi gelombang elektromagnetik/foton (radiasi gamma dan sinar-x). Karena ketiga jenis radiasi ini memiliki karakteristik yang berbeda maka interaksi yang terjadi akan berbeda (Wardhana, 2006). Adanya interaksi radiasi dengan materi tersebut dapat menyebabkan terkontaminasinya materi yang berinteraksi dengan radiasi yang membahayakan lingkungan airtanah dan manusia yang mengkonsumsinya. Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunungapi yang berpotensi menghasilkan radioaktivitas alam dan dapat mencemari airtanah di sekitarnya Rumusan Masalah Salah satu gunungapi aktif di Indonesia adalah Gunungapi Merapi yang terletak di Jawa Tengah dan DIY dengan ketinggian m di atas permukaan laut, dan merupakan salah satu gunungapi aktif yang secara periodik mengalami erupsi antara 4-5 tahunan. Erupsi terakhir terjadi pada tanggal 26 Oktober 2010 dan berlanjut pada tanggal 5 November 2010 yang merupakan erupsi terbesar sejak tahun Salah satu ciri erupsi Gunungapi Merapi adalah sifat bahayanya yang selain memuntahkan material vulkanik juga menyemburkan awan panas. Menurut Alzwar, dkk. (1987), erupsi gunungapi sebenarnya disebabkan oleh gaya yang berasal dari dalam bumi akibat terganggunya sistem kesetimbangan magma (kesetimbangan gayatarik bumi, kimia-fisika dan panasbumi). Sungai atau kali yang mengalirkan material dari Gunungapi Merapi di lerang selatan adalah Kali Woro, Gendol, Opak, Kuning, Boyong Krasak hingga Code. Fenomena peristiwa erupsi Gunungapi Merapi seperti yang terjadi pada tahun 2010 menyisakan timbunan material vulkanik, peristiwa banjir lahar dingin, perubahan profil ekosistem sisi selatan Gunungapi dan sekitarnya. Rusaknya hutan sisi selatan Gunungapi Merapi akibat terjangan awan panas, timbunan material panas yang berupa batu dan pasir di atas permukaan tanah di area aliran erupsi kemudian menjadi banjir lahar dingin bila terjadi hujan, rusaknya titik-titik sumber air, adalah contoh akibat yang ditimbulkan. Banjir lahar dingin yang terjadi akibat hanyutnya

6 6 material pasir dan batuan oleh aliran air hujan, secara fisik dapat merusak dan merubah topografi daratan, serta lingkungan air dan tanah (Subiantoro dan Handziko, 2011). Debu vulkanik yang disemburkan juga dapat merusak komunitas hutan, mempengaruhi kondisi tanah dan air di sisi selatan Gunungapi Merapi. Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak merupakan daerah dengan konsentrasi penduduk yang relatif tinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai Opak sebagai sungai utamanya bermata air di kaki Gunungapi Merapi dan mengalir melalui Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Kondisi airtanahnya cukup bervariasi, yang ditunjukkan oleh perbedaan kedalaman muka air, karakteristik akuifer, debit jenis dan kualitas airnya. Variasi kondisi airtanah ini menyebabkan perbedaan pola pemanfaatan air di beberapa wilayah. Wilayah Desa Wukirsari terletak sekitar 5 Km arah barat Kecamatan Cangkringan dan 17 Km arah timur ibu kota Sleman, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi darat. Wilayah Desa Wukirsari secara geografis terletak di koordinat LS LS dan BT BT. Desa Wukirsari secara adminstrasi disajikan pada Gambar 1.1. Desa Wukirsari sendiri terletak pada Satuan Akuifer Merapi I ( Satuan Akuifer Volkan Bagian Atas) terletak pada lereng Volkan Merapi, mulai dari puncak Gunungapi Merapi hingga jalur Pakem-Cangkringan. Material penyusunnya berupa endapan lahar yang lepas dengan material pasir, kerakal dan boulder, sedangkan di bawahnya dialasi oleh aliran lava. Infiltrasi dan hujan di daerah ini merupakan daerah imbuh airtanah yang potensial. Ditinjau dari produktivitasnya, sistem akuifer ini tidak produktif karena kurang mampu menyimpan air. Air yang terinfiltrasi di daerah ini terus mengalir masuk ke Satuan Akuifer Merapi II (Satuan Akuifer Volkan Bagian tengah). Satuan akuifer ini terletak pada lereng kaki gunungapi dan dataran fluvial kaki gunungapi. Daerah sebarannya mulai dari jalur Pakem-Cangkringan ke selatan sampai Prambanan, Kalasan dan Yogyakarta. Material utamanya adalah pasir dan kerakal dengan ketebalan akuifer mencapai 100 meter atau lebih, ditunjukkan oleh material pada beberapa sumur bor hingga kedalaman 100 meter masih berupa material pasir yang bersifat andesitis. Dasar dari akuifer ini berupa aliran lava Volkan Merapi. Adanya jalur-jalur mata air

7 7 yang membentuk sabuk mata air pada perubahan lereng merupakan ciri dari satuan akuifer ini. Satuan Akuifer Volkan Merapi Bagian Tengah merupakan akuifer dengan sebaran airtanah luas dengan imbuh airtanah berasal dari lereng gunungapi dan infiltrasi setempat. Memperhatikan daerah imbuh airtanah, material penyusun akuifer dan curah hujan, maka akuifer ini dikategorikan sebagai akuifer mayor, yaitu sistem akuifer yang mampu menyediakan air untuk berbagai keperluan (Purnama, 2007). Geologi desa Wukirsari disajikan pada Gambar 1.2. Radionuklida yang telah ada dalam kerak bumi, antara lain kalium (K-40), torium (Th-232) dan uranium (U-238). Nuklida uranium di alam adalah nuklida hasil peluruhan U-238. Pemasukan ke tubuh manusia melalui lintas makanan dan pernafasan. Di dalam tulang uranium terdistribusikan secara merata, dengan kadar yang lebih tinggi pada permukaan tulang. Waktu paruh uranium di alam mencapai 4,51 x 10 9 tahun sehingga masih tersisa hingga sekarang sejak terbentuknya bumi. Radionuklida U-238 dapat memancarkan radiasi berupa radiasi alfa, beta, dan gamma. Radiasi gamma adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari inti atom tereksitasi yang mengikuti proses peluruhan radioaktif, sebagai suatu cara membuang energi eksitasi untuk membuang energi eksitasi ke tingkat dasarnya (Wiryosimin, 1995; Udiyani, 2007).

8 Gambar 1.1. Wilayah Desa Wukirsari 8

9 Gambar 1.2. Geologi Desa Wukirsari 9

10 10 Radiasi gamma memiliki panjang gelombang sangat pendek dan energi tinggi. Selain itu, karena sinar gamma tidak bermuatan, sinar ini tak dapat mudah dihalangi oleh bahan pelindung, tidak seperti partikel alfa dan beta. Radiasi gamma dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya, dalam berinteraksi umumnya radiasi memindahkan energinya kepada bahan atau materi yang terlibat dan akan menyebabkan pengkontaminasian pada materi yang berinteraksi. Hal ini dapat membahayakan manusia apabila radiasi gamma mengkontaminasi airtanah di Desa Wukirsari yang selanjutnya dikonsumsi masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Bahaya radiasi gamma apabila berinteraksi dengan materi biologi adalah: Ditinjau dari ada tidaknya batas ambang dosis, efek biologi radiasi dibagi menjadi efek stokastik dan efek deterministik (efek non stokastik). Efek stokastik adalah efek yang dapat terjadi tanpa ada batas ambang dosis dan kejadiannya didasarkan pada peluang yang dapat dialami oleh mereka yang mengalami penyinaran, misalnya efek genetik akibat radiasi yang diderita oleh keturunan kedua orang tua yang mengalami penyinaran. Efek determistik terjadi bila dosis yang diterima melewati batas ambang dosis tertentu dan bersifat khas untuk bagian jaringan tertentu, misalnya katarak untuk lensa mata, kerusakan non-malignan untuk kulit, penghambatan produksi sel pada sumsum tulang yang menyebabkan kelainan haematologi dan kerusakan sel gonad yang dapat menyebabakan kemandulan (Wiryosimin, 1995). Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Kajian Sebaran Radioaktif Gamma dalam Lingkungan Airtanah di Sisi Selatan Gunungapi Merapi, Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman, Sasaran penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah sebaran radioaktivitas gamma di sisi selatan Gunungapi Merapi dalam airtanah bebas di daerah penelitian? 2) Bagaimanakah upaya strategik untuk menangani permasalahan tersebut?

