BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang mampu meningkatkan derajat dan tarap hidup manusia. Penggunaan pestisida di bidang pertanian, utamanya di negara-negara berkembang mencakup 90%. Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan pestisida perkembangan hama tidak terkendali yang menimbulkan dampak pada penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan sesuai jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida, fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk mengendalikan hama dari tikus dan siput (Putra, 2013). Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji. Upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertanian. Mengingat penciptaan social culture dengan subsidi biaya penggunaan pestisida dan mengandalkan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk. Hal ini disebabkan oleh keseimbangan 1

2 2 ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi musuh alami semakin punah). Kecamatan Kintamani terletak di Kabupaten Bangli yang memiliki luas sekitar 366,92 km², terdiri lahan sawah, perkebunan, tegal, pekarangan dan lainlain. Masing-masing terdiri dari lahan sawah seluas 123 hektar, perkebunan ,00 hektar, tegal hektar, pekarangan 946 hektar, lain-lain hektar dan terdiri dari 48 desa. Wilayah Kecamatan Kintamani sebagian besar merupakan daerah pedesaan yang mayoritas penduduk bekerja di sektor pertanian. Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Bangli Tahun 2013, sebanyak rumah tangga, pertanian di Kecamatan Kintamani sebanyak rumah tangga. Sementara menurut hasil Sensus Pertanian 2013, komposisinya adalah 48,61 % di Kecamatan Kintamani dan 51,39 persen di luar Kecamatan Kintamani (BPS, 2013). Tanaman jeruk merupakan tanaman utama yang ada di Kintamani. Tanaman yang banyak di tanam di Kintamani yaitu jeruk siam. Kondisi pertumbuhan tanaman jeruk pada iklim sub tropika dengan suhu rata-rata 20 C dimana pertumbuhan memerlukan banyak sinar matahari dan cukup air tanah serta di butuhkan curah hujan yang agak tinggi. Namun seiring perubahan iklim saat ini, sangat berpengaruh terhadap produktivitas hasil perkebunan jeruk siam yang ada di Kintamani. Hal ini kadang merugikan dan juga kadang menguntungkan petani, maka dari itu para petani di kintamani mengupayakan berbagai cara agar produktivitas perkebunan meningkat. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan cara sistem perkebunan tumpang sari serta menggunakan pestisida mengendalikan produktivitasnya (Sartono, dkk, 2013). Penggunaan pestisida membawa dampak buruk terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu

3 3 pestisida. Menurut WHO memperkirakan setiap tahun terjadi 1 5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai korban jiwa. Sekitar 80% keracunan dilaporkan terjadi di negara-negara sedang berkembang. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah timbulnya pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya. Menurut data WHO, orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal seperti kanker, cacat, kemandulan, dan gangguan pada hepar, dan dilaporkan juga paling tidak orang meninggal akibat keracunan pestisida. Terpaparnya tubuh oleh pestisida berdampak pada komponen yang ada dalam tubuh manusia, salah satunya adalah darah. Pestisida dapat menimbulkan abnormalitas pada profil darah, karena pestisida dapat mengganggu organ-organ pembentuk sel-sel darah, proses pembentukan sel-sel darah dan juga sistem imun (Djau, R., 2009). Hemoglobin menurut Dorland (2002) adalah pigmen berwarna merah pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang. Merupakan hemoprotein yang mengandung empat gugus hematin dan globin serta mempunyai kemampuan mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, oleh karena itu akan menyuplai energi pada reaksi kimia dalam sel-sel (Dorland,W.A., 2002). Patil Jyotsna et al. (2003) dalam penelitian kepada para petani anggur yang terpapar pestisida mendapati penurunan dalam beberapa komponen hematologi seperti Hemoglobin, Hematokrit dan Red Blood Cell. Hasil Penelitian Runia (2008) Faktor-faktor yang berhubungan dengan keracunan pestisida dan kejadian Anemia pada petani hortikultura di desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jumlah petani yang menderita keracunan adalah sebanyak 75 orang (96,15%) dan petani yang menderita anemia adalah sebanyak 63 orang (80,8%). Reddy P.B dan

4 4 Jagdish Kanojia (2012) melakukan penelitian pada petani di beberapa desa di India menyimpulkan hal yang sama dimana didapati penurunan pada parameter hematologi seperti Hemoglobin, Hct dan RBC. Penelitian yang dilakukan oleh D. Ramsingh tahun 2009 di India juga didapati bahwa terdapat pengaruh pestisida dalam kadar hemoglobin dimana pestisida ini menyebabkan penurunan produksi atau peningkatan penghancuran sel darah merah. hal ini membuat terbentuknya methemoglobin di dalam sel darah merah. Hal ini menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan fungsinya dalam menghantar oksigen (dalam Rangan et al. 2013). Penelitian Rangan et al. (2013) Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 50 sampel petani yang terpapar pestisida di kelurahan Rurukan kota Tomohon menggambarkan kadar Hb telah mengalami penurunan. Dalam setiap pekerjaan, pemeriksaan kesehatan dirancang untuk memberi jaminan bahwa tenaga kerja tersebut cocok untuk dipekerjaan serta tetap dalam keadaan bugar selama masa kerjanya. Penyimpangan kesehatan harus dideteksi sedini mungkin. Dalam hal ini diperlukan pemeriksan kesehatan bagi petani untuk mengetahui apakah petani terpapar pestisida. Menurut WHO, 1995: Pemeriksaan kesehatan berkala seyogianya dilaksanakan dengan selang waktu teratur setelah pemeriksaan awal sebelum melakukan pekerjaannya kembali. Pengaruh pestisida terhadap kesehatan para petani sudah seharusnya menjadi perhatian semua orang terutama para tenaga medis. Hal ini menarik untuk dibahas dan diteliti. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik mengangkat topik ini agar dapat mengetahui kadar hemoglobin pada petani yang terpapar pestisida.

5 5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kadar hemoglobin dan determinannya pada petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani Kabupaten Bangli? 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana kadar hemoglobin pada petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani Kabupaten Bangli? Bagaimana hubungan lama bekerja dengan kadar hemoglobin darah petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani? Bagaimana hubungan dosis pestisida yang digunakan dengan kadar hemoglobin darah petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani? Bagaimana hubungan pemakaian APD dengan kadar Hemoglobin darah petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan kadar hemoglobin darah dan determinannya pada petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kitamani dan jenis pestisida yang digunakan Tujuan Khusus A. Untuk mengetahui kadar hemoglobin darah petani B. Untuk mengetahui hubungan lama bekerja dengan kadar hemoglobin darah petani

6 6 C. Untuk mengetahui hubungan dosis pestisida yang digunakan dengan kadar hemoglobin darah petani D. Untuk mengetahui hubungan pemakaian APD dengan kadar hemoglobin darah petani E. Untuk mengetahui jenis pestisida yang digunakan petani 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat praktis A. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi program pengendalian penyakit yang diakibatkan oleh paparan pestida. B. Sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan di wilayah Kecamatan Kintamani dalam perencanaan penyuluhan kepada masyarakat Manfaat teoritis A. Meningkatkan keterampilan (skill) penulis dalam menyusun karya tulis ilmiah. B. Sebagai sumber data dan bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat meneliti tentang kadar hemoglobin darah dengan pajanan pestisida. C. Sebagai sumbangan dalam memperkaya ilmu pengetahuan Kesehatan Masyarakat dalam pengendalian penggunaan pestisida khususnya bahaya pestisida terhadap kadar hemoglobin Ruang lingkup materi Materi dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin darah petani dan determinannya meliputi lama bekerja, dosis pestisida, pemakaian APD, dan jenis pestisida yang digunakan petani dalam melakukan penyemprotan.

7 7 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Mengingat keterbatasan sarana, tenaga maupun dana serta waktu yang tersedia di dalam pelaksanaan penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut: Lingkup Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret Mei Lingkup Tempat Penelitian ini akan dilakukan di desa Langgahan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Lingkup Sasaran Sasaran dari penelitian ini adalah petani jeruk di desa Langgahan Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Ruang lingkup materi Materi dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin darah petani dan determinannya meliputi lama bekerja, dosis pestisida, pemakaian APD, dan jenis pestisida yang digunakan petani dalam melakukan penyemprotan.