KEPEMIMPINAN STAGE MANAGER DALAM MANAJEMEN PANGGUNG PERTUNJUKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEMIMPINAN STAGE MANAGER DALAM MANAJEMEN PANGGUNG PERTUNJUKAN"

Transkripsi

1 KEPEMIMPINAN STAGE MANAGER DALAM MANAJEMEN PANGGUNG PERTUNJUKAN Oleh: Haryudi Rahman Universitas Mercu Buana Jakarta Kata Kunci: Kepemimpinan, Stage Manager,Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan Ringkasan Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan sebuah kemasan produk pariwisata, dan untuk pelaksana dari pertunjukan tersebut sebagian besar dari Unit Teater dan Pentas yang dijadikan team work yang berdasarkan instruksi dari pimpinan. Kepemimpinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan salah satu elemen terpenting dalam strategi pengelolaan pertunjukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus pada pertunjukan Sedratari Ramayana Prambanan. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dengan menggunakan analisis isi (content analiysis) untuk mengidentifikasi kepemipinan stage manager dalam manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana. Keseluruhan penelitian ini menemukan tahapan pada proses manajemen panggung yakni sebelum pertunjukan dan setelah pertunjukan, dan stage manager meberikan motivasi dengan pujian dan pemahaman terhadap pekerjaan, komunikasi secara menyeluruh dan sebuah kelompok yang dibentuk secara formal dengan aplikasi informal, gaya kepemimpinan yang berdasarkan dari fungsi, gaya yang berorientasi kepada pekerjaan dan pekerja. A. PENDAHULUAN Manajemen panggung merupakan sebuah tahapan proses pertunjukan, mulai dari sebelum pertunjukan sampai pada pertunjukan. Dalam buku The Handbook Stage Management menekankan bahwa manajemen panggung sangat terkait dengan peran stage manager. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Lonazzi bahwa yang bertanggung jawab atas manajemen panggung adalah stage manager. Jadi stage manager yang mengetahui semua hal teknis panggung dalam sebuah pertunjukan (Lonazzi, 1992). Maka keberadaan stage manager menjadi peran utama dari proses manajemen panggung untuk mencapai satu tujuan bersama, yakni kesuksesan pertunjukan tersebut. Di Indonesia, Yogyakarta istilah mengenai manajemen panggung masih kurang populer dimasyarakat, khususnya dipertunjukan. Hal tersebut, merupakan pengalaman peneliti pada keterlibatan diberbagai pengelolaan pertunjukan yang ditekuni. Saat proses produksi suatu pertunjukan berlangsung, seniman dan tim produksinya tidak pernah menyinggung halhal yang berkaitan dengan manajemen panggung. Faktanya adalah lebih mengarah pada konsep atau materi karya yang akan dipertunjukan. Padahal kesuksesan pertunjukan sebagai suatu tujuan bersama, juga didukung oleh manajemen panggung yang dikelola secara terencana dan terorganisir dengan baik, mulai dari sebelum sampai pada setelah pertunjukan. Pandangan tersebut, menjadikan pentingnya seseorang dalam manajemen panggung yang berperan sebagai pemimpin dalam mengarahkan suatu proses kerja secara NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 77

2 tim, demi mencapai tujuan yang diharapkan. Secara fungsi, dalam setiap pertunjukan dipilih seseorang yang dikenal dengan sebutan stage manager, untuk bertanggung jawab di panggung. Namun job description seorang stage manager pada proses manajemen yang dimaksudkan di atas masih kurang jelas dan kurang dipahami secara kerja tim dipertunjukan, terkadang dalam kinerjanya stage manager juga terlibat pada divisi lainnya secara manajemen tim. Seperti dijelaskan peneliti sebelumnya, hal tersebut sering terjadi diberbagai proses pertunjukan disebabkan kurangnya wawasan. Baik melalui artikel, majalah atau pun bukubuku yang memberikan informasi kepada masyarakat, khusunya tentang manajemen panggung dan pentingnya peranan dari seorang stage manager. Sendratari Ramayana Prambanan merupakan pertunjukan yang dikemas khusus untuk wisatawan di Yogyakarta. Biasanya pertunjukan ini menarik perhatian para wisatawan domestik dan manca negara yang berkunjung ke Yogyakarta. Selain dari aspek sejarah Ramayana dan keberadaan Candi Prambanan yang terkenal di dunia, dari segi pertunjukan sendratari gaya Yogyakarta pun menjadi ketertarikan tersendiri. Hal tersebutlah yang menjadikan pengelola Prambanan sangat memperhatikan kualitas dan kuantitas sajian pertunjukan, khususnya manajemen panggung. Pada data pengunjung Sendratari Ramayana Prambanan yang tercatat oleh pengelola dapat dilihat adanya peningkatan yang drastis setiap tahunnya. Tentunya hal ini diperoleh melalui kinerja bersama tim pengelola yang serius dalam manajemen panggung pada pertunjukan yang mereka kemas khusus untuk para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Maka dari itu, pada penelitian ini mencoba mendeskripsikan manajemen panggung yang dikelola secara tim pada Prambanan diharapkan sebagai pengetahuan dan wawasan bagi masyarakat, khususnya di pertunjukan. Lokasi panggung pertunjukan yang dekat dengan Candi Prambanan tentu sangat memerlukan pemikiran yang terencana dan terorganisir agar tidak merusak atau mengurangi keindahan panorama dari bangunan candi. Namun apabila dikelola dengan sebaik mungkin dan semestinya, Prambanan akan memberikan atraksi tersendiri bagi wisatawan setelah melihat bangunan candi disore harinya. Dilihat dari konstrusksi panggung Open Air, keberadaaan candi sebagai back ground panggung menjadi daya tarik pertunjukan yang disajikan. Menurut (Martono 2008 : 56) salah satu ruang yang representatif yang bertaraf internasional dan memiliki arsitektur yang berbeda dengan ruang-ruang pentas yang lainnya, yaitu panggung Prambanan yang awalnya dibangun untuk menunjang pariwisata Candi Prambanan. Keinginan bagi peningkatan pariwisata tersebut haruslah didukung pengelolaan panggung yang terencana dan teroganisir dengan baik, yakni manajemen panggung. Pentingnya penelitian ini dilakukan agar pengetahuan mengenai manajemen panggung dan stage manager bisa dipahami secara praktisi maupun teoritis. Penelitin ini juga merupakan sebuah bahan evaluasi bagi manajemen panggung Sendratari Ramayana Prambanan. Penelitian ini juga memberikan sebuah wacana baru di dunia akademik, bahwa penting dilakukan sebuah riset tentang manajemen panggung di Indonesia. Secara fungsi, profesi stage manager dalam manajemen panggung akan dibahas lebih rinci dalam penelitian ini. Dan lebih jelasnya, penelitian ini berangkat dari sebuah fenomena, secara fungsi, aplikasi dan pengetahuan tentang stage manager masih perlu diperjelas. Dari penelitian ini diharapkan nantinya akan menjawab semua fenomena yang terjadi. B. METODE PENELITIAN C. PEMBAHASAN Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan kemasan. Dimana pertunjukan ini bertujuan untuk para wisatawan, jadi pencipta harus mengetahui situasi dan kondisi penonton. Dari pendapat di atas, penulis melihat keterkaitan antara 78 Volume 2 Edisi 1, 2015

3 kemasan dengan manajemen panggung Prambanan. Secara eksplisit untuk membuat merencanakan hal tersebut, dalam hal ini manajemen panggung (Hadi, 2012:127). Berdasarkan hasil observasi sebelumnya di Unit Teater dan Pentas, pertunjukan ini memang dikelola dengan baik. Setiap minggunya menampilkan tiga pertunjukan dengan kelompok yang berbeda-beda. Dari 11 kelompok yang terlibat dalam Sendratari Ramayana Prambanan dilakukan penjadwalan secara bergilir. Sebagian besar dari kelompok tersebut merupakan penari profesional dan beberapa yang masih pemula. Kelompok yang masih pemula memiliki jadwal tersendiri untuk latihan di Open Air. Dan yang profesional pada umumnya latihan di sanggar masing-masing. Dalam upaya mencapai visi dan misi, tim pengelola manajemen panggung Prambanan berada di Unit Teater dan Pentas pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Pada sistem kerjanya organisasi ini memiliki struktur organisasi tersendiri dari bagian unit perusahaan. Unit tersebut lebih dikhususkan untuk mengelola pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pada pelaksanaan kerja struktur organisasi sangat dibutuhkan untuk setiap perusahaan/yayasan/lembaga, inilah yang dijadikan panduan bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal dalam upaya pencapaian tujuan bersama (Sule,et.al., 2009:168). Salah satu tujuan dari unit tersebut sebagai pengelola pertunjukan kemasan professional adalah kepuasan penonton, wisatawan terhadap pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kepuasan penonton diperoleh dari aspek pelayanan dan penyajian pertunjukan yang ditampilkan sesuai dengan harapan awal saat pertunjukan ini sengaja dikemas untuk pariwisata. Untuk mencapai kesuksesan, sinergitas antar elemen pertunjukan sangat dibutuhkan, baik pengelolaan yang berkaitan dengan panggung maupun di luar daripada panggung. Misalnya saja pada mempromosikan sebuah pertunjukan melalui website, media cetak dan relasi. Secara teknis, kegiatan mempromosikan tidak terkait dengan panggung, tetapi ini sangat menentukan untuk mendatangkan penonton yang mendukung kegiatan pada manajemen panggung, akan sia-sia kerja manajemen panggung jika tidak ada penonton yang menonton begitu juga sebaliknya sehingga dalam pengelolaan sinergitas keduanya sangat diperlukan. Manajemen dan kepemimpinan menjadi suatu keterkaitan. Pada manajemen panggung tentu diperlukannya seorang pemimpin, yakni stage manager. Kepemimpinan tersebut merupakan kemampuan dalam membangun komunikasi dan motivasi satu dengan yang lainnya secara kerja tim. Menurut tingkatan manajemen stage manager berada di tengah, jadi butuh upaya yang keras membangun komunikasi antara top management dan low management. Selain itu stage manager juga membangun komunikasi antara pemain untuk kebutuhan pentas (Ionazzi, 1992: 11). Pernyataan tersebut mendeskripsikan peranan kepemimpinan stage manager yang cakupannya luas mulai membangun komunikasi dan motivasi antar kerja tim teknis maupun dengan kerja antar penari di atas panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Secara definisi operasionalnya seorang stage manager bertugas untuk mewujudkan dan menyatukan keinginan dari sutradara dan produser, mengenai hal-hal yang artisitik untuk diwujudkan dalam suatu pementasan. Stage manager akan bekerja sama dengan aktoraktor yang terlibat di dalamnya. Mengkoordinir, mengatur dan menyatukan berbagai ide dan masukan yang keluar dari banyak pihak yang terlibat untuk mencapai satu kesepakatan yang disetujui bersama (Ionazzi, 1992:9). Merujuk pada definisi di atas bahwa sosok stage manager dalam hal ini membutuhkan kepemimpin untuk mengarahkan semua staf kerja tim dalam manajemen panggung. Pengambilan keputusan sangat menentukan efektifitas sebuah pertunjukan. Biasanya pada pelaksanaan yang tidak sesuai dari perencanaan, dibutuhkan tanggung jawab NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 79

4 Tabel 1: Deskripsi tugas stage manager dalam SOP (Standar Operasional Pekerjaan) stage maneger dalam mengambil keputusan. Peranannya dalam membangun tim sangat diperlukan dalam menjaga emosional para stage crew, kordinator kostum, lightingmen, soundman dan pemain. Sejalan dengan pemikiran peneliti. bahwa sebuah pengelolaan membutuhkan seorang pemimpin mengatur semua jalannya sebuah perusahaan untuk meng-goal-kan sebuah tujuan. Pemimpin bukan hanya sekedar memimpin, secara teknis tugas pimpinan meliputi lima kegiatan, yaitu: menyusun rencana, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasi, mengendalikan kegiatan (Ranupandojo, 1996 : 88). Sehubungan dengan penelitian ini, maka dirumuskan pertanyaan penelitian terkait peranan kepemimpinan dalam manajemen panggung pada sebuah pertunjukan. Tahapan-tahapan manajemen panggung Prambanan. 1. Manajemen Panggung a. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibutuhkan dalam setiap perusahaan atau kegiatan-kegiatan tertentu. Dalam manajemen panggung struktur organisasi juga merupakan penentu jalannya pertunjukan. Struktur tersebut nanti masing-masing memiliki pekerjaan yang spesialis di bidangnya dan memiliki uraian pekerjaan. Menurut Lonazzi (1992) yang bergerak pada organisasi teater, memaparkan pentingnya struktur organisasi pada suatu manajemen panggung pertunjukan. Pengaruh tersebut penting karena terkait pada tanggungjawab kerja sebagai stage manager. Dalam studinya beliau mengemukakan dua alasan yang mendasari pembentukan struktur organisasi, yakni berdasarkan pada fungsional dan situasi lingkungan serta berdasarkan kebutuhan produksi (project commercial). 80 Volume 2 Edisi 1, 2015

5 Bagan 2: Struktur Organisasi Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan Menurut pemahaman Lonazzi (1992) mengenai struktur organisasi manajemen panggung, pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan belum memiliki design organisasi (secara bagan yang jelas), namun struktur organisasi yang ada lebih kepada struktur organisasi Unit Pentas dan Teater pada lingkup perusahaan PT.Taman Wisata Candi Prambanan, Boko, dan Borubodur (yang telah digambarkan peneliti di bab 1). Dalam struktur organisasi Unit Teater dan Pentas tersebut tertulis berupa SOP (Standar Operasional Prosedur). SOP inilah yang menjadi acuan untuk pelaksanaan pertunjukan tersebut. Di SOP dijelaskan rincian-rincian pekerjaan yang akan dilakukan setiap koordinator. Petugas pelaksana pertunjukan diberikan instruksi langsung dari pimpinan bahwa harus melaksanakan pertunjukan. Berdasarkan wawancara dengan stage manager, tanggung jawabnya mulai dari parkiran sampai dibelakang panggung. Tabel 1 di atas merupakan deskripsi tugas dari stage manager pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yang tertera pada SOP tersebut sebelumnya. Secara struktur organisasi, di Unit Teater dan Pentas ada perbedaan penamaan, yakni stage manager yang dimaksudkan merupakan koordinator pementasan dalam struktur organisasi Unit Teater dan Pentas. Apabila ditinjau dari prosedur kerja pada tabel di atas, deskripsi kerja koordinator pementasan memiliki tanggungjawab penentu untuk berlangsungnya pertunjukan. Hal ini, dilihat dari prosedur kerjanya yang bertanggungjawab pada kesiapan seluruh pelaksana pertunjukan, dan memberikan abaaba dimulainya pertunjukan. Dengan demikian, struktur organisasi yang bersifat fungsional secara langsung, menjadi pedoman pada pertunjukan di malam harinya. Dengan ini, proses kerja struktur organisasi sudah tidak tergambar jelas karena kerja berdasarkan team work, satu kesatuan demi kelancaran pertunjukan. Berdasarkan hasil analisis peneliti menggambarkan struktur organisasi Prambanan sebagai berikut: Struktur organisasi pada bagan 2, di desain berdasarkan surat perintah kerja yang di dalamnya menuliskan pembagian divisi untuk. Terlihat pada bagan 2 di atas bahwa stage manager berada pada tingkatan menengah. Ini membuktikan bahwa profesi stage manager bukan hal mudah, bertanggungjawab mengarahkan semua bawahannya dan bertanggung jawab kepada pimpinan produksi. Terlihat garis putus-putus yang menghubungkan antara stage manager dan kelompok tari. Maka dari itu, semua yang terkait dengan pertunjukan stage manager-lah yang bertanggungjawab. Dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan keterlibatan kelompok tari merupakan sebuah kerjasama. Pihak dari Unit Teater dan Pentas memberikan kontrak kepada 11 kelompok tari untuk sebuah pertunjukan. Meskipun demikian, stage manager tetap memiliki tanggung jawab terhadap kelompok tari saat NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 81

6 pertunjukan. Hubungan ini akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya. Kemudian di SOP (Standar Operasional Pekerjaan) dijelaskan secara detil mengenai uraian pekerjaan. Pembagian kerja tersebut di kelompokkan sebagai berikut, pimpinan produksi, koordinator pementasan, koordinator lighting, dan koordinator properti. Koordinator pementasan adalah stage manager dalam Prambanan. Pengelompokan pekerjaan dilakukan berdasarkan kebutuhan Prambanan. Menurut (Byrnes, 2009), membagi struktur organisasi menjadi dua yakni organic organization dan mechanistic organization. Organic organization memiliki ciri yakni, struktur yang kurang terpusat, kurang detil dalam peranan dan regulasi, sering ambigu dalam proses kerja, sulit untuk dikontrol (muliple jobdesc), lebih bersifat informal, koordinasi secara personal. Mechanistic organization memilki ciri sebalikanya dari organic organization yakni struktur yang terpusat (ideal), detil pada peranan dan regulasi, divisi yang jelas, mudah dikontrol, bersifat formal, koordinasi secara impersonal (kelompok). Sejalan dengan paparan di atas, Prambanan saat pertunjukan berlangsung menggunakan organic organization, hal ini terlihat pada SOP. Sedangkan siang hari menggunakan mechanistic organization karena merupakan jabatan fungsional dari PT. Taman Wisata Candi Prambanan, Boko dan Borobudur. Keseluruhan bahasan di atas, Prambanan memiliki bentuk struktur organisasi formal dan informal, dan dibentuk berdasarkan fungsional dan produksi (project). b. Tahapan Manajemen Panggung Manajemen panggung merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam sebuah pertunjukan mengkhusus pada panggung. Menurut Lonazzi, manajemen panggung dilakukan dengan beberapa tahapan yakni, sebelum produksi, latihan dan pertunjukan. Dan yang berperan penting dalam tahapan tersebut adalah stage manager. Pada melihat secara tahapan dari manajemen panggung, hal tersebut tidak semuanya berlaku dalam pertunjukan tersebut. Berdasarkan wawancara dengan stage manager merupakan sebuah rutinitas. Jadi pertunjukan ini memiliki tahapan sebelum pertunjukan dan pertunjukan. Karena Sendratari Ramayana merupakan pertunjukan rutinitas. 1) Sebelum Pertunjukan Manajemen panggung dalam memiliki tahapan, yakni sebelum pertunjukan dan pertunjukan. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, tidak sekedar mengorganisir yang terkait dengan panggung. Stage manager menegaskan bahwa dia mengkoordinir semua yang terkait dengan. Mulai dari tukang parkir, penjaga tiket, penajaga pintu, penjemput tamu, dan yang bekerja di panggung. Sedangkan hasil analisis manajemen panggung, bahwa secara teoritis Bagan 3: Tahapan sebelum pertunjukan pada manajemen panggung 82 Volume 2 Edisi 1, 2015

7 manajemen panggung Sendratari Ramayana tidak sesuai konsep Lonazzi. Peneliti akan menggambarkan dalam bentuk skema tahapan sebelum pertunjukan pada Sendratari Ramayana. Tahapan sebelum pertunjukan ini memiliki persiapan yang harus diselesaikan seperti yang terlihat pada bagan 3. Jadi ada tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Karena ini adalah tahapan, maka semua pekerjaan harus bertahap dilakukannya. Petugas parkir, mempersiapkan kebutuhannya mulai dari senter, uang koin dan pakaian. Sembari petugas parkir melakukan persiapan, petugas kebersihan membersihkan wilayah sekitar panggung dan panggung. Kebersihan di wilayah panggung meliputi dalam panggung dan belakang panggung. Kemudian sekitar panggung meliputi, kebersihan tempat duduk untuk para penonton, toilet dan kebersihan mulai dari parkir sampai pada area pintu masuk panggung. Adapun yang dilakukan dalam persiapan properti meliputi, gamelan, tungku api dan daun untuk adegan Hanoman obong. Setelah gamelan siap di atas panggung, barulah crew sound memasang microphon disetiap instrumennya. Beberapa crew sound mempersiapkan sound monitor dan sound pelempar di sisi kanan dan kiri panggung. Ketika semua sudah dipersiapkan barulah dilakukan chek sound. Langkah yang ke-empat yakini check lighting, untuk bagian ini memang dilakukan saat hari mulai gelap karena untuk kejelasan plot dari pencahayaan. Jika semua langkahlangkah pada tahapan ini sudah selesai dan hari masih sore, koordinator lighting tetap akan menunggu setelah hari mulai gelap. Disampin itu pula, sebelum melakukan chek lighting para crew lighting melakukan pemerikasaan terhadap setiap lampu yang sudah standbay. Tahapan berikutnya sebelum pertunjukan dilaksanakan, yakni bloking panggung untuk penari. Bloking panggung biasanya dilakukan saat semua crew panggung sedang mempersiapkan peralatan yag dibutuhkan di atas panggung. Saat penari melakukan bloking panggung sementara crew melakukan tugasnya sesuai dengan tahapan yang telah dipaparkan di atas. Kelompok penari yang biasanya melakukan bloking panggung terlebih dahulu, merupakan kelompok yang belum profesional dalam artian, mereka pemula. Jadi, kelompok tersebut datang lebih awal agar waktu untuk melakukan bloking panggung cukup. Telah dibahasakan sebelumnya, bahwa pertunjukan ini merupakan rutinitas dan seluruh crew panggung telah memahami dan mendalami tugas masing-masing. Untuk itu, kelompok penari hanya sekedar melakukan pemantapan gerak pada panggung dan disertakan pemusik dari setiap kelompok. Biasanya sebelum mereka melakukan bloking, antara pimpinan dari kelompok dan stage manager ada koordinasi semacam pemberitahuan. Setelah itu, instruksi yang dilakukan oleh stage manager kepada setiap koordinator untuk mempersiapkan peralatan untuk melakukan bloking. Dan untuk stage manager sendiri dalam proses sebelum pertunjukan ini, memberikan kepercayaan penuh kepada koregrafer/pimpinan kelompok hal-hal yang terkait dengan koreografi. Kemudian yang terakhir adalah clear area, mengosongkan panggung untuk melangkah ke tahapan yang ke dua. Langkah ini merupakan langkah yang terakhir, untuk memastikan tidak ada lagi pekerjaan yang terkait dengan panggung. Saat dilakukan clear area semua koordinator dan crew memastikan semua sudah siap kepada stage manager. Sebelum melakukan tahapan yang kedua, para koordinator dan crew sudah harus rapi dengan kostum yang sudah ditentukan. Karena di sisi lain, pelayanan terhadap penonton merupakan salah satu tujuan utama dalam Prambanan. Maka dari itu, semua koordinator dan crew harus rapi dan bersih agar memberikan kesan yang baik terhadap orang yang melihatnya. 2) Pertunjukan Kemudian pada tahapan ke dua yakni pertunjukan, di bagan yang telah peneliti gambarkan. Pada saat pertunjukan NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 83

8 Bagan 4: Tahapan pertunjukan, alur koordinasi pelaksana saat pertunjukan berlangsung berlangsung, stage manager mengontrol jalannya pertunjukan. Para koordinator melakukan koordinasi sesama koordinator dan dikontrol oleh stage manager. Dan stage manager berkoordinasi dengan pimpinan produksi untuk memberikan informasi keadaan pertunjukan. Dalam proses pengontrolan stage manager melihat kekurangan-kekurangan apa saja yang terjadi saat berlangsungnya pertunjukan. Pada bagan 4 jabatan yang tertinggi dalam pertunjukan Sendratari Raamayana Prambanan ini adalah pimpinan produksi. Pimpinan produksi dalam pertunjukan ini berkoordinasi dengan stage manager untuk mengontrol kondisi yang terjadi saat pertunjukan. Sedangkan stage manager selain berkoordinasi dengan koordinator, juga melakukan evaluasi terhadap pertujukan tari yang sedang berlangsung. Saat pertunjukan berlangsung di panggung Open Air, dan kondisi cuaca buruk. Maka yang dilakukan stage manager adalah membiarkan dulu pertunjukan tetap berlangsung. Tetap melihat seberapa buruk cuaca saat pertunjukan tersebut. Jika cuaca sangat buruk dan tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertunjukan, MC langsung mengambil alih dan melakukan pemberitahuan kepada seluruh penonton untuk berteduh di tempat yang telah disediakan. Koordinator properti langsung di arahkan untuk mempersiapkan panggung Trimurti. Untuk mengarahkan penonton ke panggung Trimurti, kondisi cuaca-pun sangat diperhatikan. Di dalam SOP (Standar Operasional Prosedur) dijelaskan bahwa ketika hujan belum berhenti dalam 30 menit maka penonton dan penari akan diarahkan ke panggung Trimurti. Penonton di arahkan ke panggung Trimurti melalui pintu depan dan para penjemput tamu memberikan payung ke setiap penonton. Saat penari dipindahkan, koordinator memberikan transportasi agar make-up dari penari tetap terjaga dari air hujan. Dan saat hujan berhenti dalam 30 menit, maka pertunjukan akan dilanjutkan dan seluruh koordinator diberikan waktu sekitar 15 menit untuk melakukan pengeringan panggung dan kursi penonton. 84 Volume 2 Edisi 1, 2015

9 Agar penonton tetap nyaman duduk di tempatnya. Pelayanan memang sangat penting dalam Prambanan. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pertunjukan ini merupakan pertunjukan yang dikemas untuk wisatawan. Dan memberikan kepuasan melalau pelayanan tersebut. Karena salah satu tolok ukur dari suksesnya pertunjukan ini adalah komplain dari pihak penonton. Hal ini berdasarkan wawancara dengan stage manager. Jika, penonton tidak ada yang komplain pertunjukan tergolong sukses. Stage manager dalam hal ini yang memiliki tanggung jawab yang besar dalam Prambanan. Untuk itu, stage manager harus mampu berkomunikasi dengan baik agar semua bisa terkoordinir dengan baik. Dan mengambil keputusan saat terjadi hal-hal yang insidental dalam pertunjukan. Kemudian secara tingkatan manajemen stage manager berada pada level midle. Maka dari itu sangat dibutuhkan keahlian yang lebih agar semua berjalan sessuai dengan yang diharapkan. 3) Hubungan Stage Manager Pertunjukan dan Penari Sendratari Ramayana Sejalan dengan pemikiran Hadi (2012 : 102) dalam proses koreografi, kerjasama antara penata tari dengan penata panggung dimulai dari proses latihan secara keseluruhan. Adapun kerjasama yang terbangun berguna untuk mengontrol, mengatur, memberikan petunjuk, dan mengingatkan seluruh pendukung pertunjukan terutama pada penari. Hal ini dimaksudkan agar konsep dari koreografi dapat dipahami oleh penata panggung pada pertunjukan yang akan dipentaskan. Berdasarkan data wawancara dengan koreografer dan stage manager di Pertunjukan Sendratari Ramayana hubungan kerjasama yang ada sebatas pada memberikan ruang dan waktu untuk latihan di panggung Open Air Prambanan. Fasilitas yang disediakan tidak seluruh kelompok yang memanfaatkannya karena dari beberapa kelompok memiliki studio tari sendiri dengan alasan untuk lebih memudahkan proses latihan. Dengan demikian apabila dianalisis dengan situasi tersebut keterlibatan stage manager dengan koreografer menjadi tidak jelas tergambarkan dan tentu kerjasama yang dimaksudkan pun tidak terbangun pada pertunjukan tersebut. Namun ada beberapa kelompok tari yang sesekali menggunakan panggung Open Air untuk proses latihan blocking. Seperti pada kelompok tari KAMASETRA UNY melakukan latihan blocking di panggung Open Air sebelum jadwal pertunjukan yang telah ditentukan. Keterlibatan antara stage manager dengan koreografer ada dalam hal menyediakan fasilitas untuk latihan diantaranya : soundsytem, lighting, dan gamelan. Maka dari itu, stage manager tidak terlibat langsung dengan hal-hal yang berkaitan dengan koreografi. Ada sebelas kelompok tari yang dikontrak langsung oleh pihak Unit Teater dan Pentas di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Mereka telah memiliki jadwal untuk melakukan pertunjukan. Beberapa dari kelompok tari yang melakukan latihan di panggung Open Air akan didampingi oleh pelaksana pertunjukan untuk kelancarannya. Biasanya yang melakukan latihan dari kelompok merupakan kelompok tari yang masih pemula. Untuk itu, mereka mengajukan jadwal latihan dan disusun ulang oleh pelaksana pertunjukan. Keterlibatan stage manager dalam latihan tidak menyentuh pada tarian yang akan dipertunjukkan. Stage manager memberikan kepercayaan penuh kepada koreografer dari setiap kelompok. Dan untuk linghting dan sound di arahkan oleh stage manager. Sebelum pertunjukan penari datang pada jam WIB untuk melakukan persiapan, mulai merias sampai pada memakai kostum yang sesuai dengan peran yang dimainkan. Terkecuali kelompok tari yang masih pemula, mereka datang lebih awal untuk melakukan bloking di panggung Open Air. NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 85

10 Kemudian saat pertunjukan akan berlangsung salah satu dari team work memberikan informasi keseluruh penari untuk bersiap-siap masuk ke area panggung. Panggung Open Air memiliki beberapa sisi untuk masuk dan keluarnya penari saat pertunjukan, dan mereka sudah memahami hal tersebut. Jadi keterlibatan crew untuk mengontrol keluar masuknya penari tidak dilakukan lagi. Adapun peranan stage manager dalam hubungannya dengan penari ada pada saat evaluasi di setiap pertunjukannya. Stage manager mengontrol apa yang kurang dan berlebih saat pertunjukan. Kemudian saat selesainya pertunjukan akan diberikan catatan langsung kepada pemimpin kelompok tari/koreografer. Begitupula dalam hubungannya dengan ligthing, sound dan properti. Jadi keterlibatan antara pelaksana dan penari pada pertunjukan Sendratari Ramayana sebatas evaluasi dan tidak terlibat secara teknis koreografi penari. Pimpinan dari setiap kelompoklah yang terlibat secara teknis akan hal tersebut. Evaluasi dilakukan dengan melihat apa yang kurang dan lebih saat pertunjukan berlangsung. Hubungan antara stage manager dan penari yang terlibat dalam pertunjukan Sendratari Ramayana, bukan hubungan yang secara umum harus mempunyai keterlibatan langsung dalam koreografi. Namun di sini keterlibatan itu ada pada evaluasi saat pertunjukan dengan melihat apa yang kurang dan lebih. Hubungan ini akan digambarkan melalui bagan 6, sebagai berikut: Bedasarkan skema pada bagan 5 disamping, garis panah hitam tegas yang mengarah ke pimpinan kelompok tari/koreografer adanya instruksi kerja, evaluasi dan pemenuhan kebutuhan. Kemudian garis biru yang mengarah ke stage manager merrupakan permintaan dari setiap kebutuhan koregrafer untuk pertunjukan. Terlihat juga garis merah yang menghubungkan antara koreografer dan penari, menunjukkan bahwa koreografer bersentuhan langsung secara teknis dengan penari. Garis putus-putus antara stage manager dan penari, adanya batasan yang dimiliki oleh Bagan 5: Hubungan antara stage manager, koreografer dan penari stage manager untuk teknis dalam gerakan tarian. Namun tetap stage manager memiliki wewenang mngevaluasi hasil dari pertunjukan dari penari. Kedua garis panah yang berwarna hitam dan biru jika dilihat secara detil ada hubungan timbal balik. Berdasarkan interpretasi peneliti, bahwa adanya sistem kerja sama yang ditawarkan kepada setiap kelompok dengan melakukan perjanjian tertentu. Kemudian adanya penawaran yang diberikan oleh pimpinan kelompok atau koreografer dalam hal mendukung kelancaran pertunjukan. Penawaran koreografer terhadap stage manager terkait dengan ligthing, sound dan properti. Kemudian penawaran mengenai jadwal pertunjukan dan latihan. Hal tersebut terjadi juga pada stage manager, penawaran yang dilakukan lebih kepada memperbaiki jika ada yang kurang atau lebih saat pertunjukan berlangsung. Namun bisa juga, memenuhi tawaran yang 86 Volume 2 Edisi 1, 2015

11 diinginkan oleh pimpinan kelompok atau koreografer. Koreografer yang memiliki tanggung jawab penuh untuk kekompakan penari dalam melakukan perannya masing-masing dalam ini. Jadi ada batasan yang dimiliki stage manager antara hubungannya dengan penari. Jika stage manager merasa ada yang perlu dibenahi dalam pertunjukan, maka akan berhubungan langsung dengan pimpinan kelompok atau koreografer. Hubungan kerjasama yang dimaksudkan Hadi (2012) dalam bahasan sebelumnya kecil kemungkinan terjadi karena dilihat dari jumlah kelompok tari yang terlibat di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kesulitan itu dikarenakan sebelas kelompok memiliki konsep koreografi yang berbeda satu dengan lainnya walaupun secara ide cerita sama. Selain itu, kemasan pertunjukan untuk pariwisata menjadikan hubungan kerjasama yang terjalin antara stage manager dan koreografer diperkuat dengan kontrak kerjasama yang disepakati kedua pihak. Dengan demikian, pada tataran ini sudah adanya deskripsi hak dan kewajiban dari kedua pihak tersebut. Pihak pertama yakni stage mananger memberikan kewajiban pada penyediaan sarana dan prasarana pertunjukan sedangkan pihak kedua yakni koreografer/pimpinan kelompok tari memiliki kewajiban pada hal-hal yang berkaitan dengan teknis pertunjukan (koreografi). Hadi (2012) dalam paparannya juga menguraikan pentingnya hubungan stage manager dengan penari yakni pada fungsi memberikan petunjuk. Petunjuk yang dimaksudkan adalah pada hal-hal yang berkaitan dengan kostum, tatarias, dan lighting kepada penari dalam pertunjukan. Berbeda halnya dengan Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan secara sistem kerjasama sebaiknya pada paparan di atas dapat diberlakukan. Namun melihat dari situasi dari sistem kerja yang ada di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan peran stage manager sudah memiliki koordinasi dengan lighting. Koordinasi tersebut memberikan petunjuk pada para penari saat pertunjukan, sedangkan pada kostum dan tatarias yang dimaksudkan sebelumnya tidak dapat diberlakukan oleh stage manager karena adanya batasan kerja dari kontrak kerjasama yang telah disepakati sebelumnya yakni pada teknis yang bersifat koreografi. Tanggungjawab teknis koreografi diantaranya termasuk kostum dan tatarias merupakan peran dari pimpinan kelompok/koreografer kepada penari bukan lagi menjadi tanggungjawab stage manager kepada para penari. 2. Kepemimpinan Stage Manager a. Proses Menurut Griffin (2000), kepemimpinan sebagai proses difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh para pemimpin, yaitu proses dimana para pemimpin menggunakan pengaruhnya. Untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta menciptakan suatu budaya produktif dalam organisasi. Dari pemahaman di atas, peran stage manager pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memberikan pengaruh kepada seluruh crew. Pengaruh yang diupayakan mendukung proses kerja saat pertunjukan untuk memudahkan koordinasi dan arahan. Dari hasil wawancara bersama stage manager, pemahaman terhadap pekerjaan, dan pujian terhadap hasil kerja yang telah dilakukan merupakan pengaruh yang sangat besar. Pernyataan tersebut menekankan pengaruh stage manager pada crew terlihat sebagai bentuk deskripsi kewajiban kerja masing-masing untuk kelancaran proses kerja di pertunjukan. Untuk lebih mempertajam analisis ini maka peneliti akan menganalisis proses motivasi kemudian komunikasi dan kelompok kerja : 1) Motivasi Selaku stage manager yang memberikan motivasi kepada seluruh koordinatornya, peneliti akan melihat secara mendalam bagaimana stage manager memberikan motivasi tersebut. Pada bahasan sebelumnya mengenai pengaruh stage manager berupa pengarahaan dan koordinasi deskripsi kewajiban kerja NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 87

12 masing-masing ditegaskan kembali oleh beberapa pendapat yang diungkapkan informan saat diwawancarai. Dengan demikian berdasarkan analisis Grifin (2000), pengaruh yang diberikan stage manager sangat penting dalam memotivasi crew sebagai bentuk koordinasi satu dengan yang lainnya saat proses kerja pada pertunjukan berlangsung. Stage manager memberikan motivasi berupa penghargaan dengan memberikan pujian kepada koordinator serta memberikan pemahaman lebih dalam lagi mengenai pekerjaannya. Dilanjutkan pimpinan produksi, menekankan pada pemahaman tentang kerjasama dalam satu pertunjukan sangat penting untuk memudahkan koordinasi tersebut. Berdasarkan teori motivasi kebutuhan hirarki Masslow, yang menekankan bahwa manusia memiliki kebutuhan. Teori tersebut Masslow menekankan adanya lima tingkatan kebutuhan yang harus dipenuhi dan setelah kebutuhan yang satu terpenuhi maka akan berlanjut pada kebutuhan kedua dan kebutuhan selanjutnya. Secara tingkatan kebutuhan Masslow, stage manager memberikan motivasi pada tingkatan kebutuhan harga diri. Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan tingkatan tinggi yang memiliki dua kategori, yakni kategori kebutuhan terhadap kekuasaan dan kebutuhan terhadap nama baik (reputation). Pada kategori inilah stage manager memberikan motivasi dengan cara memberikan pujian dan pemahaman setiap koordinator. Secara hirarki, stage manager tidak melalui kebutuhan fisiologis, keamanan, dan sosial. Sedangkan kebutuhan keamanan tidak bisa terpenuhi ketika kebutuhan fisiologis belum tercapai. Jadi ketika membedah secara hirarki kebutuhan Masslow yang dapat ditemukan adalah kebutuhan harga diri. Di dalam sini tidak ditemukan adanya kebutuhan secara hirarki yang terpenuhi. Berdasarkan tersebut di atas, motivasi dalam kepemimpinan stage manager secara teori Masslow, kebutuhan yang terpenuhi adalah kebutuhan harga diri. Sedangkan peneliti sudah paparkan sebelumnya, bahwa kebutuhan yang kedua tidak bisa terpenuhi kalau kebutuhan pertama tidak terpenuhi. Efek yang ditimbulkan ketika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi secara bertahap, mungkin para pekerja mengalami ketidak puasan kerja. Tetapi berdasarkan pernyataan dari informan, semua senang dengan pekerjaannya. Menurut teori kebutuhan dua faktor Herzberg, menjelaskan faktor motivator dan faktor kesehatan (hygine). Faktor motivator meliputi, pekerjaan itu sendiri, prestasi, kemungkinan pertumbuhan, tanggung jawab, kemajuan, pengakuan dan status. Dan faktor kesehatan meliputi, Hubungan dengan penyelia, hubungan antarkolega, hubungan dengan bawahan, kualitas penyeliaan, kebijakan perusahaan dan administrasi, keamanan kerja, kondisi-kondisi kerja dan gaji. Melanjutkan pemahaman Herzberg, jika hanya satu dari dua faktor yang terpenuhi maka karyawan akan mengalami ketidak puasan kerja, tetapi pada tingkat netral. Ditinjau pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan maka stage manager memberikan semua kedua faktor tersebut pada setiap karyawannya. Berdasarkan hasil wawancara bahwa, stage manager memberikan motivasi dengan memberikan pujian dan pemahaman terhadap koordinator. Cara menyampaikannya juga secara personal, dan hubungan antara karyawan sangat baik. Jadi, stage manager memberikan motivasi sesuai dengan teori dua faktor kebetuhan Herzberg. Para pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan memang harus mempersiapkan tenaga ekstra untuk mencapai kesuksekan pertunjukan. Dan pertunjukan tersebut dilaksanakan empat kali dalam satu minggu. Selain itu, pada siang hari mereka mengerjakan pekerjaan administratif. Untuk melancarkan semua itu, dibutuhkan pendorong, semangat dan motivasi agar semua sama-sama berjalan. Maka peranan seorang stage manager dibutuhkan untuk melancarkan sebuah pertunjukan. Dengan memberikan motivasi setiap koordinator melalui pujian dan pemahaman mengenai pekerjaannya. Untuk itu, pandangan peneliti dari pembahasan di atas, motivasi menggunakan teori dua faktor kebutuhan Herzberg semua termasuk dalam teori tersebut. Dengan alasan 88 Volume 2 Edisi 1, 2015

13 faktor motivator dan kesehatan itu terpenuhi pada setiap koordinator, tentunya karena stage manager memahami kebutuhan yang akan diberikan untuk setiap koordinatornya. Apabila dilihat menurut Fredrick Winslow Taylor dalam (Sule & Saefullah, 2009:237) menyatakan bahwa faktor yang mendorong pekerja adalah saat diimingimingi dengan kompensasi berupa uang (human are motivated solely by money). Secara khusus, hal tersbut memang ada, namun saat stage manager memberikan motivasi/dorongan bukan pada faktor kompensasi. Dan perlu diketahui juga bahwa, stage manager dalam memimpin para koordinatornya tidak menyentuh sampai pada memberikan kompensasi. Kompensasi merupakan salah satu faktor yang penting untuk mendukung produktivitas pekerja. Jika dilihat dari manajemen sumber daya manusia, menurut (Siagian, 2011:254), jika suatu organisasi tidak mampu menerapkan dan mengembangkan suatu sistem imbalan yang memuaskan, organisasi bukan hanya kehilangan tenagatenaga terampil dan berkemampuan tinggi, tapi juga akan kalah bersaing dipasaran tenaga kerja. Berdasarkan hal ini berarti situasi pekerja dalam manajemen panggung Prambanan memiliki masa-masa yang sulit. Karena berdasarkan pemahaman sebelumnya yang diungkapkan Taylor bahwa, pekerja hanya akan menunjukkan kinerja yang baik ketika diiming-imingi dengan kompensasi berupa uang. Suatu penelitian yang dilakukan di perusahaan Wastern Electrick di Howtorne pada tahun 1927 hingga 1932 dalam (Sule & Saefullah, 2009:39), yang dikenal sebagai The Howtorne Studies atau Studi Howtorne. Penelitian ini dilakukan oleh Eelton Mayo dan rekan-rekannya. Dari eksperimen ini ternyata perhatian khususlah yang akan menentukan produktivitas kerja dalam organisasi. Namun perlu juga diketahui bahwa ekperimen yang dilakukan oleh Elton Mayo bukan di Indonesia, Karena dalam hal ini ternyata lingkungan juga mempengaruhi hasil dari setiap penelitian mengenai produktivitas pekerja. Jika perhatian mempengaruhi produktivitas pekerjaan, maka peneliti juga memberikan pemahaman yang sama akan hal tersebut. Berdasarkan dari pemikiran di atas, bahwa pujianlah yang menjadi salah satu faktor motivasi yang diberikan oleh stage manager ternyata lebih berpengaruh dari pada kompensasi atau insentif yang diberikan kepada pekerja pelaksana pertunjukan. Hal ini juga dinnyatakan oleh pimpinan produksi bahwa pujian itu tidak bisa dinilai dengan materi. Ini terkait dengan lingkungan pada suatu organisasi juga. Karena mungkin, pada organisasi pertunjukan lain menerupakan hal yang berbeda saat seorang pemimpin memberikan motivasi pada karyawan/pekerjanya. Ini berhubungan, bagaimana seorang stage manager memimpin para koordinatornya. Jadi di sini ada sebuah batasan memotivasi untuk profesi stage manager di manajemen panggung pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. 2) Komunikasi dan Kelompok Kerja Menurut Griffin (2000) terdapat berbagai pola komunikasi dalam kelompok kerja yang dapat diidentifikasi, diantaranya adalah bentuk roda, huruf Y, berkesinambungan/bersambung, lingkaran,dan menyeluruh. Ditinjau dari pemahaman pola komunikasi tersebut maka yang digunakan pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni pola komunikasi yang berbentuk menyeluruh. Seorang anggota dan pemimpin memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan pesan atau informasi sebagai bentuk komunikasi yang dilakukan. Seperti inilah pola komunikasi yang dilakukan stage manager dalam melakukan pengarahan. Dalam pengarahannya semua pelaksana pertunjukan terlibat dan memberikan saran, masukan dan evaluasi mengenai pelaksanaan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Pola menyeluruh juga memberikan ruang satu dengan yang lainnya untuk dapat saling memahami setiap pekerjaan yang ada. Komunikasi yang terbentuk di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan juga dilihat dari sudut pandang NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 89

14 proses yang dilakukan stage manager dengan keseluruhan crew. Proses komunikasi dipaparkan (Stoner.,et.,al 1995:216) melalui definisi komunikasi sebagai proses yang dipergunakan oleh manusia untuk mencari kesamaan arti lewat transmisi pesan simbolik. Dari proses komunikasi adanya dua hal yang terkait pada pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni keterlibatan orang lain, dan memiliki kesamaan arti. Keterlibatan dengan orang lain dimaksudkan bahwa pada proses komunikasi yang terjadi adanya keterlibatan stage manager dengan keseluruhan crew, adanya komunikasi satu dengan yang lainnya secara personal maupun kelompok. Kesamaan arti yang dimaksudkan yakni lebih kepada proses komunikasi yang menyampaikan kesamaan pesan atau diartikan juga sebagai satu kesepakatan yang terbentuk saat proses pertunjukan berlangsung. Kesamaan arti pada pelaksana pertunjukan tersebut juga tergambar pada istilah team work yang mereka gunakan saat proses kerja. Berdasarkan teori tersebut, stage manager memberikan pengarahan dengan melibatkan para koordinator. Dari sini, peneliti memandang bahwa adanya komunikasi yang terbangun dengan adanya pertemuan yang dilakukan oleh stage manager. Pada pertemuan tersebut semua yang terlibat dalam Prambanan mengkomunikasikan hal-hal yang terkait dengan jalannya pertunjukan tersebut. Secara kelompok kerja, posisi stage manager dan seluruh crew pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan suatu kelompok kerja pada malam hari pertunjukan berlangsung yang berbeda ketika siang harinya. Kelompok kerja menurut mereka dalam paparannya dikenal dengan istilah team work. Atas dasar istilah tersebut saat proses kerja stage manager dan seluruh crew menjadi kesatuan bersama-sama bekerja untuk kesuksesan pertunjukan. Hal tersebut di atas juga dikonfirmasi dengan beberapa pendapat koordinator properti, koordinator lighting, dan pimpinan produksi. Dari wawancara dengan koordinator properti, memaparkan pentingnya komunikasi yang terbangun untuk membantu proses persiapan kerja, mulai dari menyiapkan sinopsis dan dalam paparannya beliau juga menekankan pentingnya komunikasi untuk dapat saling membantu demi kelancaran proses kerja. Berbeda halnya dengan koordinator lighting, dalam wawancaranya diungkapkan bahwa komunikasi yang terbangun baik menyebabkan tidak adanya batasan kerja lagi antara stage manager dan crew, hal tersebut menggambarkan kemampuan stage manager dalam membangun komunikasi sehingga disenangi crew dan pada akhirnya mendukung kelancaran proses kerja. Pimpinan produksi pun menegaskan hubungan komunikasi terbangun dengan saling menghormati pekerjaaan masing-masing. Stage Manager yang sebagai pemimpin dalam sebuah pertunjukan memiliki kedekatan personal. Dari hasil wawancara yang telah dituliskan sebelumnya, informan menyatakan hal yang sama kedekatannya dengan stage manager. Disitu juga terdapat penjelasan dari pimpinan produksi, jadi ini memperkuat bahwa stage manager melakukan komunikasi antar personal dan komunikasi secara kelompok. Sesuai dengan teori Griffin (2000) terkait pola komunikasi juga dipaparkan pada aspek kelompok kerja. Kelompok kerja tersebut merupakan pengarahan dan koordinasi pada suatu kelompok kerja pada Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Dengan istilah kelompok adanya kesatuan tujuan yang hendak dicapai dari proses kerja berlangsung. Stoner berpendapat mengenai kelompok kerja, membagi pada dua bentuk yakni, kelompok kerja formal dan informal. Secara formal merupakan suatu perintah dari Unit Teater dan Pentas dari PT. Taman Wisata Candi Prambanan, Boko dan Borobudur sedangkan secara informal pada saat pertunjukan berlangsung yang memiliki kesamaan posisi yang diistilahkan dengan team work. Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan merupakan pertunjukan yang dibawahi Unit Teater dan Pentas. Di dalam Unit tersebut memiliki struktur organisasi sendiri untuk fungsional setiap harinya. Pada 90 Volume 2 Edisi 1, 2015

15 saat pertunjukan mereka adalah team work, begitulah penjelasan stage manager. Dan juga merupakan sebuah pembentukan kelompok kerja untuk mencapai tujuan dari organisasi. Kemudian secara teoritis, pelakasana untuk Prambanan merupakan informal. Hal tersebut juga terdapat pada pernyataan informan, disitu ditekankan bahwa mereka sadar kalau dipertunjukan tersebut bekerja secara team. Maka mereka bekerjasama untuk mencapai suksesnya pertunjukan. Namun secara formal kerja pada Prambanan merupakan sebuah instruksi dari pimpinan Unit Teater dan Pentas. Pembentukan team work ini memang dibentuk oleh pimpinan agar tercapainya kesuksesan sebuah pertunjukan. Stage manager secara team work juga sering mengerjakan hal-hal di luar dari pekerjaannya yakni mengontrol. Kalau melihat paraktiknya di lapangan semua pekerjaan terlihat saling membantu. Bukan hanya stage manager semua pelaksana Prambanan melakukan hal tersebut. Inilah yang stage manager maksud dengan team work dimana para pekerja saling membantu, saling mengisi dan gotong royong. Dengan kata lain secara perintah merupakan bentuk formal, dan saat proses kerja kelompok lebih berbentuk informal. Begitupula para koordinator saat pekerjaanya selesai mereka membantu pekerjaan di panggung yang belum selesai. Dalam profesionalitas pekerjaan memang menjadi fokus, setiap pekerjaan menjadi tanggung jawab karyawan atas apa yang dikerjakannya. Stage manager di pertunjukan ini, tidak melakukan hal tersebut sebagai pijakan utama dalam pekerjaan. Yang utama adalah bagaimana para koordinator bisa bekerjasama dengan baik untuk mencapai kesuksesan. Karena secara teknis pelaksanaan, rata-rata koordinator di Prambanan bukan pekerja yang spesialis di bidangnya. Materi-materi untuk kelangsungan pertunjukan itu biasanya didapatkan dari pelatihan atau workshop. Kembali mengenai peranan komunikasi pemimpin pada kelompok kerja dibutuhkan untuk menjaga solidaritas dalam kelompok tersebut. Peneliti melihat adanya strategi rolling yang dilakukan oleh stage manager agar komunikasi terjaga dan tetap solid dalam melangsungkan pertunjukan tersebut. Rolling yang dimaksud stage manager sebuah pergantian atau pertukaran posisi. Menurut stage manager bahwa tidak selamanya yang dibagian parkir menjadi tukang parkir terus, suatu saat mereka juga akan terlibat di belakang panggung. Disinilah bentuk komunikasi dan kelompok kerja yang dibangun stage manager pada seluruh pelaksana pertunjukan. Berdasarkan analisis dan pengamatan yang diperoleh dilapangan, komunikasi antar personal memang sangat baik. Hal tersebut dibuktikan pernyataan dari beberapa informan terkait kedekatannya dengan stage manager. Sebagai team work komunikasi yang dibangun harus efektif agar semua bisa bekerjasama dengan baik untuk mencapai tujuan. Untuk itu peranan stage manager dalam membangun komunikasi secara kelompok dibutuhkan. Stage manager melakukan hal tersebut dengan diadakannya pertemuan. Di dalam pertemuan tersebut membicarakan yang terkait dengan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Kemudian hal ini juga menjadi pertemuan untuk evaluasi secara general di. Semua menghadiri pertemuan tersebut mulai dari yang mewakili setiap kelompok tari dan pelaksana pertunjukan. Melalui pertemuan tersebut merupakan satu upaya stage manager untuk membangun komunikasi yang efektif secara kelompok. Sebuah kesempatan bagi semua para pelaksana Prambanan untuk saling bergantian posisi. Misalnya, pada petugas parkir nantinya akan ditugaskan menjadi petugas di panggung. Jadi, hal tersebut juga bisa mengatasi kejenuhan dalam satu pekerjaan, mengerjakan sesuatu yang baru. Berbagai hal yang bisa diperoleh ketika adanya roling yang diberlakukan dalam Prambanan. Para petugas akan mendapatkan NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB 91

16 tambahan wawasan di luar dari pekerjaan yang sebelumnya. Maka dari itu, komunikasi yang dibangun oleh stage manager, dimana semua pelaksana pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan bisa menyampaikan saran, pertanyaan dan kritik. Intinya stage manager dalam pengarahannya sangat terbuka agar semua bisa berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan bersama. Begitu juga yang dilakukan saat dilapangan. Karena komunikasi sangat penting untuk saling berkoordinasi saat jalannya pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Conrad (1985) dalam (Moss, 2001:170) mengidentifikasi komunikasi dalam organisasi lebih kepada fungsi yakni, fungsi perintah dan fungsi relasional. Fungsi komunikasi yang dimaksudkan dalam organisasi adalah bagaimana anggota memanfaatkan komunikasi yang diberikan oleh setiap pemimpin. Dalam fungsi perintah anggota organisasi membicarakan, menerima menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Fungsi relasional anggota menciptakan dan mempertahankan bisnis produktif dan hubungan personal dengan anggota organisasi lain. Dalam pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan, fungsi perintah ini berlaku saat dilakukannya pertemuan merencanakan pertunjukan. Secara eksplisit, para pelaksana pertunjukan berdasarkan perintah untuk melaksanakan tugas. Tapi saat pertunjukan akan dilaksanakan, semua terlihat melakukan pekerjaan diluar dari yang telah ditetapkan bersama. Sedangkan fungsi relasional yakni stage manager selalu mengedepankan pentingnya membangun komunikasi agar hubungan yang telah terjalin dengan pelaksana pertunjukan dapat selalu terjaga dalam proses kerja. Selain pembahasan diatas, sisi budaya juga sangat mempengaruhi motivasi dan komunikasi yang terbentuk di Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Faktor budaya dilihat dari proses kerja yang sudah menjadi kebiasaan karena merupakan kemasan pertunjukan pariwisata yang bersifat rutin sehingga hal ini mendorong terbentuknya budaya organisasi. Peneliti meninjau adanya pengaruh budaya yang signifikan pada proses kerja Pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yakni kebudayaan jawa. Kebudayaan jawa yang dimaksud adalah dalam bekerja seluruh pelaksana pertunjukan memiliki keyakinan kerja yang dilakukan bukan sebatas kerja untuk nilai ekonomi saja tetapi adanya persepsi sebagai kerja bakti pelestarian kebudayaan. Hal tersebutlah yang menurut peneliti ikut mempengaruhi motivasi, komunikasi dan kelompok kerja dalam sistem kepemimpinan di pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan. Beberapa para ahli mengemukaan budaya organisasi juga merupakan hal penting untuk membetuk pola kerja dari setiap karyawan. Budaya organisasi juga mempengaruhi produktifitas karyawan. Setiap karyawan akan senang dengan pekerjaan mereka karena budaya yang diciptakan dalam ruang lingkup organisasi tersebut. Secara garis besar budaya yang dibentuk dalam satu organisasi juga dipengaruhi oleh faktor personal. Dengan demikian budaya organisasi yang terbentuk pada pelaksana pertunjukan menjadi faktor mendukung kesuksesan pertunjukan Sendratari Ramayana Prambanan yang mengedepankan saling membantu, saling mengisi, serta gotong royong. b. Gaya Kepemimpinan Konsep gaya kepemimpinan menurut Griffin (2000) dibagi menjadi dua istilah yakni, jobcentered leader behavior dan employee-centered leader behavior. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pekerjaan cenderung memberikan fokus terhadap pekerjaan dan prosedur yang harus dilakukan dalam pekerjaan, sedangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada orang-orang cenderung memberikan perhatian pada pemeliharaan tim dan memastikan seluruh orang-orang mendapatkan kepuasan dalam setiap pekerjaannya. Berdasarkan konsep di atas, gaya yang dimiliki oleh stage manager adalah job-centered leader behavior. Pada hasil wawancara dipaparkan beberapa penejelasan mengenai pentingnya sebuah pekerjaan. 92 Volume 2 Edisi 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. demikian kebutuhan manusia tersebut, tercapainya tujuan yakni sesuatu pesan

BAB I PENDAHULUAN. demikian kebutuhan manusia tersebut, tercapainya tujuan yakni sesuatu pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan tujuan itu sendiri merupakan realisasi dari kebutuhan. Secara tidak langsung, manajemen adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dijadikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang diajukan diawal tentang

BAB IV PENUTUP. dijadikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang diajukan diawal tentang BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan. Terdapat beberapa temuan yang bisa dijadikan jawaban atas pertanyaan peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu berdiri disertai dengan suatu tujuan atau pencapaian. Guna mencapai tujuan tertentu organisasi membutuhkan beberapa faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila karyawan-karyawan memiliki

Lebih terperinci

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan

Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan Manajemen Produksi Pertunjukan Studi Kasus: Pementasan Oleh: Eko Santosa Salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam proses penciptaan teater adalah manajemen. Dalam teater bahasan manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring perubahan zaman dan bertambahnya usia manusia, maka kebutuhan hidup nya pun akan meningkat. Kebutuhan ini terdiri dari kebutuhan fisik dan kebutuhan

Lebih terperinci

3 Minute Coach Mamoru Itoh 3 menit

3 Minute Coach Mamoru Itoh 3 menit 3 Minute Coach Pada tahun 2003, Mamoru Itoh memulai ritual diskusi 5 menit setiap hari dengan para bawahannya. Diskusi pendek itu ia lakukan dengan fokus pada perbaikan perusahaan. Hasilnya, setelah 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota pariwisata di Indonesia. Kota ini

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota pariwisata di Indonesia. Kota ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota pariwisata di Indonesia. Kota ini telah dikenal oleh wisatawan domestik dan wisatawan manca negara. Berbagai lokasi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rina Hanifah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat hidup sendiri atau disebut juga sebagai mahluk sosial. Setiap manusia bergantung satu sama lain dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andi Sulaiman, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Andi Sulaiman, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia dalam kegiatan perusahaan memiliki peran yang penting, maka hendaknya perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia sebaik mungkin, karena kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan pambangunan nasional. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan dapat bekerja tanpa adanya ide dan kreatifitas dari para

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak akan dapat bekerja tanpa adanya ide dan kreatifitas dari para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan sebuah perusahaan bukan hanya tergantung dari permodalan secara riil yaitu berbentuk uang, namun salah satu hal yang juga berpengaruh adalah sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator. memperlakukan komunikannya secara manusiawi dan menciptakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Relations merupakan suatu hubungan yang terjalin antara individu satu dengan individu lainnya dimana individu sebagai komunikator memperlakukan komunikannya secara

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA

OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA OPTIMALISASI PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA TAMAN BALEKAMBANG SURAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lestari Nuryandini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lestari Nuryandini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Motivasi tumbuh berdasarkan stimulus yang diberikan terhadap faktor psikis yang ada dalam diri seseorang, seperti harapan (karier), prestasi (penghargaan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan yang serba modern ini setiap perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengatasi persaingan yang semakin ketat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi. yang lebih serius dibandingkan dengan sumber daya lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sukses atau tidaknya sebuah organisasi sangat tergantung pada tenaga kerja yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Sumber daya manusia memegang peranan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala Madrasah adalah unsur pelaksana administrasi dengan tugas dan tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak mengecilkan arti keterlibatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dan organisasi merupakan dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan, karena dalam setiap perusahaan pasti memiliki sebuah organisasi. Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan pendidikan untuk mencapai tujuan yang optimal. Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya perubahan politik dan administrasi pemerintahan melalui pemberian otonomi luas kepada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN BAB V KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DAN KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN 5.1 Karakteristik Kepemimpinan Pemimpin di Showa Indonesia Manufacturing yang ada menggunakan prinsip keterbukaan terhadap karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyamakan persepsi antar sesama manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyamakan persepsi antar sesama manusia. Dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang merupakan hal yang tidak akan pernah lepas dari keseharian manusia apalagi dalam keseharian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengan didirikannya museum Bank Indonesia sebagai salah satu objek wisata dan edukasi, maka Bank Indonesia dihadapkan pada tantangan bagaimana untuk menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fotografi merupakan teknik yang digunakan untuk mengabadikan momen penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui sebuah foto kenangan demi kenangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri farmasi di Indonesia merupakan usaha yang memiliki potensi yang cukup besar mengingat bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. punggung utama penerapan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan. PT Jamsostek (Persero) sebelum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai wujud aplikasi UUD 1945 Bab XIV tentang Kesejahteraan Sosial dan implementasi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagaimana diatur oleh Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula dalam tugasnya sebagaimana diperjelas dalam PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu

BAB I PENDAHULUAN. karena melibatkan berbagai elemen dalam sebuah organisasi; yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini sumber daya manusia dianggap sebagai sumber daya yang penting bagi organisasi,karena tanpa sumber daya manusia yang berkualias,maka organisasi tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Setiap perusahaan atau organisasi memiliki visi dan misi tertentu. PD Pasar Jaya memiliki visi untuk memajukan perusahaan. Sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Temuan-temuan dari penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 5.1.1 Komponen organisasi Budaya organisasi adalah pola nilai dan keyakinan bersama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan perekonomian dan juga sumber daya manusia. Proses perekonomian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Mulyana (Ruliana, 2014:17) mengemukakan definisi fungsional komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan

Lebih terperinci

Pengukuran Kinerja Manajemen Keperawatan Dengan Parameter Kompetensi Manajemen

Pengukuran Kinerja Manajemen Keperawatan Dengan Parameter Kompetensi Manajemen Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.3, September 2013, pp.227-232 ISSN 2302-495X Pengukuran Kinerja Keperawatan Dengan Parameter Kompetensi Syahrul Fauzi 1, Shanti K.Anggraeni 2, Nurul Ummi 3 1, 2, 3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Motivasi Terbentuknya persepsi positif pekerja terhadap organisasi, secara teoritis merupakan determinan penting terbentuknya motivasi kerja yang tinggi. Para pekerja adalah manusia

Lebih terperinci

Mekanisme Produksi Usaha

Mekanisme Produksi Usaha Mekanisme Produksi Usaha 1. Man Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menjalankan sebuah wirausaha. SDM dalam hal ini merupakan pemilik NSO dan karyawan yang mempunyai jam kerja selama 8 jam,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk I. PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan membahas beberapa hal mengenai: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk memahami kebermaknaan penelitian ini, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumber Daya Manusia (MSDM) Menurut Hasibuan (2004:10) Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungna dan peranan tenaga kerja agar efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komunikasi semakin kompleks dan sangat penting dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komunikasi semakin kompleks dan sangat penting dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komunikasi semakin kompleks dan sangat penting dirasakan oleh setiap manusia. Hal tersebut semakin nyata dan jelas terlihat oleh kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia. dan lagu tersebut. Perpaduan antara olah gerak tubuh dan musik inilah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Seni Tari Sebagai Hasil dari Kreativitas Manusia Makin berkembangnya pola pikir manusia dari tahun ke tahun, makin berkembang pula kreativitas manusia tersebut.

Lebih terperinci

JUDUL UNIT : Membuat dan Merealisasikan Rancangan Pencahayaan

JUDUL UNIT : Membuat dan Merealisasikan Rancangan Pencahayaan KODE UNIT : TIK.MM02.017.01 JUDUL UNIT : Membuat dan Merealisasikan Rancangan Pencahayaan DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan tentang kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjalankan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya untuk senantiasa produktif sebab semangat keberadaan seorang

BAB I PENDAHULUAN. bawahannya untuk senantiasa produktif sebab semangat keberadaan seorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam suatu organisasi atau unit usaha baik itu formal atau informal, membutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan semangat kepada bawahannya untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Interior Secara universal, seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu maupun kelompok di tempat dan waktu tertentu, biasanya memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemimpinan merupakan aktivitas seseorang untuk mempengaruhi individu, kelompok, dan organisasi sebagai satu kesatuan sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PDAM Tirta Kerta Raharja merupakan Badan Usaha Milik Daerah Kabupaten Tangerang yang bergerak pada bidang pengelolaan air minum untuk masyarakat sekitar wilayah

Lebih terperinci

Project Officer/ Event Manager Field Officer Field Officer Talent Officer Show Director

Project Officer/ Event Manager Field Officer  Field Officer Talent Officer Show Director Demikian pula dengan konser musik, konser musik yang di selenggarakan di hotel berbintang akan memiliki tim yang berbeda dengan konser musik yang dilaksanakan di stadion. Perbedan tersebut didasari oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam khasanah totalitas mekanisme kerja keorganisasian, dari sekian banyak sumber potensi yang mendukung keberhasilan organisasi, sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Keraton Surakarta sebagai simbol obyek dan daya tarik wisata memiliki simbol fisik dan non fisik yang menarik bagi wisatawan. Simbol-simbol ini berupa arsitektur bangunan keraton,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu organisasi, manajemen adalah salah satu elemen penting untuk kelangsungan organisasi. Sistem manajemen yang dipakai oleh suatu organisasi adalah

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO NOVRIYANTI SUMAS SI MANAJEMEN ABSTRAK Novriyanti Sumas, NIM 931 409 084 Pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap bangsa memiliki kebutuhan untuk berkembang, termasuk bangsa Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap anggota dan lapisan masyarakat, tenaga kerja, perusahaan bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi menciptakan pola pikir masyarakat yang mau tidak mau harus menghadapi perubahan, kemajuan dan pembaharuan. Hal ini harus dihadapi oleh setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen. berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen. berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen pariwisata berusaha mengembangkan sumber daya manusianya, dalam memenuhi apa yang menjadi kebutuhan atau

Lebih terperinci

# kedua belah pihak tersebut harus ada two-way-communications yang berarti komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Hal ini memerlukan kerjas

# kedua belah pihak tersebut harus ada two-way-communications yang berarti komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik. Hal ini memerlukan kerjas BAB I PENDAHULUAN 1.1.! Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia sebagai makhluk sosial di dalam kehidupannya harus saling berkomunikasi yang artinya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berbagai aspek kehidupan sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya Komunikasi Organisasi: Strategi

Lebih terperinci

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Pendekatan Aspek Fungsional 5.1.1. Pendekatan Fasilitas Pusat Seni Budaya Rakyat Borobudur ini akan menyediakan fasilitas sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang ditemui setiap individu dalam kehidupannya. Ketidakmampuan mereka sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan olahraga golf di Indonesia sekarang ini mengalami perkembangan ke arah yang lebih baik, dengan terlihatnya banyak pengunjung dan anggota serta lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perwujudan manusia yang berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab pendidikan terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang makin berperan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif, menuntut setiap organisasi dan perusahaan untuk bersikap lebih responsif agar sanggup bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan tenaga - tenaga terampil dan cerdas di dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebutuhan tenaga - tenaga terampil dan cerdas di dalam berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan tenaga - tenaga terampil dan cerdas di dalam berbagai bidang sudah merupakan tuntutan dunia global yang tidak dapat di tunda. Di masa persaingan globalisasi

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PROYEK

BAB III PERENCANAAN PROYEK BAB III PERENCANAAN PROYEK 3.2.1 Deskripsi Proyek Judul : Taman Budaya Sunda Lokasi : Wilayah Pasirlayung Cimenyan, Bandung Sifat Proyek : Non Institusional semi komersial Status : Fiktif, dikelola oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan sumber daya manusia maupun untuk menciptakan masyarakat yang berkualitas, berbagai upaya dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kinerja Kinerja adalah sikap, nilai moral, serta alasan internal maupun eksternal yang mendorong seseorang untuk bekerja atau bertindak dalam profesinya. Atau kinerja (performance)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadatnya, alamnya yang indah, atraksi wisata serta mempunyai keaneka

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadatnya, alamnya yang indah, atraksi wisata serta mempunyai keaneka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali yang ditetapkan sebagai pusat pariwisata di Indonesia bagian tengah merupakan daerah wisata yang terkenal dengan keramah tamahan penduduknya, adat istiadatnya,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Pemimpin sebagai panutan dalam organisasi, sehingga perubahan harus dimulai dari tingkat yang paling atas yaitu pemimpin itu sendiri. Maka dari itu, organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat (DISPARBUD JABAR) merupakan salah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetesnsi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 381

BAB I PENDAHULUAN. Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetesnsi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 381 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuksesan sebuah perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sumber daya manusia. Kunci keberhasilan untuk memenangkan persaingan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran dalam pembangunan nasional, diantaranya sebagai sumber perolehan devisa, menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Penyelenggaraan fungsi rumah sakit sangat ditentukan. operasional prosedur dan standar profesinya.

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Penyelenggaraan fungsi rumah sakit sangat ditentukan. operasional prosedur dan standar profesinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang memiliki fungsi strategis khususnya dalam bidang kesehatan, maka dari itu rumah sakit dituntut untuk menyelenggarakan

Lebih terperinci

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI

PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI PEDOMAN KERJA BERBASIS STRUKTUR ORGANISASI Hanny Siagian STIE Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 hanny@mikroskil.ac.id Abstrak Kehadiran struktur organisasi mutlak ada didalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam suatu organisasi/instansi dipandang sebagi sumber daya. Sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi/instansi yang merupakan suatu penegasan kembali

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI KAWASAN TAMAN PURBAKALA RATU BOKO Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH :

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN

STRATEGI PEMASARAN SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN STRATEGI PEMASARAN SENDRATARI RAMAYANA DI TAMAN WISATA CANDI PRAMBANAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA 1. Sudah berapa lama Bapak bergabung di PT FIRST MEDIA TBK dan dibagian mana Bapak pertama kali masuk?. Sebutkan!. 2. Apa yang membuat Bapak tertarik untuk bergabung di PT First Media

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU

BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU BAB III PENYAJIAN DATA PENERAPAN POLA KEPEMIMPINAN BRANCH MANAGER DALAM PENGELOLAAN PT. ASURANSI TAKAFUL UMUM KANTOR PEMASARAN CABANG PEKANBARU Pada bab penyajian data ini, data yang disajikan adalah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM ARFA BARBERSHOP

BAB II DESKRIPSI UMUM ARFA BARBERSHOP BAB II DESKRIPSI UMUM ARFA BARBERSHOP A. Gambaran Umum Arfa Barbershop 1. SEJARAH ARFA BARBERSHOP PT. ARFA SUKSES MULIA adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan usaha pangkas rambut pria.

Lebih terperinci

Evolusi Teori. Manajemen Manajer. Teori Manajem en Klasik

Evolusi Teori. Manajemen Manajer. Teori Manajem en Klasik Pengertian Manajemen Manajemen dan Manajer Evolusi Teori Manajemen Manajemen dan Lingkungan Eksternal Manajemen sebagai Ilmu dan Seni Definisi Manajemen Fungsi fungsi Manajemen Tingkatan Manajemen Keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Handoko dalam Septawan (2014:5) adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini memuat metode dan pendekatan penelitian. Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari berbagai elemen sumber daya yang terdiri dari bahan baku, peralatan, metode (cara kerja),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. orang atau lebih yang didasarkan atas tujuan yang ingin dicapai bersama. Suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi sekarang ini dipahami sebagai suatu wadah atau tempat berkumpulnya manusia dalam melaksanakan suatu aktivitas kerjasama antara dua orang atau lebih

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Menghadapi situasi seperti ini, daerah-daerah berkembang akan

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Menghadapi situasi seperti ini, daerah-daerah berkembang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada abad yang sudah semakin canggih sekarang ini, sudah hampir tidak terdapat batasan lagi untuk berhubungan dengan daerah lain bahkan negara lain. Semua sudah saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Kondisi tersebut akan membawa dampak luas dan bervariasinya

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kompleks. Kondisi tersebut akan membawa dampak luas dan bervariasinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, seni, dan budaya mendorong perubahan kebutuhan dan kondisi serta menimbulkan berbagai macam tantangan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen telah banyak disebut sebagai seni untuk menyelesaikan pekerjaan melalui melalui orang lain. Definisi ini, yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. yang dibangun dari berbagai segmen industri, seperti: akomodasi, transportasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor pembangunan yang mendatangkan devisa bagi negara adalah pariwisata. Di samping itu pariwisata juga merupakan industri yang besar yang dibangun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya rencana-rencana perusahaan dan pengawasan serta penelitiannya, bila tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu lembaga kearah yang lebih baik merupakan. Dan keinginan setiap individu yang berada di dalam lembaga tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu lembaga kearah yang lebih baik merupakan. Dan keinginan setiap individu yang berada di dalam lembaga tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu lembaga kearah yang lebih baik merupakan tujuan Dan keinginan setiap individu yang berada di dalam lembaga tersebut, dimana dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan usaha kepariwisataan seperti hotel, restoran, toko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergerakannya kini pariwisata dijadikan sebagai industri yang besar. Industri pariwisata adalah segala kegiatan multi aspek yang berkaitan dengan usaha kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai berbagai macam tujuan. Aktivitas suatu perusahaan dalam pencapaian tujuan tersebut diperlukan pengelolaan

Lebih terperinci

Reflections for managers

Reflections for managers Reflections for managers Berikut ini merupakan renungan kumpulan ilham dan kebijaksaan bagi para manager. Semoga kumpulan reflection ini turut membantu dalam mengubah cara berfikir Anda, Metode kepemimpinan

Lebih terperinci