11 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengkaji persebaran radioaktivitas gamma di sisi selatan Gunungapi Merapi dalam airtanah bebas; 2) Merumuskan upaya strategik pengelolaan lingkungan untuk menangani permasalahan potensi terkontaminasinya airtanah oleh radioaktif Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a) Bagi ilmu pengetahuan; Sebagai sumber referensi dan informasi yang dapat digunakan untuk peneliti-peneliti selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan radioaktivitas lingkungan; b) Bagi pembangunan; Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam hal perumusan kebijakan dan perumusan baku mutu; dan c) Bagi masyarakat; Sebagai bahan masukan dan informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat yang berada di daerah penelitian Keaslian dan Batasan Penelitian Banyak penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan pengukuran radioaktivitas lingkungan, antara lain adalah penelitian mengenai penggunaan pupuk fosfat serta kenaikan radioaktivitas tanah akibat penggunaan pupuk fosfat telah banyak dilakukan di luar negeri. Salah satu contoh penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Kant et al., (2006) di India dengan cara mengukur radioaktivitas gamma dari unsur Ra-226, Th-232, dan K-40. Dengan membandingkan hasil pengukuran radioaktivitas antara tanah pertanian dan tanah non pertanian. Penelitian lain yang serupa di India adalah penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et al., (2008) dengan cara mengukur radiasi alfa pada tanah pertanian dan pupuk fosfat yang digunakan di daerah Bengal Barat, India. Sasongko dkk, (1997), melakukan penelitian untuk mengetahui paparan radiasi alfa, beta, dan gamma di lingkungan pesisir laut Semarang dan proses perpindahan radionuklida hingga ke air laut. Penelitian ini menggunakan spekrometri gamma

12 12 untuk menganalisis radioaktivitas pada air laut dan didapati hasilnya bahwa dosis efektif masih dibawah ambang batas yang diperbolehkan. Penelitian radioaktivitas lingkungan lainnya dilakukan oleh Erfan (2009) tentang pengukuran tingkat radioaktif alam gamma di lereng desa Hargobinangun yang terletak pada Lereng Gunungapi Merapi. Penelitian ini menggunakan spektrometri gamma dan mendapatkan bahwa antara tingkat dosis efektif batuan di lereng Gunungapi Merapi terhadap kesehatan masyarakat di daerah sekitar Gunungapi Merapi masih di bawah batas ambang yang ditetapkan oleh UNSCEAR. Giyatmi, (2003), melakukan penelitian tentang pencemaran radioaktivitas lingkungan Sungai Code akibat pembuangan limbah cair Rumah Sakit Sardjito serta meneliti kefektivitasan pengelolaan limbah cair di rumah sakit tersebut. Penelitian ini menggunakan spektrometri beta untuk menganalisis sedimen dan limbah cair dari unit kedokteran nuklir kemudian instalasi pengolahan limbah cair sampai pembuangannya di Sungai Code. Hasil penelitiannya adalah dosis efektif tidak melampaui batas ambang dan untuk pengolahan limbah cair dengan cara biologi sudah efektif untuk radioaktivitas lingkungan. Penelitian lain tentang radioaktivitas lingkungan di Sungai Code dilakukan oleh Zaman dkk, (2004). Penelitian ini meneliti kualitas lingkungan Sungai Code dari aspek radioekologinya. Sampel diambil mulai dari hulu hingga ke hilir. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa, radionuklida yang teridentifikasi pada sampel air dan sedimen Sungai Code Yogyakarta adalah radionuklida alam yang meliputi: 210 Pb, 226 Ra, 212 Pb, 214 Pb, 208 Tl, 214 Bi, 228 Ac, dan 40 K, dengan konsentrasi dalam sampel air dan sedimen Sungai Code meningkat dari daerah hulu ke daerah hilir. Hasil penelitian didapat bahwa, konsentrasi (rerata radioaktivitas) gross beta (β) yang diukur dari sampel air Sungai Code Yogyakarta masih di bawah nilai ambang batas. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah pengukuran radioaktivitas gamma pada airtanah di Desa Wukirsari yang terletak pada sisi selatan Gunungapi Merapi. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada airtanah bebas karena sumber airtanahnya merupakan sumur buatan penduduk di lokasi penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi radionuklida U-238 pada airtanah bebas di lokasi penelitian, radioaktivitas gamma, dosis efektif, serta pola persebarannya yang akan disajikan

13 13 secara spasial, serta peneliti memberikan upaya strategik untuk menangani potensi permasalahan yang akan timbul oleh adanya radioaktivitas alam pada lingkungan airtanah di lokasi penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.2.

14 14 Tabel 1.2. Perbandingan penelitian dengan penelitian terdahulu No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 1. Gosh, Dipak., Deb, Argha., Sukumar., Sengupta., Patra., K.K , Measurement of Natural Radioactivity In Chemichal Fertilizer and Agricultural Soil: Evidance of High Alfa Activity. 2. Kant, K., Upadhyay, S.B., Sonkawande, R.G., Chakarvati, S.K , Radiological Risk Assessment of Use of Phosphate Fertilizers in Soil. 3. Sasongko D.P., dan Kusminarto, 1998 Kajian Radioaktivitas Alam Laut Pesisir Semarang Mengukur tingkat radioaktivitas alfa pada pupuk kimia yang digunakan di Bengal Barat, India dan tanah pertanian yang diberi aplikasi pupuk tersebut. Mengukur radioaktivitas gamma dari Ra-226, Th-232, dan K-40 di dalam tanah yang diaplikasi berbagai jenisnpupuk fosfat. Mengetahui paparan radiasi gross-α dan gross-β dan pembandingnya dengan baku mutu perairan yang berlaku, mengetahui jenis radionuklida dan mengetahui dosis radiasi, konsentrasi dan mekanisme perpindahan radionuklida di laut pesisir Semarang Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif radiasi alfa, beta, gamma pada tanah. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data: Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif radiasi alfa pada tanah. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data: Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif radiasi gamma pada air laut. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data:Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Hasil pengukuran yang telah dilakukan, didapatkan nilai aktifitas radiasi pada pupuk berkisar antara 141 Bq/kg sampai Bq/kg. Sedangkan aktifitas alfa pada tanah berkisar antara 109 Bq/kg sampai 660 Bq/kg. Konsentrasi radium, thorium, kalium berturutturut adalah 16,2 ± 0,22; 68,1 ± 1,44 dan 8,75 ± 9,68. Dimana dosis efektifnya adalah 0,45 msv/tahun sampai 0,59 msv/tahun, yang masih di bawah batas ambang sebesar 1 msv/tahun. Kualitas lingkungan perairan laut pesisir Semarang masih dalam kondisi baik dilihat dari aspek radioekologi (tidak terdapat radionuklida hasil fisi maupun aktivasi). Faktor distribusi dan bioakumulasi unsur K-40 dan T1-208 di perairan laut lebih tinggi daripada di perairan tawar, ini menunjukkan bahwa sensitivitas radioekologi lingkungan perairan laut lebih tinggi daripada perairan tawar.

15 15 Lanjutan Tabel 1.2. No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 4. Erfan Taufik Ardianto,2009, Paparan Radioaktivitas Alam Gamma dan Perkiraan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan Manusia di Lereng Gunungapi Merapi 5. Giyatmi, 2003, Efektivitas Pengolahan Limbah Cair Rumah Sakit Dokter Sardjito Yogyakarta Terhadap Pencemaran Radioaktif Identifikasi aktivitas radioaktif alam gamma, dan dosis efektif, serta pola sebarannya berdasarkan tingkat kelerangan Gunungapi Merapi Untuk mengetahui tingkat pencemaran radioaktivitas di lingkungan R.S. Dr. Sardjito Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif gamma pada batuan. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data:Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif beta pada air dan sedimen sungai, serta pembuangan limbah cair rumah sakit. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Dosis efektif di Desa Hargobinangun yang terletak di lereng Gunungapi Merapi radiasi gamma masih berada di bawah batas ambang yang diestimasikan oleh UNSCEAR. Limbah cair rumah sakit Dr. Sardjito telah memenuhi persyaratan baku mutu air bersih, dan pengolahan limbah cair dengan cara biologi sudah efektif untuk radioaktivitas lingkungan. Analisis Data:Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif.

16 16 Lanjutan Tabel 1.2. No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 6. Badrus Z., Agus T., Rr. Pasca Sri R.,2004, Studi Analisa dan Pola Persebaran Radioaktivitas Perairan dan Sedimen (Sudi kasus: Sungai Code Yogyakarta) 7. Andreas Ronaldo Pratama Lakafin., 2014, Kajian Radioaktif Gamma Dalam Lingkungan Airtanah Di Sisi Selatan Gunungapi Merapi, Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Sumber: Hasil analisis, Mengetahui kualitas lingkungan sungai Code Yogyakrta dari aspek radioekologi Mengetahui aktivitas radioaktif alam gamma pada airtanah dan persebaran dosis efektif alam gamma di Desa Wukirsari. Data penelitian: aktivitas, energi, dan dosis efektif pada air dan sedimen sungai. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data:Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Data penelitian: aktivitas, dan dosis efektif pada airtanah dangkal. Metode: Survey lapangan, dan analisis laboratorium. Analisis Data:Analisis deskriptif kualitatif, dan analisis kuantitatif. Radionuklida yang teridentifikasi pada sampel air dan sedimen sungai Code Yogyakarta adalah radionuklida alam yang meliputi: 210Pb, 226Ra, 212Pb, 214Pb, 208Tl, 214Bi, 228Ac, dan 40 K. dengan konsentrasi dalam sampel air dan sedimen sungai Code meningkat dari daerah hulu ke daerah hilir. Aktivitas radioaktif pada airtanah dan persebaran dosis efektif dalam airtanah di Desa Wukirsari masih di bawah batas ambang, sehingga airtanah masih aman utk dikonsumsi masyarakat.

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya

RINGKASAN. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya RINGKASAN Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor; Program St~di Pengeloiaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Penulis : Pande Made Udiyani; Judul : Identifikasi Radionuklida Air di Luar Kawasan PUSPIPTEK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilewai oleh jalur rangkaian api Indonesia atau disebut juga dengan jalur Cincin Api Pasifik (The Pasific Ring of Fire) dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi merupakan suatu bentuk energi. Ada dua tipe radiasi yaitu radiasi partikulasi dan radiasi elektromagnetik. Radiasi partikulasi adalah radiasi yang melibatkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Radiasi nuklir merupakan suatu bentuk pancaran energi. Radiasi nuklir dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan kemampuannya mengionisasi partikel pada lintasan yang dilewatinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 80 LU dan 110 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang telah kita ketahui pada dasarnya setiap benda yang ada di alam semesta ini memiliki paparan radiasi, akan tetapi setiap benda tersebut memiliki nilai

Lebih terperinci

FISIKA ATOM & RADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI FISIKA ATOM & RADIASI Atom bagian terkecil dari suatu elemen yang berperan dalam reaksi kimia, bersifat netral (muatan positif dan negatif sama). Model atom: J.J. Thomson (1910), Ernest Rutherford (1911),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 129 gunungapi yang tersebar luas mulai dari Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan Banda, Kepulauan Halmahera dan Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia yang merupakan daerah katulistiwa mempunyai letak geografis pada 8 0 LU dan 11 0 LS, dimana hanya mempunyai dua musim saja yaitu musim hujan dan musim kemarau.

Lebih terperinci

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif Oleh : Arif Novan Fitria Dewi N. Wijo Kongko K. Y. S. Ruwanti Dewi C. N. 12030234001/KA12 12030234226/KA12 12030234018/KB12 12030234216/KB12

Lebih terperinci

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM No. 12/ Tahun VI. Oktober 2013 ISSN 1979-2409 EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM Endang Sukesi I dan Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -BATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA Elin Nuraini, dkk. ISSN 0216-3128 383 ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA Elin Nuraini, Sunardi, Bambang Irianto PTAPB-BATAN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma

Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma Penentuan Konsentrasi dan Nilai Faktor Transfer Radionuklida Alam ( 226 Ra, 232 Th, 40 K) dari Tanah Sawah ke Beras menggunakan Spektrometer Gamma (The Determination of the Concentration and Transfer Factor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara dengan gunung berapi terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah gunung berapi yang masih aktif

