BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN"

Transkripsi

1 BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN Cost Volume Profit Analysis, A Managerial Planning Tool. Tactical Decision Making Capital Investment Decision Inventory Management Quality Cost And Productivity Measurement, Reporting, and Control Dr. Cornelius Rantelangi, SE., MM., Ak., CA., BKP [Type the document subtitle] FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014

2 Cost Volume Profit Analysis A Managerial Planing Tool (HUBUNGAN BIAYA - VOLUME LABA) TUJUAN MEMPELAJARI Setelah menyelesaikan bab ini anda akan mampu: 1. Menghitung break even dengan memakai pendekatan persamaan biasa, ratio contribution margin dan drafik. 2. Menghitung ratio contribution margin dan menggunakannya dalam perhitungan break even dalam rupiah dan unit. 3. Membuat grafik biaya = volume - laba. Menggunakan break even untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. A. PERENCANAAN LABA Tujuan utama dari suatu perusahaan ialah untuk memperoleh laba. Besarnya laba dipengaruhi oleh jumlah biaya dan hasil penjualan. Jumlah hasil penjualan dipengaruhi oleh kuantitas (volume) dan harga barang yang dijual. Karena harga dianggap tetap atau konstan maka ada hubungan antara biaya - volume terhadap laba. Karena tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba maka manajemen perusahaan mutlak membuat perencanaan laba baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Manajemen membuat perencanaan laba didasarkan atas analisa hubungan biaya - volume dan laba. manajemen mengambil keputusan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan volume misalnya kuputusan mengenai jenis produk, pemanfaatkan kapasitas yang tersedia, strategi pemasaran harga jual dan sebagainya. Alat manajemen-untuk merencanakan laba adalah analisa break even dan analisa biaya - volume - laba.. B. PENGERTIAN BREAK EVEN Break even atau pulang pokok adalah satu keadaan dimana hasil penjualan sama dengan biaya atau suatu keadaan yang menunjukkan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dalam hal pulang pokok berarti hasil penjualan - biaya sama dengan nol atau hasil penjualan sama dengan biaya. Break even point atau titik pulang pokok adalah suatu titik yang menunjukkan bahwa jumlah biaya sama dengan hasil penjualan.

3 DASAR ANGGAPAN ANALISA PULANG POKOK DAN ANALISA BIAYA- VOLUME-LABA Sewaktu menyusun perencanaan laba maka sudah ditetapkan suatu penaksiran terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi analisa pulang pokok dan analisa biaya - volume - laba artinya sudah ditetapkan suatu anggapan. Adapun dasar anggapan itu adalah sebagai berikut: 1. Harga jual per unit tidak berubah (konstan) pada berbagai volume penjualan. 2. Semua biaya dapat digolongkan menjadi dua elemen yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 3. Harga dari sumber-sumber ekonomi yang dimasukkan (digunakan dalam proses produksi, pemasaran dan administrasi konstan). 4. Kapasitas produksi yang dimiliki tidak berubah. 5. Tingkat efisiensi dan produktivitas tidak berubah. 6. Apabila barang yang dijual lebih dari satu macam, komposisi volume penjualan tetap. C. PENDEKATAN BREAK EVEN Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam analisa break even, yaitu: Pendekatan persamaan biasa. Pendekatan persamaan biasa untuk menghitung break even adalah pendekatan yang sederhana dan mudah dikerjakan dengan pada rumus: Penjualan = Biaya Tetap + Biaya Variabel + Laba, karena penjualan berak even, laba = 0, maka: HASIL PENJUALAN BREAK EVEN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL Hasih Penjualan adalah volume (kuantitas) barang yang dijual dikali dengan harga jual per satuan. Contoh: PT. Sari Rasa memproduksi dan menjual tegel putih dengan harga jual per keping Rp 1.500,- Jumlah biaya tetap Rp dan biaya variabel per keping Rp 1.000,- Berapa keping yang harus dijual supaya break even. Penyelesaian: Misalkan volume penjualan supaya break even = keping. Masukkan ke dalam rumus: x 1500 = ( x 1000) 1500 = = =

4 = Penjualan break even (unit) = keping. Hasil penjualan break even = x Rp = Rp Pembuktian : Hasil penjualan: x Rp = Rp Biaya: Tetap = Rp Variabel: x Rp = Rp = Rp Laba = = Rp 0 Bagaimana dengan pemakaian persamaan biasa untuk perencanaan laba dapat dijelaskan dengan pemberian contoh: PT. Taufan merencanakan laba pada periode enam bulan mendatang Rp ,- Data biaya sebagai berikut: Biaya variabel per kg Rp 5.000,- Jumlah biaya tetap Rp ,- Harga jual per kg Rp 8.000,- Berapa hasil penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai. Penyelesaian: Misalkan volume (kuantitas) penjualan supaya laba yang direncanakan dapat tercapai adalah kg. Langkah selanjutnya masukkan ke dalam persamaan dengan rumus: HASIL PENJUALAN = BIAYA TETAP + BIAYA VARIABEL + LABA YANG DIRENCANAKAN Perhitungan: x = ( x x 5.000) = x = = = 6.000

5 Volume penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai: 6000 kg. Hasil penjualan agar laba yang direncanakan dapat tercapai adalah sebesar Rp (6.000 x Rp 5.000,-) Pembuktian: Hasil penjualan: x Rp = Rp Biaya Tetap = Rp Variabel: x Rp = Rp = Rp L a b a = Rp Pendekatan contribution margin (marginal income) Break even dapat dihitung dengan pendekatan contribution margin (marginal income). Contribution margin adalah sumbangan laba yang digunakan untuk menutupi biaya tetap atau batas pendapatan yang akan digunakan untuk keperluan biaya tetap. Rumus: CONTRIBUTION MARGIN = PENJUALAN - BIAYA VARIABEL Keadaan break even dalam rupiah: CONTRIBUTION MARGIN = BIAYA TETAP atau PENJUALAN - BIAYA VARIABEL = BIAYA TETAP atau atau

6 atau Keterangan : Biaya tetap disingkat BT (total) Biaya Variabel disingkat BV / unit Penjualan disingkat P / unit Maka : Keadaan BE dalam unit : Cara lain menghitung B E dalam rupiah Contribution margin ratio : B E dalam unit

7 Untuk dapat memahami analisa break even ini diperlukan memberikan contoh dan penyelesaian. Manajemen PT. Kilat menginginkan berapa hasil dan volume penjualan yang harus dicapai agar dapat mencapai pulang pokok (break even). Data yang diberikan : Biaya variable per bungkus Rp. 500,- Jumlah biaya tetap Rp ,- Harga jual per bungkus Rp ,- Perhitungan : Penjualan per kg Rp ,- Biaya variable per kg Rp. 500,- Contribution margin ratio = ] B E (Rp) = = = = x B E (Rp) = Rp B E (Bungkus) = Cara lain menghitung : = bungkus B E (Rp) = = x = Rp B E (bungkus) = = bungkus Pembuktian Penjualan: x Rp = Rp ,- Biaya variable : x Rp. 500 = Rp ,- Contribution margin = Rp ,- Jumlah biaya tetap = Rp ,- Laba = Rp 0,-

8 Analisa BE adalah alat bantu manajemen untuk perencanaan laba. Untuk itu perlu diberikan contoh. Manajemen PT. Kilat merencanakan laba Rp Data lain sama seperti contoh yang telah disajikan di atas. Perhitungan Pakailah rumus ini : PENJUALAN = Penjualan = = = x = Rp B E (bungkus) = = bungkus Pembuktian: Penjualan: x Rp = Rp ,- Biaya Variabel : x Rp 500 = Rp ,- Contribution margin = Rp ,- Jumlah biaya tetap = Rp ,- Laba yang direncanakan = Rp ,- D. BREAK EVENT POINT Pada perusahaan yang menjual barang dengan harga jual relative tinggi dan persaingan sangat ketat maka analisa break even dalam unit sangat diperlukan. Contoh : PT. Timor memproduksi mobil sedan merk Timor. Harga jual per unit Rp ,-. Biaya variable per unit Rp ,-. Jumlah biaya per tahun Rp ,- Kapasitas normal per tahun unit.

9 Penyelesaian Dengan table berikut dapat diketahui pad volume penjualan, berapa unit dapat diketahui break even per unit mobil sedan. Keterangan 1000 (unit) 2000 (unit) 3000 (unit) 4000 (unit) 5000 (unit) 6000 (unit) 7000 (unit) 8000 (unit) 9000 (unit) (unit) Penjualan per unit Biaya Variabel per unit Biaya ter per unit , , , , , , ,5 Lab per unit (60) (22,5) (10) (3,75) 0 2,5 4,29 5,62 6,37 7,5 Pada volume penjualan unit maka tercapai break even per unit. Pembuktian: Penjualan: x Rp = Rp ,- Biaya veriabel: x Rp = Rp ,- Contribution margin = Rp ,- Jumlah biaya tetap = Rp ,- L a b a = Rp 0,- Pendekatan dengan grafik Break even dapat dihitung dengan grafik. Caranya adalah sebagai berikut: 1. Tarik garis mendatar (horizontal) merupakan garis kuantitas (volume) penjualan. 2. Tarik garis tegak (vertikal) yang memotong garis horizontal pada titik 0 dan membentuk sudut 90 derajat. Garis ini merupakan garis biaya/hasil penjualan. 3. Tarik garis hasil penjualan yang persis ditengah sudut. 4. Tarik garis biaya tetap yang sejajar dengan garis mendatar. 5. Tarik garis jumlah biaya dari titik permulaan garis biaya tetap. Selisih jumlah biaya dikurangi biaya tetap adalah biaya variabel. Contoh: PT. Bali memproduksi dan menjual sepatu olahraga. Harga -jual per pasang Rp 3.000,- Kapasitas produksi normal 6000 pasang. Jumlah biaya tetap Rp ,- Biaya variabel per pasang Rp 2.000,- Data tersebut digambarkan ke dalam grafik sebagai berikut:

10 Biaya/Penjualan (dalam Rp ) Model lain dapat digambarkan sebagai berikut : Biaya/penjualan (dalam Rp ) (dalam ribuan pasang) P TB TB V Penjelasan: Apabila kapasitas normal dapat tercapai dan sepatu tersebut dapat semuanya terjual: Penjualan maksimum: x Rp = Rp Biaya maksimum : Biaya Tetap = Rp BEP P (dalam ribuan pasang) TB BV V

11 Biaya Variabel: x Rp = Rp = Rp Laba maksimum Rp Pada grafik telah terlihat titik break even pasang. Penjualan Rp dan jumlah biaya Rp Benarkah grafik itu? Pembuktian: Penjualan x Rp = Rp Biaya: Tetap = Rp Variabel: x Rp = Rp Laba =Rp =Rp 0 E. PERUBAHAN PADA BREAK EVEN Di muka telah disebutkan dasar anggapan pada perhitungan break even. Namun kenyataan menunjukkan bahwa segala sesuatu itu tidak selamanya konstan (tetap) ada kalanya berubah. Perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi break even akan merubah break even dalam rupiah maupun dalam unit. Faktor-faktor perubahan itu adalah: Perubahan harga jual per unit. Faktor-faktor yang lain tetap, yang berubah hanyalah harga jual per unit. Perubahan ini dapat disebabkan karena persaingan, yang memaksa perusahaan menurunkan hargajual agar dapat mempertahankan volume penjualan. Contoh: PT. Mekar Menyajikan data tahun 1995 sebagai berikut: Penjualan per unit Rp ,- Biaya variabel per unit Rp ,- Jumlah biaya tetap Rp ,- Manajemen mengadakan survey dan berkesimpulan bahwatahun 1996 harga jual harus diturunkan dari Rp menjadi Rp per unit disebabkan para saingan yang mulai menurunkan harga. Penurunan harga jual ini dilakukan agar dapat mempertahankan langganan atau volume penjualan (2.000 unit).

