II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae.

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sawi pakcoy (Brassica rapa L) Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae. Sayuran sawi pakcoy berasal dari Cina dan telah dibudidayakan secara luas setelah abad ke-5 di Cina Selatan dan Cina Pusat serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksi baru di Jepang dan masih sefamili dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina, Malaysia, Indonesia dan Thailand (Anonim., 2012). Adapun Klasifikasi sayur sawi pakcoy adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Rhoeadales, Famili: Brassicaceae, Genus : Brassica, Spesies : Brassica rapa L. Gambar 1. Sayur sawi pakcoy (Brassica rapa L) Sawi pakcoy bermanfaat untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk, penyembuh sakit kepala, pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan, bijinya dimanfaatkan sebagai minyak serta pelezat makanan. Kandungan yang terdapat pada sawi pakcoy adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, 5

2 6 Vitamin B, dan vitamin C (Fahrudin., 2009). Kandungan gizi sawi pakcoy setiap 100 g dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan gizi setiap 100 g sawi pakcoy No Komposisi Jumlah 1 Protein 2,30 g 2 Lemak 0,30 g 3 Karbohidrat 4,00 g 5 Kalsium (Ca) 220,50 mg 6 Fosfor (P) 38,40 mg 7 Besi (Fe) 2,90 mg 8 Vitamin A 1.940,0 mg 9 Vitamin B 0,09 mg 10 Vitamin C 102,00 mg Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, Insektisida Insektisida merupakan bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Kesulitan dalam pengendalian serangga disebabkan sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar. Untuk membunuh serangga, insektisida masuk dalam tubuh serangga melalui lubang, kontak dan pernafasan (Wudianto, 2001). Insektisida terdiri dari beberapa golongan yaitu golongan karbamat, organoklorin, organofosfat, dan piretroid (Tadeo., 2008). Insektisida yang paling banyak beredar di pasaran adalah golongan organofosfat. Beberapa contoh insektisida organofosfat adalah diazinon, dimetoat, fenitrotin, klorpirifos, dan profenofos. Senyawa golongan ini menghambat enzim asetilkolinesterase yang berfungsi menghidrolisis asetilkolin pada sinapsis sistem saraf. Keracuan akibat senyawa organofosfat akan menyebabkan otot-otot menjadi kejang, pusing, gemetar, penglihatan menjadi kabur, mual, lemah, kejang, diare, dan sakit pada dada. Pengunaan pestisida mempunyai dampak positif dan dampak negatif.

3 7 Dampak positifnya adalah dapat menekan populasi hama dalam waktu yang relatif panjang, sedangkan dampak negatifnya dapat menimbulkan bahaya bagi organisme bukan sasaran dan konsumen serta dapat mencemari lingkungan. 2.3 Profenofos Profenofos merupakan salah satu insektisida golongan organofosfat. Insektisida ini merupakan racun kontak dan lambung berspektrum luas. Dengan nama Kimia O-4-bromo-2-klorofenil O-etil S-propil fosforotioat (C 11 H 15 BrClO 3 PS), mempunyai rumus struktur yang dapat dilihat pada Gambar. 2 Gambar 2. Rumus struktur profenofos Insektisida profenofos ini diaplikasikan pada tanaman sayuran dan buah. Di Indonesia, profenofos pada umumnya diaplikasikan pada sawi, cabai dan tomat. Profenofos pada cabai merah di Indonesia diaplikasikan dengan konsentrasi penyemprotan 0,025-0,15 kg dengan waktu aplikasi sesuai kebutuhan (Irie, 2007). Sifat-sifat kimia dari senyawa profenofos ini dapat dilihat pada Tabel 2.

4 8 Tabel 2. Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Profenofos Kriteria Hasil Kemurnian Minimum 91,4% Bentuk Cair Warna Coklat terang Bau Bau lemah, seperti bawang yang dimasak Kelarutan dalam peralut organik pada suhu 25% n-heksana: larutan sempurna n-oktanol: larutan sempurna toluene: larutan sempurna diklorometana: larutan sempurna etil asetat: larutan sempurna aseton: 20 methanol Sumber : Irie, Residu pestisida pada sayuran Residu pestisida adalah sisa pestisida yang terdapat pada jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah (Deptan, 2007). Residu pestisida pada tanaman dapat berasal dari hasil penyemprotan pada tanaman. Residu pestisida terdapat pada semua tubuh tanaman seperti batang, daun, buah, dan juga akar. Khusus pada buah, residu ini terdapat pada permukaan maupun daging dari buah tersebut. Walaupun sudah dicuci atau dimasak, residu pestisida ini masih terdapat pada bahan makanan (Zulkarnain, 2010). Berdasarkan penelitian Hidayat (2013), terdapat pestisida klorpirifos pada bawang merah di Lotte Mart Kota Makasar dengan konsentrasi 0,00615 mg/kg dan pestisida profenofos pada bawang merah dengan konsentrasi 0,039 mg/kg. Hasil tersebut masih berada dibawah batas maksimum residu (BMR). 2.5 Penerapan Commodity System Assessment Method (CSAM) CSAM atau sistem penilaian komoditi adalah suatu metode penilaian sistem komoditi hortikultura yang bertujuan mengidentifikasi dan mendeskripsikan masalah serta mengidentifikasi dan memformulasikan

5 9 pemecahan masalah yang tepat dari faktor-faktor dan cara-cara penanganan yang mempengaruhi mutu, kehilangan, kerusakan, kerugian serta ekonomi dalam rantai distribusi atau pemasaran produk hortikultura (Harsojuwono, 2008). Tujuan dari penerapan CSAM adalah mengkaji komoditas tertentu, mulai dari perencanaan produksi sampai distribusi akhir hingga konsumen, serta mengidentifikasi prioritas permasalahan yang terjadi sepanjang tahapan distribusi. CSAM saat ini sangat diperlukan karena dilihat dari jalur distribusi suatu produk, baik itu dari tangan pertama yaitu produsen (petani) sampai konsumen (pengecer, pengepul, Pedagang besar dan konsumen akhir) banyak terjadi kehilangan (Harsojuwono, 2008). Kerugian yang didapatkan oleh produsen (petani) cukup banyak yaitu menurunnya mutu produk yang akan mengakibatkan harga produk menurun dan akan menyebabkan keuntungan berkurang. Maka diperlukan pemecahan masalah penanganan pascapanen dengan cara mempertahankan kualitas produksi. Melakukan identifikasi dan deskripsi permasalahan kemudian diformulasikan menjadi suatu keputusan penanganan pascapanen yang tepat (Utama dkk., 2002). Identifikasi dapat dilakukan dengan cara : 1. Melakukan suvei lapangan. 2. Membuat kuisioner baik terbuka maupun tertutup. 3. Menentukan sampel dan responden. 4. Mencari data. 5. Menganalisis data. Responden dari kegiatan produksi pascapanen sawi pakcoy adalah semua yang terlibat dalam rantai distribusi yaitu petani, pengepul atau pengepul,

6 10 pedagang besar, dan pengecer. Penangan sawi pakcoy yang diamati adalah perubahan karakteristik fisik, maka dalam tahapan identifikasi dengan melakukan survei yang menjadi analisa secara umum adalah transportasi, sortasi, pengemasan, penyimpanan dan distribusi (Utama dkk., 2002). 2.6 Penanganan pascapanen sawi pakcoy Penanganan pascapanen adalah usaha untuk mempertahankan dan meminimalkan kerusakan bahan-bahan hasil pertanian atau mempertahankan mutu sebelum diolah menjadi produk olahan. Mutu yang dimaksud dapat berupa umur simpan yang lebih lama hingga saat konsumen membeli sayur masih dalam keadaan bermutu baik dan tidak mengalami kerusakan baik secara fisik maupun biologis. Disamping itu kandungan nutrisi dan kesegarannya mampu dipertahankan sampai ke tangan konsumen. Menurut Haryanto dkk, Penanganan pascapanen bertujuan agar sayuran yang telah dipanen terlindungi dari kerusakan fisik. Dengan demikian, mutu sayuran yang akan dipasarkan tetap baik Sortasi Sortasi adalah usaha memilah-milah produk hasil pertanian, produk pertanian yang dipanen perlu dilakukan sortasi untuk mendapatkan produk dengan mutu yang seragam. Sortasi dilakukan dengan tujuan memisahkan hasil panen yang baik dan yang cacat. Sortasi dilakukan untuk membersihkan serangga, penyakit, atau kotoran lainnya (Suyasa, 2011). Menurut Haryanto dkk, (2007) tidak semua sayuran yang telah dipanen layak dipasarkan. Oleh karena itu, perlu mengadakan sortasi atau pemilahan berdasarkan kualitas dan keseragaman. Menurut Samad (2006), nilai ekonomi berbagai jenis holtikultura tergantung pada

7 11 mutu komoditasnya. Oleh karena itu proses pemisahan antar komoditas (sortasi) yang mutunya rendah dengan yang mutunya tinggi perlu dilakukan Pencucian Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. Menurut Samad (2006), hampir semua komoditas sayuran yang telah dipanen mengalami kontaminasi fisik terutama debu atau tanah sehingga perlu dilakukan pencucian. Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran serta residu pestisida (insektisida atau fungisida). Namun demikian, pencucian tidak dilakukan terhadap sayuran yang teksturnya lunak dan mudah lecet atau rusak. Secara tradisional pencucian menggunakan air, namun untuk mendapatkan hasil yang lebih baik disarankan menambahkan klorin ke dalam air pencucian agar mikroba dapat dihilangkan dengan lebih efektif. Setelah pencucian bahan dapat dikeringkan dengan cara meniriskan di alam terbuka atau dengan mengalirkan udara panas Pengemasan Pengemasan adalah suatu kegiatan membungkus produk dengan tujuan untuk mempertahankan produk agar tetap bersih dan memberi perlindungan pangan terhadap kerusakan yang terjadi. Tujuan pengemasan yang paling utama adalah untuk menjaga mutu bahan pangan selama tenggang penggunaan. Menurut Haryanto dkk, (2007), pengemasan bertujuan untuk memudahkan pengangkutan.

8 Penyimpanan Tujuan utama penyimpanan adalah pengendalian laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit dan mempertahankan produk yang paling berguna untuk konsumen. Penyimpanan selama proses pendistribusian dilakukan untuk menjaga kondisi sayuran sebagai usaha mempertahankan kesegarannya. Salah satu tahapan dalam penanganan pascapanen sayuran, yaitu dilakukan ketika sayuran mengalami waktu pendistribusian yang lama. Menurut Kotler (2002), penyimpanan merupakan suatu proses penempatan produk secara tepat agar terhindar dari kerusakan yang akan mengakibatkan produk tersebut rusak dan tidak disukai konsumen. Penyimpanan suatu produk harus disesuaikan dengan standar karena akan mempengaruhi nilai jual. Berdasarkan Hasil penelitian Tallip (2010) tentang penanganan pascapanen wortel dari Kecamatan Baturiti ke Kota Denpasar, menyatakan bahwa penanganan pascapanen di tingkat petani mencangkup pemanenan, pembersihan. pengemasan, penimbangan dan pengangkutan. Pada tingkat pengepul meliputi pengangkutan, pembongkaran, pencucian, sortasi, pengemasan, penimbangan dan pemasaran. Pada tingkat pengecer menliputi pemajangan, penjualan dan pengemasan. 2.7 Jalur Distribusi Jalur distribusi merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pendistribusian barang atau jasa hingga sampai kepasaran karena dapat memperlambat bahkan memacetkan usaha penyaluran barang maupun jasa dari produsen kepada konsumen. Dalam penelitian Gunada (2014) dihasilkan 6 jalur

9 13 distribusi kacang panjang dari Kecamatan Baturiti sampai ke Kota Denpasar masing-masing sebagai berikut: Jalur 1. Petani ---- Pedagang ---- Konsumen Pada jalur ini petani menjual kacang panjang langsung ke pedagang pasar tradisional di Kota Denpasar. Petani dan pedagang pasar tradisional pada jalur ini berasal dari satu wilayah desa yang sama. Jalur 2. Petani ---- Pedagang Pedagang Konsumen Pada jalur ini petani menjual kacang panjang kepada pedagang 1 yang memasarkan kacang panjang belum sampai di Kota denpasar, namun kacang panjang pedagang1 bersangkutan dibeli lagi oleh pedagang 2 pasar tradisional yang ada di Kota Denpasar untuk di jual ke konsumen. Jalur 3. Petani ---- Pengepul ---- Pedagang ---- Konsumen Pada jalur ini petani menjual kacang panjang kepada pengepul kemudian pengepul langsung mendatangi rumah para pedagang pasar tradisional yang berjualan di Kota Denpasar. Jalur 4. Petani ---- Pengepul ---- Pedagang ---- Pengecer ---- Konsumen Pada jalur IV petani menjual kacang panjang kepada pengepul. Kemudian pengepul langsung mendatangi rumah para pedagang pasar tradisional yang berjualan di Kota Denpasar. Pedagang pasar tradisional yang mendapat pasokan dari pengepul, kacang panjangnya dibeli oleh pengecer saat pedagang berjualan pagi harinya di pasar tradisional Kota Denpasar. Jalur 5. Petani ---- Pedagang ---- Pengecer ---- Konsumen Pada jalur ini petani menjual kacang panjang langsung ke pedagang pasar tradisional di Kota Denpasar kemudian dibeli lagi oleh pengecer untuk dijual ke

10 14 konsumen. Petani dan pedagang pasar tradisional pada jalur ini berasal dari satu wilayah desa yang sama. Pengecer pada jalur ini membeli kacang panjang dari pedagang pasar tradisional di Kota Denpasar. Jalur 6. Petani ---- Pedagang Pedagang Pengecer ---- Konsumen Pada jalur ini petani menjual kacang panjang kepada pedagang 1 yang memasarkan kacang panjang belum sampai di Kota denpasar, namun Kacang panjang pedagang 1 bersangkutan dibeli oleh pedagang 2 pasar tradisional yang ada di Kota Denpasar kemudian dibeli oleh pengecer. Pengecer pada jalur ini membeli kacang panjang di pasar tradisional Kota Denpasar.