Lebih terperinci

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional 1 Pokok Bahasan STRUKTUR ATOM DAN INTI ATOM A. Struktur Atom B. Inti Atom PELURUHAN RADIOAKTIF A. Jenis Peluruhan B. Aktivitas Radiasi C. Waktu

Lebih terperinci

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006 Tiny Mananoma tmananoma@yahoo.com Mahasiswa S3 - Program Studi Teknik Sipil - Sekolah Pascasarjana - Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi banjir ialah aliran air sungai yang tingginya melebih muka air normal, sehinga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah di

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gunung Merapi yang berada di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi memiliki interval waktu erupsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan jenis gunungapi tipe strato dengan ketinggian 2.980 mdpal. Gunungapi ini merupakan salah satu gunungapi yang masih aktif di Indonesia. Aktivitas

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan kepulauan Indonesia merupakan daerah pertemuan lempeng bumi dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan curah hujan yang relatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi Telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 tentang Keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan radiasi pengion dan Surat Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS 1 - Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang - " Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

Lebih terperinci

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF RINGKASAN Jenis dan tingkat radioaktivitas limbah radioaktif yang dihasilkan dari pengoperasian fasilitas nuklir bervariasi, oleh karena itu diperlukan proses penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 yang lalu adalah letusan terbesar jika dibandingkan dengan erupsi terbesar Gunung Merapi yang pernah ada dalam sejarah yaitu tahun 1872.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang, Bendung Krapyak berada di Dusun Krapyak, Desa Seloboro, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada posisi 7 36 33 Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

2015, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang No.185, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Keselamatan. Keamanan. Zat Radio Aktif. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5728). PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010 Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 2, Juni 2011, Halaman 81 87 ISSN: 2085 1227 Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works PENGENDALIAN SEDIMEN Aliran debris Banjir lahar Sabo works 29-May-13 Pengendalian Sedimen 2 Aliran Lahar (Kawasan G. Merapi) G. Merapi in action G. Merapi: bencana atau berkah? G. Merapi: sabo works 6-Jun-13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas dan produktif. Kesehatan bukanlah semata-mata merupakan tanggung

Lebih terperinci

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang beratnya lebih dari 5g, untuk setiap cm 3 -nya. Delapan puluh jenis dari 109 unsur kimia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Indonesia terletak diantara 2 benua yaitu benua asia dan benua australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut. Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 3 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Suatu lingkungan dikatakan tercemar apabila telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT - 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai suatu negara kepulauan yang mempunyai banyak sekali gunungapi yang berderet sepanjang 7000 kilometer, mulai dari Sumatera, Jawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampung dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu daerah

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif 1) dan A.C. Prasetyowati Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Radiasi terdiri dari beberapa jenis, ditinjau dari massanya,

Lebih terperinci

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

PELURUHAN RADIOAKTIF. NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id PELURUHAN RADIOAKTIF NANIK DWI NURHAYATI,S.Si,M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id 081556431053 Istilah dalam radioaktivitas Perubahan dari inti atom tak stabil menjadi inti atom yg stabil: disintegrasi/peluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soewarno (1991), proses sedimentasi meliputi proses erosi, transportasi (angkutan), pengendapan (deposition) dan pemadatan (compaction) dari sedimentasi itu sendiri. Proses

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 02/Ka-BAPETEN/V-99 TENTANG BAKU TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI LINGKUNGAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI A. Materi Pembelajaran : Struktur Inti LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD 01) FISIKA INTI B. Indikator Pembelajaran : 1. Mengidentifikasi karakterisrik kestabilan inti atom 2. Menjelaskan pengertian isotop,isobar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat serbaguna dalam kehidupan. Selain sebagai sumber daya penghasil kayu dan sumber pangan yang diperlukan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN

KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN KERENTANAN AIRTANAH UNTUK PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF DEKAT PERMUKAAN DI DESA MUNCUL KECAMATAN SETU KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan manusia di segala sektor pasti

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1549, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. TENORM. Keselamatan Radiasi. Proteksi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005

PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI KELAUTAN DI SEMENANJUNG LEMAHABANG, JEPARA TAHUN 2005 Heru Umbara, Heny Suseno, Chevy Cahyana, Budi Hari, Wahyu P Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PEMANTAUAN RADIOEKOLOGI

Lebih terperinci

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti

RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti LABORATORIUM KIMIA FISIK Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) RADIOKIMIA Tipe peluruhan inti Drs. Iqmal Tahir, M.Si., Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie

Radioaktivitas Henry Becquerel Piere Curie Marie Curie Radioaktivitas Inti atom yang memiliki nomor massa besar memilikienergi ikat inti yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan nomor massa menengah. Kecenderungan inti atom yang memiliki nomor massa besar

Lebih terperinci

GAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU

GAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU GAMBARAN DOSIS INTERNA DARI BIOASSAY SAMPEL URINE PENDUDUK DESA BOTTENG KABUPATEN MAMUJU Feydri Ferdita Dera 1*, Sri Suryani 1, Bualkar Abdullah 1, Eko Pudjadi 2 Departemen Fisika,FMIPA Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui garis astronomis 93⁰BT-141 0 BT dan 6 0 LU-11 0 LS. Dengan morfologi yang beragam dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Menurut Gema Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (2011:14), Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia. Erupsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DAN KEAMANAN DALAM PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral) FISIKA INTI A. INTI ATOM Inti Atom = Nukleon Inti Atom terdiri dari Proton dan Neutron Lambang Unsur X X = nama unsur Z = nomor atom (menunjukkan banyaknya proton dalam inti) A = nomor massa ( menunjukkan

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

INVESTIGASI KANDUNGAN RADIOISOTOP DALAM SAMPEL AIR PADA SUNGAI DISEKITAR RUMAH SAKIT. Reza Achmad Furqoni 1,*)

INVESTIGASI KANDUNGAN RADIOISOTOP DALAM SAMPEL AIR PADA SUNGAI DISEKITAR RUMAH SAKIT. Reza Achmad Furqoni 1,*) DOI: doi.org/10.21009/0305020311 INVESTIGASI KANDUNGAN RADIOISOTOP DALAM SAMPEL AIR PADA SUNGAI DISEKITAR RUMAH SAKIT Reza Achmad Furqoni 1,*) 1 Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang, Sekaran, Gunungpati,

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA Imam Fajri D. 1, Mohamad Sakur 1, Wahyu Wilopo 2 1Mahasiswa Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi yang terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan berhadapan langsung dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gunungapi Merapi merupakan salah satu gunung aktif paling aktif di dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-7 tahun sekali merupakan

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI

APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI APLIKASI TEKNIK NUKLIR DALAM HIDROLOGI Gb. Penelitian Gerakan Sedimen Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Pemanfaatan teknik nuklir dimasa sekarang ini telah digunakan secara luas dalam berbagai bidang oleh

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah negara yang kaya akan gunung api dan merupakan salah satu negara yang terpenting dalam menghadapi masalah gunung api. Tidak kurang dari 30

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A SILABI Fakultas : FMIPA Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia Inti Jumah sks : sks Semester : 6 Mata Kuliah Prasyarat : Kimia Dasar, Kimia Fisika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6 KIMIA INTI 1. Setelah disimpan selama 40 hari, suatu unsur radioaktif masih bersisa sebanyak 0,25 % dari jumlah semula. Waktu paruh unsur tersebut adalah... 20 hari 8 hari 16 hari 5 hari 10 hari SMU/Ebtanas/Kimia/Tahun

Lebih terperinci

SOAL. Za-salsabiila Page 1

SOAL. Za-salsabiila Page 1 SOAL 1. Mengapa transisi dalam terpisah dalam tabel periodic? 2. Apa penghambat sifat atau kegunaan unsur transisi dalam banyak tidak ditemukan? 3. Apa kegunaan dari lampu mantel jinjing JAWAB 1. Lantanoid

Lebih terperinci

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami jenis sungai berdasarkan formasi batuan dan

Lebih terperinci

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH

PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG MURIA, JAWA TENGAH Heni Susiati *) dan Pande Made Udiyani **) ABSTRAK PEMETAAN SPASIAL KONDISI RADIOAKTIVITAS ALAM TERESTRIAL DI SEMENANJUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sungai merupakan torehan di permukaan bumi yang merupakan penampungan dan penyalur alamiah aliran air, material yang dibawanya dari bagian hulu ke bagian hilir suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci