Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( )
|
|
- Benny Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Korupsi Struktural; Analisis Database Korupsi Versi 4 ( ) Rimawan Pradiptyo Timotius Hendrik Partohap Pramashavira Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada 5 April 2016
2 Pendahuluan Korupsi Narkoba Perpajakan Illegal Logging Database korupsi adalah salah satu dari beberapa database kejahatan yang disusun oleh Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM. Database didasarkan pada putusan MA yang dapat diakses publik di putusan.mahkamahagung.go.id Database-database ini selalu diupdate dari waktu ke waktu terutama untuk keperluan penelitian, meski dapat pula digunakan sebagai masukan kebijakan. 2
3 Perkembangan Database Korupsi 549 kasus 831 terdakwa V V kasus 1831 terdakwa 1518 Kasus 2142 Terdakwa V V Terdakwa 3
4 Sumber Data MA In Krach hanya di level MA atau PK KPK In Krach di level MA dan PK In Krach di level Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Yuyuk Andriati dan Pak Budi Prasetyo dari Humas KPK yang membantu peneliti mendapatkan akses putusan pengadilan kasus-kasus yang ditangani KPK baik di tingkat MA, PT maupun PN Data putusan MA kami akses dari situs 4 putusan.mahkamahagung.go.id
5 Karakteristik Update Data Update data putusan pengadilan cenderung tidak linear: Update di tahun 2015 seringkali berisi peningkatan putusanputusan untuk tahun-tahun sebelumnya Pola ini berbeda dengan perilaku data ekonomi pada umumnya. Konsekuensi: diperlukan sumberdaya yang lebih tinggi untuk melakukan update data putusan pengadilan dibandingkan update data ekonomi Hasil update data ditampilkan di Peta Korupsi di situs CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id. 5
6 Distribusi Kasus Korupsi Distribusi Terdakwa & Terpidana Gurem (<Rp 10 juta) Kecil (Rp10 juta - Rp99.9 juta) Sedang (Rp100 juta - Rp999.9 juta) Besar (Rp1 miliar - Rp24.9 miliar) Kakap (Rp25 miliar atau lebih) Terdakwa Terpidana 6
7 Distribusi Terdakwa dan Koruptor Menurut Gender TERDAKWA GENDER TERDAKWA Tidak Bersalah, 546, 18% 202, 8% Bersalah, 2563, 82% Tidak Bersalah Bersalah Laki-Laki Perempuan 2361, 92%
8 Distribusi Wilayah Terpidana MALUKU DAN PAPUA BALI & NT SULAWESI KALIMANTAN SUMATERA JAWA LAIN Wilayah Terpidana Keberadaan terpidana korupsi masih didominasi di Jawa dan Sumatera Terdapat hubungan yang erat antara pusat pemerintahan dan aktivitas ekonomi dengan jumlah terpidana korupsi. Nilai total korupsi masih didominasi oleh Jabodetabek dan Sumatera yaitu Rp121,3 T (harga berlaku), 94,08% dari total korupsi, atau senilai Rp195,14 T di tahun 2015 JABODETABEK
9 Kerugian Negara Menurut Wilayah Kerugian Negara Wilayah Harga Berlaku Harga Konstan (Rp Miliar) Proporsi (Rp Miliar) Proporsi Jabodetabek 88, % 129, % Jawa Lain 4, % 5, % Sumatera 33, % 65, % Kalimantan 1, % 2, % Sulawesi 1, % 1, % Bali & NT % % Maluku dan Papua % % Total 128, % 205, % 9
10 1115 Distribusi Pekerjaan Terpidana Pekerjaan Terpidana PNS BUMN/D LEMBAGA INDEPENDENT 559 POLITISI 670 SWASTA/LAIN- LAIN Korupsi oleh politisi (legislator dan kepala daerah) dan swasta (1420 terpidana) ternyata mengalahkan jumlah pelaku korupsi PNS (1115 terpidana) Total nilai korupsi oleh politisi dan swasta mencapai Rp 50,1 T (harga berlaku) atau 39,09% (setara dengan Rp86,4 T dengan harga tahun 2015) Perlu reorientasi strategi penanggulangan korupsi untuk fokus ke korupsi oleh politisi dan swasta 10
11 Kerugian Negara Menurut Pekerjaan (lanjutan) Jenis Pekerjaan Perpidan a Korupsi % Kerugian Negara (harga berlaku) % Kerugian Negara (harga konstan 2015) % PNS % % % BUMN/D % % % Lembaga Independen % % % Legislatif % % % Kepala Daerah % % % Swasta/Lainnya % % % Total % % % 11
12 Jenis Korupsi yang Ditangani KPK (KPK, 2015) Pengadaan Barang/Jasa Perijinan % 3%1% 4% 30% Penyuapan Pungutan % 4% Penyalahgunaan Anggaran TPPU Merintangi Proses KPK
13 Pelaku Korupsi yang Ditangani KPK (KPK, 2015) % Politisi Kepala Lembaga/Kementerian Duta Besar % 32% Komisioner % 24% 4% 1% 1% Eselon I / II / III Hakim Swasta Lainnya
14 Kerugian Negara Menurut Pekerjaan Proporsi Kerugian Negara Distribusi Pekerjaan Terpidana Korupsi 17% 37% 1% 1% 41% 3% PNS BUMN/D Lembaga Independen Legislatif Kepala Daerah Swasta/Lainnya 3% 26% 19% 2%6% 44% PNS BUMN/D Lembaga Independen Legislatif Kepala Daerah Swasta/Lainnya 14
15 Apakah Hukuman Menjerakan? Total Kerugian Negara vs Hukuman Finansial (Triliun) Hukuman finansial adalah gabungan nilai hukuman Denda, Hukuman Pengganti dan Perampasan Barang Bukti (aset) Aset non moneter tidak dimasukkan karena tidak ada nilai taksiran dari aset tersebut di putusan pengadilan KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL Harga Berlaku Harga Konstan (2015) HUKUMAN FINANSIAL (PUTUSAN PENGADILAN) Penggunaan harga konstan (2015) adalah upaya untuk penyetaraan nilai korupsi dan hukuman finansial dalam konteks kekinian. Hal ini perlu dilakukan mengingat inflasi di Indonesia cenderung tinggi 15
16 Rata-rata dan Median Hukuman Finansial Rata-rata (Miliar) Median (Juta) KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL HUKUMAN FINANSIAL (PN) HUKUMAN FINANSIAL (INKRACH) KERUGIAN NEGARA TUNTUTAN HUKUMAN FINANSIAL HUKUMAN FINANSIAL (PN) HUKUMAN 16 FINANSIAL (INKRACH)
17 Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan Kerugian Negara (A) (Rp Miliar) Tuntutan Jaksa (B) (Rp Miliar) % (B/A) Putusan Pengadilan (C) (Rp Miliar) % (C/A) PNS 21,271 1, % % BUMN/D 4,462 2, % 2, % Lembaga Independen 52,368 17, % % Legislatif 1, % % Kepala Daerah 1, % % Swasta/Lainnya 47,110 7, % 9, % 17
18 Hukuman Finansial Menurut Pekerjaan (lanjutan) Secara umum hukuman finansial kepada para terpidana korupsi cenderung suboptimal (lebih rendah dari kerugian negara yang diakibatkan) Hukuman finansial kepada para kepala daerah cenderung lebih proporsional terhadap nilai kerugian negara, dibandingkan pekerjaan lain Hukuman finansial kepada para legislator dan swasta cenderung lebih rendah daripada kerugian negara yang diakibatkan 18
19 Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi Skala Korupsi Terpi dan a Avg. Kerugian Negara (A) Avg Tuntutan Jaksa (B) B/A (%) Avg Putusan Pengadilan (C) C/A (%) Gurem ,934 2,037, % 4,111, % Kecil ,198,507 21,405, % 101,505, % Sedang ,962, ,303, % 664,341, % Besar 779 1,417,735, ,716, % 516,807, % Kakap ,453,559,408 10,710,261, % 4,021,250, % 19
20 Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi (lanjutan) Hukuman finansial kepada terpidana korupsi cenderung tajam ke bawah tapi tumpul ke atas Koruptor kelas gurem (nilai korupsi < Rp10 juta) dihukum rata-rata 3.428% lebih tinggi dari kerugian negara yang diciptakan Koruptor kelas kakap (nilai korupsi Rp25 M ke atas) hanya dihukum ratarata 8,3% dari nilai kerugian negara yang diciptakan Perlu revisi UU Tipikor agar hukuman yang diberikan kepada para terpidana korupsi menjadi proporsional dengan biaya sosial korupsi yang ditimbulkannya. Pertanyaan: mengapa DPR sibuk mengajukan RUU Revisi KPK tapi tidak mengajukan RUU Revisi TIPIKOR agar hukuman kepada para terpidana korupsi proporsional?? 20
21 Nilai Subsidi Kepada Koruptor Subsidi Kepada Koruptor Harga Berlaku Harga Konstan (2015) Koruptor besar (Rp1M- Rp24,9M) dan koruptor kakap (Rp25M ke atas) cenderung disubsidi oleh rakyat Nilai hukuman finansial mereka jauh lebih rendah daripada kerugian negara yang diakibatkannya 21
22 Subsidi Koruptor, Beban Siapa? Nilai kerugian negara (biaya sosial eksplisit) Rp203,9 T, namun total hukuman finansial hanya Rp21,26 T (10,42%) Belum menghitung BIAYA SOSIAL KORUPSI! Lalu siapa yang menanggung kerugian sebesar Rp203,9 T Rp21,26 T = Rp182,64 Triliun tersebut? Tentu saja para pembayar pajak yang budiman: Ibu-ibu pembeli susu formula untuk bayi mereka Mahasiswa dan pelajar yang membeli buku teks mereka Orang sakit yang membeli obat-obatan di apotek dan toko obat Generasi di masa datang yang mungkin saat ini belum lahir Sepertinya hanya di Indonesia para koruptor disubsidi oleh rakyat dan generasi muda di masa datang! 22
23 Potensi Re-Alokasi Subsidi Koruptor Kesehatan Seluruh Masyarakat Indonesia Gratis Biaya BPJS hingga Rp /bulan Pembangunan 600 Rumah Sakit Standard Internasional Pendidikan Meluluskan Magister Luar Negeri atau Doktor Luar Negeri Meluluskan Sarjana dengan standard PTN Top Indonesia Infrastruktur Pembangunan Jalan Tol Sepanjang lebih dari km Pembangunan MRT sepanjang 202 km. Olahraga Pembangunan 182 Stadion Sepakbola Standard Internasional Membiayai 20 orang Rio Haryanto selama 40 tahun 23
24 Estimasi Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2012) SUMBER DAYA ALAM (0.18%) Biaya sosial = Rp 923 milyar Hukuman finansial = Rp 2 milyar PERDAGANGAN (2.09%) Biaya sosial = Rp 218 milyar Hukuman finansial = Rp 5 milyar INFRASTRUKTUR (26.59%) Biaya sosial = Rp 9.6 milyar Hukuman finansial = Rp 2.5 milyar PELAYANAN PUBLIK (25.48%) Biaya sosial = Rp 75 milyar Hukuman finansial = Rp 19 milyar Subsidi kepada koruptor di atas belum sepenuhnya mencerminkan biaya sosial korupsi Nilai biaya sosial korupsi di 4 kasus ternyata jauh lebih besar daripada besarnya kerugian negara di 4 kasus tersebut (KPK, 2012) 24
25 Biaya Sosial Korupsi (KPK, 2012) Biaya Reaksi Korupsi 3 Biaya Implisit Korupsi Biaya Eksplisit Korupsi Biaya Antisipasi Korupsi Biaya Eksplisit Korupsi Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit) Biaya Implisit Korupsi Opportunity costs akibat korupsi, termasuk beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu Perbedaan multiplier ekonomi antara kondisi tanpa adanya korupsi dengan kondisi jika terdapat korupsi Biaya Antisipasi Tindak Korupsi Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat korupsi (memisahkan orang korupsi karena terpaksa atau karena keserakahan) Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll) Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll) Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll) Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri
26 Kerugian Negara vs Kerugian Ekonomi (KPK, 2012) Kasus di Sektor Kerugian Negara (A) Biaya Sosial Korupsi Tercatat (B) Hukuman Finansial (C ) B/A (%) C/A (%) C/B (%) Kehutanan Rp10,2 Miliar Rp 923,2 Miliar Rp 1,7 Miliar 9.040,22% 16.65% 0,18% Perdagangan Rp5,2 Miliar Rp218,2 Miliar Rp4,6 M 4.165,76% 86.94% 2,09% Kesehatan Rp26,7 Miliar Rp 75,6 Miliar Rp19,3 Miliar 283,33% 72.21% 25,48% Transportasi Rp3,9 Miliar Rp 9,7 Miliar Rp 2,6 Miliar 250,02% 66.60% 26,64%
27 Kerugian Negara vs Biaya Sosial Korupsi KERUGIAN NEGARA (HARGA BERLAKU) KERUGIAN NEGARA (HARGA KONSTAN 2015) Biaya Korupsi Subsidi Koruptor BIAYA SOSIAL KORUPSI TERCATAT Dampak korupsi akan jauh lebih besar jika dihitung berdasarkan biaya sosial korupsi daripada kerugian negara saja Estimasi biaya sosial korupsi dilakukan dengan mengalikan kerugian negara (harga berlaku) dengan angka pengali 2,5x lipat yang diperoleh dari hasil analisis untuk kasus transportasi (minimum irreducible approach) Biaya sosial korupsi akan jauh lebih tinggi jika kasus korupsi tsb merusak lingkungan 27
28 Sumber State Captured Corruption Korupsi Swasta Korupsi Politisi State Captured Corruption 28
29 Companies Rule the Countries Politisi Korporasi Korporasi Corporate Liability Birokrat Politisi Political Responsibility State Captured Corruption Birokrasi Credible Policy 29
30 ISO Sistem Manajemen Anti-Suap Alat yang sangat fleksibel Dapat digunakan oleh organisasi sektor swasta, publik, dan sukarela Dapat digunakan oleh organisasi kecil, menengah, dan besar Penerapan Kebijakan Anti-Suap Kepemimpinan Manajemen Terbaik Penunjukkan Pengawas Perilaku Anti-Suap Pelatihan Perilaku Anti-Suap Assesmen Resiko Suap hingga ke pihak ketiga Pengendalian Keuangan Anti-Suap Prosedur Pelaporan dan Investigasi Potensi Suap 30
31
Pengembangan Penelitian dan Kegiatan Anti Korupsi di Non-Fakultas Hukum; Studi Kasus FEB-UGM
Anti Corruption Summit Konsolidasi Gerakan Anti berbasis Akademisi dan Kampus di Indonesia, PUKAT FH UGM dan KPK, Yogyakarta, 25-26 Oktober 2016 Pengembangan Penelitian dan Kegiatan Anti di Non-Fakultas
Lebih terperinciMengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor?
Mengapa Rakyat (DIPAKSA) Menyubsidi Koruptor? Rimawan Pradiptyo Timotius Hendrik Partohap Pramashavira Abraham Wirotomo Laboratorium Ilmu Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis,
Lebih terperinciPENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS
PENERAPAN ANTIKORUPSI PADA DUNIA BISNIS PERAN KADIN DALAM MEWUJUDKAN PENGUSAHA BERINTEGRITAS FAKTOR YANG PALING BERMASALAH DALAM BERBISNIS Sumber: World Economic Forum 2017 PERINGKAT INDEX PERSEPSI KORUPSI
Lebih terperinciKetika Hukuman Tak Memberi Efek Jera
URL: https://www.facebook.com/notes/rimawan-pradiptyo/ketika-hukuman-tak-memberiefek-jera/10150325563216426 Ketika Hukuman Tak Memberi Efek Jera October 25, 2011 at 3:30pm Jurnal Nasional, Selasa, 25 Oktober
Lebih terperinciKOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK
KOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK Tupoksi KPK Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi didefinisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui
Lebih terperinciBagaimana kondisi negara dan masyarakat Indonesia sekarang?
Bagaimana kondisi negara dan masyarakat Indonesia sekarang? INDONESIA BELUM MAKMUR & SEJAHTERA 34 Ini antara lain buktinya... 35 Kondisi Indonesia Angka pengangguran yang tinggi. Berdasarkan data Februari
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN. United Nations Office on Drug and Crimes 29 November 2016
KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN United Nations Office on Drug and Crimes 29 November 2016 KAJIAN TENTANG BIAYA KORUPSI DAN BESARAN HUKUMAN YANG DIBERIKAN DI INDONESIA United
Lebih terperinciTREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017
TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 217 LATAR BELAKANG 1. Informasi penanganan kasus korupsi yang ditangani oleh aparat penegak hukum tidak dipublikasi secara transparan, khususnya Kepolisian dan
Lebih terperinciTrend Pemberantasan Korupsi 2013
Trend Pemberantasan Korupsi 20 Pembahasan. Sumber data dan periode pemantauan 2. Penindakan perkara korupsi 20. Pelaksanaan fungsi koordinasi dan supervisi 4. Kesimpulan 5. Rekomendasi Waktu dan Metode
Lebih terperinciBagaimana Cara Memberantas Korupsi?
Bagaimana Cara Memberantas Korupsi? 1001 CARA BERANTAS KORUPSI Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.
Lebih terperinciHigh Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis. Agus Rahardjo. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
High Level Commitment and Dialogue Penerapan Antikorupsi Pada Dunia Bisnis Agus Rahardjo Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) OUTLINE DATA TINDAK PIDANA KORUPSI MOMENTUM PENCEGAHAN KORUPSI SEKTOR SWASTA
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan semua uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan mengenai pembuktian terbalik/pembalikan
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK
PENINGKATAN KAPASITAS PENGENDALIAN INTERN DAN UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI GUNTUR KUSMEIYANO DIREKTORAT DIKYANMAS DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN KPK KEMRISTEKDIKTI JAKARTA, 19 AGUSTUS 2015 Pemberantasan Korupsi
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT
PERAN SE R MASYARA TA KAT KORUPSI TERJADI DI BANYAK SEKTOR. SETIDAKNYA ADA 11 SEKTOR YANG POTENSIAL RAWAN KORUPSI: PENDIDIKAN ANGGARAN DANA BANTUAN SOSIAL PENYALAHGUNAAN APBD MAFIA HUKUM DAN PERADILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Kecurangan pada pemerintahan, baik pusat dan daerah sudah kerap kali ditemukan. Hal ini ditandai dengan maraknya kasus-kasus korupsi pejabat pemerintahan yang
Lebih terperinciTANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER. Jakarta, 9 Juli 2013
1 TANGGAPAN TERHADAP GLOBAL CORRUPTION BAROMETER Jakarta, 9 Juli 2013 SEKTOR KORUPSI KPK 1. Bansos 2. APBN-APBD (banggar, satuan tiga = belanja K/L) 3. Hutan 4. Pajak 5. Kebijakan publik 6. Izin importasi
Lebih terperinciTren Korupsi Semester 1 Tahun Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan-
Tren Korupsi Semester 1 Tahun 2014 -Korupsi Daerah Makin Mengkhawatirkan- Divisi Investigasi 2014 Pembahasan 1 Sumber data tren penanganan korupsi 2 Pemaparan data tren penanganan korupsi 3 Perbandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompleksitas dari pendefinisian korupsi turut dipengaruhi oleh konteks,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kompleksitas dari pendefinisian korupsi turut dipengaruhi oleh konteks, cakupan, dan persepsi serta latar belakang dari pendefinisi korupsi. Berbagai kalangan seperti
Lebih terperinciBAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI
1 BAB 1V ANALISIS PEMBERATAN HUKUMAN YANG DILAKUKAN ARTIDJO ALKOSTAR DALAM MEMUTUS SUATU PERKARA KORUPSI A. Analisis Putusan Angelina Sondakh tentang Tindak Pidana Korupsi Hasil persidangan, hakim dalam
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinciRAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA
RAPAT KERJA NASIONAL ASOSIASI PEMERINTAH KOTA SELURUH INDONESIA Basaria Panjaitan Pimpinan KPK Malang, 20 Juli 2017 Apa itu KPK??? APA ITU GRATIFIKASI? Fenomena Jual Beli Jabatan Fenomena Dinasti Politik
Lebih terperinciTantangan Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan
Tantangan Pelayanan Publik di Bidang Pertanahan Rapat Koordinasi Setwapres Hotel Santika, Jogja, 25 September 2014 Wahyudi Kumorotomo, PhD www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@ugm.ac.id Magister Administrasi
Lebih terperinciKapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan
Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M. Staf Khusus Satgas 115/ Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan Rabu, 12 Juli
Lebih terperinciMATERI KPK. Indonesia Kita. Pemberantasan Korupsi. Gratifikasi
MATERI Pemberantasan Korupsi KPK Gratifikasi Indonesia Kita Rumah Mewah Rp. 3 miliar Keluarga Bahagia Bersantai Menikmati Vila Bali Itu dulu... Sekarang??? Pasrah!! Divonis: 30 tahun Rp 74 miliar dirampas
Lebih terperinciTURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
TURBULENSI DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MUKERNAS & KONFERENSI NASIONAL II FKSPI TAHUN 2017 BALI HOTEL PATRA JASA 24-25 AGUSTUS 2017 PROF. DR. OTTO HASIBUAN, SH, MM ADVOKAT DOSEN PASCA SARJANA
Lebih terperinciKEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2 Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan hukum pidana terutama kebijakan formulasi
Lebih terperinciUPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H
1 UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H A. LATAR BELAKANG Pemerintah sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya, sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebelum otonomi daerah tahun 2001, Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistik. Sistem pemerintahan sentralistik tersebut tercermin dari dominasi pemerintah pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Lebih terperinciTINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK) 1. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana Kompleksitas kejahatan memerlukan pengetahuan
Lebih terperinciKAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH
KAITAN EFEK JERA PENINDAKAN BERAT TERHADAP KEJAHATAN KORUPSI DENGAN MINIMNYA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENYERAPAN ANGGARAN DAERAH I. Pendahuluan. Misi yang diemban dalam rangka reformasi hukum adalah
Lebih terperinci1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor
Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi disamping sudah diakui sebagai masalah nasional juga sudah diakui pula sebagai masalah internasional. Tindak pidana korupsi telah terjadi
Lebih terperinci1 Merugikan keuangan negara; 2 Suap menyuap (istilah lain: sogokan atau pelicin); 3 Penggelapan dalam jabatan; 4 Pemerasan; 5 Perbuatan curang;
MENGENAL KORUPSI Apakah Menurut asal katanya, korupsi berarti penyelewengan atau penyalahgunaan jabatan, demi kepentingan pribadi atau orang lain, termasuk keluarga dan kerabat. UNDANG-UNDANG PTPK (Pemberantasan
Lebih terperinciTren Pemberantasan Korupsi Divisi Investigasi Dan Publikasi
Tren Pemberantasan Korupsi 2014 Divisi Investigasi Dan Publikasi Tujuan 3 2 Melakukan pemetaan terhadap perkara yang ditangani Aparat Penegak Hukum yang meliputi: sektor, modus, jabatan pelaku, kerugian
Lebih terperinciPUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR - UMB DADAN ANUGRAH S.SOS, MSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
2. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perokonomian daerah. Otonomi yang diberikan kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia disebut sebagai makhluk ekonomi, yaitu makhluk yang selalu mempertimbangkan manfaat dan pengorbanan dari tindakan yang dilakukannya serta tidak pernah merasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciKuliah Perdana Program Doktor dan Program Master Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, 7 September 2013
Kuliah Perdana Program Doktor dan Program Master Pascasarjana, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada, 7 September 2013 1 Perubahan Struktural dan Pola Kebijakan Evaluasi Penanganan Korupsi Bagaimana
Lebih terperinci2 tersebut dilihat dengan adanya Peraturan Mahkamah agung terkait penentuan pidana penjara sebagai pengganti uang pengganti yang tidak dibayarkan terp
TAMBAHAN BERITA NEGARA RI MA. Uang Pengganti. Tipikor. Pidana Tambahan. PENJELASAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA
Lebih terperinciKomisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga
Lebih terperinciSTUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA
Modul ke: STUDI KASUS KORUPSI DI INDONESIA Disampaikan pada perkuliahan ETIK UMB kelas PKK Fakultas TEKNIK MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Program Studi TEKNIK INDUSTRI www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya, termasuk jasa auditor. Kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciPemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan. Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010
Pemberantasan Korupsi : Antara Asset Recovery dan Kurungan Bd Badan Adnan Topan Husodo Wakil Koordinator ICW Hotel Santika, 30 November 2010 1 Tren Global Pemberantasan Korupsi Korupsi sudah dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang sangat merugikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tindak korupsi merupakan salah satu masalah yang paling krusial yang sedang dihadapi oleh Indonesia saat ini, karena korupsi merupakan sebuah kegiatan yang menyimpang
Lebih terperinciKorupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya. Oleh : Dewi Asri Yustia. Abstrak
Korupsi dan Peran Serta Masyarakat dalam Upaya Penanggulangannya Oleh : Dewi Asri Yustia Abstrak Apakah kita masih bangga dengan Negara kita? apabila kita melihat catatan dari Ignatius Haryanto dalam artikelnya
Lebih terperinciPemaparan dimulai dengan ketentuan Pengadaan Barang
25 Tindak Pidana Korupsi Prof. Dr. Surya Jaya, S.H., M.Hum. KETENTUAN TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH DAN MATERI TENTANG BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Lebih terperinciSumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan
Penjelasan UU No.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini jelas sangat merugikan
Lebih terperinciPERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI
Launching & Seminar SKKNI Ahli Pembangun Integritas PERAN KADIN DALAM PENGEMBANGAN PROFESI ANTI KORUPSI SUSI RAI AZIZI KADIN INDONESIA STATISTIK TINDAK PIDANA KORUPSI DITANGANI KPK HINGGA SEPT 2017 POSISI
Lebih terperinciSTRATEGI ASSET TRACING
STRATEGI ASSET TRACING STRATEGI PELACAKAN ASET 1. Menyusun kerangka kerja dan rencana investigasi 2. Menyusun profile atas terlapor/tersangka pelaku 3. Memperoleh data keuangan dan dokumen lainnya 4. Mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan tindak pidana yang sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara yang akibatnya menghambat pertumbuhan dan kelangsungan
Lebih terperinciBAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana
43 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, memberikan ancaman kepada
Lebih terperinciNO. PERTANYAAN JAWABAN
NO. PERTANYAAN JAWABAN 1 2 3 4 5 Apakah Dasar Hukum Pendidikan dan Budaya anti Korupsi (PBAK)? Apa yang dimaksud dengan PBAK? Apakah maksud dan tujuan PBAK? Apakah Pengertian Apa saja yang termasuk kategori
Lebih terperinciINDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015
No. 46/08/32/Th.XVIII, 05 Agustus 2016 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 INDEKS DEMOKRASI INDONESIA (IDI) JAWA BARAT TAHUN 2015 RELATIF LEBIH TINGGI DIBANDINGKAN DENGAN IDI NASIONAL
Lebih terperinciLIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode
Manifesto Indonesia Corruption Watch LIMA ARAH PEMBERANTASAN KORUPSI Usulan Agenda Antikorupsi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Periode 2014-2019 Jakarta, 9 Juni 2014 M a n f e s t
Lebih terperinciPro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Oleh : Sujanarko, capim KPK.
Pro dan Kontra Operasi Undercover dan Penjebakan dalam mengungkap Tindak Pidana Korupsi. Oleh : Sujanarko, capim KPK. I. Latar Belakang. Korupsi sesuai dengan yang didefinisikan oleh UNCAC bukan merupakan
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciWARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD
WARGA KALBAR DIMINTA IKUT AWASI ADD http://suarapemred.co.id/ Cairnya Alokasi Dana Desa (ADD) i membuat berbagai pihak mulai mengkuatirkan terjadinya penyalahgunaan dari dana pembangunan bagi desa tersebut.
Lebih terperinciKENDALA IMPLEMENTASI UNCAC DALAM LEGISLASI DI INDONESIA CATATAN ATAS KRIMINALISASI PENYUAPAN DI SEKTOR PRIVAT
KENDALA IMPLEMENTASI UNCAC DALAM LEGISLASI DI INDONESIA CATATAN ATAS KRIMINALISASI PENYUAPAN DI SEKTOR PRIVAT VIDYA PRAHASSACITTA, SH. MH. JAKARTA, 29 NOVEMBER 2016 IMPLEMENTASI UNCAC DI INDONESIA LEGISLASI
Lebih terperinciPertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.
PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penegak hukum yang diberi tugas dan wewenang melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai Pasal 30 ayat 1(d)
Lebih terperinciTeam project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis
Lebih terperinciPERWAKILAN JAKARTA RAYA. Oleh Hasidin Samada Asisten Ombudsman RI
PERWAKILAN JAKARTA RAYA PELAYANAN PUBLIK BEBAS DAR RI SUAP, PUNGLI DAN GRATIFIKASI Oleh Hasidin Samada Asisten Ombudsman RI Disampaikan pada Kegiatan Sosialisasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan yang Diselenggarakan
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR BKPM menyusun laporan pertanggung jawaban kinerja dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2011 mengacu pada Instruksi Presiden RI Nomor 7
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan
Lebih terperinciPengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO
Pengendapan Anggaran WAHYUDI KUMOROTOMO Kompas Cetak 21 September 2015 Di tengah pelambatan ekonomi nasional, berita mengendapnya anggaran publik di daerah tentu kurang menggembirakan. Data dari Direktorat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki
Lebih terperinciRANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI
RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ------------------------------ LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)
Lebih terperinciPENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih
PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG Oleh : Yenti Garnasih ABSTRAK Perkara kejahatan perbankan yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan berbeda, hal ini karena praktek fraud antara lain sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum
Lebih terperinciPromoting Integrity in Doing Business of SOEs
High Level Commitment and Dialogue Promoting Integrity in Doing Business of SOEs Rini Soemarno Minister of State-Owned Enterprises Profile Kinerja BUMN Terdapat 118 BUMN dengan 600 anak perusahaan berhubungan
Lebih terperinciP P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 16 November Indeks
P P A T K AMLNEWS Clipping Service Anti Money Laundering 16 November 2011 Indeks 1. Tiga Tersangka Suap Kemenakertrans Hadapi Dakwaan 2. Sidang Kasus Suap Kemenakertrans Nyoman didakwa korupsi bersama
Lebih terperinciLAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA --------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun
Lebih terperinciLEMBAGA PEMBERANTASAN SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL
KETIDAKPERCAYAAN PUBLIK PADA LEMBAGA PEMBERANTASAN KORUPSI SURVEI OPINI PUBLIK NASIONAL 10-22 OKTOBER 2010 Latar Belakang Sejak reformasi, penegakan hukum yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi menjadi
Lebih terperinci1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan
Lebih terperinciKami Bukan Watchdog yang Mencari Kesalahan
Mardiasmo, Kepala BPKP: Kami Bukan Watchdog yang Mencari Kesalahan Sejak reformasi birokrasi bergulir, akuntabilitas pengelolaan keuangan negara pun jadi mutlak diperlukan. Masyarakat harus mengetahui
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAN PENDAPAT KOMISI III DPR RI DENGAN SEKJEN MAHKAMAH KONSTITUSI, SEKJEN KOMISI YUDISIAL, DAN KOMNAS HAM (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 215216 Masa Persidangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. birokrasi pemerintah (Yogi dan M. Ikhsan, 2006). Jika kualitas pelayanan publik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah berkewajiban untuk memberikan layanan publik yang memuaskan bagi setiap warga negara.kualitas pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah sangat menentukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR-RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang : 2015-2016 Masa Persidangan
Lebih terperinciKorupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri.
Korupsi di parlemen bentuknya banyak mulai dari budgeting hingga legislasi itu sendiri. Sejak reformasi, Indonesia makin demokratis. Sayangnya proses demokratisasi itu tak signifikan dengan proses pemberantasan
Lebih terperinciMODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1. Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2
MODA TRANSPORTASI IDEAL DALAM PERCEPATAN MP3EI 1 Dr. Harry Azhar Azis, MA. 2 PENDAHULUAN Seiring dengan dikeluarkannya Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Lebih terperinciSNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL
SNI ISO 37001:2016 Sistem Manajemen Anti Penyuapan BADAN STANDARDISASI NASIONAL /R 0/2017 Data Tindak Pidana Korupsi Sumber: Data KPK tahun 2004 s.d September 2017 Sumber: Databooks Kata Data Indonesia
Lebih terperinciStudi atas Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik Tindak Pidana Korupsi
Studi atas Unsur Merugikan Keuangan Negara dalam Delik Tindak Pidana Korupsi Penelitian Penyusun Emerson Yuntho - Illian Deta Arta Sari - Jeremiah Limbong - Ridwan Bakar - Firdaus Ilyas Konsultan, Paku
Lebih terperinciMatriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK
Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK Materi yang Diatur KUHAP RUU KUHAP Undang TPK Undang KPK Catatan Penyelidikan Pasal 1 angka 5, - Pasal 43 ayat (2), Komisi Dalam RUU KUHAP, Penyelidikan
Lebih terperinciBIMTEK PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA SERENTAK
BIMTEK PENYELESAIAN PERKARA PERSELISIHAN HASIL PEMILUKADA SERENTAK 5 CISARUA, OKTOBERTunas 5 Tunas Tunas INTEGRITAS PRIBADI DAN ORGANISASI DALAM RANGKA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI dengan MUDAH & MENYENANGKAN
Lebih terperinciPENGEMBALIAN ASET HASIL TINDAK PIDANA (Asset Recovery) LIABILITY
PENGEMBALIAN ASET HASIL TINDAK PIDANA (Asset Recovery) dan CORPORATE CRIMINAL LIABILITY Yunus Husein, STHI JENTERA, Jakarta, 22 Februari 2017 Agenda 1. Apa itu Asset Recovery/Pengembalian asset? 2. Hasil
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT FIT AND PROPER TEST KOMISI III DPR RI TERHADAP CALON PIMPINAN KPK ------------------------------------- (BIDANG HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN) Tahun Sidang :
Lebih terperinciSudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas
Sudah Bayar, Terdakwa Korupsi Minta Bebas PALANGKA RAYA Fried Asahel (39) Mantan Bendahara Pengeluaran pada Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya membela diri melalui Penasehat Hukum saat sidang Pengadilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi yang dikategorikan sebagai kejahatan extra ordinary crime.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan yang sangat marak terjadi dalam birokrasi pemerintahan mempunyai dampak negatif dalam kehidupan sosial masyarakat, salah satunya tindak pidana korupsi
Lebih terperinciMengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA
Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitan : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Desember 2010. 2. Tempat Penelitian : Penelitian ini
Lebih terperinciPendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Delik Korupsi Dalam Rumusan Undang-Undang 1 1 Bab 07 Never let corruptors unpunished DELIK KORUPSI DALAM RUMUSAN UNDANG-UNDANG Delik Korupsi Dalam Rumusan
Lebih terperinciLATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL
LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK KETIDAKPASTIAN KEBIJAKAN MONETER HARGA KOMODITAS YANG NAIK-TURUN RISIKO GEOPOLITIK:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh
Lebih terperinciPenguatan Legislasi Terkait Tipikor sebagai Bentuk Dukungan terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif, Ph.D
Penguatan Legislasi Terkait Tipikor sebagai Bentuk Dukungan terhadap Upaya Pemberantasan Korupsi Laode Muhamad Syarif, Ph.D 1. Apakah Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menurut pendapat Saudara dapat
Lebih terperinci