II. TINJAUAN PUSTAKA. Model discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. Model discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses"

Transkripsi

1 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Discovery Learning Model discovery learning adalah teori belajar didefinisikan sebagai proses pembelajaran terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip sama dengan inkuiri dan problem solving. Tidak ada perbedaan prinsipil pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah diperhadapkan kepada siswa semacam masalah direkayasa oleh guru (Tim Penyusun, 2013). Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar terjadi sebagai hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning merupakan suatu model pembelajaran dapat mengembangkan pola pikir atau daya ingat siswa aktif dalam proses pembelajaran agar dapat

2 10 menemukan konsep, menemukan informasi, menyelidiki sendiri dan dapat memecahkan masalah sedang dihadapi. Cara belajar seperti ini, dapat digunakan dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan yaitu: dalam penemuan siswa berkesempatan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun serta dapat meramalkan informasi tambahan diberikan, siswa dapat merumuskan strategi tanya jawab untuk memperoleh informasi bermanfaat. Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentukkerjasama efektif, saling membagi informasi, mendengar danmenggunakan ide-ide orang lain. Keterampilan dipelajari dalam pembelajaran lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar baru (Bell, 1978) Menurut Munandar (Fathur dkk, 2012) memberikan pendapatnya bahwa mengajar dengan discovery selain berkaitan dengan penemuan juga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Model pembelajaran discovery merupakan kegiatan pembelajaran melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menemukan sesuatu (benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, memberanalitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Adapun menurut Syah (2004) dalam mengaplikasikan model discovery learning di kelas, tahapan atau prosedur harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:

3 11 1. Pemberian rangsangan Langkah awal dari tahap stimulasi ini adalah siswa dihadapkan pada sesuatu dapat menimbulkan kebingungannya, setelah itu dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, hal ini dimaksudkan agar timbul keinginan siswa untuk menyelediki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan belajar mengajar dengan mengajukan pertanyaan. Pada tahap ini siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dengan melakukan kegiatan mengamati data tentang fakta atau fenomena dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu. Dengan adanya kegiatan ini, peserta didik dapat melakukan pengamatan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan membaca hal penting dari suatu benda atau objek. 2. Pernyataan/ identifikasi masalah Setelah melalui tahap pemberian rangsangan, tahap selanjutnya adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah telah diberikan oleh guru, kemudian siswa dapat merumuskan masalah serta hipotesisnya atas pertanyaan dari permasalahan diberikan (Syah, 2004). Pada tahap ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan tentang apa telah mereka amati pada kegiatan stimulasi. Melalui kegiatan mengidentifiksi masalah ini dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik dan keterbiasaan siswa untuk menemukan suatu masalah akan semakin terlatih. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi lebih lanjut dan beragam dari sumber ditentukan guru sampai ditentukan peserta didik, dari sumber tunggal sampai sumber beragam.

4 12 3. Pengumpulan data Ketika proses pembelajaran berlangsung guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber relevan, agar dapat membuktikan benar atau tidaknya hipotesis mereka buat pada tahap identifikasi masalah (Syah, 2004). Tahapan ini salah satunya dilakukan agar peserta didik dapat menggali dan mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Melalui kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu pengolahan data. 4. Pengolahan Data Pengolahan data merupakan suatu kegiatan mengolah data dan informasi telah didapatkan oleh siswa. Informasi siswa peroleh dapat dijadikan bahan dalam pengolahan data. Sumber informasi berupa hasil bacaan, wawancara, observasi, eksperimen dan sebagainya. Setelah itu semua data diolah, diacak, ditafsirkan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2006). Dalam kegiatan ini, peserta didik melakukan pemrosesan data atau informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola ditemukan. 5. Pembuktian Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara teliti, pemeriksaan itu didapatkan dengan cara melakukan suatu percobaan atau eksperimen guna untuk

5 13 membuktikan benar atau tidaknya hipotesis telah dibuat pada tahap identifikasi masalah. Kemudian temuan telah didapat pada saat melakukan percobaan dapat dihubungkan dengan hasil pengumpulan data dan pengolahan data (Syah, 2004). 6. Menarik Kesimpulan Tahap akhir dari model discovery learning ini adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini siswa diminta untuk menarik kesimpulan dari pengetahuan telah diperolehnya selama proses pembelajaran dan dapat dipertanggung jawabkan. Tahap menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan secara keseluruhan didapatkan dari tahap-tahap sebelumnya untuk kejadian atau masalah sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004). B. Keterampilan Berpikir Kreatif Kreativitas berpikir ataupun berpikir kreatif adalah kreativitas sebagai proses dan berpikir dilakukan secara terarah. Dalam berpikir kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas juga dipandang sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir lebih orisinal dibandingkan kebanyakan orang lain (Purwanto, 2005). Menurut Munandar (1992), kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berpikir berdasarkan data atau informasi tersedia untuk menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban dapat diberikan terhadap suatu masalah makin

6 14 kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan masa-lahnya. Jadi, tidak semata-mata banyaknya jawaban dapat diberikan menentukan kreativitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu jawabannya. Menurut Killen (2009) perilaku siswa termasuk dalam keterampilan kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif Perilaku Arti 1. Berpikir lancar a. menghasilkan banyak gagasan/jawaban relevan b. arus pemikiran lancar 2. Berpikir luwes (fleksibel) a. menghasilkan gagasan-gagasan seragam b. mampu mengubah cara atau pendekatan; c. arah pemikiran berbeda; 3. Berpikir orisinil a. memberikan jawaban tidak lazim, lain dari lain, jarang diberikan kebanyakan orang; 4. Berpikir terperinci (elaborasi) a. mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan; b. memperinci detail-detail; c. memperluas suatu gagasan Sedangkan menurut Guilford (Herdian 2010) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu: 1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau masalah 2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan 3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah 4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan orang 5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, di dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata. Munandar (1992) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 2 berikut ini.

7 15 Tabel 2. Indikator kemampuan berpikir kreatif Definisi Berpikir Lancar (Fluency) 1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. 2. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. 3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban Berpikir Luwes (Flexibility) 1. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang berbeda. 3. Mencari banyak alternatif atau arah berbeda. 4. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Berpikir Orisinil (Originality) 1. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik. 2. Memikirkan cara-cara tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat kombinasikombinasi tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Perilaku Siswa a. Mengajukan banyak pertanyaan. b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan. c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. d. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya. e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari anak-anak lain. f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. a. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. b. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara berbedabeda. c. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk menyelesaikannya. a. Memikirkan masalah-masalah atau hal tidak terpikirkan orang lain. b. Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru. c. Memilih cara berpikir lain dari pada lain. Memperinci (Elaboration) 1. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. 2. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. a. Mencari arti lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. c. Mencoba atau menguji detaildetail untuk melihat arah akan ditempuh d. Menambah garis-garis, warnawarna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain.

8 16 Definisi Menilai (Evaluation) 1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah. 2. Mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka. 3. Tidak hanya mencetuskan gagasan tetapi juga melaksanakannya. Perilaku Siswa a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri. b. Mencetuskan pandangan sendiri mengenai suatu hal. c. Mempunyai alasan dapat dipertanggungjawabkan. d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya. Menurut Munandar dalam Putri (2014) bahwa kemampuan berpikir kreatif diperlukan siswa untuk memecahkan berbagai masalah akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan berpikir luwes yaitu kemampuan berpikir kreatif untuk memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, masalah, mencari berbagai alternatif atau arah berbeda. Pada penelitian ini akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif adalah keterampilan berpikir luwes. C. Analisis Laju Reaksi Herron dkk. (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman (Fadiawati, 2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu sungguh-sungguh ada. Lebih lanjut lagi, Herron dkk. (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau

9 17 label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan noncontoh. Analisis konsep laju dapat dilihat pada Tabel 3.

10 18 Tabel 3. Analisis Laju Reaksi No Label Definisi Jenis Atribut Contoh Non Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat Contoh Teori tumbukan Tumbukan antar Interaksi antara molekul-molekul pe atau terjadi tumbukan antara molekul-molekul pe molekul Tumbukan efektif Reaksi kimia Energy aktivasi - Laju Faktor-faktor mempengaruhi laju Tumbukan efektif Tumbukan tidak efektif Minyak tanah tidak terbakar pada suhu kamar Banyaknya massa KNO 3 terlarut dalam 200 ml larutan KNO 3 0,3 M 2. Tumbukan antar molekul Menghasilkan sebuah dengan adanya tumbukan efektif Tumbukan efektif Reaksi kimia - Tumbukan efektif - Molekul unsur Molekul senyawa Tumbukan antara dua molekul etena CH 2 =CH 2 dan hydrogen klor (HCl) menghasilkan kloroeten -

11 19 Tabel 3. (Lanjutan) Tumbukan Tumbukan Tumbukan Frekuensi Partikelpartikel Tumbukan Tahap Tumbukan Semakin efektif mempunyai energy cukup untuk Ikatan kimia tumbukan Energy pe tidak efektif transisi antara molekulmolekul besar konsentrasi, gas semakin memutuskan ikatanikatan kimia pada zat be pe N 2 O dan NO besar Zat partikel dalam suatu be dan Arah menghasilkan kemungkina menghasilkan energy tumbukan gas N 2 dan n partikel NO 2 saling bertumbukan 4. Reaksi kimia Hasil dari tumbukan antar partikel be dapat menghasilkan senyawa baru Reaktan Produk Mol pe - Persamaan - A 2 (g) + B 2 (g) 2AB (g) Molekul A 2 dan B 2 atau dianggap ikatan A-A dan B-B putus dan terbentuk ikatan A-B Katalis mempercepa t karena dapat menurunkan energy aktivasi.5. Energi Aktivasi Energi kinetik minimum harus Pertikel perekasi Jumlah energy Energi Energi ionisasi Energy kinetic Agar NO 2 dan N 2 O be Peningkatan suhu

12 20 Tabel 3. (Lanjutan) dimiliki oleh partikel pe sehingga Tumbukan efektif tersedia dibutuhkan energy memperbesa r fraksi mengahasilkan tumbukan efektif Energy kinetik minimum minimum sebanyak 209 kj molekul mencapai energy aktivasi 6.. Laju Laju adalah laju bertambahnya produk atau berkurangnya pe per satuan waktu, dinyatakan dalam suatu persamaan laju dan dipengaruhi oleh konsentrasi pe, luas bidang sentuh, suhu, serta katalis 7. Faktorfaktor mempengaru hi laju 8. Luas permukaan Semua factor dapat mengendalikan laju baik melambatkan maupun mempercepat laju terdiri atas luas permukaan, konsentrasi, suhu dan katalis Semakin besar luas permukaan suatu zat, maka laju nya Laju Perubahan konsentrasi pe atau produk dalam satuan waktu Dinyatakan dalam persamaan laju Mengendalikan laju Mempercepat dan memperlambat Konkrit Luas permukaan besar laju Konsentra si zat komponen Komposisi Besar kecilnya luas Reaksi kimia Pengaruh perubahan Faktor mempengaru hi laju Faktor-faktor mempengaruh i laju Kecepatan Waktu perubahan Konsentrasi Suhu Katalis Konsentrasi Suhu Luas permukaan Katalis Luas permukaan Konsentrasi pe Suhu Katalis Laju berlangsun g cepat Reaksi berlangsung lambat seperti perkaratan besi, apel teroksidasi. Reaksi berlangsung cepat seperti pembakaran kertas, meledaknya bom. Laju meluruhnya batu pualam dalam larutan HCl 0,3 g CaCO3 bentuknya Kebakara n hutan Membusu knya nasi Bahan mkanan dipotong potong lebih cepat matang Mengun yah makanan

13 21 Tabel.3 (Lanjutan) semakin lambat dan sebaliknya, makin lambat permukaan Laju berlangsun luas permukaan suatu zat lajunya semakin cepat g lambat 9. Konsentrasi pe Semakin besar konsentrasi pe, maka laju nya semakin cepat dan sebaliknya makin kecil konsentrasi pe, lajunya semakin lambat Luas permukaan kecil laju cepat Konkrit Konsentrasi makin besarlaju makin cepat Konsentrasi makin kecil laju semakin lambat Komposisi konsentrasi Faktor mempengaru hi laju Luas permukaan Suhu Katalis Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu ng lambat serbuk ketika dikan dengan larutan HCl 0,1M lebih cepat habis be menghasilkan gas CO 2 dibandingkan dengan 0,3 g CaCO3 kepingan ketika dikan dengan larutan HCl 0,1M 0,06 g Mg dalam HCl 1M lebih cepat meluruh dibandingkan dengan 0,06 g Mg dalm 0,5 M larutan HCl Sayur dipotong kecilkecil lebih cepat matang Alkohol berkonsentr asi 25% lebih cepat memabukka n dibandingka n dengan konsentrasin ya 5% 10. Suhu Makin tinggi suhu makin cepat laju, sebaliknya makin rendah suhu makin lambat laju Konkrit Suhu tinggi,aju cepat Suhu rendah aju Perubahan suhu Faktor mempengaru hi laju Luas permukaan Konsentrasi Katalis Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu Reaksi antara Na 2 S 2 O3 dengan HCl akan lebih cepat Air direbus lebih cepat mendidih pada suhu

14 22 Tabel. 3 (Lanjutan) nya lambat ng lambat beraeaksi menghasilkan endapan belerang pada suhu tinggi dibandingkan dengan pada suhu rendah tinggi dibandingka n dengan suhu rendah Makanan dimasak pada suhu tinggi akan lebih cepat matang dibandingka n dengan 11. Katalis Penambahan katalis dapat mempercepat laju 12. Persamaan laju Persamaan laju menyatakan hasil kali suatu tetapan laju dengan konsentrasi reaktan dipangkatkan orde Katalis ditambahkan, laju makin cepat Persamaan laju Tetapan laju Orde Zat ditambahk an dalam pe Konsentras i zat komponen Faktor mempengaru hi laju Laju Luas permukaan Konsentrasi Suhu Tetapan laju Orde Laju berlangsu ng cepat Laju berlangsu ng lambat Reaksi H 2 O 2 H 2 O + O2 berlangsung sangat lambat pada suhu kamar hingga sulit teramati sehingga dimbahkan FeCl 3 sebagai katalis - Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut: N 2 (g) + suhu rendah Untuk memanjat pagar tinggi harus menggunaka n tangga untuk mempercepa t memanjat, tangga disnggap sebagai katalis. Amonia dapat dibuat dari gas nitrogen dan gas hidrogen menurut persamaan berikut:

15 23 Tabel.3 (Lanjutan) H 2 (g) 2NH 3 (g) Persamaan laju nya adalah v = k [N 2 ] x [H 2 ] y N 2 (g) + 3H 2 (g) 2NH 3 (g) Persamaan laju nya adalah v = k 13. Tetapan laju Tetapan laju adalah tetapan harganya bergantung pada jenis pe, suhu dan katalis 14. Orde Orde menyatakan derajat pengaruh konsentrasi reaktan terhadap laju Tetapan laju Dipengaruhi jenis pe, suhu, dan katalis Derajat laju Jenis pe Suhu Katalis Konsentr asi reaktan Jenis pe Laju Laju Orde Persamaan laju Tetapan laju Persamaan laju - Konstanta laju suatu ialah 3,46 x 10-2 detik -1 pada 298 K. [N 2 ][H 2 ]

16 24 D. Kerangka Pemikiran Pembelajaran menggunakan model discovery learning terutama dalam membelajarkan materi laju merupakan pembelajaran dapat memberikan kondisi belajar aktif dan kreatif kepada siswa. Pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap pembelajaran, sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan berhubungan dengan melatihkan keterampilan dalam memecahkan masalah berdasarkan pemikiran kreatif siswa. Model pembelajaran ini memiliki enam langkah sederhana meliputi pemberian rangsangan, pernyataan/ identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan menarik kesimpulan/ generalisasi. Pada tahap awal pembelajaran discovery learning pada materi laju adalah pemberian rangsangan kepada siswa berupa permasalahan atau fenomena telah disediakan dalam bentuk narasi, visualisasi gambar sub mikroskopis dan grafik dapat diamati menggunakan inderanya. Pada tahap ini sis-wa diminta mengamati dan mengidentifikasi suatu permasalahan dan fenomena teori tumbukan berdasarkan gambar sub mikroskopis dan fenomena laju seperti data hasil percobaan tertera pada tabel pengamatan, dan grafik laju. Dengan hal itu diharapkan akan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan memotifasi siswa untuk menemukan masalah serta aktif berpikir dalam menyelesaikan masalah tersebut. Kemudian siswa diminta menuliskan hasil identifikasi tersebut dalam LKS telah disediakan. Tahap ini bertujuan untuk menyediakan kondisi interaksi belajar dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dengan demikian, keterampilan berfikir luwes siswa yaitu menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan bervariasi serta dapat

17 25 melihat susuatu masalah dari sudut pandang berbeda pada tahap pemberian rangsangan. Tahap kedua adalah identifikasi masalah. Pada tahap ini guru memberikan suatu permasalahan kepada siswa kemudian siswa diminta un-tuk mengidentifikasi masalah tersebut, agar siswa terpacu berfikir kreatif untuk mengungkapkan gagasan gagasan tentang permasalahan sedang dihadapi, sehingga siswa akan termotivasi untuk mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan. Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengumpulkan informasi relevan, kemudian siswa diminta untuk membuat hipotesis akan diuji kebenarannya. Dengan demikian, diiharapkan keterampilan berfikir luwes dapat berkembang pada langkah identifikasi masalah tersebut. Tahap ketiga adalah pengumpulan data. Pada tahap ini, siswa mengumpulkan data-data atau berbagai informasi tentang permasalahan atau feno-mena relevan guna menguji benar tidaknya hipotesis. Proses pengumpulan informasi dilakukan dalam pembelajaran ini adalah dengan cara mengidentifikasi gambar sub mikroskopis, merancang percobaan, mengidentifikasi data hasil percobaan laju, dan mengerjakan perhitungan berdasarkan data hasil percobaan. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, jika ditinjau dari segi pengeta-huan (siswa akan terpacu untuk berpikir dan menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan bervariasi), dan jika ditinjau dari segi sikap (siswa dapat memberikan bermacammacam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah). Dengan demikian, diharapkan keterampilan berfikir luwes menghasilkan gagasan atau jawaban bervariasi.

18 26 Selanjutnya, tahap pengolahan data. Pada tahap ini, data telah diperoleh kemudian dioleh guna untuk menemukan informasi atau pengetahuan baru untuk mendapatkan pembuktian secara benar. Pada tahap ini, guru membimbing siswa dalam mengolah data telah didapatkan. Selanjutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terdapat pada LKS. Melalui diskusi ini, keterampilan berpikir kreatif khususnya pada indikator keterampilan berpikir luwes terlatih dengan diberikannya kebebasan siswa dalam menghasilkan gagasannya lebih bervariasi atau berbeda dari orang lain. Tahap selanjutnya adalah tahap pembuktian. Pada tahap ini, siswa melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis dihubungkan dengan hasil pengolahan data. Dengan kebebasan dalam mengolah semua informasi mereka dapatkan dan mengaitkannya dengan pengetahuan awal dimiliki siswa, sehingga proses ini membawa siswa mengembangkan keterampilan berpikirnya terutama keterampilan berpikir luwes siswa. Tahap terakhir adalah tahap menarik kesimpulan. Tahap ini dilakukan setelah hipotesis diuji kebenarannya. Siswa diminta untuk merumuskan kesimpulan dan dapat memberikan alasan dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai suatu keputusan konkrit. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan penggunaan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran materi teori tumbukan dan laju dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif terutama pada keterampilan berpikir luwes siswa.

19 27 E. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Siswa-siswi kelas XI MIA semester ganjil SMA Negeri 5 Metro tahun pelajaran 2014/2015 menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar sama. 2. Perbedaan n-gain keterampilan berpikir kreatif siswa semata-mata terjadi karena perubahan perlakuan dalam proses belajar. 3. Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam pembelajaran materi laju menggunakan model pembelajaran discovery learningefektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir luwes siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery learning adalah model pembelajaran yang didefinisikan sebagai proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Discovery learning adalah model pembelajaran yang didefinisikan sebagai proses II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Discovery Learning Discovery learning adalah model pembelajaran yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari mengenai

Lebih terperinci

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat. reaksi. Katalis. Partikelpartikel. Molekul pereaksi dalam wadahnya selalu bergerak

Kritis Variabel Superordinat Koordinat Subordinat. reaksi. Katalis. Partikelpartikel. Molekul pereaksi dalam wadahnya selalu bergerak 19 Tabel 2. Analisis konsep materi laju Label Konsep Laju Reaksi Definisi Konsep Menyatakan laju perubahan konsentrasi zatzat yaitu zat pe (reaktan) atau zat hasil (produk), setiap satuan waktu berlangsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sains adalah suatu wahana bagi siswa untuk mempelajari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami

TINJAUAN PUSTAKA. dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi struktur,

Lebih terperinci

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Soal nomor 1 Mencari volume yang dibutuhkan pada proses pengenceran. Rumus pengenceran V 1. M 1 = V 2. M 2 Misal volume yang dibutuhkan sebanyak x ml, maka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI 3 LAJU REAKSI A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI Materi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan dalam Tabel 2 berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan dalam Tabel 2 berikut. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil penelitian diperoleh presentase jawaban siswa kelas XI SMA Negeri 1 Paguyaman yang berhubungan dengan materi laju reaksi diberikan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 4

LEMBAR KERJA SISWA 4 88 LEMBAR KERJA SISWA 4 Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Submateri Pokok Alokasi Waktu : Kimia : I/ganjil : Laju Reaksi : Teori Tumbukan : 2 x 45 menit Standar Kompetensi Memahami Kinetika Reaksi,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KELAS EKSPERIMEN PERTEMUAN KE-1 Sekolah : SMAN 3 Tangerang Selatan Mata Pelajaran : Kimia Kelas/ Semester : XI/ I Tahun Pelajaran : 010/011 Pokok Bahasan : Laju Reaksi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,

Lebih terperinci

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../...

Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Laboratorium Kimia SMA... Praktikum II Kelas XI IPA Semester I Tahun Pelajaran.../... Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Praktikan : mor Absen : Kelas : Tanggal : Lembar Kegiatan Siswa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com

wanibesak.wordpress.com 1. Diberikan beberapa pernyataan 1) katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara menaikan energi aktivasi 2) tahap penentu laju reaksi adalah tahap reaksi yang berlangsung paling lambat 3) laju reaksi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 3

LEMBAR KERJA SISWA 3 82 LEMBAR KERJA SISWA 3 Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI IPA 3/Ganjil : Laju Reaksi : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi : 2 45 menit Standar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Menurut Munandar (1999:47), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini.

yang berkaitan dengan Laju Reaksi, diberikan pada tabel berikut ini. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pengumpulan data, persentase siswa SMA Negeri 1 Paguyaman, Kabupaten Boalemo yang memberikan jawaban untuk tiap item tes yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat pesat. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi

I. PENDAHULUAN. yaitu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Kimia sebagai proses meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai

Lebih terperinci

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan. PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan

Lebih terperinci

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pendidikan nasional mengharapkan siswa tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan semata, namun memberikan pengalaman belajar kepada siswa agar dapat menjadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis. IPA tidak hanya membelajarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu 3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami konsep molaritas. 2. Memahami definisi dan faktor-faktor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kemampuan Kemampuan sama dengan kata kesanggupan atau kecakapan. Dengan bahasa yang lebih terperinci, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan individu untuk melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan 2 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan untuk maksud tertentu. Maksud yang dapat dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: 1. Kreativitas

Lebih terperinci

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr Laju eaksi A. KEMOLAAN Dalam laju reaksi, besaran yang digunakan adalah kemolaran benda. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dari tiap liter larutan atau gas, menunjukkan kekentalan atau kepekatan.

Lebih terperinci

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1

MODUL LAJU REAKSI. Laju reaksi _ 2013 Page 1 MODUL LAJU REAKSI Standar Kompetensi ( SK ) : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA 2

LEMBAR KERJA SISWA 2 76 LEMBAR KERJA SISWA 2 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi pokok Submateri pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI/ganjil : Laju Reaksi : Konsep Laju Reaksi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi 3. Memahami Kinetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika yang melibatkan keterampilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Kimia Ilmu merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), secara garis besar mencakup dua bagian, yakni sebagai proses dan sebagai produk. Kimia sebagai produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Sagala (2010), konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit,

Lebih terperinci

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq)

tanya-tanya.com Soal No.2 Apabila anda diminta untuk mengukur laju reaksi terhadap reaksi : Zn(s) + 2HCI(aq) Soal No.1 Apa yang di maksud dengan laju reaksi dan satuan dari laju reaksi? Laju reaksi dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah pereaksi untuk setiap satuan waktu atau bertambahnya jumlah hasil reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi No. Dokumen : F/751/WKS1/P/6 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Sekolah : SMA NEGERI 1 GODEAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Program : XI/MIPA Semester

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P ) PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA The Research School of Jogja Jalan C. Simanjuntak No Yogyakarta 55, Telepon 0 55/ Faximile 0 5660 E-mail : sman6@sman6-yogya.sch.id,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai

Lebih terperinci

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I

Laju Reaksi. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I Laju Reaksi Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 9 Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual BAB V PEMBAHASAN A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual Seorang yang bertipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih

I. PENDAHULUAN. Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan kurikulum 2013 harus diterapkan untuk memfasilitasi siswa agar terlatih berpikir logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan ilmiah. Oleh karena itu, salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara, 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medus yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Heinich, dkk. dalam Arsyad (2011) mengemukakan istilah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu, kimia sebagai

Lebih terperinci

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dapat diwujudkan melalui

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI Kelompok V : Amir Hamzah 1415005 Umi Kulsum 1415018 AKADEMI KIMIA ANALISIS CARAKA NUSANTARA CIMANGGIS, KELAPA DUA DEPOK, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas menurut Semiawan (1987: 8) adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi Purwanti Widhy H, M.Pd Laju Reaksi SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF

KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF KAJIAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF & BERPIKIR KREATIF A. Pendekatan Induktif-Deduktif Menurut Suriasumantri (2001: 48), Induktif merupakan cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat

Lebih terperinci

Bab 10 Kinetika Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 1 1.3b MODEL DISCOVERY LEARNING 2 Discovery Learning Belajar diskoveri memberi penekanan pada keakifan siswa, berpusat pada siswa dimana siswa

Lebih terperinci

- Melakukan percobaan penentuan laju reaksi. - Mendiskusikan data-data percobaan laju reaksi dalam bentuk grafik untuk menentukan harga laju

- Melakukan percobaan penentuan laju reaksi. - Mendiskusikan data-data percobaan laju reaksi dalam bentuk grafik untuk menentukan harga laju Silabus RPP SMK KLS 12 CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMK SEDC Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/Semester : XII Standar Kompetensi : 11. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Alokasi Waktu

Lebih terperinci