KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA. Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa NPM : Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA. Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa NPM : Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma"

Transkripsi

1 KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA Disusun oleh: Nama : Saadatun Nisa NPM : Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma Masa dewasa muda merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa telah melewati masa remaja dan kini akan memasuki tahap pencapaian kedewasaan dengan segala tantangan yang lebih beragam bentuknya. Tugas perkembangan dewasa muda berkisar pada pembinaan hubungan intim dengan orang lain, terutama hubungan intim dengan lawan jenis, yang ditandai dengan saling mengenal pribadi seseorang baik kekurangan ataupun kelebihan masing-masing individu yang dilanjutkan dengan berpacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Dalam menjalani pacaran, seringkali individu tidak selalu dapat berdekatan dengan pasangannya, sehingga mereka melakukan pacaran jarak jauh. Pacaran jarak jauh merupakan suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen dimana individu tidak dapat selalu berada secara berdekatan satu sama lain, dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Individu yang menjalani pacaran jarak jauh sangat mungkin akan mengalami suatu konflik, jika tidak segera diselesaikan dapat mengakibatkan frustasi dan ketidakseimbangan kejiwaan dan dapat memberikan pengaruh langsung pada suatu hubungan. Konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yang dialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus, dimana dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara secara umum serta metode observasi non partisipan. Subjek penelitian ini adalah individu dewasa muda yang berusia tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa subjek mengalami konflik personal, diantaranya keinginan subjek untuk menjalin hubungan resmi tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan, pada saat subjek sedang ada masalah pacarnya tidak berada di samping subjek, subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan pacarnya, adanya perasaan takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh dan subjek mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Selain itu, subjek mengalami konflik interpersonal, diantaranya dikarenakan komunikasi yang tidak lancar dan perbedaan status ekonomi. Penyebabnya adalah adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya yang tidak terpenuhi oleh subjek, perhatian intensitas komunikasi mulai berkurang, subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dan perhatiannya mulai berkurang. Cara subjek untuk mengatasi konflik tersebut dengan cara berkomunikasi dengan pacarnya, berpikiran positif, bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain dan kuatnya komitmen dari kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut pendapat Hurlock (1980), proses membentuk dan membangun hubungan personal dengan lawan jenis ini dapat berlangsung melalui apa yang biasa di sebut sebagai hubungan pacaran. Biasanya pacaran sudah dimulai sejak dewasa muda yang berada pada usia tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap 1

2 pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Hubungan pacaran dapat memiliki beberapa arti penting dan kontribusi positif bagi individu. Secara umum, alasan utama bagi seseorang untuk berpacaran ialah untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain. Selain itu, adanya keinginan untuk merasakan cinta, kasih sayang, penerimaan dari lawan jenis, serta adanya rasa aman. Umumnya individu mencoba menemukan seseorang untuk dicintai, mencoba untuk mencintai, untuk mengerti dan bersimpati. Hal-hal tersebut bisa didapatkan lewat hubungan pacaran. Pacaran juga dapat memberi kesempatan bagi individu untuk belajar mengenai keterbukaan, umpan balik, dan kemampuan menyelesaikan konflik. Proses membuka diri secara timbal balik dalam hubungan pacaran juga membuat individu semakin memahami diri sendiri serta belajar memahami orang lain. Menurut Fisher, dkk (2000) konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Menurut Myers (1992), ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflict), konflik interpersonal (interpersonal conflict), dan konflik kelompok (group conflict). Dalam menjalani pacaran jarak jauh kemungkinan besar akan mengalami konflik, salah satunya adalah komunikasi yang tidak lancar, sehingga pasangan rawan akan terjadinya konflik terutama pada individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. B. Pertanyaan Masalah Dalam penelitian, peneliti ingin mengetahui: 1. Bagaimana konflik personal dan konflik interpersonal yang terjadi pada pasangan yang mengalami pacaran jarak jauh? 2. Mengapa subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal dalam menjalani pacaran jarak jauh? 3. Bagaimana subjek menyelesaikan konflik pacaran jarak jauh? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai konflik, penyebab konflik, dan cara penyelesaian konflik yangdialami oleh individu dewasa muda yang menjalani pacaran jarak jauh. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi kemajuan ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan pada tahap dewasa muda, khususnya yang berkenaan dengan konflik dan penyelesaian konflik pacaran jarak jauh pada individu dewasa muda. 2. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan dapat memberikan masukan untuk individu yang sedang menjalani pacaran jarak jauh, dan bagi individu yang akan menjalani pacaran jarak jauh agar dapat mengantisipasi konflik-konflik yang kemungkinan terjadi dalam menentukan rencana atau langkah-langkah kehidupan dan memperbaiki atau meningkatkan suatu hubungan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik 1. Pengertian Konflik Sears, dkk (1985) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses yang terjadi bila perilaku seseorang terhambat karena perilaku orang lain. Dalam hubungan cinta juga terjadi konflik karena hubungan ini melibatkan minimal dua individu yang memiliki kepribadian, keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan di mana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu keadaan dimana individu dihadapkan pada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Ketika muncul ketidaksetujuan berupa pengaruh dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar yang tidak sesuai dengan tujuan, harapan ataupun keinginan sehingga menimbulkan suatu pertentangan antara kekuatan yang ada pada diri individu sendiri maupun antara individu dengan pihak lain atau perbedaan pandangan, pendapat dan sikap yang terjadi 2

3 baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. 2. Tipe atau Jenis Konflik Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal (personal conflicts), konflik interpersonal (interpersonal conflicts) dan konflik kelompok (group conflicts). a. Konflik Personal (Personal Conflicts) Konflik ini terjadi jika seseorang mengalami: 1) Pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai. 2) Persaingan dalam cara-cara untuk mencapai tujuan 3) Frustasi karena hambatan yang menghalangi pencapaian tujuan 4) Diskrepansi peran b. Konflik Interpersonal (Interpersonal Conflicts) Konflik interpersonal menjadi bagian dari setiap hubungan interpersonal antara orang tua dan anak, saudara perempuan dan laki-laki, teman, kekasih dan para pekerja. Konflik ini dapat disebabkan karena: 1) Perbedaan individu 2) Keterbatasan sumber-sumber 3) Keseimbangan peran c. Konflik Kelompok (Group Conflicts) Konflik dalam kelompok dapat terjadi karena: 1) Struktur dan level 2) Fungsi dan tujuan 3) Sumber-sumber 3. Penyelesaian Konflik a. Penyelesaian Konflik dalam Berpacaran Apabila konflik yang terjadi tidak dikelola dengan baik, maka bisa saja konflik menimbulkan bahaya bagi hubungan, bahkan bisa membuat hubungan berakhir. Menurut Achmanto (2005) terdapat langkahlangkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran: 1) Mendefinisikan konflik secara jelas. 2) Menilai berbagai alternatif solusi pemecahan. 3) Menilai berbagai alternatif solusi pemecahan. 4) Menguji dan mengevaluasi solusi. B. PACARAN JARAK JAUH 1. Pengertian Pacaran Untuk dapat memilih pasangan hidup dan membentuk keluarga, individu perlu menjalin hubungan cinta dengan orang lain terlebih dahulu. Masa ini disebut dengan masa pacaran. Bird Melville (1994) menyatakan bahwa pacaran adalah pertemuan-pertemuan antara dua orang yang sama secara khusus diarahkan untuk menjalin komitmen ke arah pernikahan. Pada umumnya berpacaran yang serius akan bertujuan kejenjang pernikahan. Oleh karena itu, masa berpacaran adalah masa untuk membangun suatu hubungan yang kuat dengan saling menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Tentu saja proses untuk mencapai tujuan tersebut akan mengalami suatu konflik, oleh sebab itu dibutuhkan komitmen yang kuat pada masing-masing pasangan untuk menjalaninya. Berdasarkan berbagai definisi dan uraian mengenai pacaran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang ditandai dengan adanya rasa cinta, komitmen, dan self-disclosure atau pengungkapan diri. Namun pada umumnya, hubungan ini berkembang seiring dengan terjalinnya komunikasi dengan intensitas yang lebih besar. Komunikasi yang baik dapat menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami. a. Fungsi Pacaran Pada dasarnya, pacaran berfungsi agar individu mengenal dan belajar bagaimana bertindak terhadap lawan jenis. Dengan pacaran, individu mempelajari diri satu sama lain, belajar cara-cara berinteraksi dengan lawan jenis serta belajar hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan terhadap lawan jenis. Menurut Duval & Miller (1985), fungsi dari pacaran adalah untuk mencari pasangan. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka untuk kemudian dikenal lebih dalam lagi. Dengan pacaran, individu berusaha mencari seseorang yang mereka suka dan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri mereka. 3

4 b. Bentuk-bentuk Pacaran Menurut Bennat (2004) dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu: 1. Pacaran in Common 2. Pacaran Backstreet 3. Pacaran Jarak Jauh 4. Pacaran Satu Lokasi 5. Pacaran Double 6. Pacaran Elektronik 2. Pengertian Pacaran Jarak Jauh Teman intim atau pacaran merupakan perwujudan dari hubungan romantis. salah satu ciri dari hubungan romantis adalah pasangan tidak mau memikirkan kalau mereka harus berpisah dan selalu ingin berbalas cinta. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dalam menjalani masa pacaran, pada umumnya individu ingin merasa dekat dengan pasangannya, tetapi tidak semua individu dapat menjalani masa pacaran ini secara berdekatan dengan pasangannya. Mengingat individu sudah harus dapat mandiri dalam pendidikan dan pekerjaan, kadangkala pendidikan dan pekerjaan itulah yang memaksa pasangan untuk melangsungkan hubungan pacaran jarak jauh. Bisa saja pasangan terpaksa bersekolah atau bekerja pada kota yang berbeda, pulau yang berbeda, bahkan negara ataupun benua yang berbeda. Inilah yang disebut dengan pacaran jarak jauh. 3. Dampak Pacaran Jarak Jauh Mary E. Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu kedua belah pihak memerlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan hubungan dan hal ini biasanya sangat dirasakan oleh mahasiswa yang hidup dalam anggaran yang terbatas. Mahalnya biaya telepon dan perjalanan jarak jauh menjadi kendala tersendiri. Selain itu, individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengaharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama pasangan. Jika waktu berkunjung tidak sesuai dengan harapan, maka dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres. 4. Penyelesaian Konflik dalam Berpacaran Jarak Jauh Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan dalam hubungan pacaran jarak jauh untuk menyelesaikan konflik (dalam Achmanto, 2005), yaitu: a) Secara jelas mendefinisikan masalah dan mencoba mengulangi argumen pihak lain dalam kata-kata sendiri. b) Kemukakan perubahan yang masuk akal yang dapat mengatasi keluhan. c) Mengungkapkan perasaan negatif dan positif yang dimiliki. d) Menerima dengan tulus umpan balik atas perilaku yang telah dilakukan. e) Tetaplah bersikap toleransi serta terbukalah pada perasaan sendiri dan pasangan. f) Utamakan untuk berkompromi. g) Mengklarifikasi hal-hal mana saja yang disetujui dan tidak. h) Mengajukan pertanyaan yang membantu pihak-pihak lain menemukan kata-kata untuk mengekspresikan apa yang terjadi masalahnya. i) Menunggu ledakan emosi spontan surut tanpa melakukan balas dendam. j) Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama. k) Sarkasme adalah pertengkaran yang kotor. l) Lupakan masa lalu dan ingatlah apa yang ada di sini sekarang. m) Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan. C. Individu Dewasa Muda Menurut Monks (2002), dewasa dalam bahasa Belanda adalah volwassen Vol yaitu penuh dan wassen yaitu tumbuh, sehingga volwassen berarti sudah tumbuh dengan penuh atau selesai tumbuh. Menurut Hurlock (1980) dewasa muda berada pada usia tahun dan merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola hidup yang baru dan harapan sosial yang baru pula. Masa muda (youth) adalah istilah ahli sosiologi Kenneth Kenniston untuk periode transisi antara masa remaja dan masa dewasa yang merupakan masa perpanjangan kondisi ekonomi dan pribadi yang sementara. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari dewa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Kemampuan untuk membuat keputusan adalah ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada 4

5 kaum muda. Yang dimaksud disini adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan, serta tentang gaya hidup. (dalam Santrock, 2002) BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif, dengan pendekatan penelitian studi kasus. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang memungkinkan evaluator untuk mempelajari isu yang dipilih secara mendalam dan terperinci (dalam Patton, 1990). Menurut Moleong (1990) studi kasus adalah studi yang berusaha memahami isuisu yang rumit atau objek dan dapat memperluas pengalaman atau menambah kekuatan terhadap apa yang telah dikenal melalui hasil penelitian yang lalu. Lebih lanjut dikatakan bahwa studi kasus menekankan pada rincian analisis-analisis kontekstual tentang sejumlah kecil kejadian atau kondisi dan hubungan-hubungan yang ada padanya. B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subjek yang diteliti adalah individu usia dewasa muda berusia tahun yang menjalin hubungan pacaran jarak jauh. Hal ini dilakukan agar rentang usia subjek tidak terlalu jauh. Batasan pacaran jarak jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek dengan pasangannya berada pada pulau yang berbeda. C. Tahap-tahap Penelitian Sebelum pengambilan data di lapangan, penelitian terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan diawali dengan pertanyaan penelitian, yang akan dijadikan topik penelitian. Setelah itu pertanyaan masalah dituangkan dalam permulaan bab laporan penelitian. Langkah selanjutnya adalah pengumpulan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian sekaligus sebagai penunjang fakta yang akan ditemui di lapangan, yang pada akhirnya nanti akan dijadikan acuan dalam menentukan hubungan antara data yang diperoleh dengan teori yang melatarbelakanginya. Kemudian pedoman wawancara dan pedoman observasi disusun sebagai panduan ketika pengambilan data berlangsung. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap ini merupakan inti penelitian dimana akan dilakukan pengambilan data dengan metode wawancara dan metode observasi, berdasarkan pedoman yang telah disusun sebelumnya ditahap awal setelah data diperoleh, maka analisis adalah langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh dari penelitian kualitatif merupakan data yang bersifat deskriptif, dalam melakukan proses analisa. Peneliti melakukan beberapa prosedur untuk mengolah data yang didapat untuk dijadikan informasi yang nantinya akan dihubungkan dengan teori yang melatarbelakangi, pengolahan data hasil wawancara dapat dilakukan dengan pencatatan hasil wawancara secara menyeluruh (verbatim), analisis hasil wawancara dengan coding, serta pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil wawancara tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan keseluruhan hasil dibuat kesimpulan kemudian di analisis dengan teori-teori yang melatarbelakangi yang sudah terlebih dahulu tertuang di bab tinjauan pustaka. D. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode pengumpulan data yaitu: 1. Wawancara Wawancara adalah dialog yang dirancang untuk memperoleh informasi yang dapat dikualifikasikan. Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. (dalam Poerwandari, 2001) Secara umum kita dapat membedakan tiga pendekatan dasar dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara (Patton, 1990): a. Wawancara informal b. Wawancara dengan pedoman umum c. Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman umum. 2. Observasi Observasi menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial, karena dalam cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati. 5

6 Istilah observasi diturunkan dari bahasa Latin yang berarti melihat dan memperhatikan. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. (dalam Poerwandari, 2001) Menurut Moleong (1990) observasi ada dua macam, yaitu : a. Observasi partisipan (berperan serta) b. Observasi non partisipan (tidak berperan serta) Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non partisipan, karena dengan penelitian ini peneliti tidak berperan serta hanya melakukan fungsi sebagai pengamat dan melakukan fungsinya sebagai pengamat. E. Alat Bantu Penelitian Didalam penelitian peneliti menggunakan tiga instrumen penelitian, yaitu: 1. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan dengan maksud agar peneliti dapat melihat tingkah laku apa yang nampak pada subjek selama proses wawancara berlangsung. 3. Alat Perekam Untuk memperoleh data yang utuh, peneliti menggunakan alat perekam selama wawancara. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan bias yang mengkin terjadi karena keterbatasan dan subjektifitas peneliti. Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan subjek sebelum menggunakan alat perekam. F. Keabsahan dan Keajegan Penelitian 1. Keabsahan Penelitian Kredibilitas menjadi istilah yang paling banyak dipilih untuk mengganti konsep validitas, dimaksudkan untuk merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2001). 2. Keajegan Penelitian Menurut Lincoln & Guba (dalam Poerwandari, 1998) adalah dependability, menggantikan istilah reliabilitas dalam penelitian kuantitatif. Melalui konstruk dependability peneliti menghitungkan perubahanperubahan yang mungkin terjadi menyangkut fenomena yang diteliti, juga perubahan dalam desain sebagi hasil dari pemahaman yang lebih mendalam tentang setting yang diteliti. Yang dapat dilakukannya adalah mengkonsentrasikan diri pencatatan rincian fenomena yang diteliti, termasuk interrelsi aspek-aspek yang berkait (Marshall & Rossman, dalam Poerwandari, 1998). G. Teknik Analisis Data Analisis data yaitu proses mengatur, mengstrukturisasi dan mengartikan sejumlah data yang terkumpul. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menurut Marshall & Rossman (dalam Poerwandari, 1998) akan di analisa dengan teknik data kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan yang diperlukan. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1. Mengorganisasikan Data 2. Pengelompokkan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban 3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada Terhadap Data 4. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data 5. Menulis Hasil Penelitian BAB IV HASIL dan ANALSIS 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh Dalam berinteraksi, setiap individu memiliki keinginan, kebiasaan dan nilai-nilai yang berbeda (Fisher & Adams, 1994). Kadang kala perbedaan tersebut terjadi pada pasangan dan menimbullkan konflik. Menurut Sudarsono (1993), konflik adalah suatu keadaan dimana individu diharapkan kepada dua atau lebih tujuan atau pilihan dan individu harus memilih satu dari beberapa pilihan tersebut. Menurut Myers (1992) ada tiga tipe konflik, yaitu konflik personal, konflik interpersonal, dan konflik kelompok. Dalam kasus 6

7 pacaran jarak jauh yang dialami subjek, yaitu subjek mengalami konflik personal dan konflik interpersonal. Konflik personal yang dialami subjek adalah pertama, keinginan subjek dalam menjalani pacaran dengan adanya ikatan resmi (tunangan), tetapi subjek merasa orang tuanya belum mengijinkan. Kedua, jika subjek sedang ada masalah, pacarnya tidak ada di samping subjek dan jika kangen tidak dapat bertemu langsung. Menurut Myers (1992), konflik terjadi jika seseorang mengalami pertentangan keinginan, kebutuhan atau nilai. Ketiga, cara subjek untuk berkomunikasi dengan pacarnya melalui telepon, tetapi subjek sulit untuk mencari waktu yang tepat dan jika subjek sms pacarnya terlalu lama untuk membalasnya, sehingga subjek menjadi bingung ingin telepon atau sms. Bird & Melville (1994) mengatakan bahwa dengan komunikasi yang lebih intens, pasangan menjadi lebih mampu memahami satu sama lain sehingga keintiman diantara mereka juga semakin erat terjalin. Komunikasi yang baik juga menentukan berhasil tidaknya pasangan menyelesaikan pertengkaran yang dialami. Keempat, Adanya perasaan takut yang subjek rasakan, yaitu subjek takut putus dan takut jika pacarnya selingkuh, serta mempunyai pikiran untuk mencari pengganti. Pengungkapan diri yang dilakukan subjek meliputi pengungkapan mengenai perasaan, pengalaman, harapan, ketakutan, kekhawatiran, serta impian-impiannya (Bird & Melville, 1994). Sedangkan konflik interpersonal yang subjek alami diantaranya, komunikasi yang tidak lancar, seperti subjek ingin membahasnya sampai selesai, sedangkan pacarnya tidak ingin membahasnya. Menurut Coleman (2000) dalam penelitiannya, pikiran dan perasaan yang muncul dalam hubungan jarak jauh, membutuhkan suatu alat komunikasi yang efektif untuk memperlancar suatu hubungan, seperti telepon dan internet. Tetapi komunikasi itu sendiri dapat menjadi penyebab putusnya hubungan pasangan. Selain itu, terdapat perbedaan antara subjek dan pacarnya, tetapi pacarnya selalu mempermasalahkannya semenjak enam bulan belakangan pacaran jarak jauh ini dan subjek merasa kesal karena pacarnya menganggap subjek lebih dari segala-galanya, dilihat dari segi ekonomi. Fisher, dkk (2000) memberikan ringkasan teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, salah satunya yaitu teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalahmasalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. Dari konflik yang terjadi membuat subjek marah, perasaan tidak nyaman dan kesal, tetapi subjek menjadikan konflik tersebut sebagai pelajaran untuk menjadi lebih bersabar dan bertambah dewasa. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa hubungan pacaran jarak jauh memiliki sisi negatif, yaitu dapat menimbulkan perasaan kecewa dan bahkan stres. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mietzner & Li-Wen (Kompas, 2005) pacaran jarak jauh dapat berdampak positif, bahwa kebanyakan responden merasakan bertambah sabar, mandiri, lebih percaya, dan komunikasinya bertambah baik 2. Penyebab Konflik Menurut Braiker & Kelley (dalam Achmanto, 2005), mengelompokkan berbagai sumber konflik ke dalam tiga kategori yang berbeda-beda, yaitu pertama konflik bersumber dari perilaku spesifik pasangan, kedua sumber konflik berasal dari norma peran, dan ketiga sumber konflik karena disposisi pribadi. Penyebab konflik pada subjek, konflik yang bersumber dari perilaku spesifik pasangan, yaitu adanya kesepakatan antara subjek dan pacarnya, tetapi subjek tidak dapat memenuhinya pada saat pacarnya datang ke Jakarta, selain itu pada awal pacaran jarak jauh subjek mendapat perhatian yang lebih meskipun hanya lewat telepon, tetapi akhir-akhir ini menurut subjek pacarnya sudah jarang telepon, alasannya sibuk dan keuangannya tidak ada. Menurut Rohlfing (dalam Shumway, 2003) dalam penelitiannya mengenai hubungan pacaran jarak jauh, bahwa individu yang menjalani hubungan ini cenderung memiliki pengharapan yang tinggi akan kualitas waktu yang dihabiskan bersama 7

8 pasangan. Sumber konflik pada subjek yang berasal dari norma peran yaitu, sebelumnya subjek mendapatkan perhatian yang lebih dari pacarnya dilihat dari seringnya pacar subjek menelepon subjek, tetapi belakangan ini pacarnya sudah jarang telepon bahkan tidak pernah telepon hanya sms saja dan sekarang subjek yang lebih banyak telepon ke pacarnya dan pacarnya tidak menelepon, sms tidak dibalas, atau HPnya tidak aktif. Sumber konflik karena disposisi pribadi terjadi pada subjek, dikarenakan subjek merasa bahwa pacarnya sudah berubah dilihat dari waktu subjek ulang tahun, pacarnya tidak telepon untuk mengucapkannya dan keesokkan harinya pacarnya telepon, tetapi tidak sadar juga kalau subjek ulang tahun, setelah subjek kasih tahu, pacarnya minta maaf dan mengucapkan selamat ulang tahun. 3. Penyelesaian Konflik Cara subjek dalam menyelesaikan konflik yang terjadi dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu dengan cara menelepon atau sms, berpikiran positif, bersabar dan mengalah, menenangkan diri, memikirkan kembali kesalahankesalahan yang sudah terjadi, setelah itu menceritakan permasalahan yang terjadi, masing-masing mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang tebaik. Menurut Wilmot & Hocker (2001) terdapat beberapa gaya reaksi yang umumnya terjadi pada individu, salah satunya adalah berkompromi untuk menyelesaikan konflik, kadang-kadang individu memanipulasi pihak lain yang menyebabkan konflik melemah dan timbulnya kepercayaan di antara kedua pihak. Selain itu, menurut Achmanto (2005) terdapat langkah-langkah dalam penyelesaian konflik yang bisa dilakukan pasangan dalam hubungan berpacaran, yaitu menilai berbagai alternatif solusi pemecahan dan menerima atau menolak solusi. Selain penyelesaian konflik pacaran, Achmanto (2005) juga berpendapat tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam konflik pacaran jarak jauh, yaitu Menawarkan saran positif untuk pengembangan bersama, Ambil waktu untuk memikirkan kembali apa yang akan dikatakan mengenai pikiran dan perasaan. Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya. Menurut Wilmot (2001) harus saling percaya dan saling mengerti satu sama lain merupakan sikap dasar yang membangun sebuah hubungan dalam penyelesaian konflik yang sehat. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan keseluruhan hasil dan pembahasan dalam penelitian yang diperoleh dalam penelitian studi kasus ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Konflik Pacaran Jarak Jauh Konflik yang terjadi pada subjek dalam menjalani pacaran jarak jauh, yaitu konflik personal dan konflik interpersonal. 2. Penyebab Konflik Penyebab terjadinya konflik, karena ada kesepakatan yang tidak terpenuhi, intensitas komunikasi mulai berkurang, serta perhatian mulai berkurang. 3. Penyelesaian Konflik Dalam menyelesaikan konflik, cara yang digunakan subjek adalah menelepon, berpikir positif, selain itu subjek harus bersabar dan mengalah. Sesaat setelah terjadi konflik, subjek mengambil waktu untuk menenangkan diri, setelah itu menceritakan permasalahan, subjek dan pacarnya mengeluarkan pendapatnya, dan mengambil jalan tengahnya yang terbaik. Usaha yang subjek dan pacarnya lakukan untuk mempertahankan suatu hubungan dengan lebih banyak bersabar, saling percaya, saling mengerti satu sama lain, dan mengalahkan egonya. B. Saran-saran Berikut ini adalah saran-saran yang diajukan penulis, antara lain sebagai berikut: 1. Untuk Subjek Subjek disarankan agar dapat meningkatkan kembali kualitas 8

9 pertemuannya, misalnya dengan cara membuat perencanaan atau menyesuaikan waktunya terlebih dahulu, selain itu media komunikasi subjek diperluas agar lebih efektif, misalnya dengan menggunakan internet, serta membicarakan kembali kepada pacarnya mengenai hubungan yang sekarang mereka jalani. 2. Untuk Pasangan yang menjalani pacaran jarak jauh Disarankan agar dapat menyadari bahwa pacaran jarak jauh akan mengalami konflik, dan jika terjadi konflik sebaiknya diselesaikan dengan cara yang tepat oleh kedua individu agar konflik yang terjadi tidak berlarut-larut dan menjadi penyebab buruknya hubungan pasangan. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan mencari penyebab konflik lainnya yang terkait dengan pacaran jarak jauh. Sehingga hasil penelitian mengenai konflik dalam berpacaran jarak jauh semakin luas, misalnya konflik pacaran jarak jauh terjadi dikarenakan kurangnya komunikasi dan perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam berpacaran jarak jauh. DAFTAR PUSTAKA Achmanto Mengerti Cinta dari Dasar hingga Relung-relung. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bellafiore, D. Interpersonal Conflict and Effective Communication. es/cc2.html, 20 Maret Bird, E & Melville, K Families and Intimate Relationship. New York: Mc.Graw Hill, Inc. Chaplin, J. P Kamus Lengkap Psikologi / oleh James P. Chaplin; Penerjemah, Kartini Kartono Ed. 1. cet 9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Coleman, D Long Distancce Relationships. ance.htm, 1 Juli Duvall, E. M., & Miller, B. C Married and Family Development, 6 th ed,. Cambridge: Harper & Row Publishers. Fisher, S., Abdi, D. I., Ludin, J., Smith, R., Williams, S., & Williams, S Mengelola Konflik: Keterampilan dan Stategi untuk Bertindak. The Britis Council. Hurlock, E. B Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Penterjemah: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Ma shum & Wahyurini Pacaran. http// int. cfm?nnum. MÖnk, F. J Psikologi Perkembangan:Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya / F. J. MÖnks, A. M. P. Knoers, Siti Rahayu Haditono Cet. 14 Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nijmah, Y Gambaran Konflik dan Kecemasan Pada Individu Dewasa Muda yang Menjalani Pacaran Backstreet. Skripsi. (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Papalia, D. E., & Sally, W. O Human Development. New York: McGraw Hill, Inc. Patton Qualitative Evaluation and Research Methods. New York: Sage Publication, Inc. Poerwandari, E. Kristi Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. E. Kristi Poerwandari; pengantar, Fuad Hassan edisi revisi Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3). Santrock, J. W Life-Span Development / John W. Santrock; Alih Bahasa, Juda Damanik, Achmad Chusain; editor, Wisnu Chandra Kristiaji, Yati Sumiharti Ed. 5. Jakarta: Erlangga. Willmot, William, W Interpersonal Conflict / Wiliam W. Wilmot, Joyce L. Hocker 6 th ed. The McGraw Hill Companies, Inc: New York. 9

10 This document was created with Win2PDF available at The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.

REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT

REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT REMOTE COURTSHIP CONFLICT OF INDIVIDUAL YOUNG ADULT SAADATUN NISA, PRAESTI SEDJO, S. PSI., M.SI Undergraduate Program, 2007 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Key Words: REMOTE courtship,

Lebih terperinci

KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA

KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA KONFLIK PACARAN JARAK JAUH PADA INDIVIDU DEWASA MUDA Saadatun Nisa 1 Praesti Sedjo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424 2 praesti@yahoo.com Abstrak Individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan permulaan dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian

Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Metode Penelitian Gambaran 26konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, 2009 3. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep pacaran dan perilaku pacaran pada remaja awal. Dalam bab ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang permasalahan penelitian, pendekatan penelitian yang digunakan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, alat bantu pengumpulan data, prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan waktu perubahan dramatis dalam hubungan personal. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perubahan yang terjadi pada individu di masa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan 60 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif., artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini mengenai proses pengambilan keputusan hidup membiara pada biarawati Katolik dan Buddha. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana proses yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai gambaran kemandirian anak tunggal dewasa muda menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang pendekatan penelitian, karakteristik dan jumlah subjek penelitian, teknik pengambilan subjek, metode pengumpulan data, alat pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia juga akan berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti maka metode yang dipakai adalah metode penelitian Kualitatif. Metode Penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang melibatkan berbagai perubahan, baik dalam hal fisik, kognitif, psikologis, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor, (1995) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masa awal kedewasaan merupakan masa dimana seseorang mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak yang menikah atau membentuk jenis hubungan intim. Keintiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar lawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berpacaran merupakan hal yang lazim dilakukan oleh manusia di dalam kehidupan sosialnya. Pengertian dari pacaran itu sendiri adalah hubungan pertemanan antar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. kualitatif deskriptif. Peneliti akan mendeskripsikan secara tertulis hal-hal yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. kualitatif deskriptif. Peneliti akan mendeskripsikan secara tertulis hal-hal yang 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, rancangan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Peneliti akan mendeskripsikan secara tertulis hal-hal yang

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi masing-masing individu, dan sudah menjadi hak setiap manusia untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Pada Undang-Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari berbagai sosial media chating, calling, hingga video call membuat beberapa pasangan kekasih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Interpersonal Sebagaimana diungkapkan Buhrmester, dkk (1988) memaknai kompetensi interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam membina hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Kualitatif Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang prosedur penemuan yang dilakukan tidak menggunakan prosedur statistik atau kuantifikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif umumnya digunakan untuk memahami fenomena-fenomena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mempelajari dinamika atau permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome. Dari gambaran tersebut, penelitian ini juga bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bab ini kita akan membahas pendekatan kualitatif yang dipilih sebagai pendekatan umum dan alasan dipilihnya pendekatan tersebut dalam penelitian ini. Kemudian akan ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK Penelitian deskriptif ini berdasar pada fenomena bahwa kehadiran anak memiliki peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang kehidupan manusia, telah terjadi banyak pertumbuhan dan perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase perkembangan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas manusia yang dasar, dengan berkomunikasi manusia melakukan hubungan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global yang terjadi sekarang ini menuntut manusia untuk berusaha sebaik mungkin dalam menuntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay. 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan identity formation pada gay. Dengan tujuan penelitian ini peneliti akan menggunakan metode penelitan kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Individu yang memasuki tahap dewasa awal memiliki berbagai tugas perkembangan. Salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah mencari cinta (Santrock,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Gambaran Perilaku Aborsi Pranikah Dewasa Awal. Metode pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Gambaran Perilaku Aborsi Pranikah Dewasa Awal. Metode pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Gambaran Perilaku Aborsi Pranikah Dewasa Awal. Metode pengumpulan data penelitian terbagi

Lebih terperinci

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta)

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) 58 Penyesuaian Sosial Siswa Tunarungu PENYESUAIAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU (Studi Kasus di SMK Negeri 30 Jakarta) Karina Ulfa Zetira 1 Dra. Atiek Sismiati Subagyo 2 Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi 3 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM Junierissa Marpaung Dosen Tetap FKIP Prodi Bimbingan Konseling Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Berbagai permasalahan yang sering muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan, terutama dalam kehidupan manusia. Tanpa berkomunikasi orang tidak akan bisa mengerti apa yang

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran sibling rivalry yang dialami oleh anak ADHD dan saudara kandungnya. Penelitian ini berusaha untuk melihat secara mendalam gambaran sibling

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebenarnya ada dibalik semua itu, yang jelas hal hal seperti itu. remaja yang sedang berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini marak terjadi kasus perkelahian antar siswa sekolah yang beredar di media sosial. Permasalahannya pun beragam, mulai dari permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Gambaran Gaya Resolusi Konflik Pada Pasangan Yang Menikah Dini Di Kabupaten Bandung Kareti Aprianti. Dibimbing Oleh : Kustimah, S.Psi, M.

Gambaran Gaya Resolusi Konflik Pada Pasangan Yang Menikah Dini Di Kabupaten Bandung Kareti Aprianti. Dibimbing Oleh : Kustimah, S.Psi, M. Gambaran Gaya Resolusi Konflik Pada Pasangan Yang Menikah Dini Di Kabupaten Bandung Kareti Aprianti Dibimbing Oleh : Kustimah, S.Psi, M.Psi ABSTRAK Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan pada

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman

dibakukan berdasarkan pengukuran tertentu. Dalam pendekatan kualitatif dilakukan pemahaman BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian mengenai Proses Penyesuaian Diri di Lingkungan Sosial pada Remaja Putus Sekolah. Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Permasalahan sosial yang terjadi di tengah masyarakat merupakan permasalahan yang sangat kompleks dan dinamis sehingga penting untuk mengkaji secara holistik

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang hadir dalam suatu konteks yang terbatas (bounded context), meski batasbatas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus didefinisikan sebagai fenomena khusus

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

Lebih terperinci