12 Penyelesaian: B E sebelum penurunan harga. = =Rp = 200 unit B E setelah menurunkan harga = =Rp = 400 unit Dengan menurunkan harga jual ini maka break even dalam rupiah dan unit akan naik. Perubahan Komposisi barang yang dijual Perubahan ini terjadi karena perubahan selera konsumen PT. Citra Rasa memproduksi empat jenis produk. Data produk, volume dan harga penjualan, dan biaya tahun Jenis Produk Volume Penjualan (Bungkus) Harga Jual Per Bungkus (Rp) Biaya Variaberl Per Bungkus (Rp) Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar Menurut pendapat bagian pemasaran akan terjadi perubahan selera konsumen dan berakibat terhadap komposisi penjualan tahun 1996 Komposisi penjualan yang diperkirakan adalah : Jenis Produk Volume Penjualan (bungkus) Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar Jumlah

13 Biaya variabel, harga jual per bungkus setiap jenis roti tidak berubah dan biaya tetap berjumlah Rp ,- juga tidak berubah Penyelesaian: Tahun 1995 Jenis Produk Volume Penjualan Jumlah Biaya Variabel Contribution Margin (Rp) (Rp) (Rp) % Roti coklat Roti keju Roti manis ,3 Roti tawar Jumlah ,76 B E = Tahun 1996 = Rp ,45 Jenis Produk Volume Penjualan (Rp) Jumlah Biaya Variabel (Rp) Contribution Margin (Rp) % Roti coklat Roti keju Roti manis Roti tawar ,3 50 Jumlah ,15 B E = = Rp ,37

14 Perubahan biaya tetap Dengan adanya perubahan biaya tetap akan mengakibatkan perubahan break even. Dapatdirumuskan sebagai berikut : PERUBAHAN BREAK EVEN = Contoh : PT. Mawar menyajikan data sebagai berikut : Penjualan per ton Rp ,- Biaya variabel per ton Rp ,- Biaya tetap Rp Pada tahun yang akan dating biaya tetap akan bertambah menjadi Rp ,- Penyelesaian : Perubahan biaya tetap Rp ,- Contribution margin ratio = = Break even = = Rp ,- Pembuktian : B E sebelum kenaikan biaya tetap : = = Rp ,- B E setelah kenaikan biaya tetap : = =Rp ,- Rp ,- F. ANALISA BIAYA VOLUME LABA Setelah daripada analisa break even, manajemen dapat memakai analisa biayavolume-laba untuk merencanakan laba. Analisa biaya volume laba dengan menggunakan grafik. Langkah-langkah membuat grafik :

15 1. Tariklah garis mendatar dan pada garis itu tentukan volume penjualan mulai dari 0 sampai dengan kapasitas normal. 2. Tariklah garis tegak lurus yang memotong garis mendatar pada titik nol sehingga membentuk dua sudut masing-masing 90%. 3. Tentukan jumlah kerugian sebesar jumlah biaya tetap pada garis tegak lurus dari titik nol ke bawah. 4. Tentukan jumlah laba maksimal apabila semua barang terjual (kapasitas) normal pada garis tegak lurus dari titik nol ke atas. 5. Gambarkan segi empat dengan menghubungkan ujung-ujung garis. 6. Tariklah garis dari ujung kiri (titik maksimal kerugian) ke ujung sebelah kanan (laba maksimum) yang memotong garis datar (volume) sehingga dapat diketahui titik break even volume penjualan. Contoh : PT. Minahasa memiliki kapasitas normal bungkus dengan jumlah biaya tetap : Rp ,- Biaya variabel per bungkus Rp 125,- dan harga per bungkus Rp 200,- 7, Daerah laba BEP Daerah rugi Volume (dalam (0000 bungkus) B E (bungkus) = = bungkus B E (rupiah) = = Rp ,- Andaikan perusahaan mengingikan laba Rp ,- berapa volume penjualan.

16 Perhitungan Volume penjualan = = bungkus. Apabila perusahaan menjual bungkus maka kerugian: = x Rp 200 (Rp x Rp 75) = Rp Rp = Rp ,- G. PENGGUNAAN BREAK EVEN Analisa break even digunakan manajemen untuk perencanaan dan di terapakan sesuai dengan keperluan antara lain: Batas keamanan (margin of safety). Manajemen perusahaan sangat perlu mengetahui batas keamanan (margin of safety) dari penjualan. Dengan mengetahui margin of safety merupakan isyarat bagi manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan dalam rangka meningkatkan penjualan. Rumus: RATIO BATAS = % KEAMANAN karenab E = Maka: BUDGET PENJUALAN x 100% RATIO BATAS KEAMANAN =

17 Contoh: PT. berdikari membuat budget penjualan tahun 19xy sebesar Rp ,- Biaya tetap berjumlah Rp ,- dan biaya variabel per unit Rp 40.00,- Penyelesaian: Ratio batas keamanan (margin of safety ratio) x = x 100% = x 100% = 60% Ratio batas keamanan 60% hal ini berarti paling tinggi 60% dari budget penjualan tidak tercapai atau realisasi penjualan paling rendah 40% dari budget penjualan sehingga tidak rugi dan tidak laba. Bukti: Realisasi penjualan: = (100% - 60%) (5.000) (Rp ) =Rp ,- Biaya variabel= 40% x x Rp =Rp ,- Contribution margin =Rp ,- Biaya Tetap =Rp ,- Laba =Rp 0,- Dengan demikian maka : B E (rupiah) = (100% - RATIO BATAS) x BUDGET PENJUALAN ( KEAMANAN) Apabila dalam contoh tersebut di atas realisasi ratio batas keamanan lebih besar dari 60% maka pasti perusahaan menderita rugi dan sebaliknya bila realisasi ratio batas keamanan

18 lebih kecil dari 60% misalnya 50% maka pasti perusahaan memperoleh laba. Hal ini dapat dibuktikan sendiri. Titik terendah menutup perusahan (shut down point). Dalam keadan perusahaan rugi, manajemen mempertimbangkan untuk menutup atau meneruskan perusahaan. Masalahnya adalah pada batas penjualan berapa titik terendah agar perusahaan ditutup. Untuk dondisi yang demikian maka di kemukakan rumus : SHUT DOWN POINT = Maka untuk keperluan analisa, manajemen harus tahu benar mengenai data: harga jual per unit, biaya variabel per unit, jumlahnya biaya tetap yang terdiri dari biaya tetap tunai (out of pocket) dan biaya tetap tidak tunai (sunk cost) Contoh : Manajemen PT. Mawar mempertimbangkan apakah perusahaan di tutup atau diteruskan, karena perusahaan menderita kerugian perusahaan menyajikan data sebagai berikut Harga per unit Rp ,- Biaya variabel per unit Rp ,- Biaya tetap : - Tunai Rp ,- - Tidak tunai Rp ,- Realisasi volume penjualan Rp 120 unit Perhitungan : Apakah perusahaan rugi dapat diadakan perhitungan sebagai berikut : Penjualan (120 x Rp ) =Rp Biaya variabel (120 x Rp ) =Rp Contribution margin =Rp Biaya tetap : - Tunai Rp Tidak tunai Rp Rugi Rp Rp

19 Ditinjau dari perhitungan tersebutperusahaan sebaikanya ditutup. Akan tetapi ada kalahnya manajemen ada pertimbangan lain misalnya tanggung jawab terhadap karyawan dan prospek yang akan dating, maka dibuatlah perhitungan shut down point Perhitungan : Karena biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah biaya yang memerlukan uang tunai yaitu biaya variabel dan biaya tetap tunai, dengan demikian dapat dihitungkan. Shut down point = = 100 unit Maka batas ditutupnya perubahaan, minimal volume penjualan sebesar 100 unit. Karena volume penjualan (120 unit) masih lebih besar dari batras penutupan perusahaan maka perusahaan diteuskan walaupun menderita. Perluasan Pabrik Dengan mempertimbangkan kenaikan permintaan, manajemen mengadakan perluasan pabrik. Hal ini berarti menambah kapasitas yang menaikan biaya tetap. Dengan perluasan pabrik di targetkan pula untuk menambah laba. Contoh ; PT.ulin merencanakn perluasan pabrik berhubung jumlah permintaan produk yang dihasilkan semakin meningkat. Di sajikan data sebagai berikut : Penjualan per bulan 500 unit Harga jual per unit Rp ,- Biaya variabel per unit Rp ,- Biaya tetap per bulan Rp ,- Dengan pelaksanaan perluasan pabrik akan terjadi : Kapasitas per bulan 800 unit Tambahan biaya per bulan Rp ,- Tambahan laba per bulan Rp ,- Perhitungan : B E (rupiah) sebelum perluasan = = Rp ,-

20 B E (rupiah) setelah perluasan = = Rp ,- Laba maksimum sebelum perluasan : Penjualan 500 x Rp = Rp ,- Biaya variabel 500 x Rp = Rp ,- Contribution margin = Rp ,- Biaya tetap = Rp ,- Laba = Rp ,- Laba maksimum sesudah perluasan : Penjualan 800 x Rp = Rp ,- Biaya variabel 800 x Rp = Rp ,- Contribution margin = Rp ,- Biaya tetap = Rp ,- Laba = Rp ,- Memilih produk yang paling menguntungkan. Manajemen perusahaan terdorong untuk mengambil keputusan memilih yang menguntungkan apabila permintaan akan produk yang dihasilkan lebih besar dari pada kapasitas produksi perusahaan dan perusahaan menghasilkan lebih dari satu macam produk dengan menggunakan fasilitas yang sama. Contoh : Manajemen PT. Sentosa terdorong untuk memilih salah satu produk yang dihasilkan, karena jumlah permintaan setiap jenis produk lebih besar daripada kapasitas yang ada Produk yang dihasilkan ialah tegel abu-abu dan paping blcck. Perusahaan menyajikan data sebagai berikut : Tegel Abu-Abu Papink block Kapasitas normal pe bulan keping keping Biaya variabel per keping Rp 400,- Rp 600,- Harga jual per keping Rp 1.000,- Rp 1.500,- Biaya tetap per bulan Rp ,-

21 Keterangan Tegal Abu-abu Paping Black Penjualan per keeping Rp Rp Biaya variabel per keeping Rp 400 Rp 600 contribution margin Rp 600 Rp 900 per keping 600 Biaya tetap per keeping Rp 300 Rp Laba per keeping Rp 300 Rp 300 Contribution margin per bulan Rp Rp B E (dalam rupiah) = = Rp Rp B E (dalam rupiah) = keping keping Dengan memperhatikan perhitungan tersebut di atas hendaknya berhati-hati mengambil keputusan. Petunjuk yang dipakai untuk memilih adalah produk yang menghasilkan total contribution margin yang paling besar yaitu tegel abu-abu. Jadi yang di pilih ialah memproduksi tegel abu-abu. Perencanaan laba setelah pajak penghasilan Pada halaman sebelumnya telah disajikan perencanaan laba, akan tetapi belum dimasukkan potongan pajak penghasilan. Maka dengan demikian diperlukan suatu rumus : Volume penjualan = Laba setelah Pajak Penghasilan = Laba Sebelum pajak penghasilan pajak (%) Pajak Penghasilan =..% x laba sebelum pajak penghasilan untuk memudahkan pembuatan rumus maka diperlukan simbol-simbol. Biaya tetap singkat BT, laba

22 sebelum pajak penghasilan disingka dan laba sesudah pajak penghasilan disingkat dan pajak penghasilan disingkat T, Penjualan per unit disingkat P dan Biaya Variabel disingkat BV, maka : = ( %T) = (1-%T) = Volume penjualan = VOLUME PENJUALAN Contoh : PT. pembangunan merencanakan laba sesudah pajak penghasilan Rp Data disajikan sebagai berikut : Penjualan Per unit Rp ,- Biaya variabel per unit Rp ,- Jumlah biaya tetap Rp ,- Jumlah penghasilan 15% Perhitungan : Volume penjualan = = = 180 unit Pembuktian : Penjualan 180 x Rp = Rp Biaya Variabel 180 x Rp = Rp Tetap = Rp = Rp

23 Laba = Rp Pajak penghasilan 15%x Rp = Rp Laba sesudah Pajak penghasilan = Rp RANGKUMAN Analisa break even dan analisa hubungan biaya volume laba merupakan alat manajemen untuk perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisa break even dapat digunakan untuk perencanaan laba, pengambilan keputsan memilih salah satu produk yang lebih menguntungkan. Dalam analisa break even di gunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan persamaan biasa contribution margin dan pendekatan grafik. Break even dapat berubah karena perubahan harga jual per unit, perubahan komposisi barang yang di jual perubahan biaya tetap. Analisa biaya volume laba dapat di gunakan untuk menghitung break even dengan membuat grafik. Penggunaan break even lainnya adalah menghitung batas keamanan, shut down point, perluasan pabrik dan pemilihan produk dan perencanaan laba setelah di potong pajak penghasilan.

24 Tactical Decision Making (Pembuatan Keputusan Taktis) 1. PENGERTIAN PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS Pembuatan keputusan taktus adalah pembuatan keputusan yang didasarkan pada pemilihan diantra beberapa alternatif dengan pertimbangan waktu yang segera dan tinjuan yang terbatas. Pertimbangan ini cenderung bersifat jangka pendek. Sebagai contoh, suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menghasilkan atau memproduksi suatu komponen, bukan membeli komponen tersebut dari pemasok luar. Tujuan jangka pendek pertimbangan tersebut adalah dalam rangka menurunkan biaya pembuatan produk. Keputusan taktis sering kali disebut tindakan bersekala kecil (small-scale actions) untuk tujuan yang lebih besar. Tujuan keseluruhan pembuatan keputusan strategis (strategic decision making) adalah memilih di antara beberapa alternatif strategi, sehingga keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang akan dapat dicapai. Pembuatan keputusan taktis seharusnya mendukung tujuan keseluruhan tersebut, meskipun tujuan langsungnya adalah bersifat jangka pendek (misalnya menerima satu pesanan khusus untuk meningkatkan laba) atau berskala kecil (memproduksi sendiri daripada membeli komponen). Untuk menunjukkan contoh tentang perusahaan yang membuat keputusan taktis yang sesuai dengan tujuan strategisnya, misalkan suatu hotel sedang mengalami kesulitan karena harus menanggung beban biaya yang tinggi. A. Model Pembuatan Keputusan Taktis Enam langkah yang menggambarkan tentang proses pembuatan keputusan yang direkomendasi, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah; 2. Mengidentifikasi setiap alternatif sebagai solusi yang tepat atas masalah tersebut; mengeliminasi alternatif yang secara nyata tidak layak; 3. Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak, relevan, serta mengeliminasi yang tidak relevan dari pertimbangan; 4. Menjumlahkan biaya dan manfaat yang relevan dari masing-masing alternatif; 5. Menilai faktor-faktor kualitatif; dan 6. Memilih alternatif yang memberi manfaat terbesar.

25 Keenam langkah tersebut menjelaskan mengenai model pembuatan keputusan yang sederhana. PERAGA 10.1 Model Pembuatan Keputusan Taktis Langkah 1 Mengidentifikasi masalah. Kekurangan kapasitas gudang dan produksi Langkah 2 Mengidentifikasi alternatif. 1. Membangun fasilitas baru. 2. Menyewa fasilitas lebih besar. 3. Menyewa fasilitas tambahan. 4. Menyewa gudang. 5. Membeli komponen dan mengosongkan gudang. Langkah 3 Mengidentifikasi biaya dan manfaat yang berhubungan dengan setiap alternatif. Alternatif 4: Biaya produksi variabel= Rp Sewa gudang = Rp Alternatif 5: Harga beli komponen = Rp Langkah 4 Membandingkan biaya dan manfaat relevan untuk setiap alternatif. Alternatif 4 = Rp Alternatif 5 = Rp Biaya diferensial = Rp Langkah 5 Menilai faktor-faktor kualitatif. 1. Kualitas pemasok eksternal. 2. Reliabilitas pemasok eksternal. 3. Stabilitas harga. 4. Hubungan ketenagakerjaan dan citra perusahaan. Langkah 6 Membuat keputusan. Melanjutkan untuk memproduksi komponen secara internal dan menyewa gudang Langkah I: Mengidentifikasi Masalah. Langkah pertama adalah mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang spesifik. Sebagai contoh, semua anggota tim manajemen mengakui adanya kebutuhan ruang tambahan untuk pergudangan, perkantoran, dan produksi. Langkah 2: Mengidentifikasi Alternatif. Langkah kedua adalah membuat daftar dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan solusi yang tepat. Solusi sebagai berikut:

26 1. Membangun fasilitas sendiri dengan kapasitas yang cukup untuk mengatasi kebutuhan saat ini dan yang dapat diperkirakan. 2. Menyewa fasilitas yang lebih besar dan menyewakan fasilitas yang ada saat ini. 3. Menyewa fasilitas tambahan yang mirip dengan fasilitas yang ada saat ini. 4. Menyewa tambahan ruang yang akan dimanfaatkan sebagai gudang, sehingga dapat menyediakan ruang untuk perluasan produksi. 5. Membeli komponen dari pihak eksternal serta memanfaatkan ruang yang tersedia (yang sebelumnya digunakan untuk memproduksi komponen tersebut). Langkah 3: Mengidentifikasi Biaya dan Manfaat yang Berkaitan dengan Setiap Alternatif. Pada langkah ketiga dilakukan identifikasi terhadap biaya dan manfaat yang berkaitan dengan setiap alternatif yang layak. Bahan baku Rp Tenaga kerja langsung Overhead variabel Biaya produksi variabel total Rp Langkah 4: Membandingkan Biaya dan Manfaat yang Relevan untuk Setiap Alternatif yang Layak. Biaya diferensial adalah sebesar Rp (Rp Rp ) untuk keunggulan alternatif 5. Langkah 5: Menilai Faktor-Faktor Kualitatit Pertimbangan terhadap aspek kuantitatif (biaya dan manfaat) yang berhubungan dengan berbagai alternatif tidak cukup untuk digunakan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan. Faktor-faktor kualitatif dapat secara signifikan memengaruhi keputusan manajer. Langkah 6: Membuat Keputusan. Segera setelah semua biaya dan manfaat yang relevan untuk setiap alternatif selesai dinilai dan faktor-faktor kualitatif dipertimbangkan, maka dapat segera dibuat keputusan. B. Definisi Biaya Relevan Biaya relevan (relevant cost) merupakan biaya masa depan (future cost) yang berbeda di antara berbagai alternatif (differ across alternatives). Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Oleh karena itu, hanya biaya masa depan yang relevan dengan pembuatan

27 keputusan. Untuk menjadi relevan, suatu biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda di antara berbagai alternatif. Apabila biaya masa depan jumlahnya sama untuk berbagai alternatif, maka biaya tersebut tidak memiliki dampak terhadap pembuatan keputusan. Ilustrasi Biaya Relevan: contoh alternatif pembuatan keputusan untuk membuat-ataumembeli (make-or-buy alternatwes) yang terjadi pada PT Sejahtera. Diasumsikan bahwa biaya tenaga kerja langsung yang digunakan untuk memproduksi suatu komponen adalah Rp per tahun (berdasarkan volume normal). biaya tenaga kerja langsung adalah berbeda di antara kedua alternatif (Rp untuk alternatif memproduksi dan Rp0 untuk alternatif membeli) Biaya tenaga kerja langsung terkini untuk aktivitas normal adalah sebesar Rp Biaya masa lalu ini digunakan sebagai dasar untuk membuat estimasi biaya tahun berikutnya. Ilustrasi Biaya Masa Lalu yang Tidak Relevan. PT Sejahtera menggunakan mesin untuk memproduksi suatu komponen. Mesin tersebut dibeli 5 tahun yang lalu dan telah didepresiasi dengan tarif sebesar Rp per tahun. contoh ini, diasumsikan bahwa nilai sisa mesin adalah nol. Karena Biaya tersebut akan selalu sama pada setiap alternatif dan oleh karena itu selalu tidak relevan. Dalam pemilihan di antara dua alternatif, biaya perolehan mesin yang digunakan untuk memproduksi komponen serta depresiasi yang terkait bukan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan. Ilustrasi Biaya Masa Depan yang Tidak Relevan. Biaya sewa seluruh pabrik adalah sebesar Rp , alokasi sebesar Rp dari biaya tersebut. Pembayaran sewa merupakan biaya masa depan karena sewa harus dibayar setiap tahun selama lima tahun ke depan Contoh ini menggambarkan tentang pentingnya mengidentifikasi alokasi biaya tetap bersama. Alokasi biaya tetap bersama dapat secara tepat diklasifikasi sebagai tidak relevan apabila setiap pilihan tidak memengaruhi besarnya biaya. Satu-satunya yang diperlukan hanya realokasi biaya tetap bersama tersebut kepada objek biaya atau segmen biaya yang lebih sedikit. Selanjutnya perlu dicermati tiga contoh biaya produksi komponen untuk mengetahui hal-hal yang relevan dalam membuat keputusan mempertahankan-ataumenghentikan (keep-or-drop decision) aktivitas produksi ang terjadi apabila produksi dilanjutkan, tetapi tidak akan terjadi apabila produksi dihentikan. Apabila manfaat masa depan berbeda di antara berbagai alternatif, maka manfaat tersebut merupakan manfaat yang relevan dan harus disertakan dalam analisis.

28 C. Etika dalam Pembuatan Keputusan Taktis Dalam pembuatan keputusan taktis, hal yang berhubungan dengan masalah etika dan kemungkinan adanya pengorbanan tujuan jangka panjang untuk kepentingan manfaat jangka pendek perlu mendapat perhatian ketika keputusan akan diimplementasikan. Biaya relevan berguna dalam pembuatan keputusan taktis-keputusan yang memiliki pertimbangan segera atau tujuan terbatas. Visi, misi, dan tujuan perusahaan harus selalu dikomunikasikan secara konsisten kepada seluruh anggota organisasi perusahaan. Pelanggan akan melihat inkonsistensi tersebut sebagai suatu bentuk pelanggaran etika. Dengan demikian, beberapa masalah etika dapat dihindari secara sederhana dengan menggunakan akal sehat dan tidak hanya memfokuskan semata-mata pada pertimbangan jangka pendek dan mengorbankan pertimbangan jangka panjang. 2. RELEVANSI, PERILAKU BIAYA, DAN MODEL PENGGUNAAN SUMBER DAYA AKTIVITAS Bahwa perubahan dalam penawaran dan permintaan sumber daya aktivitas harus dipertimbangkan ketika menilai suatu relevansi. Apabila perubahan permintaan dan penawaran sumber daya di antara alternatif mengakibatkan terjadinya perubahan pengeluaran atau belanja sumber daya, maka perubahan belanja sumber daya merupakan biaya relevan yang harus dipertimbangkan dalam menilai keunggulan relatif di antara kedua alternatif. Model penggunaan sumber daya aktivitas memiliki tiga kategori sumber daya: (1) sumber daya diperoleh karena digunakan dan diperlukan, (2) sumber daya diperoleh di muka sebelum digunakan (untuk satu periode atau jangka pendek), dan (3) sumber daya diperoleh di muka (untuk beberapa periode). Setiap kategori tersebut berguna untuk mengidentifikasi biaya relevan dan oleh karena itu memudahkan analisis biaya relevan. A. Sumber Daya Diperoleh karena Digunakan dan Diperlukan Beberapa sumber daya dapat dengan mudah dibeli dalam jumlah seperlunya dan pada saat digunakan. Sebagai contoh, listrik yang digunakan untuk pemanas yang merebus buah dalam produksi selai merupakan sumber daya yang diperoleh karena digunakan dan dibutuhkan. Jenis pengeluaran atau belanja sumber daya ini biasanya disebut sebagai biaya variabel. Kuncinya adalah bahwa jumlah sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan sama dengan jumlah sumber daya yang ditawarkan. Model penggunaan sumber daya aktivitas memiliki tiga kategori sumber daya: (1) sumber daya diperoleh karena digunakan dan diperlukan, (2)

29 sumber daya diperoleh di muka sebelum digunakan (untuk satu periode atau jangka pendek), dan (3) sumber daya diperoleh di muka (untuk beberapa periode) B. Sumber Daya Diperoleh di Muka-Satu Periode Sumber daya yang diperoleh sebelum penggunaan melalui kontrak biasanya diperoleh dalam jumlah kasar. Kategori ini sering kali menggambarkan pengeluaran atau belanja sumber daya yang berkaitan dengan penggajian organisasi dan tenaga kerja kontrak. Pengertian implisitnya adalah bahwa organisasi akan mempertahankan tingkat tenaga kerja meskipun mungkin terdapat penurunan sementara atas kuantitas dari aktivitas yang digunakan. Hal ini berarti bahwa suatu aktivitas memiliki kapasitas tidak terpakai. Perubahan pengeluaran atau belanja sumber daya dapat terjadi dalam dua cara: (1) permintaan sumber daya melebihi penawaran (meningkatkan belanja sumber daya), dan (2) permintaan sumber daya turun secara permanen dan penawaran melebihi permintaan sehingga kapasitas aktivitas berkurang (penurunan belanja sumber daya). C. Sumber Daya Diperoleh di Muka-Multiperiode Sumber daya sering kali diperoleh di muka untuk kebutuhan produksi selama beberapa periode sebelum tingkat kebutuhan sumber daya diketahui. Contohnya, perusahaan menyewa atau membeli gedung. Pembelian kapasitas aktivitas multi periode sering kali dilakukan melalui pembayaran kas di muka. Dalam kasus ini, beban tahunan mungkin diakui, tetapi tidak ada belanja sumber daya tambahan yang diperlukan. Belanja sumber daya di muka merupakan biaya terbenam, dengan demikian tidak akan pemah menjadi biaya relevan. Belanja sumber daya periodik, seperti menyewa, pada dasarnya tidak tergantung pada penggunaan sumber daya. Bahkan apabila pengurangan permanen atas penggunaan aktivitas terjadi, akan sulit untuk mengurangi belanja sumber daya karna adanya berbagai komitmen kontraktual formal

30 PERAGA 10.2 Model pengunaan Sumber daya Aktivitas an penilaiaan Relavansi Hubungan permintaan dan Kategori Sumber Daya penawaran relavansi Diperoleh karena digunakan dan diperlukan Diperoleh dimuka (satu periodem atau jangka pendek) Penawaran= permintaan 1. Permintaan berubah 2. Permintaan konstan Penawaran - permintaan = kapiasitas tidak terpakai 1. Relavan 2. Tidak relevan Diperoleh dimuka (multiperiode) 1. Peningkatan permintaan < kapasitas tidak terpakai 2. Peningkatan permintaan > kapasitass tidak terpakai 3. Penurunan permintaan (permanen) a. Penurunan kapasitas aktivitas b. Tidak ada perubahan kapasitas aktivitas Penawaran - permintaan = kapasitas tidak terpakai 1. Peningkatan permintaan < kapasitas tidak terpakai 2. Penurunan permintaan (pemanen) 3. Peningkatan permintaan > kapasitas tidak terpakai 1. Tidak relevan 2. Relevan a. Relevan b. Tidak relevan 1. Tidak relevan 2. Relevan 3. Keputusan modal 3. APLIKASI BIAYA RELEVAN Penentuan biaya relevan sangat bermanfaat dalam memecahkan berbagai jenis permasalahan. Secara tradisional, penerapan biaya relevan meliputi keputusan untuk membuat atau membeli suatu komponen. Keputusan Membuat atau Membeli Manajer seringkali diharapkan dengan keputusan apakah harus membuat atau membeli komponen-kmponen yang digunakan dalam suatu proses produksi. Manajemen seharusnya secara periodik perlu mengevaluasi keputusan masa lalu yang berkaitan dengan aktivitas produksi. Evaluasi secara periodik bukan merupakan satu-satunya sumber dalam pembuatan keputusan membuat atau membeli (make or-buy decision).

31 Permasalahan dan alternatif yang layak dipertimbangkan perlu diidentifikasi. Apabila kisaran waktu untuk pembuatan keputusan hanya satu periode, maka tidak perlu memperhatikan elemen biaya yang terjadi berulang secara periodik. Penentuan biaya relevan sangat berguna untuk membuat analisis jangka pendek. Secara sederhana perusahaan hanya perlu mengidentifikasi biaya- biaya yang relevan saja, kemudian menjumlahkan dan pada akhrinya menetapkan pilihan (dengan asumsi tidak ada maslah kualitatif) proses mengindentifikasi biaya. Keputusan Mempertahankan atau Menghentikan Seorang manajer seringkali harus membuat keputusan apakah suatu segmen, seperti produk, harus dipertahanakan atau dihentikan. Laporan segmen yang disusun atas dasar variabel costing menyediakan informasi yang berharga untuk membuat keputusan mempertahankan atau mengentikan Peningkatan profitabilitas lini produk melalui pengematan biaya juga tidak layak dilakukan. Mempertahnkan atau Menghentikan dengan Berbagai Dampak Komplementer Mempertahankan Atau Menghentikan Dengan Penggunaan Alternatif Fasilitas Para manajer sering kali tidak memiliki seluruh informasi yang diperlukan untik membuat keputusan terbaik. Manajer mendapat manfaat dari pengumpulan seluruh informasi yang tersedia sebelum membuat keputusan akhir. Manajer dapat mengambil manfaat dari input- input yang diberikan orang lain yang memahami masalah tersebut. Dengan melukan hal ini sejumlah informasi dan solusi yang layak dapat dikembangkan. Hasilnya adalah pembuatan keputusan yang lebih baik. Keputusan pesanan- khusus Dibeberapa negara yang telah memiliki undang-undang tetang diskriminasi harga mensyaratkan bahwa perusahaan harus menjual produk yang identik dengan harga sama kepada pelanggan yang berbeda dipasar yang sama. Keputusan pesanan memfokuskan pada pertanyaan apakah pesanan harga khusunya ketika perusahaan harus diterima atau ditolak. Pesanan seperti ini seringkali menarik, khususnya ketika perusahaan beroprasi dibawah kapasitass produksi maksimum.

32 Keptusan untuk Menjual atau Memproses Lebih Lanjut Produk bersama memiliki proses produksi dan biaya produksi yang sama sampai titik pisah tersebut, proses produksi dan biaya produksi sudah mulai dapat dibedakan. Produk bersama seringkali dijual pada titik pisah. Namun kadang kala akan lebih menguntungkan bagi perusahaan untuk memproses lebih lanjut suatu produk bersama setelah titik pisah. 4. KEPUTUSAN BAURAN PRODUK Banyak perusahaan memiliki keleluasaan dalam memilih bauran produk mereka karena keputusan bauran produk dapat berdampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. setiap alternatif bauran produk menghasilkan bauran tingkat laba yang berbeda. Seorang manajer harus memilih alternatif yang akan memaksimalkan laba total. Sumber Daya Dengan Satu Batasan Sumber Daya dengan Banyak Batasan Sumber Daya dengan satu batasan adalah tidak realistis. Semua organisasi akan mengahadapi berbagai batasan. Misalnya: keterbatasan bahan baku, keterbatasan input tenaga kerja, keterbatasan permintaan setiap produk, dan seterusnya. Solusi terhadap maslaah produk dengan banyak batasan jauh lebih rumit dan memerlukan penggunaan teknik matematika khusus yang dikenal sebagai pemograman linier (linier programming) Pemrograman linier adalah suatu metode yang digunakan untuk mencari solusi optimal diantara berbagai solusi yang layak dipertimbangkan. Teori pemorgaman linier memungkinkan diabaikan berbagai solusi. Pada kenyataan, meskipun terdapat sejumlah solusi. Pada kenyataannya meskipun terdapat sejumlah solusi yang akan dieliminasi, akan tetapi pada akhirnya akan dihasilkan solusi tertentu paling tepat. 5. PENETAPAN HARGA Salah satu keputusan paling sulit yang dihadapi oleh perusahaan adalah menegenai penetapan harga. Bagian ini Bagian ini akan menjelaskan dampak biaya terhadap harga dan peran akuntan dalam pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan harga.

33 Penetapan Harga Berbasis Biaya Permintaan adalah salah satu sisi dari persamaan penetapan harga, sedangkan penawaran adalah sisi lainnya. Oleh karena pendapatan harus dapat menutup biaya perusahaan untuk menghasilkan laba, maka banyak perusahaan menetapkan biaya terlebih dulu dalam rangka menetapkan harga. Perusahaan menghitung biaya produl dan kemudian menambah dengan laba yang diinginkan. Pendekatan ini tdak berbelit-belit dan biasanya terdapat beberapa basis biaya atau dasar biaya (cost base) dan markup. Markup adalah presentase yang ditambahkan pada basis biaya. Markup tersebut termasuk diantaranya adalah laba yang diinginkan dan disetiap biaya yang tidak termasuk dalam basis biaya. Markup harga pokok penjualan= biaya penjualan dan biaya ad min istrasi harg a pokok penjualan Laba operasi Markup bahan = biaya tenaga ker ja dan langsung Biaya overhead biaya ad min istrasi laba operasi biaya bahan baku penjualan Contoh: PT Revina Raya yang dimiliki dan dikelola oleh elvira merakit dan menyiapkan komputer sesuai spesifikasi yang diminta oleh pelanggan. Biaya komponen dan bahan baku langsung lainnya dengan mudah dapat ditelusuri. Biaya tenaga kerja langsung juga mudah ditelusuri kesetiap pekerjaan secara rata-rata, perakit menerima Rp per jam dan perusahaan membayar tunjangan sekitar 25 persen dari upah tersebut. Pada tahun lalu, PT Revina Raya mengerjakan 650 pekerjaan yang rata-rata memerlukan 5 jam per pekerjaan. Biaya overhed yang terjadi atas utilitas, peralatan kecil, penataan ruangan, dan lain lain-lain mencapai jumlah Rp Laporan laba rugi PT Revina Raya untuk tahun lalu adalah sebagai berikut. Pendapatan Rp Harga pokok penjualan: Bahan langsung Rp Tenaga kerja langsung Overhead Rp Laba kotor Rp Biaya administrasi dan penjualan Laba operasi Rp

34 Markup harga pokok penjualan= biaya penjualan dan biaya ad min istrasi harg a pokok penjualan Rp Rp = Rp Laba operasi = 0,20 Markup berdasarkan harga pokok penjualan adalah sebesar 20 persen. Perhitungan Biaya Target dan Penetapan Harga Perhitungan biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) yang pelanggan bersedia membayarnya. Pada umumnya perusahaan menetapkan suatu harga produk baru sebagai penjumlahan dari biaya dan laba yang diinginkan. Logikanya adalah bahwa perusahaan harus menghasilkan pendapatan yang cukup untuk dapat menutup semua biaya dan menghasilkan laba. Menurut Peter Drucker, Hal tersebut adalah benar, tetapi tidak relevan. Pelanggan tidak melihat hal tersebut sebagai pekerjaan mereka untuk menjamin pabrikan mendapat laba. Satu-satunya cara yang baik untuk menetapkan harga adalah dengan mengetahui berapa yang ingin dibayar oleh pasar. Contoh PT Ravina Raya di atas. Elvira menemukan bahwa perusahaan asuransi tidak akan mempertimbangkan setiap penawaran di atas Rp Sementara itu, penawaran berbasis biaya adalah sebesar Rp Bahan baku sebesar Rp dan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp Apabila Elvira mengurangi kapasitas hard-disk menjadi 1,5 GB dan menggunakan drive yang lebih lambat, maka ia dapat menghemat biaya sebesar Rp Dengan menggunakan monitor yang sedikit lebih mahal (kenaikan sebesar Rp20.000) yang tidak membutuhkan pemasangan screen-saver software akan dapat menghemat sebesar Rp per software komputer dan 15 menit jam tenaga kerja langsung (Rp per jam) untuk memasang software tersebut. Penurunan bersihnya adalah sebesar Rp [(Rp Rp3.750) - Rp untuk setiap 100 unit komputer. Sejauh ini, Elvira telah melakukan perhitungan biaya sebagai berikut. Bahan baku (Rp Rp ) kerja langsung (100 x 5,75 jam x Rp15.000) utama Rp Rp Tenaga Total biaya

35 Kemungkinan pembebanan overhead untuk pekerjaan ini akan mencapai Rp (50 persen dari biaya tenaga kerja langsung). Dengan demikian, biaya untuk pekerjaan ini akan menjadi Rp (Rp Rp ). Hal ini belum semua biaya tercakup dan masih terdapat biaya administrasi dan laba yang diinginkan. Apabila diberlakukan markup standar sebesar 20 persen, maka penawaran tersebut akan menjadi Rp Aspek Hukum Penetapan Harga Prinsip dasar yang melandasi sebagian besar peraturan tentang penetapan harga adalah bahwa persaingan merupakan hal yang baik dan harus selalu didorong. Penetapan Harga Predator. Praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan disebut penetapan harga predator (predatory pricing). Penting untuk diperhatikan bahwa penetapan harga di bawah biaya tidak selalu merupakan harga predator. Perusahaan sering kali menetapkan harga suatu barang di bawah biaya-misalnya harga khusus di toko-toko grosir. Harga predator dalam pasar internasional disebut dumping dan ini terjadi ketika perusahaan menjual produknya di negara lain dengan harga di bawah biaya. Hal yang terpenting, Undang-Undang Robinson-Patman memungkinkan diskriminasi harga pada kondisi-kondisi tertentu, yaitu: (1) apabila kondisi persaingan memang menuntut demikian, dan (2) apabila biaya memungkinkan harga yang lebih rendah. Jelaslah bahwa kondisi kedua ini penting bagi para akuntan, karena harga lebih rendah yang ditawarkan kepada pelanggan harus dijustifikasi melalui penghematan biaya yang dapat diidentifikasi. Selain itu, besarnya diskon yang diberikan paling sedikit harus sama dengan jumlah biaya yang dihemat. Oleh karena biaya pengiriman kepada pelanggan yang jaraknya dekat jauh lebih sedikit dibandingkan dengan biaya pengiriman kepada pelanggan yang jauh, maka pelanggan yang dekat membayar biaya kirim istimewa (phantom freight). Alokasi biaya mengakibatkan perhitungan biaya menjadi sulit. Menjustifikasikan diskon kuantitas. Dalam perhitungan biaya diferensial, perusahaan harus dapat membuat lclasifikasi pelanggan berdasarkan biaya rata-rata penjualan kepada pelanggan dan kemudian mengenakan seluruh pelanggan dalam setiap kelompok dengan suatu harga yang dapat dijustifikasi dengan biaya.

36 Keadilan dan Penetapan Harga Standar masyarakat mengenai keadilan memiliki dampak penting terhadap harga. Sebagai contoh, apakah toko-toko mainan harus menaikkan harga kereta luncur sehari setelah hujan salju yang lebat? Mereka dapat melakukannya, tetapi pada umumnya mereka tidak melakukannya. Para pelanggan percaya bahwa kenaikan harga pada saat seperti itu adalah tidak adil. Apakah keengganan toko-toko tersebut untuk menaikkan harga dalam situasi seperti ini karena rasa keadilan atau karena pertimbangan kepentingan jangka panjang, akibatnya adalah sama. Eksploitasi harga (price gouging) terjadi ketika perusahaan dengan kekuatan pasar menghargai produknya sangat tinggi. Mudah untuk melihat bahwa biaya sebagai justifikasi harga menjadi dasar bagi masyarakat untuk menilai mengenai standar keadilan. Etika dibangun di atas rasa keadilan. Jadi, perilaku yang tidak etis dalam penetapan harga adalah berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan keuntungan secara tidak adil dari pelanggan. Kenaikan harga yang berkaitan dengan biaya merupakan alasan terbaik terhadap perlawanan yang akan dilakukan oleh para pelanggan. Daftar Istilah 1. Diskriminasi harga (price discrimination) adalah pengenaan harga yang berbeda-beda kepada beberapa pelanggan atas produk-produk yang pada dasarnya sama. 2. Dumping adalah praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan. Dumping memiliki pengertian yang sama dengan predatory pricing, tetapi khusus terjadi di pasar internasional. 3. Eksploitasi harga (price gouging) adalah penetapan harga produk yang sangat tinggi karena perusahaan memiliki kekuatan pasar. 4. Batasan (constraints) adalah kondisi perusahaan ketika menghadapi keterbatasan sumber daya dan permintaan dalam suatu pemilihan bauran yang optimal. 5. Batasan nonnegativitas (nonnegativity constraints) adalah kondisi perusahaan ketika menghadapi keterbatasan sumber daya dan permintaan dalam suatu pemilihan bauran yang optimal dan secara sederhana mencerminkan bahwa produk dalam jumlah negatif tidak mungkin diproduksi. 6. Keputusan bauran produk (product mix decision) adalah keputusan yang berhubungan dengan pemilihan bauran produk dalam suatu suatu proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process) yang dapat berdampak signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. 7. Keputusan membuat-atau-membeli (make-or-buy decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk membuat atau membeli komponen-komponen yang digunakan dalam suatu proses produksi. 8. Keputusan mempertahankan-atau-menghentikan (keep-or-drop decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk

37 mempertahankan atau menghentikan suatu segmen, seperti lini produk. 9. Keputusan menjual atau memproses lebih lanjut (sell or process further decision) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk menjual atau memproses lebih lanjut produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process). 10. Keputusan pesanan khusus (special-order decisions) adalah pembuatan keputusan yang berhubungan dengan pemilihan di antara alternatif untuk menerima atau menolak suatu pesanan dari pelanggan dengan suatu harga khusus (di bawah harga normal). 11. Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah biaya yang terjadi sebagai akibat atas hilangnya peluang pasar. 12. Biaya relevan (relevant cost) adalah biaya masa depan (future cost) yang berbeda di antara berbagai alternatif (differ across alternatives). 13. Biaya target (target costing) adalah suatu metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (harga target) yang pelanggan bersedia untuk membayarnya. 14. Markup adalah persentase yang ditambahkan pada basis biaya pada proses penetapan harga (pricing). 15. Pembuatan keputusan taktis (tactical decision making) adalah pembuatan keputusan yang didasarkan atas pemilihan di antara beberapa alternatif dengan pertimbangan waktu yang segera dan tinjauan yang terbatas. 16. Pembuatan keputusan strategis (strategic decision making) adalah pembuatan keputusan untuk memilih di antara beberapa alternatif strategi, sehingga keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang akan dapat dicapai. 17. Pemrograman linear (linear programming) adalah suatu metode pendekatan algoritma yang digunakan untuk mencari solusi optimal di antara berbagai solusi yang layak dipertimbangkan. 18. Penentuan biaya berdasarkan harga (price-driven costing) adalah metode penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan harga (price-driven). Dengan kata lain, price-driven costing memiliki pengertian yang sama dengan target costing. 19. Penetapan harga predator (predatory pricing) adalah praktik pengaturan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan biaya dengan tujuan untuk merugikan pesaing dan mengeliminasi persaingan. 20. Phantom freight adalah biaya kirim istimewa yang terjadi karena produk dikirim kepada pelanggan yang jaraknya sangat dekat. 21. Produk bersama (joint product) adalah beberapa jenis produk yang dihasilkan dalam suatu proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process). 22. Seperangkat batasan (constraint set) adalah semua keterbatasan yang dihadapi perusahaan dalam usahanya untuk memilih bauran yang optimal. 23. Seperangkat solusi yang layak (feasible set of solutions) adalah kumpulan semua solusi yang layak yang dimiliki perusahaan ketika perusahaan memilih bauran yang optimal. 24. Solusi layak (feasible solution) adalah solusi yang dapat mengatasi keterbatasan yang terdapat dalam model pemrograman linear. 25. Solusi optimal (optimal solution) adalah pilihan solusi terbaik di antara berbagai kemungkinan solusi yang tersedia bagi perusahaan karena dapat memaksimalkan perolehan margin kontribusi total. 26. Tindakan berskala kecil (small-scale actions) adalah istilah lain untuk pembuatan keputusan taktis yang dilakukan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang lebih besar. 27. Titik pisah (split-off point) adalah tahapan dalam suatu proses proses produksi bersama (joint production process) atau proses bersama (joint process) pada saat beberapa produk dapat diidentifikasi secara jelas.

38 CAPITAL INVESTMENT DECISIONS (PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENANAMAN MODAL) A. PENDAHULUAN Jenis pengambilan keputusan yang penting bagi manajemen, di samping penentuan harga jual, adalah pengambilan keputusan dalam penanaman modal (investment decision). Permasalahan yang dijumpai manajemen dalam pengambilan keputusan penanaman modal adalah menentukan usulan investasi dana atau penanaman modal yang dapat menghasilkan laba bagi perusahaan pada masa yang akan datang. Masalah penanaman modal erat kaitannya dengan masalah penyusutan anggaran modal (capital budgeting) karena anggaran modal disusun berdasarkan pada proyek-proyek penanaman modal yang diputuskan oleh manajemen untuk dilaksanakan. Pengambilan keputusan penanaman modal penting bagi manajemen, karena penanaman modal berkaitan dengan (1) keterikatan sumber dana perusahaan dalam jumlah relatif besar, (2) jangka waktu investasi relatif lama, (3) masa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, diperlukan kecermatan manajemen dalam mengambil keputusan penanaman modal. B. JENIS PENANAMAN MODAL Ditinjau dari tujuannya, penanaman modal dapat digolongkan menjadi: 1. Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba. 2. Penanaman modal yang menghasilkan laba. Penanaman modal yang tidak menghasilkan laba pada umumnya dilakukan oleh perusahaan, karena peraturan pemerintah yang menghendaki demikian atau karena persyaratan kontrak yang telah disepakati. Penanaman modal tersebut harus dilakukan oleh perusahaan meskipun tidak menghasilkan laba bagi perusahaan. Misalnya karena peraturan pemerintah, perusahaan harus membuat sarana pengolahan air limbah agar tidak mengakibatkan pencemaran lingkungan. Contoh lain untuk penanaman modal yang tidak menghasilkan laba, adalah adanya persyaratan kontrak agar perusahaan real estate menyediakan fasilitas: jalan, tempat ibadah, taman dan yang lain di lokasi perumahan. Jenis penanaman modal yang demikian tidak perlu dibuat evaluasi mengenai perlu tidaknya investasi tersebut.

39 Penanaman modal yang menghasilkan laba dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (1) labanya sulit diukur, dan (2) labanya dapat diukur. Contoh jenis penanaman modal yang menghasilkan laba tetapi labanya sulit diukur antara lain: penanaman modal untuk riset dan pengembangan perusahaan, biaya pendidikan dan latihan karyawan, biaya promosi produk perusahaan. Sedangkan contoh penanaman modal yang labanya dapat diukur meliputi: penggantian atau pemilihan peralatan, membeli atau menyewa aktiva yang akan digunakan dalam usaha, dan penanaman modal dalam ekspansi (perluasan usaha). Pembahasan di dalam bab ini akan dititikberatkan pada jenis penanaman modal yang menghasilkan laba, khususnya yang labanya dapat diukur. Masalah pokok dalam pengambilan keputusan penanaman modal berkaitan dengan penentuan suatu usulan investasi atau beberapa alternatif usulan investasi untuk dilaksanakan. Sebelum mengambil keputusan, manajemen harus melakukan penilaian mengenai layak atau tidaknya investasi yang bersangkutan. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan oleh manajemen utnuk menilai suatu investasi, antara lain dari aspek ekonomi yang berkaitan dengan pengeluaran (outlay)modal dan penerimaan (proceed) sebagai hasil dari modal yang diinvestasikan. Di sampint itu, karena penanaman modal berkaitan dengan penggunaan uang dalam jangka waktu relatif lama, manajemen harus pula mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money) dalam menilai investasi. C. KONSEP NILAI SEKARANG Nilai waktu uang, seperti yang telah dikemukakan, merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilaian investasi. Perusahaan akan lebih senang menerima sejumlah uang sekarang daripada menerimanya satu atau beberapa tahun kemudian. Alasannya, penerimaan sejumlah uang sekarang dapat segera diinvestasikan sehingga menghasilkan laba, daripada jika diterima satu atau beberapa tahun yang akan datang. Di samping itu, penerimaan uang sekarang sifatnya lebih pasti daripada dimasa yang akan datang yang penuh ketidakpastian. Oleh karena itu, sejumlah uang pada waktu sekarang nilainya berbeda dengan pada waktu yang akan datang. Perbedaan tersebut disebabkan adanya nilai waktu dari uang. Pengeluaran uang pada waktu sekarang sebagai penanaman modal, diharapkan akan menghasilkan penerimaan uang pada waktu-waktu yang akan datang selama masa investasi, yang nilainya tentu saja berbeda karena adanya nilai waktu uang. Oleh karena itu, agar penilaian investasi dapat dilakukan dengan cermat, uang yang diterima selama masa investasi

40 tersebut harus dihitung berdasarkan nilai sekarang (present value atau PV). Sehingga dalam hal ini, uang yang diterima selama masa investasi mempunyai dua macam nilai, yaitu nilai sekarang dan nilai yang akan datang. Nilai yang akan datang adalah yang yang diterima pada waktu yang akan datang selama masa investasi, yang dihitung berdasarkan nilai pada waktu uang tersebut diterima. D. METODE PENILAIAN INVESTASI Penilaian investasi berkaitan dengan pengambilan keputusan manajemen mengenai layak tidaknya suatu usulan investasi untuk dilaksanakan. Metode yang dapat diguankan manajemen untuk menilai usulan investasi adalah sebagai berikut: 1. Payback 2. Average return on investment 3. Net present value 4. Discounted Payback Period 5. Internal rate of return 6. Modifiend internal rate of return 7. Profitability index 8. Economic value added E. METODE PAYBACK Metode ini, sering pula disebut metode payout atau payoff, menghitung jangka waktu yang diperlukan untuk menutup modal yang diinvestasikan. Jangka waktu tersebut dihitung dengan cara membagi jumlah modal yang diinvestasikan dengan aliran kas yang diperoleh dari operasi per tahun (annual cash flow form operations). Aliran kas tersebut berupa penghematan tunai (cash savings) per tahun atau berupa laba tunai (laba bersih setelah pajak ditambah depresiasi) per tahun. Perhitungan periode payback dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: Periode Payback = Contoh 1. Perusahaan mempertimbangkan untuk memebeli sebuah mesin A seharga Rp ,00. Dari penggunaan mesin tersebut diperkirakan dapat menghasilkan laba tunai rata-rata per tahun sebesar Rp ,00. Berdasarkan data tersebut, perhitungan periode payback adalah sebagai berikut:

41 Periode Payback = = 4tahun Kriteria untuk meniliai layak dilaksanakan atau tidak pembelian mesin A, ditentukan dengan cara membandingkan antara periode payback hasil perhitungan tersebut di atas, dengan periode payback yang dikehendaki manajemen. Misalnya periode payback yang dikehendaki manajemen adalah 5 tahun, maka rencana pembelian mesin tersebut dapat dilaksanakan. Contoh 2. Suatu usulan investasi senilai Rp ,00 diperkirakan dapat menghasilkan laba tunai selama enam tahun berturut-turut sebagai berikut: Rp ,00; Rp ,00; Rp ; Rp20.000,00; Rp ,00 dan Rp ,00. Berdasarkan data tersebut perhitungan periode payback adalah sebagai berikut: Tahun Laba Tunai Investasi yang Ditutup Periode Payback Rp , , , , ,00 Rp , , , , ,00 (a) 1 tahun 1 tahun 1 tahun 1 tahun 8 bulan (b) ,00 Rp ,00 4 tahun 8 bulan (a) Rp ,00 (Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00 + Rp ,00) (b) x 12 bulan Jika terdapat dua alternatif usulan investasi maka kriteria penilaiannya adalah usulan investasi yang diterima adalah menghasilkan periode payback yang paling kecil. Artinya, meskipun kemungkinan usulan investasi yang ditolak mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar daripada keuntungan yang dihasilkan oleh usulan investasi yang diterima, namun investasi yang ditolak tersebut memiliki peirode payback yang lebih lama daripada investasi yang diterima.

42 Contoh 3. Perusahaan akan mengambil keputusan terhadap dua rencana investasi yaitu membeli mesin A atau mesin B. Data mengenai kedua mesin tersebut adalah sebagai berikut: Mesin A Mesin B Harga perolehan Taksiran umur ekonomis Laba tunai per tahun Rp ,00 10 tahun Rp ,00 Rp ,00 20 tahun Rp ,00 Periode payback yang dikehendaki manajemen maksimum 5 tahun. Perhitungan periode payback: Mesin A = = 4 tahun Mesin B = = 6 tahun 2 bulan Menurut kriteria yang ditetapkan, maka usulan membeli mesin A diterima. Sebenarnya jika dilihat dari jumlah laba tunai yang dihasilkan selama umur ekonomis, mesin B menghasilkan keuntungan lebih besar daripada mesin A. Akan tetapi perlu dikemukakan di sini bahwa metode ini tidak dimaksudkan untuk mengukur tingkat keuntungan. Kelebihan metode Payback 1. Metode ini cukup sederhana dan mudah dimengerti. 2. Untuk menilai suatu usulan investasi yang memerlukan modal dalam jumlah relatif besar, menurut metode ini dapat segera diketahui jangka waktu modal yang diinvestasikan dapat ditutup. Kelemahan Metode Payback 1. Tidak mempertimbangkan nilai waktu luang. 2. Mengabaikan aliran kas yang diperoleh setelah periode payback, sehingga usulan investasi yang ditolak mungkin saja lebih menguntungkan daripada usulan investasi yang diterima.

43 F. METODE AVERAGE RETURN ON INVESTMENT Metode ini dinamakan pula dengan metode accounting rate of return, karena perhitungannya menggunakan laba akuntansi. Metode ini mengukur tingkat kemampuan laba (profitabilitas), yang diabaikan dalam metode payback. Rate of return on investment dihitung dengan menggunakan rumus sebagia berikut: Return on investmen = Laba bersih setelah pajak dalam hal ini adalah laba menurut akuntansi, yaitu laba tunai dikurangi depresiasi (Earning after tax atau EAT). Sedangkan modal yang diinvestasikan dapat berupa penanaman modal mula-mula atau berupa rata-rata modal yang diinvestasikan. Contoh 4. Perusahaan memepertimbangkan untuk menerima atua menolak usulan pembelian mesin. Harga perolehan mesin adalah Rp ,00 dan ditaksir mempunyai umur ekonomis selama 5 tahun. Mesin tersebut dianggap tidak mempunyai nilai residu dan didepresiasi dengan menggunakan metode garis lurus. Dari penggunaan mesin tersebut ditaksir akan menghasilkan laba tunai rata-rata pertahun sebesar Rp ,00. Berdasarkan data tersebut di atas, rate of return on investment dapat dihitung sebagai berikut: Laba menurut akuntansi = Rp ,00 ( ) = Rp ,00 Return on investment (ROI) = = 15% Semakin besar rate of ROI tersebtu semakin baik, karena menujukkan semakin besarnya jumlah pengembalian modal yang diinvestasikan. Kriteria penilaiannya, adalah suatu usulan investasi dinilai layak, jika rate of return proyek lebih besar dari rate of return yang dikehendaki manajemen. Jika modal yang diinvestasikan dihitung berdasarkan investasi rata-rata, maka perhitungannya menggunakan cara sebagai berikut: Investasi rata-rata dihitung dan dari jumlah investasi mula-mula ditamban investasi pada akhir tahun berakhirnya umur ekonomis dibagi dua. Berdasarkan Contoh 4 tersebut rata-rata investasi adalah: = Rp ,00

44 Dengan demikian rate of return on investmennya adalah: = 30% Kelebihan Metode Average Return on Investment 1. Data yang digunakan dapat diambil dari laporan keuangan perusahaan yang sudah tersedia. 2. Pendapatan selama masa investasi diperhitungkan. Kelemahan Metode Average Return on Investment 1. Tidak mempertimbangkan nilai waktu uang. 2. Tidak dapat diterapkan untuk usulan investasi yang dilakukan secara bertahap. G. METODE NET PRESENT VALUE (NPV) Berbeda dengan dua metode terdahulu, metode net present value mempertimbangkan nilai waktu uang. Seperti telah disebutkan di muka, konsep nilai sekarang merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam penilaian investasi. Menurut metode ini, penerimaan kas (cash inflows)pada masa yang akan datang selama investasi berlangsung, dihitung berdasarkan nilai sekarang. Penilaian atas usulan investasi berdasarkan metodei ini adalah dengan cara membandingkan nilai sekarang atau nilai tunai dari penerimaan kas (cash inflows) dengan nilai sekarang dari pengeluaran kas (cash outflows) selama investasi modal berlangsung. Kriteria penilainnya adalah: suatu usulan investasi akan diterima, jika nilai sekarang dari cash inflows lebih besar dari nilai sekarang cash outflows-nya. Denagn demikian, suatu usulan investasi dinilai layak untuk dilaksanakan, jika nilai sekarang aliran kas bersihnya positif. Nilai sekarang dari cash inflows maupun cash outflows dihitung dengan menggunakan rumus sebagai beriktu: Nilai sekarang = C x C i n = Aliran kas (cash flows) masuk atau aliran kas keluar = tingkat harga = jangka waktu. Di samping menggunakan rumus perhitungan tersebut di atas, nilai sekarang dapat pula dihitung dengan menggunakan tabel nilai sekarang (lihat Lampiran 1.1 dan Lampiran

45 1.2). Aliran kas yang akan dihitung berdasarkan nilai sekarang, dikalikan dengan faktor yang terdapat pada tabel nilai sekarang. Tabel nilai sekarang dari Rp1,00 (Lampiran 1.2), digunakan untuk mencari faktor nilai sekarang dari aliran kas yang diterima atau dibayarkan pada satu tahun atau selama beberapa tahun yang jumlahnya berbeda. Faktor nilai sekarang dicari berdasarkan tingkat bunga tertentu pada kolom horisontal dan tahun tertentu pada kolom vertikal tabel nilai sekarang. Faktor nilai sekarang tersebut selanjutnya dikalikan dengan jumlah kas yang diterima atau dibayarkan pada tahun tertentu atau selama beberapa tahun.

46

47

BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN

BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN BAHAN AJAR AKUNTANSI MANAJEMEN Cost Volume Profit Analysis, A Managerial Planning Tool. Tactical Decision Making Capital Investment Decision Inventory Management Quality Cost And Productivity Measurement,

Lebih terperinci

Tactical Decision Making (Pembuatan Keputusan Taktis)

Tactical Decision Making (Pembuatan Keputusan Taktis) Tactical Decision Making (Pembuatan Keputusan Taktis) 1. PENGERTIAN PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS Pembuatan keputusan taktus adalah pembuatan keputusan yang didasarkan pada pemilihan diantra beberapa alternatif

Lebih terperinci

Pert 10. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

Pert 10. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Pert 10 HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) adalah pengambilan keputusan dengan memilih dari beberapa alternatif dalam waktu yang singkat.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS

PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS PERTEMUAN KE-17 PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. 17.1. Mahasiswa mampu memahami, dan menjelaskan tentang pengambilan keputusan taktis. 17.2. Mahasiswa mampu memahami, dan menjelaskan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS

PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS PEMBUATAN KEPUTUSAN TAKTIS 1 Keputusan Taktis Pembuatan keputusan taktis adalah pembuatan keputusan dengan memilih dari beberapa alternatif dalam waktu yang singkat. Misalnya: menerima pesanan khusus dengan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS. terbatas yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS. terbatas yang dapat dilihat. Menerima pesanan khusus dengan harga yang PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS A. Pengambilan Keputusan Taktis Pengambilan keputusan taktis (tactical decision making) terdiri dari pemilihan di antara berbagai alternatif dengan hasil yang langsung atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeritan Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Hasibuan (2011:2), manajemen adalah ilmu seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu yang dijadikan peneliti sebagai bahan pertimbangan pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ade Zulfikar Abraham Iqbal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya Menurut Perilaku Biaya Biaya merupakan unsur yang digunakan dalam melakukan analisis Break Even Point. Untuk dapat menentukan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat

ABSTRAK. Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat ABSTRAK Perencanaan laba diperlukan oleh perusahaan agar perusahaan dapat memperoleh laba yang maksimal. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biaya, harga jual serta volume penjualan. Analisis Cost-Volume-Profit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Agribisnis Semester : IV Pertemuan Ke : 6 Pokok Bahasan : Keputusan Perencanaan Laba dan Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati

PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM JANGKA PENDEK. Oleh : Ani Hidayati PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK Oleh : Ani Hidayati PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK Perencanaan laba jangka pendek dilakukan manajemen dalam proses penyusunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ANALISIS COST-PROFIT- VOLUME SEBAGAI TEKNIK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN ROTI DAN KUE D ROTI

ANALISIS COST-PROFIT- VOLUME SEBAGAI TEKNIK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN ROTI DAN KUE D ROTI ANALISIS COST-PROFIT- VOLUME SEBAGAI TEKNIK PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK PADA PERUSAHAAN ROTI DAN KUE D ROTI Nama : Kristian Natanael NPM : 24213871 Dosen Pembimbing : Radi Sahara, SE., MM LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut)

ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) Dosen: Christian Ramos K TACTICAL DECISION MAKING (Pengambilan Keputusan Taktis) ADVANCED MANAGEMENT ACCOUNTING (Akuntansi Manajemen Lanjut) REFERENSI: HANSEN & MOWEN, Managerial Acconting (BOOK) 1 Model

Lebih terperinci

ANALISA BREAK EVENT POINT

ANALISA BREAK EVENT POINT MANAJEMEN KEUANGAN II ANALISA BREAK EVENT POINT Rowland Bismark Fernando Pasaribu UNIVERSITAS GUNADARMA PERTEMUAN 10 EMAIL: rowland dot pasaribu at gmail dot com ANALISA BREAK EVENT POINT Pengertian Analisis

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perencanaan Laba 2.1.1 Pengertian Perencanaan Laba Perencanaan laba sering digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan investasi dan penilaian kinerja manajemen suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even ( titik impas ) Break even point atau titik impas sampai saat ini belum bisa diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia secara pasti. Hal ini dikarenakan belum

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK AKUNTANSI MANAJERIAL ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK AKUNTANSI MANAJERIAL ANDRI HELMI M, S.E., M.M. ANALISIS BIAYA RELEVAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN JANGKA PENDEK AKUNTANSI MANAJERIAL ANDRI HELMI M, S.E., M.M. PENGAMBILAN KEPUTUSAN 1. Pengambilan Keputusan Stratejik Berdimensi jangka panjang 2. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Laba Perencanaan laba yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai laba optimal. Tujuan utama perusahaan adalah memperoleh laba yang semaksimal

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts 53 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Klasifikasi Biaya dan Perhitungan Harga Jual Produk pada PT. JCO Donuts & Coffee Dalam proses menghasilkan produknya, PT. JCO Donuts & Coffee terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Break Even Point (BEP) Keberhasilan suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen di dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan

Lebih terperinci

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS PENGAMBILAN KEPUTUSAN Salah satu tugas pokok manajer adalah membuat keputusan berdasarkan informasi akuntansi yang relevan. Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si

Bahan Kuliah. Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII. Analisis Break Even. Dosen : Suryanto, SE., M.Si Bahan Kuliah Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan VII Analisis Break Even Dosen : Suryanto, SE., M.Si Analisis Break Even Adalah suatu keadaan dimana seluruh penerimaan (total revenues) secara persis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN 2.1 Jasa 2.1.1 Definisi Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Diferensial 2.1.1 Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu menyangkut masa yang

Lebih terperinci

Bab 20 Perhitungan Biaya Langsung, Analisis Biaya-Volume-Laba dan Teori Keterbatasan. (Chaper Report)

Bab 20 Perhitungan Biaya Langsung, Analisis Biaya-Volume-Laba dan Teori Keterbatasan. (Chaper Report) Bab 20 Perhitungan Biaya Langsung, Analisis Biaya-Volume-Laba dan Teori Keterbatasan (Chaper Report) PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Kegiatan manajemen suatu perusahaan pada dasarnya terpusat pada dua hal yaitu perencanaan dan pengawasan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut manajemen dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Analisa Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL

ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL ANALISIS BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPERTAHANKAN ATAU MENGHENTIKAN SEGMEN PERUSAHAAN PADA CV. PODO KUMPUL Ardyanto Wibowo H. Andre Purwanugraha Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

AKUNTANSI MANAJEMEN. Biaya Transfer dan Analisis Cost Profit Volume

AKUNTANSI MANAJEMEN. Biaya Transfer dan Analisis Cost Profit Volume Dosen: Christian Ramos K AKUNTANSI MANAJEMEN Biaya Transfer dan Analisis Cost Profit Volume REFERENSI: Ray H. Garrison. Managerial Accounting : Concepts for Planning, Control, & Decision Making, Boston

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis Cost Volume Profit a. Pengertian Analisis Cost Volume Profit Menurut Hansen & Mowen (2005:274) Analisis biaya-volume-laba (costvolume-profit analysis)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah spesifikasi (perumusan) dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dimasa yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi berkaitan dengan hal pengukuran, pencatatan dan pelaporan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Metodologi Penelitian Modul ke: PEMROGRAMAN LINIER Fakultas Program Pasca Sarjana Hamzah Hilal Program Studi Magister Teknik Elektro 13.1 UMUM Banyak keputusan manajemen dan atau riset operasi berkaitan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Dalam pemenuhan keinginan, manusia selalu disertai oleh pengorbanan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.begitupun pula dengan perusahaan yang dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Biaya, Biaya Penjualan, Harga dan Laba 2.1.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (Buku Sistem Akutansi. 2001:8), Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Pengertian manajemen produksi dan operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Menurut Assauri (2008:18), istilah manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

Biaya, volume dan laba merupakan tiga elemen pokok dalam menyusun laporan laba-rugi sebuah perusahaan.

Biaya, volume dan laba merupakan tiga elemen pokok dalam menyusun laporan laba-rugi sebuah perusahaan. ANALISIS BIAYA-VOLUME VOLUME-LABALABA (COST-VOLUME-PROFIT ANALYSIS) Biaya, volume dan laba merupakan tiga elemen pokok dalam menyusun laporan laba-rugi sebuah perusahaan. Studi mengenai hubungan antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar bisa dibagi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Setiap perusahaan berorientasi untuk mencapai tujuan secara ideal, perusahaan akan mengoptimalkan penggunaan seluruh sumber dayanya untuk mencapai tujuan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. datang. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Salah satu fungsi manajemen adalah perencanaan atas kegiatan perusahaan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan pada periode

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN

BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN BAB 4 BREAK - EVEN POINT DALAM UNIT DAN DOLAR PENJUALAN Biaya - volume-profit ( CVP ) analisis memperkirakan bagaimana perubahan biaya ( baik variabel dan tetap ), volume penjualan, dan harga mempengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT

ANALISIS BREAK EVEN POINT ANALISIS BREAK EVEN POINT A. Pengertian Break Even Point (Analisis Pulang Pokok) Break Even Point adalah Teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Laba dan Volume Penjualan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen ( 2009 : 47 ) biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Pemisahan Biaya Semi variabel Dalam menerapkan analisa break even point terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya ke dalam unsur tetap dan unsur variabel, untuk biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya dan Penggolongan Biaya 1. Pengertian Biaya Sebelum mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana biaya, berikut pengertian biaya menurut Horngren dan Foster (2000;

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY

ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) MULTI PRODUK DALAM PERENCANAAN LABA PADA INDUSTRI ROTI CHEZINI BAKERY Disusun oleh : Nama : Pidia Citra NPM : 26213856 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Haryono, SE.,

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN

ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Modul ke: AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS BREAK EVENT POINT (TITIK IMPAS) DAN BAURAN PEMASARAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI BAB II HARGA POKOK PRODUKSI Bab ini berisi teori yang akan digunakan sebagai dasar melakukan analisis data. Mencakup pengertian dan penggolongan biaya serta teori yang berkaitan dengan penentuan harga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4

DAFTAR ISI 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN IDENTIFIKASI MASALAH MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN KEGUNAAN PENELITIAN 4 ABSTRAKSI Suatu perusahaan seringkali menghadapi berbagai masalah. Seperti dalam menghadapi pesaing, harga bahan baku yang cenderung berubah, ataupun keadaan ekonomi yang berubah dan faktor - faktor lain

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L)

MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L) MAKALAH MANAJEMEN AKUNTANSI ANALISIS HUBUNGAN BIAYA-VOLUME-LABA (B-V-L) DISUSUN OLEH: Widya Iswara Nuning Yunara Nurfadillah Ramlah FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Mata Kuliah : MANAJEMEN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Biaya dan Terminologi Biaya Menurut Sugiri (2002:21), biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis tertentu untuk memperoleh sumber daya ekonomi lainnya. Pengukuran biaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat

Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaan saat MANAJEMEN BIAYA LATAR BELAKANG Aktivitas manajemen terfokus pada perencanaan dan pengendalian, untuk menjamin tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Untuk melaksanakan kedua tugas pokok tersebut

Lebih terperinci

Penggunaan Analisis Break Event Point Multi Produk Dalam Perencanaan Laba Pada Pabrik Roti Calista Bakery

Penggunaan Analisis Break Event Point Multi Produk Dalam Perencanaan Laba Pada Pabrik Roti Calista Bakery Penggunaan Analisis Break Event Point Multi Produk Dalam Perencanaan Laba Pada Pabrik Roti Calista Bakery Nama : Ade Hamdani NPM : 24209890 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Hantoro Arief Gisijanto SE.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] MATERI 5 ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA (Cost-Volume Profit Analysis) Analisis biaya-volume-laba (CVP) merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan. Karena

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembuatan tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah:

BAB II LANDASAN TEORI. pembuatan tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah: BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan dasar-dasar teori yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini. Teori-teori yang digunakan adalah: 2.1. Akuntansi Definisi akuntansi dapat dirumuskan dari

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY

ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY ANALISIS BREAK EVEN POINT DALAM PERENCANAAN LABA PADA CV. ANJAS FAMILY Nama : Annisa Triana NPM : 21213162 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Santoso, SE., MM PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Diferensial Mulyadi (2002:118) menyatakan: Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. M enurut Hansen. menggunakan produk atau fasilitas organisasi.

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. M enurut Hansen. menggunakan produk atau fasilitas organisasi. BAB II PENENTUAN HARGA JUAL 2.1 Jasa 2.1.1 Pengertian Jasa M enurut Kotler (2000:428), jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan pada dasarnya tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. BIAYA Aktivitas merupakan suatu tindakan-tindakan atau pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan untuk merubah input dengan menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output dan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

Nisaa Aqmarina EB10

Nisaa Aqmarina EB10 ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENERIMA ATAU MENOLAK PESANAN KHUSUS PADA PERUSAHAAN ROTI LESTARI BOGOR Nisaa Aqmarina 25211190 3EB10 Latar Belakang Masalah Usaha Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci