MAKNA HUBUNGAN ANTARPRIBADI MELALUI MEDIA ONLINE TINDER
|
|
- Widya Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKNA HUBUNGAN ANTARPRIBADI MELALUI MEDIA ONLINE TINDER Karlina Nadya 1, Dasrun Hidayat 2, Maya Retnasary 3 1 Universitas BSI, karlinanadya@gmail.com 2 Universitas BSI, dasrun.duh@bsi.ac.id 3 Universitas BSI, mayaretnasary@yahoo.co.id ABSTRACT The focus of this research is based on the meaning of the Inter-personal relationships Tinder users in Bandung. Establishing a relationship via technology should be based on the preparation of appropriate communication messages. Open attitude and the attitude of trust becomes an important thing that Inter-personal communication is still running despite using Tinder media. This study used a qualitative approach on the grounds that this approach is the approach that interprets the phenomena that occur naturally. The method used is phenomenological method as a key concept in this research is to examine the meaning of a user Tinder. Results from this study that the communication can run well with good management communication messages such as the preparation of topics and use of emoticons. Openness and trust in Tinder users can also support communication even if only by using the media. Keywords: Tinder, Inter-personal communication, social media ABSTRAK Fokus penelitian ini didasarkan pada makna hubungan antarpribadi pengguna Tinder di Bandung. Menjalin sebuah hubungan via teknologi harus didasari dengan penyusunan pesan komunikasi yang tepat. Sikap terbuka dan sikap percaya menjadi suatu hal yang penting agar komunikasi asntarpribadi tetap berjalan walaupun dengan menggunakan media Tinder. Penelitian ini menggunakan pendekeatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan ini adalah pendekatan yang menafsirkan fenomena yang terjadi secara alamiah. Metode yang digunakan adalah metode fenomenologi karena konsep utama dalam penelitian ini adalah mengkaji tentang makna seorang pengguna Tinder. Hasil dari penelitian ini bahwa komunikasi dapat berjalan dengan baik dengan pengelolaan pesan komunikasi yang baik seperti penyusunan Tema dan penggunaan emoji. Sikap terbuka dan percaya pada pengguna Tinder juga dapat menunjang komunikasi walaupun hanya dengan menggunakan media. Kata kunci : Tinder, Komunikasi Antar pribadi, media sosial PENDAHULUAN Dewasa ini, menjalin hubungan melalui teknologi sudah dianggap sebagai sebuah budaya di tengah masyarakat. Hal ini dipicu dengan pertumbuhan media sosial yang semakin menjamur, seperti halnya media sosial Tinder. Dengan berkembangnya media sosial sejenis ini, komunikasi antar pribadi sudah mengalami pergerseran, yang sebelumnya tanpa media saat ini mengalami evolusi menjadi bermedia atau menggunakan media. Komunikasi dengan tatap muka memang diakui lebih baik dengan komunikasi apapun, namun hadirnya media seperti ini juga telah mengubah cara orang berkomunikasi dan sudah memberikan konstribusi yang besar terhadap hubungan antar pribadi. 1
2 Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang dilakukan oleh dua orang dengan efek dan feedback bisa diketahui secara langsung. Namun pada kenyataanya menjalin hubugan via teknologi tidak bisa mendapatkan respon yang langsung. Berkomunikasi dengan menggunakan saluran komunikasi seperti media sosial memang memiliki banyak kendala, seperti satu sama lainnya tidak dapat melihat ekspresi, emosi, atau gerakan tubuh dari lawan di Tinder dan lain-lain. Dari hasil pra penelitian terhadap pengguna Tinder, peneliti bisa membuat sebuah kesimpulan awal tentang beragam motif atas pengalaman pengguna Tinder, seperti beberapa pengguna Tinder menyatakan bahwa menggunakan Tinder bisa membuka jendela pada hubungan yang lebih jauh di dunia nyata. Beberapa juga menyatakan Tinder bisa membuat mereka memiliki teman dalam jumlah besar. Beberapa hal inilah yang wajib ditelaah lebih lanjut. Peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengalaman sadar pengguna Tinder ketika memaknai media sosial ini sebagai media untuk menjalin hubungan. Inti dari menjalin hubungan harus dengan rasa kepercayaan, sebab kita tidak dapat menjalin hubungan dengan orang yang tidak kita percaya, begitupun dalam penggunaan media sosial sebagai alat menjalin hubungan. Tetapi pada realitasnya secara online, orang memang dapat memalsukan identitas dan penampilan tanpa terdeteksi. Contohnya orang dewasa bisa berperilaku seperti anak remaja atau bahkan sebaliknya. Sehingga bisa peneliti simpulkan menjalin hubungan via teknologi tidak semudah berkomunikasi secara face to face, begitupun pada aplikasi Tinder yang peneliti teliti. Keberadaan media sosial Tinder ini memang mendukung pertumbuhan hubungan yang terjalin secara online. Sejak munculnya aplikasi ini pada tahun 2012, berhasil memunculkan minat masyarakat khususnya kaum dewasa muda di Bandung untuk menggunakan media sosial tersebut sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang orang baru. Media sosial ini hampir sama dengan media sosial facebook, twitter, skype, badoo yang memungkinkan berhubungan dengan orang-orang di dunia maya, namun yang membuat media sosial Tinder berbeda dengan media sosial sebelumnya adalah caranya yang lebih mudah dan praktis sehingga tidak meyulitkan pengunanya. Kita hanya perlu menghubungkan dengan media sosial ini dengan facebook dan selanjutnya bisa memilih komunikan sesuai dengan kriteria kita. Hal itulah yang membuat media sosial ini juga bisa menjadi salah satu contoh yang bagus untuk di kaji lebih lanjut sebagai saksi bisu pergeseran yang terjadi akibat perkembangan teknologi. Bagaimana sebuah hubungan antar pribadi via teknologi bisa terjalin menjadi daya tarik dalam penelitian ini. Pengalaman individu dalam memaknai penggunaan media sosial Tinder khususunya di Bandung menjadi fokus pada penelitian ini. Adanya media sosial seperti ini bisa menghubungkan dua orang tidak saling mengenal sehingga bisa betukar informasi tanpa terbatas. Media sosial dapat memudahkan penggunanya untuk bisa berkomunikasi dengan siapapun dan kapanpun dimanapun walaupun tidak saling mengenal. KAJIAN LITERATUR Komunikasi Antar pribadi Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang dilakukan oleh dua orang dengan efek dan feedback bisa diketahui secara langsung. Hanya saja seiring perkembangan teknologi, saat ini komunikasi antarpribadi bisa dilakukan tanpa harus bertatap muka, yaitu menggunakan saluran media. Media sosial Tinder yang peneliti teliti memungkinkan penggunanya bisa berkomunikasi dengan orang asing tanpa harus bertatap muka yaitu dengan menggunakan media. Kajian komunikasi Antar pribadi yang peneliti gunakan adalah kajian komunikasi yang dikemukakan Rakhmat 2
3 (Hidayat, 2012:56). Rakhmat memberikan catatan bahwa terdapat tiga faktor dalam komunikasi Antar pribadi, yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. 1. Percaya (trust) adalah upaya mengandalkan perilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Adapun faktor utama yang menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati dan kejujuran. Menerima adalah kemampuan berhubungan dengan oranglain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai manusia, sebagai individu yang dihargai. Faktor kedua adalah empati, upaya untuk menumbuhkan sikap percaya pada diri orang lain. Empati juga diartikan sebagai usaha untuk memahami orang lain. Faktor ketiga yaitu kejujuran, sikap seperti ini bisa menumbuhkan rasa saling percaya. 2. Suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur dan tidak empati. Dengan sikap defensif, komunikasi antarpribadi akan gagal karena orang yang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain. Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, dan pengalaman defensif). 3. Sikap terbuka, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi. Sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan untuk memberikan tanggapan kita dimasa kini tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji dua faktor diatas, yaitu Percaya dan sikap terbuka. Inti dari menjalankan suatu hubungan menggunakan teknologi tentu harus adanya rasa percaya dan sikap terbuka sebab hal itulah yang bisa membuat komunikasi bisa terjalin secara efektif. Bagaimana pengguna Tinder mempercayai lawan bicaranya di Tinder sementara mereka tidak pernah saling bertemu dan bagaimana pengguna Tinder bisa saling terbuka sementara mereka hanya berkomunikasi melalui media sosial Tinder. Pesan Komunikasi Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia yang dinyatakan itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri dari isi pesan (The content of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan adalah pikiran atau perasaan atau gagasan, ide, sedangakan lambang adalah bahasa. Walter lippman dalam (Hidayat, 2012 : 21) menyebutkan isi pesan itu picture in our Head. Proses mengemas atau membungkus pikiran dengan bahasa yang dilakukan komunikator dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding berupa pesan yang kemudian ditransmisikan atau dioperkan atau dikirimkan kepada komunikan. Proses dalam diri komunikan disebut decoding yang seolah-olah membuka kemasan/ bungkus pesan yang diterima dari komunikator. Isi bungkusan tadi adalah pikiran komunikator. Apabila komunikan mengerti isi pesan atau pikiran komunikator maka terjadilah komunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana para pengguna Tinder membungkus sebuah pesan agar komunikasi yang terjalin dalam aplikasi tersebut dapat efektif. Media sosial Media sosial adalah media dimana penggunanya dengan mudah 3
4 berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan pesan. Media sosial yang peneliti maksud disini adalah media sosial Tinder. Media sosial ini tidak berbeda jauh dengan media sosial lainnya seperti Facebook, Twitter dan Skype, dimana penggunanya bisa berkomunikasi dengan orang dunia maya. Tentunya setiap bentuk situs media sosial memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing, misalnya Twitter menonjolkan percakapan interaktif dalam pesan text yang disebut tweet, Facebook menonjolkan jaringan relasi pertemanan, youtube menonjolkan database dan sharing video serta Second Life menonjolkan dunia virtual 3D dimana setiap orang dapat melakukan aktivitas harian layaknya di kehidupan nyata. Sementara Tinder sendiri menonjolkan caranya yang mudah untuk mencari pasangan atau teman baru. Tinder Media sosial yang peneliti maksud adalah aplikasi Tinder. Alasan peneliti meneliti aplikasi ini adalah karena aplikasi ini sedang hits ditengah masyarakat dewasa muda. Yang membuat aplikasi ini berbeda dengan aplikasi sejenis adalah dimana penggunanya hanya dapat berkomunikasi jika satu sama lain memiliki matches atau menekan tombol love bersamaan. Aplikasi ini yang pertama kali diluncurkan pada Agustus 2012 oleh Sean Rad, Justen Mateen, dan Jonathan Badeen. Saat diluncurkan ketiga pendiri Tinder ini menyebutkan bahwa media Sosial Tinder merupakan inovasi terbaru dalam mencari relasi terutama teman kencan. Itulah yang membuat Tinder berbeda dibandingkan dengan media sosial online dating lainnya. Tinder menawarkan sebuah aplikasi yang bisa mempertemukan seseorang dengan teman yang memiliki hobi yang sama atau bahkan dapat menemukan pasangan idaman. Tidak hanya itu, Tinder juga memberikan suatu ruang untuk mengabadikan momen kemudian di simpan di album yang tersedia dalam Tinder. Media Sosial Tinder dapat diunduh gratis. Aplikasi ini bekerja dengan mengandalkan sistem satelit navigasi yang dapat mengatur jarak dan lokasi tertentu. Tinder termasuk aplikasi yang cukup populer di Apple Store dan Google Store. Di kedua platform diastribusi aplikasi, Tinder termasuk dalam 10 besar daftar aplikasi favorit untuk kategori gaya hidup. Sean Rad mengungkapkan aplikasi ini dibuat berdasarkan pengamatannya terhadap gaya hidup masyarakat modern yang super sibuk sehingga tidak sempat untuk bertemu dengan teman kencan. Maka dari itu Sean Rad memutuskan untuk membuat aplikasi Tinder untuk memudahkan seseorang yang super sibuk dalam mencari jodoh. Dalam konferensi pers nya Sean Rad juga mengatakan bahwa dalam dunia nyata biasanya seseorang mengirimkan sinyal secara tidak sadar kepada orang-orang apakah menunjukan ketertarikan atau tidak, dan dirinya menginginkan hal tersebut menjadi suatu norma. Teori Penetrasi Sosial Salah satu proses yang paling luas dikaji atas perkembangan hubungan adalah penetrasi sosial. Secara garis besar, ini merupakan ide bahwa hubungan manjadi akrab seiring waktu ketika patner meberitahukan semakin banyak informasi mengenai mereka sendiri. Gerald Miller dan rekannya secara literal mengartikan komunikasi interpersonal dalam term penetrasi. Semakin bertambah yang saling diketahui oleh masing-masing komunikator, semakin bertambah karakter interpersonal yang berperan dalam komunikasi mereka. Semakin sedikit yang mereka ketahui tiap personalnya, semakin inpersonal komunikasi itu. Komunikasi interpersonal merupakan beragam proses penetrasi sosial. Teori penetrasi sosial (social penetration theory) berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Teori yang disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor ini, merupakan salah satu karya 4
5 penting dalam perjalanan panjang penelitian di bidang perkembangan hubungan (relationship development). Pada tahap awal penelitian penetrasi sosial perhatian para peneliti sebagian besar dicurahkan pada perilaku dan motivasi individu bedasarkan tradisi sosiopsikologi yang sangat kental. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena objek penelitian merupakan realitas sosial yang dipandang sebagai suatu peristiwa yang bersifat dinamis, holistic dan penuh makna. Seperti halnya realitas pada perkembangan teknologi komunikasi saat ini. Penelitian ini menekankan pada bagaimana pengguna Tinder memaknai hubungan antar pribadi pada media sosial Tinder. Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan seharihari. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Peneliti melakukan penelitian ini dengan kondisi yang alamiah dan peneliti berperan sebagai instrumen kunci dengan bantuan orang lain dalam mengumpulkan data. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi sedalam mungkin pada pengguna Tinder dewasa muda di Bandung yang diperoleh benar-benar murni tanpa rekayasa. Penelitian ini juga melakukan sebuah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi sebagai sebuah disiplin ilmu, yang mempelajari struktur pengalaman sadar (dari sudut pandang orang petama) bersama dengan kondisikondisi yang relevan. Feneomenologi akan memimpin kita pada latar belakang dan kondisi kondisi di balik sebuah pengalaman. Pusat dari struktur kesadaran adalah kesengajaan, yakni bagaimana makna dan isi pengalaman terhubung langsung dengan objek. Pada penelitian ini peneliti mencoba untuk membangun makna dengan melihta lebih dalam atas pengalaman pengguna Tinder dalam menjalin hubungan melalui media sosial. Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Johann Heinrich Lambert, seorang filsuf Jerman, ditulis tentang ilmu yang tak nyata. Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin dimaknai. Paradigma yang di gunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma ini adalah paradigma yang hampir merupakan anitesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Peneliti menggunakan paradigma (pandangan) konstruktivis ini untuk mengetahui pengalamanpengalaman dari pengguna Tinder di bandung. Peneliti mencoba untuk mengungkap bagaimana makna hubunngan antarpribadi yang dibangun dalam aplikasi Tinder. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka. Dalam penelitian ini, subjek penelitian meliputi empat informan pengguna Tinder dewasa muda yang terdiri dari dua perempuan dan dua laki-laki. Sedangkan objek yang diteliti dalam 5
6 penelitian ini adalah makna hubungan antarpribadi dari penggunaan media Tinder yang meliputi proses berkomunikasi melalui media. Pemilihan informan berdasarkan kriteria individu yang dekat dengan subjek dan paham akan permasalahan yang diteliti. PEMBAHASAN Analisis pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi dalam Tinder. Melakukan komunikasi secara efektif itu memang tidaklah mudah. Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkin seseorang melalukan komunikasi yang sebenarbenarnya efektif. Seperti halnya yang terjadi dalam fenomena ini bahwa isi pesan dalam sebuah komunikasi sangatlah penting dalam membentuk suatu hubungan yang baik melalui media Tinder. Menurut hanafi, ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pesan, yaitu kode pesan, isi pesan, dan wujud pesan. Peneliti kaji pertama adalah wujud pesan, dimana dalam berkomunikasi, seorang pengguna Tinder harus bisa membuat membuat pesan yang jelas dan bisa membuat hubungan berkepanjangan dengan cara menyusun tema agar lawan terus tertarik untuk berhubungan. Seperti yang diungkapkan Rima Noviyanti (A2) dalam wawancara, ia mengaku bahwa terkadang ia harus menyusun tema untuk dibahas agar komunikasi dengan lawannya terus berkelanjutan. Hal ini ia lakukan agar lawannya di Tinder tertarik padanya. Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat mengkaji bahwa walaupun belum saling mengenal isi pesan tetap harus menarik perhatian pengguna lain agar bisa tercipta suatu komunikasi yang berkelanjutan. Seperti memikirkan atau merencanakan tema juga bisa membuat percakapan menjadi lebih berkembang dan mengasyikan untuk keduanya. Menurut peneliti sendiri merencakan suatu tema pembahasan pada media komunikasi Tinder seperti bisa menjadi suatu hal yang patut dipikirkan. Bagaimana seseorang ingin mengenal lebih jauh lawannya jika komunikasi yang terjalin atau tema pembahasan membuat salah satunya merasa bosan. Merencakan tema akan membuat komunikasi yang terjalin semakin intim. Dengan menyusun tema sendiri pun kita menjadi tahu apa yang disukai dan tidak disukai lawan chat kita. Yang kedua adalah isi pesan, dimana isi pesan adalah bahan untuk atau materi yang dipilih yang ditentukan oleh komunikator untuk mengkomunikasikan maksudnya. A1 merasa bawha pembahasan mengenai pekerjaan dan kegiatan sehar-hari adalah awal perkenalan melalui media Tinder. Tema mengenai pekerjaan atau kegiatan sehari-hari memang suatu pembahasan awal dalam chat di media Tinder. Tentu kita juga tidak akan langsung menanyakan suatu informasi yang lebih sebab hal itu akan membuat lawan chat menjadi tidak nyaman. Selain mengenai pekerjaan dan kehidupan sehari-hari, tema pembahasan tentang hobi juga menjadi hal yang sering dibahas di media Tinder. Hobi akan membuat suatu pembahasan menjadi lebih menarik apalagi jika keduanya mempunyai hobi yang sama. Pada hal ini, A5 lebih memilih membahas hobi dan A5 sendiri sering mendapatkan lawan chat yang memiliki ketertarikan yang sama. Media Tinder memang membuat penggunanya bisa memilih dengan siapa akan berbagi informasi, info pada profil di media Tinder akan memudahkan penggunanya menemukan apa yang dicarinya. Yang ketiga dari pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi adalah kode pesan, atau sederetan simbol seperti kata atau huruf yang mempunyai arti. Kode pesan yang peneliti maskud disini adalah penggunaan emoticon dalam pesan di media Tinder juga cukup diperhitungkan. Dengan menggunakan emoticon, lawan chat kita di Tinder tidak akan menganggap kita terlalu formal dan susah didekati. Bisa kita lihat sendiri bahwa penggunaan emoticon menjadi suatu keharusan dalam melakukan chat dalam media Tinder. Emoticon membuat penggunanya terlihat ramah dan mudah didekati, hal 6
7 ini tentu saja berdampak pada hubungan yang akan terjalin, terutama karena kita tidak bisa melihat lawan chat di Tinder, emoticon bisa membuat kalimat menjadi lebih bernada, menjadi lebih seru. Tahap Perkenalan, dimana pada tahap perkenalan, hubungan antarpribadi dikategorikan sebagai kenalan karena jenis hubungan antarpribadi seperti itu sangat terbatas pada pertukaran informasi. Dua pribadi tidak terlibat dalam cerita-cerita yang bersifat pribadi apalagi menukar informasi pribadi. Tahap pengiriman pesan pengguna Tinder pada lawannya adalah salah satu tahap perkenalan, dimana komunikator merencanakan suatu tema untuk dibahas dengan komunikan yang dimaksud. Memberikan suatu informasi yang bukan sifatnya pribadi seperti pekerjaan, hobi dan kegiatan sehari-hari ini bisa dikatakan sebuah tahap perkenalan. Selain itu penggunaan emoticon juga menjadi tahap perkenalan dimana membuat sebuah komunikasi menjadi lebih dirasa santai dan tidak formal. Tentu kita tidak mau membuat lawan kita berpikir kita tidak ramah, dan penggunaan emoticon bisa membuat tahap perkenalan ini menjadi lebih baik. Hal ini pun dipertegas pada tahap teori penetrasi sosial (Morrisan), yaitu Tahap orientasi, dimana komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi. Para individu yang terlibat hanya menyanpaikan informasi yang bersifat sangat umum saja. Analisis pengguna Tinder memaknai keterbukaan melalui media Tinder. Pada tahap ini peneliti akan mengkaji tentang keterbukaan memalui media Tinder. Disini peneliti akan lebih menguraikan bagaimana pengguna Tinder menjalin keterbukaan dengan lawannya di aplikasi Tinder. Keterbukaan yaitu kemauan untuk menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didialam suatu hubungan yang terjalin. Keterbukaan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi Antar pribadi yang efektif. Dengan saling keterbukaan, upaya-upaya menjalin hubungan akan menjadi semakin erat dan proses komunkasi pun akan berjalan lancar. Menjalani hubungan via teknologi seperti Tinder, pengguna tentunya diharapkan memiliki sikap terbuka. Keterbukaan sendor. diawali dengan memulai komunikasi, sebab jika tidak ada yang memulai maka komunikasi tetntunya tidak akan berjalan. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa pengguna laki-laki lebih memiliki keterbukaan daripada pengguna wanita. Dimana mereka selalu mengawali percakapan pada media Tinder. Pengguna Laki-laki memang selalu mengawali percakapan. Hal ini bisa ditandai dengan sikap keterbukaan pengguna Laki-laki, sementara para pengguna perempuan lebih cenderung menunggu pengguna laki-laki untuk memulai lebih dulu. Walaupun begitu belum tentu pengguna Laki-laki lebih terbuka mengenai informasi pribadi. Pada tahap keterbukaan ini peneliti akan mengaitkan dengan teori penetrasi sosial, dimana teori ini merupakan ide bahwa hubungan menjadi lebih akrab seiring waktu ketika partner memberitahukan semakin banyak informasi mengenai mereka sendiri. Selanjutnya, social penetration merupakan proses peningkatan disclosure dan keakraban dalam hubungan. Pada tahap ini pengguna Tinder laki-laki memulai keterbukaannya untuk memulai sebuah percakapan, kemudian pengguna Lakilaki menempatkan diri mereka untuk menjadi seorang pendengar yang baik dimana dalam tahap ini hal itu penting agar membuat hubungan yang terjalin semakin lebih akrab, sementara pengguna perempuan sendiri mulai bercerita dan memberikan informasi yang mulai dianggap sebagai informasi pribadi. Dalam proses komunikasi tidak terlepas dari hambatan-hambatan komunikasi yang sering mengakibatkan komunikasi tidak berhasil, walaupun melalui media. Hambatan yang melibatkan sinyal pada media adalah suatu hal yang wajar, namun dalam hal ini peneliti lebih menemukan hambatan pada lawan chat 7
8 nya sendiri. Ada empat hal yang menjadi hambatan pada saat berkomunikasi melalui media Tinder. Yang pertama adalah hambatan waktu. Waktu menjadi faktor penting dalam komunikasi melalui media Tinder. Hambatan waktu akan menghambat komunikasi yang terjalin, tentunya ini akan membuat komunikasi tidak efektif. Selain itu A4 mengungkapkan bahwa faktor penting pada percakapan itu adalah wawasan komunikator dan komunikannya haruslah luas. Memang benar komunikasi dapat berjalan dengan baik jika komunikan dapat menerima pesan yang jelas sehingga menimbulkan feedback yang langsung, dalam hal ini jika komunikan atau komunikator memiliki keterbatasan wawasan, komunikasi akan tidak bisa berjalan lama. Tentu ini bisa berdampak pada lawan chatting yang jadi tidak berniat untuk berkomunikasi lagi. Sementara A5 mengungkapkan bahwa lawan chat yang terlalu jaim juga menyebabkan komunikasi akan menjadi tidak efektif. Dalam media Tinder, kita memang bisa memilih dengan siapa akan terbuka, tapi tentunya hal ini bisa menjadi penghambat pengguna lain untuk mengenal lawan chattingnya. Tetapi kembali lagi media sosial Tinder pun tidak melarang dengan siapa kita akan terbuka. Analisis pengguna Tinder memaknai Kepercayaan melalui media Tinder Tinder adalah aplikasi media sosial dimana kita bisa berhubungan dengan orang-orang yang berada di dunia maya. Itu artinya ketika kita berhubungan dengan orang baru kita harus memiliki sikap percaya kalau tidak komunikasi tidak akan berjalan dengan efektif. Dalam hal ini peneliti akan lebih mengkaji tentang bagaimana pengguna Tinder memaknai kepercayaan yang terjadi di media Tinder. Kepercayaan adalah sebuah proses dalam menjalani hubungan yang baik. Kepercayaan ditandai dengan sikap jujur, empati dan menerima. Yang pertama adalah sikap jujur. Sikap jujur adalah mengakui, berkata atau memberikan sebuah informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam hal ini media sosial adalah aplikasi yang bisa digunakan semua orang, artinya identitas bisa saja dirahasiakan. Jika dalam tahap keterbukaan seorang pengguna menceritakan informasi pada pengguna lain, dalam tahap kepercayaan akan dipertanyaan apakah informasi yang di ceritakan adalah benar atau bohong. Teori penetrasi sosial tidak lagi sekedar menggambarkan perkembangan linear, dari informasi umum kepada informasi pribadi. Sikap seseorang untuk terbuka dan tertutup merupakan suatu siklus dan siklus keterbukaan dan ketertutupan suatu pasangan memiliki pola perubahan reguler, atau perubahan yang dapat diperkirakan. Yang kedua adalah rasa empati. Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondiri yang dihadapi. Dalam hal ini, dengan mengerti suasana lawan chatting, maka komunikasi bisa berjalan dengan efektif. Seorang pengguna Tinder yang memiliki sikap ini tentu saja akan membuat lawannya merasa nyaman saat berkomunikasi meskipun hanya melalui media chatting. Meskipun hanya menggunakan media Tinder, pengguna akan memiliki rasa empati pada pengguna lainnya seperti memberikan saran. Rasa empati akan memampukan kita untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan menerimanya. Tentunya ini bisa membuat komunikasi semakin baik. Poin terakhir pada bagaimana pengguna Tinder memaknai kepercayaan adalah sikap menerima. Sikap menerima adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa berusaha mengendalikan. Dalam sikap menerima pengguna Tinder disini adalah mereka tidak bisa mengendalikan pengguna lain, sebab mereka hanya berkomunikasi melalui media. Bisa kita lihat A2 tidak bisa mengendalikan lawannya dengan cara langsung membalas pesan yang dikirim oleh A2. Media sosial adalah jaringan internet yang artinya akan ada selalu jarak disana. A2 menerima kenyataan 8
9 bahwa ia tidak bisa mengendalikan sehingga ia hanya akan bersikap menerima jika pesannya lama dibalas. Respon yang lama bisa menyebabkan komunikasi menjadi terhenti, sebab dalam suatu hubungan, kita biasanya menginginkan respon yang langsung dan jelas. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat pengguna Tinder mulai pada tahap yang ketiga, yaitu tahap keakraban dan keintiman. Tahap ini dimana pengguna bisa merasakan bahwa hubuungan semakin dalam, hal ini ditandai dengan rasa empati yang terjadi pada kedua penggunanya. Seperti bertanya mengenai suasana hati dan memberikan saran pada komunikan. Hal seperti ini tentu membuat salah satunya merasa diperhatikan dan tentu menimbulkan suatu tahap yang mulai intim. Suatu keterlambatan respon akan membuat komunikasi berjalan tidak baik dalam tahap ini, sebab dalam tahap ini, keintiman sudah dimulai. Tidak mungkin seseorang akan merasakan sebuah keintiman dengan orang lain jika intensitas interaksinya tidak sering. Seperti pada data wawancara, para pengguna Tinder yang sudah berada pada tahap ini akan merasakan sebuah perasaan yang tidak menentu pada lawan chatnya jika ada keterlambatan respon pada chat. Hal ini menimbulkan suatu pikiran bahwa lawan mereka tidak tertarik lagi pada mereka padahal bisa saja keterlambatan respon terjadi karena faktor lain, seperti tidak ada signal atau lain-lain yang bukan merupakan faktor kesengajaan. Analisis pengguna Tinder memaknai perbedaan hubungan antara dunia maya dan dunia nyata dapat dianalisa menggunakan komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan yang jelas di antara mereka. Devito (1976). Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung. Namun dalam perkembangan teknologi, komunikasi bisa lakukan dengan media. Tinder adalah salah satu media yang dimaksud oleh peneliti. Komunikasi yang baik seharusnya memang dilakukan secara face to face, tetapi media membuat komunikasi bisa dilakukan dengan media. Pada tahap terakhir makna hubungan antar pribadi melalui media Tinder adalah mengetahui bagaimana perbedaan hubungan antara dunia maya dan dunia nyata. Disini peneliti akan mengkaji lebih lanjut mengenai perbedaan komunikasi antara dunia maya dan dunia nyata. Pengguna Tinder yang menggunakan Tinder sebagai alat menjalin hubungan tentunya akan berada dalam tahap ingin mengenal lebih jauh mengenai lawan Tindernya, dan hal ini di lakukan dengan cara bertemu secara langsung pada waktu yang ditentukan oleh keduanya sehingga mereka bisa melanjutkan hubungan ketahap selanjutnya. Dari hasil data lapangan para pengguna Tinder yang bertemu secara langsung tidak akan langsung akrab, ada proses dimana keduanya saling terdiam sebelum akhirnya dapat menjalin komunikasi yang baik. A1 mengakui rasa nyaman saat bertemu dengan langsung akan terjalin jika keduanya bisa saling berkomunikasi dengan baik, jika keduanya tidak bisa saling menyesuaikan diri, ini akan berdampak pada tingkat kenyamanan yang menyebabkan komunikasi akan terjalin dengan buruk. Selain itu suasana komunikasi di media dan ketika bertemu langsung juga akan terasa berbeda. Komunikasi via teknologi tidak akan seefektif dengan komunikasi secara langsung atau face to face. Dalam media tinder, walaupun kita sudah merasa sangat mengenal lawan kita, hasilnya akan berbeda jika kita bertemu secara langsung. Ketika bertemu secara langsung informasi akan bertambah banyak sebab kita bisa memperhatikan hal-hal yang tidak bisa diperhatikan saat komunikasi dengan media, seperti ekspresi, emosi dan lain-lain. Dengan bertemu secara langsung kita juga bisa saling mengenal lawan kita. 9
10 Komunikasi menggunakan media memang sudah menjadi suatu budaya saat ini, namun tetap saja komunikasi secara langsung bisa membuat hubungan menjadi lebih erat. Dalam komunikasi langsung pun kita tidak akan tertipu oleh rupa dari lawan, sebab kita berhadapan langsung dengan lawan. Sementara dalam hubungan melalui media seperti Tinder, kita hanya dapat melihat foto tanpa tahu kebenarannya. Informasi yang ditaruh di media seperti Tinder keakuratannya tidak akan sebaik informasi secara langsung dengan tatap muka. Pada media Tinder kita bisa menaruh informasi apapun dan menggunakan foto siapapun atau menggunakan foto yang diedit dengan sedemikian rupa agar lawan di Tinder tertarik, tapi hal ini bisa menyebabkan komunikasi yang semula baik menjadi buruh. Seperti yang dijelaskan pada tahap kejujuran dan keterbukaan, dimana untuk menjalin hubungan yang baik dengan menggunakan media adalah informasi harus asli agar komunikasi bisa terjalin secara berkelanjutan. PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti dan berdasarkan pembahasan-pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; 1. Pengguna Tinder memaknai pesan komunikasi pada media Tinder dengan cara memikirkan tema agar lawan tertarik untuk berkomunikasi. Selain itu wawasan yang kurang terhadap akan membuat komunikasi tidak lancar, sebab jika wawasan mengenai pembahasan yang terbatas membuat salah satunya merasa tidak nyaman yang mengakibatkan membuat terhentinya suatu proses komunikasi. Dalam komunikasi melalui media Tinder, penggunaan emoticon akan membuat percakapan terlihat lebih santai dan ramah karena emoticon dianggap sebuah nada dalam percakapan melalui chatting. 2. Pengguna Tinder memaknai keterbukaan pada media Tinder dengan cara yang selalu diawali oleh para pengguna Laki-laki. Laki-laki selalu mengawali percakapan, sementara para pengguna perempuan lebih gengsi untuk mengawalinya. Namun pengguna perempuan akan lebih terbuka setelah pengguna laki-laki memulai. Walaupun begitu, tetap saja pengguna bisa memilih untuk dapat lebih terbuka dengan siapa. 3. Pengguna Tinder memaknai Kepercayaan pada media Tinder dengan berbagai hal, mempunyai rasa empati pada lawannya dengan cara bertanya pada apa yang dirasakan saat itu. Selain itu respon yang terlambat pada media chat akan membuat lawan merasa kesal, sebab komunikasi dinilai tidak akan lancar. 4. Pengguna Tinder memaknai perbedaan komunikasi dunia maya dan dunia nyata yaitu pengguna Tinder merasa bahwa pembahasan lebih banyak ketika bertemu secara langsung, sementara dalam dunia maya pembahasan lebih sedikit sebab identitas yang masih belum lengkap. Penggunaan foto pada Tinder juga bisa sangat menipu itulah mengapa hal itu bisa membuat komunikasi langsung berantakan. Namun komunikasi akan berkelanjutan setelah keduanya saling bertemu dan tergantung pada sikapnya masing-masing. REFERENSI Hidayat, Dasrun. (2012). Komunikasi Antarpribadi dan Medianya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Moleong, LJ. (2004). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Morrisan, (2013). Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana. Mulyana, Deddy. (2007). Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 10
11 Mulyana, Deddy. Solatun. (2007). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dalam Mendukung Pertahanan Negara di Laut di tahun 2010 juga Ruang Film Bandung (Konfrensi Film Bandung 2013). Saat ini aktif mengajar di Universitas BSI Bandung. BIODATA PENULIS Karlina Nadya, S.I.Kom. Bercita-cita menjadi seorang sutradara sekaligus penulis terkenal. Kini masih bergelut dengan kesehariannya menjadi mahasiswi Jurusan Televisi dan Film sejak tahun 2012 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung. Perempuan yang lebih akrab dipanggil Iin ini lahir di Bandung, 28 April Di usianya yang masih muda, Iin bermimpi suatu hari nanti bisa tinggal di kota New York Amerika. Jurnal ini merupakan tulisan ilmiah pertama yang di tulis oleh Karlina dibantu oleh Dasrun Hidayat dan Maya Retnasari. Dasrun Hidayat, S.Sos., M.I.Kom. Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas BSI Bandung sejak tahun Sedang dalam proses disertasi S3 di Universitas Padjajaran. Serius di bidang Ilmu Komunikasi Dasrun Hidayat juga telah menyelesaikan Magister Ilmu Komunikasi di kampus yang sama pada tahun Lahir di Sukabanjar, 16 November Hidayat telah menulis 3 buku ilmiah dengan judul Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, Be A Good Communicator dan Media Public Relations. Pernah berkesempatan mengikuti beberapa seminar seperti; Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan 2015 Seminar Nasional Public Relations 2015 dan Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) Tahun Maya Retnasary, M.I.Kom Alumi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun Lahir Purwakarta, 7 Maret Menyelesaikan pendidikan Strata 1 Jurusan Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tahun Pernah berkesempatan mengikuti Peran Civitas Akademica 11
BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk
Lebih terperinciHubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.
Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara
Lebih terperinciSumber : diakses pada 18 November pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya era globalisasi, berpengaruh terhadap sektor kehidupan manusia. Salah satunya di bidang percintaan. Dulunya pencarian jodoh biasa dilakukan secara
Lebih terperinciBAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE
BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.
BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: stakeholder, pelanggan, proses komunikasi interpersonal, tahapan penetrasi sosial
ABSTRAK Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari stakeholder. Salah satu stakeholder eksternal perusahaan yang berperan penting dalam keberhasilan suatu perusahaan adalah pelanggan,
Lebih terperinciKONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT
KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...
9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PERSETUJUAN. ii PERNYATAAN ORISINALITAS. iii LEMBAR PENGESAHAN. iv KATA PENGANTAR. v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH vii ABSTRAK viii ABSTRACT.. ix DAFTAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi
Lebih terperinciStruktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki
Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan yang paling dasar untuk berkomunikasi dan terhubung dengan manusia lain. Manusia cenderung berkumpul dengan
Lebih terperinciAsk.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan)
Ask.Fm dan Keterbukaan Diri (Studi Kasus Penggunaan Jejaring Sosial Ask.Fm dan Keterbukaan Diri di Kalangan Siswa SMA Negeri 3 Medan) Nurul Rezekiah Putri 110904102 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Ask.Fm
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinci2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang sangat mendasar untuk saling berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui komunikasi, manusia menunjukkan kodratnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Whatsapp adalah sebuah aplikasi chatting pada yang biasanya tersedia di bursa smartphone yang memungkinkan penggunanya berbagi gambar dan pesan. Whatsapp adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Bidang teknologi informasi saat ini telah berkembang secara massal dan cepat. Teknologi tersebut telah berhasil mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Melalui paradigma seorang peneliti akan memiliki cara pandang yang
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Memilih paradigma adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh peneliti agar penelitiannya dapat menempuh alur berpikir yang dapat mencapai tujuan yang
Lebih terperinciOleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung
PERAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM MENCEGAH TINDAK KEKERASAN ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN KLABALA KOTA SORONG Oleh: Anggelia Dea Manukily Julia Pantow Lingkan E. Tulung e-mail: deamanukily@gmail.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesepian (loneliness) 1. Pengertian Kesepian Menurut Sullivan (1955), kesepian (loneliness) merupakan pengalaman sangat tidak menyenangkan yang dialami ketika seseorang gagal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari
Lebih terperinciKOMUNIKASI YANG EFEKTIF
KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi salah satu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan jaman, beragam media komunikasi dan cara berinteraksi mulai berubah.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A15.113.02 / Interpersonal Revisi ke : Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : Jml Jam kuliah dalam seminggu : 2.5 jam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi
35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah. Perkembangan hidup pada manusia akan membawa seorang manusia menuju sebuah usia yang memiliki tugas untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup, menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Wibisono, 2007: 90). Stakeholder internal adalah stakeholder yang berada di
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan tidak akan pernah terlepas dari yang namanya stakeholder. Kasali (dalam Wibisono, 2007: 90) menyatakan bahwa stakeholder adalah suatu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan
Lebih terperinciFitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas
PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI TERHADAP TINGKAT KEINTIMAN KOMUNIKAS INTERPERSONAL (Kasus penggunaan Smartphone Blackberry Pada Mahasiswa Universitas Atma Jaya Program Studi Ilmu Komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi menduduki suatu tempat yang utama dalam tatanan organisasi, dan secara keseluruhan ditentukan oleh cara berkomunikasi. Oleh karena itu komunikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI 2.1. Komunikasi Pengertian Komunikasi
BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi dalam bahasa Ingris adalah communication, berasal dari kata commonicatio atau dari kata comunis yang berarti sama atau sama maknanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penampilan atau biasa disebut dengan istilah appearance merupakan hal yang perlu di perhatikan ketika seseorang memutuskan untuk bertemu dengan orang lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal.
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai
Lebih terperinciPENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL
PENGALAMAN KOMUNIKASI REMAJA YANG DIASUH OLEH ORANGTUA TUNGGAL SUMMARY SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
Lebih terperinciPERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG
Elsa Puji Juwita, Peran Media Sosial terhadap Gaya Hidup Siswa PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG Elsa Puji Juwita 1, Dasim Budimansyah 2, Siti Nurbayani 3 1 SMA PGRI Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak dapat terbendung lagi. Perkembangan tersebut diiringi juga dengan perkembangan media internet yang biasa
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. pengguna laki-laki dan pengguna perempuan. Identitas yang dimaksud
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat ditarik oleh peneliti atas perumusan masalah mengenai identitas material, jenis pesan yang diproduksi, cara penayampaian pesan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95
Lebih terperinciPENGALAMAN PEKERJA PEMANDU KARAOKE DALAM MENGUPDATE STATUS DI FACEBOOK SEBAGAI HUBUNGAN ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI PRIBADI DENGAN PELANGGAN.
PENGALAMAN PEKERJA PEMANDU KARAOKE DALAM MENGUPDATE STATUS DI FACEBOOK SEBAGAI HUBUNGAN ANTARPRIBADI DAN KOMUNIKASI PRIBADI DENGAN PELANGGAN Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan
Lebih terperinciMateri Minggu 1. Komunikasi
T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain
Lebih terperinci45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan diharapkan dapat memberikan gambaran secara menyeluruh terhadap temuan dan analisis data terkait pokok permasalahan
Lebih terperinciKomunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan
Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni
BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaum muda yang notabene adalah generasi yang baru bertumbuh dewasa dan masih harus mencari orientasi hidup, tidak jarang menjadi korban dari dampak budaya virtual.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi seluruh umat manusia. Tiada hari tanpa berkomunikasi. Karena pada dasarnya manusia membutuhkan orang lain untuk bertahan
Lebih terperinciABSTRAKSI Judul Skrispi : Penggunaan Path sebagai Media Maintaining Intimacy in Friendship
ABSTRAKSI Judul Skrispi : Penggunaan Path sebagai Media Maintaining Intimacy in Friendship Nama : Ganes Trihapsari NIM : 1403012140141 Jurusan : Ilmu Komunikasi Path dikenal di masyarakat luas sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu
Lebih terperinciKOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1.
KOMUNIKASI ADAPTASI KELUARGA DALAM REMARRIAGE SUMMARY SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Lebih terperinciPROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU. Nur Oktapianti NIM :
PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU Nur Oktapianti NIM : 090563201042 ABSTRACT This research aims to determine the process of interpersonal communication
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keberadaan media baru sebagai perkembangan teknologi media, menandakan bahwa media sendiri berubah, seiring dengan perkembangan teknologi dan masyarakat.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi mengacu pada tindakan, oleh salah satu atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang
Lebih terperinciPsikologi Komunikasi Antar Pribadi
Modul ke: Psikologi Komunikasi Antar Pribadi Fakultas 04FIKOM Komunikasi Antarpribadi Sebagai Proses Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi Saling Tergantung Para Pelaku dalam komunikasi Antarpribadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan gambaran permasalahan yang diuraikan pada bab sebelumnya, penelitian analisis tugas production assistant dalam program Sarah Sechan dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelarangan penggunaan jilbab sebagai atribut Islam sangat ketat di beberapa negara. Setelah umat Islam mendapat kemerdekaan menggunakan segala bentuk atribut Islam,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN. Pengguna Media Sosial Tinder dalam Menjalin Relasi Pertemanan di Kalangan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti mengambil skripsi yang berjudul Perilaku Komunikasi Para Pengguna Media Sosial Tinder dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya
Lebih terperinciKomunikasi Interpersonal
Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar
1 Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang di dalam hidupnya selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan bertransaksi yang biasa kita kenal dengan berbelanja adalah kegiatan yang tidak dapat lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Sesuai dengan kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Hasil Olah Peneliti. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Internet sebagai alat komunikasi telah berkembang menjadi sebuah media yang efektif dan bersifat global. Instant Messaging (pesan instan), Chatting, Facebook,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang Guru bahasa Sunda memiliki cara tersendiri dalam berinteraksi kepada muridnya. Karena seorang guru bahasa sunda harus menyampaikan pesan yang disengaja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang melibatkan media komputer sebagai channel yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Computer mediated communication (CMC) merupakan proses komunikasi yang melibatkan media komputer sebagai channel yang digunakan. Model komunikasi ini berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern
Lebih terperinciBAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,
BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)
Lebih terperinciKETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU
KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TINGKAT (I) SATU Juwita Palupi Muhamad Fajar Hidayat Devi Subiyantini Putri Rizky Psikologi, FPPsi, Universitas Negeri Malang juwi.pupi@gmail.com fajarjunior93@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak dikalangan anak-anak, remaja, bahkan orang tua sekalipun. Hal ini, membuktikan bahwa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Internet sudah menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari baik individu maupun organisasi (Hanson, 2000 :7 9). Perusahaan menggunakan internet sebagai cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komunikasi pada masa kini menyuguhkan media komunikasi yang semakin variatif. Dahulu, kita hanya mengenal media komunikasi tradisional:
Lebih terperinciBAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN. penelitian kualitatif yang berupa data-data yang bersifat deskriptif. Hal ini
BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Temuan Hasil Penelitian Temuan peneliti berupa data-data dari lapangan yang diperoleh dari penelitian kualitatif yang berupa data-data yang bersifat deskriptif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diteliti dapat dianalisis secara tepat dan terjamin kesahihannya. 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya harus menggunakan metodologi penelitian yang tepat agar hasil penelitiannya dapat dipertanggung jawabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. pengamatan lapangan yang sudah direduksi dan di buat kategori-kategorinya
94 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Pada bab ini analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data
Lebih terperinciEFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA
EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI BAGI PENGEMBANGAN DIRI MAHASISWA Indah Wahyu Utami, S.T., M.Si. 1, Margaretha Evi Yuliana, S.S, M.Si Teknik Informatika 1, Sistem Informasi 2 STMIK Duta Bangsa Surakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Di era informasi internet memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia. Internet menjadi media yang banyak digunakan oleh kalangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, internet menjadi salah satu inovasi teknologi komunikasi yang banyak digunakan. Kehadiran internet tidak hanya menjadi sekadar media komunikasi, tetapi juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam
49 BAB III METODE PENELITIAN Metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinci