ABSTRAK. learning. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Model Discovery Learning, dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK. learning. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Model Discovery Learning, dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik."

Transkripsi

1 PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIIISMPN 3 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2014/2015) Sylvia Dalistyana Herman dalistyanasylvia@yahoo.com Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning tergolong kategori baik atau tidak.selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learningdalam pembelajaran matematika. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen, dengan populasi penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMPN 3 Tasikmalaya tahun pelajaran 2014/2015. Dua kelas diambil secara acak sebagai sampel, kelas eksperimen ke-1 menggunakan model problem based learning dan kelas eksperimen ke-2 menggunakan model discovery learning.terpilih kelas VIII B dengan jumlah peserta didik 42 orang sebagai kelas eksperimen ke-1 dan kelas VIII C dengan jumlah peserta didik 40 orang sebagai kelas eksperimen ke-2. Instrumen yang digunakan berupa soal tes kemampuan berpikir kreatif matematik. Teknik analisis data menggunakan uji rata-rata satu pihak dan uji kesamaan dua rata-rata. Berdasarkan Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning tergolong kategori baik sedangkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning tergolong kategori cukup serta terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. Kata Kunci: Model Problem Based Learning, Model Discovery Learning, dan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik. ABSTRACT This research purposes to know the ability of mathematic creative thinking studentsusing problem based learning model and discovery learning model in good category or not.besides it, this research purposes to know there is difference the ability of mathematiccreative thinking students between using problem based learning model and discovery learning model in study math. 1

2 Method of this research is kuasi experiment research, the population of this research is all students class VIII SMPN 3 Tasikmalaya year 2014/2015. Two class was chosen random as sample. The first experiment class by using problem based learning model and the second class using discovery learning model.b class with 42 students as the first experiment class and 40 students on C class as the second experiment class. The instrument of this research is question of mathematiccreative thingkingtest. Technique analysis data usingsimilarityof two mean test. The result of this research and analysis data indicate there is the ability of mathematic creative thinking students of using problem based learning modelin good category and the ability of mathematic creative thinking students of using discovery learning model in not good category (intermediate category). there are also differencesthe ability of mathematiccreative thinking student betweenusing problem based learning model and discovery learning model. Key Word: Problem Based Learning Model, Discovery Learning Model, and The Ability of Mathematic Creative Thinking Students. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan salah satu upayauntuk mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik dari segi intelektual, spiritual, maupun emosional. Sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat memperoleh banyak informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian diperlukan kemampuan pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Proses pembelajaran matematika merupakan proses pembelajaran yang mampu mengkontruksi pemikiran setiap peserta didik untuk terus berkreasi dan berinovasisesuai dengan visi matematika yang memiliki arah pengembangan untuk memenuhi kebutuhan masa yang akan datang yangdiungkapkan Sumarmo, Utari (2014:125) Visi kedua dalam artiyang lebih luas danmengarah kemasa depan, matematika memberi peluang berkembangnya kemampuanmenalar yang logis, sistimatik,kritis dan cermat,kreatif, menumbuhkan rasapercaya diri,dan 2

3 rasa keindahan terhadapketeraturan sifatmatematika, sertamengembangkan sikap obyektifdan terbuka yang sangat diperlukan dalammenghadapi masa depan yang selalu berubah. Berdasarkan visi matematika di atas, salah satu kemampuan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan berpikir kreatif. Pentingnya kemampuan berpikir kreatif matematika tertuang dalam tujuan pembelajaran matematika. Menurut Sumarmo, Utari (2014:296) Pembelajaran matematika dalam KTSP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan matematik memadai, berpikir dan bersikap kritis, kreatif dan cermat, obyektif dan terbuka, menghargai keindahan matematika serta rasa ingin tahu dan senang dalam belajar matematika. Melihat pentingnya kemampuan berpikir kreatif, sudah seharusnya kemampuan tersebut dikembangkan, serta mendapat perhatian dari pendidik. Namun pada kenyataannya banyak pendidik yang mengesampingkan dan kurang memperhatikan kemampuan tersebut. Kebanyakan guru matematika masih cenderung memberikan soal-soal yang bersifat prosedural dan mengakomodasi kemampuan berpikir tingkat rendah. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik, termasuk kemampuan berpikir kreatif matematik pada peserta didik. Penelitian di MTS Negeri Cikembar mengenai kemampuan berpikir kreatif yang telah dilakukan oleh Sugilar, Hamdan (2012). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik termasuk kategori rendah. Hal ini dilihat dari hasil pretes kemampuan berpikir kreatif matematik, sebanyak 37 peserta didik termasuk kategori tidak kreatif, selanjutnya hasil postes menunjukan 26 peserta didik kurang kreatif dan 11 peserta didik cukup kreatif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bidang studi matematika kelas VIII SMPNegeri3 Tasikmalaya dapat disimpulkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan ketika dihadapkan dengan suatu permasalahan yang kompleks, sehingga nilai yang diperoleh peserta didik tidak sesuai dengan harapan. Hal ini disebabkan peserta didik tidak terbiasa mengerjakan soal-soal matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, karena 3

4 guru jarang memberikan soal-soal matematika yang bersifat terbuka yang memiliki beragam cara penyelesaian. Soal-soal yang diberikan kepada peserta didik hanya soal-soal langsung menggunakan rumus yang sudah ada. Selain itu, pengajaran masih terpusat pada gurudan kurang merangsang keaktifan peserta didik untuk belajar Menyikapi permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pendidikan matematika, guru hendaknya menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam pelaksanaan pengajaran metematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik. Ada beberapa model pembelajaran inovatif yang bisa diterapkan guru dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yaitu model problem based learning dan model discovery learning. Model problem based learning adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah di awal pembelajaran. Masalah yang disajikan merupakan masalah nyata dan menarik yang memiliki beragam penyelesaian, sehingga peserta didik dilatih untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan pemikiran kreatif. Situasi masalah yang disajikan di awal pembelajaran merupakan suatu rangsangan yang dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif peserta didik, terutama dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut. Dengan demikian, melalui model problem based learning diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik. Model discovery learning merupakan model pembelajaran yang menekankan pada ditemukannya konsep/prinsip yang sebelumnya tidak diketahui oleh peserta didik. Menurut Kemendikbud (2013:212) Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan merka pahami dalam bentuk akhir. Berdasarkan pendapat tersebut, peserta didik dituntut untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran di kelas, karena peserta didik harus menemukan konsep/prinsip sendiri. Melalui pembelajaran discovery, peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih dalam menyelesaikan permasalahan matematika secara 4

5 mandiri. Selain itu, peserta didik dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif, karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi dalam menemukan sebuah konsep/ teori yang akan dipelajari Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning tergolong kategori baik atau tidak. Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen karena dalam penelitian inikarena pada penelitian ini, peneliti ingin melihat sebab akibat atas perlakuan penggunaan model problem based learning dan model discovery learning terhadap kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik pada materi bangun ruang sisi datar. Populasi penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VIIISMPN 3Tasikmalaya tahun pelajaran 2014/2015. Dua kelas diambil secara acak sebagai sampel, kelas eksperimen ke-1 menggunakan model problem based learningdan kelas eksperimen ke-2 menggunakan model discovery learning. Terpilih kelas VIII B dengan jumlah peserta didik 42 orang sebagai kelas eksperimen ke-1 dan kelas VIII C dengan jumlah peserta didik 40 orang sebagai kelas eksperimen ke-2. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang diberikan diakhir setelah semua proses pembelajaran selesai. Soal tes kemampuan berpikir kreatif matematik digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. Ada tiga perlakuan dalam teknik analisis data yaitu statistika deskriptif, uji persyaratan analisis, dan uji hipotesis. Untuk uji hipotesis menggunakan uji satu ratarata dan kesamaandua rata-rata dengan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN 5

6 Pelaksanaan proses pembelajaran matematika pada penelitian ini dimulai pada tanggal 17 Februari -10 Maret 2015 sebanyak 8 kali pertemuan, 6 pertemuan membahas materi bangun ruang sisi datar dengan kompetensi dasar menemukan dan menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma dan limas, kemudian sisanya yaitu 2 pertemuan diberikan tes kemampuan berpikir kreatif matematik terhadap peserta didik. Penelitian pada kelas eksperimen ke-1 yangmenggunakan model problem based learning meliputi 5 tahapan yang harus dilakukan, yaitu: memberikan orientasi permasalahan pada peserta didik, mengorganisasikan peserta didik dalam penyelidikan, membantu penyelidikan secara mandiri maupun kelompok, mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada kegiatan pendahuluan, peneliti memberikan apersepsi kepada peserta didik dengan mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya serta mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik. Selain itu, peneliti memotivasi peserta didik dengan cara memberikan gambaran tentang pentingnya mempelajari materi bangun ruang sisi datar dan mengaitkan materi bangun ruang sisi datar dengan kehidupan sehari-hari. Peneliti juga menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada materi bangun ruang sisi datar. Pada tahap memberikan orientasi peserta didik terhadap masalah, peneliti mengajukan beberapa masalah secara lisan dan aktivitas yang harus dilakukan oleh peserta didik berkenaan dengan materi yang akan dipelajari. Sementara peserta didik diharapkan untuk meresponnya. Kemudian peneliti menjelaskan pentingnya kontribusi individu dalam kelompoknya untuk mengemukakan ide-idenya dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang tertera pada bahan ajar atau Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Pada pertemuan pertama, peserta didik belum berani mengungkapkan pendapatnya mengenai karakteristik masalah atau pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru di kelas. Namun pada pertemuan berikutnya, peserta didik tidak sungkan lagi dalam mengemukakan pendapatnya, karena mereka telah terbiasa belajar dengan menggunakan model problem based learning. Pada tahap mengorganisasikan peserta didik dalam penyelidikan, peneliti membagi peserta didik ke dalam 8 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 6 6

7 kelompok beranggotakan 5 orang dan 2 kelompok beranggotakan 6 orang. Pada tahap ini, peneliti membagikan bahan ajar kepada masing-masing kelompok yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok. Selanjutnya pada tahap membantu penyelidikan secara mandiri maupun kelompok terjadi diskusi antara peserta didik, antar kelompok, dan antar peserta didik dengan guru sehingga memungkinkan terjadi proses pertukaran ide yang dapat melibatkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik. Ketika peserta didik sedang berdiskusi, peneliti berkeliling mencermati kegiatan diskusi yang dilakukan oleh peserta didik kemudian peneliti memberikan scaffolding (bantuan) jika ada peserta didik yang memerlukan bantuan. Selanjutnya ketika diskusi kelompok telah selesai dan merasa cukup, beberapa peserta didik mewakili kelompoknya mempresentasikan bahan ajar di depan kelas, sedangkan kelompok yang lainnya mencermati, bertanya atau memberikan tanggapan. Setelah itu, guru memberikan LKPD untuk dikerjakan secara berkelompok juga dan seperti biasa salah satu peseta didik mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas mengenai jawaban dari soal-soal LKPD, jika mereka telah selesai mengerjakan LKPD. Pada saat presentasi bahan ajar pertemuan kedua, peserta didik terlihat gugup dalam menjelaskan bahan ajar. Hal ini disebabkan karena peserta didik terbiasa belajar dengan menggunakan metode ceramah, dimana pada metode tersebut peserta didik hanya mendengarkan materi yang dijelaskan oleh guru, sehingga mereka tidak diberi kesempatan untuk mempresentasikan materi atau soal-soal yang diberikan oleh guru. Pada pertemuan selanjutnya, peserta didik sudah terlihat percaya diri dalam mempresentasikan bahan ajar maupun LKPD, penguasaan peserta didik pada materi bangun ruang sisi dasar terlihat lebih berkembang dari pertemuan sebelumnya. Tahapan yang terakhir dalam problem based learning yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahapan ini, peneliti membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah dari awal sampai akhir. Setelah itu, guru memberikan tugas individu yang harus dikerjakan peserta didik dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan model problem based learning dapat berjalan lancar sesuai dengan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam problem based learning. Hal tersebut ditunjukan oleh aktivitas peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematik secara berkelompok, aktivitas bertanya 7

8 dan menanggapi serta aktivitas presentasi. Namun pada pertemuan pertama, terdapat satu tahapan pada problem based learning yang tidak terlaksana yaitu mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya. Hal ini disebabkan pada pertemuan pertama peserta didik masih terlihat kaku dalam melaksanakan proses pembelajaran, karena mereka belum terbiasa belajar dengan menggunakan model problem based learning, sehingga waktu tidak mencukupi. Namun pada pertemuan selanjutnya peserta didik sudah terbiasa belajar dengan menggunakan model problem based learning, sehingga semua komponenatau tahapan yang ada dalam problem based learning dapat terlaksana dengan baik. Selain itu peserta didik pada pertemuan selanjutnya telihat lebih antusias dan semangat dalam mengemukakan pendapat, mempresentasikan hasil jawaban dan menanggapi peserta didik yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kendala lain yang ditemukan pada saat proses pembelajaran di kelas yang menggunakan model problem based learning adalah masih ada peserta didik yang malas dalam memecahkan masalah yang tertera pada bahan ajar atau LKPD. Peserta didik yang tidak memiliki minat yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan merasa kesulitan dalam belajar, sehingga beberapa peserta didik tidak antusias dan kurang berpartisipasi dalam diskusi kelompok. Hal tersebut dapat diantisipasi seiring berjalannya waktu. Dengan diberikannya motivasi yang kuat dari guru dan teman sekelompoknya, terlihat peserta didik tersebut lebih semangat dalam belajar di kelas. Pada kelas eksperimen ke-2 proses pembelajarannya menggunakan model discovery learning.pada model discovery learning, terdapat 6 tahapan yang harus dilakukan, yaitu: stimulation, problem statement, data collection, data processing, verification dan generalization. Sebelum pembelajaran dimulai, penelitimemberikan apersepsi mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya serta mengaitkan materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Kemudian, peneliti memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menjelaskan aplikasi materi bangun ruang sisi datar dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik termotivasi untuk mempelajari materi tersebut. Selain itu, peneliti juga menginformasikan tujuan pembelajaran dan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pada materi bangun ruang sisi datar yang harus dicapai peserta didik. 8

9 Tahap awal dalam pembelajaran discovery adalah stimulation. Peneliti memulai pembelajaran dengan memberikan rangsangan kepada peserta didik dengan mengajukan suatu masalah mengenai materi bangun ruang sisi datar. Masalah yang diajukan berupa pernyataan lisan atau beberapa pertanyaan yang disajikan dalam bentuk bahan ajar. Tahap yang kedua yaitu problem statement, setelah peserta didik diberikan suatu masalah yang membuat mereka kebingungan, peserta didik mendiskusikan (antara peserta didik atau peserta didik dan guru) tentang karakteristik dari permasalahan yang diamati. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik dalam menjawab masalah yang sedang dihadapinya. Peserta didik diberi kesempatan untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin karakteristik masalah kemudian salah satunya dijadikan sebagai hipotesis. Pada pertemuan pertama, peserta didik belum terbiasa dengan pembelajaran yang menggunakan model discovery learning, sehingga pada tahap problem statement mereka belum berani mengungkapkan pendapatnya mengenai materi bangun ruang sisi datar, karena mereka masih ragu-ragu atau kurang percaya diri, sehingga takut dalam mengungkapkan pendapatnya. Ketika bahan ajar dibagikan, peserta didik masih kebingungan mengenai cara mengisi bahan ajar tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan proses pembelajaran pada pertemuan pertama berjalan kuarang efektif. Pertemuan selanjutnya secara bertahap peserta didik dapat mengungkapkan pendapatnya dengan berani Tahapan yang ketiga yaitu data collection, peserta didik duduk berkelompok sesuai dengan kelompok belajar yang telah dibentuk oleh guru. Pengelompokan dibuat heterogen agar diskusi berjalan dengan efektif. Masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang. Pada tahap ini guru membagikan bahan ajar kepada setiap kelompok yang harus diisi oleh peserta didik. Melalui bahan ajar tersebut, peserta didik harus menemukan konsep dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya melalui buku paket atau referensi lainnya mengenai materi bangun ruang sisi datar yang dibutuhkan. Pada pertemuan pertama, beberapa peserta didik kurang setuju dengan kelompok yang dibuat guru karena dibentuk berdasarkan tingkat akademik dengan tidak melibatkan kepentingan pribadi sehingga hanya beberapa peserta didik yang terlibat aktif dalam diskusi saat mengumpulkan informasi. Namun pada pertemuan berikutnya peserta didik mulai terlibat aktif untuk mengeluarkan pendapat dan tidak canggung lagi untuk bersama-sama mengisi bahan ajar dengan anggota kelompoknya. 9

10 Tahap keempat yaitu data processing, peserta didik mengumpulkan informasi yang telah didapatkan kemudian disusun dan dianalisis sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Pada tahap ini terjadi interaksi antar anggota kelompok mereka mengungkapkan ide mereka masing-masing namun harus menemukan sebuah kesimpulan saja. Peserta didik yang lebih tinggi kemampuannya memberikan bimbingan kepada peserta didik yang kurang memahami sedangkan guru hanya memberikan pengarahan seperlunya. Pada tahap ini masih ada peserta didik yang lambat dalam memahami bahan ajar yang disajikan. Waktu pembelajaran selama 2 x 40 menit tidak cukup bagi beberapa kelompok untuk mengerjakan bahan ajar dan soal yang disajikan dalam LKPD. Perlahan peserta didik mulai mampu mengolah informasi yang mereka peroleh dengan cara membaca dan bertanya dalam sebuah diskusi Tahap kelima yaitu verification, Setelah mendapatkan pengetahuan baru tersebut perlu di buktikan sehingga peserta didik melakukan pemeriksaan dengan menghubungkan hipotesis yang diajukan diawal dengan hasil data processing yang didapat. Menurut Bruner (Kemendikbud, 2013:5) Verification bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, contoh, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Pada pertemuan pertama, proses pembelajaran masih mengandalkan guru untuk memperoleh pemahaman peserta didik. Peneliti harus membimbing peserta didik untuk membuktikan konsep tersebut. Namun pada pertemuan selanjutnya, peneliti lebih memotivasi peserta didik agar dapat menyelesaikan persoalan dengan kemampuannya sendiri. Tahap selanjutnya yaitu tahap generalization, peserta didik menarik kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Setelah mendapat kesimpulan mengenai sebuah konsep, peserta didik dicoba untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat pada LKPD secara berkelompok, kemudian mempersiapkan laporan untuk dipresentasikan di depan kelas.. Pada tiap pertemuannya hanya dapat presentasi 1 kelompok dikarenakan membahas bahan ajar yang terlalu lama karena harus menemukan sebuah konsep oleh peserta didik sendiri. Guru memberikanpenguatan materi tentang sub pokok bahasan yang dipresentasikan dan dikoreksi pada penjelasan dari peserta didik yang belum jelas. 10

11 Setelah selesai presentasi, guru dan peserta didik merefleksikan pembelajaran yang telah dilakukan serta membuat kesimpulan mengenai materi yang baru saja dipelajari. Kemudian guru memberikan tugas kepada peserta didik yang harus dikerjakan di rumah dan dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen ke-1 diperoleh skor terkecil adalah 10, skor terbesar adalah 20 dan rentangnya 10. Sehingga diperoleh banyak kelas interval adalah 6 dan panjang kelas 1,7. Rata-rata skor tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik adalah 16,00 dan standar deviasinya 2,62. Hasil penelitian kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik kelas eksperimen ke-2 diperoleh skor terkecil adalah 10, skor terbesar adalah 20 dan rentangnya 10. Sehingga diperoleh banyak kelas interval adalah 6 dan panjang kelas 1,7. Skor rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik adalah 14,85 dan standar deviasinya 2,87. Berdasarkan data hasil penelitian, terlihat bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning sebesar 16,00lebih besar dari rata-rata kemampuan berpikir kreatif yang menggunakan model discovery learning sebesar 14,85Sehingga, bisa dikatakan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. Namun pernyataan tersebut belum memberikan kesimpulan yang benar-benar tepat, oleh karena itu peneliti mengolah data tersebut dengan analisis kesamaan dua rata-rata. Uji persyaratan analisis berkaitan dengan syarat-syarat dalampengujian hipotesis. Uji normalitas distribusi kelas eksperimen ke-1menghasilkan nilai chi kuadrat yaitu 5,651. Dengan taraf nyata diperoleh 2 hitung = 5,651< 2 daftar = 11,341 sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji normalitas pada kelasekperimen ke-2 menghasilkan nilai chikuadrat 4,922. Dengan diperoleh 2 hitung = 4,922< 2 daftar = 11,341 maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji homogenitas varians diperoleh F hitung =1,2 Dengan db 1 = 39, db 2 = 41, dan taraf nyata diperoleh F hitung = 1,45< F 0,01(39/41) = 2,104, kedua varians homogen. 11

12 Untuk uji hipotesis ke-1 dan uji hipotesis ke-2 dengan menggunakan uji pihak satu rata-rata. Untuk uji hipotesis ke-1 diperoleh t hitung = 2,4734. Ternyata pada α = 1% thitung = 2,4734 > t (0,99)(41) =2,4208, artinya kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning tergolong kategori baik. Untuk uji hipotesis ke-2diperoleh t hitung = -0,0335. Ternyata pada α = 1% thitung = -0,3305< t (0,99)(39) = 2,4258, artinya kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learningtidak tergolong kategori baik Uji hipotesis ke-3 dengan menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yaitu diperoleh = 2,6403dan = 3,0545 Ternyata ; maka ditolak dan diterima, artinya terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. Berdasarkan hasil pengolahan data, skor tes kemampuan berpikir kreatif matematik dikaitkan dengan pencapaian KKM yaitu 79. Skor tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik di kelas eksperimen ke-1 lebih banyak yang mencapai KKM yaitu sebanyak 26 orang di bandingkan skor tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik di kelas eksperimen ke-2 yakni sebanyak 16 orang. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan ketercapaian KKM di kelas eksperimen ke-1 dan kelas eksperimen ke-2. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik di kedua kelas eksperimen diklasifikasikan menjadi sangat baik,baik, cukup, kurang, dan buruk Presentase hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning disajikan pada Gambar.1 sebagai berikut 12

13 Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik yang Menggunakan Model problem based learning dan model discovery learning 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 42.86% 38.10% 32.50% 28.57% 26.19% 17.50% 3.38% 10% 0 0 A B C D E PBL DL Gambar 1 Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik yang menggunakan model problem based learning dan Model discovery learning Berdasarkan Gambar 1, persentase kriteria sangat baik (A) pada kelas PBL adalah 26,19% lebih banyak daripada pada kelas DL 17,5%, sama halnya dengan persentase pada kategori baik, kelas PBL lebih unggul yaitu sebesar 42,86% dibandingkan dengan kelas DL yaitu sebesar 38,10%. Sedangkan persentase di kategori cukup (C) dan kurang (D), kelas DL memiliki persentase yang lebih besar. Hal tersebut menunjukan bahwa kelas PBL lebih unggul daripada kelas DL. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik dianalisis berdasarkan indikator yang diukur, hasil tes disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut Tabel 1 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta Didik Berdasarkan Indikator Skor yang Skor Indikator Kelas Persentase Diperoleh Maksimum Fluency (Kelancaran) Eksperimen ke-1 Eksperimen ke-2 158, , ,48% 70,75 % 13

14 Indikator Kelas Skor yang Diperoleh Skor Maksimum Persentase Flexibility Eksperimen ke-1 132, ,62% (Keluwesan) Eksperimen ke-2 152, ,25% Elaboration Eksperimen ke-1 157, ,48% (Kerincian) Eksperimen ke-2 179, ,75% Originality Eksperimen ke-1 162, ,43% (Keaslian) Eksperimen ke-2 181, ,25% Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa indikator yang mendapat skor tertinggi pada kelas eksperimen ke-1 yaitu indikator originality (keaslian) dengan perolehan86,43%. dan kelas eksperimen ke-2 yaitu originality (keaslian) sebesar 81,25% Indikator yang mendapat skor terendah pada kelas eksperimenke-2 yaitu indikator flexibility (keluwesan) mendapat perolehan 66,25% dan kelas eksperimen ke-1 yaitu indikator fluency (kelancaran) mendapat perolehan 75,48%. Untuk setiap indikator secara keseluruhan kelas eksperimen ke-1 mendapatkan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen ke-2. Berdasarkan pengujian hipotesis ke-1 kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning tergolong kategori baik, hal ini disebabkan karena peserta didik terbiasa dihadapkan dengan soal-soal pemecahan masalah yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya, sedangkan pada uji hipotesis ke 2 diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning tidak tergolong kategori baik. Pada pembelajaran discovery, peserta didik harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk menemukan konsep, namun pada kenyataannya pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik sangat terbatas, sehingga hanya peserta 14

15 didik yang memiliki kemampuan tinggi yang lebih dominan dalam menemukan konsep tersebut. hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik tergolong kategori cukup. Berbeda dengan model problem based learning, pada model discovery learning pembelajaran yang dilaksanakan lebih menekankan pada peran aktif peserta didik untuk menemukan sendiri konsep dan menyelesaikan pemahamannya sendiri sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hamiyah, Nur dan Muhamad jauhar (2014:181) Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip. Dalam menemukan konsep tersebut Pada pembelajaran discovery, ketika peserta didik diberikan LKPD mereka terlihat kaku dalam menyelesaikan soal-soal matematik yang terdapat pada LKPD, mereka kebingungan dalam menentukan langkah awal penyelesaian dari masalah tersebut, sehingga guru harus membimbing mereka dalam menyelesaikan LKPD. Menurut kemendikbud (2013:215) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian Pendapat tersebut sesuai dengan fakta-fakta yang terdapat di lapangan, diantaranya peserta didik masih terlihat kurang terampil dalam memecahkan soal-soal yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Dengan demikian, berdasarkan hasil perolehan data serta hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan discovery learning. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model problem based learning tergolong kategori baik. 2. Kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik yang menggunakan model discovery learning tidak tergolong kategori baik 3. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara yang menggunakan model problem based learning dan model discovery learning. 15

16 Berdasarkan simpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang tertarik menerapkan model problem based learning dan discovery learning, hendaknya penelitian dilakukan pada materi yang lebih luas dengan mengembangkan atau melatih kemampuan berpikir matematik yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA Hamiyah, Nur dan Muhamad Jauhar (2014). Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Huda, Miftahul (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar Illahi, Mohammad Takdir. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy dan Mental Vocational Skill. Yogyakarta: DIVA Press Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Risnanosanti (2010). Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Self Efficacy terhadap Matematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam Pembelajaran Inkuiri. Disertasi UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Sumarmo, Utari (2014). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik Serta Pembelajarannya. Bandung: Tidak diterbtkan. 16

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 2, hal. 149-156, Maret 2016 KONTRIBUSI PENGGUNAAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

Nina Anggraeni

Nina Anggraeni 1 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (PENELITIAN TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS X SMA NEGERI 8

Lebih terperinci

Ibnu Kadaruloh, Depi Setialesmana,

Ibnu Kadaruloh,   Depi Setialesmana, PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D (Penelitian di Kelas X IPS SMA Negeri 6 Kota Tasikmalaya) Ibnu

Lebih terperinci

FANY SRILESTARI

FANY SRILESTARI PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ACCELERATED INSTRUCTION DENGAN THINK PAIR SHARE (Penelitian terhadap Peserta Didik

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 3 Tasikmalaya) Mopyani Cahyaty e-mail: mopyani.cahyaty@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNIG

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNIG PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNIG (PjBL) DENGGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING PERBANDINGAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Banjar

Lebih terperinci

Atik Susanti

Atik Susanti PERBANDINGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) (Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Ciamis ) Ratna

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 2 Ciamis Tahun Pelajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL)

Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 3 No. 1, Maret 2017 Korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK NENENG YULIYANTI e-mail: neneng.yuliyanti@student.unsil.ac.id Program

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII MTs N Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya) RIDA RAMDHANIA

Lebih terperinci

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT

Sariyani, Purwati Kuswarini, Diana Hernawati ABSTRACT PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING DAN MODEL PROBLEM POSING PADA MATERI PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 KOTA

Lebih terperinci

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak

Absract. Key words: students result of learning, expository learning strategy, contextual teaching learning strategy. Abstrak PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN EKSPOSITORI DAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PADA SUB KONSEP SPERMATOPHYTA (Studi Eksperimen di Kelas X MIA SMA

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 26 Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Viviana Muplihah (Fakultas

Lebih terperinci

Abstract. Keywords: Creative Problem Solving and Problem Based Learning as learning model. Abstrak

Abstract. Keywords: Creative Problem Solving and Problem Based Learning as learning model. Abstrak PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM BASED LEARNING PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN (The Differences in Students

Lebih terperinci

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto

Diana Puspitasari, Eko Swistoro dan Eko Risdianto PENGARUH PENGGUNAAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR PADA MATERI GETARAN GELOMBANG DAN BUNYI DI SMPN 08 KOTA BENGKULU Diana Puspitasari,

Lebih terperinci

Risna Cahyani

Risna Cahyani MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 8 Tasikmalaya Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 1 Salopa) Abstract

(Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 1 Salopa) Abstract 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN DAN TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI EKOSISTEM (Studi Eksperimen di Kelas

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Maja Majalengka Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA YANG MENDAPATKAN METODE PEMBELAJARAN PSI DENGAN KONVENSIONAL Melinda Putri Mubarika Universitas Pasundan, Jl. Sumatera No. 41 Bandung 40117 E-mail: melput_keukeu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang mungkin menggunakan salah satu dari arti kata tersebut sesuai dengan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas merupakan serapan dari bahasa asing yang berasal dari kata effective yang berarti manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh,

Lebih terperinci

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik

Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika vol. 2 no. 1, pp. 29 34, Maret 2016 Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik

Lebih terperinci

PRANITASARI ANDINI

PRANITASARI ANDINI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Baregbeg Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa

Rahayu Siti Fatonah, Purwati Kuswarini Suprapto, Romy Faisal Mustofa Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions dan Tipe Teams Games Tournament pada Konsep Ekosistem (Studi Eksperimen

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA Intan Permata Sari (1), Sri Hastuti Noer (2), Pentatito Gunawibowo (2) intanpermatasari275@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Mega Oktaviana, Nurhanurawati, Arnelis Djalil Pendidikan Matematika, Universitas Lampung megao@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

Harri Kurnia, Hernawan. Abstract

Harri Kurnia, Hernawan. Abstract THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE MODELING THE WAY AND TYPE PRACTICE REHEARSAL PAIRSON THE SUB CONCEPT OF DIGESTIVE SYSTEM FOOD IN HUMANS Harri Kurnia, Hernawan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI OLEH: YENNY PUTRI PRATIWI K4308128 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HAYATI

HAYATI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIK PESERTA DIDIK YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH HAYATI e-mail: hayati@student.unsil.ac.id

Lebih terperinci

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS VIII-7 SMP NEGERI 1 KREMBUNG SIDOARJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

Teti Robiah

Teti Robiah MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MEGGUNAKAN PEMBELAJARAN DISCOVERY STRATEGY (Penelitian Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 1 Cipaku Tahun Pelajaran 2012/2013)

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III

Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada Mata Kuliah Kalkulus III Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 1, hal. 49-54, September 2015 Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Mahasiswa pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai keefektifan pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif dan model pembelajaran berbasis masalah. Selain itu akan diperbandingkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY Pedagogy Volume 2 Nomor 2 ISSN 25023802 PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI DENGAN MENINJAU

Lebih terperinci

Elsa Camelia 1, Edrizon 1

Elsa Camelia 1, Edrizon 1 PENGARUH TEKNIK THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 PADANG Elsa Camelia 1, Edrizon 1 1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG ABSTRACT PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI MIA SMAN 4 PADANG Yulia Hidayani*), Sofia Edriati**) *) Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) (Studi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Tasikmalaya Tahun

Lebih terperinci

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan PE NGARUH MO DEL PE MBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CAHAYA KELAS VIII SMP NEGERI 11 MEDAN Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra

Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software Geogebra Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 3 No. 1, Maret 2017 Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematik Peserta Didik Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan Berbantuan Software

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNING PERBANDINGAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIK PESERTA DIDIK ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERY LEARNINGDENGAN PROBLEM BASED LEARNING (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X MIPA SMA Negeri 2 Tasikmalaya

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED Dian Nopitasari Universitas Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33, d_novietasari@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG

PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG PENERAPAN STRATEGI ACTIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS XI IPA SMA NEGERI 9 PADANG Rahayu Ernita*, Anny Sovia**, Dewi Yuliana Fitri ** *)Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA Sujari Rahmanto SMP Negeri 1 Banjar Agung Alamat: Jl. Kampung Tri Darma Wirajaya, Kec. Banjar Agung, Kab.

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG PENERAPAN STRATEGI BELAJAR AKTIF TIPE LEARNING TOURNAMENT PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 15 PADANG Dini Yulian 1, Niniwati 1, Edrizon 1 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Rina Nurlatifah

Rina Nurlatifah PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Pesantren

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KOGNITIF SISWA KELAS VII MTs BAHRUL ULUM TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015 Hesti Fitriani 1), Nurul Afifah 2) dan Eti Meirina Brahmana 3) 1 Fakultas

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR PEKA SISWA PADA REAKSI REDOKS

PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR PEKA SISWA PADA REAKSI REDOKS PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR PEKA SISWA PADA REAKSI REDOKS Aldes Penkin Putriani, Ratu Betta Rudibyani, Tasviri Efkar Chemistry Education, University of Lampung penkinaldes@gmail.com

Lebih terperinci

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni

(Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ciawi Tahun Pelajaran 2013/2014) Sri Murni PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESETA DIDIK SEKOLAH MENENGAH ATAS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBASIS OPEN-ENDED PROBLEM (Penelitian terhadap Peserta Didik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Sikap Peserta Didik ABSTRACT

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran SAVI, Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Peserta Didik, Sikap Peserta Didik ABSTRACT PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 270-275 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Penggunaan variasi model pembelajaran sangatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam proses belajar

1. Pendahuluan Penggunaan variasi model pembelajaran sangatlah penting dalam suatu pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam proses belajar PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SURVEY, QUESTION, READ, RECITED, REVIEW (SQ3R) DAN TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Lebih terperinci

THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM

THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM THE DIFFERENCE OF THE STUDENTS ACHIEVEMENT USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE TIME TOKEN AND TYPE PLAYING ANSWERS ON THE CONCEPT ECOSYSTEM Eva Sri Nur, Hernawan Abstract The purpose of this research

Lebih terperinci

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM Tari Asdiati 1 & Agusfianuddin 2 1 Pemerhati Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING (PjBL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA (Studi Eksperimen Pada Mata Kuliah Kewirausahaan Tingkat II Tahun

Lebih terperinci

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati

Anisa Nabilasari, Purwati Kuswarini Suprapto, Diana Hernawati PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN GROUP INVESTIGATION PADA SUB KONSEP SISTEM PENCERNAAN MANUSIA (The Differences Between Students Achievement

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA Hari Aningrawati Bahri* ABSTRACT This research is Classroom Action

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING PERBEDAAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PROBING PROMPTING LEARNING (PPL) PADA KONSEP PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KELAS VII SMPN 3 CILAWU

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53 BATAM PYTHAGORAS, 6(2): 151-160 Oktober 2017 ISSN Cetak: 2301-5314 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 53

Lebih terperinci

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning

Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning Perbandingan Peningkatan Keterampilan Generik Sains Antara Model Inquiry Based Learning dengan Model Problem Based Learning A. Kusdiwelirawan 1, Tri Isti Hartini 2, Aniq Rif atun Najihah 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Suci Rohani 1, Sugeng Sutiarso 2, Pentatito Gunowibowo 2 suci.rohani@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI. (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI (Jurnal) Oleh DEBI GUSMALISA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian dan pembahasan keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model pembelajaran konvensional.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II. Kajian Teoretis BAB II Kajian Teoretis A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) Menurut Slavin (Rahayu 2011, hlm. 9), Missouri Mathematics Project (MMP) adalah suatu program yang dirancang

Lebih terperinci

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research. 1 PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION DALAM MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII 6 SMP NEGERI 20 PEKANBARU Andita

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 3, hal. 181-188, September 2016 PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK MAHASISWA Depi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2017 sampai dengan 29 April 2017 di SMP Negeri 1 Sanden. Populasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP PERCUT SEI TUAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD Tanti Jumaisyaroh Siregar Pendidikan matematika, Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah

Lebih terperinci

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR DENGAN KONVENSIONAL PADA MATERI POKOK GAYA DAN HUKUM NEWTON Derlina dan Bintang Nainggolan Jurusan

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat 2 PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 1 PANTAI CERMIN KABUPATEN SOLOK Salam Sari 1, Melisa 2, Radhya Yusri 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers

ABSTRACT. KeyWords: Concepts Understanding Mathematics, Giving Questions And Getting Answers PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TEKNIK GIVING QUESTIONS AND GETTING ANSWERS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 30 SIJUNJUNG Juli Nasrianti 1, Sofia Edriati 2, Ainil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 08

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS

PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS PENERAPAN MODEL IMPROVING LEARNING DENGAN TEKNIK INKUIRI PADA POKOK BAHASAN TEOREMA PYTHAGORAS Sanusi GURU SMP Negeri 10 Tambun Selatan Abstract: The researcher tries to solve problem of studying mathematic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang IPA adalah ilmu pengetahuan yang tergolong ilmu dasar yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran IPA perlu

Lebih terperinci

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI KECAMATAN LEMBAH GUMANTI Asmaul Husna Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU. STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 5 PRINGSEWU 1 Hidayatulloh, 2 Dian Suci Rizkinanti 1, 2 STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Email: 1 dayat_feb@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LEARNING CELL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMPN 3 PADANG Ari Rahmawati 1, Fazri Zuzano 1, Niniwati 1 1 Jurusan Pendidikan Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research).

BAB III METODE PENELITIAN. sungguhan (true experimental research) dan semu (quasi experimental research). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimental dibagi menjadi dua, yakni penelitian eksperimental

Lebih terperinci

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA ,) Dosen Program Studi PGSD UNS 1 PENGARUH METODE INQUIRY DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Laela Lusi Palupi 1), Siti Kamsiyati ), Tri Budiarto ) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa

Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Penerapan Scaffolding Untuk Pencapaian Kemandirian Belajar Siswa Elis Nurhayati Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG Rahmiatul Akhir 1, Syifa ul Gummah 2, & Habibi 3 1 Pemerhati Pendidikan Fisika 2&3 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG Rahmiatul Akhir 1, Syifa ul Gummah 2, & Habibi 3 1 Pemerhati Pendidikan Fisika 2&3 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017, JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017, 86-92 86 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR HIDROLISIS GARAM SISWA KELAS XI IPA SMA

Lebih terperinci

THE APPLICATION OF COOPERATIVE TEACHING MODEL COOPERATIVE SCRIPT TYPE IN HUMAN RESPIRATION SYSTEM

THE APPLICATION OF COOPERATIVE TEACHING MODEL COOPERATIVE SCRIPT TYPE IN HUMAN RESPIRATION SYSTEM THE APPLICATION OF COOPERATIVE TEACHING MODEL COOPERATIVE SCRIPT TYPE IN HUMAN RESPIRATION SYSTEM (Ekperiment study at XI IPA 2 Programe of SMAN Darmaraja Sumedang Academic Year 2012/2013) Dr. H. Endang

Lebih terperinci

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**).

Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**), Mulia Suryani**). PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP MOTIVASI DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS X IIS SMAN 1 KECAMATAN SULIKI Nola Despita Sari*), Zulfitri Aima**),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaiaan matematika. Menurut Jihad (2012), ada tiga aspek penilaian matematika

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika Vol. 1 No. 4, Maret 2017 Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Berbantuan Software Maple terhadap Kemampuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG Halimatus Sa diyah 1, Sofia Edriati 2, Lita

Lebih terperinci

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK

Puji Asih Program Studi Pendidikan Matematika ABSTRAK PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ATI TERHADAP PRESTASI DAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SUB POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK SISWA KELAS V SDIT DARUL FALAH SUKOREJO TAHUN AJARAN 2013/2014 Puji Asih Program Studi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS 1 Melli Sasmita Sari (1), Arnelis Djalil (2), Nurhanurawati (3) Universitas Lampung,

Lebih terperinci