Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( )"

Transkripsi

1 Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( ) Rimawan Pradiptyo Timotius Hendrik Partohap Pramashavira Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada 5 April 2016

2 Pendahuluan Korupsi Narkoba Perpajakan Illegal Logging Database korupsi adalah salah satu dari beberapa database kejahatan yang disusun oleh Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM. Database didasarkan pada putusan MA yang dapat diakses publik di putusan.mahkamahagung.go.id Database-database ini selalu diupdate dari waktu ke waktu terutama untuk keperluan penelitian, meski dapat pula digunakan sebagai masukan kebijakan. 2

3 Perkembangan Database Korupsi 549 kasus 831 terdakwa V V kasus 1831 terdakwa 1518 Kasus 2142 Terdakwa V V Terdakwa 3

4 Sumber Data MA In Krach hanya di level MA atau PK KPK In Krach di level MA dan PK In Krach di level Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Yuyuk Andriati dan Pak Budi Prasetyo dari Humas KPK yang membantu peneliti mendapatkan akses putusan pengadilan kasus-kasus yang ditangani KPK baik di tingkat MA, PT maupun PN Data putusan MA kami akses dari situs 4 putusan.mahkamahagung.go.id

5 Karakteristik Update Data Update data putusan pengadilan cenderung tidak linear: Update di tahun 2015 seringkali berisi peningkatan putusanputusan untuk tahun-tahun sebelumnya Pola ini berbeda dengan perilaku data ekonomi pada umumnya. Konsekuensi: diperlukan sumberdaya yang lebih tinggi untuk melakukan update data putusan pengadilan dibandingkan update data ekonomi Hasil update data ditampilkan di Peta Korupsi di situs CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id. 5

6 Distribusi Kasus Korupsi Distribusi Terdakwa & Terpidana Gurem (<Rp 10 juta) Kecil (Rp10 juta - Rp99.9 juta) Sedang (Rp100 juta - Rp999.9 juta) Besar (Rp1 miliar - Rp24.9 miliar) Kakap (Rp25 miliar atau lebih) Terdakwa Terpidana 6

7 Distribusi Terdakwa dan Koruptor Menurut Gender TERDAKWA GENDER TERDAKWA Tidak Bersalah, 546, 18% 202, 8% Bersalah, 2563, 82% Tidak Bersalah Bersalah Laki-Laki Perempuan 2361, 92%

8 Distribusi Wilayah Terpidana MALUKU DAN PAPUA BALI & NT SULAWESI KALIMANTAN SUMATERA JAWA LAIN Wilayah Terpidana Keberadaan terpidana korupsi masih didominasi di Jawa dan Sumatera Terdapat hubungan yang erat antara pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi dengan jumlah terpidana korupsi. Nilai total korupsi masih didominasi oleh Jabodetabek dan Sumatera yaitu Rp121,3 T (harga berlaku), 94,08% dari total korupsi, atau senilai Rp195,14 T di tahun 2015 JABODETABEK

9 Kerugian Negara Menurut Wilayah Kerugian Negara Wilayah Harga Berlaku Harga Konstan (Rp Miliar) Proporsi (Rp Miliar) Proporsi Jabodetabek 88, % 129, % Jawa Lain 4, % 5, % Sumatera 33, % 65, % Kalimantan 1, % 2, % Sulawesi 1, % 1, % Bali & NT % % Maluku dan Papua % % Total 128, % 205, % 9

10 1115 Distribusi Pekerjaan Terpidana Pekerjaan Terpidana PNS BUMN/D LEMBAGA INDEPENDENT 559 POLITISI 670 SWASTA/LAIN- LAIN Korupsi oleh politisi (legislator dan kepala daerah) dan swasta (1420 terpidana) ternyata mengalahkan jumlah pelaku korupsi PNS (1115 terpidana) Total nilai korupsi oleh politisi dan swasta mencapai Rp 50,1 T (harga berlaku) atau 39,09% (setara dengan Rp86,4 T dengan harga tahun 2015) Perlu reorientasi strategi penanggulangan korupsi untuk fokus ke korupsi oleh politisi dan swasta 10

11 Kerugian Negara Menurut Pekerjaan (lanjutan) Jenis Pekerjaan Perpidan a Korupsi % Kerugian Negara (harga berlaku) % Kerugian Negara (harga konstan 2015) % PNS % % % BUMN/D % % % Lembaga Independen % % % Legislatif % % % Kepala Daerah % % % Swasta/Lainnya % % % Total % % % 11

12 Jenis Korupsi yang Ditangani KPK (KPK, 2015) Pengadaan Barang/Jasa Perijinan % 3%1% 4% 30% Penyuapan Pungutan % 4% Penyalahgunaan Anggaran TPPU Merintangi Proses KPK

13 Pelaku Korupsi yang Ditangani KPK (KPK, 2015) % Politisi Kepala Lembaga/Kementerian Duta Besar % 32% Komisioner % 24% 4% 1% 1% Eselon I / II / III Hakim Swasta Lainnya

14 Kerugian Negara Menurut Pekerjaan Proporsi Kerugian Negara Distribusi Pekerjaan Terpidana Korupsi 17% 37% 1% 1% 41% 3% PNS BUMN/D Lembaga Independen Legislatif Kepala Daerah Swasta/Lainnya 3% 26% 19% 2%6% 44% PNS BUMN/D Lembaga Independen Legislatif Kepala Daerah Swasta/Lainnya 14

15 Apakah Hukuman Menjerakan? Total Kerugian Negara vs Hukuman Finansial (Triliun) Hukuman finansial adalah gabungan nilai hukuman Denda, Hukuman Pengganti dan Perampasan Barang Bukti (aset) Aset non moneter tidak dimasukkan karena tidak ada nilai taksiran dari aset tersebut di putusan pengadilan KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL Harga Berlaku Harga Konstan (2015) HUKUMAN FINANSIAL (PUTUSAN PENGADILAN) Penggunaan harga konstan (2015) adalah upaya untuk penyetaraan nilai korupsi dan hukuman finansial dalam konteks kekinian. Hal ini perlu dilakukan mengingat inflasi di Indonesia cenderung tinggi 15

16 Rata-rata dan Median Hukuman Finansial Rata-rata (Miliar) Median (Juta) KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL HUKUMAN FINANSIAL (PN) HUKUMAN FINANSIAL (INKRACH) KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL HUKUMAN FINANSIAL (PN) HUKUMAN 16 FINANSIAL (INKRACH)

17 Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan Kerugian Negara (A) (Rp Miliar) Tuntutan Jaksa (B) (Rp Miliar) % (B/A) Putusan Pengadilan (C) (Rp Miliar) % (C/A) PNS 21,271 1, % % BUMN/D 4,462 2, % 2, % Lembaga Independen 52,368 17, % % Legislatif 1, % % Kepala Daerah 1, % % Swasta/Lainnya 47,110 7, % 9, % 17

18 Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan (lanjutan) Secara umum hukuman finansial kepada para terpidana korupsi cenderung suboptimal (lebih rendah dari kerugian negara yang diakibatkan) Hukuman finansial kepada para kepala daerah cenderung lebih proporsional terhadap nilai kerugian negara, dibandingkan pekerjaan lain Hukuman finansial kepada para legislator dan swasta cenderung lebih rendah daripada kerugian negara yang diakibatkan 18

19 Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi Skala Korupsi Terpi dan a Avg. Kerugian Negara (A) Avg Tuntutan Jaksa (B) B/A (%) Avg Putusan Pengadilan (C) C/A (%) Gurem ,934 2,037, % 4,111, % Kecil ,198,507 21,405, % 101,505, % Sedang ,962, ,303, % 664,341, % Besar 779 1,417,735, ,716, % 516,807, % Kakap ,453,559,408 10,710,261, % 4,021,250, % 19

20 Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi (lanjutan) Hukuman finansial kepada terpidana korupsi cenderung tajam ke bawah tapi tumpul ke atas Koruptor kelas gurem (nilai korupsi < Rp10 juta) dihukum rata-rata 3.428% lebih tinggi dari kerugian negara yang diciptakan Koruptor kelas kakap (nilai korupsi Rp25 M ke atas) hanya dihukum ratarata 8,3% dari nilai kerugian negara yang diciptakan Perlu revisi UU Tipikor agar hukuman yang diberikan kepada para terpidana korupsi menjadi proporsional dengan biaya sosial korupsi yang ditimbulkannya. Pertanyaan: mengapa DPR sibuk mengajukan RUU Revisi KPK tapi tidak mengajukan RUU Revisi TIPIKOR agar hukuman kepada para terpidana korupsi proporsional?? 20

21 Nilai Subsidi Kepada Koruptor Subsidi Kepada Koruptor Harga Berlaku Harga Konstan (2015) Koruptor besar (Rp1M- Rp24,9M) dan koruptor kakap (Rp25M ke atas) cenderung disubsidi oleh rakyat Nilai hukuman finansial mereka jauh lebih rendah daripada kerugian negara yang diakibatkannya 21

22 Subsidi Koruptor, Beban Siapa? Nilai kerugian negara (biaya sosial eksplisit) Rp203,9 T, namun total hukuman finansial hanya Rp21,26 T (10,42%) Belum menghitung BIAYA SOSIAL KORUPSI! Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp203,9 T Rp21,26 T = Rp182,64 Triliun tersebut? Tentu saja para pembayar pajak yang budiman: Ibu-ibu pembeli susu formula untuk bayi mereka Mahasiswa dan pelajar yang membeli buku teks mereka Orang sakit yang membeli obat-obatan di apotek dan toko obat Generasi di masa datang yang mungkin saat ini belum lahir Sepertinya hanya di Indonesia para koruptor disubsidi oleh rakyat dan generasi muda di masa datang! 22

23 Potensi Re-Alokasi Subsidi Koruptor Kesehatan Seluruh Masyarakat Indonesia Gratis Biaya BPJS hingga Rp /bulan Pembangunan 600 Rumah Sakit Standard Internasional Pendidikan Meluluskan Magister Luar Negeri atau Doktor Luar Negeri Meluluskan Sarjana dengan standard PTN Top Indonesia Infrastruktur Pembangunan Jalan Tol Sepanjang lebih dari km Pembangunan MRT sepanjang 202 km. Olahraga Pembangunan 182 Stadion Sepakbola Standard Internasional Membiayai 20 orang Rio Haryanto selama 40 tahun 23

24 Estimasi Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2012) SUMBER DAYA ALAM (0.18%) Biaya sosial = Rp 923 milyar Hukuman finansial = Rp 2 milyar PERDAGANGAN (2.09%) Biaya sosial = Rp 218 milyar Hukuman finansial = Rp 5 milyar INFRASTRUKTUR (26.59%) Biaya sosial = Rp 9.6 milyar Hukuman finansial = Rp 2.5 milyar PELAYANAN PUBLIK (25.48%) Biaya sosial = Rp 75 milyar Hukuman finansial = Rp 19 milyar Subsidi kepada koruptor di atas belum sepenuhnya mencerminkan biaya sosial korupsi Nilai biaya sosial korupsi di 4 kasus ternyata jauh lebih besar daripada besarnya kerugian negara di 4 kasus tersebut (KPK, 2012) 24

25 Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2012) Biaya Reaksi Korupsi 3 Biaya Implisit Korupsi Biaya Eksplisit Korupsi Biaya Antisipasi Korupsi Biaya Eksplisit Korupsi Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit) Biaya Implisit Korupsi Opportunity costs akibat korupsi, termasuk beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu Perbedaan multiplier ekonomi antara kondisi tanpa adanya korupsi dengan kondisi jika terdapat korupsi Biaya Antisipasi Tindak Korupsi Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat korupsi (memisahkan orang korupsi karena terpaksa atau karena keserakahan) Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll) Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll) Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll) Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri

26 Kerugian Negara vs Kerugian Ekonomi (KPK, 2012) Kasus di Sektor Kerugian Negara (A) Biaya Sosial Korupsi Tercatat (B) Hukuman Finansial (C ) B/A (%) C/A (%) C/B (%) Kehutanan Rp10,2 Miliar Rp 923,2 Miliar Rp 1,7 Miliar 9.040,22% 16.65% 0,18% Perdagangan Rp5,2 Miliar Rp218,2 Miliar Rp4,6 M 4.165,76% 86.94% 2,09% Kesehatan Rp26,7 Miliar Rp 75,6 Miliar Rp19,3 Miliar 283,33% 72.21% 25,48% Transportasi Rp3,9 Miliar Rp 9,7 Miliar Rp 2,6 Miliar 250,02% 66.60% 26,64%

27 Kerugian Negara vs Biaya Sosial Korupsi KERUGIAN NEGARA (HARGA BERLAKU) KERUGIAN NEGARA (HARGA KONSTAN 2015) Biaya Korupsi Subsidi Koruptor BIAYA SOSIAL KORUPSI TERCATAT Dampak korupsi akan jauh lebih besar jika dihitung berdasarkan biaya sosial korupsi daripada kerugian negara saja Estimasi biaya sosial korupsi dilakukan dengan mengalikan kerugian negara (harga berlaku) dengan angka pengali 2,5x lipat yang diperoleh dari hasil analisis untuk kasus transportasi (minimum irreducible approach) Biaya sosial korupsi akan jauh lebih tinggi jika kasus korupsi tsb merusak lingkungan 27

28 Sumber State Captured Corruption Korupsi Swasta Korupsi Politisi State Captured Corruption 28

29 Companies Rule the Countries Politisi Korporasi Korporasi Corporate Liability Birokrat Politisi Political Responsibility State Captured Corruption Birokrasi Credible Policy 29

30 ISO Sistem Manajemen Anti-Suap Alat yang sangat fleksibel Dapat digunakan oleh organisasi sektor swasta, publik, dan sukarela Dapat digunakan oleh organisasi kecil, menengah, dan besar Penerapan Kebijakan Anti-Suap Kepemimpinan Manajemen Terbaik Penunjukkan Pengawas Perilaku Anti-Suap Pelatihan Perilaku Anti-Suap Assesmen Resiko Suap hingga ke pihak ketiga Pengendalian Keuangan Anti-Suap Prosedur Pelaporan dan Investigasi Potensi Suap 30

31

Pengembangan Penelitian dan Kegiatan Anti Korupsi di Non-Fakultas Hukum; Studi Kasus FEB-UGM

Pengembangan Penelitian dan Kegiatan Anti Korupsi di Non-Fakultas Hukum; Studi Kasus FEB-UGM Anti Corruption Summit Konsolidasi Gerakan Anti berbasis Akademisi dan Kampus di Indonesia, PUKAT FH UGM dan KPK, Yogyakarta, 25-26 Oktober 2016 Pengembangan Penelitian dan Kegiatan Anti di Non-Fakultas

Lebih terperinci

Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor?

Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? Rimawan Pradiptyo Timotius Hendrik Partohap Pramashavira Abraham Wirotomo Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,

Lebih terperinci

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS

PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI

Lebih terperinci

Ketika Hukuman Tak Memberi Efek Jera

Ketika Hukuman Tak Memberi Efek Jera URL: https://www.facebook.com/notes/rimawan-pradiptyo/ketika-hukuman-tak-memberiefek-jera/10150325563216426 Ketika Hukuman Tak Memberi Efek Jera October 25, 2011 at 3:30pm Jurnal Nasional, Selasa, 25 Oktober

Lebih terperinci

KOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK

KOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK KOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK Tupoksi KPK Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi didefinisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui

Lebih terperinci

Bagaimana kondisi negara dan masyarakat Indonesia sekarang?

Bagaimana kondisi negara dan masyarakat Indonesia sekarang? Bagaimana kondisi negara dan masyarakat Indonesia sekarang? INDONESIA BELUM MAKMUR & SEJAHTERA 34 Ini antara lain buktinya... 35 Kondisi Indonesia Angka pengangguran yang tinggi. Berdasarkan data Februari

Lebih terperinci

KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN. United Nations Office on Drug and Crimes 29 November 2016

KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN. United Nations Office on Drug and Crimes 29 November 2016 KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN United Nations Office on Drug and Crimes 29 November 2016 KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN DI INDONESIA United

Lebih terperinci

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017 TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 217 LATAR BELAKANG 1. Informasi penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum tidak dipublikasi secara transparan, khususnya Kepolisian dan

Lebih terperinci

Trend Pemberantasan Korupsi 2013

Trend Pemberantasan Korupsi 2013 Trend Pemberantasan Korupsi 20 Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi Waktu dan Metode

Lebih terperinci

Bagaimana Cara Memberantas Korupsi?

Bagaimana Cara Memberantas Korupsi? Bagaimana Cara Memberantas Korupsi? 1001 CARA BERANTAS KORUPSI Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.

Lebih terperinci

High Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis. Agus Rahardjo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

High Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis. Agus Rahardjo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) High Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis Agus Rahardjo Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) OUTLINE DATA TINDAK PIDANA KORUPSI MOMENTUM PENCEGAHAN KORUPSI SEKTOR SWASTA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan semua uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan mengenai pembuktian terbalik/pembalikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK

PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK KEMRISTEKDIKTI JAKARTA, 19 AGUSTUS 2015 Pemberantasan Korupsi

Lebih terperinci

PERAN SERTA MASYARAKAT

PERAN SERTA MASYARAKAT PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali ditemukan. Hal ini ditandai dengan maraknya kasus-kasus korupsi pejabat pemerintahan yang

Lebih terperinci

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013

TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013 1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi

Lebih terperinci

Tren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan-

Tren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan- Tren Korupsi Semester 1 Tahun 2014 -Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan- Divisi Investigasi 2014 Pembahasan 1 Sumber data tren penanganan korupsi 2 Pemaparan data tren penanganan korupsi 3 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dari pendefinisian korupsi turut dipengaruhi oleh konteks,

BAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dari pendefinisian korupsi turut dipengaruhi oleh konteks, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompleksitas dari pendefinisian korupsi turut dipengaruhi oleh konteks, cakupan, dan persepsi serta latar belakang dari pendefinisi korupsi. Berbagai kalangan seperti

Lebih terperinci

BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI

BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI 1 BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI A. Analisis Putusan Angelina Sondakh tentang Tindak Pidana Korupsi Hasil persidangan, hakim dalam

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI 20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana

Lebih terperinci

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA

RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA Basaria Panjaitan Pimpinan KPK Malang, 20 Juli 2017 Apa itu KPK??? APA ITU GRATIFIKASI? Fenomena Jual Beli Jabatan Fenomena Dinasti Politik

Lebih terperinci

Tantangan Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan

Tantangan Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan Tantangan Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan Rapat Koordinasi Setwapres Hotel Santika, Jogja, 25 September 2014 Wahyudi Kumorotomo, PhD www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@ugm.ac.id Magister Administrasi

Lebih terperinci

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M. Staf Khusus Satgas 115/ Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Rabu, 12 Juli

Lebih terperinci

MATERI KPK. Indonesia Kita. Pemberantasan Korupsi. Gratifikasi

MATERI KPK. Indonesia Kita. Pemberantasan Korupsi. Gratifikasi MATERI Pemberantasan Korupsi KPK Gratifikasi Indonesia Kita Rumah Mewah Rp. 3 miliar Keluarga Bahagia Bersantai Menikmati Vila Bali Itu dulu... Sekarang??? Pasrah!! Divonis: 30 tahun Rp 74 miliar dirampas

Lebih terperinci

TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MUKERNAS & KONFERENSI NASIONAL II FKSPI TAHUN 2017 BALI HOTEL PATRA JASA 24-25 AGUSTUS 2017 PROF. DR. OTTO HASIBUAN, SH, MM ADVOKAT DOSEN PASCA SARJANA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2 Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan hukum pidana terutama kebijakan formulasi

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H

UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H 1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem

I. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistik. Sistem pemerintahan sentralistik tersebut tercermin dari dominasi pemerintah pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK) TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK) 1. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana Kompleksitas kejahatan memerlukan pengetahuan

Lebih terperinci

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH

KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH I. Pendahuluan. Misi yang diemban dalam rangka reformasi hukum adalah

Lebih terperinci

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah

BAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi disamping sudah diakui sebagai masalah nasional juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah terjadi

Lebih terperinci

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;

1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang; MENGENAL KORUPSI Apakah Menurut asal katanya, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan, demi kepentingan pribadi atau orang lain, termasuk keluarga dan kerabat. UNDANG-UNDANG PTPK (Pemberantasan

Lebih terperinci

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi

Tren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi Tren Pemberantasan Korupsi 2014 Divisi Investigasi Dan Publikasi Tujuan 3 2 Melakukan pemetaan terhadap perkara yang ditangani Aparat Penegak Hukum yang meliputi: sektor, modus, jabatan pelaku, kerugian

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN 2. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perokonomian daerah. Otonomi yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu mempertimbangkan manfaat dan pengorbanan dari tindakan yang dilakukannya serta tidak pernah merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Kuliah Perdana Program Doktor dan Program Master Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, 7 September 2013

Kuliah Perdana Program Doktor dan Program Master Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, 7 September 2013 Kuliah Perdana Program Doktor dan Program Master Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, 7 September 2013 1 Perubahan Struktural dan Pola Kebijakan Evaluasi Penanganan Korupsi Bagaimana

Lebih terperinci

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp

2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp TAMBAHAN BERITA NEGARA RI MA. Uang Pengganti. Tipikor. Pidana Tambahan. PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA

Lebih terperinci

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Komisi Pemberantasan Korupsi Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga

Lebih terperinci

STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA

STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA Modul ke: STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA Disampaikan pada perkuliahan ETIK UMB kelas PKK Fakultas TEKNIK MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Program Studi TEKNIK INDUSTRI www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya, termasuk jasa auditor. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010

Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010 Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010 1 Tren Global Pemberantasan Korupsi Korupsi sudah dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang sangat merugikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang

Lebih terperinci

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak

Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya Oleh : Dewi Asri Yustia Abstrak Apakah kita masih bangga dengan Negara kita? apabila kita melihat catatan dari Ignatius Haryanto dalam artikelnya

Lebih terperinci

Pemaparan dimulai dengan ketentuan Pengadaan Barang

Pemaparan dimulai dengan ketentuan Pengadaan Barang 25 Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. KETENTUAN TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DAN MATERI TENTANG BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Lebih terperinci

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan Penjelasan UU No.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini jelas sangat merugikan

Lebih terperinci

PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI

PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI Launching & Seminar SKKNI Ahli Pembangun Integritas PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI SUSI RAI AZIZI KADIN INDONESIA STATISTIK TINDAK PIDANA KORUPSI DITANGANI KPK HINGGA SEPT 2017 POSISI

Lebih terperinci

STRATEGI ASSET TRACING

STRATEGI ASSET TRACING STRATEGI ASSET TRACING STRATEGI PELACAKAN ASET 1. Menyusun kerangka kerja dan rencana investigasi 2. Menyusun profile atas terlapor/tersangka pelaku 3. Memperoleh data keuangan dan dokumen lainnya 4. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat pertumbuhan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana 43 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, memberikan ancaman kepada

Lebih terperinci

NO. PERTANYAAN JAWABAN

NO. PERTANYAAN JAWABAN NO. PERTANYAAN JAWABAN 1 2 3 4 5 Apakah Dasar Hukum Pendidikan dan Budaya anti Korupsi (PBAK)? Apa yang dimaksud dengan PBAK? Apakah maksud dan tujuan PBAK? Apakah Pengertian Apa saja yang termasuk kategori

Lebih terperinci

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015

INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 No. 46/08/32/Th.XVIII, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 RELATIF LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN IDI NASIONAL

Lebih terperinci

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode

LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode Manifesto Indonesia Corruption Watch LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 9 Juni 2014 M a n f e s t

Lebih terperinci

Pro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Oleh : Sujanarko, capim KPK.

Pro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Oleh : Sujanarko, capim KPK. Pro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Oleh : Sujanarko, capim KPK. I. Latar Belakang. Korupsi sesuai dengan yang didefinisikan oleh UNCAC bukan merupakan

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD

WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD http://suarapemred.co.id/ Cairnya Alokasi Dana Desa (ADD) i membuat berbagai pihak mulai mengkuatirkan terjadinya penyalahgunaan dari dana pembangunan bagi desa tersebut.

Lebih terperinci

KENDALA IMPLEMENTASI UNCAC DALAM LEGISLASI DI INDONESIA CATATAN ATAS KRIMINALISASI PENYUAPAN DI SEKTOR PRIVAT

KENDALA IMPLEMENTASI UNCAC DALAM LEGISLASI DI INDONESIA CATATAN ATAS KRIMINALISASI PENYUAPAN DI SEKTOR PRIVAT KENDALA IMPLEMENTASI UNCAC DALAM LEGISLASI DI INDONESIA CATATAN ATAS KRIMINALISASI PENYUAPAN DI SEKTOR PRIVAT VIDYA PRAHASSACITTA, SH. MH. JAKARTA, 29 NOVEMBER 2016 IMPLEMENTASI UNCAC DI INDONESIA LEGISLASI

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penegak hukum yang diberi tugas dan wewenang melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai Pasal 30 ayat 1(d)

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PERWAKILAN JAKARTA RAYA. Oleh Hasidin Samada Asisten Ombudsman RI

PERWAKILAN JAKARTA RAYA. Oleh Hasidin Samada Asisten Ombudsman RI PERWAKILAN JAKARTA RAYA PELAYANAN PUBLIK BEBAS DAR RI SUAP, PUNGLI DAN GRATIFIKASI Oleh Hasidin Samada Asisten Ombudsman RI Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan yang Diselenggarakan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

Pengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO

Pengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO Pengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO Kompas Cetak 21 September 2015 Di tengah pelambatan ekonomi nasional, berita mengendapnya anggaran publik di daerah tentu kurang menggembirakan. Data dari Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ------------------------------ LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

Lebih terperinci

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG Oleh : Yenti Garnasih ABSTRAK Perkara kejahatan perbankan yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan berbeda, hal ini karena praktek fraud antara lain sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum

Lebih terperinci

Promoting Integrity in Doing Business of SOEs

Promoting Integrity in Doing Business of SOEs High Level Commitment and Dialogue Promoting Integrity in Doing Business of SOEs Rini Soemarno Minister of State-Owned Enterprises Profile Kinerja BUMN Terdapat 118 BUMN dengan 600 anak perusahaan berhubungan

Lebih terperinci

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 16 November 2011 Indeks 1. Tiga Tersangka Suap Kemenakertrans Hadapi Dakwaan 2. Sidang Kasus Suap Kemenakertrans Nyoman didakwa korupsi bersama

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun

Lebih terperinci

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL

LEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi

Lebih terperinci

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan

Lebih terperinci

Kami Bukan Watchdog yang Mencari Kesalahan

Kami Bukan Watchdog yang Mencari Kesalahan Mardiasmo, Kepala BPKP: Kami Bukan Watchdog yang Mencari Kesalahan Sejak reformasi birokrasi bergulir, akuntabilitas pengelolaan keuangan negara pun jadi mutlak diperlukan. Masyarakat harus mengetahui

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAN PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN KOMISI YUDISIAL, DAN KOMNAS HAM (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 215216 Masa Persidangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik

BAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah berkewajiban untuk memberikan layanan publik yang memuaskan bagi setiap warga negara.kualitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sangat menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR-RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan

Lebih terperinci

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.

Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Sejak reformasi, Indonesia makin demokratis. Sayangnya proses demokratisasi itu tak signifikan dengan proses pemberantasan

Lebih terperinci

MODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1. Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2

MODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1. Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2 MODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1 Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2 PENDAHULUAN Seiring dengan dikeluarkannya Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Lebih terperinci

SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL

SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL /R 0/2017 Data Tindak Pidana Korupsi Sumber: Data KPK tahun 2004 s.d September 2017 Sumber: Databooks Kata Data Indonesia

Lebih terperinci

Studi atas Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik Tindak Pidana Korupsi

Studi atas Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik Tindak Pidana Korupsi Studi atas Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik Tindak Pidana Korupsi Penelitian Penyusun Emerson Yuntho - Illian Deta Arta Sari - Jeremiah Limbong - Ridwan Bakar - Firdaus Ilyas Konsultan, Paku

Lebih terperinci

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK Materi yang Diatur KUHAP RUU KUHAP Undang TPK Undang KPK Catatan Penyelidikan Pasal 1 angka 5, - Pasal 43 ayat (2), Komisi Dalam RUU KUHAP, Penyelidikan

Lebih terperinci

BIMTEK PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA SERENTAK

BIMTEK PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA SERENTAK BIMTEK PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA SERENTAK 5 CISARUA, OKTOBERTunas 5 Tunas Tunas INTEGRITAS PRIBADI DAN ORGANISASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI dengan MUDAH & MENYENANGKAN

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN ASET HASIL TINDAK PIDANA (Asset Recovery) LIABILITY

PENGEMBALIAN ASET HASIL TINDAK PIDANA (Asset Recovery) LIABILITY PENGEMBALIAN ASET HASIL TINDAK PIDANA (Asset Recovery) dan CORPORATE CRIMINAL LIABILITY Yunus Husein, STHI JENTERA, Jakarta, 22 Februari 2017 Agenda 1. Apa itu Asset Recovery/Pengembalian asset? 2. Hasil

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :

Lebih terperinci

Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas

Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas PALANGKA RAYA Fried Asahel (39) Mantan Bendahara Pengeluaran pada Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya membela diri melalui Penasehat Hukum saat sidang Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan yang sangat marak terjadi dalam birokrasi pemerintahan mempunyai dampak negatif dalam kehidupan sosial masyarakat, salah satunya tindak pidana korupsi

Lebih terperinci

Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA

Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 1 1 Bab 07 Never let corruptors unpunished DELIK KORUPSI DALAM RUMUSAN UNDANG-UNDANG Delik Korupsi Dalam Rumusan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS YANG NAIK-TURUN RISIKO GEOPOLITIK:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh

Lebih terperinci

Penguatan Legislasi Terkait Tipikor sebagai Bentuk Dukungan terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif, Ph.D

Penguatan Legislasi Terkait Tipikor sebagai Bentuk Dukungan terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif, Ph.D Penguatan Legislasi Terkait Tipikor sebagai Bentuk Dukungan terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif, Ph.D 1. Apakah Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menurut pendapat Saudara dapat

Lebih terperinci